LP & SP Bunuh Diri

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO BUNUH DIRI

Disusun untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
Aziz Rokhy Fahruddin
202003005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

I. MASALAH UTAMA
Resiko Bunuh Diri (RBD)
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya. (Ade Herman, 2011)
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
(Nita Fitria, 2010)
Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri.
Ada tiga macam perilaku bunuh diri, yaitu:
a. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak
langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-
anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya.”
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri.
Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih /
marah / putus asa / tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif
tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah
b. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan
untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan
alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah
memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh
diri.
Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat
dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
c. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai
diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba
bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau
menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
Berdasarkan jenis-jenis bunuh diri diatas dapat dilihat data-data yang
harus dikaji pada tiap jenisnya.
B. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku Pencederaan Bunuh diri


diri peningkatan destruktif diri
berisiko diri tak
langsung

Keterangan :
1. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan, yakin,
dan kesadaran diri meningkat.
2. Pertumbuhan-peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi pada rentang yang
masih normal dialami individu yang mengalami perkembangan perilaku.
3. Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang merusak
kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian, seperti
perilaku merusak, mengebut, berjudi, tindakan kriminal, terlibat dalam
rekreasi yang berisiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilaku yang menyimpang
secara sosial, dan perilaku yang menimbulkan stres.
4. Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri yang
dilakukan dengan sengaja. Pencederaan dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa
bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh.
Bentuk umum perilaku pencederaan diri termasuk melukai dan membakar
kulit, membenturkan kepala atau anggota tubuh, melukai tubuhnya sedikit
demi sedikit, dan menggigit jari.
5. Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan. (Yusuf,Ah, dkk. 2015)
C. Penyebab
1. Faktor predisposisi
a. Diagnosa psikiatrik lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri mempunyai gangguan jiwa
b. Sifat kepribadian:tiga kepribadian yang erat ada hubungannnya dengan
resiko bunuh diri adalah antisipasi, impulsive dan depresi
c. Lingkungan psikososial diantaranya adalah pengalaman kehilangan
dukungan sosial, kejadian-kejadian negative dalam hidup penyakit
kronis, perpisahan atau bahkan perceraian
d. Riwayat keluarga :riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan seseorang
melakukan bunuh diri
e. Faktor biokimia: data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko
bunuh diri terdapat peningkatan zat-zat kimia yang terdapat didalam
otak. (Nita Fitria, 2009)
2. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :Perasaan
terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti.Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat
menghadapi stres.Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.Cara untuk mengakhiri keputusasaan. (Nita Fitria,
2009)
