Makalah Pancasila - Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA


INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pancasila

Dosen Pengampu : Muhammad Islahuddin, MH.

Disusun oleh :

Ahmad Nazhoirul Amin ( 2042100007 )

PROGRAM STUDI HUKUM

FAKULTAS SOSIAL HUMANIORA

UNIVERSITAS NURUL JADID

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah tentang Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa

Indonesia.

Makalah ini telah kami susun secara maksimal dengan mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah

ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

telah berkontribusi.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi isi materi, susunan kalimat, maupun tata bahasanya.

Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik

dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang Pancasila Dalam

Kajian Sejarah Bangsa Indonesia ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi

terhadap pembaca.

Probolinggo, 01 Februari 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3. Tujuan ................................................................................................................. 4
BAB II................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
2.1. Pengertian Pancasila ........................................................................................... 5
A. Pengertian Pancasila Secara Etimologis, ............................................................ 6
B. Pengertian Pancasila Secara Historis .................................................................. 6
C. Pengertian Pancasila Secara Terminologis ......................................................... 8
D. Makna Pancasila ............................................................................................... 11
2.2. Sejarah Pancasila Pra Kemerdekaan ................................................................. 15
A. Masa penjajahan................................................................................................ 16
B. Sidang BPUPKI ................................................................................................ 20
C. Penetapan Garuda sebagai Lambang Negara .................................................... 29
2.3. Sejarah Pancasila Era Kemerdekaan ................................................................. 31
BAB III ............................................................................................................................. 34
PENUTUP ........................................................................................................................ 34
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 34
3.2. Saran ................................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 35

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia telah diterima

secara luas dan bersifat final. Namun, walau Pancasila saat ini telah dihayati

sebagai filsafat hidup bangsa dan dasar negara yang merupakan perwujudan dari

jiwa bangsa, sikap mental, budaya dan karakteristik bangsa, hingga saat ini asal-

usul dan kapan dikeluarkan atau disampaikannya Pancasila masih dijadikan kajian

yang menimbulkan banyak sekali penafsiran dan konflik yang belum selesai

hingga saat ini.

Di balik itu semua, nyatanya Pancasila memang mempunyai sejarah yang

panjang tentang perumusan pembentukannya dalam perjalanan ketatanegaraan

Indonesia. Sejarah ini begitu sensitif dan bisa saja mengancam keutuhan negara

Indonesia. Hal ini dikarenakan begitu banyak polemik serta kontroversi yang akut

dan berkepanjangan baik mengenai siapa pengusul pertama sampai dengan

pencetus istilah Pancasila.

Soekarno pernah mengatakan “jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Dari

perkataan tersebut dapat dimaknai, bahwa sejarah mempunyai fungsi yang

beragam bagi kehidupan. Seperti diungkap seorang filsuf Yunani yang bernama

Cicero (106-43 SM) yang mengungkapkan “Historia Vitae Magistra”, yang

3
bermakna “sejarah memberikan kearifan”. Sejarah memperlihatkan dengan nyata

bahwa semua bangsa memerlukan suatu konsepsi dan cita-cita.

Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama

dengan bangsa Indonesia sejak dulu. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar

negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik

Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yaitu pemerintah,

wilayah, dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya merupakan dasar pijakan

penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara Republik Indonesia.

Kuat dan mengakarnya Pancasila dalam jiwa bangsa menjadikan Pancasila

terus berjaya sepanjang masa. Karena ideologi Pancasila tidak hanya sekedar

“confirm and deepen” identitas bangsa Indonesia semata.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apa arti dan makna lambang Pancasila dan Garuda Pancasila?

2. Bagaimanakah Pancasila dalam kajian sejarah Indonesia?

1.3.Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah

ini adalah untuk mengetahui:

1. Arti dan makna lambang Pancasila dan Garuda Pancasila.

2. Pancasila dalam kajian sejarah Indonesia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Pancasila

Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang merupakan hasil antara

proses sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa

mendatang, yang secara keseluruhan membentuk kepribadian sendiri. Sehingga,

kepribadian itu ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar negara, yakni

Pancasila.

Pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian

bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup

ketatanegaraannya. Pancasila lalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional,

yang selalu menjadi pegangan bersama saat terjadi krisis nasional dan ancaman

terhadap eksistensi bangsa kita, merupakan bukti sejarah sebagai dasar kerohanian

negara, dikehendaki oleh bangsa Indonesia karena sebenarnya ia telah tertanam

dalam hati rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, ia juga merupakan dasar yang mampu mempersatukan

seluruh rakyat Indonesia. Lalu seperti apa pengertian pncasila itu ? Agar kita

dapat memahaminya secara baik dan benar, maka kita harus mendeskripsikannya

secara objektif, sesuai dengan kedudukan dan perumusan dari Pancasila itu

sendiri.

5
A. Pengertian Pancasila Secara Etimologis,

Nama Pancasila sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu panca yang

berarti lima dan sila yang berarti dasar. Pancasila memiliki arti lima dasar

kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Istilah

“sila” juga bisa berarti sebagai aturan yang melatarbelakangi perilaku

seseorang atau bangsa; kelakuan atau perbuatan yang menurut adab (sopan

santun); akhlak dan moral.

Dalam buku Sutasoma ini istilah Pancasila di samping mempunyai arti

“berbatu sendi yang lima” (dari bahsa Sansekerta) dia juga mempunyai arti

pelaksanaan Kesusilaan yang lima, (Pancasila Krama), yang meliputi:

1) Tidak boleh melakukan kekerasan (ahimsa)

2) Tidak boleh mencuri (asteya)

3) Tidak boleh berjiwa dengki (Indriva nigraha)

4) Tidak boleh berbohong (amrswada)

5) Tidak boleh mabuk minuman keras (dama).

