Kelompok 3 - Shift C - IR

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

SPEKTROMETRI INFRAMERAH

Hari/tanggal : Senin /20 Mei 2019


Shift/Kelompok : C/3
Waktu Praktikum : 07:00-10:00
Asisten : 1. Hanifahzin Khatami
2. Hanifah Kamilah Asshidiq

Rekianarsyi 260110180098
Aida Roja Fadlilah 260110180099
Wanda Raihana Dewari 260110180100
Christina Damayanti 260110180101
Syaffa Azzahra 260110180103
Michelle Eka Putri 260110180104
Fiqri Taufiq Rizaldi 260110180105
Nabilah Azka Nihlah 260110180106
Viona Calista 260110180107
Annisa Nur Rahmayanti 260110180108
Adinda Niki Kartika 260110180118

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI


DAN KIMIA MEDISINAL
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
Spektrometri Inframerah

I. Tujuan
Mengetahui berbagai jenis gugus fungsi dalam suatu senyawa

II. Prinsip
2.1 Spektrofotometri Inframerah
Spektroskopi yang dilengkapi dengan transformasi fourtier untuk
mendeteksi dan menganalisis hasil spektrum kompleks dan banyak
puncak guna identifikasi senyawa organik (Suseno dan Firdausi,
2008).
2.2 Transmitansi dan Absorbansi
Transmitansi adalah cahaya yang dihamburkan sedangkan
absorbansi merupakan perbandingan intensitas sinar yang diserap
dengan intensitas sinar datang yang bergantung pada konsentrasi zat
dalam sampel (Neldawati, et al, 2013).
2.3 Vibrasi Elektron
Elektron dalam suatu molekul dapat berpindah (eksitasi),
berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi dan
bila dikenai cahaya inframerah maka elektron dalam atom atau
ikatan hanya akan bergetar (Neldawati, et al, 2013).

III. Reaksi
-

IV. Teori Dasar


Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan
spektrofotometer. Sektrofotometer sendiri adalah alat yang terdiri dari
spektrofotometer dan fotometer. Spektofotometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorpsi (Neldawati et al., 2013).
Prinsip kerja spektrofotometer adalah jika cahaya baik monokromatik
maupun campuran jatuh pada suatu medium homogen maka sebagian dari sinar
masuk akan dipantulkan dan sebagian di serap dalam medium itu lalu sisanya
diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam
nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel. Studi
spektrofotometri dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual yang
lebih mendalam dari absorbsi energi. Hukum Beer menyatakan absorbansi
cahaya berbanding lurus dengan dengan konsentrasi dan ketebalan
bahan/medium (Miller dan Miller, 2000).
Spektroskopi inframerah (IR) merupakan suatu teknik yang digunakan
untuk menganalisa komposisi kimia dari senyawa-senyawa organik, polimer,
coating atau pelapisan, material semi konduktor, sampel biologi, senyawa-
senyawa anorgani, dan mineral. IR mampu menganalisis suatu material baik
secara keseluruhan, lapisan tipis, cairan, padatan, serbuk, pasta, serat, dan
lainnya. IR dapat digunakan baik untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif
(Hendayana, 1994).
Prinsip teori NIR spektroskopi adalah teori absorpsi atau penyerapan
dan adanya an-harmoni dari pergerakan ikatan kimia yang menyebabkan
vibrasi molekul dengan energy transisi penyerapan elektronik yang rendah,
penguatan (overtones), dan kombinasi pita (melalui stretching dan
deformation). (Karlinasari et al., 2012).
Metode spektrokopi FTIR (Fourter Transformed Infored) yaitu metode
spektrokopi inframerah yang dilengkapi dengan tranformasi fourner untuk
analisis spektrumnya. Metode spektrokopi yang digunakan adalah metode
absorpsi yang didasarkan atas perbedaan penyerapan radiasi inframerah.
Absorpsi inframerah dapat terjadi pada suatu materi jika dipenuhi dua syarat
yaitu kesesuaian antara frekuensi radiasi inframerah dengan vibrasiasi molekul
sampel dan perubahan momen dipol bervibrasi (Anam et al., 2007).
Analisis spektofotometer IR digunakan untuk mengetahui gugus gugus
yang terbentuk dari sampel yang dihasilkan dan juga memprediksikan reaksi
polimerisasi yang terjadi. Analisis ini didasarkan pada analisis dari panjang
gelombang puncak-puncak karakteristik dari suatu sampel (Gunawan dan
Azhari, 2010).
Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati
interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0.75 - 1.000 µm atau pada bilangan gelombang 13.000 -
10 cm-1. Prinsip kerja spektrofotometer infra merah adalah sama dengan
spektrofotometer yang lainnya yakni interaksi energi dengan suatu materi.
Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang
frekuensi 400-4000cm-1 di mana cm-1 yang dikenal sebagai wavenumber
(1/wavelength) yang merupakan ukuran unit untuk frekuensi. Untuk
menghasilkan spektrum inframerah, radiasi yang mengandung semua frekuensi
di wilayah IR dilewatkan melalui sampel. Mereka frekuensi yang diserap
muncul sebagai penurunan sinyal yang terdeteksi. Informasi ini ditampilkan
sebagai spektrum radiasi dari% ditransmisikan bersekongkol melawan
wavenumber. Spektroskopi inframerah sangat berguna untuk analisis kualitatif
(identifikasi) dari senyawa organik karena spektrum yang unik yang dihasilkan
oleh setiap organik zat dengan puncak struktural yang sesuai dengan fitur yang
berbeda. Selain itu, masing-masing kelompok fungsional menyerap sinar
inframerah pada frekuensi yang unik. Sebagai contoh, sebuah gugus karbonil,
C = O, selalu menyerap sinar inframerah pada 1670-1780 cm-1 yang
menyebabkan ikatan karbonil untuk meregangkan (Silverstein, 2002).
Untuk memperoleh informasi tentang gugus fungsi yang menyusun
suatu struktur senyawa dari minyak goreng kelapa, digunakan Tabel korelasi
pita absorsi infra merah yang menyajikan informasi bilangan gelombang,
intensitas serta jenis vibrasi dan gugus fungsi dari struktur molekul sampel
(Wahab, 2010).
Banyaknya sinar yang diabsorbsi sebanding dengan banyaknya molekul
yang menyerap sinar. Sinar yang diteruskan merupakan cahaya yang tidak
diabsorbsi oleh sampel sehingga menghasilkan nilai T (transmisi) (Amrillah,
2015).
Komponen alat spektrofotometri IR adalah sebagai berikut:
1. Sumber Energi : Sumbernya dapat berupa Nernest atau lampu
Glower, yang dibuat dari oksida-oksida zirconium dan yttrium, berupa batang
berongga dengan diameter 2mm dan panjang 30mm. batang ini dipanaskan
sampai 1500-20000C dan akan memberikan radiasi di atas 7000 cm-1. Sumber
radiasi yang biasa digunakan berupa Nernst Glower, Globar, dan Kawat
Nikhrom.
2. Monokromator: digunakan untuk menghilangkan sinar yang tidak
diinginan, sehingga diperoleh sinar yang monokromatis, terdiri dari sistem
celah (masuk-keluar) tempat sinar dari sumber radiasi masuk ke dalam sistem
monokromator.
3. Wadah sampel: Berfungsi untuk menaruh/meletakkan/melekatkan
sampel yang akan dianalisis. Wadah sampel yang digunakan disesuaikan pada
bentuk fisik sampel yang akan dianalisis.
4. Detektor: Alat yang mengukur atau mendeteksi energi radiasi akibat
pengaruh panas. Berbeda dengan detector lainnya (misalnya phototube),
pengukuran radiasi infra merah lebih sulit karena intensitas radiasi rendah dan
energi foton infra merah juga rendah. Akibatnya signal dari detector infra
merah kecil sehingga dalam pengukurannya harus diperbesar dengan
menggunaan amplifier. Terdapat dua macam detector yaitu thermocouple dan
bolometer.
5. Rekorder: Alat perekam untuk mempermudah dan mempercepat
pengolahan data dari detektor (Tim Kimia Analitik Instrumen, 2009).

V. Alat dan Bahan


5.1 Alat
Alat yang diperlukan pada percobaan kali ini yaitu kertas
perkamen, mortir dan alu, spatula, spektrofotometri IR, timbangan
analitik, dan tissue.
5.2 Bahan
Bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah asam borat,
CTM, Fenolbarbital (luminal), KBr, dan Parasetamol
5.3 Gambar Alat

Kertas perkamen Mortir dan alu Spatula

Spektrofotometri IR Timbangan analitik Tissue

VI. Prosedur
6.1 Uji spektrofotometri IR sampel
a. Sekitar 2 mg sampel padat ditambahkan 200 mg KBr, digerus
hingga homogen
b. Campuran ditempatkan dalam cetakan dan ditekan dengan
menggunakan alat tekanan mekanik.
c. Tekanan ini dipertahankan beberapa menit, kemudian pelet
yang terbentuk diambil dan ditempatkan dalam tempat sampel
pada alat spektroskopi inframerah untuk dianalisis.

6.2 Uji spektrofotometri blanko KBr


a. Ditambahkan KBr murni 200 mg kemudian digerus dengan
mortir
b. Campuran ditempatkan dalam cetakan dan ditekan dengan
menggunakan alat tekanan mekanik.
c. Tekanan ini dipertahankan beberapa menit, kemudian pelet
yang terbentuk diambil dan ditempatkan dalam tempat sampel
pada alat spektroskopi inframerah untuk dianalisis.

VII. Data Pengamatan


NO PROSEDUR HASIL FOTO
1 Ditimbang sampel PCT Didapatkan PCT
sekitar 2 mg sebanyak 2 mg

2 Ditimbang KBr sekitar DIdapatkan KBr dengan


198 mg berat sekitar 198 mg
Digerus dan PCT dan KBr selesai
dihomogenkan kedua digerus dan siap dipress
bahan dengan mortar
khusus

4 Dilakukan “pressing” PCT dan KBr selesai


dengan alat press hingga dipress
PCT dan KBr berbentuk
pelet

5 Dilakukan pembacaan Didapatkan hasil Hasil terlampir


menggunakan instrument spektrum IR dari PCT
spektofotometri IR
Hasil spectrometer sampel paracetamol

Analisis: pada senyawa parasetamol (PCT) terdapat gugus fungsi


a. O – H alcohol/fenol pada daerah frekuensi 3200-3600 cm-1
b. C = O keton pada daerah frekuensi 1690-1760 cm-1
c. C = C aromatic pada daerah frekuensi 1500-1600 cm-1, dan
d. N – H amina pada daerah frekuensi 3300-3500 cm-1.

Hasil spectrometer sampel luminal

Analisis: pada senyawa luminal terdapat gugus fungsi :


a. C = C aromatic terlihat pada daerah serapan 1500-1600 cm-1
b. C = O ditandai pada daerah serapan 1690-1760 cm-1
c. N-H sekunder. Terlihat pada daerah serapan 3310-3510 cm-1
Hasil spectrometer sampel diphenylamine

Analisis: pada senyawa diphenylamine terdapat gugus fungsi:


a. N – H terlihat pada bilangan gelombang 3500 cm-1.
b. C – H aromatik terlihat pada bilangan gelombang 3000-310 cm-1.
c. C = C aromatik terlihat pada bilangan gelombang 1500-1600 cm-1.

Hasil spectrometer sampel asam borat

Analisis: pada senyawa asam borat terdapat gugus fungsi:


a. O – H terlihat pada daerah serapan 3000-3500 cm-1
VIII. Perhitungan
-

IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan uji spektrofotometri
inframerah pada senyawa obat untuk mengetahui gugus fungsi apa saja yang
terkandung dalam zat obat. Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah
luminal, asam borat, paracetamol, dan difenhidramin. Tujuan dari praktikum kali
ini adalah untuk melihat gugus fungsi yang terdapat pada sampel.
Tahapan pertama yang dilakukan adalah menimbang serbuk KBr murni
sebagai sampel baku dalam praktikum kali ini. Setelah ditimbang sebaiknya bahan
tersebut segera digerus dan dicetak. Namun, karena keterbatasan alat maka
praktikan harus menunggu giliran untuk menggerus dan mencetak pellet KBr. Oleh
karena itu, praktikan membungkus zat dengan rapat. Hal ini bertujuan untuk
mencegah bahan menyerap H2O dari udara yang akan menggangu proses analisis
dengan spektrofotometer IR. Penggerusan dilakukan untuk menghaluskan zat yang
akan diuji agar penyerapan cahayanya bisa maksimal.
Saat memasukan bahan yang telah digerus digunakan spatel yang sudah
bersih. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kontaminan yang dapat
memberikan cemaran gugus fungsi yang dapat terbaca di IR dan mengganggu
proses pengamatan.
Ketika menggerus, mortir yang digunakan diletakkan di bawah (meja)
dan tidak digerus dengan mengangkat mortirnya walaupun ukuran mortirnya sangat
kecil. Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan mortir pecah saat proses
penggerusan.
Alasan KBr digunakan dalam praktikum ini didasarkan pada sifatnya
dimana tingkatan energi ikatan yang dimiliki KBr tidak masuk ke dalam daerah
spektrum sehingga gugus fungsi atau ikatan-ikatan yang terdapat di dalam KBr
tidak terdeteksi sebagai suatu puncak. Alasan lain digunakan KBr adalah karena
tidak dapat menyerap cahaya inframerah atau dapat diartikan juga dapat ditembus
oleh cahaya inframerah yang terdapat pada spektrofotometer IR yang digunakan
oleh praktikan.
KBr akan terbaca didaerah fingerprint dengan panjang gelombang
dibawah 1000 cm-1. Sedangkan bilangan gelombang IR yang diguankan oleh
praktikan pada praktikum kali ini diatas 1000 cm-1. Energi ikatan dari KBr tidak
dapat masuk kedalam daerah IR
Hal yang sama dilakukan pada sampel-sampel yang digunakan yaitu
menggerus zat dengan menggunakan mortir khusus sebanyak 1-2 mg dan dicampur
dengan KBr sebanyak 200 mg. Kedua campuran tersebut digerus secara bersamaan
sampai homogen lalu dimasukan kedalam alat pengempa untuk selanjutnya dicetak.
Serbuk yang sudah halus dan homogen dimasukan ke dalam alat
pencetak mekanik. Serbuk dimasukan kedalam alat cetak dan diratakan posisinya
dengan spatel yang sudah bersih dan kering agar tidak ada kontaminan yang masuk
kedalam campuran Proses pemerataan ini harus dilakukan agar pelet KBr dapat
terbentuk. Apabila tidak diratakan maka kemungkinan besar pellet KBr yang
terbentuk akan retak atau pecah.
Sebelum digunakan, alat dibersihkan dengan tisu yang telah dibasahi
dengan etanol agar kontaminan yang tersisa dari praktikum sebelumnya tidak
mencemari hasil. Cara pemasangan alat kempa yang benar adalah bagian halus dari
lempeng besi menghadap ke serbuk agar pellet KBr yang didapatkan dapat
bertekstur halus pada permukaannya. Setelah itu dimasukan dan diratakan sampel
dan letakan lempeng besi yang kedua diatasnya dengan catatan bagian halus
lempeng menghadap ke sampel. Setelah itu alat ditutup dengan penutup yang
berbentuk tabung dan memasukan bagian bawah alat dengan tabung, dengan
catatan bagian yang memiliki sedikit garis berada dibagian dalam.
Setelah tahapan tersebut selesai, maka serbuk dipipihkan dengan
menggunakan bantuan alat penekan mekanik hidrolik yang dipompa hingga 60
kNewton lalu didiamkan selama 5 menit agar didapat pellet yang tipis. Hal ini
dilakukan agar praktikan mendapatkan pellet yang tidak terlalu tebal sehingga sinar
IR yang ditembakan tidak terhambur.
Jika pellet sudah jadi maka pellet ditempatkan pada tempat sampel untuk
ditembak dengan sinar inframerah. Pengambilan pellet tidak boleh menggunakan
tangan dan dianjurkan dengan menggunakan pinset. Hal ini dilakukan agar pellet
tidak menyerap air dari tangan praktikan.
Sebelum pellet diletakan pada sampel compartement, tempat pellet harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan etanol agar kontaminan dari
praktikum sebelumya dapat dibersihkan dan tidak menggangu hasil. Alasan
digunakannya etanol adalah karena sifat etanol yang mudah menguap sehingga
dapat kering dengan sendirinnya setelah diaplikasikan.
Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah parasetamol,
luminal, asam borat, dan diphenylamine. Pada analisa parasetamol dengan
menggunakan spektrofotometri IR, didapatkan data spectrum IR dengan berbagai
puncak. Beberapa gugus yang ditemukan pada senyawa parasetamol dengan
menunjukkan puncak pada spectrum IR adalah gugus O-H, C=C pada cincin, C=O
pada keton, dan N-H.

Hasil praktikum yang didapatkan terhadap gugus yang terdapat pada


parasetamol yaitu adanya puncak pada daerah serapan gugus O-H yang terdapat
pada 3200-3600 cm-1 dengan intensitas yang berubah-ubah. Puncak pada gugus ini
pun terdapat perbedaan karena karakterisasi ikatan yang selalu mengalami
perubahan yang disebabkan adanya interaksi yang terjadi antar atom atau efek dari
preparasi yang belum baik sehingga menyerap pada bilangan gelombang yang
berubah-ubah. Hal tersebut menandakan adanya gugus O-H pada parasetamol.
Selain itu, terdapat juga puncak pada daerah serapan C=C aromatic yang terdapat
pada 1500-1600 cm-1 dengan intensitas berubah-ubah. Adanya perbedaan pada
puncak tersebut terjadi karena karakterisasi ikatan yang selalu mengalami
perubahan akibat adanya interaksi yang terjadi antar atom. Pada hasil praktikum,
terdapat puncak lainnya pada 1690-1760 cm-1. Hal tersebut menandakan adanya
gugus C=O karena puncak tersebut terdapat pada daerah serapan gugus C=O.
Sedangkan, puncak lainnya yang menandakan adanya gugus N-H sekunder ditandai
dengan adanya puncak pada daerah serapan N-H pada 3300-3500 cm-1.
Sampel yang digunakan selanjutnya adalah luminal. Data spectrum IR
dengan berbagai puncak didapatkan pada analisis luminal dengan menggunakan
spektrofotometri IR. Gugus fungsi yang ditemukan pada senyawa luminal dengan
menunjukkan puncak pada spectrum IR adalah gugus C=C aromatik, C=O, dan N-
H.

Hasil praktikum yang didapatkan terhadap gugus yang terdapat pada


luminal yaitu adanya puncak pada 1500-1600 cm-1 yang menandakan adanya
gugus C=C aromatic karena adanya puncak pada daerah serapan C=C. Perbedaan
didapatkan pada puncak gugus tersebut. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh
karakterisasi ikatan yang selalu mengalami perubahan hasil dari adanya interaksi
yang terjadi antar atom atau efek dari preparasi yang belum baik. Gugus fungsi yang
terdeteksi selanjutnya adalah gugus C=O. Gugus fungsi tersebut ditandai dengan
adanya puncak yang didapatkan pada daerah serapan gugus C=O yaitu pada 1690-
1760 cm-1. Gugus fungsi terakhir yang didapatkan pada senyawa luminal adalah
N-H sekunder. Hal tersebut terdeteksi dengan adanya puncak pada daerah serapan
N-H sekunder yaitu pada 3310-3510 cm-1

X. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, praktikan dapat mengetahui berbagai jenis gugus
fungsi dalam suatu senyawa contohnya senyawa parasetamol (PCT) dengan gugus
fungsi hidroksi (OH) pada daerah frekuensi 3200-3600 cm-1, gugus karbonil (CO)
pada daerah frekuensi 1690-1760cm-1, benzene pada daerah frekuensi 1500-1600
cm-1, dan gugus amina (N-H) pada daerah frekuensi 3300-3500 cm-1.
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Choirul and Firdausi, K. Sofjan and Sirojudin, Sirojudin. 2007. Analisis
Gugus Fungsi pada Sampel Uji Bensin dan Spiritus Menggunakan Metode
Spektroskopi FTIR. Jurnal Berkala Fisika. 10 (1).
Amrillah, M., Roslan R., dan Jaka F. 2015. Aktivitas Tabir Surya Daun Miana
(Coleus artopurpureus L. Benth) Secara in Vitro. Jurnal Sains dan
Kesehatan. 1 (4).
Gunawan, Budi dan Azhari, Citra Dewi. 2010. Karakterisasi Spektrofotometri IR
dan Scanning Electron Microscopy (S E M) Sensor Gas dari Bahan
Polimer Poly Ethelyn Glycol (PEG). Jurnal Sains dan Teknologi. 3 (2).
Hendayana, S. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Karlinasari, Lina, Merry Sabed, Nyoman J. Wistara, Y. Aris Purwanto, Hari
Wijayanto. 2012. Karakteristik Spektra Absorbansi NIR (Near Infrared)
Spektroskopi Kayu Acacia mangium Willd. Pada Tiga Umur. Jurnal Ilmu
Kehutanan. 6 (1).
Miller, J.N and Miller, J.C. 2000. Statistics and Chemometrics for Analytical
Chemistry, 4th ed. Prentice Hall: Harlow.
Neldawati, Ratnawulan, Gusnedi, 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalam
Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.
Pillar of Physics. 2 (2)
Silverstein. 2002. Identification of Organic Compund, 3rd Edition. New York: John
Wiley & Sons Ltd.
Suseno, Jatmiko Endro dan K. Sofjan Firdausi. 2008. Rancang Bangun
Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared) untuk Penentuan
Kualitas Susu Sapi. Jurnal Berkala Fisika. 11 (1)
Tim Kimia Analitik Instrumen. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Analitik
Instrumen (KI 512). Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UPI
Wahab, A. W. 2010. Jurnal Analisis Spektrum Infra Merah dari Minyak Goreng
Kelapa Untuk Identifikasi Perubahan Panjang Gelombang Akibat Variasi
Temperatur. Tersedia di http://repository. unhas.ac.id [Diakses pada 25
Mei 2019].

Anda mungkin juga menyukai