D. Faktor Resiko Bunuh Diri
Faktor risiko bunuh diri menurut Stuart (2013) dalam Aulia (2016)
diantaranya adalah: faktor psikologis, faktor keluarga, faktor lingkungan, faktor
biologis, perilaku bunuh diri sebelumnya dan orientasi seksual, berikut penjelasan
dari faktor risiko bunuh diri :
1. Faktor psikologis
Faktor psikologis diantaranya adalah depresi, kecanduan narkoba stres,
kecemasan dan depresi sementara menurut Ibrahim et al. (2014) faktor
psikologis bunuh diri adalah depresi, ansietas dan stress. Faktor psikologis
dimana seseorang yang merasa depresi, kesedihan, dan putus asa memiliki
kemungkinan lebih tinggi terhadap perilaku bunuh diri. Berikut factor
psikologis bunuh diri, yaitu :
a. Stress
Kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari stres, Stres adalah
respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban pada
diri individu. Dalam literatur tentang bunuh diri, stres sering dikaitkan
dengan peristiwa kehidupan negatif atau pengalaman negatif kehidupan.
Ada berbagai stresor kerja dan hidup yang terkait, seperti sebagai peristiwa
stres kehidupan, kehilangan, pengangguran, dan stressor lingkungan lainnya
yang dapat dikaitkan dengan keinginan bunuh diri.
b. Kecemasan,
Dimana kecemasan merupakan gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran. Malik et al. (2014) meneliti
hubungan antara kecemasan dan keinginan bunuh diri, ditemukan bahwa
pasien dengan kecemasan lebih mungkin untuk memiliki ide bunuh diri,
mencoba bunuh diri, dan bunuh diri selesai dibandingkan dengan mereka
yang tidak mengalami kecemasan.
c. Depresi
Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan, kehilangan gairah hidup, perasaan tidak
berguna, putus asa serta dapat muncul pikiran-pikiran tentang bunuh diri.
Depresi merupakan penyebab utama daribunuh diri pada remaja.
d. Ketidakberdayaan atau putus asa
Ketidakberdayaan atau putus asa,didefinisikan sebagai sistem skema
kognitif yang merupakan denominator umum pada harapan negatif tentang
masa depan), juga dilaporkan sebagai prediktor penting bunuh diri,
percobaan bunuh diri dan ide bunuh diri di berbagai populasi.
e. Pengguna alkohol dan penggunaan narkoba
Terdapat kejadian yang tinggi pada pengguna alcohol dengan perilaku
bunuh diri. Pedoman praktik menyatakan bahwa alkoholisme meningkatkan
tingkat penyelesaian bunuh diri dengan enam kali dibandingkan dengan
yang terlihat pada populasi umum.
2. Faktor Keluarga
Hubungan orang tua dan remaja dapat mempengaruhi perilaku bunuh
diri, dimana adanya disfungsi keluarga dan riwayat bunuh diri remaja. Sebagai
contoh, remaja dapat dicegah untuk melakukan percobaan bunuh diri dengan
sikap peduli dan membentuk hubungan yang baru dengan anak remaja.
Riwayat anggota keluarga dengan perilaku bunuh diri dimana risiko bunuh diri
pada remaja laki-laki secara bermakna dikaitkan dengan riwayat kematian
ayah yang bunuh diri. Sebaliknya, risiko kematian bunuh diri pada remaja
perempuan secara bermakna dikaitkan dengan riwayat ibu yang bunuh diri.
3. Faktor Lingkungan
Masalah disekolah, penularan perilaku bunuh diri diantara kelompok
sebaya, kurangnya dukungan orang tua, permasalah dengan teman dan riwayat
pelecehan seksual menjadi bagian dari faktor lingkungan terhadap risiko
bunuh diri pada remaja. Bertengkar dengan pasangan, bertengkar dengan
anggota keluarga yang lain, bertentangan dengan teman atau tetangga,
kesulitan keuangan keluarga, dan penyakit serius secara independen terkait
dengan percobaan bunuh diri.
4. Faktor biologis
Keluhan somatik seperti: sakit kepala menjadi bagian dari faktor biologis
pada risikobunuh remaja (Stuart, 2013). Chronic Daily Headache (CDH)
mengacu pada sekelompok gangguan di mana sakit kepala terjadi 15 hari atau
lebih per bulan untuk setidaknya 3 bulan dan termasuk: chronic migraine
(CM), migrain dengan atau tanpa aura dan migren auratanpa sakit kepala,
chronic tension-type headache(CTTH),hemicrania continua (HC), dan sakit
