Kelompok 2
Kelompok 2
Kelompok 2
Oleh:
Agung Rachmanto 18090000006
Gabriela Putri Lake Nuba 18090000007
Kezia E C Malakiki 18090000014
Fitah Ramadani 18090000017
Maria Miga Koten 18090000031
Aisyah Ramadhan 18090000040
Penyusun
Cover
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB.1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 LatarBelakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................1
BAB. 2 PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1. Sejarah Pengukuran....................................................................................2
Intelegensi...............................................................................................................2
Heriditas atau modifikasi......................................................................................2
Inteligensi dan hubungannya................................................................................3
Teori Inteligensi......................................................................................................3
Lewis Terman (1900).............................................................................................3
Louis L Thurstone (1938)......................................................................................4
JP Guilford (1967)..................................................................................................4
Howard Gardner (1983)........................................................................................4
Pengukuran inteligensi..........................................................................................4
Administrasi dari Test CFIT..............................................................................11
Skoring dan Interpretasi dari CFIT...................................................................11
2.2 Beberapa test inteligensi yang popular.....................................................15
2.3 Keterbatasan Tes Inteligensi.....................................................................12
2.4 Berikut ini beberapa pandangan yang keliru mengenai tes intelegensi 14
BAB 3. PENUTUP................................................................................................15
3.1. Kesimpulan................................................................................................15
3.2. Saran...........................................................................................................15
Daftar Pustaka......................................................................................................16
ii | T e s I n t e l i g e n s i d a n P e n g u k u r a n n y a
BAB.1.
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. untuk memahami sejarah intelegensi
2. untuk dapat mengetahui beberapa tes intelegensi
3. untuk memahami keterbatasan tes intelegensi
4. untuk untuk mengetahui pendapat keliru tntang tes intelegensi
Dari rumus di atas diketahui bahwa pada anak yang mempunyai inteligensi
normal maka MA = CA atau MA sama dengan MA rata-rata anak seusianya.
Anak yang mempunyai MA > CA mempunyai inteligensi di atas rata-rata, dan
anak yang mempunyai MA < CA mempunyai inteligensi di bawah rata-rata.
Menurut Guilford, faktor yang membentuk inteligensi bukan hanya satu faktor
(Terman), dua faktor (Spearman), tiga faktor (Sternberg) atau tujuh faktor
(Thurstone), melainkan 120 faktor. Berdasarkan analisis faktor, Guilford
mengusulkan model berbentuk kubus yang disebut model struktur intelektual
dengan 120 faktor.
Howard Gardner (1983)
IQ = MA:CA x 100
umur
3;0 X x X x X X
4;0 X x X x X X
5;0 X x X x X X
6;0 X x X x X X
7;0 X x X - - -
8;0 - - - - - -
Keterangan : butir dapat dijawab benar (x), butir tidak dapat dijawab (-).
Dari data tersebut inteligensi A dapat dihitung sebagai berikut: (1) CA = 5 tahun,
(2) MA = 6 tahun + 3/6 tahun = 6,5 tahun, (3) IQ = (MA/CA) x 100 = (6,5/5) x
100 = 130.
Tabel 3. Klasifikasi IQ
Skor IQ Kategori
Di atas Luar biasa (genius)
140
120 – 139 Cerdas sekali (very
superior)
110 – 119 Cerdas (superior)
90 – 109 Sedang (average)
80 – 89 Bodoh (dull average)
70 – 79 Anak pada batas
(border line)
50 – 69 Debil (moron)
30 – 49 Ambisil (embicile)
Di bawah Ideot
30
1. Tes Binet
Tes Binet berisi materi berupa sebuah kotak yang berisi berbagai macam
mainan yang akan diperlihatkan pada anak-anak, dua buah buku kecil yang berisi
cetakan kartu-kartu, sebuah buku catatan yang berfungsi untuk mencatat jawaban
beserta skornya, dan sebuah petunjuk pelaksanaan dalam pemberian tes.
Pengelommpokkan tes-tes dalam skala Stanford–Binet dilakukan menurut
berbagai level usia, dimulai dari usia 2 tahun sampai dengan usia dewasa. Hal ini
karena level tersebut merupakan level intelektual dan hanya dimaksudkan sebagai
batas-batas dalam usia mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak.
