KELOMPOK 4 - Hakikat Penyikapan Dan Refleksi Terhadap Profesi Kependidikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

TUGAS RUTIN

PROFESI KEPENDIDIKAN

“Hakikat Penyikapan dan Refleksi Terhadap Profesi Kependidikan”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

1. CANTY RISA ARNAR (7203143028)


2. KATHRYN RIAMA HAYWARD SIHOMBING (7203143030)
3. YOLANDA SELVIA Br. PASARIBU (7203143003)

PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN BISNIS

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Profesi Kependidikan.
Didalam pembuatan makalah ini diambil dari berbagai macam referensi yang merupakan salah
satu sarana yang harapannya dapat membantu pembaca dalam memahami pembahasan yang
akan kami kritis. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini,dapat menjadi manfaat bagi
pembaca sekalian.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,saran dan krtik yang
membangun dari pembaca sekalian sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Lebih
dan Kurangnya kami mohon maaf.

Medan,4 Maret 2020


Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 4
A. Latar Belakang......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 6
A. Pengertian Sikap Profesional Kependidikan........................................................ 6
B. Refleksi Sikap Terhadap Profesional Kependidikan........................................... 6
C. Sasaran Sikap Profesional Kependidikan............................................................. 7

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................. 14
A. Kesimpulan............................................................................................................... 14
B. Saran......................................................................................................................... 14
C. Daftar Pustaka......................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Guru sebagai pendidik professional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat
menunjukan pada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat
sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-
hari, apakah memang ada yang patut di teladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan
pelayanan, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya,
dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-
temanya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas.

Guru tidak dapat dilepaskan dari pendidikan karena guru merupakan unsur yang mutlak
dengan tugas sejatinya yaitu mendidik. Dalam mendidik tentu saja ada tujuannya yaitu
menciptakan individu yang berakhlak mulia, cerdas, bertanggung jawab, takwa kepada Tuha,
beriman, beraka, berbudi pekerti luhur serta memiliki kecakapan atau keterampilan yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Agar hal itu tercapai makan diperlukan guru
yang professional, artinya guru yang cakap dalam mengelolan pembelajaran sehingga tujuan
yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Di Indonesia memang masih sangat banyak guru yang berada di bawah garis professional.
Hal ini disebabkan oleh system pendidikan nasional yang kurang mumpuni, baik dari pemimpin,
kurikulum, sarana dan prasarana, maupun guru itu sendiri. Dampaknya adalah mutu pendidikan
Indonesia yang masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga maupun
negara internasional. Oleh karena itu, dibutuhi pembenahan jika ingin memperoleh perubahan ke
arah yang positif. Salah satu upya pembenahan tersebut adalah menciptkan profesionalisme guru.
B. Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian Sikap Profesional Kependidikan?

2. Bagaimana Refleksi Sikap Terhadap Profesional Kependidikan?


3. Apa saja Sasaran Sikap Profesional Kependidikan?
4. Bagaimana Pengaplikasian Sikap Profesional Kependidikan ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa itu sikap profesionalisme kependidikan


2. Mengetahui Refleksi sikap terhadap profesionalisme kependidikan
3. Mengetahui sasaran dalam sikap professional kependidikan
4. Mengetahui Bagaimana Pengaplikasian Sikap Profesionalisme kependidikan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sikap Profesional Kependidikan

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi Sikap
Profesional Kependidikan adalah sikap seorang guru dalam menjalankan pekerjaannya yang
mencakup keahlian, kemahiran dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi keguruan. Sikap dan perilaku guru yang profesional adalah
mampu menjadi teladan bagi para peserta didik, mampu mengembangkan kompetensi dalam
dirinya, dan mampu mengembangkan potensi para peserta didik.

B. Refleksi Sikap Terhadap Profesional Kependidikan

Guru merupakan bagian penting dari suatu sistem pendidikan yang memiliki tujuan mulia
dalam mencerdaskan bangsa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh seperti yang
tertuang dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, semua pemegang
otoritas pengelolaan satuan pendidikan harus bekerjasama dan memberdayakan segenap potensi
yang terdapat pada semua pihak yang berkepentingan yang relevan dengan satuan pendidikan
yang bersangkutan. Selain itu, segenap tenaga kependidikan yang terdapat dalam lingkungan
internal satuan atau gugus pendidikan, segenap sumber daya termasuk para pakar, asosiasi, dan
lembaga lainnya yang relevan juga dapat dilibatkan. Sebagai seorang guru tentunya pencapaian
tujuan pembelajaran juga menjadi sangat penting. Dengan banyaknya tugas dan tanggungjawab,
seorang guru yang profesional harus mampu belajar dari pengalaman-pengalaman yang pernah
dijalani, kemudian berupaya untuk tidak mengulangi perbuatan atau tindakan yang dipandang
salah atau keliru atau kurang terpuji, menyimpang, bahkan mungkin dapat merugikan pihak-
pihak berkepentingan. Kemampuan seseorang untuk sanggup dan mau merenungkan,
memahami, dan menyadari pengalaman-pengalaman masa lalu dalam hidupnya itulah
merupakan hakikat refleksi diri. Kemampuan seperti itu teramat penting bagi mereka yang
mengemban tugas-tugas profesional terutama yang termasuk kategori profesi pelayanan bantuan
seperti dokter, psikiater, dan guru. Mochtar Buchori (1994) menekankan pentingnya kemampuan
refleksi profesional itu dimiliki oleh pengemban tugas kependidikan, khususnya guru.

Beberapa pertimbangan urgensi refleksi profesional bagi bidang profesi keguruan:

1.  Profesi guru belum diakui sepenuhnya sebagai suatu profesi yang telah mapan seperti
dokter, sementara pada era globalisasi seperti saat ini dengan perkembangan dalam
berbagai bidang terutama IPTEK yang sangat kompetitif, para pengemban profesi
kependidikan dan keguruan juga dituntut untuk dapat bersaing.
2. Perubahan masyarakat yang sangat dinamis dari saat ke saat, sehingga tuntutan
kedinamisan profesi kependidikan dan keguruan juga sangat diharapkan

C. Sasaran Sikap Profesional Kependidikan

Guru sebagai pendidikan profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat
menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat
sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-
hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan
pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak
didiknya dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan
siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas.
Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat, tetapi yang akan dibicarakan
dalam bagian ini adalah khusus perilaku guru yang berhubungan dengan profesinya. Hal ini
berhubungan dengan bagaimana pola tingkah laku guru dalam memahami, menghayati, serta
mengamalkan sikap kemampuan dan sikap profesionalnya. Pola tingkah laku guru yang
berhubungan dengan itu akan dibicarakan sesuai dengan sasarannya, yakni sikap profesional
keguruan meliputi: peraturan perundang-undangan; organisasi profesi; teman sejawat; anak
didik; tempat kerja; pemimpin; serta pekerjaan.
1. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-undangan
Pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa: “Guru melaksanakan
segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan” (PGRI,1973). Kebijaksanaan
pendidikan di negara kita dipegang oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui
ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan oleh aparatur dan abdi
negara. Guru mutlak merupakan unsur aparatur dan abdi negara. Karena itu guru
harus`mengetahui dan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan. Setiap guru di
Indonesia wajib tunduk dan taat terhadap kebijaksanaan dan peraturan yang ditetapkan dalam
bidang pendidikan, baik yang dikeluarkan oleh Depdikbud maupun departemen lainnya yang
berwenang mengatur pendidikan. Kode Etik Guru Indonesia memiliki peranan penting agar hal
ini dapat terlaksana.
Dalam rangka pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia, Departemen Pendidikan
Nasional mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakan
kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi antara lain: pembangunan
gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara lain dengan melalui
kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan generasi muda dengan menggiatkan
kegiatan karang taruna, dan lain-lain. Kebijaksanaan pemerintah tersebut biasanya akan
dituangkan ke dalam bentuk ketentuan-ketentuan pemerintah. Dari ketentuan-ketentuan
pemerintah ini selanjutnya dijabarkan ke dalam program-program umum pendidikan. Setiap guru
Indonesia wajib tunduk dan taat kepada ketentuan-ketentuan pemerintah. Dalam bidang
pendidikan ia harus taat kepada kebijaksanaan dan peraturan, baik yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional maupun departemen yang berwenang mengatur pendidikan, di
pusat maupun di daerah dalam rangka melaksanakan kebijaksanan-kebijaksanaan pendidikan di
Indonesia.

2. Sikap Terhadap Organisasi Profesi


Dalam UU. No 14 Tahun 2005 pasal 7.1.i disebutkan bahwa “Guru harus memiliki organisasi
profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalan guru”. Pasal 41.3 menyebutkan “Guru wajib menjadi anggota organisasi
profesi”. Ini berarti setiap guru di Indonesia harus tergabung dalam suatu organisasi yang
berfungsi sebagai wadah usaha untuk membawakan misi dan memantapkan profesi guru. Di
Indonesia organisasi ini disebut dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Dalam
Kode Etik Guru Indonesia butir delapan disebutkan: Guru secara bersama-sama memelihara dan
meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Ini makin
menegaskan bahwa setiap guru di Indonesia harus tergabung dalam PGRI dan berkewajiban serta
bertanggung jawab untuk menjalankan, membina, memelihara dan memajukan PGRI sebagai
organisasi profesi. Baik sebagai pengurus ataupun sebagai anggota. Hal ini dipertegas dalam
dasar keenam kode etik guru bahwa guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan, dan
meningkatkan martabat profesinya. Peningkatan mutu profesi dapat dilakukan dengan berbagai
cara seperti penataran, lokakarya, pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan, studi
perbandingan dan berbagai kegiatan akademik lainnya. Jadi kegiatan pembinaan profesi tidak
hanya terbatas pada pendidikan prajabatan atau pendidikan lanjutan di perguruan tinggi saja,
melainkan dapat juga dilakukan setelah lulus dari pendidikan prajabatan ataupun dalam
melaksanakan jabatan.
Setiap anggota harus memberikan sebagian waktunya untuk kepentingan pembinaan
profesinya, dan semua waktu dan tenaga yang diberikan oleh para anggota ini dikoordinasikan
oleh para pejabat organisasi tersebut, sehingga pemanfaatnya menjadi efektif dan efisien.
Dengan perkataan lain setiap anggota profesi, apakah ia sebagai pengurus atau anggota biasa,
wajib berpartisipasi guna memelihara, membina, dan meningkatkan mutu organisasi profesi,
dalam rangka mewujudkan cita-cita organisasi.

3. Sikap terhadap Teman Sejawat


Dalam ayat 7 Kode Etik Guru disebutkan bahawa “Guru memelihara hubungan seprofesi,
semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.” Ini berarti bahwa:
a. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam
lingkungan kerjanya.
b. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.

Dalam hal ini ditunjukkan bahwa betapa pentingnya hubungan yang harmonis untuk
menciptakan rasa persaudaraan yang kuat di antara sesama anggota profesi. Di lingkungan kerja,
yaitu sekolah, guru hendaknya menunjukkan suatu sikap yang ingin bekerja sama, menghargai,
pengertian, dan rasa tanggung jawab kepada sesama personel sekolah. Sikap ini diharapkan akan
memunculkan suatu rasa senasib sepenanggungan, menyadari kepentingan bersama, dan tidak
mementingkan kepentingan sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain. Sehingga
kemajuan sekolah pada khususnya dan kemajuan pendidikan pada umumnya dapat terlaksana.
Sikap ini hendaknya juga dilaksanakan dalam pergaulan yang lebih luas yaitu sesama guru dadri
sekolah lain.

4. Sikap Terhadap Anak Didik


Dalam Kode Etik Guru Indonesia disebutkan: “Guru berbakti membimbing peserta didik
untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila”. Dasar ini mengandung
beberapa prinsip yang harus dipahami seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari,
yakni: tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip pembentukan manusia
Indonesia yang seutuhnya. Tujuan Pendidikan Nasional sesuai dengan UU. No. 2/1989 yaitu
membentuk manusia Indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila. Prinsip yang lain adalah
membimbing peserta didik, bukan mengajar, atau mendidik saja. Pengertian membimbing seperti
yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun
karso, dan tut wuri handayani. Kalimat ini mengindikasikan bahwa pendidikkan harus memberi
contoh, harus dapat memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik.
Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan yang
bulat, utuh baik jasmani maupun rohani, tidak hanya berilmu tinggi tetapi juga bermoral tinggi
pula. Dalam mendidik guru tidak hanya mengutamakan aspek intelektual saja, tetapi juga harus
memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial, sikap,
perilaku ataupun yang lainnya sesuai dengan hakikat pendidikan.

5. Sikap Terhadap Tempat Kerja


Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di tempat kerja akan
meningkatkan produktivitas. Untuk menyukseskan proses pembelajaran guru harus bisa
menciptakan suasana kerja yang baik, dalam hal ini adalah suasana sekolah. Dalam kode etik
dituliskan: “Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar mengajar.” Oleh sebab itu guru harus aktif mengusahakan suasana baik itudengan
berbagai cara, baik dengan penggunaan metode yang sesuai, maupun dengan penyediaan alat
belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun pendekatan yang
lainnya yang diperlukan. Selain itu untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran guru juga
harus mampu menciptakan hubungan yang harmonis antar sesama perangkat sekolah, orang tua
siswa dan juga masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengundang orang tua sewaktu
pengambilan rapor, membentuk BP3 dan lain- lain.

6. Sikap Terhadap Pemimpin


Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun organisasi yang lebih
besar, guru akan berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Sudah jelas bahwa
pemimpin suatu unit atau organisasi akan mempunyai kebijaksanaan dan arahan dalam
memimpin organisasinya, di mana tiap anggota organisasi itu dituntut berusaha untuk bekerja
sama dalam melaksanakan tujuan organisasi tersebut. Dapat saja kerja sama yang dituntut
pemimpin tersebut berupa tuntutan akan kepatuhan dalam melaksanakan arahan dan petunjuk
yang diberikan mereka. Kerja sama juga dapat diberikandalam bentuk usulan dan malahan kritik
yang membangun demi pencapaian tujuan yang telah digariskan bersama dan kemajuan
organisasi. Oleh sebab itu, dapat kita simpulkan bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin
harus positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam menyukseskan program yang sudah
disepakati, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

7. Sikap Terhadap Pekerjaan


Profesi keguruan berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai persamaan
dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan kesabaran dan
ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan dengna peserta didik yang masih kecil.
Barangkali tidak semua orang dikaruniai sifat seperti itu, namun bila seseorang telah memilih
untuk memasuki profesi guru, ia dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.
Orang yang telah memilih suatu karier tertentu biasanya akan berhasil baik, bila dia mencitai
dengan sepenuh hati. Artinya, ia akan berbuat apa pun agar kariernya berhasil baik, harus mau
dan mampu melaksanakan tugsnya serta mampu melayani dengan baik pemakai jasa yang
membutuhkannya.
Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus selalu dapat
menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat,
dalam hal ini peserta didik dan para orang tuannya. Keinginan dan permintaan ini selalu
berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karenanya, guru selalu dituntut untuk secara terus-
menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan mutu layanannya.
Keharusan meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir yang keenam dalam
Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi: “Guru secara pribadi dan bersama-sama,
mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya”.
Dalam butir keenam ini dituntut kepada guru, baik secara pribadi maupun secara kelompok,
untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Guru sebagaimana juga dengan
profesi lainnya, tidak mungkin dapat meningkatkan mutu dan martabat profesinya bila guru itu
tidak meningkatkan atau menambah pengetahuan dan keterampilannya, karena ilmu dan
pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.
Untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-sendiri,guru dapat melakukannya secara formal
maupun informal. Secaar formal, artinya guru mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atua
kursus yang sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu, dan kemampuannya. Secara informal
guru dapat meningkat pengetahuan dan keterampilannya melalui mass media seperti televisi,
radio, majalah ilmiah, koran, dan sebagainya, ataupun membaca buku teks dan pengetahuan
lainnya yang cocok dengan bidangnya.
A. Aplikasi Sikap Profesional Kependidikan

Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas di tuliskan bahwa : Guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia indonesia seutuhnya yang berjiwa
pancasila. Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus di pahami oleh seorang guru
dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni : tujuan pendidikan nasional, prinsip
membimbing, dan prinsip pembentukkan manusia indonesia seutuhnya. UU No. 2/1989 tentang
sistem pendidikan nasional, yakni : manusia indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Prinsip
yang lain adalah membimbing peserta didik, bukan mengajar, atau mendidik saja. Pengertian
membimbing seperti yang di kemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem Amongnya.
Tiga kalimat padat yang terkenal dari sistem itu adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo
mangun karso, dan tut wuri handayani. Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan
harus dapat memberi contoh, harus dapat memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan
peserta didik. Dalam tut wuri terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan
kodratnya sementara guru memperhatikannya. Dalam handayani berarti guru mempengaruhi
peserta didik, dalam arti membimbing atau mengajarnya. Dengan demikian membimbing
mengandung arti bersikap menentukan ke arah pembentukan manusia indonesia seutuhnya yang
berjiwa pancasila, dan bukanlah mendikte peserta didik, apalagi memaksakannya menurut
kehendak sang pendidik. Motto tut wuri handayani sekarang telah di ambil menjadi motto dari
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya
mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus
memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik. Baik jasmani, rohani, sosial
maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini di maksudkan agar peserta
didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu enghadapi tantangan-tantangan
dalam kehidupannya sebagai insan dewasa. Peserta didik tidak dapat di pandang sebagai objek
semata yang harus patuh kepada kehendak dan kemauan guru.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah menelaah dan memahami materi diatas,kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa Guru sebagai pendidikan profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat
apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan
masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan
guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru
meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan
kepada anak didiknya dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul
baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian
masyarakat luas. Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat, tetapi yang
akan dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus perilaku guru yang berhubungan dengan
profesinya. Hal ini berhubungan dengan bagaimana pola tingkah laku guru dalam
memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap kemampuan dan sikap profesionalnya.

B. Saran
Kita sebagai mahasiswa calon guru sudah seharusnya mempersiapkan keprofesionalan
kerja dari sekarang agar kelak kita dapat menjadi guru dengan profesionalisme tinggi.
Pemahaman akan kinerja yang baik dapat menjadi satu langkah awal dalam mencapai
profesionalisme karena dalam bekerja pada profesi tertentu kita harus membulatkan tekatd
dan pikiran, jangan tanggung-tanggung. Sekali kita terjun pada sebuah profesi maka kita
harus menaruh hati dan pikiran kita guna mencapai tujuan yang semaksimal mungkin. Jadi,
marilah kita berupaya menjadi individu yang memiliki profesionalisme dalam profesi kita.
C. Daftar Pustaka
Mudlofir, Ali. 2012. Pendidik Profesional.  Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sagala, Syaiful. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.  Bandung:
AlfabetaUU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai