Perpajakan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Nama : Asya Fahira

Kelas : Perpajakan (A)


Nim : 19.01.031.005

Palsukan Faktur Pajak, Wajib Pajak Ini Divonis Penjara dan Denda Rp 20,5
Miliar

Kompas.com - 07/08/2020, 11:41 WIB

Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (DJP Kemenkeu) memenangkan kasus pidana
perpajakan terhadap, RW, Direktur Operasional PT DC, wajib pajak yang curang dalam
membayar Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Melalui sidang secara online pada 5 Agustus 2020, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan yang diketuai Yosdi SH menjatuhkan vonis 5 tahun 6 bulan penjara dan denda Rp 20,5
miliar, yaitu dua kali jumlah kerugian negara, kepada RW atas perkara tindak pidana di bidang
perpajakan dan tindak pidana pencucian uang.

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat DJP Hestu Yoga Saksama
menjelaskan, perbuatan pidana perpajakan dilakukan terdakwa pada kurun waktu 2010-2012
dengan cara menggunakan faktur pajak tidak sah. Tujuannya untuk mengecilkan jumlah pajak
pertambahan nilai terutang yang harus disetorkan ke kas negara dan dilaporkan ke kantor
pelayanan pajak.

"Sebelum didakwa, RW pernah melakukan upaya hukum praperadilan karena merasa


diperlakukan diskriminatif atas penetapan tersangkanya, tetapi praperadilan tersebut ditolak oleh
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta," jelasnya dalam keterangan resmi, Jumat (7/8/2020).

Selain itu, terdakwa juga pernah mengajukan Nota Protes dengan mempermasalahkan perlakuan
aparat pajak saat terjadi tindakan penyanderaan (gijzeling) pada tahun 2017.

DJP pun menegaskan, penyanderaan yang dilakukan terhadap terdakwa tidak terkait dengan
kasus tindak pidana di bidang perpajakan, maupun tindak pidana pencucian uang yang
disangkakan kepada yang bersangkutan. Atas tindakan penyanderaan tersebut terdakwa telah
mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yang pada akhirnya Majelis
Hakim memberikan putusan bahwa atas gugatan tersebut ditolak.

Kasus penggunaan faktur pajak tidak sah oleh pengurus PT DC merupakan rangkaian kasus lama
yang sebelumnya telah ditangani oleh Direktorat Penegakan Hukum DJP. Beberapa pelaku
terkait kasus tersebut telah dijatuhi hukuman di Pengadilan Negeri Jakarta Utara a.n YN, HW,
dan HW. Sedangkan mantan Direktur Utama PT DC dengan inisial MS, akan segera menjalani
persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dengan pasal yang disangkakan
'menyampaikan SPT yang isinya tidak benar'.
Hestu mengatakan, DJP akan terus meningkatkan pengawasan baik melalui peningkatan sistem
informasi internal, pengawasan eksternal, serta berkoordinasi dengan berbagai pihak guna
mencegah kejahatan kejahatan perpajakan. Selain dari itu, DJP terus melakukan penegakan
hukum termasuk penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan yang kemudian dikembangkan
dengan penyidikan tindak pidana pencucian uang. "Dengan penegakan hukum yang dilakukan
DJP terhadap para pelaku tindak pidana perpajakan dan pencucian uang, diharapkan dapat
memulihkan kerugian pada pendapatan negara dan memberikan efek gentar (deterrent effect)
agar tidak ada wajib pajak lainnya yang akan melakukan tindak pidana di bidang perpajakan,"
kata Hestu.

Sumber : Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Palsukan Faktur Pajak, Wajib
Pajak Ini Divonis Penjara dan Denda Rp 20,5 Miliar", Klik untuk baca:
file:///C:/Users/TOSHIBA/Documents/Palsukan%20Faktur%20Pajak,%20Wajib%20Pajak
%20Ini%20Divonis%20Penjara%20dan%20Denda%20Rp%2020,5%20Miliar%20Halaman
%20all%20-%20Kompas.com.htm.

Pandangan dan solusi: DJP harus lebih meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan terhadap si wajib
pajak agar tidak terjadi masalah atau kasus yang sama terulang kembali. Selain itu perlunya
memperdalam penegak hukum dalam Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan,hal ini mengingat pajak sebagai sumber pendapatan negara.
Kejaksaan Agung Tangkap Buron Penggelapan Pajak Rp 10,68 Miliar

Jumat, 26 Januari 2018 16:10 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Kejaksaan Agung menangkap buron tindak pidana pajak sebesar Rp


10,68 miliar, Albertus Irwan Tjahjadi Oedi di Bandara Internasional Halim Perdana Kusuma,
Jakarta Timur, Jumat, 26 Januari 2018.

"Terpidana Albertus diamankan di Bandara Halim Perdana Kusuma," kata Kepala Pusat
Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, M Rum, di Jakarta, hari ini.

Terpidana Albertus Irwan Tjahjadi Oedi berdasarkan putusan Mahkamah Agung RI Nomor
1124K/Pid.Sus/2013 tanggal 11 November 2013 telah dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman
pidana penjara dua tahun dan denda sebesar tiga kali Rp 10,68 miliar sehingga seluruhnya
berjumlah Rp 32 miliar.

Terpidana dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana dengan
sengaja menyampaikan SPT tahunan PPH WP Badan dan SPT masa PPN tahun 2001 yang isinya
tidak benar, serta memungut PPN tetapi tidak menyetorkan ke kas negara.

Perbuatan itu telah melanggar Pasal 30 ayat (1) huruf c dan g UU Nomor 6 tahun 1983
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan.

"Terpidana pada sekitar 2001, selaku Direktur CV Hasrat telah sengaja menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan yang isinya tidak benar, tidak menyampaikan
Surat Pemberitahuan Masa pajak Pertambahan Nilai PPN bulan Juni, Juli, Oktober dan
November 2001," katanya.

Yang bersangkutan, kata Rum, tidak menyetorkan ke kas negara atas pajak yang telah
dipungut/dipotong.

Sumber: file:///C:/Users/TOSHIBA/Documents/Kejaksaan%20Agung%20Tangkap%20Buron
%20Penggelapan%20Pajak%20Rp%2010,68%20Miliar%20-%20Nasional%20Tempo.co.htm
Pandangan dan solusi : Keberhasilan ini menunjukkan kesungguhan Kejaksaan Agung dalam rangka
melaksanakan penegakan hukum di bidang perpajakan. Selain itu, terungkapnya kasus ini diharapkan
juga mampu memberikan efek jera (detterent effect) kepada seluruh Wajib Pajak lainnya sehingga
kepatuhan Wajib Pajak akan semakin meningkat.

Anda mungkin juga menyukai