B. Pengertian Pancasila Secara Historis

Masuknya Jepang di Indonesia berjalan dengan mulus dan mendapat

sambutan gembira dari bangsa Indonesia, karena perlakuanJepang yang

ramah. Bahkan ketika itu rakyat Indonesia diperbolehkan mengibarkan

bendera merah putih dan mengumandangkan laguKebangsaan Indonesia Raya.

6
Sehingga wajar rakyat Indonesia mengirabahwa Jepang akan membebaskan

mereka dari belenggu pejajahanBangsa Belanda.

Bahkan dirumuskannya Pancasila sebagai Dasar Negara tidakterlepas dari

adanya janji dari Pemerintah Jepang di Tokyo yangdisampaikan oleh Perdana

Menteri Koiso dihadapan Parlemen Jepangpada tanggal 7 Semptember 1944,

yang akan memberikan kemerdekaankepada Bangsa Indonesia sebagai hadiah

dari pemerintah Jepang. Walaupun dalam perkembangannya janji tersebut

baru dapatdilakukan setelah Jepang mengalami berbagai kekalahan dalam

semua medan pertempuran, serta adanya berbagai desakan dari pergerakan

bangsa Indonesia, yang akhirnya memaksa Jepang untuk membentuksuatu

Badan Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), atau biasa

disebut dengan “Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai” pada tanggal 29 April 1945.

Kemudian dilanjutkan proses pelantikannya pada tanggal 28 Mei 1945.

Badan tersebut diketuai oleh Dr.Radjiman Wediodiningrat, dilengkapi

dengan dua orang Wakil Ketua,yaitu Yoshio Ichibangase (berkebangsaan

Jepang), dan RP. Soeroso,yang dalam tugasnya merangkap sebagai kepala

Kantor/Sekretariat,serta dengan jumlah anggota sebanyak 64 orang.(Subandi

Marsudi,2001: 18). Namun dalam perkembangannya hadiah kemerdekaan

yang dijanjikan oleh Jepang tersebut tidaklah dilandasi oleh

kesungguhanuntuk memberikan kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia, tapi

ternyatahanya tipu muslihat pemerintah Jepang belaka.Walaupun demikain

Proses perumusan/sidang BPUPKI tetap dilaksanakan.Dan dalam sidang

BPUPKI pertama dr. Radjiman Widyodiningrat,mengajukan masalah yang

7
akan dibahas pada sidang tersebut,yaitu yang berkenaan dengan calon

rumusan Dasar Negara Indonesiayang akan dibentuk. Kemudian tampillah

beberapa tokoh pendiri bangsayang mengajukan rumusannya masing-masing,

yang lebih lengkpanya akan dijelaskan di bab selanjutnya.

C. Pengertian Pancasila Secara Terminologis

Dengan diproklamasikannya Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus

1945, maka lahirlah negara Republik Indonesia.Kemudian pada tanggal 18

Agustus 1945 dilanjutkan dengansidang PPKI sebagai sarana untuk

melengkapi alat-alat kelengkapan negara yang telah merdeka. Dalam sidang

tersebut telah berhasil mengesahkan UUD negara Republik Indonesia, yang

selanjutnya dikenal dengan nama UUD 1945. Naskah dalam UUD 1945 secara

keseluruhan terdiri dan tersusun atas tiga bagian, yaitu:

1. Bagian Pembukaan, yang terdiri atas 4 alinea.

2. Bagian batang tubuh, yang terdiri atas 16 Bab, 37 Pasal, dan 4 Pasal

Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan.

3. Bagian Penjelasan, yang meliputi Penjelasan umum dan Penjelasan

pasal demi pasal.

Namun pada waktu UUD 1945 disahkan oleh PPKI dalam sidangnya

tanggal 18 Agustus 1945 baru meliputi Pembukaan dan Batang Tubuhnya

saja. Sedangkan bagian penjelasan belum termasuk di dalamnya. Baru setelah

naskah resminya dimuat dan disiarkan dalam Berita Republik Indonesia

tanggal 15 Pebruari 1946, bagian Penjelasan tersebut telah menjadi bagian dari

8
UUD 1945. Sehingga sejak saat itu yang dimaksud dengan UUD 1945 adalah

terdiri atas 3 bagian sebagaimana tersebut di atas.

Pada saat sidang pengesahan UUD 1945 beserta Pembukaannya oleh

PPKI, naskah Pancasila yang terdapat dalam bagian Pembukaan UUD 1945

adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

3. Pesatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/ Perwakilan.

5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan Pancasila sebagaimana tecantum dalam pembukaan UUD 1945

inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara RI.

walaupun dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia sebagai upaya bangsa

Indonesia untuk mempertahankan Proklamasi dan eksistensi bangsa dan

negara Indonesia, ternyata terdapat pula berbagai rumsan Pancasila lainnya.

Dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) 29 Desember 1949

S.d. 17 Agustus 1950. Naskah Pancasila ketika itu adalah:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Peri Kemanusiaan

3. Kebangsaan

4. Kerakyatan

9
5. Keadilan Sosial.

Dalam UUD Sementara (UUDS) tahun1950, yang berlaku mulai 17

Agustus 1950 S.d. 5 juli 1959 Naskah Pancasila yang tercantum konstitusi

RIS tersebut adalah :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Peri Kemanusiaan.

3. Kebangsaan

4. Kerakyatan

5. Keadilan Sosial.

Rumusan Pancasila di Kalangan Masyarakat; Selain naskah Pancasila

sebagai Dasar Negara sebagaimana telah disebutkan di atas, terdapat pula

rumusan/naskah Pancasila yang beredar di kalangan masyrakat luas, bahkan

rumusannya sangat beraneka ragam, yang antara lain terdapat rumusan

sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Peri Kemanusiaan

3. Kebangsaan

4. Kedaulatan Rakyat

5. Keadilan Sosilal

Dari berbagai rumusan Pancasila seperti tersebut di atas, yang benar dan

yang sah adalah yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Hal tserbut

diperkuat pula dengan ketatapan No.XX/MPRS/1966, dan Inpres No. 12

10
tanggal 13 April 1968 yang menegaskan bahwa pengucapan, penulisan dan

rumusan Pancasila Dasar negara Republik Indonesia yang sah dan benar

adalah sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.

