Yeremia Dari Rahim

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

IAP ATAU TIDAK HARUS SIAP (Yeremia 1 : 4-10)

SIAP ATAU TIDAK HARUS SIAP


(Yeremia 1 : 4-10)
Pemilihan dan pengutusan seseorang menjadi nabi Allah yang kita kenal dalam Alkitab memiliki
keunikan masing-masing. Baik dari segi usia, karakter, daerah asal, daerah pengutusan, termasuk proses
pemanggilan dan pengutusannya. Keunikan itu tentu mewarnai perjalanan pelayanan dari seseorang yang
diutus oleh Allah. Namun, yang pasti dari setiap pemanggilan dan pengutusan tersebut adalah SIAP
ATAU TIDAK, HARUS SIAP!Sepertinya aneh ya? Terkesan pemaksaan.
Yeremia adalah salah seorang Nabi yang di utus Allah untuk menyampaikan kehendak-Nya kepada
bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain (lih ayat 5, 10). Kalau kita telusuri proses pemanggilan dan
pengutusan Yeremia, menarik untuk kita telaah.
1.       Dikenal, dikuduskan dan ditetapkan sebelum muncul ke dunia (ay 5)
“Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal….menguduskan…Aku telah
menetapkan engkau….” Wah, suatu proses pemanggilan yang agak dramatis. Tetapi yang perlu kita
pahami, bahwa yang berotoritas atau berinisiatif dalam proses ini adalah Allah sendiri. Pemilihan sampai
penetapan adalah haknya Allah. Dengan demikian maka pelayanan itu sebenarnya bukan sebuah jabatan
yang harus diperebutkan dan dihindarkan, tetapi ditaati dan dikerjakan dengan kesungguhan hati.
2.       Yeremia bergumul akan kemampuannya (ay 6)
            Dengan kerendahan hati, Yeremia mengakui keberadaannya “…tidak pandai berbicara, sebab aku
ini masih muda”. Tugas yang dipercayakan kepadanya tidak serta merta diterima dengan semangat
menggebu-gebu alias “ganunofõ”. Yeremia sadar bahwa tugas itu sangat berat dan ia tidak mampu
menjalaninya. Ia harus menghadapi para tua-tua yang sudah pandai dalam berkata-kata. Seolah-olah ia
berkata ‘aku tidak layak untuk tugas itu’. Namun, pengakuan yang disertai kerendahan hati sesungguhnya
tersirat bahwa Yeremia bersedia untuk dibekali dan menggantungkan pelayanannya kepada Tuhan.
3.       Dibekali, dibina, dimotivasi, dijamin oleh Allah sendiri (ay 7-8)
            Usia muda bukanlah alasan untuk tidak melayani. Keterbatasan seseorang juga tidak menghambat
misi Allah atas pemanggilan seseorang. Ketika Allah yang menetapkan, maka IA juga pasti membekali
bahkan sampai menjamin keselamatan hidup hamba-Nya. Bukankah ini sebuah motivasi yang
menjadikan seorang hamba Tuhan untuk terus semangat dalam pelayanan?
4.       Diurapi dan Diutus (ay 9-10)
            Setelah dipilih, ditetapkan, dibekali, maka tiba saatnya diurapi dan diutus. Pada saat pengurapan
terjadi maka tanggungjawab besar sudah diletakkan di pundak kita. Karena itu jangan pernah bermain-
main apabila kita telah diurapi melalui penumpangan tangan. Kemanapun di utus, harus SIAP!
Kita tidak punya alasan apapun untuk menolak setiap pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita.
Ketika Allah sendiri yang telah menetapkan, maka IA pasti menyertai (ay 8, 19). Yang harus kita lakukan
adalah penyerahan diri di bawah pimpinan Allah yang mengutus kita. Allah tidak saja mengutus seolah-
olah IA lepas tangan. Tetapi IA juga “memanggil” sebagai pertanda bahwa IA telah lebih dahulu ada dan
senantiasa ada di mana kita dipanggil dan di utus. Kendala, tantangan, kerikil kecil, gelombang badai
bahkan ancaman nyawa pasti kita hadapi dalam tugas pelayanan. Penolakan dari orang-orang yang kita
layani juga pasti terjadi. Jangan kendor; jangan tawar hati; hadapilah bersama dengan Tuhan pemilik
ladang pelayanan. Sikap rendah hati dan semangat yang berkobar perlu ditanamkan dalam prinsip
pelayanan. Usia yang relatif muda, keterbatasan pengetahuan, faktor pekerjaan, termasuk kehadiran anak
ditengah-tengah keluarga, jangan pernah dijadikan alasan untuk menolak pemilihan dan pengutusan Allah
menjadi hambaNya. Siap atau Tidak, Harus Siap!. Selamat mempersiapkan diri untuk menjadi utusan
Allah ke mana dan kapanpun IA memilih, menetapkan dan mengutus anda untuk melakukan kehendak-
Nya. Tuhan Yesus Memberkati.
Jangan takut, sebab AKU yang mengutus engkau (Yeremia 1: 4 – 10) , by
02 Feb
Hidup kita itu memiliki suatu tujuan yang Tuhan telah tetapkan bahkan jauh sebelum kita dilahirkan. Jika
keberadaan kita di dunia ini saja berada dalam rencana Tuhan, maka tidak ada alasan bagi siapapun untuk
menolak apa yang Tuhan kehendaki bagi kita. Yeremia awalnya menolak panggilan tersebut dengan
alasan bahwa ia tidak pandai berbicara dan masih muda (ay. 6). Suatu alasan yang sangat logis mengingat
jabatan sebagai nabi Tuhan bukanlah pekerjaan yang mudah. Seorang nabi pada zaman tersebut
menghadapi tekanan lingkungan yang luar biasa berat, bahkan risikonya adalah mati.
 
