Kelompok 3 - Shift C - IR
Kelompok 3 - Shift C - IR
Kelompok 3 - Shift C - IR
SPEKTROMETRI INFRAMERAH
Rekianarsyi 260110180098
Aida Roja Fadlilah 260110180099
Wanda Raihana Dewari 260110180100
Christina Damayanti 260110180101
Syaffa Azzahra 260110180103
Michelle Eka Putri 260110180104
Fiqri Taufiq Rizaldi 260110180105
Nabilah Azka Nihlah 260110180106
Viona Calista 260110180107
Annisa Nur Rahmayanti 260110180108
Adinda Niki Kartika 260110180118
I. Tujuan
Mengetahui berbagai jenis gugus fungsi dalam suatu senyawa
II. Prinsip
2.1 Spektrofotometri Inframerah
Spektroskopi yang dilengkapi dengan transformasi fourtier untuk
mendeteksi dan menganalisis hasil spektrum kompleks dan banyak
puncak guna identifikasi senyawa organik (Suseno dan Firdausi,
2008).
2.2 Transmitansi dan Absorbansi
Transmitansi adalah cahaya yang dihamburkan sedangkan
absorbansi merupakan perbandingan intensitas sinar yang diserap
dengan intensitas sinar datang yang bergantung pada konsentrasi zat
dalam sampel (Neldawati, et al, 2013).
2.3 Vibrasi Elektron
Elektron dalam suatu molekul dapat berpindah (eksitasi),
berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi dan
bila dikenai cahaya inframerah maka elektron dalam atom atau
ikatan hanya akan bergetar (Neldawati, et al, 2013).
III. Reaksi
-
VI. Prosedur
6.1 Uji spektrofotometri IR sampel
a. Sekitar 2 mg sampel padat ditambahkan 200 mg KBr, digerus
hingga homogen
b. Campuran ditempatkan dalam cetakan dan ditekan dengan
menggunakan alat tekanan mekanik.
c. Tekanan ini dipertahankan beberapa menit, kemudian pelet
yang terbentuk diambil dan ditempatkan dalam tempat sampel
pada alat spektroskopi inframerah untuk dianalisis.
IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan uji spektrofotometri
inframerah pada senyawa obat untuk mengetahui gugus fungsi apa saja yang
terkandung dalam zat obat. Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah
luminal, asam borat, paracetamol, dan difenhidramin. Tujuan dari praktikum kali
ini adalah untuk melihat gugus fungsi yang terdapat pada sampel.
Tahapan pertama yang dilakukan adalah menimbang serbuk KBr murni
sebagai sampel baku dalam praktikum kali ini. Setelah ditimbang sebaiknya bahan
tersebut segera digerus dan dicetak. Namun, karena keterbatasan alat maka
praktikan harus menunggu giliran untuk menggerus dan mencetak pellet KBr. Oleh
karena itu, praktikan membungkus zat dengan rapat. Hal ini bertujuan untuk
mencegah bahan menyerap H2O dari udara yang akan menggangu proses analisis
dengan spektrofotometer IR. Penggerusan dilakukan untuk menghaluskan zat yang
akan diuji agar penyerapan cahayanya bisa maksimal.
Saat memasukan bahan yang telah digerus digunakan spatel yang sudah
bersih. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kontaminan yang dapat
memberikan cemaran gugus fungsi yang dapat terbaca di IR dan mengganggu
proses pengamatan.
Ketika menggerus, mortir yang digunakan diletakkan di bawah (meja)
dan tidak digerus dengan mengangkat mortirnya walaupun ukuran mortirnya sangat
kecil. Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan mortir pecah saat proses
penggerusan.
Alasan KBr digunakan dalam praktikum ini didasarkan pada sifatnya
dimana tingkatan energi ikatan yang dimiliki KBr tidak masuk ke dalam daerah
spektrum sehingga gugus fungsi atau ikatan-ikatan yang terdapat di dalam KBr
tidak terdeteksi sebagai suatu puncak. Alasan lain digunakan KBr adalah karena
tidak dapat menyerap cahaya inframerah atau dapat diartikan juga dapat ditembus
oleh cahaya inframerah yang terdapat pada spektrofotometer IR yang digunakan
oleh praktikan.
KBr akan terbaca didaerah fingerprint dengan panjang gelombang
dibawah 1000 cm-1. Sedangkan bilangan gelombang IR yang diguankan oleh
praktikan pada praktikum kali ini diatas 1000 cm-1. Energi ikatan dari KBr tidak
dapat masuk kedalam daerah IR
Hal yang sama dilakukan pada sampel-sampel yang digunakan yaitu
menggerus zat dengan menggunakan mortir khusus sebanyak 1-2 mg dan dicampur
dengan KBr sebanyak 200 mg. Kedua campuran tersebut digerus secara bersamaan
sampai homogen lalu dimasukan kedalam alat pengempa untuk selanjutnya dicetak.
Serbuk yang sudah halus dan homogen dimasukan ke dalam alat
pencetak mekanik. Serbuk dimasukan kedalam alat cetak dan diratakan posisinya
dengan spatel yang sudah bersih dan kering agar tidak ada kontaminan yang masuk
kedalam campuran Proses pemerataan ini harus dilakukan agar pelet KBr dapat
terbentuk. Apabila tidak diratakan maka kemungkinan besar pellet KBr yang
terbentuk akan retak atau pecah.
Sebelum digunakan, alat dibersihkan dengan tisu yang telah dibasahi
dengan etanol agar kontaminan yang tersisa dari praktikum sebelumnya tidak
mencemari hasil. Cara pemasangan alat kempa yang benar adalah bagian halus dari
lempeng besi menghadap ke serbuk agar pellet KBr yang didapatkan dapat
bertekstur halus pada permukaannya. Setelah itu dimasukan dan diratakan sampel
dan letakan lempeng besi yang kedua diatasnya dengan catatan bagian halus
lempeng menghadap ke sampel. Setelah itu alat ditutup dengan penutup yang
berbentuk tabung dan memasukan bagian bawah alat dengan tabung, dengan
catatan bagian yang memiliki sedikit garis berada dibagian dalam.
Setelah tahapan tersebut selesai, maka serbuk dipipihkan dengan
menggunakan bantuan alat penekan mekanik hidrolik yang dipompa hingga 60
kNewton lalu didiamkan selama 5 menit agar didapat pellet yang tipis. Hal ini
dilakukan agar praktikan mendapatkan pellet yang tidak terlalu tebal sehingga sinar
IR yang ditembakan tidak terhambur.
Jika pellet sudah jadi maka pellet ditempatkan pada tempat sampel untuk
ditembak dengan sinar inframerah. Pengambilan pellet tidak boleh menggunakan
tangan dan dianjurkan dengan menggunakan pinset. Hal ini dilakukan agar pellet
tidak menyerap air dari tangan praktikan.
Sebelum pellet diletakan pada sampel compartement, tempat pellet harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan etanol agar kontaminan dari
praktikum sebelumya dapat dibersihkan dan tidak menggangu hasil. Alasan
digunakannya etanol adalah karena sifat etanol yang mudah menguap sehingga
dapat kering dengan sendirinnya setelah diaplikasikan.
Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah parasetamol,
luminal, asam borat, dan diphenylamine. Pada analisa parasetamol dengan
menggunakan spektrofotometri IR, didapatkan data spectrum IR dengan berbagai
puncak. Beberapa gugus yang ditemukan pada senyawa parasetamol dengan
menunjukkan puncak pada spectrum IR adalah gugus O-H, C=C pada cincin, C=O
pada keton, dan N-H.
X. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, praktikan dapat mengetahui berbagai jenis gugus
fungsi dalam suatu senyawa contohnya senyawa parasetamol (PCT) dengan gugus
fungsi hidroksi (OH) pada daerah frekuensi 3200-3600 cm-1, gugus karbonil (CO)
pada daerah frekuensi 1690-1760cm-1, benzene pada daerah frekuensi 1500-1600
cm-1, dan gugus amina (N-H) pada daerah frekuensi 3300-3500 cm-1.
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Choirul and Firdausi, K. Sofjan and Sirojudin, Sirojudin. 2007. Analisis
Gugus Fungsi pada Sampel Uji Bensin dan Spiritus Menggunakan Metode
Spektroskopi FTIR. Jurnal Berkala Fisika. 10 (1).
Amrillah, M., Roslan R., dan Jaka F. 2015. Aktivitas Tabir Surya Daun Miana
(Coleus artopurpureus L. Benth) Secara in Vitro. Jurnal Sains dan
Kesehatan. 1 (4).
Gunawan, Budi dan Azhari, Citra Dewi. 2010. Karakterisasi Spektrofotometri IR
dan Scanning Electron Microscopy (S E M) Sensor Gas dari Bahan
Polimer Poly Ethelyn Glycol (PEG). Jurnal Sains dan Teknologi. 3 (2).
Hendayana, S. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Karlinasari, Lina, Merry Sabed, Nyoman J. Wistara, Y. Aris Purwanto, Hari
Wijayanto. 2012. Karakteristik Spektra Absorbansi NIR (Near Infrared)
Spektroskopi Kayu Acacia mangium Willd. Pada Tiga Umur. Jurnal Ilmu
Kehutanan. 6 (1).
Miller, J.N and Miller, J.C. 2000. Statistics and Chemometrics for Analytical
Chemistry, 4th ed. Prentice Hall: Harlow.
Neldawati, Ratnawulan, Gusnedi, 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalam
Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.
Pillar of Physics. 2 (2)
Silverstein. 2002. Identification of Organic Compund, 3rd Edition. New York: John
Wiley & Sons Ltd.
Suseno, Jatmiko Endro dan K. Sofjan Firdausi. 2008. Rancang Bangun
Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared) untuk Penentuan
Kualitas Susu Sapi. Jurnal Berkala Fisika. 11 (1)
Tim Kimia Analitik Instrumen. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Analitik
Instrumen (KI 512). Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UPI
Wahab, A. W. 2010. Jurnal Analisis Spektrum Infra Merah dari Minyak Goreng
Kelapa Untuk Identifikasi Perubahan Panjang Gelombang Akibat Variasi
Temperatur. Tersedia di http://repository. unhas.ac.id [Diakses pada 25
Mei 2019].