D. Makna Pancasila

1. Arti dan Makna Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara

Burung garuda merupakan mitos dalam mitologi Hindu dan Budha.

Garuda dalam mitos digambarkan sebagai makhluk separuh burung

(sayap, paruh, cakar) dan separuh manusia (tangan dan kaki). Lambang

garuda diambil dari penggambaran kendaraan Batara Wisnu yakni

Garudeya. Garudeya sendiri dapat kita temui pada arca Anumerta di

museum Trowulann dan salah satu pahatan di Candi Kidal yang terletak di

Kabupaten Malang tepatnya Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang,

Kabupaten Malang, Jawa Timur. Garuda sebagai lambang negara

menggambarkan kekuatan dan kekuasaan, sedangkan warna emas

melambangkan kejayaan sebagaimana peran garuda dalam cerita

pewayangan Mahabharata dan Ramayana. Posisi kepala garuda menengok

lurus ke kanan menggabarkan kebaikan dan kebenaran.

Dalam tubuhnya burung garuda mengemas kelima dasar dari

Pancasila. Di tengah ada lambang tameng yang bermakna benteng

ketahanan filosofis, terbentang garis tebal yang bermakna garis

khatulistiwa, yang merupakan lambang geografis lokasi Indonesia. Kedua

kakinya yang kokoh kekar mencengkeram kuat semboyan bangsa

11
Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “berbeda-beda, namun

tetap satu“.

Burung garuda yang juga punya sifat sangat setia pada kewajiban

sesuai dengan budaya bangsa yang dihayati secara turun temurun. Burung

garuda pantang mundur dan pantang menyerah. Legenda semacam ini juga

diabadikan sangat indah oleh nenek moyang bangsa Indonesia pada candi

dan di berbagai prasasti sejak abad ke-15.

Keberhasilan bangsa Indonesia dalam meraih cita-citanya menjadi

negara yang merdeka bersatu dan berdaulat pada tanggal 17 Agustus 1945

tertera lengkap dalam lambang garuda. 17 helai bulu pada sayapnya yang

membentang gagah melambangkan tanggal 17 hari kemerdekaan

Indonesia, 8 helai bulu pada ekornya melambangkan bulan Agustus, dan

45 helai bulu pada lehernya melambangkan tahun 1945, tahun

kemerdekaan Indonesia. Semua itu memuat kemasan historis bangsa

Indonesia sebagai titik puncak dari segala perjuangan bangsa Indonesia

untuk mendapatkan kemerdekaannya yang panjang. Dengan demikian

lambang burung garuda itu semakin gagah mengemas lengkap empat arti

visual sekaligus, yaitu makna filosofis, geografis, sosiologis, dan historis.

2. Makna Pancasila dari segi sila

Pancasila yang tersusun dari 5 sila ini tergambar pada bagian perisai

dari lambang negara Indonesia, Setiap silanya pasti memiliki makna

masing-masing. Makna-makan tersebut sebagaimana berikut ini :.

12
a. Sila Pertama

Simbol bintang yang memiliki lima sudut melambangkan

Ketuhanan Yang Maha Esa. Bintang melambangkan seperti sebuah

cahaya yang dipancarkan oleh Tuhan kepada setiap manusia. Di sisi

lain pemakaian simbol bintang bermakna sebagai asas tertinggi dalam

berkehidupan, Karena melihat tata letak bintang yang masih lebih

tinggi dari benda-benda yang ada di angkasa seperti halnya bulan.

Lambang bintang juga diartikan sebagai sebuah cahaya untuk

menerangi dasar negara yang lima (Pembukaan UUD 1945 alinea ke-

4), sifat negara yang lima (Pembukaan UUD 1945 alinea ke-2), dan

tujuan negara yang lima (Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4).

Sedangkan latar hitam menunjukan warna alam dan mengandung arti

bahwa Tuhan bukanlah sekedar rekaan manusia, tetapi sumber dari

segalanya dan telah ada sebelum segala sesuatu di dunia ini ada.

b. Sila Kedua

Rantai melambangkan sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan

yang Adil dan Beradab. Rantai tersebut terdiri atas mata rantai yang

berbentuk segi empat dan lingkaran yang saling berkaitan membentuk

lingkaran. Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan

yang lingkaran melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling

berkait pun melambangkan bahwa setiap manusia, laki-laki dan

perempuan, membutuhkan satu sama lain dan perlu bersatu sehingga

menjadi kuat seperti sebuah rantai. Tanpa membeda-bedakan ras, suku,

maupun adatnya semua sama dan sejajar tidak ada penafsiran bahwa

13
laki-laki lebih tinggi dari perempuan dalam Pancasila, laki-laki

maupun perempuan harkat dan martabatnya akan diperlakukan sama

dalam kehidupan bernegara.

c. Sila Ketiga

Pohon beringin di bagian kiri atas perisai berlatar putih

melambangkan sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia. Pohon beringin

merupakan sebuah pohon Indonesia yang berakar tunjang, sebuah akar

tunggal panjang yang menunjang pohon yang besar ini dengan tumbuh

sangat dalam ke dalam tanah. Hal ini mencerminkan kesatuan dan

persatuan Indonesia. Pohon beringin juga mempunyai banyak akar

yang menggelantung dari ranting-rantingnya, ini mencerminkan

Indonesia sebagai negara kesatuan namun memiliki berbagai latar

belakang budaya yang bermacam-macam. Selain itu juga pohon

beringin biasa dipakai untuk berteduh, artinya semua rakyat Indonesia

bernaung kepada negara Indonesia sebagai cita-cita bahwa kehidupan

di Indonesia adalah tempat yang paling nyaman bagi rakyat Indonesia

d. Sila Keempat

Kepala banteng melambangkan sila keempat Pancasila, yaitu

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan Perwakilan. Kepala banteng melambangkan hewan

sosial yang suka berkumpul, artinya dalam pengambilan keputusan

untuk menentukan hukum di negara Indonesia tidak boleh dilakukan

14
secara sepihak atau individualistic, pengambilan keputusan harus

dilaksanakan secara kolektif untuk mencapai hasil yang mufakat.

e. Sila Kelima

Padi dan kapas melambangkan sila kelima Pancasila, yaitu

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas dapat

mewakili sila kelima, karena padi dan kapas merupakan kebutuhan

dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang, sebagai syarat utama

untuk mencapai kemakmuran tanpa melihat suku, ras, dan golongan.