Namun demikian, alasan apapun yang diungkapkan oleh Yeremia tidak dapat menggoyahkan hati Tuhan.
Tuhan tidak mencari alasan Yeremia, Tuhan hanya ingin Yeremia taat kepada Tuhan, kemanapun Tuhan
mengutusnya, Yeremia harus siap pergi, dan apapun yang Tuhan perintahkan kepadanya, harus dilakukan
oleh Yeremia (ay. 7). Permasalahannya, apakah Yeremia mau pergi kemanapun Tuhan memerintahkan?
Iya kalau Tuhan memerintahkan yang enak-enak, pasti Yeremia tidak akan menolak perintah Tuhan.
Tetapi bagaimana jika perintah Tuhan adalah perintan yang  berat, dengan jalan yang berat untuk
ditempuh? Belum lagi orang-orang yang memusuhi bahkan mencoba untuk membunuh Yeremia?
 
Itulah mengapa Tuhan meminta Yeremia untuk tidak takut, karena Tuhan berjanji akan selalu menyertai
Yeremia dan melepaskan Yeremia dari orang-orang jahat tersebut (ay. 8). Salah satu penggenapan janji
Tuhan tersebut terjadi ketika Tuhan menyelamatkan Yeremia secara ajaib dari dalam perigi (sumur) yang
penuh lumpur (Yer 38:1-13). Tuhan benar-benar menepati janjiNya kepada Yeremia untuk menyertai dan
melindungi Yeremia.
 
Sejak saat itu, Tuhan telah menaruh perkataan-perkataanNya ke dalam mulut Yeremia (ay. 9) dan
mengangkat Yeremia menjadi nabi atas bangsa-bangsa (ay. 10). Jika kita memperhatikan isi kitab
Yeremia, kita akan menemukan bahwa Yeremia tidak hanya menyampaikan Firman Tuhan kepada
bangsa Israel, tetapi ia juga menyampaikan Firman Tuhan kepada bangsa-bangsa lain, termasuk Firman
Tuhan dan nubuatan kepada bangsa Babel yang nantinya akan menghancurkan bangsa Israel.
 
Kita dapat melihat bahwa walaupun Yeremia awalnya menolak, tetapi Yeremia pun akhirnya sadar bahwa
Tuhan sendirilah yang telah memilih dirinya untuk menjadi nabi yang menyuarakan kehendak Tuhan.
Ketika ia mau taat terhadap panggilan Tuhan, tentunya Tuhan pun akan menyertai Yeremia dan
memperlengkapi Yeremia sehingga ia menjadi salah satu nabi besar di sejarah bangsa Israel. Bagaimana
dengan kita? Pernahkah kita menolak panggilan Tuhan? Hanya kita sendiri dan Tuhan yang tahu. Tetapi
mari mengingat hal ini, Tuhan tidak pernah salah memanggil seseorang untuk menjadi hambaNya, karena
sesungguhnya Tuhan telah mengenal orang tersebut jauh sebelum ia dilahirkan. Panggilan Tuhan tidak
pernah salah, justru kitalah yang salah jika kita mengabaikan bahkan menolak panggilan Tuhan dalam
kehidupan kita, karena jika demikian, maka sesungguhnya justru kitalah yang menolak kehidupan kita
sendiri di dunia ini.  Amin.(Pdt. Osator Simanjuntak, MTh)
God had planned our days before we were born (Yeremia 1:4-10)

