Esai Adristi Nadhira

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

XII BB/01

Efektifkah Sekolah Daring di Masa Pandemi Covid-19?

Adristi Nadhira. A

Adanya Covid-19 yang berasal dari Wuhan, China membuat seluruh masyarakat dan
pemerintah setempat juga merasakan dampaknya. Seluruh kegiatan di negara tersebut menjadi
terhambat bahkan tidak dapat berjalan. Tak hanya China, mayoritas dunia pun sudah
terdampak Covid-19 ini. Seperti contohnya adalah negara Indonesia. Covid-19 telah
memasuki negara Indonesia pada awal tahun 2020. Lebih tepatnya Pada 2 Maret 2020, untuk
pertama kalinya pemerintah mengumumkan dua kasus pasien positif Covid-19 di Indonesia.
Berawal dari WNA Jepang yang berkunjung ke Indonesia dan bekontak fisik dengan warga
Indonesia pada saat pesta dansa yang terletak di Klub Paloma & Amigos, Jakarta. Diduga
WNA tersebut mengalami sakit batuk dan sesak nafas. Kemudian ia memeriksakan sakitnya
tersebut ke rumah sakit guna mengetahui penyakit yang di deritanya. Namun, setelah
diperiksa dokter memperbolehkan WNA tersebut pulang, dikarenakan dokter menduga itu
hanya penyakit umum yang biasa di derita pasien. Kemudian, warga Indonesia yang
berkontak fisik dengan WNA tersebut pun megalami sakit yang sama. Lalu, ia memeriksakan
gejala sakit tersebut ke rumah sakit dan pada tanggal 2 Maret 2020 presiden Indonesia, Joko
Widodo mengatakan kedua warga tersebut positif mengidap virus Corona Wuhan atau Covid-
19.

. Banyaknya warga Indonesia yang terjangkit Covid-19 membuat pemerintah


menetapkan kebijakan baru yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dimana
masyarakat dianjurkan berada di dalam rumah dan menerapkan social distancing. Seluruh
lembaga juga diminta untuk melakukan kegiatannya di rumah atau work from home. Pandemi
ini menuntut semua lembaga, tanpa pengecualian untuk menggunakan sarana media digital
dalam kegiatan belajarnya semaksimal mungkin. Tak terkecuali lembaga pedidikan. Sekolah
di seluruh Indonesia mengadakan kegiatan belajar mengajar secara daring (dalam jaringan)
atau online. Hal ini dilakukan guna mencegah dan menghindari penyebaran Covid-19 yang
tengah merebak dibeberapa negara termasuk  di Indonesia.  Bekerja dari rumah (WFH) dan
Belajar dari rumah (LFH), tidak berkumpul dan menjaga jarak  dianggap cara yang terbaik
untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini. Kegiatan sekolah daring bisa dilakukan
melalui berbagai aplikasi pembelajaran seperti WA Group, Google Classroom, Zoom, Google
Meet, dll. Dengan demikian, siswa dapat memanfaatkan teknologi yang telah ada dan
berkembang ini.
Pada awal sekolah daring, metode ini dirasa cukup efektif dan menyenangkan bagi
siswa. Mereka menganggap bahwa sekolah daring tidak ribet dan menghemat waktu. Terlebih
lagi siswa tidak perlu datang ke sekolah dan menggunakan seragam. Hanya bermodalkan
smartphone mereka dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar di rumah. Tugas pun diberikan
secara online dan dinilai secara online pula. Siswa seolah olah telah diberi kebebasan dalam
mengakses teknologi khususnya dalam segi pendidikan. Peraturan dilarang menggunakan
smartphone ketika proses belajar mengajar telah hilang, dikarenakan sekarang semua kegiatan
belajar mengajar berpatok pada smartphone.

Namun, hal tersebut hanya berjalan beberapa bulan saja. Terlalu lama belajar secara
daring mengakibatkan siswa menjadi jenuh dan akhirnya malas untuk mengikuti
pembelajaran. Metode pembelajaran yang monoton juga membuat siswa mejadi lebih cepat
bosan. Tak hanya itu, pemberian tugas secara terus menerus dengan tenggat waktu yang
singkat juga membuat siswa mudah setres jika tidak diimbangi dengan refreshing. Dan juga
terkadang guru tidak bernegosiasi terlebih dahulu jika akan ada pergantian jam pembelajaran.
Guru langsung menentukan jadwal pergantian jam tanpa memikirkan apakah siswa
mempunyai waktu senggang pada jam tersebut.