Ini mencerminkan persamaan social rakyat Indonesia di mana tidak

adanya kesenjangan sosial antara satu dan yang lainnya, tapi hal ini

(persamaan sosial) bukan berarti bahwa Indonesia memakai ideologi

komunisme.

2.2.Sejarah Pancasila Pra Kemerdekaan

Sejarah terbenetuknya Pancasila jika ditelusuri lebih dalam haruslah dikaji

juga dari sejak pra kemerdekaan. Setidaknya ada tiga poin pembahasan yang bias

kita kaji untuk memahaimi sejarah pancasila saat pra kemerdekaaan.

Pancasila sebagai dasar negara RI sebelum disahkan pada tanggal 18 Agustus

1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman

dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara RI. Nilai-nilai tersebut

berupa adat-istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai relegius. Nilai-nilai tersebut telah

melekat dan teramalkan oleh masyarakat ketika itu dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh sebab itulah maka Kausa Materialis dari Pancasila itu pada dasarnya adalah

Bangsa Indonesia itu sendiri.

15
Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh

para pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat negara Indonesia. Dan

proses perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan melalui

proses: berbagai sidang, mulai siding BPUPKI pertama, Sidang Panitia “9”,

sidang BPUPKI kedua, yang diakhiri dengan disyahkannya Pancasila secara

yuridis sebagai dasar Filsafat negara Republik Indonesia.

Oleh sebab itu untuk memahami Pancasila secara lengkap alam kaitannya

dengan jati diri bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman sejarah

perjuangan dari bangsa Indonesia, diperlukan adanya pemahaman tentang sejarah

perjuangan bangsa Indonesia dalam membentuk suatu negara yang didasari atas

asas hidup bersama demi kesejahteraan hidup bersama yaitu negara yang

berdasarkan Pancasila.

A. Masa penjajahan

Indonesia sebagai Negara bekas jajahan sempat dijajah oleh beberapa

Negara. Meski begitu hanya ada dua Negara yang memiliki kisah besar di

sejarah berdirinya Indonesia. Kedua Negara itu adalah Belanda melalui VOC

nya dan Jepang.

1. Kolonialisme Belanda

Sejarah resmi yang diajarkan di SD menyebut Indonesia dijajah 350

tahun atau tiga setengah Abad lamanya. Tetapi angka ini masih

kontroversi. Sebab, Belanda dengan nama VOC baru muncul pada 1602

(343 tahun). Sementara ada yang mengatakan, VOC itu hanya kongsi

dagang, belum mewakili Belanda. VOC bubar tahun 1799. Artinya,

16
Belanda secara resmi mengambil-alih Indonesia pada 1800-an. Tetapi,

terlepas dari kontroversi itu, Belanda menjajah Indonesia cukup lama.

Salah satu penyebabnya adalah keberhasilan Belanda menjalankan politik

pecah-belah atau devide et impera.

Sejak kemunculan VOC di Indonesia, hingga berganti nama menjadi

Hindia-Belanda, perlawanan bangsa Indonesia tidak pernah terhenti sama

sekali. Aceh baru takluk pada 1904, sedangkan Bali dikuasai Belanda

tahun 1906. Memang, perlawanan sejak kedatangan VOC hingga 1906 itu

mengalami kekalahan. Ada beberapa penyebab: pertama, perlawanan itu

dilakukan terpecah-pecah, sendiri-sendiri, di masing-masing daerah; dan

kedua, semangat perlawanan itu masih didorong sentimen yang bersifat

primordial, seperti semangat mempertahankan daerah, tradisi dan agama.

Baru setelah memasuki abad ke-20 muncul semangat perlawanan baru,

yaitu kebangsaan Indonesia atau nasionalisme Indonesia. Alat

perlawanannya pun sudah sangat modern, yaitu organisasi. Dimulai dari

gagasan-gagasan Kartini, Tirto Adhisuryo (pendiri Sarekat Priayi tahun

1906 dan Sarekat Dagang Islamiyah/SDI tahun 1909), hingga pendirian

Boedi Oetomo.

Sejak saat itu mulai muncul kesadaran baru tentang bangsa (Nation),

bahwa manusia yang mendiami kepulauan Nusantara punya kesamaan

nasib, kesamaan kehendak untuk bersatu, dan punya kesamaan cita-cita

(menjadi bangsa Merdeka yang adil dan makmur). Para penjajah Eropa

menyebut daerah jajahannya di Asia tenggara dengan sebutan Hindia

17
timur. Masing-masing wilayah di Hindia Timur ini disesuaikan dengan

nama penjajahnya. Hindia-Belanda untuk wilayah yang dikuasai oleh

Belanda. Ada juga Hindia-Spanyol (Indias Orientales Españolas), dan

Hindia-British (jajahan Inggris).

Pergerakan nasional di masa awal pun masih memakai nama Hindia.

Misalnya Indische Partij, yang didirikan oleh tiga serangkai Ernest

Douwes Dekker, Tjipto Mangkukusumo dan Suwardi Suryaningrat (Ki

Hajar Dewantara), menggunakan nama “Hindia”. Nama Indonesia, yang

berasal dari istilah etnologi, baru dipakai tahun 1913 oleh Ki Hajar

Dewantara untuk menamai kantor berita Bumiputera di negeri Belanda:

Indonesische Persbureau. Kemudian, pada 1922, pelajar Indonesia di

negeri Belanda sepakat mengadopsi nama Indonesia. Mereka mengubah

nama organisasinya dari Indische Vereeniging menjadi Indonesische

Vereeniging. Kemudian, di tahun 1924, koran organisasi ini, Hindia

Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Setahun kemudian,

giliran nama Indonesische Vereeniging resmi diubah menjadi

Perhimpunan Indonesia (PI). Di tanah air, organisasi pertama yang

memakai nama Indonesia adalah Partai Komunis Indonesia pada tahun

1924—sebelumnya bernama Perserikatan Komunis Hindia.

18
2. Kolonialisme Jepang

Fasis Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda dan tipu muslihat

dengan mengatakan bahwa Jepang adalah Peminpin Asia, Jepang saudara

Tua Indonesia, dan lain-lain. Yang tujuannya tidak lain untuk memperoleh

simpati dari rakyat Indonesia ketika itu. Namun ketika Jepang berperang

melawan negara Sekutu Barat yang terdiri dari Amerika, Inggris, Rusia,

Perancis, dan Belanda, nampak Jepang semakin terdesak. Kemudian

sebagai usaha untuk mendapatkan dukungan dari bangsa Indonesia ketika

itu, maka pemerintah Jepang seolah bermurah hati kepada rakyat

Indonesia, yaitu dengan memberikan janji untuk memerdekaan bangsa

Indonesia di kemudian hari.

Dalam perkembangannya, maka pada tanggal 29 April 1945 bertepatan

dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang, beliau atas nama pemerintah

Jepang kembali memberikan hadiah ulang tahun berupa janji (yang ke

dua) untuk memerdekakan bangsa Indonesia dengan tanpa syarat. janji

tersebut disampaikan kepada bangsa Indonesia, seminggu sebelum bangsa

Jepang menyerah. Atas dasar maklumat Pembesar Tertinggi Sipil dari

Pemerintah Melitir Jepang di seluruh Jawa dan Madura (Maklumat

Gunseikan) Nomor 23, bangsa Indonesia diperkenankan untuk

memperjuangkan kemerdekaannya. Bahkan mereka menganjurkan agar

bangsa Indonesia harus berani mendirikan negara Indonesia merdeka di

hadapan negara-negara yang menjadi musuh Jepang, serta kaki tangan

Nica (Netherlands indie Civil Administraion), yang ingin kembali untuk

menjajah bangsa Indonesia.

19
Kemudian untuk maksud tersebut, serta agar memperoleh simpati dan

dukungan dari bangsa Indonesia, maka pada tanggal 29 April 1945

dibentuklah suatu “Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia” (BPUPKI) yang selanjutnya disebut “Badan

Penyelidik “ atau Dokuritsu Junbi Choosakai (Jepang). Badan tersebut

kemudian dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, yang diketuai oleh Dr.

K.R.T.Radjiman Wediodiningrat.

Anggota-anggota tersebut kebanyakan berasal dari pulau Jawa, ada pula

yang dari Sumatra, Maluku, dan Sulawesi. Serta beberapa orang yang

berasal dari Eropa, Cina, dan Arab. Namun semuanya bertempat tinggal di

Jawa, karena BPUPKI dibentuk oleh Saikoo Sikikan yang ada di Pulau

Jawa. Selanjutnya BPUPKI ini dibagi dalam dua bagian, yang terdiri dari:

1. Bagian perundingan yang diketuai oleh K.R.T. Radjiman

Widiodiningrat.

2. Bagian Tata Usaha yang diketuai oleh R.P. Soeroso, dan Mr. A.G.

Pringgodigdo sebagai Wakilnya.

B. Sidang BPUPKI

Dalam sidang Teiku Gikoi (Parlemen Jepang) pada tanggal 7 September

1944, perdana menteri Jepang Jendral Kuniaki Koisi, atas nama pemerintah

Jepang mengeluarkan janji kemerdekaan Indonesia yang akan diberikan pada

tanggal 24 Agustus 1945, sebagai janji politik. Sebagai realisasi janji ini, pada

tanggal 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan akan dibentuknya Badan

20
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Zyunbi

Tyoosakai). Badan ini baru terbentuk pada tanggal 29 April 1945.

Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dilantik

pada tanggal 28 Mei 1945 oleh Gunseikan (Kepala Pemerintahan bala tentara

Jepang di Jawa), dengan susunan sebagai berikut Ketua Dr. KRT. Radjiman

Wedyodiningrat, ketua muda Ichibangase Yosio (anggota luar biasa, bangsa

Jepang), Ketua Muda R. Panji Soeroso (merangkap Tata Usaha), sedangkan

anggotanya berjumlah 60 orang tidak termasuk ketua dan ketua muda.

Badan penyelidik ini mengadakan sidang hanya dua kali. Sidang pertama

pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945, sedangkan sidang kedua

pada tanggal 10 Juli sampai dengan 17 Juli 1945.

1. Sidang Pertama BPUPKI

Pada sidang pertama tanggal 29 Mei 1945 M. Yamin mengemukakan

usul yang disampaikan dalam pidatonya yang berjudul asas dan dasar

negara Kebangsaan Indonesia di hadapan sidang lengkap BPUPKI. Beliau

mengusulkan dasar negara bagi Indonesia Merdeka yang akan dibentuk

meliputi peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhanan, peri

kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.

Selain usulan dalam bentuk pidato, usulan M. Yamin juga disampaikan

dalam bentuk tertulis tentang lima asas dasar negara dalam rancangan

Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang berbeda

21
rumusan kata-kata dan sistematikanya dengan isi pidatonya. Rumusannya

yang tertulis adalah sebagai berikut:

a. Ketuhanan Yang Maha Esa.

b. Kebangsaan Persatuan Indonesia.

c. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan.