kepala terus-menerus setiap hari. Usaha bunuh diri lebih sering pada klien
yang menderita migrain dibandingkan pada populasi umum, terutama pada
perempuan
5. Faktor riwayat bunuh diri sebelumnya
Upaya bunuh diri sebelumnya, memberikan benda berharga,
membicarakan tentang bunuh diri, menulis catatan atau puisi tentang kematian
menjadi faktor resiko bunuh diri. Riwayat upaya bunuh diri sebelumnya oleh
individu meningkatkan risiko bunuh diri. Risikopengulangan tertinggi dalam 3
sampai 6 bulan pertama setelahusaha bunuh diri, tapi tetap secara substansial
meningkatdari populasi umum selama minimal 2 tahun.
6. Faktor Orientasi seksual
Rata-rata percobaan bunuh diri berhasil pada kelompok remaja gay,
lesbian,dan biseksual. Penyebab dapat karena stres dankesepian yang dialami
karena orientasi seksual yang dimiliki. Stigma penolakan orang tua dan
kurangnya penerimaan sosial sebagai alasan lain tingginya angka bunuh diri
pada kelompok ini (Stuart, 2013). Prasangka yang berlebihan, stigma, dan
diskriminasi yang dihadapi oleh individu minoritas seksual
menyebabkanpeningkatan masalah kesehatan mental pada populasi ini dan
peningkatan risiko akibat bunuh diri
E. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala menurut Nita Fitria, 2009
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
d. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi sangat
patuh)
e. Mempunyai riwayat percobaan bunuh diri
f. Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat dan panik)
g. Kesehatan mental ( secara klinis, klien kelihatan seperti depresi,
menyalahgunakan alkohol)
h. Konflik interpersonal
i. Latar belakang keluarga
j. Menjadi korban perikaku kekerasan. (Nita Fitria, 2009)
F. Akibat
Akibat perilaku bunuh diri adalah cedera atau kematian. Jika perilaku bunuh
diri mengakibatkan kematian maka tindakan yang dilakukan adalah perawatan
jenazah. Cedera yang disebabkan oleh perilaku bunuh diri sangat dipengauhi oleh
cara seseorang melakukan percobaan bunuh diri, Jika perilaku bunuh diri
dilakukan dengan menggantung maka cedera yang terjadi adalah berupa jejas di
leher. Jika minum racun maka akan terjadi pencederaan di lambung dan saluran
pencernaan. Untuk itu intervensi yang dilakukan juga sangat tergantung dengan
cedera yang terjadi.
G. Jenis Bunuh Diri
1. Anomik
Bunuh diri yang diakibatkan faktor stres dan juga akibat faktor ekonomi,
faktor lingkungan yang penuh tekanan tampaknya berperan dalam mendorong
orang untuk melakukan bunuh diri dan kategori bunuh diri anomik in tidak
dapat diprediksikan.
2. Altruistik
Bunuh diri altruistik berkaitan dengan kehormatan seseorang ‘Harakiri’ yang
sudah membudaya di Jepang merupakan bentuk bunuh diri altruistik. Seorang
pejabat Jepang akan bunuh diri ketika mengalami kegagalan dalam
melaksanakan tugasnya
3. Egoistik
Bunuh diri tipe ini biasnya diakibatkan faktor dalam diri seseorang, putus cinta
atau putus harapan kerap membuat seseorang memutuskan untuk mengakhiri
hidupnya, bunuh diri egoistik ini dapat diprediksikan. Pikiran tersebut dapat
dikenali dari ciri kepribadian serta respon seseorang terhadap kegagalan. (Iyus
Yosep, 2009)
H. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Obat anti psikosis: Penotizin
2) Obat anti depresi: Amitripilin
3) Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
4) Obat anti insomnia: Phneobarbital
b. Terapi modalitas
1) Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian
a) BHSP
b) Jangan memancing emosi klien
c) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
d) Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
e) Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah
yang dialaminya
2) Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan
keadaan klien karena masalah sebagian orang merupakan persaan dan
tingkah laku pada orang lain.
3) Terapi musik
Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk mengebalikan
kesadaran klien
I. POHON MASALAH

Risiko Cedera / kematian (Effect)

Risiko bunuh diri (Core Problem)

Harga diri Rendah Halusinasi Gangguan isi pikir (Cause)


Waham

(Nita Fitria, 2009)

J. Diagnosa Perawatan
Resiko Bunuh diri
K. Tindakan Perawatan
1. Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan : Risiko
Bunuh Diri
a. Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri
Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat
Tindakan : Melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri,
maka saudara dapat melakukan tindakan berikut:
1) Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat
yang aman
2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas,
tali pinggang)
3) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat
4) Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan
melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri
Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri
Tindakan:
1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan
pernah meninggalkan pasien sendirian
2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-
barang berbahaya disekitar pasien
3) Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak sering melamun sendiri
4) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara
teratur
2. Isyarat Bunuh Diri dengan diagnosa harga diri rendah
a. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri
Tujuan:
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
Tindakan keperawatan
1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu
dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2) Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien
e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah
c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang
lebih baik
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien isyarat bunuh diri
Tujuan : keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.
Tindakan keperawatan :
1. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
a) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang penah
muncul pada pasien.
b) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada
pasien berisiko bunuh diri.
2. Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
3. Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
4. Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
a) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di tempat yang
mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau
jangan meninggalkan pasien sendirian di rumah
b) Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri.
Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh
diri, seperti: tali, bahan bakar minyak / bensin, api, pisau atau benda
tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun
serangga.
5. Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apabila
tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan
pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan tanda dan gejala untuk
bunuh diri.
6. Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.
7. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila
pasien melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
a) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut
b) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan
bantuan medis
8. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi
pasien
a) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga
kesehatan
b) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol
secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
c) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai
prinsip lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar
dosisnya, benar cara penggunakannya, benar waktu penggunaannya
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Hermawan Surya. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan dari Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Penatalaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika
Stuart, E.W& Sudden S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemah). Jakarta:EGC
Yosep, Iyus.2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
STRATEGI PELAKSANAAN
RISIKO BUNUH DIRI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
Aziz Rokhy Fahruddin
202003005

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
2020/2021
STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah Utama : Risiko Bunuh Diri

A. PROSES PERAWATAN
Isyarat bunuh diri
1. Kondisi Kien
Data subyektif
 Klien mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” Klien
mengatakan “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
 Klien mengatakan memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya
 Klien mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus
asa / tidak berdaya.
 Klien mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan
harga diri rendah
Data obyektif
 Tampak murung
 Sering menyendiri
 Disforik
 Tidak bersemangat

Diagnosa Perawatan: Resiko Bunuh Diri


Tujuan:
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik

Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri :


A. Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara dapat
melakukan tindakan berikut:
1) Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman
2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)
3) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
4) Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri

SP 1 Pasien: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri

ORIENTASI
”Selamat pagi kenalkan nama saya adalah perawat Dian Naeli Sa’adah biasa dipanggil
Naeli, saya perawat yang dinas diruangan ini saya melakukan kunjungan rutin ke sini.”
Boleh tahu namanya siapa ??senangnya dipanggil apa?
”Bagaimana perasaan S hari ini?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang S rasakan selama ini. Dimana dan
berapa lama kita bicara?”

KERJA
“Bagaimana perasaan S setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini S merasa
paling menderita di dunia ini? Apakah S kehilangan kepercayaan diri? Apakah S merasa tak
berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah S merasa bersalah atau
mempersalahkan diri sendiri? Apakah S sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah
S berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap bahwa S mati? Apakah
S pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang S
rasakan?” Jika pasien telah menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan
tindakan keperawatan untuk melindungi pasien, misalnya dengan mengatakan: “Baiklah,
tampaknya S membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri
hidup”. ”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar S ini untuk memastikan tidak ada benda-
benda yang membahayakan S.”
”Nah S, Karena S tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup S,
maka saya tidak akan membiarkan S sendiri.”
”Apa yang S lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau keinginan itu muncul,
maka untuk mengatasinya S harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini
dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi S jangan sendirian ya, katakan pada
perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan”.
”Saya percaya S dapat mengatasi masalah, OK S?”