10 | T e s I n t e l i g e n s i d a n P e n g u k u r a n n y a
Subtest ini memiliki cara kerja yang mirip dengan APM, SPM, dan juga
CPM.
4. Subtest 4 – Condition / Typologi, Peserta atau klien diminta untuk
memilih 1 dari 5 jawaban dimana jawaban tersebut memiliki kondisi,
tekstur ataupun situasi yang sama seperti pada soal yang tersaji.
Skoring dan Interpretasi dari CFIT
Skoring pada test CFIT ini dilakukan dengan melihat jawaban yagn
diberikan oleh peserta atau klien, dan menghitung total jawaban benar
yang dimiliki oleh klien setelah melaksanakan test. CFIT bisa dibilang
merupakan test inteligensi sederhana yang mudah dan juga simple, baik
dalam mengerjakan, menskoring, dan juga melakukan interpretasi, sama
seperti test Matrices (APM, SPM, dan CPM).
7. Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS).
Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) dikembangkan oleh
David Wechsler. Akibat rasa ketidakpuasan dengan batasan dari teori
Stanford-Binet dalam penggunaannya, khususnya dalam pengukuran
kecerdasan untuk orang dewasa sehingga dikembangkanlah tes ini. David
Wechsler kemudian meluncurkan tes kecerdasan baru yang dikenal
sebagai Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) pada 1955. Tes
intellegensi ini memiliki enam subtes yang terkombinasikan dalam bentuk
skala pengukuran ketrampilan verbal dan lima subtes membentuk suatu
skala pengukuran ketrampilan tindakan (Rohmah, 2011).
8. TIKI (Tes Intelegensi Kolektif Indonesia).
TIKI merupakan akronim dari Tes Intelegensi Kolektif Indonesia.
Tes ini diciptakan berdasarkan kerja sama antara Indonesia dan Belanda.
Tujuan dari dibuatnya tes ini adalah untuk melihat standar intelegensi di
Indonesia serta membuat alat tes intelegensi yang berdasarkan norma
Indonesia (Nuraeni, 2012).Tes ini secara keseluruhan dibagi menjadi tiga
tes, TIKI Dasar, TIKI Menengah dan TIKI Tinggi.
9. CPM (Coloured Progressive Matrices).
CPM atau Coloured Progressive Matrices merupakan salah satu
alat tes yang dibuat oleh Raven. CPM sendiri merupakan alat tes yang
11 | T e s I n t e l i g e n s i d a n P e n g u k u r a n n y a
dibuat dikarenakan adanya keperluan pengetesan intelegensi pada anak-
anak yang tidak dapat menggunakan alat tes Raven sebelumnya yaitu SPM
atau Standart Progressive Matrices.
10 SON.
SON merupakan akronim dari Snijders Oomen Non Verbal Scale.
SON merupakan salah satu tes inteligensi non verbal digunakan untuk
individu dengan rentan usia 3 – 16 tahun. Alat tes ini juga tidak hanya
sebatas untuk individu dalam kondisi normal namun juga dapat digunakan
untuk individu dengan disabilitas seperti tunarungu. Alat tes ini dapat
digunakan oleh individu dengan tunarungu dikarenakan tes SON
berbentuk puzzle dan rangkaian gambar yang perlu dicocokan dan peserta
tidak dituntut untuk menjawab perintah yang diberikan.
12 | T e s I n t e l i g e n s i d a n P e n g u k u r a n n y a
Oleh karena itu penggunaan tes IQ harus dilakukan dengan
bijaksana. Tes IQ jangan dijadikan sebagai tolak ukur satu-satunya dalam
menentukan potensi seseorang. Hasil tes inteligensi yang tinggi
sebenarnya tidak menjanjikan apa-apa selama tidak ditopang oleh faktor-
faktor lain yang kondusif , begitu juga sebaliknya.
2.4 Berikut ini beberapa pandangan yang keliru mengenai tesi ntelegensi.
Cauchan (1978, dalam Azwar, 1996) mengemukakan beberapa pandangan
keliru yang sering dipikirkan oleh masyarakat umum mengenai penggunaan tes
inteligensi di bidang pendidikan, yaitusebagaiberikut:
Pendapat yang mengatakan bahwa apa yang diukur oleh tes inteligensi adalah
bersifat tetap karena dibawa sejak lahir dan tak dapat berubah adalah keliru.