Pengutusan Yeremia sebagai nabi merupakan salah satu kisah yang menarik. Di dalam Alkitab tidak
banyak nabi yang menceritakan bagaimana Allah memanggil dia. Secara umum bangsa Israel memiliki
konsep bahwa berita (message) lebih penting daripada pembawa berita (messenger). Siapapun yang
diutus, selama berita itu berasal dari Allah maka apapun yang dikatakan utusan itu adalah berotoritas.
Yeremia adalah salah satu di antara sangat sedikit nabi yang menceritakan kisah pemanggilan dirinya.
Porsi yang diberikan untuk kisah ini juga secara umum cukup panjang. Di antara sedikit nabi yang
mengisahkan panggilan Allah, Yeremia meletakkan kisah tersebut di bagian paling awal dari  kitabnya.
Sebagai perbandingan, Yesaya baru menceritakan kisah pengutusannya di pasal 6. Yeremia pasti
memiliki alasan tertentu mengapa ia meletakkannya di depan. Itu menunjukkan ada sesuatu yang ia ingin
tekankan, sebagaimana yang akan dikupas di bagian selanjutnya.
Poin menarik lagi dari Yeremia 1:4-10 adalah kemiripannya dengan kisah Musa (Kel 4:1-17; Ul 18:18).
Baik Yeremia maupun Musa sama-sama menolak pada waktu dipanggil TUHAN. Alasan untuk
penolakan mereka pun hampir sama, yaitu ketakutan terhadap penolakan dan ketidakmampuan dalam
berbicara. Dalam dua kisah tersebut TUHAN juga menolak penolakan mereka. TUHAN memberikan
firman-Nya ke dalam mulut mereka. Jika kita melihat dalam teks Ibrani, kita menemukan ada banyak
kosa kata dan tata bahasa yang mirip di antara dua kisah itu. Tidak heran sebagian penafsir berpendapat
bahwa Yeremia menganggap dirinya sebagai Musa yang baru seperti yang dinubuatkan di Ulangan 18:18.
Sebagian yang lain menilai penafsiran ini terlalu berlebihan.
Allah memanggil dengan cara yang khusus (ayat 4-5)
Sebelum Yeremia melakukan sesuatu untuk TUHAN, Allah terlebih dahulu melakukan banyak hal
kepadanya. Allah mengambil inisiatif untuk berbicara kepada Yeremia (ayat 4). Bukan hanya itu, ayat 5
menunjukkan beberapa hal yang sudah dilakukan Allah sebagai persiapan bagi tugas khusus yang harus
diemban oleh Yeremia. Dari sisi urutan kata di dalam kalimat, kita mendapati kata kerja berikut ini:
membentuk, mengenal, menguduskan, dan menetapkan. Dari sisi kronologis (sesuai dengan isi ayat 5),
urutan tindakan ilahi itu sedikit berbeda: membentuk dilakukan Allah di bagian terakhir setelah Ia
mengenal, menguduskan, dan menetapkan. Pembahasan di bawah ini akan mengikuti urutan yang
terakhir.
Allah mengenal Yeremia. “Mengenal” di sini dalam teks Ibrani memakai kata yada. Kata ini merujuk
pada pengenalan yang lebih daripada sekadar pengetahuan secara intelektual. Kata ini juga digunakan
dalam arti “bersetubuh” (Kej 4:1, KJV “Adam knew Eve...”). Di beberapa dokumen perjanjian kuno kata
yada juga seringkali muncul dan menyiratkan komitmen secara pribadi. Sebagai contoh, Hosea menegur
bangsa Israel sebagai bangsa yang tidak mengenal Allah, padahal mereka tetap mempersembahkan
korban dan mengakui keberadaan TUHAN (lihat 4:1; 6:6). Persoalannya, mereka tidak memiliki
komitmen pribadi terhadap TUHAN. Mereka masih menyembah dewa-dewa lain dan melakukan beragam
kejahatan yang bertentangan dengan isi perjanjian Taurat. Di antara semua teks yang memakai kata yada,
Amos 3:2a tampaknya yang paling bermanfaat untuk melihat bahwa yada lebih daripada pengetahuan
kognitif semata: “Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi”. Allah tidak mungkin tidak
mengetahui keberadaan bangsa-bangsa lain di dunia ini. Jika semua penjelasan ini dikaitkan dengan
situasi Yeremia yang sudah dikenal Allah sebelum ia lahir, kita dapat menyimpulkan bahwa pengenalan
ini bukan merujuk pada pra-pengetahuan Allah. Allah bukan sekadar tahu Yeremia akan menjadi orang
seperti apa. Yeremia sudah ada di dalam hati dan pikiran Allah sebelum ia ada di dalam dunia.
Pengenalan ilahi ditunjukkan melalui cara Allah memilih Yeremia. Walaupun dari sisi usia masih muda
(1:6), hal itu tidak menghalangi Allah untuk memakai Yeremia. Ketika Yeremia awalnya menolak
panggilan ini, Allah bersikeras terhadap dia, karena Allah secara pribadi memang mengenal siapa
Yeremia.
Allah menguduskan Yeremia. Penggunaan kata “menguduskan” di ayat ini sekilas mungkin bisa
membingungkan. Apa arti “menguduskan” di sini? Apakah ini berhubungan dengan kondisi semua bayi
yang sudah berdosa (Kej 8:21; Mzm 51:7; 58:4; Rom 5:12-21)? Kita perlu menyadari bahwa akar kata
“kudus” (bahasa Ibrani qds) tidak hanya merujuk pada kekudusan secara moral (biasa dipahami sebagai
“kesucian”). Kata ini juga seringkali digunakan dalam arti “dipisahkan dari sesuatu yang biasa” (biasa
dipahami sebagai “pengkhususan”). Arti yang terakhir inilah yang dimaksudkan di Yeremia 1:5. Di antara
sekian banyak orang yang akan lahir ke dunia, Allah telah memilih untuk mengkhususkan Yeremia. Hal
ini tentu saja tidak berkaitan dengan keistimewaan yang akan dimiliki Yeremia. Sebaliknya, justru
pengkhususan ilahi inilah yang membuat Yeremia terlihat unik di antara yang lain. Yeremia adalah
manusia biasa. Ia hanya dipisahkan dari yang lain oleh Allah.
Allah menetapkan Yeremia. Kata “menetapkan” (Ibrani natan) di sini berbeda dengan kata paqas yang
lebih umum digunakan dalam Alkitab. Dari beberapa pemunculan kata natan yang berhubungan dengan
ide “menetapkan” (Kej 1:17; 17:5; Kel 7;1; Yes 49:6), kata ini mengandung makna menetapkan sesuatu
untuk tujuan tertentu. Sebagai contoh, Allah menaruh (natan) benda-benda penerang di cakrawala (Kej
1:17). Pemunculan kata “menaruh” (bukan “menciptakan”) menyiratkan bahwa benda-benda itu
sebelumnya sudah diciptakan oleh Allah di Kejadian 1:1 (“langit dan bumi”) dan menjadi sumber cahaya
di hari ke-1 (Kej 1:3-5). Di hari ke-4 Allah hanya menetapkan benda-benda penerang untuk tujuan
khusus, yaitu sebagai pengatur malam-siang dan musim yang teratur. Contoh lain adalah penetapan Allah
atas Abraham sebagai bapa sejumlah besar bangsa (Kej 17:5). Di Kejadian 12:1-3 Abraham sudah
dikhususkan oleh Allah (dipisahkan dari sanak keluarganya) namun ia baru ditetapkan dengan tugas
tertentu di Kejadian 17:5. Dua contoh ini cukup untuk menerangkan bahwa menetapkan seringkali
berhubungan dengan tujuan atau tugas tertentu yang spesifik. Itulah sebabnya di Yeremia 1:5 tugas
Yeremia sebagai nabi secara langsung dikaitkan dengan tindakan “menetapkan”.
Allah membentuk Yeremia. Tindakan Allah membentuk Yeremia sejak di dalam kandungan tampaknya
merupakan tindakan yang mendapat penekanan lebih daripada tiga tindakan yang lain. Ide tentang
tindakan Allah ini muncul dua kali di ayat yang sama. Ide ini bahkan muncul di bagian yang paling awal
(“Sebelum aku membentuk engkau...”). Pemanggilan ilahi sebelum seseorang lahir bukanlah hal yang