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tanggal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan perihal yang pada dasarnya

bukan dasar negara merdeka, akan tetapi tentang paham negaranya yaitu

negara yang berpaham integralistik. Soepomo mengusulkan tentang dasar

pemikiran negara nasional bersatu yang akan didirikan harus berdasarkan atas

pemikiran integralistik tersebut yang sesuai dengan struktur sosial Indonesia

sebagai ciptaan budaya bangsa Indonesia yaitu: struktur kerohanian dengan

cita-cita untuk persatuan hidup, persatuan kawulo gusti, persatuan dunia luar

dan dunia batin, antara mikrokosmos dan makrokosmos, antara rakyat dan

pemimpin-pemimpinnya.

Syarat mutlak bagi adanya negara menurut Soepomo adalah adanya

daerah, rakyat, dan pemerintahan. Mengenai dasar dari negara Indonesia yang

akan didirikan, ada tiga persoalan yaitu:

a. Persatuan negara, negara serikat, persekutuan negara.

b. Hubungan antara negara dan agama.

c. Republik atau monarchie.

22
Pada hari berikutnya, tanggal 1 juni 1945 Ir. Soekarno juga mengusulkan

lima dasar bagi negara Indonesia yang disampaikan melalui pidatonya

mengenai Dasar Indonesia merdeka. Lima dasar itu atas petunjuk seseorang

ahli bahasa yaitu Mr. M. Yamin. Lima dasar yang diajukan Bung Karno ialah

Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Mufakat

atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, Ketuhanan yang Berkebudayaan.

Lima rumusan tersebut menurutnya dapat diringkas menjadi tiga rumusan

yang diberi nama Tri-Sila yaitu dasar pertama, kebangsaan dan

perikemanusiaan (nasionalisme dan internasionalisme) diringkas menjadi satu

diberi nama sosio-nasionalisme. Dasar kedua, demokrasi dan kesejahteraan

diringkas menjadi menjadi satu dan biberi nama sosio-demokrasi. Sedangkan

dasar yang ketiga, ketuhanan yang berkebudayaan yang menghormati satu

sama lain disingkat menjadi ketuhanan.

Setelah selesai masa sidang pertama, dengan usulan dasar negara baik dari

M. Yamin dan Soekarno, dan paham negara integralistik dari Soepomo maka

untuk menampung perumusan-perumusan yang bersifat perorangan,

dibentuklah panitia kecil penyelidik usul-usul yang terdiri atas Sembilan

orang yang diketuai oleh Soekarno, yang kemudian disebut dengan Panitia

Sembilan.

Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan

Rancangan pembukaan Hukum Dasar, yang oleh Mr. M. Yamin dinamakan

Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Di dalam rancangan pembukaan alinea

23
keempat terdapat rumusan Pancasila yang tata urutannya tersusun secara

sistematis:

a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi

pemeluk-pemeluknya.

b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

c. Persatuan Indonesia.

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan.

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Selain itu, dalam piagam Jakarta pada alenia ketiga juga memuat rumusan

teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang pertama berbunyi “Atas berkat

rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan

luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia

dengan ini menyatakan kemerdekaannya”. Kalimat ini merupakan cetusan

hati nurani bangsa Indonesia yang diungkapkan sebelum Proklamasi

kemerdekaan, sehingga dapat disebut sebagai Declaration of Indonesian

Independence.

2. Sidang Kedua BPUPKI

Masa sidang kedua BPUPKI yaitu pada tanggal 10 Juli sampai dengan 17

Juli 1945, merupakan masa sidang penentuan perumusan dasar negara yang

akan merdeka sebagai hasil kesepakatan bersama. Anggota BPUPKI dalam

masa sidang kedua ini ditambah enam orang anggota baru. Sidang lengkap

BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945 menerima hasil panitia kecil atau Panitia

Sembilan yang disebut dengan Piagam Jakarta. Di samping menerima hasil

24
rumusan Panitia Sembilan dibentuk juga panitia-panitia Hukum Dasar yang

dikelompokkan menjadi tiga kelompok panitia perancang Hukum Dasar yaitu:

a. Panitia Perancang Hukum Dasar diketuai oleh Ir. Soekarno dengan

anggota yang berjumlah 19 orang.

b. Panitia Pembela Tanah Air dengan ketua Abikusno Tjokrosujoso

beranggotakan 23 orang.

c. Panitia Ekonomi dan Keuangan dengan ketua Moh. Hatta bersama 23

orang anggota.

Panitia perancang Hukum Dasar kemudian membentuk lagi panitia kecil.

Perancang Hukum Dasar yang dipimpin oleh Soepomo. Panitia-panitia kecil

itu dalam rapatnya tanggal 11 dan 13 Juli 1945 telah menyelesaikan tugasnya

menyusun Rancangan Hukum Dasar. Selanjutnya pada tanggal 14 Juli 1945

sidang BPUPKI mengesahkan naskah rumusan panitia Sembilan yang

dinamakan Piagam Jakarta sebagai Rancangan Pembukaan Hukum Dasar, dan

pada tanggal 16 Juli 1945 menerima seluruh Rancangan Hukum Dasar yang

sudah selesai dirumuskan dan di dalamnya juga memuat Piagam Jakarta

sebagai pembukaan.

Hari terakhir sidang BPUPKI tanggal 17 Juli 1945, hanya merupakan

sidang penutupan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia secara resmi. Dengan berakhirnya sidang ini maka selesailah tugas

badan tersebut, yang hasilnya akan dijadikan dasar bagi negara Indonesia

yang akan dibentuk sesuai dengan janji Jepang. Sampai akhir sidang BPUPKI

ini rumusan Pancasila dalam sejarah perumusannya ada empat macam:

25
a. Rumusan pertama Pancasila adalah usul dari Muh. Yamin pada

tanggal 29 Mei 1945, yaitu usul pribadi dalam bentuk pidato,

b. Rumusan kedua Pancasila adalah usul Muh. Yamin tanggal 29 Mei

1945, yakni usul pribadi dalam bentuk tertulis,

c. Rumusan ketiga Pancasila usul bung Karno tanggal 1 Juni 1945, usul

pribadi dengan nama Pancasila,

d. Rumusan keempat Pancasila dalam piagam Jakarta tanggal 22 Juni

1945, hasil kesepakatan bersama pertama kali.

Meskipun Pancasila secara formal belum menjadi dasar negara Indonesia,

namun unsur-unsur sila-sila Pancasila yang dimiliki bangsa Indonesia telah

menjadi dorongan perjuangan bangsa Indonesia pada masa silam. Pada saat

proklamasi, semua kekuatan dari berbagai lapisan masyarakat bersatu dan

siap mempertahankan serta mengisi kemerdekaan yang telah

diproklamasikan. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa Proklamasi

Kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah revolusi Pancasila.

Sehari setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia, tepatnya tanggal 18

Agustus 1945, diadakan sidang pleno PPKI untuk membahas Naskah

Rancangan Hukum Dasar yang akan ditetapkan sebagai Undang-Undang

Dasar (1945). Tugas PPKI semula hanya memeriksa hasil sidang BPUPKI,

kemudian anggotanya disempurnakan. Penambahan keanggotaan ini

menyempurnakan kedudukan dan fungsi yang sangat penting sebagai wakil

bangsa Indonesia dalam membentuk negara Republik Indonesia setelah

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dalam sidang pertama PPKI

26
tanggal 18 Agustus 1945 berhasil mengesahkan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia dengan menetapkan (Kaelan, 1993: 43-45):

a. Piagam Jakarta yang telah diterima sebagai rancangan Mukaddimah

Hukum Dasar oleh BPUPKI pada tanggal 14 Juli 1945 dengan

beberapa perubahan, disahkan sebagai Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia.

b. Rancangan Hukum Dasar yang telah diterima oleh BPUPKI pada

tanggal 16 Juli 1945 setelah mengalami berbagai perubahan, disahkan

sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

c. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama, yaitu Ir.

Soekarno sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden.

d. Menetapkan berdirinya Komite Nasional sebagai Badan Musyawarah

darurat.

Dengan disahkan dan ditetapkan Piagam Jakarta sebagai Pembukaan

UUD 1945, maka lima dasar yang diberi nama Pancasila tetap tercantum di

dalamnya. Hanya saja sila Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at

Islam bagi pemeluk-pemeluknya, diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa,

atas prakarsa Drs. Moh. Hatta. Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD

1945 sebagai rumusan kelima dalam sejarah perumusan Pancasila, dan

merupakan rumusan pertama yang diakui sebagai dasar filsafat negara secara

formal.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merupakan suatu asas

kerohanian yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga

27
merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah baik moral maupun hukum

negara, dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis atau UUD, maupun

yang tidak tertulis atau konvensi. Oleh karena itu, kedudukan Pancasila

sebagai dasar negara ini memiliki kekuatan yang mengikat secara hukum.

Seluruh bangsa Indonesia tak terkecuali dengan demikian wajib mengamalkan

Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum Indonesia, ia tercantum

dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan

lebih lanjut di dalam pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari

UUD 1945, yang pada akhirnya dikonkrietisasikan dalam pasal-pasal UUD

1945 maupun dalam hukum positif lainnya.

Konsekuensi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ini lebih lanjut

dapat dirinci sebagai berikut:

a. Pertama: Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari

segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia.

b. Kedua: Pancasila sebagai dasar negara meliputi suasana kebatinan

dari UUD 1945.

c. Ketiga: Pancasila sebagai dasar negara mewujudkan cita-cita hukum

bagi hukum dasar negara Indonesia.

d. Keempat: Pancasila sebagai dasar negara mengandung norma yang

mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah

maupun para penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti

yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

28
C. Penetapan Garuda sebagai Lambang Negara

Parada Harahap sebagai anggota Panitia Perancangan UUD dalam rapat

pada tanggal 13 Juli 1945 mengusulkan tentang lambang negara dan disetujui

oleh seluruh anggota. Kemudian dibentuk Panitia Indonesia Raya dengan

ketuanya adalah Ki Hajar Dewantara dan sekretarisnya adalah Muhammad

Yamin, Panitia Indonesia Raya memiliki tugas untuk menyelidiki lambang

yang sesuai untuk bangsa Indonesia.

Pada tahap pertama rancangan lambang negara yang terbaik diusulkan

oleh Sultan Hamid II dari Pontianak dan Muhamad Yamin. Namun usulan

Muhamad Yamin ditolak. Tanggal 11 Februari 1950 Sultan Hamid II

mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan

berdasarkan usulan-usulan yang berkembang. Tanggal 11 Februari 1950

lambang Garuda Pancasila ditetapkan oleh Pemerintah/Kabinet RIS dan

diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet.

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab”,

untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono

melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik,

yaitu karya Sultan Hamid II dan karya Muhamad Yamin. Pada proses

selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan

Hamid II, sedangkan karya Muhamad Yamin ditolak karena menyertakan

29
sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang. Setelah rancangan

terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS

Soekarno, dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk

keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga

mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah

putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhinneka Tunggal

Ika”.

Pada tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara diajukan

kepada Presiden Soekarno. Rancangan final tersebut mendapat masukan dari

Partai Masyumi, karena adanya keberatan terhadap gambar burung Garuda

dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan bersifat

mitologis.

AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Departemen

Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya

Sultan Hamid II akhirnya diresmikan dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu,

gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih gundul dan tidak

berjambul seperti sekarang ini. Penyempurnaan kembali lambang negara itu

terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang awalnya

gundul kemudian ditambah jambul. Bentuk cakar kaki yang mencengkeram

pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga

diperbaiki atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk

akhir lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden

Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah untuk

30
melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk akhir rancangan Menteri

Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.

Untuk terakhir kalinya Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan

bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran

dan tata warna gambar lambang negara yang dimana lukisan otentiknya

diserahkan kepada H. Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974.

Sedangkan lambang negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto

gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal

Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah, Pontianak.

Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Mas Agung (1974)

sewaktu menyerahkan berkas dokumen proses perancangan lambang negara

disebutkan “Ide Perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang

merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa

hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar

negara Indonesia, dimana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila

divisualisasikan dalam lambang negara.

2.3.Sejarah Pancasila Era Kemerdekaan

Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan di kota Hiroshima oleh

Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang. Sehari

kemudian BPUPKI berganti nama menjadi PPKI menegaskan keinginan dan

tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Bom atom kedua dijatuhkan di

Nagasaki yang membuat Jepang menyerah kepada Amerika dan sekutunya.

Peristiwa ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan

31
kemerdekaannya. Untuk merealisasikan tekad tersebut, maka pada tanggal 16

Agustus 1945 terjadi perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam

penyusunan teks proklamasi yang berlangsung singkat, mulai pukul 02.00-04.00

dini hari. Teks proklamasi sendiri disusun oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan

Mr. Ahmad Soebardjo di ruang makan Laksamana Tadashi Maeda tepatnya di

Jalan Imam Bonjol No 1. Konsepnya sendiri ditulis oleh Ir. Soekarno. Sukarni

(dari golongan muda) mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu

adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Kemudian teks proklamasi Indonesia tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Isi

Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 sesuai dengan semangat yang

tertuang dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945. Piagam ini berisi garis-garis

pemberontakan melawan imperialisme-kapitalisme dan fasisme serta memuat

dasar pembentukan Negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta yang lebih tua

dari Piagam Perjanjian San Francisco (26 Juni 1945) dan Kapitulasi Tokyo (15

Agustus 1945) itu ialah sumber berdaulat yang memancarkan Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia (Yamin, 1954: 16). Piagam Jakarta ini

kemudian disahkan oleh sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 menjadi

pembentukan UUD 1945, setelah terlebih dahulu dihapus 7 (tujuh) kata dari

kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya”, diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa

Pada tahun 1950-an muncul inisiatif dari sejumlah tokoh yang hendak

melakukan interpretasi ulang terhadap Pancasila. Saat itu muncul perbedaan

perspektif yang dikelompokkan dalam dua kubu. Pertama, beberapa tokoh

32
berusaha menempatkan Pancasila lebih dari sekedar kompromi politik atau

kontrak sosial. Mereka memandang Pancasila tidak hanya kompromi politik

melainkan sebuah filsafat sosial atau weltanschauung bangsa. Kedua, mereka

yang menempatkan Pancasila sebagai sebuah kompromi politik. Dasar

argumentasinya adalah fakta yang muncul dalam sidang-sidang BPUPKI dan

PPKI. Pancasila pada saat itu benar-benar merupakan kompromi politik di antara

golongan nasionalis netral agama (Sidik Djojosukarto dan Sutan Takdir

Alisyahbana dkk) dan nasionalis Islam (Hamka, Syaifuddin Zuhri sampai

Muhammad Natsir dkk) mengenai dasar negara..

33
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama

dengan bangsa Indonesia sejak dulu. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar

negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik

Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yaitu pemerintah,

wilayah, dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya merupakan dasar pijakan

penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara Republik Indonesia.

Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia terbagi menjadi beberapa

tahap, yaitu Pancasila era pra kemerdekaan, Pancasila era kemerdekaan, Pancasila

era orde lama, Pancasila era orde baru, dan Pancasila era reformasi.

3.2.Saran

Pancasila yang merupakan ideologi dan jati diri bangsa Indonesia, saat ini

nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sudah mulai dilupakan dan

ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, para generasi muda

harus dapat bersatu dan damai walau berbeda suku, budaya, dan agama. Dapat

berpikir rasional, demokratis, dan kritis dalam menuntaskan berbagai persoalan

yang terjadi. Memiliki semangat jiwa muda yang membangun Negara Indonesia,

dengan cara cinta tanah air dan rela berkorban, serta menjunjung tinggi nilai

nasionalisme anatara agama, budaya, dan suku bangsa agar tidak terjadi

perpecahan antar sesama bangsa Indonesia.

34
DAFTAR PUSTAKA

Budioyono, Kabul. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Bandung:


Alfabeta, 2009.

Darmodiharjo, Darji. Pancasila dalam Beberapa Perspektif. Jakarta: Aries Lima,


1982.

Dr. Iriyanto Widisuseno, M.Hum., et.al. Buku Ajar Pendidikan Pancasila.


Semarang: BP UNDIP, 2007.

DRS. H.M. ALWI KADERI, M.Pd.I. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan


Tinggi. Banjarmasin: Antasari Press, 2015.

indonesia.go.id. profil lambang negara. n.d.


https://indonesia.go.id/profil/lambang-negara (accessed Februari 2, 2021).

Kaelan, Zubaidi Achmad. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi. Yokyakarta: Paradigma, 2007.

Notosusanto, Nugroho. Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara. Jakarta: PN


Balai Pustaka, 1981.

Perdana, RY. Mengenal Sejarah Pancasila. Madiun, 2018.

Sekretariat Negara Republik Indonesia. Risalah Sidang BadanPenyelidik Usaha-


Usaha Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia, 1995.

Sumatri. Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia. Bandung: Alumni, 1992.

Yamin, Muhammad. Naskah Persiapan UUD 1945. Vol. II dan III. Jakarta:
Siguntang, 1971.

—. Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia. Jakarta: Ghalia, 1982.

Yuniarsih, Yuyun dkk. Kajian Pancasila. Bandung: Lekkas, 2017.

35

Anda mungkin juga menyukai