Permasalahan yang terjadi bukan hanya terdapat pada sistem pembelajaran akan tetapi
ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup tinggi harganya bagi siswa guna
memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet
menjadi melonjak dan banyak diantara orangtua siswa yang tidak siap untuk menambah
anggaran dalam menyediakan jaringan internet. Hal ini pun menjadi permasalahan yang
sangat penting bagi siswa, jam berapa mereka harus belajar dan bagaimana data (kuota) yang
mereka miliki, sedangkan orangtua mereka yang berpenghasilan rendah atau dari kalangan
menengah kebawah (kurang mampu). Hingga akhirnya hal seperti ini dibebankan kepada
orangtua siswa yang ingin anaknya tetap mengikuti pembelajaran daring. Pemberian kuota
belajar oleh pemerintah dirasa kurang efektif, dikarenakan sering terlambatnya pemberian
kuota internet yang mengakibatkan siswa tetap harus membeli kuota internet sendiri demi
berlangsungnya pembelajaran daring. Terlebih lagi uang yang digunakan untuk membeli
kuota cukup besar. Belum lagi jika siswa bertempat tinggal di daerah pedesaan. Walaupun
menggunakan jaringan internet, terkadang sinyal tidak stabil. Sehingga menghambat mereka
dalam mengikuti pembelajaran daring.

Ramai diberbagai media sosial yang menceritakan pengalaman orangtua siswa


selama mendampingi anak-anaknya belajar baik positif maupun negatif. Seperti misalnya
ternyata ada orangtua yang sering marah-marah karena mendapatkan anaknya yang sulit
diatur sehingga mereka tidak tahan dan menginginkan anak mereka belajar kembali di
sekolah. Kejadian ini memberikan kesadaran kepada orangtua bahwa mendidik anak itu
ternyata tidak mudah, diperlukan ilmu dan kesabaran yang sangat besar. Sehingga dengan
kejadian ini orangtua harus menyadari dan mengetahui bagaimana cara membimbing anak-
anak mereka dalam belajar. Setelah mendapat pengalaman ini diharapkan para orangtua mau
belajar bagaimana cara mendidik anak-anak mereka di rumah.

Perlu disadari bahwa ketidaksiapan guru dan siswa terhadap pembelajaran daring juga
menjadi masalah. Perpindahan sistem belajar konvensional ke sistem daring amat mendadak,
tanpa persiapan yang matang. Tetapi semua ini harus tetap dilaksanakan agar proses
pembelajaran dapat berjalan lancar dan siswa aktif mengikuti walaupun dalam kondisi
pandemi Covid-19.

Kegagapan pembelajaran daring memang nampak terlihat di hadapan kita, tidak satu
atau dua sekolah saja melainkan menyeluruh dibeberapa daerah di Indonesia. Komponen-
komponen yang sangat penting dari proses pembelajaran daring perlu ditingkatkan dan
diperbaiki. Pertama dan terpenting adalah jaringan internet yang stabil, kemudian smartphone
yang mumpuni, aplikasi dengan platform yang user friendly, dan sosialisasi daring yang
bersifat efisien, efektif, dan integratif kepada seluruh lembaga pendidikan.

Dalam mengatasi hal ini, pemerintah dan guru harus berperan dalam mengevaluasi
pembelajaran daring selama pandemi ini. Sosialisasi dalam metode daring sangat penting,
terutama pada penggunaan teknologi. Tak hanya itu guru juga perlu menyelipkan motivasi
motivasi dalam pembelajaran daring agar murid tidak merasa jenuh. Mungkin saja bisa
diselingi dengan refreshing seperti menonton film tentang sejarah ataupun kegiatan yang
berhubungan dengan mapel tersebut. Dan juga memperhatikan dalam pemberian tugas dan
tenggat waktu agar siswa memiliki jam istirahat dan tidak seterusnya mengerjakan tugas.
Harapannya metode pembelajaran daring ini segera dibenahi agar keefektifan dalam belajar
daring dapat terwujud. Kasus Covid-19 di Indonesia bisa teratasi dan bisa melaksanakan
kegiatan new normal dengan menetapkan protokol kesehatan. Terlebih lagi dapat
melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka agar sosialisasi yang dibutuhkan
siswa dapat terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai