Revisi-Pusparini Anggita Ayuningtyas, Kel C1-2041312021-Laporan Lengkap

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 134

MAKALAH

LAPORAN KASUS MINGGU KE-2

“ Asuhan Keperawatan Pada An.K Dengan Diagnosa Gastritis”


Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Profesi Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

PUSPARINI ANGGITA AYUNINGTYAS

2041312021

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus minggu ke-2

untuk memenuhi tugas profesi siklus ‘Keperawatan Anak'.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Deswita, M.Kep,

Sp.Kep.An dan ibu Dr, Ns. Meri Neherta, S.Kep, M.Biomed selaku dosen

pembimbing pada kelompok C pada sikulus Keperawatan Anak ini. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada teman – teman sejawat yang berada pada

kelompok C, yang sudah mau bertukar pikiran untuk menyempurnakan makalah

ini. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis

harapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar...............................................................................................ii

Daftar Isi..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................3

BAB II KONSEP DASAR TEORITIS.........................................................4

A. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan..................................................4


B. Definisi Gastritis ..................................................................................8
C. Etiologi Gastritis...................................................................................11
D. Patofisiologi Gastritis...........................................................................17
E. Manifestasi klinis Gastritis...................................................................20
F. Penatalaksanaan Gastritis.....................................................................24
G. Farmakologi untuk Gastritis.................................................................27
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan....................................................28

BAB III STUDI KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN....................49

A. Kasus.....................................................................................................49
B. Pengkajian.............................................................................................53
C. Diagnosa keperawatan (NANDA), DO dan DS...................................55
D. Intervensi Keperawatan (NOC-NIC)....................................................55
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.............................................60

BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................66

A. Pengkajian.............................................................................................66
B. Diagnosa...............................................................................................67
C. Intervensi..............................................................................................69
D. Implementasi.........................................................................................72
E. Evaluasi.................................................................................................74

BAB V PENUTUP..........................................................................................76

A. Kesimpulan...........................................................................................76
B. Saran.....................................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 79

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Gastritis adalah suatu kondisi dimana terjadi peradangan pada mukosa

lambung sehingga mengakibatkan pembengkakakn pada mukosa lambung bahkan

hingga lepasnya epitel mukosa superfisial yang menyebabkan gangguan saluran

pencernaan (Sukarmin, 2012).

Menurut WHO insiden kejadian gastritis didunia sekitar 1,8-2,1 juta dari

jumlah penduduk setiap tahunnya. Insiden terjadinya penyakit gastritis di Asia

Tenggara berkisar 583. 635 dari jumlah penduduk setiap tahun nya, seperti China

31%, Kanada 35%, Perancis 29,5%, Inggris 22%, Jepang 14,5%. Sedangkan di

Indonesia pada tahun 2007 angka kejadian penyakit gastritis menempati urutan

ke-9 dari 50 peringkat utama pasien rawat jalan di seluruh rumah sakit di

Indonesia dengan jumlah kasus 218.500 (Margareth, 2014). Dari penelitian yang

dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis di beberapa

kota seperti di kota Medan mencapai 91,6%, Surabaya 31,2%, Denpasar 46%,

Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7%, Pontianak 31,2%

(Duwi et al, 2015). Di Jawa Tengah tahun 2013 angka kejadian infeksi cukup

tinggi mencapai 79,6% (Rikesdas, 2013). Beradasarkan catatan rekam medis di

Puskesmas pada Januari 2016- Februari 2017 angka kejadian gastritis pada anak

sebanyak 1354 orang (Rekam Medis Puskesmas, 2017).

Penyebab terjadinya gastritiskarena pola makan yang tidak teratur. Hal ini

menyebabkan peningkatan produksi asam lambung dirangsang oleh konsumsi

1
makanan atau minuman (Diyono, 2013). Helicobacter Pylori atau disebut juga

dengan H. Pylori adalah penyebab tersering gastritis kronis pada anak. Biasanya

organisme ini menyerang pada antrum tetapi kadang-kadang juga menyerang pada

korpus lambung (Rudolph, 2014). Patogen termasuk Proteus, Haemophilus,

Helicobacter Pylori, Escherrichia Coli, Streptokokus dan Stafilokokus. Hal ini

memicu terjadinya inflamasi dan nekrosis berakibat pada infeksi sehingga terdapat

luka mukosa lambung diikuti dengan edema, perdarahan, bahkan ulkus. Pada

gastritis kronis mulanya lapisan lambung mengalami penebalan dan eritematosa

kemudian menipis dan atrofi. 2 Deteriorasi dan atrofi yang berkelanjutan dapat

mengakibatkan hilangnya fungsi kelenjar lambung yang berisi sel parietal. Pada

saat sekresi asam menurun, maka sumber faktor intrinsik juga akan hilang (Black,

2014).

Masalah utama yang perlu ditangani pada penderita gastritis adalah

pemenuhan kebutuhan nutrisi, karena pada penderita gastritis akan mengalami

nyeri epigastrium, mual, muntah dan anoreksia yang berakibat pada tidak

terpenuhinya nutrisi sehingga menyebabkan peningkatan sekresi asam lambung

dan memicu timbulnya perdarahan pada lambung, maka dari itu dengan

memenuhi kebutuhan nutrisi penderita gastritis, produksi asam lambung akan

terkontrol dan dapat mencegah timbulnya perdarahan saluran cerna (Black, 2014).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah landasan teoritis penyakit dan asuhan keperawatannya?


2. Bagaimanakah proses perjalanan penyakit/ WOC yang dialami kasus?
3. Bagaimanakah pengkajian MTBS, dan status gizi dari kasus?
4. Apakah pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan?

2
5. Apa saja pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk melengkapi
data pengkajian keperawatan pada kasus?
6. Bagaimana analisa kasus serta diagnosa keperawatan yang muncul?

C. Tujuan

1. Mengetahui landasan teoritis penyakit dan asuhan keperawatannya


2. Mengetahui proses perjalanan penyakit/ WOC yang dialami kasus
3. Mengetahui pengkajian MTBS, DDST, dan CDC
4. Mengetahui pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan
5. Mengetahui analisa kasus serta diagnosa keperawatan yang muncul

3
BAB II

KONSEP DASAR TEORITIS

A. Anatomi dan Fisiologi

Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut

sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima

makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zatzat gizi ke

dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna

atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem

pencernaan yaitu :

1. Mulut

4
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan

air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan

jalan masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian

dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh

organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana

terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf

olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan

dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi

belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih

mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-

bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan

mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim

(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri

secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut

secara otomatis.

2. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.

Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe

yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan

terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan

jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,

didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan dengan

rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan

tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang

5
yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior yaitu

bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu bagian yang

sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang sama

tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada

nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang

gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke

depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring yang

menghubungkan orofaring dengan laring.

3. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang

dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.

Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses

peristaltik.

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.

Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian

superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran

otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari

otot halus).

4. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga

bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai

gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur

makanan dengan enzimenzim. Sel-sel yang melapisi lambung

menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan

6
prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi

sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida

menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin

guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan

sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai

bakteri.

Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan

terletak di antara bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus.

Lambung merupakan ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada di

bawah diafragma, terletak pada regio epigastrik, umbilikal, dan

hipokondria kiri pada regio abdomen (Tortora & Derrickson, 2009).

Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu

kardiak, fundus, badan (body), antrum, dan pilori. Kardia adalah daerah

kecil yang berada pada hubungan gastroesofageal (gastroesophageal

junction) dan terletak sebagai pintu masuk ke lambung Fundus adalah

daerah berbentuk kubah yang menonjol ke bagian kiri di atas kardia.

Badan (body) adalah suatu rongga longitudinal yang berdampingan

dengan fundus dan merupakan bagian terbesar dari lambung. Antrum

adalah bagian lambung yang menghubungkan badan (body) ke pilorik

dan terdiri dari otot yang kuat. Pilorik adalah suatu struktur tubular yang

menghubungkan lambung dengan duodenum dan mengandung spinkter

pilorik (Schmitz & Martin, 2008).

7
Pembagian daerah anatomi lambung

Dinding lambung tersusun dari empat lapisan dasar utama, sama

halnya dengan lapisan saluran cerna secara umum dengan modifikasi

tertentu yaitu lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan

serosa (Schmitz & Martin, 2008).

1. Lapisan mukosa terdiri atas epitel permukaan, lamina propia, dan

muskularis mukosa. Epitel permukaan yang berlekuk ke dalam lamina

propia dengan kedalaman yang bervariasi, dan membentuk sumur-sumur

lambung disebut foveola gastrika. Epitel yang menutupi permukaan dan

melapisi lekukan-lekukan tersebut adalah epitel selapis silindris dan semua

selnya menyekresi mukus alkalis. Lamina propia lambung terdiri atas

jaringan ikat longgar yang disusupi sel otot polos dan sel limfoid.

Muskularis mukosa yang memisahkan mukosa dari submukosa dan

mengandung otot polos (Tortora & Derrickson, 2009).

2. Lapisan sub mukosa mengandung jaringan ikat, pembuluh darah, sistem

limfatik, limfosit, dan sel plasma. Sebagai tambahan yaitu terdapat pleksus

submukosa (Meissner) (Schmitz & Martin, 2008).

8
3. Lapisan muskularis propia terdiri dari tiga lapisan otot, yaitu (1) inner

oblique, (2) middle circular, (3) outer longitudinal. Pada muskularis propia

terdapat pleksus myenterik (auerbach) (Schmitz & Martin, 2008). Lapisan

oblik terbatas pada bagian badan (body) dari lambung (Tortora &

Derrickson, 2009).

4. Lapisan serosa adalah lapisan yang tersusun atas epitel selapis skuamos

(mesotelium) dan jaringan ikat areolar (Tortora & Derrickson, 2009).

Lapisan serosa adalah lapisan paling luar dan merupakan bagian dari

viseral peritoneum (Schmitz & Martin, 2008).

Histologi Lambung

Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung.

Sel-sel yang bertanggung jawab untuk fungsi sekresi, terletak di lapisan

mukosa lambung. Secara umum, mukosa lambung dapat dibagi menjadi

dua bagian terpisah : (1) mukosa oksintik yaitu yang melapisi fundus dan

badan (body), (2) daerah kelenjar pilorik yang melapisi bagian antrum.

Sel-sel kelenjar mukosa terdapat di kantong lambung (gastric pits), yaitu

9
suatu invaginasi atau kantung pada permukaan luminal lambung. Variasi

sel sekretori yang melapisi invaginasi ini beberapa diantaranya adalah

eksokrin, endokrin, dan parakrin (Sherwood, 2010).

Ada tiga jenis sel tipe eksokrin yang ditemukan di dinding

kantung dan kelenjar oksintik mukosa lambung, yaitu :

1. Sel mukus yang melapisi kantung lambung, yang menyekresikan mukus

yang encer.

2. Bagian yang paling dalam dilapisi oleh sel utama (chief cell) dan sel

parietal. Sel utama menyekresikan prekursor enzim pepsinogen.

3. Sel parietal (oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik. Oksintik

artinya tajam, yang mengacu kepada kemampuan sel ini untuk

menghasilkan keadaan yang sangat asam.

Semua sekresi eksokrin ini dikeluarkan ke lumen lambung dan

mereka berperan dalam membentuk getah lambung (gastric juice )

(Sherwood, 2010).

Sel mukus cepat membelah dan berfungsi sebagai sel induk bagi

semua sel baru di mukosa lambung. Sel-sel anak yang dihasilkan dari

pembelahan sel akan bermigrasi ke luar kantung untuk menjadi sel epitel

permukaan atau berdiferens6iasi ke bawah untuk menjadi sel utama atau

sel parietal. Melalui aktivitas ini, seluruh mukosa lambung diganti setiap

tiga hari (Sherwood, 2010).

Kantung-kantung lambung pada daerah kelenjar pilorik terutama

mengeluarkan mukus dan sejumlah kecil pepsinogen, yang berbeda

dengan mukosa oksintik. Sel-sel di daerah kelenjar pilorik ini jenis selnya

10
adalah sel parakrin atau endokrin. Sel-sel tersebut adalah sel

enterokromafin yang menghasilkan histamin, sel G yang menghasilkan

gastrin, sel D menghasilkan somatostatin. Histamin yang dikeluarkan

berperan sebagai stimulus untuk sekresi asetilkolin, dan gastrin. Sel G

yang dihasilkan berperan sebagai stimuli sekresi produk protein, dan

sekresi asetilkolin. Sel D berperan sebagai stimuli asam (Sherwood,

2010).

Kelenjar oksintik di lambung (Fauci, 2008)

5. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan

yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan

pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui

vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus)

dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang

11
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang

mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari

lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot

memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu

usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus

penyerapan (ileum). a. Usus Dua Belas Jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus

yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong

(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari

usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum

treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak

terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari

yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari

terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari

(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan

masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang

bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan

sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

b. Usus Kosong (Jejenum)

Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di

antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).

Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter,

12
12 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus

penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat

jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.

c. Usus Penyerapan (Illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.

Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4

m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh

usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit

basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam empedu.

6. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan

rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus

besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon

desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi

mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,

seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.

Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada

bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa

menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

7. Rektum dan Anus

13
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar

(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi

sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini

kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada

kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam

rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).

Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam

rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk

melakukan defekasi.

Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan

ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika

defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan

pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua

bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda

mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk

menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,

dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari

permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan

penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh

melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi utama

anus (Pearce, 1999).

14
B. Definisi

Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu

gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.

Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa

kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.

Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang

sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu

Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian

secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan

gastritis.Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet

yang tidak benar atau makanan yang berbumbu atau mengandung

mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunner and suddarth 2001).

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung.

Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada

daerah tersebuh (Suyono Slamet 2001). Gastritis adalah episode berulang nyeri

epigastrium, gejala sementara atau cepat hilang, dapat berhubungan dengan diet,

memiliki respon yang baik dengan antasid atau supresi asam (Grace, Pierce A.dkk

2006). Gastritis akut adalah lesi mukosa akut berupa erosi atau perdarahan akibat

faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa berupa erosi atau

perdarahan akibat faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut

mukosa lambung.

Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, dapat

disimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung

ditandai dengan adanya radang pada daerah tersebut yang disebabkan karena

15
mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan mukosa lambung (seperti

makanan asam atau pedas) atau bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok dan

minum alkohol.

Gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis

kronik. Gastritis akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya

dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut

dan neutrofil. Sedangkan gastritis kronik merupakan suatu peradangan

bagian permukaan mukosa lambung yang menahun, yang disebabkan oleh

ulkus dan berhubungan dengan Hellicobacter Pylori.

Gastritis menurut jenisanya terbagi menjadi dua yaitu (David Overdorf 2002)

1. Gastritis akut

Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat

,enyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi

menjadi dua garis besar yaitu :

1) Gastritis eksogen akut (biasanya disebabkan oleh faktor –faktor dari

luar, seperti bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada,

steroid, mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi

terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan

erosi mukosa lambung) ).

2) Gastritis endogen akut adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan

badan.

2. Gastritis kronik

16
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna

atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter Pylori. Gastritis

kronik dikelompokkan dalam dua tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan

gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini

dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.

Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia

pernisinosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih

lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi Helicobaxter pylori yang

menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

C. Etiologi

Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri

atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang

berkisar antara 10 inci dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau

minuman sebanyak 1 galon. Bila lambung damlam keadaan kosong, maka ia akan

melipat mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi akan

mengembang, lipatan-lipatan tersebut secara bertahap membuka.

Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap

melepaskannya kedalam usus kecil. Kerika makanan masuk kedalam esopagus,

sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esopagus dan lambung

(asophageal sphincter) akan membukan dan membiarkan makanan masuk ke

lambung. Setelah masuk kelambung cincin ini menutup. Dinding lambung terdiri

dari lapisan-lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada dilambung, dinding

lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama,

17
kelenjar-kelenjar yang berada dimukosa pada dinding lambung mulai

mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim-enzim dan asam lambung) untuk

lebih menghancurkan makanan tersebut.

Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini

sangat korosif sehingga paku besi pun larut dalam cairan ini. Dinding lambung

dilindungi oleh mukosa-mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang

mengeluarkan ion bikarbonat secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman

dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida.

Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan

mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab

yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :

1. Infeksi bakteri.

Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang

hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.

Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat

ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur

oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi

oleh bakteri ini. Infeksi H. Pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak

dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi

H. Pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya

peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam

jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang

kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding

lambung.

18
Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan

dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.

Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat

mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat

dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga

meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi

sebagian besar orang yang terkena infeksi H. Pylori kronis tidak

mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini

mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian

orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.

2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.

Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,

ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung

dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding

lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka

kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika

pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang

berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.

3. Penggunaan alkohol secara berlebihan

Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung

dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung

walaupun pada kondisi normal.

4. Penggunaan kokain

19
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan

gastritis.

5. Stress fisik

Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau

infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta

pendarahan pada lambung.

6. Kelainan autoimmune

Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh

menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini

mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding

lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan

menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu

tubuh mengabsorbsi vitamin B12).  

7. Crohn’s disease

Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada

dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan

peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini,

gejala-gejala dari Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam

bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.

8. Radiasi and kemoterapi

20
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat

mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya

dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh

terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya

sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan

tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta

merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.

9. Penyakit bile reflux

Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak

dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu

akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil.

Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti

cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam

lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu

akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan

gastritis.

10. Faktor-faktor lain

Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti

HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.

Menurut Mansjoer, 2001 penyebab gastritis adalah :

1. Gastritis akut

21
1) Penggunaan obat-obatan

Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan pbat anti inflamasi non

steroid dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa

lambung.

2) Alkohol

Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding

lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap

asam lambung walaupun pada kondisi normal.

3) Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar.

4) Stress

Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau

infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan perdarahan pada

lambung.

2. Gastritis kronik

Pada gastritis kronik penyabab tidak jelas, tetapi berhubungan

dengan Hellicobacter Pylori, apalagi ditemukan ulkus pada

pemeriksaan penunjang.

Menurut Brunner & Suddarth, 2001 penyebab gastritis adalah :

1. Gastritis akut

Sering disebabkan akibat diet yang tidak benar. Penyebab lain

dari gastritis akut mencakup alkohol, aspirin, refluks empedu atau

terapi radiasi.

2. Gastritis kronik

22
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus

benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Hellicobacter

Pylori.

23
D. Patofisiologi
WOC Gastritis

Obat-obatan (NSIAD, aspirin, H. phylori Kafein


sulfanomida steroid, digitalis)

Melekat pada epitel lambung me produksi


bikoarbonat (HCO3-)
Mengganggu pembentukan Menghancurkan lapisan mukosa
lapisan mukosa lambung sel lambung
me kemampuan
protektif terhadap asam

me barrier lambung terhadap asam


dan pepsin

Menyebabkan difusi kembali asam


lambung & pepsin

Inflamasi
Erosi mukosa
lambung
Nyeri epigastrium

Mukosa lambung me tonus & perisaltik


me sensori kehilangan integritas lambung
MK: Neri Akut jaringan
untuk makan
Merasa tidak Refluks isi deudenum
nyaman dan Anoreksia Perdarahan ke lambung
mempengaruhi
tidur
Mual Dorongan ekspulsi isi
MK: Gangguan lambung ke mulut
rasa nyaman
Muntah

MK: Perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan

MK: Resiko
ketidakseimbangan
volume cairan
24
1. Gastritis Akut

Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti

Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat analgesik

anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat

menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin

yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut

hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil.

Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang

berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. Pemberian aspirin juga

dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga

kemampuan faktor defensif terganggu.

Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat

(bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta

kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan

tersebut bila terlalu sering kontak dengan dinding lambung akan memicu sekresi

asam lambung berlebih sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung.

Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat menyebabkan

gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia mukosa

lambung. Iskemia mukosa lambung mengakibatkan peningkatan permeabilitas

mukosa akibatnya terjadi difusi balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu

lagi menahan asam berlebih menyebabkan edema lalu rusak.

2. Gastritis Kronis

Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering

disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang

25
menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit

autoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari

lambung.

Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylori) Ini dihubungkan dengan

bakteri H. Pylori, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-

obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori

termasuk bakteri yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat

mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung.

Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan

lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan

tersebut. Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri menyebabkan luka

atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori

tersebut dengan mengirimkan butir-butir leukosit, sel T-killer, dan pelawan infeksi

lainnya.

Namun demikian semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut

sebab tidak bisa menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang

sehingga respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan

mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung.

Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga

merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung

semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan

hemoragi (perdarahan). Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung

akan terbentuk.

26
E. Manifestasi Klinis

Gastritis akut sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik

sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat

berat, gejala yang sangat mencolok adalah :

1. Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai

terjadi renjatan karena kehilangan darah.

2. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.

Keluhan-keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan

dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.

3. Kadang-kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.

4. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu-satunya gejala.

5. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah

samar pada tinja dan secara fisik akan dijumpai tanda-tanda anemia

defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.

6. Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka

yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan

gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat,

keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.

Gastritis kronis

1. Bervariasi dan tidak jelas.

2. Perasaan penuh, anoreksia.

3. Distress epigastrik yang tidak nyata.

4. Cepat kenyang.

Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada gastritis adalah :

27
1. Gastritis Akut

1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada

mukosa lambung.

2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yangs ering

muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung

sehingga terjadi peningkatan asam lambung yang meningkatkan

mual hingga muntah.

3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan

melena. Kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca

perdarahan.

Gastritis akut :

1) Gastritis Akute Eksogen Simple

 Nyeri epigastrik mendadak.

 Nausea yang disusul dengan vomitus.

 Saat serangan pasien kelihatan berkeringat, gelisah, sakit

perut, dan kadang disertai panas serta takikardi.

 Biasanya dalam 1-2 hari sembuh kembali.

2) Gastritis Akute Eksogen Korosiva

 Pasien kolaps dengan kulit dingin.

 Takikardi dengan sianosis.

 Perasaan seperti terbakar pada epigastrium.

 Nyeri hebat (kolik).

3) Gastritis Infeksiosa Akute

 Anoreksia.

28
 Perasaan tertekan pada epigastrium.

 Vomitus.

 Hematemesis.

4) Gastritis Hegmonos Akute

 Nyeri hebat mendadak di epigastrium, Neusia.

 Rasa tegang pada epigastrium, vomitus.

 Panas tinggi dan lemas, takipnea.

 Lidah kering sedikit ektrik, takikardi.

 Sianosis pada ektermitas.

 Abdomen lembek, leukositosis.

2. Gastritis Kronik

1) Pada pasien gastritis kronik umumnya tidak mempunyai keluhan.

Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nauesa

dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

Gastritis kronik :

1) Gastritis superfisialis

 Rasa tertekan yang samar pada epigastrium.

 Penurunan BB.

 Kembung atau rasa penuh pada epigastrium.

 Nousea.

 Rasa perih sebelum dan sesduah makan.

 Terasa pusing.

 Vomitus.

29
2) Gastritis Atropikan

 Rasa tertekan pada epigastrium, anoreksia.

 Rasa penuh pada perut, nousea.

 Keluar angin pada mulut, vomitus.

 Mudah tersinggung, gelisah.

 Mulut dan tenggorokan terasa kering.

3) Gastritis Hypertropik Kronik

 Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah

minum susu.

 Nyeri biasanya timbul pada malam hari.

 Kadang disertai melena.

Gastritis yang dibiarkn akan menimbulkan komplikasi

Pada gastritis akut. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa

hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syak hemoragik yang bisa

mengakibatkan kematian. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan

dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperhatikan hampir sama namun

pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter Pylori, sebesar

100% tukak duodenum dan 60-90% pada tukak lambung. Hal ini dapat ditegakkan

dengan pemeriksaan endoskopi.

Pada gastritis kronik adalah inflamasi lambung yang lama yang disebabkan

oleh ulkus benigna dan maligna dari lambung atau oleh Helicobater Pylori.

1) Atrofi lambung dapat menyebabkan ganggguan penyerapan terhadap

vitamin.

30
2) Anemia pernisinosa yang mempunyai antibodi terhadap faktor intrinsik

dalam serum atau cairan gasternya akibat gangguan penyerapan

terhadap vitamin B12.

3) Gangguan penyerapan zat besi.

F. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama

yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan.

Namun secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :

1.  Gastritis Akut

1) Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala

menghilang, ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.

2) Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan intravena.

3) Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan

dan netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium

hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton,

antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).

4) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah

jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.

5) Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya

perforasi.

6) Antasida

Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau

tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi

31
gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat

menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.

7) Penghambat asam

Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut,

dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,

ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam

lambung yang diproduksi.

2. Gastritis Kronis

Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.

1) Cytoprotective agents

Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan

yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya

adalah sucraflate dan misoprostol.

Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab),

dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan

ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate

yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.

2) Penghambat pompa proton

Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah

dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil

asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara

menutup kerja dari “pompa-pompa” ini.

32
Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole,

rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga

menghambat kerja H. pylori.

3) Penderita juga dilatih untuk manajemen stress sebab dapat

mempengaruhi sekresi asam lambung melalui nervus vagus, latihan

mengendalikan stress bisa juga diikuti dengan peningkatan spiritual

sehingga penderita lebih pasrah ketika menghadapi stress.

4) H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis, tetrasiklin atau

amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory.

Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam

mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah

kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang

ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk

membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk

meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan

meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi H. pylori

tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat

beragam, bergantung pada regimen yang digunakan.

Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada

kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi

selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya

meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H. pylori sudah hilang,

dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan.

Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis

33
pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak

adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang

positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada

kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.

G. Farmakologi

Obat yang dipergunakan untuk gastritis adalah Obat yang mengandung

bahan-bahan yang efektif menetralkan asam dilambung dan tidak diserap ke

dalam tubuh sehingga cukup aman digunakan (sesuai anjuran pakai tentunya).

Semakin banyak kadar antasida di dalam obat maag maka semakin banyak asam

yang dapat dinetralkan sehingga lebih efektif mengatasi gejala sakit gastritis

dengan baik.

Pengobatan gastritis tergantung pada penyebabnya. Gastritis akut akibat

konsumsi alkohol dan kopi berlebihan, obat-obat NSAID dan kebiasaan merokok

dapat sembuh dengan menghentikan konsumsi bahan tersebut.

Gastritis kronis akibat infeksi bakteri H. pylori dapat diobati dengan terapi

eradikasi H. pylori. Terapi eradikasi ini terdiri dari pemberian 2 macam antibiotik

dan 1 macam penghambat produksi asam lambung, yaitu PPI (proton pump

inhibitor).

Untuk mengurangi gejala iritasi dinding lambung oleh asam lambung,

penderita gastritis lazim diberi obat yang menetralkan atau mengurangi asam

lambung, misalnya (Mayo Clinic,2007) :

1. Antasid

Obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan

obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan.  Antasida

34
menetralkan asam lambung sehingga cepat mengobati gejala antara

lain promag, mylanta, dll.

2. Penghambat asam (acid blocker)

Jika antasid tidak cukup untuk mengobati gejala, dokter biasanya

meresepkan obat penghambat asam antara lain simetidin, ranitidin,

atau famotidin.

3. Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton)

Obat ini bekerja mengurangi asam lambung dengan cara menghambat

pompa kecil dalam sel penghasil asam. Jenis obat yang tergolong

dalam kelompok ini adalah omeprazole, lanzoprazole, esomeparazol,

rabeprazole, dll. Untuk mengatasi infeksi bakteri H. pylori, biasanya

digunakan obat dari golongan penghambat pompa proton,

dikombinasikan dengan antibiotika.

H. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1. Identitas Pasien

1. Nama

2. Usia

3. Jenis kelamin : Tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin

4. Jenis pekerjaan : Tidak dipengaruhi jenis pekerjaan

5. Alamat

6. Suku/bangsa

7. Agama

35
8. Tingkat pendidikan : Bagi orang yang tingkat pendidikan rendah atau

minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan

menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis

sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat

menimbulkan serta memperparah penyakit ini.

9. Riwayat sakit dan kesehatan

1. Keluhan utama

Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang

tanda dan gejala pada pasien. Kaji apakah pasien mengalami nyeri

ulu hati, tidak dapat makan, mual, muntah?

2. Riwayat penyakit saat ini

Kaji apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau

sesudah makan, setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi,

atau setelah mencerna obat tertentu atau alkohol?

3. Riwayat penyakit dahulu

Kaji apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi,

makan atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat? Kaji

adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan

lambung?

4. Riwayat kesehatan keluarga

Kaji riwayat keluarga yang mengkonsumsi alkohol, mengidap

gastritis, kelebihan diet atau diet sembarang.

1) Pemeriksaan fisik : Review of System

1. B1 (breath) : Takhipnea

36
2. B2 (blood) : Takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah,

pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.

3. B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat

terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.

4. B4 (bladder) : Oliguri, gangguan keseimbangan cairan.

5. B5 (bowel) : Anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati,

tidak toleran terhadap makanan pedas.

6. B6 (bone) : Kelelahan, kelemahan.

2) Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori

dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien

pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi

itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes

darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi

akibat perdarahan lambung karena gastritis.

2. Uji napas urea

Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea

diubah oleh urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan

karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung

dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.

3. Pemeriksaan feces

37
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam

feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya

infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam

feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.

4. Endoskopi saluran cerna bagian atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada

saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X.

Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang

fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus,

lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih

dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan

pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam

saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil

sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian

akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu

kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung

disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai

efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir

tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah

rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.

5. Rontgen saluran cerna bagian atas

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit

pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium

38
terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran

cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.

6. Analisis Lambung

Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik

penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung

nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi

lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (Basal

Acid Output) tanpa perangsangan.

Ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-

Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah

besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).

7. Analisis stimulasi

Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam

maksimal (MAO, Maximum Acid Output) setelah pemberian obat

yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes

ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.

3) Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara

mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang

dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.

b. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat dan output cair  yang berlebih ( mual dan muntah).

39
2. Ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan

dengan penurunan intake asupan gizi.

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri epigastrium

4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa gaster

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri akibat adanya iritasi pada

mukosa gaster

40
c. Diagnosa, NOC, NIC

NANDA NOC NIC


00002 1004 1100
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang Status nutrisi Manajemen nutrisi
dari kebutuhan tubuh Definisi :Sejauh mana nutrisi dicerna dan Definisi : Menyediakan dan meningkatkan
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk diserap untuk memenuhi kebutuhan intake nutrisi yang seimbang
memenuhi kebutuhan metabolik metabolik Aktivitas :
Batasan karakteristik :  Tentukan status nutrisi gizi pasien dan
-Berat badan 20% atau lebih dibawah 1 = sangat menyimpang dari rentang normal kemampuan pemenuhan kebutuhan gizi
rentang berat badan ideal 5 = tidak menyimpang dari rentang normal  Identifikasi adanya alergi atau intoleransi
-Bising usus hiperaktif makanan yang dimiliki pasien
-Cepat kenyang setelah makan Skala outcome :  Tebtukan apa yang menjadi preferen pasien
-Diare Asupan gizi 1 2 3 4 5  Instruksikan pasien mengenai kebutuhan
-Gangguan sensasi rasa Asupan makanan 1 2 3 4 5 nutrisi
-Kehilangan rambut berlebihan Asupan cairan 1 2 3 4 5  Benu pasien menentukan pedoman dan
-Kelemahan otot pengunyah Energi 1 2 3 4 5 piramida makanan yang paling cocok dalam
Rasio berat badan/tinggi badan 1 2 3 4 pemenuhan kebutuhan nutrisi
-Kelemahan otot untuk menelan
5  Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
-Kerapuhan kapiler
Hidrasi 1 2 3 4 5 yang dibutuhkan
-Kesalahan informasi
-Kesalahan persepsi  Berikan pilihan makanan yang lebih sehat,
1014
-Ketidakmampuan memakan makanan jika diperlukan
Nafsu Makan
-Kram abdomen  Atur diet yang diperlukan ciptakan
Definisi : keinginan untuk makan
-Kurang minat pada makanan lingkungan yng optimal pada saat
-Membrane mukosa pucat mengkonsumsi makanan
1 = sangat terganggu
-Nyeri abdomen 5 = tidak terganggu  Lakukan atau bantu pasien terkait perawatan
-Penurunan berat badan dengan asupan mulut sebelum makan
 Pastikan pasien menggunakan gigi palsu

41
adekuat Skala outcome yang pas, dengan cara yang tepat
-Sariawan rongga mulut Hasrat/keinginan untuk makan  Beri obat sebelum makan
-Tonus otot menurun Mencari makanan  Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi
Menyenangi makanan tegak di kursi jika memungkinkan
Factor yang berhubungan : Masukan makanan  Pastikan makanan di sajikan dengan keadaan
-Factor biologis Energy untuk makan yang menarik
-Factor ekonomi Intake makanan  Anjurkan keluarga membawa makanan
-Gangguanpsikososial Intake nutrisi favorit
-Ketidakmampuan makan Intake cairan  Bantu pasien membuka kemasan makanan
-Keridakmampuan mencerna makanan Rangsangan untuk makan  Anjurkan pasien memodifikasi diet
-Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient  Anjurkan psien kebutuhan diet yang
1802
-Kurang asupan makanan diperlukan
Pengetahuan : Diet yang disarankan
 Anjurkan psien terkait kebutuhan makanan
Definisi : tingkat pemahaman yang
tertentu
disampaikan tentang diet yang
direkomendasikan oleh seorang professional  Tawarkan makanan ringan padat gizi
kesehatan untuk kondisi kesehatan tertentu  Pastikan diet mencakup makanan tinggi
kandungan serat
1 = tidak ada pengetahuan  Monitor kalori dan asupan makanan
5 = pengetahuan sangat banyak  Monitor kecenderungan terjadinya
penurunan BB
Skala outcome  Anjurkan pasien mengontrol klaori
Diet yang dianjurkan 1 2 3 4 5  Dorong bagaimana cara menyiapkan
Manfaat diet1 2 3 4 5 makanan
Manfaat diet yang dianjurkan 1 2 3 4 5  Bantu psien mengakses program gizi
Tujuan diet 1 2 3 4 5  Berikan arahan
Hubungan antara diet,olahraga, berat badan
12345 5614

42
Makanan yang diperbolehkan dalam diet 1 2 Pengajaran : Peresepan diet
345 Definisi : mempersiapkan pasien agar
Makannan yang tidak diperbolehkan dalam dapatmengikuti diet yang telah disarankan
diet 1 2 3 4 5
Makanan yang dihindari dalam diet 1 2 3 4 5 Aktivitas
Cairan yang dihindari dalam diet 1 2 3 4 5  Kaji tingkat pengetahuanpasien mengenai
Makansesuai dengan keyakinan dan budaya diet yang disarankan
12345  Kaji pola makanpasien saat ini dan
Distribusi intake makanan yang sebelumnya, termasuk makanan yang
direkomendasikan sepanjang hari 1 2 3 4 5 disukai dan pola makan saat ini
Porsi makan yang direkomendasikan 1 2 3 4  Kaji pasien dan keluarga mengenai
5 pandangan kebudayaan dan factor lain
Interpretasi lebel gizi pada kemasan 1 2 3 4 yang mempengaruhi kemauan pasien
5 dalam mengikuti diet yang disarankan
Pedoman untuk persiapan makanan 1 2 3 4  Kaji adanya keterbatasan finansial yang
5 dapat mempengaruhi pembelian makanan
Persiapan menu berdasarkan diet yang yang diasarankan
dianjurkan 1 2 3 4 5  Ajarkanpasien nama-nama makanan yang
Strategi untuk megubah kebiasaan diet 1 2 3 sesuai dengan diet yang disarankan
45  Jelaskan pada pasien mengenai tujuan
Rencana diet untuk situasi sosial 1 2 3 4 5 kepatuhan terhadap diet yang disarankan
Strategi untuk situasi yang mempengaruhi terkait kesehatan secara umum
intake makanan dan cairan 1 2 3 4 5
 Informasikan kepada pasien jangka waktu
Teknik pemantauan sendiri 1 2 3 4 5
diet yang disarankan
Interaksi potensial obat dan makanan 1 2 3 4
 Ajarkan pasien untuk membuat dietary
5
makanana yang dikonsumsi, jika
Interaksi potensial obat hernal dan makanan
diperlukan
12345
 Instruksikan pasien menghindari makana

43
Staregi meningkatkan kepatuhan diet 1 2 3 4 yang dipantang dan mengonsumsi
5 makanan yang diperbolehkan
 Informasikan kepada pasien untuk
kemungkinan interaksi obat dan makanan
yang akan tersaji
 Bantu pasien untuk memilih makanan
kesukaan yang sesuai dengan diet yang
disarankan
 Bantu pasien untuk mengganti bumbu
masakan yang pasien sukai ke dalam diet
yang disarankan
 Instruksikan pasien untuk membaca label
dan memilih makanan yang sesuai
 Observasi keinginan pasien untuk memilih
makanan
 Instruksikan kepada pasien untuk
merencanakan diet yang sesuai
 Sediakan contoh menu makanan yang
sesuai
 Rekomendasikan beberapa buku resep
makanan yang sesuai dengan diet yang
disarankan
 Dukung informasikan yang disapaikan
tenaga kesehatan lain
 Tekankan pentingnya pemantauan yang
berkelanjutan dan beritahu pasien jika
harus merubah program diet yang
disarankan segera mungkin

44
 Rujukpasien ke ahligizi jika diperluka
 Libatkan pasien dan keluarga
00025 0603 4120
Resiko ketidakseimbangan volume Keparahan cairan berlebih Manajemen cairan
cairan Definisi : Keparahan tanda dan gejala Definisi : Meningkatkan keseimbangan cairan
Definisi : Kerentanan terhadap penurunan, berlebihan dan cairan ekstraseluler dan pencegahan koplikasi yang dihasilakan
penigkatan, atau pergeseran cepat cairan dari tingkat cairan tidak normal atau tidak
intravaskuler, intertisial, dan/atau 1 = berat diinginkan
intraseluler lain, yang dapat mengganggu 5 = tidak ada Antivitas :
kesehatan. Ini mengacu pada kehilangan,  Timbang berat badan setiap hari
penambahan cairan tubuh atau keduanya. Outcome :  Hitung dan timbang popok dengan baik
Edema periorbital 1 2 3 4 5  Jaga intake cairan dan cacat output
Faktor risiko Edema tangan1 2 3 4 5  Berikan kateter urin
- Asites Edema pada sacral 1 2 3 4 5  Monitor status hidrasi
- Berkeringat Edema pada pergelangan kaki 1 2 3 4 5  Monitor hasil laboratorium yng relevan
- Luka bakar Edema pada kaki 1 2 3 4 5
 Monitor status hemodinamik
- Obstruksi intestinal Asites 1 2 3 4 5
 Monitor TTV
- Pankreatitis Peningkatan lingkar perut 1 2 3 4 5
Edema menyeluruh 1 2 3 4 5  Monitor indikasi cairan/ retensi urin
- Program pengobatan  Monitor perubahan BB
- Sepsis Kongesti vena 1 2 3 4 5
Rales 1 2 3 4 5  Kaji lokasi dan luasnya edema
- Trauma  Monitor makanan dan minuman yang
Malaise 1 2 3 4 5
Lethargy 1 2 3 4 5 dikonsumsi
Konfusi 1 2 3 4 5  Berikan terapi IV
Kejang 1 2 3 4 5  Tigkatkan asupan oral
Koma 1 2 3 4 5  Arahkan pasien mengenai status NPO
Peningkatan tekanan darah 1 2 3 4 5  Berikan penggantian nasogastrik
Peningkatan berat badan 1 2 3 4 5  Distribusikan cairan selama 24 jam

45
Penurunan urin output1 2 3 4 5  Dukung pasien dan keluarga untuk
Penurunan berat jenis urin 1 2 3 4 5 membantu dalam pemberian makan yang
Penurunan serum natrium 1 2 3 4 5 baik
Peningkatan serum natrium 1 2 3 4 5  Tawari makanan ringan
 Batasi asupan air
 Monitor reaksi pasien terhadap terapi
elektrolit yang diresepkan
 Konsultasikan tanda dan gejala yang
muncul dengan dokter
 Atur ketersediaan produkdarah
 Persiapkan pemberian produk darah
 Berikan produk darah
4130
Monitor cairan
Definisi :
Pengumpulan dan analisis data pasien dalam
pengaturan keseimbangan cairan
Aktivitas :
 Tentukan jumlah dan jenis intake / asupan
cairan serta kebiasaan
 Tentukan faktor-faktor resiko ynag
mungkin muncul
 Tentukan apakah pasien mengalami
kehausan
 Periksa isi ulang kapiler
 Periksa turgor kulit
 Monitor BB

46
 Monitor asupan dan keluaran
 Monitor kadar serum dan protein total
 Monitor kadar serum albumin
 Monitor kadar serum dan osmolaritas
 Monitor TTV
 Monitor parametik hemodinamik invsif
 Catat dengan akurat asupan dan keluaran
 Rekam inkontenensia pada pasien
 Perbaiki alat medis yang bermasalah
 Monitor membran mukosa
 Monitor warna, kualitas dan berat jenis
urin
 Monitor detensi vena leher
 Monitor tanda dan gejala asites
 Catat ada atau tidak vertigo
 Berikan cairan dengan tepat
 Pasitikan cairan IV dan aupan enteral baik
 Batasi dan alokasikan asupan cairan
 Konsultasikan apabila asupan caira kurang
 Berikan agen farmakologis
 Pertahankan grafik wadah cairan yang
kuat
 Cek grafik supan dan keluaran
00214 2010 5820
Gangguan Rasa Nyaman Status kenyamanan : Fisik Pengurangan kecemasan
Definisi : Merasa kurang nyaman, lega Definisi : kenyamanan fisik yang berkaitan Definisi : menanganiketakutan,
dan sempurna dalam dimensi fisik, dengan sensasi tubuh dan mekanisma kecemasan,tekanan, firasat, terkait dengan

47
psikospiritual, lingkungan, budaya, homeostatis sumber-sumber bahaya yang teridentifikasi
dan/atau sosial. Skala outcome Aktivitas :
1 = sangat terganggu  Gunakan pendekatan yang tenang dan
Batasan karakteristik: 5 = tidak terganggu meyakinkan
- Ansietas  Nyatakan denganjelas harapan
- Berkeluh kesah Indicator : terhadapperilakupasien
- Gangguan pola tidur Kontol terhadap gejala 1 2 3 4 5  Jelaskansemua prosedur termasuk sensasi
- Gatal Kesejahteraan fisik 1 2 3 4 5 yang dirasakan yang mungkin akan
- Gejala distress Relaksasi otot 1 2 3 4 5 dialamiklien selama prosedur
- Gelisah Posisi yang nyaman 1 2 3 4 5  Pahami situasi krisis yang terjadi pada
- Iritabilitas Baju yang nyaman 1 2 3 4 5 perspektif klien
Perawatan pribadi dan kebersihan 1 2 3 4 5  Berikan informasi factual terhadap
- Ketidakmampuan untuk relaks
Intake cairan 1 2 3 4 5 diagnosis, perawatan, prognosis
- Kurang puas dengan keadaan
Intake makanan 1 2 3 4 5  Berada di sisi klien untuk meningkatkan
- Menangis Tigkat energy1 2 3 4 5
- Merasa dingin rasa nyama
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
- Merasa kurang senang dengan situasi  Dorong keluarga untuk mendampingi klien
Kepatetanan jalan napas 1 2 3 4 5
- Merasa hangat dengan carayang tepat
Saturasi oksigen 1 2 3 4 5
- Merasa lapar  Lakukan usapan punggung danleher
- Merasa tdak nyaman dengan cara yang tepat
1= berat
- Merintih 5= tidak ada  Berikan objekyang menunjukkan rasa
Gatalgatal 1 2 3 4 5 nyaman
- Takut
Sesaknapas 1 2 3 4 5  Dorong aktivitas yang tidakkompetitif
Factor yang berhubungan Perasaan sulit bernapas 1 2 3 4 5 secara tepat
- Gejala terkait penyakit Sindrom RIS 1 2 3 4 5  Jauhakan peralatan perawatan dari klien
- Kurang control situasi Nyeri otot 1 2 3 4 5  Dengarkanklien
- Kurang pengendalian lingkungan Sakit kepala 1 2 3 4 5  Puji perilaku yang baiksecara tepat
- Program pengobatan Mual 1 2 3 4 5  Ciptakan atmosfer rasa aman untuk

48
- Stimuli lingkungan yang mengganggu Muntah 1 2 3 4 5 memberikan kenyamanan
- Sumber daya tidak adekuat Inkotinensia urine 1 2 3 4 5  Dorong verbalisasi perasaan persepsi
(finansal,pengetahuan, dan sosial) Inkontinensia usus 1 2 3 4 5 ketakutan
Diare 1 2 3 4 5  Identifikasi pada saat terjadi perubahan
Konstipasi 1 2 3 4 5 tingkat kecemasan
 Berikanaktivitas pengganti yang bertujuan
0004 mengurangi tekanan
Tidur  Bantu klien dan keluarga
Definisi : periode alami mengistirahatkan mengindentifikasi situasi yang memicu
kesadaran dalam memulihkan tubuh kecemasan
Skala outcome :  Control stimulus untuk kebutuhan klien
1 = sangat terganggu secara tepat
5 = tidak terganggu  Dukung pengunaan mekanisme koping
Indicator : yang sesuai
Jam tidur 1 2 3 4 5
 Kaji tanda verbal dan non verbal
Jam tidur yang diobservasi 1 2 3 4 5
kecemasan
Kualitas tidur 1 2 3 4 5
Efisiensi tidur 1 2 3 4 5
6828
Tidur rutin 1 2 3 4 5
Peningkatan tidur
Tidur dari awal sampai habis di malam hari
secara konsisten 1 2 3 4 5  Tentukan pola tidur /aktivitas pasien
Perasaan segar setelah tidur 1 2 3 4 5
Mudah bangun pada saat yang tepat 1 2 3 4  Perkirakan tidur/siklus bangun pasien di
5 dalam perawatan perencanaan
Tempat tidur yang nyaman 1 2 3 4 5  Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
Suhu runagan yangnyaman 1 2 3 4 5 selama kehamilan ,penyakit,tekanan
psikososial dan lain lain
1 = berat  Tentukan efek dari obat yang di

49
5 = tidak ada komsumsi pasien terhadap pola tidur
Kesulitan memulai tidur 1 2 3 4 5  Monitor atau catat pola tidur pasien dan
Tidur yang terputus 1 2 3 4 5 jumlah jam tidur
Tidur yang tidaktepat 1 2 3 4 5  Anjurkan pasien untuk memantau pola
Apnea saat tidur 1 2 3 4 5 tidur
Ketergatungan pada bantuan tidur 1 2 3 4 5  Monitor partispasi dalam kegiatan yang
Mimpi buruk 1 2 3 4 5 melelahkan selama terjaga untuk
Buang air kecil dimalm hari 1 2 3 4 5 mencegah penat yang berlebihan
Mengorok 1 2 3 4 5  Bantu untuk menghilangkan situasi stres
Nyeri 1 2 3 4 5 sebelum tidur
 Monitor makanan sebelum tidur dan
intake minuman yang dapat
memfasilitasi /menganggu tidur
 Anjurkan pasien untuk menghindari
makanan sebelum tidur dan minuman
yang meganggu tidur
 Sesuaikan jadwalpemberian obat untuk
mendukung tidur/siklus bangun tidur
 Dorong penggunaan obat tidur yang
tidak mengandung zat penekan tidur
rem
 Atur rangsangan lingkungan untuk
mempertahankan siklus siang dan
malam yang normal
 Diskusikan dengan pasien dan keluarga
mengenai teknik untuk meningkat kan
 tidur

50
00132 Nyeri Akut 2102 Tingkat nyeri 1400 Manajemen nyeri
Definisi : Pengalaman sensori dan Definisi : Keparahan tingkat nyeri yang Definisi :
emosional tidak menyenangkan yang diamati dan dilaporkan Pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada
muncul akibat kerusakan jaringan aktual tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh
atau potensial atau yang digambarkan 1 = berat pasien
sebagai kerusakan ; awitan yang tiba-tiba 5 = tidak ada Aktivitas :
atau lambat dari intensitas ringan hingga  Lakukan pengkajian kompeherensif
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi Skala otcome :  Observasi adanya petunjuk non verbal
atau diprediksi Nyeri yag dilaporkan 1 2 3 4 5 mengenai ketidaknyamanan
Panjangnya episode nyeri 1 2 3 4 5  Pastikan perawatan analgesik
Batasan karakteristik Mengerang dan menangis 1 2 3 4 5  Gunakan strategi komunikasi terapeutik
- Bukti nyeri dnegan menggunakan Ekspresi nyeri wajah 1 2 3 4 5  Gali pengetahuan dan kepercayaan psien
standar daftar periksa nyeri untuk Tidak bisa beristirahat 1 2 3 4 5 terhadap nyeri
pasien yang tidak dapat Mengerinyit 1 2 3 4 5  Pertimbangkan pengaruh budya
mengungkapkannya Mengeluarkan keringat 1 2 3 4 5
 Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
- Diaphoresis Berkeringat berlebihan 1 2 3 4 5
 Gali bersama hal yang menurunkan nyeri
- Dilatasi pupil Kehilangan nafsu makan 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5  Evaluasi pengalaman nyeri di masa lalu
- Ekspresi wajah nyeri (mata kurang
Intoleransi makanan 1 2 3 4 5  Evaluasi degan timkes lain tentang
bercahaya, tampak kacau, gerakan mengontrol nyeri
mata berpencar atau tetap satu focus, Frekuensi nafs 1 2 3 4 5
Tekanan daraah 1 2 3 4 5  Bantu keluarga dlam menyediakan
meringis)
Berkeringat 1 2 3 4 5 dukungan
- Focus menyempit (persepsi waktu,
 Gunakan metode penilaian sesuai tahap
proses berpikir, interaksi dengan
perkembangan
orang dan lingkungan)
 Tentukan kebutuhan frekuensi untuk
- Focus pada diri sendiri
melakukan pengkajian
- Keluhan tentang intensitas
 Berikan informasi mengenai nyeri
menggunakan skala nyeri
 Kendalikan faktor lingkungan yang
- Keluhan tentang karakteristik nyeri

51
dengan menggunakan standar mempengaruhi nyeri
instrument nyeri  Kurangi faktor pencetus
- Laporan perilaku nyeri/ perubahan  Pertimbangkan keinginan pasien dalam
aktivitas berpartisipasi
- Mengekspresikan perilaku  Pilih implementasi kegiatan yang beragam
- Perilak distraksi  Ajarkan prinsip manajemen nyeri
- Perubahan pada parameter fisiologis  Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri
(TD, nadi, frekuensi jantung,  Dorong pasin memonitor nyeri
frekuensi pernapadan, saturasi  Gali penggunaan metode farmakologi
oksigen)  Ajarkan metode farmakologi
- Perubahan posisi untuk menghindari  Dorong pasien menggunakan obat
nyeri penghilang nyeri
- Perubahan selera makan  Kolaborasi dengan timkes lain
- Putus asa  Berika penurun nyeri yang opyimal
- Sikap melindungiarea nyeri  Implementasikan penggunaan pasien
- Sikap tubuh melindungia terkontro analgesik
- Agen pencedera  Gunakan tindakan pengontrol nyeri
- Cederamedula spinalis  Berikan obat sebelum makan
- Cedera tabrakan  Pastikan pemberian analgesik sebelum
- Distress emosi tindakan nyeri
- Fraktur  Evalusi tindakan fdari tindakan pengontrol
- Gangguan genetic nyeri
- Gangguan imun  Dukung istirahat tidur yang adekuat
- Gangguan iskemik  Dorong perasaan pasien dalam mengontrol
- Gangguan metabolic pengalaman nyeri
- Gangguan muskuloskletal  Beri tahu dokter apakah tindakan berhasil /
- Gangguan pola tidur tidak

52
- Infiltrasi tumor  Infomasikan pada timkes lain tentang
- Isolasi sosial manajemen nonfarmakologi
- Jender wanita  Gunakan pendekatan multi disiplin
- Keletihan  Pertimbangkan untuk merujuk pasien
- Kerusakan system syaraf  Berikan informasi yang akurat
- Ketidakseimbangan neurotransmitter  Libatkan keluarga dalam modalitas
- Kompresi otot penurunan nyeri
- Kontusio  Monitor kepuasan pasien terhadap
- Malnutrisi manajemen nyeri
- Mengangkat beban berat berulang
- Pascatrauma akibat gangguan
- Penggunaan computer lama
- Peningkatan IMT
- Peningkatankadar kortisol lama
- Pola sekualitas tidak efektif

53
d. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan bentuk dari pelaksanaan aktivitas yang sudah

direncanakan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan yang spesifik.

Setelah intervensi disusun, kemudian dilakukan tindakan untuk memodifikai hal-

hal yang berhubungan dengan masalah kesehatan klien (Nursalam,2013).

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap terakhir dari suatu proses keperawatan yang

merupakan perbandingan sistematis dan terencana bagi kesehatan pasien dengan

tujuan yang telah ditentukan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien.

S = Subjektif

O = Objektif

A = Analisa

P = Planning

54
BAB III

STUDI KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Format Asuhan Keperawatan pada Anak

Nama Mahasiswa : Pusparini Anggita Ayuningtyas


NBP : 2041312021
Tempat Praktek : -
Tanggal Pengkajian : 17 November 2020

I. IDENTITAS DATA
Nama Anak : An. K BB/TB : 44kg / 157cm
TTL/ Usia : Simpang 4, 12 November 2004 / 16 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Anak : SMA
Anak ke :2
Nama Ibu : Ny.Y
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Air bangis
Diagnosis Medis : Gastritis

II. KELUHAN UTAMA


(Yang dirasakan saat pengkajian) : Anak mengeluhkan sakit pada perut pada kuadran kiri atas,
anak mengeluhkan nyeri pada ulu hati dengan skala sedang sampai berat, nyeri dirasakan hilang
timbul dan seperti ditusuk tusuk, tembus ke bagian belakang. Sakit dirasakan disertai dengan
perut kembung, mual dan perasaan ingin muntah. Demam tidak ada, sakit kepala tidak ada, batuk
tidak ada. Anak mengeluhkan tidak nafsu makan karena perut terasa perih dan merasa lemas.
Anak memiliki kebiasaan mengkonsumsi obat anti nyeri dan obat maag tanpa resep dokter
III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
1. Prenatal : Selama hamil Ny.Y memeriksakan kehamilannya di praktik bidan dan
puskesmas, Ny.Y memeriksakan kehamilannya saat ada keluhan saja, namun memeriksakan
kehamilan setiap bulan. Metode kelahiran An.A yaitu kelahiran normal dan bernafas spontan
2. Intranatal : An.K lahir dengan umur kehaimilan cukup bulan, lahir normal di Rumah
Bidan ditolong oleh BIdan dengan BBL : 2700 gram dan dalam kondisi sehat
3. Postnatal : pemeriksaan bayi dan masa nifas dilakukan oleh bidan, dan kondisi Ny.Y
pada saat itu dalam kondisi sehat
IV. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
Anak mengalami nyeri pada ulu hati sejak 1 hari yang lalu, anakmengeluh sakit perut pada kuadran
kiri atas, anak meminum obat peghilang maag (promag)

V. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


1. Penyakit yang diderita sebelumnya : mandel dan maag sejak kelas 8 SMP (kelas 2) didiagnosa
oleh dokter di RS
2. Pernah dirawat di RS : muntaber pada saat SD
3. Obat-obatan yang pernah digunakan : obat sirup pereda panas, obat batuk dan pilek, maag
(dengan dan tanpa resep dokter)
55
4. Alergi : Tidak ada alergi
5. Kecelakaan : jatuh pada saat bermain (usia 5 tahun) dan mendapatkan luka jahit di daerah dagu
6. Riwayat imunisasi : pasien tidak mendapatkan imunisasi

VI. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Disertai genogram 3 (tiga) generasi

VII. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG


1. Perkembangan Biologis
 An. K mengatakan ia telah menstruasi sejak kelas 2 SMP
 An. K mengatakan sudah ada tumbuh rambut halus di ketiak dan kemaluan
 Sudah tampak adanya perubahan pada ukuran payudara
 Tinggi Badan 157 cm
2. Perkembangan Psikososial
 Identitas Individual: An. K berprestasi dan menyukai kegiatan karate
 Identitas Peran Seksual: An. K mengatakan ia tidak memiliki pacar
 Emosionalitas : An.K berani dan tidak pemalu, anak mudah akrab dengan orang lain dan anak
mampu berkomunikasi dengan tepat dengan lawan bicara.
 Identitas kelompok : An.K mempunyai teman teman di sekolahnya dan lingkungan tempat
tinggalnya, anak suka bermain bersamateman-temannya
3. Perkembangan Kognitif (Piaget)
 An.K mengatakan ia harus rajin belajar agar dapat lulus ujian akhir sekolah dan mendapatkan
nilai bagus agar ia bisa masuk perguruan tinggi.
4. Perkembangan Moral: An. K mengatakan orang tuanya laki-laki (ayah) bekerja kadang hingga
larut malam bahkan tidak pulang, anak biasa dirumah bersama ibu dan adiknya, namun anak
selalu malas untuk makan dan terkadang ibu anak tidak memasak, sedangkan kalau saat di kos
anak sering malas untuk membeli makanan.
5. Perkembangan Spiritual: An.K mengatakan ia melakukan shalat tepat waktu dalam keadaan
apapun. An.K mengatakan ia takut jika tidak melakukan ibadah dengan baik ALLAH SWT akan
marah dan tidak mengabulkan doa'nya.
6. Perkembangan Sosial: An.K mengatakan memiliki hubungan baik dengan orang tuanya, An.K
mengatakan kurang berbaur dengan tetangganya. An. K mengatakan ia tidak memiliki pacar saat
ini.

56
VIII. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh klien : kedua orangtua klien
2. Hubungan dengan anggota keluarga : orang tua kandung klien
3. Hubungan dengan teman sebaya : baik, klien memiliki hubungan dengan teman sebaya yang
baik, anak pandai bergaul dan memiliki banyak teman di sekolah maupun di lingkungan tempat
tinggal (kos dan rumah)
4. Pembawaan secara umum : ramah, ceria, dan riang
5. Lingkungan rumah : kos klien tampak bersih dan rapi, sampah selalu dibuang pada pembuangan
sampah di depan kos sebelum diangkut oleh petugas kebersihan, pada kamar kurang pencahayaan
dan ventilasi sehingga terasa engap
IX. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : anak tampak sedikit lemas dan terkadang terlikat menyeka hidungnya
menggunakan tangan dan sesekali batuk berdahak, mukosa hidung memerah, (TTV: TD: 110/70
mmHg, RR: 22x/menit, suhu : 36,70C, dan Nadi 96x/menit)
2. TB/ BB (cm) : TB : 157cm, BB : 44 kg
3. Kepala
a. Lingkar kepala : 51 cm
b. Rambut :
Kebersihan : rambut bersih dan wangi
Warna : .hitam
Tekstur : halus
Distribusi rambut : merata di seluruh permukaan kepala
Kuat/mudah tercabut : kuat
4. Mata :
a. Simetris : Ya
b. Sclera : tidak ikterik
c. Konjungtiva : anemis
d. Palpebra :-
e. Pupil : Ukuran 2 mm Bentuk isokor
f. Reaksi Cahaya : baik, pupil mengecil saat diberikan cahaya
5. Telinga :
a. Simetris : Ya
b. Serumen : tidak ada pengeluaran serumen
c. Pendengaran : Dalam batas normal (baik)
6. Hidung :
a. Septum simetris : Ya
b. Sekret : Ada (normal)
c. Polip : tidak ada
7. Mulut :
a. Kebersihan : Bersih
b. Warna Bibir : Pucat
c. Kelembapan : kering
d. Lidah : Bersih, tidak ada keputihan
e. Gigi : putih dan masih belum lengkap
8. Leher
a. Kelenjer Getah Bening : tidak ada pembesaran kelenjer getah bening
b. Kelenjer Tiroid : normal, tidak ada pembengkakan

57
c. JVP : tidak ada JVP
9. Dada
a. Inspeksi : dada simetris, warna dada sama dengan kulit di sekitarnya
b. Palpasi : pengembangan dada simetris kiri kanan, tidak teraba ictus cordis
10. Jantung
a. Inspeksi : Bentuk normal, tidak ada lesi dan benjolan, warna sama dengan kulit sekitar
abdomen, tidak ada asites
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi : Terdengar bunyi timpani dan pekak
c. Auskultasi : tidak ada bunyi gallop, murmur, bunyi jantung ke 3, Ritme reguler, PMI
dalam batas normal
11. Paru-paru
a. Inspeksi : tidak terdapat otot bantu napas, pengembangan dada simetris kiri dan kanan,
kedalaman napas dangkal
b. Palpasi : tidak ada masa, tidak ada pembengkakan
c. Perkusi : suara sonor
d. Auskultasi : suara nafas vesikuler
12. Abdomen
a. Inspeksi : tidak tampak ada kelainan, abdomen sedikit membuncit, warna kulit pucat
b. Palpasi : terdapat nyeri tekan pada kuadran kiri atas, dan ulu hati, tidak ada nyeri
lepas tekan
c. Perkusi : suara timpani, dan pekak pada bagian liver
d. Auskultasi : bising usus meningkat (borborigmi)
13. Punggung : Bentuk : simetris, pengembangan simetris kiri dan kanan
14. Ekstremitas :
Kekuatan dan tonus otot : 555 555
555 555
Refleks-refleks :
a. Atas : edema (-), lesi (-), CRT 2-3 detik, akral dingin dan pucat
b. Bawah : edema (-), lesi (-), CRT 2-3 detik, akralteraba dingin
15. Genitalia : tidak diperiksa
16. Kulit:
Warna : sedikit pucat Tugor sedikit kering Integritas kering Elastisitas: tidak elastis
17. Pemeriksaan neurologis :
Berkaitan dengan kasus seperti meningitis, kejang dll

X. PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN
- STATUS GIZI WHO-NCHS
BB : 44 kg TB : 157cm
BB/TB2 = 44/(1,57)2
= 17,85
Interpretasi BMI : normal (-2SD sampai dengan 1SD)
- STATUS GIZI CDC
BB anak : 44 kg TB anak : 157 cm

BB menurut umur : 59 kg TB menurut umur : 164 cm

58
BBanak/BBumur x 100% TBanak/TBumur x 100%

44/59 x 100% 157/164 x 100%

74,5 (Gizi Kurang) 95 (gizi baik)

XI. PEMERIKSAAN PSIKOSOSIAL

Perkembangan anak sesuai dengan usia tumbuh kembangnya (motoric kasar, motoric halus,
berbicara dan personal sosial). Dalam hal perkembangan dimana anak tidak kehilangan masa
tumbuh kembang baik secara psikis maupun sosial perkembangan nya dengan teman sebaya.
Perkembangan fisiknya juga tidak terhambat walaupun dengan penyakit yang diderita anak.

XII. PEMERIKSAAN CAIRAN

Intake cairan anak sedikit dan output cairan menurun, anak mengatakan pada saat sakit anak malas
untuk minum dan makan, anak juga mual yang mengakibatkan anak banyak kekurangan cairan dan
asupan nutrisi.
XIII. PEMERIKSAAN SPIRITUAL
Pada saat sakit yang terasa parah (nyeri hebat pada perut akibat maag) anak tidak dapat
menjalankan aktivitas spiritual, namuan saat nyeri mereda, anak dapat menjalankan aktivitasnya
seperti biasa.

XIV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium : .tidak ada
2. Rontgen : tidak ada
3. Lain-lain :-

XV. KEBUTUHAN DASAR SEHARI-HARI

No Jenis Kebutuhan Sebelum sakit Saat sakit

1 Makan Jumlah : ± 2000 kkal Jumlah : ±1200 kkal


Anak makan 3x1 (nasi, lauk, Anak makan tetap 3x1 (nasi
dan sayur) menghabiskan porsi lauk, dan sayur) namun hanya
makan, ditambah cemilan roti makan 2-3 sendok dari porsi
dan keripik (ciki-ciki) 2-3 kali biasanya, anak tidak nafsu
sehari makan, dan malas untuk makan
karena saat diisi terasa perih
2 Minum Jumlah : ± 2250 cc/hari Anak malas untuk minum, dan
Frekuensi : 6-9 gelas sehari mual
Jenis : air mineral dan susu Jumlah : ±1250 cc/hari
Frekuensi : 4-5gelas
Jenis : air mineral
3 Tidur Nyenyak Kurang nyenyak dan sering
Tidur malam : ±7-8 jam terbangun
Tidur siang : ± 1-2 jam Tidur malam : ± 5-6 jam
Tidur siang : tidak ada tidur
siang
4 Mandi Mandiri, frekuensi 2x sehari Mandiri, frekuensi 2x sehari
59
5 Eliminasi Mandiri Mandiri
Frekuensi BAB : 1-2 x sehari Frekuensi BAB : 1-2 x sehari
Jumlah BAB : ± 200cc/hari Jumlah BAB : ± 200cc/hari
Konsistensi : feses lunak Konsistensi : feses lunak
Frekuensi BAK : 4-5x sehari Frekuensi BAK : 3-4x sehari
Jumlah BAK : 540 cc/jam Jumlah BAK : 540 cc/jam
Konsistensi : warna bening Konsistensi : warna kuning
kekuningan
6 Bermain Bermain dengan teman sebaya Saat nyeri tidak dapat bermain
dan yang lebih tua di dan dengan teman sebaya dan
lingkungan sekolah maupun yang lebih tua, saat nyeri
tempat tinggal berkurang anak bermain seperti
biasanya

XVI. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


(Berisikan tentang alasan masuk RS, identitas klien, BB dan TB, TTV, semua data/ pengkajian yang
abnormal/data fokus dan nantinya akan dimasukkan sebagai DO dan DS)

XVII. ANALISIS DATA (minimal 3 masalah keperawatan)


No. Data Patofisiologi Masalah
DO : Penurunan barrier Nyeri Akut
- An.K tampak meringis lambung terhadap asam
- An.K tampak memegang perut dan peptin
sebelah kiri
- An. K menunjukkan perilaku Difusi kembali asam
distraksi lambung dan peptin
- Nadi : 96x/menit
- RR : 24x/menit Inflamasi
DS:
- An.K mengatakan nyeri pada daerah Nyeri epigastrium
perut kiri atas,sampai ulu hati, tembus
ke belakang
- An.K mengatakan perih pada lambung
- An.K mengatakan badannya lemas,
merasa mual dan keinginan untuk
muntah
- Pasien mengatakan aktivitasnya
terhambat dengan adanya nyeri pada
saat ini
P : nyeri akibat maag karna terlambat
makan
Q : nyeri seperti ditusuk tusuk
R : nyeri di rasakan pada perut bagian
kiri atas dampai ke ulu hati tembus ke
belakang
S : saat ini skala nyeri 5-7
T : nyeri hilang timbul
DO : Nyeri epigastrium Ketidakseimbangan
- BB : 44kg nutrisi : kurang dari
- TB : 157 cm Menurunkan sensori kebutuhan tubuh
- IMT : 17,85 (normal) makanan

60
- An.K terlihat lemas
- abdomen sedikit membuncit, Anoreksia
- warna kulit pucat
- mukosa bibir kering Penurunan napsu makan
- turgor kulit sedikit kering
- terdapat nyeri tekan pada kuadran kiri
atas, dan ulu hati
- suara abdomen timpani
- terdengar bising usus meningkat
(borborgini)
DS:
- An.K mengatakan nafsu makan
berkurang
- An.K mengatakan tidak ingin makan
karena apabila makan perutnya terasa
perih
- An.K mengatakan saat perutnya perih
ia kurang minat melihat makanan
- An.K mengeluhkan nyeri sedang
pada perut sebelah kiri
- An.K mengatakan makanan yang
dipantang untuk kondisinya tidaktahu
dan makan semua apa yang dirasa
enak menurut anak
DO : Difusi asam lambung Gangguan Rasa Nyaman
- An.K menunjukkan ekspresi gelisah dan pepsin
- An.K menunjukkan ekspresi cemas
- An.K mengeluhkan sakit perut Inflamasi
- Sesekali An.K merintih sambil
memegang perutnya Nyeri epigastrium
DS :
- An.K mengatakan sakit pada bagian Nyeri
perut membuatnya merasa tidak
nyaman Ketidaknyamanan
- An.K mengatakan nyeri pada bagian melakukan aktifitas
perut membuatnya cemas akan
kondisinya yang tak kunjung
membaik dan menghambat
kegiatannya untuk bersekolah dan
mengerjakan tugas
- An.K mengatakan sulit untuk tidur,
tidur tidak nyenyaka akibat nyeri yng
dirasakan
- An.K mengatakan tidur sering
terbangun

61
NANDA NOC NIC
00132 2102 1400
Nyeri Akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional Definisi : Keparahan tingkat nyeri yang diamati Definisi : Pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada
tidak menyenangkan yang muncul akibat dan dilaporkan tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien
kerusakan jaringan aktual atau potensial atau
yang digambarkan sebagai kerusakan ; awitan 1 = berat Aktivitas :
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan 5 = tidak ada  Lakukan pengkajian kompeherensif
hingga berat dengan akhir yang dapat  Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai
diantisipasi atau diprediksi Skala otcome : ketidaknyamanan
Nyeri yag dilaporkan  Gunakan strategi komunikasi terapeutik
Panjangnya episode nyeri  Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien terhadap
Mengerang dan menangis nyeri
Ekspresi nyeri wajah  Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
Tidak bisa beristirahat  Gali bersama hal yang menurunkan nyeri
Mengerinyit
 Evaluasi pengalaman nyeri di masa lalu
Mengeluarkan keringat
 Gunakan metode penilaian sesuai tahap
Kehilangan nafsu makan
perkembangan
Mual
Intoleransi makanan  Berikan informasi mengenai nyeri
Frekuensi nafas  Kendalikan faktor lingkungan yang mempengaruhi
nyeri
 Kurangi faktor pencetus
 Pilih implementasi kegiatan yang beragam
 Ajarkan prinsip manajemen nyeri
 Dukung istirahat tidur yang adekuat
 Dorong perasaan pasien dalam mengontrol
pengalaman nyeri
 Berikan informasi yang akurat
 Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri
 Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri

6040
Terapi Relaksasi
Definisi : penggunaan teknik-teknik untuk mendorong

62
dan memperoleh relaksasi demi tujuan mengurangi
tanda dan gejala yang tidak diinginkan seperti nyeri,
kaku otot, dan ansietas

Aktivitas :
 Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta
jenis-jenis relaksasi yang tersedia (music, mediasi,
nafas dalam, relaksasi rahang, dan otot progresif)
 Tentukan apakah ada intervensi relaksasi masa lalu
 Pertimbangkan keinginan individu untuk
berpartisipasi dalam memilih relaksasi yang
diinginkan
 Berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi
yang dipilih
 Dorong pasienuntuk mendapatkan posisi yang
nyaman untuk memulai relaksasi
 Minta klien untuk relaks
 Gunakan suara yang lebut dan irama yang lambat
 Tunjukkan dan praktikkan terapi relaksasi kepada
pasien
 Dorong pengulangan teknik relaksasi secara berkala
 Evaluasi dan dokumentasi laporan individu terhadap
relaksasi yang sudah dicapai

00002 1004 1100


Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari Status nutrisi Manajemen nutrisi
kebutuhan tubuh Definisi :Sejauh mana nutrisi dicerna dan diserap Definisi : Menyediakan dan meningkatkan intake
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk untuk memenuhi kebutuhan metabolik nutrisi yang seimbang
memenuhi kebutuhan metabolik Aktivitas :
- 1 = sangat menyimpang dari rentang normal  Tentukan status nutrisi gizi pasien dan kemampuan
5 = tidak menyimpang dari rentang normal pemenuhan kebutuhan gizi
 Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan
Skala outcome : yang dimiliki pasien
Asupan gizi  Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
Asupan makanan
63
Asupan cairan  Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
Rasio berat badan/tinggi badan dibutuhkan
 Berikan pilihan makanan yang lebih sehat, jika
diperlukan
1014  Atur diet yang diperlukan ciptakan lingkungan yng
Nafsu Makan optimal pada saat mengkonsumsi makanan
Definisi : keinginan untuk makan  Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak di
kursi jika memungkinkan
1 = sangat terganggu  Pastikan makanan di sajikan dengan keadaan yang
5 = tidak terganggu menarik
 Anjurkan pasien memodifikasi diet
Skala outcome
 Anjurkan psien kebutuhan diet yang diperlukan
Hasrat/keinginan untuk makan
 Anjurkan psien terkait kebutuhan makanan tertentu
Mencari makanan
Masukan makanan  Tawarkan makanan ringan padat gizi
Intake makanan  Monitor kalori dan asupan makanan
Intake cairan  Monitor kecenderungan terjadinya penurunan BB
Rangsangan untuk makan  Dorong bagaimana cara menyiapkan makanan
 Bantu psien mengakses program gizi
1802
Pengetahuan : Diet yang disarankan 5614
Definisi : tingkat pemahaman yang disampaikan Pengajaran : Peresepan diet
tentang diet yang direkomendasikan oleh seorang Definisi : mempersiapkan pasien agar dapat mengikuti
professional kesehatan untuk kondisi kesehatan diet yang telah disarankan
tertentu Aktivitas
 Kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai diet
1 = tidak ada pengetahuan yang disarankan
5 = pengetahuan sangat banyak  Kaji pola makan pasien saat ini dan sebelumnya,
termasuk makanan yang disukai dan pola makan
Skala outcome saat ini
Diet yang dianjurkan  Kaji adanya keterbatasan finansial yang dapat
Manfaat diet yang dianjurkan mempengaruhi pembelian makanan yang
Tujuan diet diasarankan
Makanan yang diperbolehkan dalam diet  Ajarkan pasien nama-nama makanan yang sesuai
Makanan yang tidak diperbolehkan dalam diet dengan diet yang disarankan

64
Makanan yang dihindari dalam diet  Jelaskan pada pasien mengenai tujuan kepatuhan
Porsi makan yang direkomendasikan terhadap diet yang disarankan terkait kesehatan
Persiapan menu berdasarkan diet yang dianjurkan secara umum
Rencana diet untuk situasi sosial  Informasikan kepada pasien jangka waktu diet yang
Strategi untuk situasi yang mempengaruhi intake disarankan
makanan dan cairan  Instruksikan pasien menghindari makana yang
Teknik pemantauan sendiri dipantang dan mengonsumsi makanan yang
Interaksi potensial obat dan makanan diperbolehkan
Staregi meningkatkan kepatuhan diet  Bantu pasien untuk memilih makanan kesukaan
yang sesuai dengan diet yang disarankan
 Bantu pasien untuk mengganti bumbu masakan
yang pasien sukai ke dalam diet yang disarankan
 Observasi keinginan pasien untuk memilih
makanan
 Dukung informasikan yang disapaikan tenaga
kesehatan lain
 Tekankan pentingnya pemantauan yang
berkelanjutan dan beritahu pasien jika harus
merubah program diet yang disarankan segera
mungkin
 Libatkan pasien dan keluarga
00214 2010 0840
Gangguan Rasa Nyaman Status kenyamanan : Fisik Pengaturan Posisi
Definisi : Merasa kurang nyaman, lega dan Definisi : kenyamanan fisik yang berkaitan Definisi : menempatkan pasien atau bagian tubuh
sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, dengan sensasi tubuh dan mekanisma homeostatis tertentu dengan sengaja untuk meningkatkan
lingkungan, budaya, dan/atau sosial. Skala outcome kesejahteraan fungsi fisiologis dan psikologis
1 = sangat terganggu
- 5 = tidak terganggu Aktivitas :
 Dorong pasien untuk terlibat dalam perubahan
Indicator : posisi
Kontrol terhadap gejala  Tempatkan pasien dalam posisi terapeutik yang
Kesejahteraan fisik sudah dirancang
Relaksasi otot  Imobilisasi atau sokong bagian tubuh yang terkena
Posisi yang nyaman dampak dengan tepat
Baju yang nyaman  tinggikan anggota badan yang terkena dampak
65
Perawatan pribadi dan kebersihan setinggi 20 derajat atau lebih, lebih tinggi dari
Intake cairan jantung untuk meningkatkan aliran balikvena
Intake makanan  pertahankan posisi dan integritas traksi
Tigkat energy  gunakan alat-alat yang tepat dalam menyokong
Suhu tubuh tubuh pasien
Kepatetanan jalan napas
Saturasi oksigen 6828
Peningkatan tidur
0004
Tidur  Tentukan pola tidur /aktivitas pasien
Definisi : periode alami mengistirahatkan  Perkirakan tidur/siklus bangun pasien di dalam
kesadaran dalam memulihkan tubuh perawatan perencanaan
Skala outcome :  Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama
1 = sangat terganggu kehamilan ,penyakit,tekanan psikososial dan
5 = tidak terganggu lain lain
Indicator :
 Monitor atau catat pola tidur pasien dan jumlah
Efisiensi tidur
jam tidur
Tidur dari awal sampai habis di malam hari secara
konsisten  Anjurkan pasien untuk memantau pola tidur
Perasaan segar setelah tidur  Bantu untuk menghilangkan situasi stres
Mudah bangun pada saat yang tepat sebelum tidur
Tempat tidur yang nyaman  Atur rangsangan lingkungan untuk
Suhu runagan yang nyaman mempertahankan siklus siang dan malam
yang normal
1 = berat  Diskusikan dengan pasien dan keluarga
5 = tidak ada mengenai teknik untuk meningkat kan tidur
Kesulitan memulai tidur
Tidur yang terputus
Nyeri

66
XX. CAPAIAN PERKEMBANGAN

No Paraf
Dx. Hari/Tanggal, Implementasi Evaluasi
Jam Perawat
1 Selasa/17-11-  Lakukan pengkajian S: anak mengatakkan nyeri
2020, Jam 09.00 kompeherensif sedang (manunjukkan skala 5-7)
WIB  Observasi adanya pada bagian perut yang menjalar
hingga ke ulu hati
petunjuk non verbal
sampaitembus ke belakang,
mengenai anak mengatakan tidaka nyaman
ketidaknyamanan dengan keadaanya saat
 Gunakan strategi ini,pasien mengatakan nyeri
komunikasi terapeutik yang dirasakan akibat
 Gali pengetahuan dan kambuhnya penyakit maag yang
dia punya akibat terlambat
kepercayaan pasien makan, anak mengatakan
terhadap nyeri apabila nyeri seperti ini
 Tentukan akibat dari membuatnya selalu tidak dapat
pengalaman nyeri melanjutkan aktivitasnya, anak
 Gali bersama hal yang mengatakan tidak pernah
sebelumnya mendapatkan tekik
menurunkan nyeri
pengontrol nyeri,anak
 Evaluasi pengalaman mengatakan apabila nyeri timbul
nyeri di masa lalu anak meminum obat maag untuk
mengurangi sakitnya
 Gunakan metode O: menanyakan skala nyeri
penilaian sesuai tahap anak dengan metode numeric
perkembangan rating scale (anak menunjukkan
nilai 5-7), An.K tampak
meringis, An.K tampak
memegang perut sebelah kiri,
An. K menunjukkan perilaku
distraksi, bertanya kepada anak
kenapa nyeri terjadi, bertanya
bagaimana anak biasanya
menghilangkan nyeri, bertanya
akibat dari nyeri yang diraskan,
bertanya bagaimana keadaan
nyeri setelah diobati mandiri,
Nadi : 96x/menit, RR :
22x/menit
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan dengan
pemberian manajemen nyeri
(terapi relaksasi)
1 Selasa/17-11-  Berikan informasi S : anak mengatakan nyeri
2020, Jam 10.30 mengenai nyeri akibat penyakit maag yang
 Kurangi faktor pencetus sudah lama di deritanya, anak
mengatakan faktor pencetusnya
 Dorong perasaan pasien adalah terlambat makan, anak
dalam mengontrol mengatakan bahwa ia tahu
pengalaman nyeri faktor penyebabnya dan akan
menguranginya, anak
67
 Berikan informasi yang mengatakan nyeri pada saat ini
akurat adalah nyeri sedang yang masih
bisa ditahan, anak mengatakan
untuk mengurangi nyeri ia
mengonsumsi promag kemarin
O : memberikan penjelasan
bahwa nyeri yang dirasakan
anak adalah respon dari
penyakit maag yang diderita
anak karena terlambatnya
makan, memberikan penjelasan
bahwa untuk mengurangi faktor
pencetus anak harus makan
teratur dan tidak boleh terlambat
serta makan tidak harus banyak
namun sering dan tidak tergesa
gesa, bertanya tentang nyeri
yang dirasakan anak saat ini
A : masalah mulai teratasi
P: lanjutkan intervensi
menentukan teknik relaksasi
yang sudah dipelajari
sebelumnya dan memilih teknik
relaksasi untuk mengurangi
nyeri yang dirasakan
1 Selasa/17-11-  Tentukan apakah ada S: anak mengatakan tidak
2020, Jam 11.00 intervensi relaksasi masa pernah mendapatkan teknik
lalu relaksasi sebelmnya, anak
mengatakan ingin mempelajari
 Pertimbangkan keinginan
teknik relaksasi dan memilih
individu untuk pilihan teknik relaksasi napas
berpartisipasi dalam dalam dari beberapa teknik yang
memilih relaksasi yang disebutkan perawat, setelah
diinginkan diberikan penjelasan tentang
 Berikan deskripsi detail teknik napas dalam anak
mengatakan teknik napas dalam
terkait intervensi relaksasi
adalah sebuah teknik relaksasi
yang dipilih untuk mengurangi keluhan nyeri
akibat maag nya
O : bertanya apakah aanak
sebelumnya sudah mengetahui
cara mengontrol nyeri sendiri,
anak terlihat antusias,
menjekasjan terkait informasi
tentang napas dalam
(kegunaannya adalah untuk
mengurangi nyeriyang
dirasakan, dilakukan dengan
posisi yang nyaman, melakukan
pengambilan napas dari hidung
sedalam mungkin yang bisa
diambil anak, lalu menahan
napas selama 3 detik lalu
68
keluarkan melalui mulut secara
perlahan
A : masalah mulai teratasi
P : intervensi dilanjutkan
dengan pemberian teknik napas
dalam
Selasa/17-11-  Dorong pasien untuk S: anak mengatakan setelah
1 2020, Jam 14.30 mendapatkan posisi yang dilakukan kegiatan teknik napas
nyaman untuk memulai dalam anak merasa lebih
enakan, tenang, dan relaks,
relaksasi
perasaan nyeri anak mengatakan
 Minta klien untuk relaks berkurang dan lebih nyaman,
 Gunakan suara yang anak mengatakan akan
lebut dan irama yang melakukan teknik napas
lambat dalamkembali apabila ia
merasakan nyeri karena pada
 Tunjukkan dan
saat ini anak merasa lebih
praktikkan terapi tenang dengan bantuan teknik
relaksasi kepada pasien napas dalam danmerasa enakan
 Dorong pengulangan pada bagian perutnya
teknik relaksasi secara O: membantu anak
berkala memposisikan dirinya dengan
nyaman menggunakan bantal
yang diletakkan di pahanya,
meminta anak untuk relaks
dengan suara yang lembut, anak
memilih kegiatan mengurangi
nyeri dengan teknik napas
dalam dari beberapa terapi yang
ditawarkan, anak dapat
mengulangi dan mencontoh
langkah langkah teknik napas
dalam, anak terlihat lebih
tenang, anak terlihat paham
A: masalah mulai teratasi
P: intervensi dilanjutkan dengan
Monitor kepuasan pasien
terhadap manajemen nyeri
2 Selasa/17-11-  Tentukan status nutrisi S : anak mengatakan untuk
2020, Jam 15.00 gizi pasien dan membeli makanan yang sesuai
kemampuan pemenuhan dengan 4 sehat 5 sempurna ia
mampu, anak mengatakan tidak
kebutuhan gizi
memiliki alergi
 Identifikasi adanya alergi O : mengukur BB dan TB anak
atau intoleransi makanan serta menginterpretasikan ke
yang dimiliki pasien dalam grafik CDC, BB : 44 kg,
TB : 157cm (normal), menurut
grafik CDC status gizi anak
berdasarkan BB/U adalah gizi
sedang, menurut TB/U kategori
gizinya baik, bertanya apakah
dalam sehari-hari anak mampu
memnuhi kebutuhan makannya,
69
bertanya apakah anak memiliki
alergi dan pantangan makan
A : masalah mulai teratasi
P : intervensi dilanjutkan
dengan kaji pengetahuan diet
sesuai kebutuhan terkait
penyakit yang dimiliki
3 Selasa/17-11-  Tentukan pola tidur S : anak mengatakan tidak dapat
2020, Jam 20.00 /aktivitas pasien tidur saat nyeri kambuh, pola
 Monitor atau catat pola tidurnya berubah pada saat
tidur pasien dan jumlah maag kambuh, anak mengatakan
jumlah jam tidurnya berkurang
jam tidur jika sakit (kurang lebih 4 jam),
 Diskusikan dengan pasien dan sering terbangun, anak
dan keluarga mengenai mengatakan ingin mengetahui
teknik untuk meningkat teknik meningkatkan tidur pada
kan tidur saat keadaan maag kambuh
O : menentukan pola tidur anak
dengan menanyakan pukul
berapa anak tidur dan bangun
serta aktivitas yang dilakukan
anak sebelum tidur, mecatat jam
tidur anak saat sakit ada
perubahan dimana biasanya 6-7
jam sehari menjadi 4-5 jam saja,
mendiskusikan cara peningkatan
tidur dengan pemberian posisi
yang nyaman sesuai dengan
keadaan/keluhan saat ini
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
dengan pemberian posisi dan
manajemen nyeri serta monitor
pola tidur selanjutnya
3 Selasa/17-11-  Dorong pasien untuk S : anak mengatakan posisinya
2020, Jam 20.15 terlibat dalam perubahan nyaman, anak mengatakan tidak
posisi merubah posisi saat nyaman,
anak menggunakan bantal untuk
 Tempatkan pasien dalam
menyangga tubuhnya
posisi terapeutik yang O : mendorong anak untuk
sudah dirancang merubah posisinya, membantu
 pertahankan posisi dan anak memposisikan tubuhnya
integritas traksi dengan memberikan bantal
 gunakan alat-alat yang tambahan,dan memposisikan
anak pada posisi semi fowler,
tepat dalam menyokong
anak terlihat nyaman, anak
tubuh pasien mempertahankan posisinya
A : masalah teratasi
P: intervensi tidak dianjutkan
1 Rabu/18-11-2020,  Monitor kepuasan pasien S : anak mengatakan ia selalu
Jam 13.00 terhadap manajemen nyeri mengulangitekniknapas dalam
saat perut terasa sakit, anak
mengatakan nyeri pada perut
70
sudah jauh berkurang hanya
sesekai saja terasa nyeri
O : menanyakan skala nyeri
pada anak dengan metode
numeric scale, anak
menunjukkan nyeri pada skala
4, anak tampak sudah tidak
lemas, anak terlihat tidak pucat,
mengukur nadi anak di
pembuluh radialis dan nadi :
74x/menit,mengukur frekuensi
napas anak selama satu menit
dan RR : 20x/menit
A : masalah mulai teratasi
P : intervensi dilanjutkan untuk
Monitor kepuasan pasien
terhadap manajemen nyeri

2   Tentukan jumlah kalori S : anak mengatakan belum ada


dan jenis nutrisi yang diet yang dijalani saat ini, anak
dibutuhkan mengetahui kaori
yangdibutuhkan, anak
 Berikan pilihan makanan
mengatakan mau mengatur
yang lebih sehat dietnya
 Atur diet yang diperlukan O : bertanya kepada anak
ciptakan lingkungan yng berapa jumlah porsimakan anak
optimal pada saat dan menghitung kalori nya,
mengkonsumsi makanan memberitahu anak makanan
yang dapat ia konsumsi adalah
 Anjurkan pasien untuk
makanan yang tidak asam dan
duduk pada posisi tegak pedas serta jenis makanan yang
di kursi jika tidak mengandung gas, anak
memungkinkan makan dengan posisi duduk,
anak makan sesuai yang
dianjurkan, anak tampak sudah
mulai mau untuk makan, makan
dihabiskan 2/3 dari porsi makan
yang disediakan
A : masalah mulai teratasi
P : intervensi dilanjutkan
dengan diet yang dianjurkan
bagi pasien dengan penyakitnya
2 Rabu/18-11-2020,  Kaji tingkat pengetahuan S : anak mengatakan sudah tahu
Jam 13.15 pasien mengenai diet diet yang harus di jalani, anak
yang disarankan mengatakan makan sebanyak 3x
sehari dengan selingan cemilan
 Kaji pola makan pasien
2x sehari, anak mengatakan
saat ini dan sebelumnya, makan sebanyak 1 piring penuh,
termasuk makanan yang anak mengatakan saat sakit
disukai dan pola makan makan hanya 2-3 sendok saja,
saat ini anak mengatakan tidak ada
makanan yang tidak disukainya
O : memberitahu diet yang baik
71
bagi anak adalah diet lambung,
menanyakan kepada anak pola
makannya saat ini serta mencari
tahu makanan yang disukai
anak, anak terlihat masih sedikit
lemas,dan sedikit pucat, turgor
kulit lembab
A : masalah mulai teratasi
P : intervensi dilanjutkan
dengan penjelasan diet yang
dianjurkan
2 Rabu/18-11-2020,  Ajarkan pasien nama- S : anak menyebutkan nama
Jam 15.00 nama makanan yang makanan sesuai diet yang
sesuai dengan diet yang dianjurkan, anak menjelaskan
kembali tujuan kepatuhan diet,
disarankan
anak mengulangi jangka waktu
 Jelaskan pada pasien makan menurut anjuran diet,
mengenai tujuan anak mengatakan akan
kepatuhan terhadap diet meghindari makanan yang tidak
yang disarankan terkait dianjurkan atau dipantang sesuai
kesehatan secara umum dengan diet yang dianjurkan dan
hanya memakanmakanan yang
 Informasikan kepada
diperbolehkan menurut diet
pasien jangka waktu diet yang dianjurkan
yang disarankan O : menjelaskan nama makanan
 Instruksikan pasien yang boleh dikonsumsi anak
menghindari makana yaitu: 1) sumber karbohidrat
yang dipantang dan yang kaya akan serat (nasi, nasi
tim, bubur roti gandum,
mengonsumsi makanan
makaroni, jagung, kentang, ubi,
yang diperbolehkan talas, havermout, dan sereal) ; 2)
Sumber protein (daging tanpa
lemak, ayam tanpa kulit, ikan,
putih telur, susu rendah lemak,
tempe, tahu dan kacang hijau );
3)Jenis sayuran yang tidak
menimbulkan gas (bayam,
buncis, labu kuning, labu siam,
wortel, kacang panjang, tomat,
gambas, kangkung, kecipir,
daun kenikir, ketimun, daun
selada, dan taoge); 4) Buah-
buahan (jeruk, apel, pepaya,
melon, jambu, pisang, alpukat,
belimbing, manga). Menghindari
durian, nangka, cempedak,
nanas, dan buah-buahkan yang
diawetkan, menjelaskan kepada
anak pentingnya diet ini adalah
untuk menjaga agar maag tidak
kambuh, menjelaskan waktu
makan yaitu dengan selang
waktu 4-6 jam sesudah makan,
72
jangan sampai terlambat makan
sampai 2-3 jam, yang dapat
menaikkan asam lambung,
makanan yang tidak boleh
dikonsumsi adalah tidak
mengkonsumsi makanan pedas
secara berlebihan dan makanan
yang tidak cocok (buah yang
masih mentah, daging mentah,
kari, dan makanan yang banyak
mengandung krim atau
mentega )
A : masalah mulai teratasi
P : intervensi dilanjutkan
dengan pemilihan makanan
yang diinginkan sesuai diet yang
dianjurkan
1 Kamis/19-11-  Monitor kepuasan pasien S : anak mengatakan masih
2020, Jam 10.00 terhadap manajemen nyeri mengulangi teknik napas dalam
saat perut terasa sakit, anak
mengatakan nyeri pada perut
sudah tidak terasa lagi
O : bertanya kepada anak skala
nyeri yang dirasakan dengan
metode numeric scale anak
menunjukkan skala 2, anak
sudah tidak lemas, anak tidak
pucat dengan melihat mukosa
bibir dan sklera, TTV normal di
cek menggunakan termometer
dan sfigmomanometer, CRT < 2
detik dengan menekan jari anak
A : masalah teratasi
P : intervensi tidak dilanjutkan

2 Kamis/19-11-  Bantu pasien untuk S : anak mengatakan pilihan


2020, Jam 13.30 memilih makanan makanan yang disukai nya
kesukaan yang sesuai sesuai dengan diet yang
dianjurkan, anak mengatakan
dengan diet yang
menjalankan diet yang
disarankan dianjurkan mulai sejak kemarin
 Observasi keinginan setelah diberi tahu oleh perawat
pasien untuk memilih O : menanyakan jenis makanan
makanan apa yang disukai anak yang
 Tekankan pentingnya sesuai dengan diet lambung
pemantauan yang yang telah dijelaskan
berkelanjutan dan sebelumnya kepada anak,
beritahu pasien jika harus menekankan pentingnya diet
merubah program diet yng dijalankan adalah untuk
yang disarankan segera menguragi kejadian kambuhnya
mungkin penyakit yang diderita dan agar
tepat makannan yang dimakan
sesuai dengan keadaan penyakit
73
yng diderita anak, anak tampak
tidak pucat, mukosa bibir
lembab, turgor kulit lembab,
tampak anak makan dan
menghabiskan makanannya
A : masalah teratasi
P : intervensi tidak dilanjutkan
3 Kamis/19-11-  Anjurkan pasien untuk S : anak mengatakan pola
2020, Jam memantau pola tidur tidurnya kembali normal sejak
20.00  Bantu untuk sakit mulai tidak terasa dan
menghilangkan situasi sejak diberikan posisi yang
stres sebelum tidur nyaman oleh perawat, anak
 Atur rangsangan mengatakan mampu
lingkungan untuk menghilangkan pikiran yang
mempertahankan siklus membuatnya stress saat hendak
siang dan malam yang tidur seperti nyeri, anak
normal mengatakan mematikan lampu
saat tidur agar tidurnya lebih
nyenyak
O : menganjurkan kepada anak
utuk memantau pola tidur
dengan mencatat jam tidurnya,
bantu anak mengelola stres
dengan bercerita dan membantu
dengan manajemen napas dalam
agar anak relaks, menyarankan
kepada anak untuk mematikan
lampu atau meredupkan lampu
pada saat tidur malam agar
dapat mencapai tidurdengan
keadaan yang nyenyak dan
bngun dengan segar, anak
tampak segar, anak tampak tidak
gelisah lagi dan tidak pucat,
TTV kembali normal
A : masalah teratasi
P : intervensi tidak dilanjutkan

74
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap proses mengumpulkan data yang relevan dan

continue tentang respon manusia, status kesehatan, kekuatan dan masalah

pasien. Tujuan dari pengkajian adalah untuk memproses informasi tentang

keadaan kesehatan pasien, menentukan masalah keperawatan dan kesehatan

pasien, menilai keadaan kesehatan pasien, membuat keputusan yang tepat

dalam menentukan langkah-langkah berikutnya (Potter&Perry, 2006). Saat

dilakukan pengkajian keluhan utama yang dirasakan pasien adalah Anak

mengeluhkan sakit pada perut pada kuadran kiri atas, anak mengeluhkan

nyeri pada ulu hati dengan skala sedang sampai berat, nyeri dirasakan hilang

timbul dan seperti ditusuk tusuk, tembus ke bagian belakang. Sakit

dirasakan disertai dengan perut kembung, mual dan perasaan ingin muntah.

Demam tidak ada, sakit kepala tidak ada, batuk tidak ada. Anak

mengeluhkan tidak nafsu makan karena perut terasa perih dan merasa lemas.

Anak memiliki kebiasaan mengkonsumsi obat anti nyeri dan obat maag

tanpa resep dokter. Pada pasien yang mengalami Gastritis menimbulkan

gejala umumnya terdapat Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung

sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah, Pada sebagian

besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan-keluhan

itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat

ditunjuk dengan tepat lokasinya, Kadang-kadang disertai dengan mual-

mual dan muntah, Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu-satunya

75
gejala, Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai

darah samar pada tinja dan secara fisik akan dijumpai tanda-tanda anemia

defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas, Pada pemeriksaan fisik biasanya

tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang

hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang

nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan

kesadaran. Dari teori diatas, pada kasus An. K mengalami Anak mengalami

nyeri pada ulu hati sejak 1 hari yang lalu, anakmengeluh sakit perut pada

kuadran kiri atas, anak meminum obat peghilang maag (promag).

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respon

individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang

actual dan potensial atau proses kehidupan. Tujuannya adalah

mengarahkan rencana asuhan keperawatan untuk membantu klien dan

keluarga beradaptasi terhadap penyakit dan menghilangkan masalah

keperawatan kesehatan (Potter&Perry, 2006).

Masalah keperawatan yang ditegakkan sesuai kasus An.K yang

pertama adalah nyeri akut. Alasannya mengacu pada data pengkajian data

subjektif An.K mengatakan nyeri pada daerah perut kiri atas,sampai ulu

hati, tembus ke belakang, An.K mengatakan perih pada lambung, An.K

mengatakan badannya lemas, merasa mual dan keinginan untuk muntah,

Pasien mengatakan aktivitasnya terhambat dengan adanya nyeri pada saat

ini. P : nyeri akibat maag karna terlambat maka, Q : nyeri seperti ditusuk

76
tusuk, R : nyeri di rasakan pada perut bagian kiri atas dampai ke ulu hati

tembus ke belakan, S : saat ini skala nyeri 5-7, T : nyeri hilang timbul.

Batasan karakteristik nyeri akut menurut NANDA (2018) yaitu

berhubungan dengan agen pencedera biologis. Data objektif yang

didapatkan pada pasien adalah, An.K tampak meringis, An.K tampak

memegang perut sebelah kiri, An. K menunjukkan perilaku distraksi, Nadi

: 96x/menit, dan RR : 24x/menit.

Diagnosa prioritas kedua adalah ketidakefektifan nutrisi : kurang

dari kebutuhan tubuh. Alasan megangkat diagnosa ini yaitu dengan adanya

data subjektif antara lain, An.K mengatakan nafsu makan berkurang, An.K

mengatakan tidak ingin makan karena apabila makan perutnya terasa

perih, An.K mengatakan saat perutnya perih ia kurang minat melihat

makanan, An.K mengeluhkan nyeri sedang pada perut sebelah kiri, An.K

mengatakan makanan yang dipantang untuk kondisinya tidaktahu dan

makan semua apa yang dirasa enak menurut anak. Data objektifnya adalah

BB : 44kg, TB : 157 cm, IMT : 17,85 (normal), An.K terlihat lemas,

abdomen sedikit membuncit, warna kulit pucat, mukosa bibir kering,

turgor kulit sedikit kering, terdapat nyeri tekan pada kuadran kiri atas, dan

ulu hati, suara abdomen timpani, dan terdengar bising usus meningkat

(borborgini).

Diagnosa prioritas ketiga adalah gangguan rasa nyaman

berhubungan dengan gejala terkait penyakit. Gangguan rasa nyaman

adalah merasa kurang nyaman, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,

77
psikospiritual, lingkungan, budaya, dan/atau sosial. (NANDA, 2018).

Alasan mengangkat gangguan rasa nyaman mengacu pada data pengkajian

yaitu data subjektif An.K mengatakan sakit pada bagian perut

membuatnya merasa tidak nyaman, An.K mengatakan nyeri pada bagian

perut membuatnya cemas akan kondisinya yang tak kunjung membaik dan

menghambat kegiatannya untuk bersekolah dan mengerjakan tugas, An.K

mengatakan sulit untuk tidur, tidur tidak nyenyaka akibat nyeri yng

dirasakan, dan An.K mengatakan tidur sering terbangun. Data objektifnya

An.K menunjukkan ekspresi gelisah, An.K menunjukkan ekspresi cemas,

An.K mengeluhkan sakit perut, dan Sesekali An.K merintih sambil

memegang perutnya.

C. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah

yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,

bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua

tindakan keperawatan. Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan,

kriteria hasil dan tindakan yaitu pada diagnose keperawatan (Dermawan,

2012).

Intervensi yang akan dilakukan pada diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera biologis adalah peningkatan

manajemen nyeri, dan terapi relaksasi. Dengan kriteria hasil yang

diaharapkan yaitu pasien melaporkan beratnya nyeri yag dilaporkan,

panjangnya episode nyeri, mengerang dan menangis, ekspresi nyeri wajah,

78
tidak bisa beristirahat, mengerinyit, mengeluarkan keringat, kehilangan

nafsu makan, mual, intoleransi makanan, dan frekuensi nafas. Salah satu

intervensi yang mudah diberikan pada anak dengan gastritis

untukmengurangi nyeri adalah teknik relaksasi napas dalam Penelitian

yang dilakukan oleh Widiatie (2015) tentang penggunaan teknik relaksasi

nafas dalam terhadap ibu post SC dengan hasil terdapat pengaruh teknik

relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri pada ibu post

SC dengan nilai p-value= 0,003. Supetran (2016) melakukan penelitian

mengenai penggunaan tehnik relaksasi otot progresif dalam menurunkan

nyeri pasien gastritis dengan hasil p = 0,002 yang artinya teknik

relaksasi otot progresif efektif dalam menurunkan nyeri pada pasien

gastritis.

Sejalan dengan teori Smeltzer & Bare (2010) bahwa nyeri dapat

diatasi dengan manajemen nyeri nonfarmakologi seperti teknik distraksi

dan relaksasi.Teknik relaksasi yang paling sering dipakai yaitu teknik

relaksasi nafas dalam.Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu

bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan

kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam napas lambat

(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan

napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik

relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

meningkatkan oksigenasi darah (Nanda, 2013).

79
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah manajemen nutrisi dan

pengajaran : peresepan diet. Manajemen nutrisi adalah asupan nutrisi tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic sehingga kiteria hasil yang

diharapkan yaitu mampu mempertahankan keadekuatan asupan gizi,

asupan makanan, asupan cairan, rasio berat badan/tinggi badan pada anak.

Selain itu kriteria hasil untuk menunjang penyelesaian diagnosa ini adalah

nafsu makan yang indikatornya hasrat/keinginan untuk makan, mencari

makanan, masukan makanan, intake makanan, intake cairan, rangsangan

untuk makan dari yang terganggu menjadi tidak terganggu. Selanjutnya

meningkatkan tingkat pengetahuan dengan pengetahuan diet yang

disarankan, indicator yang harus dicapai adalah diet yang dianjurkan,

manfaat diet yang dianjurkan, tujuan diet, makanan yang diperbolehkan

dalam diet, makanan yang tidak diperbolehkan dalam diet, makanan yang

dihindari dalam diet, porsi makan yang direkomendasikan, persiapan menu

berdasarkan diet yang dianjurkan, rencana diet untuk situasi sosial, strategi

untuk situasi yang mempengaruhi intake makanan dan cairan, teknik

pemantauan sendiri, interaksi potensial obat dan makanan, dan staregi

meningkatkan kepatuhan diet pada anak.

Intervensi yang dilakukan pada diagnosa gangguan rasa nyaman

adalah penagturan posisi dan peningkatan tidur dengan kriteria hasil yang

darapkan mampu mengontol terhadap gejala yang timbul, kesejahteraan

fisik, relaksasi otot, posisi yang nyaman, baju yang nyaman, perawatan

80
pribadi dan kebersihan, intake cairan, intake makanan, tigkat energy, suhu

tubuh, kepatetanan jalan napas, dan saturasi oksigen. Tidur dengan kriteria

hasil yang darapkan mampu meningkatkan efisiensi tidur, tidur dari awal

sampai habis di malam hari secara konsiste, perasaan segar setelah tidur,

mudah bangun pada saat yang tepat, tempat tidur yang nyaman, suhu

runagan yang nyaman, serta tidak adanya kesulitan memulai tidur, tidur

terputus dan perasaan nyeri.

D. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah serangkaian pelaksanaan rencana tindakan

keperawatan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baikyang

menggambarkan kriteria hasil dalam rentang yang diharapkan (Potter &

Perry, 2006).

Tindakan yang dilakukan pada diagnosa nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera biologis yaitu Lakukan pengkajian kompeherensif,

Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan,

Gunakan strategi komunikasi terapeutik, Gali pengetahuan dan

kepercayaan pasien terhadap nyeri, tentukan akibat dari pengalaman nyeri,

gali bersama hal yang menurunkan nyeri, evaluasi pengalaman nyeri di

masa lalu, gunakan metode penilaian sesuai tahap perkembangan, berikan

informasi mengenai nyeri, kurangi faktor pencetus, dorong perasaan

pasien dalam mengontrol pengalaman nyeri, berikan informasi yang

akurat, tentukan apakah ada intervensi relaksasi masa lalu, pertimbangkan

81
keinginan individu untuk berpartisipasi dalam memilih relaksasi yang

diinginkan, berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi yang

dipilih, dorong pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman untuk

memulai relaksasi, minta klien untuk relaks, gunakan suara yang lebut dan

irama yang lambat, tunjukkan dan praktikkan terapi relaksasi kepada

pasien, dorong pengulangan teknik relaksasi secara berkala, evaluasi dan

dokumentasi laporan individu terhadap relaksasi yang sudah dicapai.

Tindakan yang dilakukan pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh yaitu, tentukan status nutrisi gizi pasien dan

kemampuan pemenuhan kebutuhan gizi, identifikasi adanya alergi atau

intoleransi makanan yang dimiliki pasien, tentukan jumlah kalori dan jenis

nutrisi yang dibutuhkan, berikan pilihan makanan yang lebih sehat, atur

diet yang diperlukan ciptakan lingkungan yng optimal pada saat

mengkonsumsi makanan, anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak

di kursi jika memungkinkan, kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai

diet yang disarankan, kaji pola makan pasien saat ini dan sebelumnya,

termasuk makanan yang disukai dan pola makan saat ini, ajarkan pasien

nama-nama makanan yang sesuai dengan diet yang disarankan, jelaskan

pada pasien mengenai tujuan kepatuhan terhadap diet yang disarankan

terkait kesehatan secara umum, informasikan kepada pasien jangka waktu

diet yang disarankan, instruksikan pasien menghindari makana yang

dipantang dan mengonsumsi makanan yang diperbolehkan, bantu pasien

untuk memilih makanan kesukaan yang sesuai dengan diet yang

82
disarankan, observasi keinginan pasien untuk memilih makanan, dan

tekankan pentingnya pemantauan yang berkelanjutan dan beritahu pasien

jika harus merubah program diet yang disarankan segera mungkin.

Tindakan yang dilakukan pada diagnosa gangguan rasa nyaman

yaitu tentukan pola tidur /aktivitas pasien, monitor atau catat pola tidur

pasien dan jumlah jam tidur, diskusikan dengan pasien dan keluarga

mengenai teknik untuk meningkat kan tidur, dorong pasien untuk terlibat

dalam perubahan posisi, tempatkan pasien dalam posisi terapeutik yang

sudah dirancang, pertahankan posisi dan integritas traksi, gunakan alat-alat

yang tepat dalam menyokong tubuh pasien, anjurkan pasien untuk

memantau pola tidur, bantu untuk menghilangkan situasi stres sebelum

tidur, dan atur rangsangan lingkungan untuk mempertahankan siklus siang

dan malam yang normal.

E. Evaluasi Keperawatan

Tahap yang terakhir dalam proses keperawatan yaitu evaluasi

tindakan. Dimana evaluasi keperawatan adalah proses keperawatan

mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan

pasien ke arah pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi setiap kemajuan

dan pemulihan pasien. Evaluasi merupakan aspek penting proses

keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan

apakah intervensi keperawatn harus diakhiri, dilanjutkan atau diubah

(Potter&Perry, 2006). Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil atau

perbuatan dengan standar untuk tujuan pengambilan keputusan yang tepat

83
sejauh mana tujuan tercapai. Evaluasi yang akan dilakukan sesuai dengan

kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat

dilaksanakan dengan SOAP, subjective, objective, analisa, planning.

(Dermawan, 2012).

Evaluasi terakhir dilakukan pada tanggal 19 November 2020,

dengan hasil pada diagnosa pertama anak mengatakan masih mengulangi

teknik napas dalam saat perut terasa sakit, anak mengatakan nyeri pada

perut sudah tidak terasa lagi, anak sudah tidak lemas, anak tidak pucat,

TTV normal, CRT < 2 detik. Selanjutnya untuk diagnose

ketidakseimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh anak mengatakan

pilihan makanan yang disukai nya sesuai dengan diet yang dianjurkan,

anak mengatakan menjalankan diet yang dianjurkan mulai sejak kemarin

setelah diberi tahu oleh perawat, anak tampak tidak pucat, mukosa bibir

lembab, turgor kulit lembab, tampak anak makan dan menghabiskan

makanannya. Pada diagnosa gangguan rasa nyaman orang tua mengatakan

anak mengatakan pola tidurnya kembali normal sejak sakit mulai tidak

terasa dan sejak diberikan posisi yang nyaman oleh perawat, anak

mengatakan mampu menghilangkan pikiran yang membuatnya stress saat

hendak tidur seperti nyeri, anak mengatakan mematikan lampu saat tidur

agar tidurnya lebih nyenyak, anak tampak segar, anak tampak tidak gelisah

lagi dan tidak pucat, TTV kembali normal.

84
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Hasil pengkajian yang didapatkan bahwa Anak mengeluhkan sakit

pada perut pada kuadran kiri atas, anak mengeluhkan nyeri pada ulu

hati dengan skala sedang sampai berat, nyeri dirasakan hilang timbul

dan seperti ditusuk tusuk, tembus ke bagian belakang. Sakit dirasakan

disertai dengan perut kembung, mual dan perasaan ingin muntah.

Demam tidak ada, sakit kepala tidak ada, batuk tidak ada. Anak

mengeluhkan tidak nafsu makan karena perut terasa perih dan merasa

lemas. Anak memiliki kebiasaan mengkonsumsi obat anti nyeri dan

obat maag tanpa resep dokter.

2. Diagnosa Keperawatan

Dignosa keperawatan pada kasus diatas nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera biologis, ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor biologis, dan

gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang diangkat pada diagnosa nyeri akut berhubungan

dengan agenpencedera biologis adalah manajemen nyeri dan terapi

relaksasi. Pada diagnose ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

85
kebutuhan tubuh adalah manajemen nutrisi, pengajaran peresepan diet.

Intervesi yang diberikan untuk diagnosa gangguan rasa nyaman

berhubungan dengan gejala terkait penyakit adalah pengaturan posisi

dan peningkatan tidur.

4. Implementasi Keperawatan

Semua tindakan keperawatan sudah dilakukan sesuai dengan

rencana keperawatan yang disusun. Masalah keperawatan sudah

teratasi secara keseluruhan. Namun, anak tetapkan dianjurkan untuk

tetap menjalankan diet yang dianjurkan untuk pasien dengan keluhan

gastritis, serta melakukan teknik relaksasi napas dalam untuk

mengurangi nyeri akibat kambuhnya gastritis yang diderita.

5. Evaluasi keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi yang

didapatkan pasien telah mulai kembali keatifitas semula, anak kembali

bermain dengan teman sebaya, dan anak sudah tidaklagi pucat, nyeri

pada ulu hati, merasa mual, dan kesulitan untuk melakukan kegiatan

sehari-hari serta makan dengan porsi habis.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Setelah melakukan tindakan keperawatan pada pasien dan keluarga

dengan batuk dan pilek diharapkan penulis dapat lebih mengetahui dan

menambah wawasan tentang cara pemeberian asuhan keperawatan

kepada pasien dan keluarga dengan keluhan gastritis.

86
2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang

lebih berkualitas sehingga menghasilkan perawat yang profesional, terampil,

inovatif dan bermutu dalam memberikan asuhan keperawatan secara

komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan.

87
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat


Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8,
EGC, Jakarta

http://en.wikipedia.org, Gastritis

Price, Sylvia A. Wilson, L. M. (1994). Patofisiologi Konsep Proses Penyakit,


edisi 4, Alih Bahasa Peter Anugrah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran 
EGC.
Diagnosa Keperawatan : Definisi Keperawatan 2018-2020. Jakarta: EGC

NIC. (2016). Nursing Interventions Classification. Edisi keenam.

NOC. (2016). Nursing Outcomes Classification. Edisi kelima

88
Lampiran 1

TELAAH JURNAL

TENTANG GASTRITIS PADA ANAK

Jurnal 1

Judul Jurnal Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres terhadap


Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas
Tarok Kota Payakumbuh Tahun 2017
Penulis 1. Widya Tusakinah
2. Masrul
3. Ida Rahmah Burhan
Daftar Pustaka Tussakinah. W, dkk. (2018). Hubungan Pola Makan
dan Tingkat Stres terhadap Kekambuhan Gastritis di
Wilayah Kerja Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh
Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Andalas.2018;7(2).
Penerbit Jurnal Kesehatan Andalas
Kata Kunci Pola makan, tingkat stress, kekambuhan gastritis di
puskesmas Tarok
Hasil Penelitian Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan
antara pola makan dengan kekambuhan gastritis
(p=0,000) dan juga ada hubungan antara tingkat stres
dengan kekambuhan gastritis (p=0,000). Simpulan
penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna
antara pola makan dan tingkat stres dengan
kekambuhan gastritis pada masyarakat wilayah kerja
Puskesmas Tarok kota Payakumbuh tahun 2017.
Pembahasan Kekambuhan pada penderita gastritis salah satunya
dapat dipengaruhi oleh pola makan yang kurang baik
dimana akan terjadi peningkatan sekresi asam
lambung yang dapat mengiritasi mukosa lambung
kembali. Menurut Agus dalam Maulidiyah (2006)
menyatakan bahwa salah satu penyebab munculnya

89
kekambuhan gastritis karena ketidakmampuan
lambung (indigesti), produksi asam lambung yang
berlebihan akibat ketidakseimbangan faktor defensif
dan faktor agresif yang menyebabkan produksi HCl
dalam lambung meningkat dikarenakan pola makan
yang kurang baik seperti cenderung konsumsi
makanan pedas, konsumsi makanan atau minuman
asam, waktu makan yang tidak teratur dan porsi
makan yang berlebih.(8),(20). Hasil pengolahan data
dengan uji Kruskall-wallis yang dilakukan dalam
penelitian menunjukkan bahwa antara tingkat stres
dengan kekambuhan gastritis memiliki hubungan yang
signifikan. hipotesis “terdapat hubungan tingkat stres
dengan kekambuhan gastritis” dapat diterima.
Menurut penelitian Gustin (2012) bahwa dari 30
responden yang mengalami gastritis didapatkan bahwa
proporsi kejadian gastritis lebih tinggi pada responden
yang mengalami stres dan hal ini juga dapat
mempengaruhi terjadinya kekambuhan gastritis.
Penelitian yang dilakukan oleh Maulidiyah (2006)
terhadap 90 responden yang menemukan hubungan
signifikan antara pola makan dengan kekambuhan
gastritis. Menurut pendapat para ahli kedokteran
menyatakan bahwa kenaikan asam lambung yang
berlebihan dapat diakibatkan oleh stres atau
ketegangan kejiwaan.(4),(8). Secara alamiah pada
periode interdigestif sekresi HCl terus berlangsung
dalam kecepatan lambat 1-5 mEq/jam yang dikenal
dengan BAO. Stres memiliki efek negatif melalui
mekanisme neuroendokrin terhadap saluran
pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami

90
gastritis. Rangsangan emosional kuat dapat
meningkatkan BAO melalui saraf parasimpatis Nervus
Vagus (NV). Rangsangan Nervus Vagus akan
meningkatkan produksi HCl didalam lambung dengan
cara mempengaruhi sel G untuk mensekresi hormon
gastrin yang berperan dalam sekresi asam lambung
dan meningkatkan jumlah kelenjer oksintik untuk
mensekresikan asam lambung secara berlebihan.
Rangsangan emosional yang kuat dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan sekresi asam lambung ≥ 50
ml/jam. Kadar HCl yang meningkat dapat mengiritasi
mukosa lambung dan ini dapat menyebabkan
terjadinya gastritis. Kekambuhan pada penderita
gastritis salah satunya dapat dipengaruhi oleh stres
psikologis dimana akan terjadi peningkatan sekresi
asam lambung yang dapat mengiritasi mukosa
lambung kembali.(16),(25)

Jurnal 2

Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian


Judul Jurnal
Gastritis Pada Remaja Di Wilayah Kerja
Puskesmas Balowerti Kota Kediri
(The Relationship Of Dietary Habit With Incidence
Of Gastritis Teenage In The Health Centers Of
Balowerti Kediri)

Penulis 1. Yudha Fika Diliyana

2. Yeni Utami
Diliyana. Y.F, Utami. Y (2020). Hubungan Pola
Daftar Pustaka
Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja Di

91
Wilayah Kerja Puskesmas Balowerti Kota Kediri.
Journal of Nursing Care & Biomolecular-Vol 5 No 1
Tahun 2020-19.
Journal of Nursing Care & Biomolecular
Penerbit

Kata Kunci Dietary habit, Gastritis


Pada penelitian ini hasil uji menunjukkan bahwa ada
Hasil Penelitian
hubungan yang signifikan antara pola makan dengan
kejadian gastritis pada remaja di Wilayah Kerja
Puskesmas Balowerti Kota Kediri. Dari data
penelitian yang telah didapatkan dari kelompok kasus
sejumlah 22 orang (64,7%) adalah responden dengan
kebiasaan pola makan tidak sehat dan mengalami
gastritis. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat
23 orang (46,0%) yang masuk dalam kategori pola
makan tidak sehat. Analisis penelitian ini
menggunakan analisis Chisquare menunjukkan hasil
uji statistik didapatkan nilai ρ = 0,048<  = 0,05,
sehingga statistik H0 ditolak H1 diterima, bahwa ada
hubungan antara pola makan dengan kejadian
gastritis di wilayah kerja Puskesmas Balowerti Kota
Kediri dengan nilai koefisien kontingensi sebesar
0.231 yang diintepretasikan dengan kekuatan
hubungan antar variabel pada tingkat rendah. Uji odd
ratio (or) menunujukkan bahwa responden dengan
kategori pola makan tidak sehat berpeluang 1 kali
untuk mengalami gastritis dibandingkan dengan
responden yang melakukan pola makan sehat. Orang
yang memiliki pola makan tidak sehat resiko untuk
terkena gastritis serendah-rendahnya 0.154 dan
setinggitingginya 0.995 dari pada orang yang

92
memiliki pola makan sehat.
Dapat dijelaskan, dalam penelitian ini seseorang yang
Pembahasan
mempunyai penyakit gastritis adalah orang yang
melakukan pola makan tidak sehat. Di Puskesmas
Balowerti Kota Kediri sebagian besar remaja yang
terkena gastritis mengaku bahwa responden sering
terlambat makan, suka mengkonsumsi makanan
pedas dan suka mengkonsumsi makanan siap saji,
malas makan makanan pokok dan hanya makan
makanan sampingan, serta kebanyakan dari
responden makan sehari hanya satu kali. Dari hal-hal
yang dilakukan responden diatas dapat memicu
terjadinya gastritis.
Dilihat dari peluang resiko terjadinya gastritis oleh
faktor pola makan yang hanya 1 kali lipat, dapat
disimpulkan bahwa penyebab utama gastritis pada
remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Balowerti Kota
Kediri bukanlah dari faktor pola makan melainkan
dari bacteri Helicobakter pylori. Helicobacter pylori
adalah kuman gram negatif, basil yang berbentuk
kurva dan batang Helicobacter pylori adalah suatu
bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan
lambung yang kronis (gastritis) pada manusia. Infeksi
Helicobacter pylori ini sering diketahui sebagai
penyebab utama terjadi ulkus peptikum dan penyebab
tersering terjadinya gastritis.
Pola makan dari 34 responden kelompok kasus,
sebagian besar sebanyak 22 (64,7%) responden
melakukan pola makan yang tidak sehat. Dan dari 50
responden kelompok kontrol non gastritis, terdapat 22
responden (44,0%) melakukan pola makan yang tidak

93
sehat. Kejadian gastritis pada kelompok kasus ada 22
responden (64,7%) dengan pola makan tidak sehat
dan ada 12 responden (35,2%) dengan pola makan
4sehat. Ada hubungan yang signifikan antara pola
makan dengan kejadian gastritis pada remaja di
Wiliyah Kerja Puskesmas Balowerti Kota Kediri
dengan menggunakan analisis Chisquare
menunjukkan hasil uji statistik didapatkan nilai ρ =
0,048 < = 0,05.
Hasil penelitian ini sebagai panduan dasar atau usaha
mandiri yang digunakan untuk mencegah terjadinya
Gastritis di anggota keluarga yang mempunyai
anggota keluarga yang masih remaja, agar dapat
mengontor pola makan dan menjalankan pola hidup
sehat, agar sebagai peningkatan kualitas pelayanan
kepada remaja agar dapat mencegah kejadian gastritis
dan mempertahankan pola hidup sehat.
Jurnal 3

Judul Jurnal Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam


Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Gastritis di
Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau
Kabupaten Tanggamus
Penulis 1. Cynthia Puspariny
2. Diny Fellyana
3. Desi Marini
Daftar Pustaka Puspariny. C, dkk (2019). Pengaruh Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pasien
Gastritis di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau
Kabupaten Tanggamus. SEMNASKes-2019
“Improving The Quality of Health Through Advances
in Research of Health Sciences”. ISBN: 978-602-
5793-65-3

94
Penerbit SEMNASKes-2019 “Improving The Quality of Health
Through Advances in Research of Health Sciences”
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skala nyeri
mengalami penurunan setelah dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam uji s Statistik yang digunakan uji
wilcoxon.
Hasil penelitian yang didapat yaitu terdapat pengaruh
teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri
pada pasien gastritis di Puskesmas Antar Brak
Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus dengan
nilai p-value =0,000. Perawat dan atau tenaga medis
lainya lebih dapat berperan aktif dalam melakukan
asuhan keperawatan terhadap manajemen nyeri
Pembahasan Semua responden mengalami penurunan skala nyeri
(negatif) yaitu 30 orang dimana mean rank 15,50
dan p-value = 0,000. Rata-rata skala nyeri sebelum
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam yaitu 4,80
dengan kategori nyeri sedang dan rata-rata skala
nyeri setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam
yaitu 2,30 dengan kategori nyeri ringan. Yang
artinya terjadi penurunan rata-rata skala nyeri pada
pasien gastritis.
Penelitian ini sejalan dengan Penelitian lain yang
dilakukan oleh Widiatie (2015) tentang penggunaan
teknik relaksasi nafas dalam terhadap ibu post SC
dengan hasil terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan intensitas nyeri pada
ibu post SC dengan nilai p-value= 0,003.
Supetran (2016) melakukan penelitian mengenai
penggunaan tehnik relaksasi otot progresif dalam
menurunkan nyeri pasien gastritis dengan hasil p =

95
0,002 yang artinya teknik relaksasi otot progresif
efektif dalam menurunkan nyeri pada pasien gastritis.
Sejalan dengan teori Smeltzer & Bare (2010) bahwa
nyeri dapat diatasi dengan manajemen nyeri
nonfarmakologi seperti teknik distraksi dan
relaksasi.Teknik relaksasi yang paling sering dipakai
yaitu teknik relaksasi nafas dalam.Teknik relaksasi
nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan
kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam
napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal)
dan bagaimana menghembuskan napas secara
perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi napas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan
oksigenasi darah (Nanda, 2013).

Jurnal 4

Judul Jurnal Terapi Story Telling Dan Menonton Animasi


Kartun Terhadap Ansietas
Penulis 1. Padila
2. Agusramon
3. Yera
Daftar Pustaka Padila, dkk (2019). Terapi Story Telling Dan
Menonton Animasi Kartun Terhadap Ansietas. Jurnal
of Telenusing (JOTING). Vol 1 (1) 51-66. DOI:
https://doi.org/10.31539/joting.v1i1.514
Penerbit Jurnal of Telenursing
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan dengan
menggunakan story telling (bercerita) lebih signifikan
menurunkan ansietas pada anak usia pra sekolah di RS

96
Raflesia Kota Bengkulu dibandingkan dengan
menonton animasi kartun, dilihat dari nilai hasil Uji t
2 sampel Independent didapatkan nilai rata-rata hasil
postest ke 5 antara terapi story telling dan menonton
animasi kartun yaitu 2,00 dan 8,00.
Pembahasan Distraksi melalui audiovisual adalah salah satu bentuk
pengalihan perhatian yang efektif untuk anak usia pra
sekolah, hal tersebut dikarenakan di dalam distrkasi
audiovisual menayangan tokoh kartun lucu yang
memberikan edukasi kesehatan dalam bahasa yang
sederhana dan menarik, sehingga membuat anak
merasa senang, terhibur dan mendapat nilai edukasi.
Respons baik yang paling dominan setelah pemberian
terapi audiovisual adalah anak mampu mengurangi
sikap kasar terhadap perawat seperti mencubit atapun
menendang dan tidak lagi menyembunyikan tangan
saat dilakukan tindakan injeksi (Dianita. 2016). Hal ini
senada dengan penelitian Rahmah (2015) yang
menunjukkan bahwa pada dasarnya anak tidak dapat
bersikap tenang dan tidak ingin jauh dari orangtua
selama perawat memberikan tindakan injeksi
intravena melalui saluran infus, hanya saja dengan
adanya distraksi melaui audivisual dapat mengurangi
respons negatif tersebut. Hal tersebut menyebabkan
anak yang diberikan distraksi audiovisual
menunjukkan respons penerimaan yang lebih baik
dibandingkan anak yang hanya mendapat perawatan
rutin ruangan (tanpa distraksi audiovisual) (Parker &
Wampler, 2010). Selain itu teknik ini lebih mudah dan
dapat dilakukan oleh perawat (Twycross et al., 2009).
Penelitian teknik distraksi menonton kartun animasi

97
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan beberapa
ahli seperti James et al., (2012) dengan menggunakan
desain penelitian quasi-eksperimen. Penelitian tersebut
bertujuan untuk melihat pengaruh menonton film
kartun animasi terhadap respon prilaku dari
kecemasan dan persepsi nyeri anak yang menjalani
venipuncture. Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa adanya penurunan cemas dan nyeri yang
signifikan setelah anak menonton film kartun saat
dilakukan venipunctur. Dari hasil penelitian tersebut
peneliti menyarankan bahwa menonton film kartun
dapat digunakan untuk mengatasi respon prilaku
cemas dan nyeri anak saat menjalani tindakan invasif
secara efektif. Senada dengan hasil penelitian Baljit
(2014) yang menyatakan bahwa menonton animasi
kartun saat dilakukannya tindakan invasif berpengaruh
signifikan menurunkan kecemasan dengan nilai
p_value < 0,005

98
Lampiran 2

KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN

(SAP)

“SATUAN ACARA PENYULUHAN”

Pokok Bahasan : Penyakit Gastritis

Waktu : 1 x 30 Menit

Hari/ tanggal : Kamis/19 November 2020

Tempat :

Sasaran : Penderita Gastritis

Penyuluh : Pusparini Anggita Ayuningtyas, S.Kep

1. Latar Belakang
Lambung merupakan salah satu organ tubuh yang tak asing pada kebanyakan
orang, hampir semua orang tahu bahwa lambung dalam tubuh berfungsi untuk
menampung makanan secara sementara, yang mana dalam lambung makanan
tersebut akan di proses untuk bisa di ubah menjadi partikel-partikel yang lebih
kecil agar kandungan dalam makanan dapat diserap secara baik untuk mencukupi
kebutuhan tubuh akan zat-zat tertentu.

99
            Lambung setiap harinya bekerja untuk memproses makanan yang kita
makan, dan seperti organ tubuh lainnya lambung juga bisa rusak akibat asam
lambung yang dihasilkan secara berlebihan, terinfeksi bakteri/ virus yang ada
dalam makanan, penguanaan obat dalam jangka lama, dll. Dan jika hal tersebut
dibiarkan, bisa terjadi kerusakan yang serius/ komplikasi yang dapat mengancam
jiwa jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat.

Tapi kebanyakan orang tidak terlalu memperdulikan hal tersebut dan kadang
mereka mengganggap hal yang wajar. Padahal lambung yang terasa sakit
merupakan suatu tanda bahwa orang terseut agar segera memperiksakannya,
seperti halnya ketika kita belum makanm pada waktunya atau terlambat untuk
makan maka perut(lambung) disini akan memberi tanda lapar agar orang tersebut
segera makan dan tidak membiarkan perut dalam keadaan kosong, karena bisa
menyebabkan gastritis.

Gastritis atau kebanyakan orang mengenalnya dengan sebutan magg ini


merupakan salah satu kejadian yang sering dialamin oleh kebanyakan orang
termasuk warga Suka Senang, hampir 60% warga Suka Senang pernah
mengalaminya dan tidak melakukan penanganan secara baik. Kebanyakan mereka
menggap hal biasa yang timbul karena lapar, padahal jika di biarkan bisa
menyebabkan gastritis yang akhirnya dapat merusak lambung

2. Tujuan Instruksional
1) Tujuan Instruksional Umum
 Setelah mendapatkan penyuluhan tentang penyakit gastritis akut,
mahasiswa mampu memahami tentang penyakit gastritis akut.
2) Tujuan Instruksional Khusus
 Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan mahasiswa mampu :
 Memahami tentang pengertian gastritis akut
 Memahami tentang penyebab gastritis akut
 Memahami tentang tanda dan gejala gastritis akut
 Memahami penatalaksanaan gastritis akut
 Memahami komplikasi gastritis akut
3. Pokok Bahasan
 Penatalaksanaan gastritis

100
4. Sub Pokok Bahasan
 Pencegahan
 Pengobatan
 Prinsip diet
 Frekuensi makan, jenis makanan, porsi makan
5. Strategi Pelaksanaan
1) Metode
 Ceramah
 Tanya Jawab
2) Media
 Leaflet
 Laptop dan LCD/ Lembar balik
3) Garis Besar Materi
 Penatalaksanaan Gastritis
- pencegahan gastritis
- pengobatan gastritis
- prinsip diet
- frekuensi makan, jenis makanan,dan porsi makan
6. Pengorganisasian dan Job Description
1) Moderator dan Pemateri :
1) Job description :
 Membuka dan menutup kegiatan
 Membuat susunan acara dengan jelas
2) Job description :
 Menyampaikan materi penyuluhan
7. Kegiatan penyuluhan
No Kegiatan Respon Peserta Waktu Oleh
1 Pembukaan : 5 menit Moderator/penyaji
- Memperkenalkan diri - Membalas salam
- Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan - Mendengarkan

101
- Melakukan kontrak
waktu - Mendengarkan
- Menyebutkan materi
penyuluhan yang akan - Mendengarkan
diberikan
2 Pelaksanaan : 20 menit Moderator/penyaji
- Menjelaskan tentang - Mendengarkan dan
pencegahan gastritis memperhatikan
- Menjelaskan tentang - Mendengarkan dan
pengobatan gastritis memperhatikan
- Menjelaskan tentang - Mendengarkan dan
prinsip diet gastritis memperhatikan
- Menjelaskan tentang - Mendengarkan dan
frekuensi makan, jenis memperhatikan
makanan dan porsi
makan
- Memberikan - Bertanya dan
kesempatan pada pasien menjawab pertanyaan
untuk bertanya yang diajukan
3 Penutup : 5menit Moderator/penyaji
- Menyimpulkan materi - Menyimpulkan
penyuluhan materi penyuluhan
- Melakukan evaluasi bersama dengan
- Menutup penyuluhan mahasiswa
dan memberikan salam - Menjawab pertanyaan
- Menjawab salam

5. Setting Tempat

102
Penyaji

Pasien

6. Kriteria Evaluasi
1) Evaluasi struktur
- Pasien
- Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di rumah/ kos pasien
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan
2) Evaluasi proses
- Pasien antusias terhadap materi penyuluhan
- Pasien konsentrasi mendengarkan penyuluhan
3) Evaluasi hasil
- Pasien mengetahui tentang penatalaksanaan gastritis
- Pasien mengetahui tentang pengobatan gastritis
- Pasien mengetahui tentang pencegahan gastritis
- Pasien mengetahui tentang prinsip diet dari pasien gastritis
- Pasien mngetahui tentang frekuensi makan, jenis makanan,dan
porsi makan pasien gastritis
7. Lampiran materi
GASTRITIS

Penatalaksanaan Gastritis

 Pencegahan

103
1) Mengatur pola makan dengan baik atau teratur.
2) Menghindari makanan yang merangsang kerja lambung. Misal,
makanan pedas dan asam.
3) Makan – makanan yang bersih, sehat dan bergizi.
4) Hindari minuman alkohol.
5) Atasi stress sebaik mungkin.
6) Berolahraga secara teratur.
 Pengobatan Gastritis
1) Terapi cairan, hal ini diberikan pada fase akut untuk dehidrasi
pascamuntah yang berlebihan.
2) Terapi obat.
a) Antasida. Digunakan untuk profilaksis secara umum. Antasida
mengandung alumunium dan magnesium yang dapat membantu
penuruna keluhan gastritis dengan menetralkan asam lambung.
b) Penghambat H2. Agen ini mempunyai mekanisme sebagai
penghambat reseptor histamin. Histamin dipercaya mempunyai
peran penting dalam sekresi asam lambung. Penghambat H2 secara
efektif akan menekan pengeluaran asam lambung dan stimulasi
pengeluaran asam oleh makanan dari sistem saraf. Beberapa obat
dari agen ini meliputi Cetimidin, Ratidin, Famotidin, Nizatidin.
Citemidin sangat efektif bila diberikan melalui intravena,
sedangkan Ratidin lebih efektif bila digunakan per oral pada saat
perut kosong dengan efek menurunkan sekresi produksi asam,
mempercepat pengosongan lambung, dan menyeimbangkan
konsentrasi hidrogen.
c) Penghambat pompa proton. Agen ini menghambat pompa proton
seperti enzim H+, K+, dan ATP-ase, yang berlokasi didalam
sekretori membran apikal dari sel-sel sekresi lambung (sel parietal).
Agen ini mempunyai kemampuan menghambat produksi asam
dengan durasi panjang. Jenis obat agen ini diantaranya adalah
Ommeprazole (Kee, 1996).

104
d) Antibiotik. Agen ini digunakan pada gastritis dengan infeksi
bakteri seperti H.pylori. Beberapa agen antibiotik yang dianjurkan
adalah amoksisilin oral, Tetrasiklin oral, atau Metronidazol oral.
 Prinsip Diet
Pasien dengan gastritis tidak boleh makan makanan yang
berbumbu tajam, tinggi lemak, kebiasaan makan yang tergesa-gesa, makan
yang tidak teratur, makan yang dengan porsi besar sekaligus. Tidak
dianjurkan untuk mengkonsumsi makanna yang menimbulkan gas seperti
daun singkong, kacang panjang, kol, sawi, apel, nangka dan sebagainya
(Cornelia et al, 2014).

1) Pasien dianjurkan untuk makan secara teratur, tidak terlalu kenyang dan
tidak boleh berpuasa (makan sedikit-sering).
2) Makanan harus mengandung cukup kalori dan protein namun
kandungan lemak/minyak, khususnya yang jenuh, harus dikurangi.
3) Makanan pada diet lambung harus mudah dicernakan dan mengandung
serat pangan yang solubel (soluble dietary fibre).
4) Makanan tidak boleh mengandung bahan yang merangsang, bersifat
asam, yang mengandung minyak/lemak secara berlebihan, dan yang
bersifat melekat.
5) Makanan tidak boleh terlalu panas atau dingin.
 Frekuensi makan, jenis makanan, dan porsi makan
Terjadinya gastritis salah satunya dapat disebabkan oleh pola
makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis, dan
jumlah makanan sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung
meningkat.

1) Frekuensi Makan
Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap
waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan, kadar
glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh
akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung
terstimulasi. Bila seseorang terlambat makan sampai 2-3 jam, maka
asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga

105
dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di
sekitar epigastrium.
2) Jenis Makanan
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang
sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal
ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai
dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat nafsu makan
penderita makin berkurang.
Makanan yang tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan
penyakit gastritis, seperti buah yang masih mentah, daging mentah,
kari, dan makanan yang banyak mengandung krim atau mentega. Bukan
berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencerna dan lambat
meneruskannya kebagian usus duodenum dan asam yang dikeluarkan
menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi.
3) Porsi Makan
Penderita Maag (Gastritis) biasanya oleh ahli gizi dianjurkan untuk
menerapkan diet lambung. Tujuan diberikannya diet lambung
diantarannya menetralkan kelebihan asam lambung dengan memberikan
makanan yang adekuat dan tidak merangsang. Syarat diet lambung yaitu
makanan dalam bentuk lunak dan mudah dicerna, hindari makanan yang
merangsang lambung seperti asam, pedas, keras, terlalu panas atau
dingin, porsi yang diberikan kecil yang diberikan sering, dan cara
pengolahannya direbus, dikukus, panggang dan tumis.

Makanan yang diperbolehkan untuk individu yang menderita


penyakit gastritis diantaranya yaitu

a. sumber karbohidrat yang kaya akan serat


nasi, nasi tim, bubur roti gandum, makaroni, jagung, kentang, ubi,
talas, havermout, dan sereal
b. Sumber protein
daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, ikan, putih telur, susu rendah
lemak, tempe, tahu dan kacang hijau.
c. Jenis sayuran yang tidak menimbulkan gas 
bayam, buncis, labu kuning, labu siam, wortel, kacang panjang, tomat,
gambas, kangkung, kecipir, daun kenikir, ketimun, daun selada, dan
taoge. Sayuran yang dihindari diantaranya kol, kembang kol, lobak,
sawi, nangka muda, dan sayuran mentah yang apabila dikonsumsi
akan mengakibatkan peningkatan asam lambung.
d. Buah-buahan

106
jeruk, apel, pepaya, melon, jambu, pisang, alpukat, belimbing,
mangga. Buah buahan yang banyak mengandung gas dan harus
dihindari oleh penderita penyakit gastritis diantaranya durian, nangka,
cempedak, nanas, dan semua jenis buah-buahkan yang diawetkan.

Makanan yang dianjurkan saat gastritis kambuh sebaiknya


mengkonsumsi makanan dalam bentuk lunak. Konsumsilah puding, bubur
sumsum,biskuit yang dicampur dengan susu hangat dan pisang dalam porsi
sedikit tetapi sering.

Jika gejala gastritis sering kambuh sebaiknya anda menggunakan


obat pereda sakit jenis anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) konsultasikan
hal tersebut kepada dokter. Dalam kasus ini, dokter biasanya akan
mengganti OAINS dengan obat pereda nyeri golongan lain seperti
paracetamol.

Konsumsilah puding, bubur sumsum,biskuit yang dicampur dengan


susu hangat dan pisang dalam porsi sedikit tetapi sering. Jika gejala
gastritis sering kambuh sebaiknya anda menggunakan obat pereda sakit
jenis anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) konsultasikan hal tersebut kepada
dokter. Dalam kasus ini, dokter biasanya akan mengganti OAINS dengan
obat pereda nyeri golongan lain seperti paracetamol.

107
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC.

Idrus, H. A. 1995. Rahasia Makanan Sebagai Obat. Pekalongan: CV Sumber


Ilmu.

Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna : Gastritis(Dyspepsia atau


Penyakit Maag), Infeksi Mycobacteria pada Ulcer Gastrointestinal. Jakarta:
Pustaka Populer Obor.

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Umasangaji. 2012. Penatalaksanaan Diet Pada Pasien Suspect Gastritis di Ruang


Interna Pria RSUD Dr.H. Chasan Boesoirie Ternate. Ternate : Skripsi

Beck M.E. 2000. Nutrition and Dietetics for Nurses (Eds. Andi Hartono dan
Kristiani). Yogyakarta :Andi Yogyakarta.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Diet Gastritis. Jakarta

108
109
tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta
kasih, dan lain sebagainya. Anak memerlukan berbagai variasi permainan
untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.

Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan


untuk membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi
kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya.
Bermain pada masa pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan
bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak.
Hampir sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain
(Elizabeth B Hurlock, 2000).

Melihat pentingnya bermain bagi seorang anak,terutama anak yang


sedang sakit, maka saya akan mengadakan terapi bermain menonton film
dengan sasaran usia remaja yang berada di lingkungan tempat tinggal. Saya
berharap dengan diadakannya terapi bermain ini, anak yang sakit tetap dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai tahap tumbuh kembangnya.

B. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti terapi bermain menonton video anak diharapkan
dapat mengurangi dampak dari perasaan sakit pada anak dan anak
dapat merangsang perkembangan sensorik, intelektual, sosial,
kreatifitas, kesadaran diri, moral, dan bermain dengan terapi
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti terapi bermain menonton anak diharapkan :
- anak mengungkapkan perasaan tentang visualisasi
- mampu mengembangkan kemampuan motoric halus dan kasar
- mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan teman sebaya
- mencontoh dan menunjukkan video
- menyimpulkan hasil tontonan
- mencontohkan kepada teman lain

111
C. Sasaran
Sasaran dari kegiatan TAK ini adalah sebagai berikut:

1) Anak usia remaja 1 orang.


2) Anak yang mengeluh sakit maag
3) Anak tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang
dapat menghalangi proses terapi bermain.
4) Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai.
5) Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain nonton video
D. Jadwal Pelaksanaan
1) Hari / Tanggal : Kamis /19 November 2020
2) Waktu : 15.00 WIB
3) Tempat : Rumah Pasien
E. Media
1) Laptop / handphone
F. Kegiatan Bermain
Kegiatan TAK Kegiatan Peserta Waktu
o
Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam dan  Mendengarkan kontrak 5 menit
memperkenalkan diri
2. Menyampaikan tujuan  Mendengarkan tujuan dari
dan maksud dari penyuluhan
kegiatan
3. Menjelaskan kontrak
waktu dan mekanisme  Mendengarkan kontrak.
kegiatan bermain.
4. Menjelaskan cara
bermain dengan
menonton sebuah  Mendengarkan instruksi
video/film
Fase Kerja
 Menjelaskan cara terapi  Mendengar dan 5 menit
bermain menonton memperhatikan
video/film
 Memandu anak utuk  Mendengarkan,
menonton video/film memperhatikan, dan
 Memberi reinforcement menonton video
atas tindakan peserta  Mengungkapkan apa

112
dalam terapi bermain yang akan dirasakan saat
menonton video/film menonton video/film
 Menanyakan pendapat  Anak dapat bertanya
anak tentang menonton pada penyaji apabila
video/film ragu
 Memberi reinforcement  Mendengarkan

Penutup
 Menyudahi permainan 5 Menit
 Mengevaluasi respon  Mendengarkan
anak setelah terapi  Menyampaikan respon
bermain menonton selama kegiatan
video/film
 Bertanya kepada peserta
TAK bagaimana  Menyampaikan perasaan
perasaannya setelah setelah kegiatan
mengikuti TAK
 Menutup pertemuan dan
memberi salam
 Menjawab salam

G. Pengorganisasian
Pembimbing Pendidikan : Ns.Deswita, M.Kep, Sp.Kep.An
Leader : Pusparini Anggita Ayuningtyas
Demonstrator : Pusparini Anggita Ayuningtyas
Faslitator : Pusparini Anggita Ayuningtyas
Observer & Notulen : Pusparini Anggita Ayuningtyas

H. Uraian Tugas
1) Leader, tugasnya:
a) Membuka acara permainan
b) Memperkenalkan diri dan anggota kelompok
c) Menjelaskan tujuan dari kegiatan
d) Kontrak waktu dan acara
e) Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai
selesai.
f) Mengarahkan permainan.

113
g) Memandu proses permainan.
2) Presentator, tugasnya :
a) Menyampaikan pelaksanaan dari TAK yang akan dilakukan
b) Menjelaskan materi TAK
c) Menjawab pertanyaan anggota TAK
3) Fasilitator, tugasnya:
a) Membimbing anak bermain.
b) Memberi motivasi dan semangat kepada anak dalam membentuk
objek dengan lego
c) Memperhatikan respon anak saat bermain lego
d) Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan perawat dan
keluarganya.
4) Observer, tugasnya:
a) Mengawasi jalannya permainan.
b) Mencatat proses kegiatan dari awal hingga akhir permainan.
c) Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.
I. Skema Penatalaksanaan Terapi Bermain
Terapi bermain ini dilakukan di Ruang Rawat Inap Anak (HCU) dengan
setting tempat sebagai berikut :

: peserta

: fasilitator

: alat yang digunakan

J. Kriteria Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a. Kesiapan media dan tempat
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Rumah klien

114
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
terapi bermain dilaksanakan
2) Evaluasi Proses
a. Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan
tertib dan teratur
b. Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam
permainan
c. anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai
akhir
3) Evaluasi Hasil
a. Anak memahami permainan yang telah dimainkan.
b. Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama sakit, anak
dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi
terapi menonton video/film)
c. Anak dapat berintraksi dengan teman sebayanya lagi dan perawat

Lampiran Materi

A. Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan
atau mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa
(Aziz A, 2013).

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan


atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa.
(aziz alimul, 2009)

Bermain adalah suatu kegiatan menyenangkan bagi anak yang


dilakukan setiap hari secara sukarela untuk memperoleh kepuasan dan
merupakan media yang baik bagi anak-anak untuk belajar komunikasi,

115
mengenal lingkungan, dan untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan
sosial anak.

Bermain dengan menonton film merupakan suatumedia audiovisual


yang meibatkan indra penglihatan dan indera pendengaran secara bersamaan.
Media audiovisual mempengaruhi ketiga aspek pembelajaran yang dapat
meningkatkan pengembangan kognitif, ikut membangun keterampilan
psikomotorik dan mempengaruhi perubahan sikap.

B. Tujuan Bermain
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan
stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak
akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik,
emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak
yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif (Soetjiningsih, 2007). Selain itu
bermain juga bertujuan untuk :

1. melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat


sakit, pada saat sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan,
2. mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya
3. Pengembangan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah
4. Pengembangan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah
5. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat
di rumah sakit
Dengan melihat dan mendengarkan adegan film pada bermain
menonton film akan mengembangkan kemampuan anak dalam
mengekpresikan psikososial yang dirasakan, dan mampumenemukan jati
dirinya.

C. Cara Pelaksanaan

116
1. Terapi menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu dengan
menonton dan dapat mengungkapkan perasaan serta keinginan
2. Terapi mempersilahkan pasien untuk memilih genre video/film yang
disukai
3. Terapi mendampingi pasien dalam menonton film
4. Sementara pasien menonton terapis memperhatikan ekspresi pasien dan
memberi penjelasan tentang adegan film yang ditanyakan oleh pasien
5. Setelah film selesai, terapis meminta pasienuntuk menarik kesimpulan
isi pesan yang akan disampaikan oleh sutradara dalam film tersebut
6. Terapis menghubungkan pesan dalam film dengan perasaan yang
dirasakan oleh pasien
7. Terapis bertanya tentang bagaimana perasaan klien setelah menonton
film, terapis mendengarkan cerita pasien tentang keinginannya atau hal
yang akan disampaikan pasien tentang psikologisnya, serta koping
dalam meghadapi masalah. Selanjutnya terapis juga membantu klien
untuk menemukan jati diri pasien.
8. Setiap pasien menceritakan tentang dirinya terapis mendengarkan dan
memberikan umpan balik saat pasien memberikan pertanyaan tentang
dirinya kepada terapis
D. Karakteristik Bermain
1. Sederhana
2. Imaginative
3. Kreatif
4. Meransang psikologis
E. Usia
Usia 12 sampai 18 tahun
F. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain
sebagai terapi (Hurlock, E B., 2012)

117
1. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik
merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif
sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan
yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-
motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang
banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun
halus.

2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada
saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.
Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan
anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya
semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti
ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.

3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak
untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah
dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak
belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan
belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi
terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak
usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk
meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.

118
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.

5. Perkembangan Kesadaran Diri


Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji
kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui
dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak
mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan
belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam
hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika,
terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak
positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain

6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain,
anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui
kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar
bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya.
Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik
dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan
anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang

119
dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia
toddler, prasekolah, dan sekolah,permainan adalah media yang efektif
untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan
nasihat..

7. Bermain Sebagai Terapi


Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan. Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi antar
anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan
dirumah sakit.Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui
ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau
melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman
kelompok bermainnya.

G. Hal-hal yang Harus Diperhatikan


1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin  bermain.
Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit
H. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia
1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :

120
· Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam.
· Melatih kerjasama mata dan tangan.
· Melatih kerjasama mata dan telinga.
· Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
· Melatih mengenal sumber asal suara.
· Melatih kepekaan perabaan.
· Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :

·         Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.

·         Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.

·         Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.

·         Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.

·         Alat permainan berupa selimut dan boneka.

2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :

·    Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.

· Memperkenalkan sumber suara.


· Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
· Melatih imajinasinya.
· Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:

· Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.


· Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
· Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir
yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air),

121
puzzle-puzzle besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas
untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.
3. Usia 25 – 36  bulan
Tujuannya adalah ;

· Menyalurkan emosi atau perasaan anak.


· Mengembangkan keterampilan berbahasa.
· Melatih motorik halus dan kasar.
· Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal
dan membedakan warna).
· Melatih kerjasama mata dan tangan.
· Melatih daya imajinansi.
· Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :

· Alat-alat untuk bermain seperti balok lego


· Lilin yang dapat dibentuk
· Pasel (puzzel) sederhana.
· Manik-manik ukuran besar.
· Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
· Bola
4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah  :

· Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.


· Mengembangkan kemampuan berbahasa.
· Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi.
· Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
· Membedakan benda dengan permukaan.
· Mengembangkan kepercayaan diri.

122
· Mengembangkan kreativitas.
· Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
· Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar.
· Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang
diluar rumahnya.
· Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
· Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong
Alat permainan yang dianjurkan :

· Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-


anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air,
dll.
· Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar
rumah.
5. Usia 6 – 12 tahun
Tujuannya adalah  :
· Mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan
· Dapat  mengatur strategi dan kecermatan pada anak.
· Melatih kemampuan anak bersosialisasi
· Menumbuhkan sportivitaspada anak
· Dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan pada anak
Alat permainan yang dianjurkan :

· Berbagai benda dari sekitar rumah, kartu, boneka, robot, buku, alat olah
raga, alat untuk melukis, pekerjaan tangan,alat gambar & tulis, kertas
untuk belajar melipat, gunting, air, ular tangga, puzzle dll.
Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
6. Usia 12-18 tahun (Remaja)
Tujuannya adalah :

123
· Melihat karakteristik anak remaja perlu kegiatan yang konstruktif
· Menggali apa yang ingin disampaikan anak tentang psikologisnya dan
apa yang dirasakannya dan Mengungkapkan keinginan yang tidak
tersampaikan
· Meningkatkan perkembangan fisio-emosional
· Dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan pada anak
· Menilai koping anak terhadap suatu masalah
· Menyalurkan minat dan bakat dan aspirasi
· Membantu remaja untuk menemukan jati dirinya
Alat permainan yang dianjurkan :

· Berbagai benda dari sekitar rumah, alat olah raga, alat musik, buku,
novel, majalah, komik, alat menggambar atau melukis, dan menonton
film
I. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan  lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan  senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi
J. Hambatan Yang Mungkin Muncul
1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.
K. Antisipasi Hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan

124
5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya. (Markum, dkk., 2015)

125
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz .2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba


Medika.

Champbell. (2015). Psikologi Anak. Jakarta: PT Indeks

Hayati, Nur. 2012. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:EGC

Hurlock, E B. 2012. Perkembangan Anak Jilid III. Jakarta : Erlangga

Kliegman, Robert M., 2000, Ilmu Keshatan Anak Nelson Vol 3, Editor Bahasa


Indonesia: A. Samik Wahab-Ed.15 Jakarta: EGC

Kodiriya, N. S., et all. 2019. The effectiviness of playing origami therapy to


reduce anxiety pediatric patients hospitalized. Jurnal Aisyah : Jurnal
Ilmu Kesehatan. Volume 4, Nomor 2, Hal : 151-160

Markum, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : IDI

Lanni, D. 2014. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika.

Potter, P. A, Perry. (2013). Fundamental of Nursing (edisi 4). Jakarta: EGC

Pribadi, T., Et All. 2018. Reduction of anxiety in children facing hospitalization


by play therapy: origami and puzzle in lampung-indonesia. Malahayati
International Journal Of Nursing And Health Science. Volume 01, No.1,
March 2018: 29-35

Rushworth, 2017. Hospitalisation in Children with Adrenal Insufficiency and


Hypopituitarism:Is There a Differential Burden Between Boys and Girls
and Between Age Group. Hormon Research in Pediatrics.

Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Staf Pengajar IKA FKUI. 2002. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Vol.
3.Jakarta :FKUI.

UNICEF. 2017. A Child is a Child :Protecting Children on the Move from


Violence, Abuse and Exploitation

126
Lampiran 4

BB anak : 44 kg TB anak : 157 cm

BB menurut umur : 59 kg TB menurut umur : 164 cm

BBanak/BBumur x 100% TBanak/TBumur x 100%

44/59 x 100% 157/164 x 100%

74,5 (Gizi Kurang) 95 (gizi baik)

127
Lampiran 5

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

Terapi Relaksasi Napas Dalam

128
Terapi Bermain : Menonton video/film

129
Lampiran 6

Link Video

 Tindakan Keperawatan : https://youtu.be/8w2maZGZtnQ

 Penyuluhan terkait diet pada pasien dengan Gastritis :


https://youtu.be/a36nnGGu3hE

 Terapi Bermain (Menonton Video/Film) : https://youtu.be/71unWXbcfXM

 Komparasi seluruh kegiatan asuhan keperawatan :


https://youtu.be/cq2CcmQiqO0

130

Anda mungkin juga menyukai