Personalia Apotek
Personalia Apotek
Personalia Apotek
Personalia
Sikap karyawan yang baik, ramah dan cepat melayani pembeli, mengenal
pasien di daerah sekeliling apotek sebanyak mungkin dapat membangkitkan kesan
baik, sehingga peran karyawan sangat penting dalam laba yang diinginkan atau
direncakan. Untuk mendapatkan karyawan yang baik di dalam apotek, perlu
dilakukan kegiatan-kegiatan :
a. Mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan
b. Mendorong para karyawan untuk bekerja lebih giat
c. Memberi dan menempatkan mereka sesuai dengan pendidikannya
d. Merekrut calon karyawan dan mendidik sebagai calon pengganti yang tua.
II.9. Fungsi dan Pembagian Tugas
II.9.1 Apoteker
Tugas apoteker :
1. Memimpin seluruh kegiatan apotek.
2. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi yang meliputi :
a) Administrasi kefarmasian
b) Administrasi keuangan
c) Administrasi penjualan
d) Administrasi barang dagangan atau inventaris
e) Administrasi personalia
f) Administrasi bidang umum
3. Membayar pajak yang berhubungan dengan perapotekan.
4. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang
optimal sesuai dengan rencana kerja.
Tanggung jawab Apoteker : apoteker bertanggung jawab terhadap kelangsungan
hidup apotek yang dipimpinnya dan bertanggung jawab kepada pemilik modal.
II.9.2 Koordinator Kepala
Tugas Koordinator Kepala yaitu :
1. Mengkoordinir dan mengawasi kerja bawahannya termasuk mengatur daftar
giliran dinas, pembagian tugas dan tanggung jawab (narkotika, pelayanan dokter
dan kartu stock di lemari masing-masing)
2. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan atau
mengembangkan hasil usaha apotek.
3. Mengatur dan mengawasi penyimpanan dan kelengkapan obat sesuai dengan
teknis farmasi terutama di ruang peracikan.
4. Memelihara buku harga dan kalkulasi harga obat yang akan dijual sesuai dengan
kebijaksanaan harga yang telah ditentukan.
5. Membina serta memberi petunjuk soal teknis farmasi kepada bawahannya,
terutama pemberian informasi kepada pasien.
6. Bersama-sama dengan tata usaha mengatur dan mengawasi data-data administrasi
untuk penyusunan laporan managerial dan laporan pertanggungjawabannya.
7. Mempertimbangkan usul-usul yang diterima dari bawahannya serta meneruskan
atau mengajukan saran-saran untuk perbaikan pelayanan dan kemajuan apotek
kepada pemimpin apotek.
8. Mengatur dan mengawasi pengamanan uang penghasilan tunai setiap hari.
9. Mengusulkan penambahan pegawai baru, penempatan, kenaikan pangkat,
peremajaan bagi karyawan bawahannya kepada pemimpin apotek.
10. Memeriksa kembali :
a. Resep-resep yang telah dilayani
b. Laporan-laporan obat yang harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA).
2. Lokasi apotek
Apotek yang terletak di kota-kota besar yang terdapat banyak PBF sangat
mudah untuk melakukan pembelian, dibandingkan dengan lokasi apotek di daerah
terpencil, sehingga pembelian dapat dilakukan pada saat barang hampir habis.
3. Frekuensi dan Volume Pembelian
Makin kecil volume barang yang dibeli, maka makin tinggi frekuensinya
dalam melakukan pembelian, sehingga akan memperbanyak pekerjaan barang
masuk dari pembeli, baik kontan maupun kredit. Pembelian harus berencana,
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan di apotek tersebut. Jenis obat yang
diperlukan dapat dilihat dari buku defecta, baik dari bagian penerimaan resep atau
obat bebas maupun dari petugas gudang.
a) Prosedur Pembelian meliputi :
(1) Persiapan
Yaitu pengumpulan data obat-obat yang dipesan, data tersebut diperoleh
dari buku defecta, racikan maupun gudang.
(2) Pemesanan
Untuk setiap pemesanan sebaiknya disiapkan minimal rangkap dua, satu
untuk supplier yang dilampirkan dengan faktur pada waktu mengirim barang, dan
yang satu untuk mengontrol kiriman barang yang kita pesan.
(3) Penerimaan
Petugas penerima barang harus mencocokkan dengan faktur dan surat
pesanan. Apabila ada tanggal kadaluarsa dicatat dalam buku tersendiri.
(4) Penyimpanan
Barang/obat disimpan ditempat yang aman, tidak terkena sinar matahari
langsung. Untuk narkotika didalam lemari khusus dan obat-obat yang mudah
rusak pada suhu ruang sebaliknya disimpan didalam lemari es.
(5) Pencatatan
Dari faktur disalin dalam buku penerimaan barang yang mencakup nama
supplier, nama obat, banyaknya, harga satuan, potongan harga, nomor urut dan
harga. Setiap haari dijumlah, sehingga diketahui banyaknya hutang. Faktur-faktur
kemudian diserahkan kepada tata usaha untuk diperiksa, lalu dibundel untuk
menunggu waktu jatuh tempo.
(6) Pembayaran
Barang yang sudah diterima dibayar pada saat jatuh tempo. Setelah faktur
dikumpulkan lalu masing-masing dibuatkan bukti kas keluar serta cheque / giro,
kemudian diserahkan kepada kasir besar untuk ditandatagani oleh pimpinan
sebelum dibayarkan kepada supplier.
Obat atau barang dagangan yang sudah dibeli tidak semuanya langsung
dijual, oleh karena itu harus disimpan dalam gudang terlebih dahulu dengan
tujuan antara lain :
1) Tidak dapat terkena sinar matahari langsung.
2) Cukup almari, kuat dan dapat dikunci dengan baik.
3) Tersedia rak yang cukup baik.
4) Merupakan ruang tersendiri dalam komplek apotek.
Obat yang disimpan dalam gudang tidak diletakkan begitu saja, tetapi
disimpan menurut golongannya, yaitu :
1) Bahan baku disusun secara abjad dan dipisahkan antara serbuk, setengah padat,
bentuk cairan yang mudah menguap agar disendirikan.
2) Obat jadi disusun menurut abjad, menurut pabrik atau menurut persediaannya.
3) Sera, vaksin dan obat-obatan uang mudah rusak atau mudah meleleh disimpan di
kamar atau disimpan di lemari es.
4) Obat-obat narkotika disimpan di lemari khusus sesuai dengan persyaratan
5) Obat-obat psikotropika (OKT) sebaiknya disimpan tersendiri.
b) Penyetokan dilakukan dengan cara stock tetap yang sering disebut moeder
stock, yaitu obat tertentu harganya tetap.
b. Pelayanan Resep
Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apotek wajib melayani resep
dokter, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung
jawab apoteker pengelola apotek. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat
yang ditulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk
pemilihan obat alternatif.
Apabila dalam suatu resep terdapat kekeliruan atau penu-lisan resep yang
tidak tetap sehingga dapat membahayakan pasien, maka apoteker harus
memberitahukan kepada dokter penulis resep dan jika tidak dapat dihubungi
penyerahan obat dapat ditunda.
a. Produksi
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
perubahan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi, sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika, serta menjamin ketersediaan obat narkotika untuk
kepentingan pelayanan kesehatan atau pengembangan ilmu pengetahuan.
Untuk keperluan ketersediaan narkotika setiap tahun, Menteri
Kesehatan memberikan izin khusus untuk memproduksi narkotika kepada Apotek
yang telah memiliki izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan melakukan pengendalian tersendiri dalam pelaksanaan pengawasan
terhadap proses produksi, bahan baku narkotika dan hasil akhir dari proses
produksi narkotika.
b. Peredaran
Setiap kegiatan dalam rangka peredaran narkotika wajib
dilengkapi dengan dokumen yang syah. Peredaran narkotika meliputi setiap
kegiatan atau serangkaian kegiatan penyerahan narkotika baik dalam rangka
perdagangan, bukan perdagangan, pemindah tangan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan pengetahuan. Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya dapat
diedarkan setelah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
Penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan oleh apotek,
rumah sakit dan dokter. Penyerahan narkotika kepada pasien hanya dapat
dilakukan berdasarkan resep dokter. Resep yang mengandung narkotika harus
dipisahkan dan disimpan tersendiri dari resep yang lain.
c. Penyimpanan
Setiap apotek harus mempunyai tempat khsus untuk
menyimpan obat-obatan yang mengandung narkotika. Tempat khusus tersebut
seluruhnya harus terbuat dari bahan kayu atau bahan lain yang kuat serta
dilengkapi dengan kunci pengaman.
Untuk obat-obatan lainnya, sistem penyimpanannya disusun
berdasarkan abjad dari nama obat tersebut ataupun berdasarkan nama pabrik obat
yang memproduksi obat-obatan tersebut, sedangkan obat-obatan lainnya yang
memerlukan perlakuan khusus pada proses penyimpanannya seperti pada tempat
yang bersuhu dingin haruslah disimpan dalam lemari es yang khusus menyimpan
obat-obatan jenis ini. Obat yang disimpan pada tempat penyimpanan sebaiknya