Sebenarnya tes intelegensi mengukur performa individu pada suatu tugas mental
tertentu. Tugas-tugas dalam tes inteligensi dipengaruhi oleh pengalaman di
sekolah dan lingkungan kehidupan sehari-hari. Kemampuan untu kmenjawab
soal-soal dan pertanyaan dalam tes inteligensi banyak bergantung pada
pengalaman berbagai faktor lain yang dipelajari sehari-hari.
13 | T e s I n t e l i g e n s i d a n P e n g u k u r a n n y a
Prediksi tes intelegensi pasti akurat
Pendapat yang menyatakan bahwa prediksi dari hasil tes inteligensi pasti akurat
adalah keliru. Sebenarnya, hasil pengukuran itu tidak menjanjikan apa-apa kalau
tidak didukung oleh faktor lain yang relevan. Harus pula diingat bahwa hasil tes
inteligensi tidak dapat mencapai validitas yang sempurna. Jadi, hasil tes
inteligensi tidaklah dapat menghasilkan prediksi yang akurat.
BAB 3.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Inteligensi dapat diberikan arti sempit
kehidupan.
14 | T e s I n t e l i g e n s i d a n P e n g u k u r a n n y a
juga menunjukkan bahwa inteligensi dapat
dan modifikasi.
3.2. Saran
Penulisan saran ini berisi tentang permintaan atau masukan dari penulis
kepada pembaca, seperti meminta untuk memperbaiki apabila ditemukan
indikasi kesalahan atau memberi masukan agar penulis memperbaikinya.
15 | T e s I n t e l i g e n s i d a n P e n g u k u r a n n y a
Daftar Pustaka
Andayani, B. (2001). Kemampuan Psikologis Anak Dengan Tulisan
Tangan Buruk. Jurnal Psikologi. 28(2), 77-96.
https://journal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7682.
Cloudida. (2018). Daftar alat tes IQ di Indonesia. Melintas Cakrawala.
http://melintascakrawala.id/84/daftar-alat-tes-iq-di-indonesia
Cohen, R. J., & Swerdlik, M. (2009). An Introduction to Tests and
Measurement (7th Editio). McGraw?Hill.
Kumolohadi, R., & Suseno, M. N. (2012). Intelligenz Struktur Test Dan
Standard Progressive Matrices?: Dari Konsep Inteligensi Yang
Berbeda Menghasilkan Tingkat Inteligensi Yang Sama. Jurnal
Inovasi Dan Kewirausahaan, 1(2), 79?85.
https://journal.uii.ac.id/ajie/article/view/2825
aarif, V., Widodo, A. E., & Wibowo, D. Y. (2017). Aplikasi Tes IQ
Berbasis Android. Ijse.Bsi.Ac.Id IJSE ? Indonesian Journal on
16 | T e s I n t e l i g e n s i d a n P e n g u k u r a n n y a
Software Engineering ISSN, 3(2), 2461?2690.
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ijse/article/view/2820
udhar, M., & Rafikayati, A. (2017). Analisis kebutuhan pengembangan
alat tes intelegensi wechsler intelligence scale for children (WISC)
untuk anak tunarungu. In Seminar Nasional Bimbingan Konseling
Universitas Ahmad Dahlan.
http://seminar.uad.ac.id/index.php/snbkuad/article/viewFile/69/73
Abror, Abd Rachman. 1993. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: PT Tiara
Wacana
Atkinson, Rita L; Atkinson, Richard C; Smith, Edward E dan Bem, Daryl
J. 2003. Pengantar psikologi.Terjemahan oleh Widjaja
Kusuma.BatamCentre: Interaksara
Purwanto, M Ngalim. 2003. Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan psikologi proses pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suparno, Paul. 2004. Teori inteligensi ganda dan aplikasinya di sekolah.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Winkel, WS. 1996. Psikologi pengajaran. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia
17 | T e s I n t e l i g e n s i d a n P e n g u k u r a n n y a