Makalah Kritik Seni Tari Tradisional Dan
Makalah Kritik Seni Tari Tradisional Dan
Makalah Kritik Seni Tari Tradisional Dan
OLEH KELOMPOK 4
1. ADIHA BAGASKARA
2. REHAN AFRIZAL
3. REFLI ANDIKA
4. ESIH
5. NURMALA DEWI
MAKALAH
KRITIK SENI RUPA
2.1 Pengaruh kritik karya seni dalam kehidupan Sehari-hari
Dalam berbagai pertunjukan kesenian maupun pameran seni, seperti seni
rupa dan seni karya yang selalu disuguhkan untuk kalangan terbatas maupun
masyarakat pencinta seni, sering kita jumpai kegiatan semacam ini kurang
mendapat respon dari kalangan pengunjung ataupun penonton.
Fenomena tentang sepinya penonton, memang bukan hal yang baru, apalagi
untuk jenis seni yang temporer dan ekspresionisme maupun jenis seni instalasi.
Lebih dekatnya dapat dilihat pada pergelaran tari, teater dan musik serta seni
tradisional yang sering ditampilkan pada pusat-pusat kesenian yang terdapat di
berbagai daerah di Indonesia.
Persoalan ini dapat diduga karena kurangnya informasi tentang berbagai
objek seni dan persoalannya. Ketidaktahuan dan kurangnya wawasan terhadap
objek seni, membuat masyarakat kurang tertarik untuk menyaksikan berbagai
pertunjukan yang digelar oleh berbagai kalangan penggerak seni.
Menurut Sal Murgianto (1993: 12) mengatakan bahwa "di sinilah perlunya
kritik seni dibutuhkan oleh masyarakat, masyarakat perlu diberi pemahaman tentang
seni dan perkembangannya. Untuk membantu masyarakat dalam memahami seni,
kebutuhan tentang kritik seni dirasa sangat penting sebagai salah satu media
informatif. Akan tetapi kritik yang dibutuhkan bukan berarti kritik yang asal-asalan,
tetapi kritik yang tajam dan cerdas."
Lemahnya animo masyarakat terhadap berbagai suguhan kesenian, dapat
disebabkan oleh lemahnya mutu karya seni dan kurang berkualitasnya seniman
sebagai seorang kreator. Seniman sangat dituntut untuk selalu dinamis, kreatif,
produktif dan inovatif.
Dalam memberikan penilaian ada hal-hal tertentu yang perlu diperhatikan
yaitu seperti aspek tehnis dan non tehnis. Kedua aspek ini sangat menentukan
seorang kritikus dalam melancarkan kritikannya. Kedua aspek tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a) Aspek Teknis
Yang dikatakan aspek tehnis adalah hal-hal pokok dalam sebuah karya seni.
Hal-hal yang pokok tersebut seperti contoh :
1. Untuk seni tari adalah penari, pemusik, alat musik pencahayaan, komposisi,
kostum, rias dan koreografi tari secara menyeluruh seperti: desain lantai, desain
atas, ruang, dinamik, dramatik, dan transisi, kemudian properti dan setting.
2. Untuk musik adalah pemusik, alat musik, melodi, ritem, dan komposisi musik yang
dimainkan, desain dinamik, dramatik, dan harmoni.
3. Untuk teater adalah pemain (aktor dan aktris), pencahayaan, dialok, bloking,
kostum dan rias, mimik atau ekspresi, akting, alur cerita yang didesain, terakhir
properti dan setting.
4. Untuk seni rupa (non pertunjukan) seperti : jenis cat, jenis kampas, jenis kuas,
komposisi ruang, komposisi warna, arah dan dimensi, teknik proyeksi.
b) Aspek Non Tehnis
Dalam aspek non tehnis kita lebih banyak berbicara secara ekstrinsik dari
sebuah karya seni. Hal-hal yang bersifat ekstrinsik perlu dipertimbangkan, sebab
aspek ini sangat terkait dengan keberhasilan sebuah karya seni. Aspek non tehnis
dapat dijabarkan sebagai berikut; pertama adalah aspek pendidikan dan
pengetahuan seniman, selanjutnya kondisi di lapangan (seperti adanya insiden
dalam sebuah pertunjukan), psikologis, sarana dan prasarana (fasilitas), cerita atau
naskah dalam tari dan teater, lingkungan tempat tumbuhnya seorang seniman, latar
belakang budaya, waktu (waktu dalam proses), judul dan sinopsis, klasifikasi seni
(kontemporer, kreasi, tradisi, modern, post modern, happening art).
Pada persoalan kritik sebagai penilaian dirasa perlu membedah objek
kritikan dengan sistematika penilaian. Sistematika sangat efektif dalam menentukan
objektifitasnya sebuah penilaian. Di sini sengaja kita bicarakan masalah objektifitas,
hal ini lebih disebabkan untuk menghindari kritik yang rekayasa, atau kritik yang
bermuara hanya pada rasa senang atau tidak senang pada suatu objek.
Sistematika yang akan dilakukan adalah sistematika analisis (koreksi) dan
evaluasi. Kedua sistem ini dapat dilakukan pada semua objek seni. Sebelum
melakukan analisis perlu adanya data, data yang diperlukan adalah data tentang
objek tersebut yang bersifat non tehnis seperti : ide (gagasan), judul, sinopsis,
naskah cerita, tipe karya, bentuk penyajian, abstraksi karya, biodata seniman,
konsep garapan, gambaran karya terdahulu, jenis klasifikasi seni (kontemporer,
kreasi, natural, tradisi, happening art), seluruh data perlu dipahami.
Dalam melakukan analisis perlu mensingkronisasikan data dengan apa yang dilihat
(apa yang disaksikan). Di sini tempatnya seorang kritik, mempertemukan antara
aspek teknis dan non teknis. Pertemuan kedua aspek ini pada gilirannya diharapkan
menghasilkan evaluasi yang objektif.
Langkah selanjutnya masuk pada tahap apa yang dinamakan dengan
evaluasi. Dalam evaluasi sudah ada sebuah pernyataan dan keputusan
(kesimpulan) yang akan dilontarkan. Pada frase kedua ini sudah dapat dinyatakan
tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalan. Di sini juga sudah bisa dilontarkan
tentang nilai artistik dan estetik terhadap sebuah objek kritik.
Sebagai hasil evaluasi, perlu adanya argumentasi yang melatar belakangi
pernyataan tentang nilai tersebut. Argumentasi didapat setelah melakukan analisis
pada frase pertama.
2. kritik karya seni berfungsi sebagai pemberitahuan atau sumber informasi akan
adanya suatu penyuguhan karya seni. Hal ini penting karena tidak semua orang
begitu saja tahu, bahwa ada pergelaran karya seni.
Kritik dapat mempengaruhi masyarakat terhadap perkembangan kesenian.
Semakin baik kehidupan sebuah kritik dalam perkembangan kesenian, semakin
berkembang pula seni itu dalam masyarakat. Kritik dapat berdampak negatif
terhadap kehidupan kesenian dan sebaliknya pula dapat berdampak positif.
Menurut Sal Murgiantoro (1993: 12) mengatakan bahwa "Menulis kritik seni
bukan hanya menentukan nilai, memberi laporan deskriptif tentang sebuah
pergelaran, atau membantu masyarakat untuk memahami bentuk-bentuk seni. Lebih
daripada itu semua, menulis kritik seni adalah juga menyampaikan sejumlah
pandangan yang bernilai tentang sebuah pergelaran seni dalam bentuk tulisan yang
menarik, jujur dan objektif dan dapat dipertanggungjawabkan."
Ditilik fungsi kritik sebagai informasi besar pengaruhnya terhadap
masyarakat pecinta seni, seniman, kalangan intelektual, dan birokrasi seni. Sudah
dirasa perlu kritikus menginformasikan hasil kritikannya secara populer di tengah-
tengah masyarakat secara luas, baik masyarakat pendukung seni maupun
masyarakat biasa di luar pendukungnya.
Dampak dari kurangnya informasi ini bisa dirasakan oleh kreator seni, seperti
: kurangnya minat masyarakat untuk menyaksikan suguhan karya mereka. Tidak lain
dikarenakan kurangnya kritikus memberikan penjelasan tentang seni dan karya seni
dalam perkembangannya, baik yang aktual maupun yang bersifat tradisi.
Cuma saja dalam menginformasikan perlu dengan kejujuran tanpa
merekayasa. Di lain pihak pemilihan redaksi kata harus mempertimbangkan segi
sasaran yang dituju oleh kritikus. Seperti berbicara dengan masyarakat umum
(general) tentu tidak bisa disamakan dengan orang akademik. Apalagi bila
berhadapan dengan seniman, sedang kalangan seniman sendiri ada yang bersifat
tradisi dan modern dan yang bersifat otodidak dan akademik.
Informasi dari hasil kritikan seorang kritikus diyakini dapat mempengaruhi
imeg masyarakat sebagai penikmat seni. Mereka akan dapat mengetahui
perkembangan seni dan senimannya, di samping mengetahui kualitas objek seni.
Dari informasi yang diberikan mereka sudah punya wawasan tentang objek seni.
Dan ini adalah hal yang sangat penting untuk mereka. Di mana modal dasar dalam
berapresiasi adalah wawasan tersebut.
Bagi kalangan birokrasi seni, persoalan informasi dari kritikus sangat mereka
butuhkan. Data ini mereka jadikan sebagai dokumentasi tentang perkembangan seni
dan permasalahannya. Mereka dipastikan mengkoleksi seniman dan karyanya atas
level-level yang sesuai dengan kriteria mereka, yang berdasarkan kepada informasi
dari hasil kritikan yang mereka terima.
Sering kita mendengar pembauran istilah kontemporer dengan modern dan
modern dengan kreasi dan seterusnya kreasi dengan tradisi. Fenomena ini
disebabkan oleh kurang tajamnya penulis kritik menyatakan klasifikasi seni tersebut
dalam tulisan mereka. Informasi yang mereka baca dalam berbagai ulasan hasil
kritikan seorang kritikus tidak menggiring mereka untuk dapat memahami perbedaan
tersebut.
Irama
Irama adalah kesinambungan atau alur yang dicapai dengan repitisi
(pengulangan) dan pengukuran bagian-bagian yang sama atau mirip. Irama dapat
bersifat sederhana, menggunakan satu jenis ukuran, atau gabungan beberapa jenis
ukuran yang hadir secara simultan, atau merupakan variasi kompleks dengan
menggunakan aksen-aksen tertentu.
Perasaan gerakan dari organisasi unsur-unsur seni rupa, gerakannya bisa mengalir,
terpotong, lembut, berulang, dan beruntun.
Kontras
Pertentangan yang kelihatan justru bertujuan memperlihatkan
ketidaksamaannya.
Penekanan dan repetisi
Repitisi adalah cara penekanan ulang satuan-satuan visual dalam suatu
pola. Repitisi tidak selalu merupakan duplikasi secara persis, tetapi juga kemiripan.
Variasi repitisi dapat memperkuat daya tarik suatu pola atau agar pola tersebut tidak
membosankan. Berikut kreasi suatu titik pusat atau pusat perhatian.
Pusat perhatian
Mengkonsentrasikan pusat pikiran menuju pada satu titik secara bertahap
Proporsi
Hasil hubungan perbandingan jarak, ukuran, jumlah, tingkatan, dan bagian.
Perbandingan hubungan: (a) di dalam satu bagian; (b) di antara bagian-bagian; (c)
bagian dengan keseluruhan; dan (d) keseluruhan dengan sekitarnya
Keseimbangan
Keseimbangan mengesankan keseimbangan gaya berat seperti pada
timbangan. Keseimbangan merupakan keseimbangan optis yang dapat dirasakan di
antara bagian-bagian dalam karya seni rupa. Keseimbangan merupakan suatu
perasaan akan adanya kesejajaran, kestabilan, ketenangan dari berat, ukuran, dan
kepadatan dari suatu susunan.
Harmoni
Harmoni digunakan mengikat bagian-bagian berbeda dan berlawanan.
Harmoni dicapai melalui repitisi dan irama. Variasi melalui perbedaan dan
perubahan. Harmoni mengikat bagian-bagian dalam kesatuan. Sedangkan variasi
menambah daya tarik pada keseluruhan bentuk atau komposisi. Tanpa variasi,
komposisi menjadi statis atau tidak memiliki vitalitas. Jadi harmoni adalah suatu
kepekaan dalam perasaan, kombinasi yang menyenangkan dari susunan yang
berbeda.
Kesatuan
Penyusunan dalam seni rupa yaitu pengembangan keseluruhan secara
menyatu berdasarkan bagian-bagian yang berbeda-beda. Perasaan yang lengkap
secara keseluruhan, penyatuan yang total, kualitas hubungan yang logis, dan
selesai. Merupakan akhir dari seluruh prinsip penyusunan unsur seni rupa.
Dari data visual diatas dapat di gunakan sebagai bahan dari metode kritik
seni, diantaranya langkah metode kritik seni visual adalah dengan menggunakan
pendekatan :
Deskripsi
Deskripsi adalah tahapan dalam kritik untuk menemukan, mencatat dan
mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat apa adanya dan tidak berusaha
melakukan analisis atau mengambil kesimpulan. Agar dapat mendeskripsikan
dengan baik, seorang pekritik harus mengetahui istilah-istilah tehnis yang umum
digunakan dalam dunia seni rupa. Tanpa pengetahuan tersebut, maka pekritik akan
kesulitan untuk mendeskripsikan fenomena karya yang dilihatnya.
Analisis formal
Dalam analisis formal diupayakan bagaimana menjelaskan objek kritik
dengan sekian data. Proses ini lanjutan dari yang pertama, mulai menjelaskan
bagaimana objek itu diatur menurut kepentingannya, seperti: bentuk, luas warna,
garis luar secara khusus, barik, dan komposisi. Analisis formal juga termasuk jenis
deskripsi, akan tetapi ia tidak hanya bicara soal penjelasan objek, melainkan juga
mengikutsertakan kualitas unsur visual.
Paparan ini menuju ke arah bagaimana proses distorsi mulai dilakukan.
Bermula dari penjelasan ihwal gagasan hingga kepada bagaimana ketika bentuk
diungkapkan mengalami urutan perubahan-perbahan. Analisis formal berangkat dari
wujud nyata dalam karya, akan tetapi terdapat langkah kajian yang lebih bersifat
sebab-akibat. Analisis formal memperlihatkan usaha untuk menjelaskan karya
secara objektif dan hubungannya dengan tafsiran dalam penelaan.
Analisis formal mulai bergeser dari sekadar paparan deskriptif objek ke arah
pernyataan tentang bagaimana menafsirkan bentuk. Gagasan yang menerangkan
proses kekaryaan disusun sebagai data penyelidikan tambahan yang berpengaruh
dalam kerangka untuk menarik tafsiran-tafsiran.