TERMINASI
”Bagaimana perasaan S sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh
diri?”
”Coba S sebutkan lagi cara tersebut”
”Saya akan menemani S terus sampai keinginan bunuh diri hilang”
( jangan meninggalkan pasien )
SP 2 Pasien: Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri

ORIENTASI
”Selamat pagi S!, masih ingat dengan saya kan? Bagaimana perasaan S hari ini? O...
jadi S merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah S ada perasaan ingin bunuh
diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana cara
mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama? Dimana?”Disini saja ya!
KERJA
“Baiklah, tampaknya S membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup”. ”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar S ini untuk memastikan
tidak ada benda-benda yang membahayakan S.”
”Nah S, karena S tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup
S, maka saya tidak akan membiarkan S sendiri.”
”Apa yang S lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau keinginan itu muncul,
maka untuk mengatasinya S harus langsung minta bantuan kepada perawat atau
keluarga dan teman yang sedang besuk. Jadi usahakan S jangan pernah sendirian ya..”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan S setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa yang
telah kita bicarakan tadi? Bagus S. Bagimana Masih ada dorongan untuk bunuh diri?
Kalau masih ada perasaan / dorongan bunuh diri, tolong panggil segera saya atau
perawat yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan bunh diri saya akan ketemu S lagi,
untuk membicarakan cara meninngkatkan harga diri setengah jam lagi dan disini saja.
SP 3 Pasien: Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri

ORIENTASI
“Selamat pagi S! Bagaimana perasaan S saat ini? Masih adakah dorongan
mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita dua jam yang lalu sekarang kita akan
membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih S miliki. Mau berapa
lama? Dimana?”

KERJA
Apa saja dalam hidup S yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi
kalau S meninggal. Coba S ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan S. Keadaan
yang bagaimana yang membuat S merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan S masih
ada yang baik yang patut S syukuri. Coba S sebutkan kegiatan apa yang masih dapat S
lakukan selama ini”.Bagaimana kalau S mencoba melakukan kegiatan tersebut, Mari
kita latih.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan S setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa
saja yang S patut syukuri dalam hidup S? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam
kehidupan S jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan (affirmasi). Bagus S. Coba S
ingat-ingat lagi hal-hal lain yang masih S miliki dan perlu disyukuri! Nanti jam 12 kita
bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya dimana? Baiklah. Tapi
kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera hubungi saya ya!”

SP 4 Pasien: Berikut ini percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam


menyelesaikan masalah pada pasien isyarat bunuh diri

ORIENTASI
”Selamat pagi, S. Bagaimana perasaannya? Masihkah ada keinginan bunuh diri?
Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus! Sekarang kita akan berdiskusi
tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang selama ini timbul. Mau berapa lama?
Di sini saja yah ?”
KERJA
«  Coba ceritakan situasi yang membuat S ingin bunuh diri. Selain bunuh diri, apalagi
kira-kira jalan keluarnya. Wow banyak juga yah. Nah coba kita diskusikan keuntungan
dan kerugian masing-masing cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang
paling menguntungkan! Menurut S cara yang mana? Ya, saya setuju. S bisa
dicoba!”Mari kita buat rencana kegiatan untuk masa depan.”
TERMINASI
Bagaimana perasaan S, setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mengatasi masalah yang
S akan gunakan? Coba dalam satu hari ini, S menyelesaikan masalah dengan cara yang
dipilih S tadi. Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi disini untuk membahas
pengalaman S menggunakan cara yang dipilih”.

1. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien isyarat bunuh diri


a. Tujuan : keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.
b. Tindakan keperawatan:
1) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
a) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang penah
muncul pada pasien.
b) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada
pasien berisiko bunuh diri.
2) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
a) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila
pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
b) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
(1) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di
tempat yang mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya
atau jangan meninggalkan pasien sendirian di rumah
(2) Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk
bunuh diri. Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk
bunuh diri, seperti: tali, bahan bakar minyak / bensin, api, pisau atau benda
tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun serangga.
(3) Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan
pengawasan apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah
melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan tanda dan
gejala untuk bunuh diri.
3) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien
melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
a) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat
untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut
b) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas
mendapatkan bantuan medis
4) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien
a) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga
kesehatan
ORIENTASI
b) Bapak/Ibu.saya
”Selamat pagi Menganjurkan
Dian Naelikeluarga
Sa’adah untuk
sering mengantarkan pasien
dipanggil Naeli. berobat/kontrol
Bagaimana keadaan anak
Bpk/Ibu?” secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
” Hari inic)kita akan mendiskusikan tentang
Menganjurkan tanda untuk
keluarga dan gejala bunuhpasien
membantu diri dan caraobat
minum melindungi
sesuai dari
bunuh diri.
prinsip lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar
”Dimana kita akan diskusi.Bagiaman kalau di ruang wawancara?” Berapa lama Bapak/Ibu punya
cara penggunakannya, benar waktu penggunaannya
waktu untuk diskusi?”
KERJA
”Apa yang Bapak/Ibu lihat dari perilaku atau ucapan S?”
SP 1 Keluarga: Percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang cara merawat
”Bapak/Ibu sebaiknya memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan gejala bunuh diri. Pada
umumnya orang yanganggota keluarga bunuh
akan melakukan berisiko bunuh
diri diri. (isyarat
menunjukkan tandabunuh diri)
melalui percakapan misalnya
“Saya tidak ingin hidup lagi, orang lain lebih baik tanpa saya. Apakah S pernah mengatakannya?”
”Kalau Bapak /Ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya Bapak /Ibu mendengarkan
ungkapan perasaan dari S secara serius. Pengawasan terhadap S ditingkatkan, jangan biarkan dia
sendirian di rumah atau jangan dibiarkan mengunci diri di kamar. Kalau menemukan tanda dan
gejala tersebut, dan ditemukan alat-alat yang akan digunakan untuk bunuh diri, sebaiknya dicegah
dengan meningkatkan pengawasan dan memberi dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut.
Katakan bahwa Bpk/Ibu sayang pada S. Katakan juga kebaikan-kebaikan
”Usahakan sedikitnya 5 kali sehari bapak dan ibu memuji S dengan tulus”
”Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari bantuan orang lain.
Apabila tidak dapat diatasi segeralah rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk
mendapatkan perawatan yang lebih serius. Setelah kembali ke rumah, Bapak/Ibu perlu membantu
agar S terus berobat untuk mengatasi keinginan bunuh diri.
TERMINASI
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi kembali cara-cara merawat
anggota keluarga yang ingin bunuh diri?”
”Ya, bagus. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh diri segera
hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan datang tentang cara-cara
meningkatkan harga diri S dan penyelesaian masalah”
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh diri/isyarat bunuh diri

ORIENTASI
“Selamat pagi pak, bu, sesuai janji kita minggu lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan minggu
lalu?”
Latihan 8: Membuat
“Sekarang perencanaan
kita akan latihan pulang
cara-cara bersama
merawat keluarga
tersebut ya pak, bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke T ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita latihan?”
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

KERJA
“Sekarang anggap saya S yang sedang mengatakan ingin mati saja, coba bapak dan ibu
praktekkan cara bicara yang benar bila S sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada S”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi S minum obat dan melakukan kegiatan
positifnya sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat S”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada S?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)

TERMINASI“
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat S di rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan
ibu membesuk S”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita
akan mencoba lagi cara merawat S sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan kepada keluarga

ORIENTASI
“Selamat pagi pak, bu, hari ini saya sudah mengakhiri kunjungan saya, maka sebaiknya
kita membicarakan jadwal S selama dirumah”Berapa lama kita bisa diskusi?, baik mari
kita diskusikan.”

KERJA
“Pak, bu, ini jawal S, coba perhatikan, dapatkah dilakukan?’ tolong dilanjutkan, baik
jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh S
selama di rumah. Kalau misalnya S terus menerus mengatakan ingin bunuh diri, tampak
gelisah dan tidak terkendali serta tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat
atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, tolong bapak dan ibu segera

TERMINASI
“Bagaimanpak/bu? Ada yang belum kelas?” Ini jadual kegiatan harian S . Ini surat
rujukan untuk perawat K di puskesmas .... Jangan lupa kontrol ke puskesmas sebelum
obat habis atau ada gejala yang tampak.

Anda mungkin juga menyukai