asing di dalam Alkitab. Baik Yesaya (Yes 49:1, 5), Yohanes Pembaptis (Luk 1:15) maupun Paulus (Gal
1:15) sama-sama menyadari hal ini. Demikian pula dengan Yeremia.
Bagi para tokoh Allah, keterlibatan Allah dalam setiap detil proses alamiah bukanlah ide yang baru,
termasuk campur tangan dalam proses pengandungan dan kelahiran seorang bayi. Dalam Mazmur
139:14-16 Daud mengekspresikan kekaguman pada Allah yang membentuk dia di dalam rahim ibunya. Ia
bahkan mengakui bahwa hari-hari yang akan ia lewati semuanya sudah ada di dalam kitab Allah. Artinya,
Allah sudah menetapkan semua itu sebelum Daud menjalani.  Urutan tindakan Allah kepada Yeremia di
1:5 (mengenal – menguduskan – menetapkan – membentuk) menyiratkan sebuah kebenaran yang
penting: kita lahir untuk menggenapi rencana Allah. Rencana Allah ada lebih dahulu daripada keberadaan
kita. Tidak seperti banyak orang Kristen yang sekadar melibatkan Allah untuk mencapai rencana mereka,
kita seharusnya melibatkan seluruh hidup kita untuk menggenapi rencana Allah. Kita ada di dunia untuk
rencana Allah, bukan sebaliknya.
Alasan di balik pengutusan yang spesial (ayat 6-10)
Mengapa Allah memanggil Yeremia dengan cara yang begitu spesial? Pertama, Yeremia memiliki
keterbatasan (ayat 6). Sama seperti Musa (Kel 4:10), Yeremia merasa tidak pandai berbicara.
Perbedaannya, ketidakmampuan Yeremia ini berhubungan dengan usianya yang muda (1:6
“Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara sebab aku ini masih muda”). Dari sini terlihat bahwa inti
kesulitan terletak pada ketakutan terhadap penolakan karena faktor usia yang muda, bukan pada
ketidakfasihan berbicara.
Kata “muda” di ayat ini dapat merujuk pada usia anak-anak (KJV/ASV/NIV) sampai pemuda
(RSV/NASB/ESV). Kita sulit menentukan secara pasti usia Yeremia pada saat ia dipanggil. Sebagian
besar penafsir menduga ia berumur antara 20-25 tahun. Mempertimbangkan rentang pelayanan Yeremia
yang mencapai sekitar 55 tahun (bdk. 1:1-3 ditambah pelayanan terakhir setlah pembuangan), tebakan
umum ini tampaknya cukup masuk akal. Bagaimanapun, sekali lagi, kita tidak memiliki data yang cukup
untuk menolak atau mengiyakan dugaan ini. Yang jelas, Yeremia pasti masih tergolong sangat muda di
mata masyarakat pada waktu ia dipanggil. Dalam budaya kuno yang begitu memberikan penghormatan
besar terhadap orang tua, keterbatasan Yeremia merupakan persoalan yang cukup serius. Tidak heran
Yeremia membutuhkan penggilan yang khusus.
Kedua, Yeremia mengemban beban yang besar (ayat 5c, 10a). Pemunculan bentuk jamak “bangsa-
bangsa” di ayat 5 dan pengulangan “bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan” di ayat 10a menyiratkan
cakupan pelayanan Yeremia yang besar. Para nabi biasanya hanya diutus kepada suatu bangsa tertentu.
Keunikan cakupan Yeremia terlihat dari tindakan beberapa penyalin dan penerjemah kuno yang secara
sengaja mengubah bentuk jamak tersebut ke dalam bentuk tunggal. Kita sebaiknya menerima teks ini apa
adanya. Yeremia memang dipanggil untuk beban yang besar. Jika ditilik dari usianya yang masih sangat
muda, beban ini tampak semakin besar. Tidak heran Yeremia membutuhkan penggilan yang khusus.
Ketiga, Yeremia mengemban beban yang sulit (ayat 8, 10b). Penolakan yang dikuatirkan Yeremia bukan
hanya berhubungan dengan usia yang muda. Penolakan ini tampaknya tidak terelakkan karena berita yang
dibawa Yeremia lebih banyak yang bernuansa teguran dan peringatan. Di antara enam kata kerja di ayat
10b, empat di antaranya bersifat negatif. Hanya ada dua yang positif, itu pun sengaja diletakkan di bagian
terakhir, seolah-olah bukan itu yang menjadi pokok pemberitaan Yeremia. Berita yang tidak
mengenakkan telinga – apalagi disampaikan oleh seorang yang sangat muda – sangat berpotensi menyulut
penolakan. Jenis penolakan yang disiratkan dalam teks ini bukan hanya ketidaksetujuan, tetapi juga
penganiayaan. Karena itulah Allah bukan hanya menjanjian penyertaan, tetapi juga kelepasan bagi
Yeremia (ayat 8). Keseluruhan kitab menunjukkan betapa banyak penolakan, tekanan, dan penganiayaan
yang dihadapi oleh Yeremia dalam pelayanannya (9:1; 11:21; 19:14-20; 26:1-24; 37:12-15). Tidak heran
Yeremia membutuhkan penggilan yang khusus.
Kejelasan panggilan dan ketekunan dalam penderitaan (Yeremia 20)
Betapa pentingnya cara pemanggilan yang khusus kepada Yeremia juga dapat diterangkan dengan
memandingkan pasal 1:4-10 dengan 20:7-18. Di pasal ini Yeremia secara jujur mengungkapkan
kekecewaan dan penderitaannya. Bukan tanpa alasan kalau dia dikenal sebagai “nabi yang meratap” (the
weeping prophet). Dalam ratapan ini ada banyak ide yang juga muncul di pasal, sehingga ratapan ini
dapat dikatakan sebagai refleksi Yeremia terhadap panggilan Tuhan atas dirinya.
Cara Yeremia menggambarkan pergumulannya di 20:7 memberi pencerahan bagaimana memahami
kedaulatan Allah dan kebebasan manusia. Ia merasa tetap bebas (“aku membiarkan diriku dibujuk”),
tetapi ada saat yang sama menyadari bahwa kehendak Allah terlalu kuat untuk dia (“Engkau membujuk
aku...Engkau terlalu kuat bagiku...Engkau menundukkan aku”). Seperti yang sudah kita pelajari bersama-
sama, apapun yang menjadi keberatan Yeremia telah ditolak dan diatasi oleh Allah (1:6-10). Pada saat
Yeremia berniat berhenti dari pelayanannya, dia merasa ada sesuatu di dalam dirinya yang membuat dia
tidak mampu untuk berhenti (20:9).
Berita negatif yang diucapkan Yeremia menghasilkan cemoohan (20:7-8) dan pertentangan (20:10). Pada
suatu titik tertentu dalam pelayanannya, Yeremia menyesali kelahirannya (20:14-18). Rencana ilahi di
balik kelahirannya seharusnya menjadi pijakan yang kuat dalam menjalankan pelayanan (1:5), tetapi
sekarang justru menjadi dasar ratapan (20:14-18). Tidak pernah dilahirkan tampaknya lebih mengenakkan
daripada dilahirkan untuk menggenapi rencana Allah!
Apakah hal tersebut berarti bahwa Allah tidak menepati janji-Nya? Sama sekali tidak! Yeremia tetap
mengalami realisasi janji Allah (20:12-13). Berkali-kali Allah menyertai dan melepaskan dia (1:8; 20:11,
13). Apakah pertolongan ini membuat Yeremia tidak pernah mengeluh lagi? Sama sekali tidak! Yeremia
bahkan tidak mengakhiri ratapannya dengan sebuah pujian atau pernyataan iman. Ratapannya berakhir
dengan penyesalan terhadap kelahirannya. Walaupun demikian, Yeremia tidak pernah berhenti melayani
TUHAN. Pasal 20 bukanlah akhir dari pelayanan maupun kitab Yeremia. Di tengah perasaan yang terus
berkecamuk dan situasi pelayanan yang tidak menentu, ia tetap menjalankan panggilan atas dirinya
dengan setia. Bagaimana dengan kita? Soli Deo Gloria.
eremia 1:4–10 (Khotbah Minggu, 31 Jan 2016)
                   DIPILIH SEJAK DARI KANDUNGAN 

Ketika kita mengajak seseorang menjadi hamba Tuhan, entah sebagai Pendeta, Penatua, atau
Majelis ; cenderung menolak. Alasannya sangat klasik : belum/tidak terpanggil. Memang, menjadi
hamba Tuhan butuhpanggilan pribadi. Tanpa ada panggilan hati maka tugas yang mestinya
diemban akan menjadi beban berat. Lepas dari panggilan hati, ada alasan yang terukur untuk
menolak panggilan itu, seperti yang diungkapkan Yeremia ;‘aku tidak pandai bicara dan masih
muda’.  

Pandai berbicara memang keharusan bagi seorang nabi,sebab ia akan menyampaikan firman


Tuhan dengan kata-kata. Firman Tuhan selalu berkaitan dengan nasehat, bimbingan, kritik,
pengajaran ; semua itu membutuhkankemampuan berbicara. Demikian juga pengalaman sangat
penting. Pengalaman bisa berkaitan dengan kematangan usia. Oleh sebab itu, alasan Yeremia
menolak panggilan Tuhan itu sangat logis, karena ia masih muda.
Tetapi perlu juga dipahami, menjadi hamba Tuhan bukan ditentukan oleh diri sendiri dan bukan
berdasarkan kemampuan sendiri. Tuhan memiliki kuasa untuk memilih hambaNya. Itu sebabnya,
menjadi hamba Tuhan bukan pilihan tetapi panggilan. Menarik atas penetapan Yeremia menjadi
nabi : (a) ‘sebelum engkau keluar dari kandungan, …., Aku telah menetapkan engkau menjadi
nabi bagi bangsa-bangsa" (ay.7). Ini sangat luar biasa. Sekali pun masih di dalam kandungan,
Allah mampu menetapkan kehidupan seseorang, terlebih menjadi hambaNya. Setiap hamba
Tuhan memiliki keunikan atas panggilannya. (b) Yeremia diutus Tuhan untuk menyampaikan
firman Tuhan. Utusan adalah duta atau yang mewakili yang berwewenang. Ia mempunyai tugas
menyampaikan pesan yang mengutus.  (c) Aku menyertai engkau. Seorang hamba yang diutus
Tuhan sesungguhnya disertai Tuhan. Dalam penyertaan itu, seorang hamba Tuhan harus sungguh-
sungguh menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Seorang hamba Tuhan harus berserah dalam
menjalani hidup dan pelayanannya.
Dalam nas ini disebutkan, ‘Jangan takut kepada mereka’. Firman Tuhan cenderung mengkritisi
orang-orang yang jahat. Orang-orang jahat itu selalu memiliki kekuatan : entah itu kuasa,
kelompok, lihai bicara. Ketika firman Tuhan disampaikan kepada orang jahat, sangat mungkin
mereka tersinggung, sakit hati ; lalu menyerang balik yang menyampaikan firman itu. Karena itu,
Tuhan mengingatkan Yeremia : ‘Jangan takut kepada mereka’. Jaminannya, parahamba Tuhan
akan selalu disertai oleh Tuhan. Tuhan mengulurkan tangan-Nya (memberkati), dan menjamah
mulut (memberi kemampuan berbicara).  Para hamba Tuhan tidak perlu menjadi kecut sebab
seluruh kata yang diungkapkan bersumber dari Tuhan (9) : "Sesungguhnya, Aku menaruh
perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu’. Dengan penyertaan dan berkat yang diterima
Yeremia, maka ia siap diutus melakukan tugas panggilannya.

Tugas Yeremia : merubah-membaharui.
Pembaharuan adalah pekerjaan yang ‘ngeri-ngeri sedap’. Ngeri karena masih banyak manusia
anti pembaharuan, apalagi jika yang baru itu dianggap merugikan dirinya.Sedap karena akan
melihat/menikmati sesuatu yang baru. Yeremia yang masih muda itu akan berhadapan dengan
tantangan. Terlebih Tuhan mengembankan tugas yang teramat berat bagi Yeremia untuk
melakukan perubahan total (10) : “mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan
meruntuhkan ; lalu kemudian membangun dan menanam." Inilah tugas Yeremia yang diutus
Tuhan.
Kita seluruhnya umat Tuhan, sesungguhnya telah dipanggil menjadi hambaNya. Memang ada
panggilan khusus seperti Yeremia, dan ia memang harus memiliki kemampuan khusus. Kita bisa
belajar dari Yeremia yang tidak pandai bicara dan masih muda itu. Tetapi dalam prakteknya,
Yeremia mampu dengan luar biasa menyampaikan firman Tuhan.
Menjadi perenungan bagi kita; sejauh mana firman Tuhan yang kita baca atau kita dengar
membaharui hidup kita. Apakah Firman Tuhan itu membuat kita bertumbuh, atau apakah kita
mengalami perubahan ?
Seorang Jemaat berbicara kepada sesama jemaat tentang pendeta mereka. Jemaat yang satu
berkata kepada temannya, ‘iman saya tidak bertumbuh sejak pendeta kita ini melayani di sini’.
Lalu jemaat yang seorang menyahut, ‘Ah….pendeta di jemaat kita sudah silih berganti, tapi anda
begitu-begitu saja kok… Soal pertumbuhan iman, itu kan pribadi bapak, bukan soal pendeta.
Alkitab juga sudah cukup menjelaskan. Tinggal bagaimana kita menghidupi diri kita dengan
firman itu…....na godang hatam’.
Rasul Paulus mengatakan dalam Galatia 5 : 22-23, bahwa orang yang percaya kepada Yesus
Kristus harus menghasilkan BUAH ROH, yaitu : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Artinya, Firman Tuhan
yang kita baca atau Firman Tuhan yang kita dengar harus mengubah diri kita. FT tidak berarti
jika ia sekedar menjadi pengetahuan, tetapi FT bermanfaat apabila di dalam diri kita ada
perubahan. AMIN
Pelayan Tuhan meyakini panggilan serta pengutusannya (Minggu 23/9-2012)
 
 
 Bacaan Alkitab: Yeremia 1:4-8
“Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum
engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau
menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” (ayat 5)
Intermezo
   Buruknya perjalanan seseorang bisa disebabkan oleh buruknya persiapan yang dilakukannya sebelum
perjalanan atau buruknya sikap mental seseorang yaitu dengan memiliki keyakinan diri yang
rendah. Seseorang yang memiliki potensi/bakat/skill yang besar bila tidak mengasahnya akan tidak
maksimal, sedangkan rasa percaya diri yang buruk akan menghalangi seseorang mengeluarkan yang
terbaik dari apa yang dimilikinya. Yeremia telah dipilih oleh Tuhan, artinya dia punya potensi yang besar,
namun ia merasa rendah diri karena muda. Dalam nats ini, Tuhan dengan firmanNya mengubah perasaan
rendah diri itu agar Yeremia berubah dari seorang penakut menjadi pemberani. Apakah yang dikatakan
Tuhan? Tuhan menekankan bahwa Tuhanlah yang akan menyertai setiap langkah hidupnya sehingga dia
tidak perlu takut(ay.8). Sudahkah Anda yakin akan penyertaan Tuhan dalam perjalanan hidupmu? Apa
buktinya? …Yuk kita renungkan.
   Panggilan Tuhan terhadap Yeremia sungguh luar biasa untuk menjadi hambaNya ; “Sebelum Aku
membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari
kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-
bangsa” (ay. 4-5). Mungkin kalimat yang diucapkan Tuhan mengagetkan dan  membuat tercengang
Yerimia karena bukan hanya sebelum keluar dari kandungan ibunya bahkan lebih dari itu  Tuhan belum
membentuknya dalam rahim ibunya Tuhan sudah mengenalnya.
   Tugas yang diemban oleh Nabi yeremia  sungguh berat, berbahaya  ia tidak hanya dipanggil untuk
memberitakan firman kepada umat Israel saja, tetapi juga dia harus menyatakan suara kenabiannya dan
firman Allah yang dapat membinasakan dan meruntuhkan kerajaan-kerajaan!
   Yeremia yang masih muda itu bersedia melaksanakan tugas pengutusan itu,  karena ia yakin  Tuhan
telah mengenalnya jauh sebelum dia lahir dari kandungan ibunya dan Janji penyertaan dan perlindungan
Tuhan selama dia setia melaksanakan tugas panggilannya sebagai seorang nabi (Yer. 1:8),pada diri Nabi
Yeremia ini, saya melihat realitas pergumulan seorang pelayan Tuhan yang sejati!
   Hal ini terjadi bukan hanya untuk nabi Yeremia saja tetapi hal ini juga terjadi pada kita, Dia mengenal
Anda luar dalam , Dia tahu niat Anda untuk berbuat yang baik maupun jahat, Dia tahu kerinduan Anda
untuk melayani, Dia tahu pengharapan Anda, Dia tahu alasan Anda  yang dibuat-buat waktu Anda dipilih
untuk menjadi penatua/Diaken, dan masih banyak yang lainnya. Dia maha tahu karena Dia yang
membentuk Anda dan saya,tujuan, dan cita-cita Anda, jadi mengapa Anda harus kuatir tetapi  dipihak lain
Anda juga harus hati-hati karena Tuhan ada dalam diri Anda.
   Banyak orang menolak melayani  karena merasa tidak mendengar panggilan Tuhan itu sebagai
kewajiban, tetapi lebih kepada pilihan, sehingga  mereka yang melayani-Nya merasa terbeban.
Kontemplatif
Banyak di antara kita sering , gemar “menghayati”  firman Tuhan  untuk  pembenaran diri  dan menutupi
segala bentuk sikap egoisme kita. Atau mungkin perkataan-perkataan kita cenderung  meremehkan,
menyakiti dan mungkin mudah menghakimi orang lain. Sehingga seringkali perkataan dan ucapan kita
mendukakakan sesama kita.
Jika Tuhan memanggil seseorang untuk tugas khusus, itu berarti Tuhan pasti akan melengkapi dan
memampukan sehingga ia sanggup melaksanakan panggilan itu dengan baik, hal ini terjadi seperti
panggilan Tuhan kepada Yeremia (1:4-10).
Sebelum keluar dari kandungan. Artinya, sebelum Yeremia bisa berbuat apa-apa, Tuhan sudah
menetapkan dia menjadi nabi. Ini mau  mengatakan bahwa menjadi pelayan Tuhan itu semata-mata
adalah ketetapan Tuhan. Karena Tuhan yang memanggil. Tuhan yang memilih Bukan kita!              
Ingatlah, ketika Tuhan memanggil Anda untuk melayani bergumullah dengan sungguh-sungguh, jangan
merasa hebat, merasa mampu.
Mzm. 71:6 melukiskan kehidupan orang beriman yang hanya bersandar kepada Allah: “KepadaMulah
aku bertopang mulai dari kandungan, Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku; Engkau yang
selalu kupuji-puji”.
Adapun dasar dari pelayanan kita adalah kasih kepada Allah dan sesama. Kasih adalah hukum Tuhan
yang terutama, yang membuat segala yang kita lakukan menjadi berarti. Kasih juga merupakan kekuatan
yang memampukan kita bertahan dalam menghadapi berbagai kesulitan pelayanan seperti yang dilakukan
Yesus .
Ingatlah, jika Tuhan memanggil Anda Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun
engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah
kausampaikan. Jangan takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engaku untuk melepas engkau…”
Ingatlah ,kalau Tuhan memanggil Anda untuk melayani, jangan katakan: Aku mau, karena aku bisa!
Ingatlah Juga jangan katakan: Aku tidak mau karena aku tidak bisa! Tetapi katakanlah: Aku mau,
walaupun aku tidak bisa!
Proses menjadi pelayan atau presbiter itu memanglah bukan sebuah hal yang instan atau terjadi begitu
saja, namun semuanya berproses  ,yang perlu kita yakini bahwa setiap langkah kita dalam
melaksanakannya harus dengan sikap penyerahan diri secara utuh  kepadaNya.
Hari – hari kedepan kehidupan kita sebagai gereja akan semakin kompleks , tantangan demi tantangan
akan menghadang dalam pelayanan baik dari dalam mupun dari luar untuk itu sebagai pelayan sebaiknya
hanya mengadalkan kehadiran Allah Tuhan untuk menghadapi semua itu.
Dalam kita melayani Tuhan, paradigma berpikir kita harus diubah. Melayani Tuhan bukan beban, bukan
sekedar iseng atau mengisi waktu tetapi melayani Tuhan adalah satu anugerah yang Tuhan berikan pada
kita yang tidak Tuhan berikan pada semua orang. Minat dan kesediaan untuk melayani bukanlah satu-
satunya kriteria bagi seorang pelayan. Justru kerinduan yang kuat untuk melayani harus dibuktikan
dengan keinginan untuk memberikan yang terbaik dalam pelayanan.
Ingatlah  jangan lagi bimbang , katakalah “Ini aku utuslah aku” 
Ayat Mas:
Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman
kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa (1 Timotius 3:13)

PEMANGGILAN YEREMIA SEBAGAI NABI


Yer 1:4-10

Saudara yang kekasih di dalam nama Kristus Yesus,


Allah tidak pernah tinggal diam.
Dia senantiasa melihat perjalanan sejarah. Memang sejarah dunia, adalah panggung kemuliaanNya,
sebab ibarat ungkapan seorang seniman, dunia ini adalah kain kanfas milik Allah dan kita adalah
orang-orang yang dia pakai untuk melukis keinginan-keinginan Tuhan. Kalau satu bangsa
mengalami sejarah kelam, maka Tuhan akan memilih orang-orangnya yang akan dia pakai
memberikan warna baru pada kain kanfas tersebut agar berubah lagi menjadi ceria. Jelas Allah
ingin menyaksikan lukisan yang indah terbentang di muka bumi ini.

Tersebutlah sebuah nama, Yeremia. Dia berasal dari daerah Anatot sekitar 6 km dari Yerusalem.
Pemuda ini di panggil oleh Tuhan menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. memang tahun 625 an bangsa
Israel bersama dengan bangsa-bangsa disekitarnya berkeinginan membangun koalisi-koalisi untuk
menaklukkan dan agar tidak bisa ditaklukkan pula oleh bangsa lain.  Di bawah pimpinan raja
Manasye bangsa Israel ibarat terhanyut jauh karena banjir godaan situasi sehingga Alalh melihat
kejahatan tersebut. Allah ingin menghukum bangsa-bangsa terutama Yehuda karena sebagai
bangsa pilihan Allah sebenarnya dia harus memiliki perilaku yang baik di mata Tuhan. tetapi
ternyata kejahatan-kejahatan, penyelewenganlah mereka pertontonkan dalam kehidupan sehari-
hari. baik raja-raja, orang kaya, para imam imam terkadang lupa bahwa sebenarnya Allah
mengharapkan mereka untuk berbuat baik bagi bangsanya yang melarat itu.

Allah memilih Yeremia seorang muda untuk tugas berat. Ah ..dia ngeri apa reaksi bangsanya kalau
dia menyampaikan kata-kata. Bukankah di tengah bangsanya, yang tualah menjadi tokoh yang
harus didengar nasehat-nasehatnya, dan tampil di setiap pertemuan? bagaimana pula kalau dia
tiba-tiba menjadi penyambung lidah Allah dan memberikan nubuatan kepada raja yang memerintah
dengan jahat itu? tetapi apa yang ada di dalam hatinya didengar  diketahui oleh Allah. Allah
mengatakan bahwa pemilihan yang dilakukanNya bagi Yeremia terjadi semenjak Allah
membentuknya di kandungan, oleh karena itu Dia tdk perlu takut sebab Allah akan menjamah
mulutnya dan memberi kuasa untuk membangun, meruntuhkan, memberkati dan mengutuk. Luar
biasa.

Dari renungan di atas kita diarahkan kepada beberapa pokok : 


1. Allah memilih orang-orang yang akan Dia utus
Bukan hanya Jeremia, mungkin juga anda, teman yang disamping anda atau siapa saja untuk
menunaikan tugas yang mulia dari Tuhan demi kemuliaan namanya. Jangan terus berfikir kalau kita
akan diutus menjadi nabi yang akan menegur presiden. Bisa saja kita dia pilih untuk melakukan
penyebaran kehendak Tuhan di lingkungan kerja kita yang memang boleh jadi sudah rusak karena
bermacam pengaruh. Keterpanggilan kita ditugs manapun hendaknya menjadi media penularan
kehendak-kehendak Tuhan. sudah pasti Allah akan memakai kita untuk enjadi alatnya. Allah tidak
pernah salah, dan masih masing kita tidaklah secara kebetulan dipanggil untuk tugas-tugas kita di
tempat manapun kita bekerja. Bekerja harus menjadi ibadah kita kepada Tuhan.

2 Kita dipilih dengan sangat ajaib


Sebagaimana kejadian kita adalah ajaib (Mzr 139:14-15), sehubungan dengan itu juga Allah punya
rencana yang ajaib melalui kita. Rajinlah dengar-denaran dengan Firman Tuhan agar kita
mengetahui apakah yang ingin Tuhan harapkan dari diri kita, sebab hanya tukang yang amatiranlah
mungkin salah dalam memilih alat-alat yang dia butuhkan. Tetapi Tuhan tidak amatiran...dia
profesional, sangat profesional memilih kita demi satu tugas yang mulia pula. tugas itu kini dan
disini, disaat anda mendengar firman Tuhan.

3. Tidak perlu takut


Untuk apa kita takut? tugas kita adalah menyampaikan firman Tuhan. oleh karena itu tidak perlu
takut sebab pesan itu juga akan menjadi keselamatan bagi orang yang mendengarkannya. Maka
saat anda telah mengyakan panggilan Tuhan yang paling penting adalah menyerahkan diri
seutuhnya kepada Tuhan. dia akan memberikan kekuatan kepada kita  dalan keadaan apapun.
sangat perlu kita sadari dunia kita sekarang ini sangat rusak. dunia tanpa etik menurut pandangan
orang orang. dunia ini gelap sehingga manusia-manusia hidup dalam kuasa gelap itu. anda perlu
menjadi alat penerang baginya agar manusia mengerti apa kehendak Allah yang akan dia lakukan.

4. Tuhan akan memberikan kuasa


Yeremia mendapatkan kuasa untuk menegakkan keinginan Tuhan. bahkan dia, sebagaimana
dikatakan dalam ayat 10 tadi  :"Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-
bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan
meruntuhkan, untuk membangun dan menanam." kalau kita satu dalam Tuhan maka kita akan
mendapatkan kuasa. Yeremia juga mendapatkankuasa untuk membangun dan menghancurkan,
memberkati dan mengutuk. tetapi tahukah anda bahwa Yeremia tidak pernah menghancurkan dan
mengutuk? justru dialah yang menderita melihat perilaku umat Israel.
Dunia kita sekarang ini tak jauh beda dengan kondisi Israel jaman dahulu, dan Allah memilih kita
demi keselamatan umat Tuhan.bersediakah anda dipilih dan diutus? maukah anda mengatakan :
Inilah aku Tuhan utuslah aku...

Anda mungkin juga menyukai