Telaah Kasus PFS Zahira
Telaah Kasus PFS Zahira
Telaah Kasus PFS Zahira
Oleh :
2041412032
Pembimbing :
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
TELAAH KASUS
A. Data Pasien
Nama Pasien : L.L
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 11 Tahun
Alamat : Jati Baru
No. Rekam Medik :-
Elemen Gigi : 14 dan 25
B. Pemeriksaan Subjektif
1. Chief Complain
Pasien datang ke klinik dokter gigi karena ingin kontrol gigi rutin.
2. Present Illness
Dari hasil pemeriksaan ditemukan pit dan fissure yang dalam pada gigi P1 kanan dan
P2 kiri atas
3. Past Dental History
Pasien pernah ke dokter gigi bersama orangtuanya untuk kontrol gigi rutin 6 bulan
yang lalu. Pasien menyikat gigi 2 kali sehari (pagi setelah makan dan malam sebelum
tidur), pasien kadang-kadang menyikat lidahnya. Pasien tidak memiliki kebiasaan
buruk seperti, mengunyah satu sisi, bruxism, bernafas melalui mulut dll. Pasien tidak
memiliki keluhan di rongga mulutnya.
4. Past Medical History
Pasien tidak dicurigai menderita penyakit sistemik, tidak mengonsumsi obat-obatan
jangka panjang, sedang tidak mengonsumsi obat, memiliki alergi terhadap makanan
dan obat.
5. Family History
Ayah, ibu, dan keluarga sedarah pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
6. Social History
Pasien seorang pelajar sekolah dasar kelas VI dan pasien tinggal bersama kedua
orangtua. Pasien makan 3 kali sehari, konsumsi buah dan sayur cukup, minum sekitar
8 gelas perhari, dan tidur 7-8 jam per hari.
C. Pemeriksaan Objektif
Elemen Gigi : 14 dan 25
Sondasi :-
Perkusi :-
Palpasi :-
Termal :+
Adanya pit dan fissure yang dalam.
Gambar Klinis Gigi
D. Diagnosa
Pulpa normal dengan pit dan fissure yang dalam
E. Rencana Perawatan
Pit fissure sealent
F. Prognosis
Baik
PROSEDUR KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Diagnostic Set Etching
Light cure Flowable Resin
Microbrush Articulating Paper
Bur Poles Komposit / White stone bur Cotton Roll
Low Speed handpiece Pumice dan brush
B. Tahap Pekerjaan
1. Lakukan oral profilaksis di seluruh permukaan gigi yang akan di aplikasikan pit dan
fissure sealant menggunakan brush dan pumice. Tujuannya untuk menghilangkan plak
dan debris yang akan menghambat proses etsa.
2. Bersihkan permukaan gigi dari sisa pumice dengan semprotan air dan udara.
3. Isolasi gigi menggunakan cotton roll
4. Aplikasikan etsa pada email, etsa dilakukan paling lama 1 menit. Perluas daerah etsa
sampai keujung cusp atau radius 3- 4 mm sekitar pit.
5. Cuci dan keringkan permukaan email dengan air dan udara selama 20-30 detik. Pasien
tidak boleh berkumur dan menelan.
6. Enamel yang dietsa harus tampak berwarna putih kabut.
7. Aplikasikan bahan flowable resin pada fissure dan biarkan mengalir ke seluruh fissure.
8. Light curing selama 20 detik. Ujung light cure harus sedekat mungkin dengan
permukaan sealant tanpa menyentuhnya. Ketika telah setting, sealant akan menjadi
keras, opaque, berwarna kuning.
9. Periksa dengan ujung sonde diatas permukaan resin untuk memastikan apakah seluruh
fissure sudah tertutup resin.
10. Cek oklusi menggunakan articulating paper.
11. Jika masih terdapat permukaan yang tidak rata, poles dengan white stone bur
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pit Fissure Sealent
Pit adalah bagian dari permukaan gigi yang berupa titik terdalam yang berada pada
pertemuan antar beberapa groove atau akhir dari groove. Istilah pit sering berkaitan
dengan fisur. Fisur adalah garis berupa celah yang dalam pada permukaan gigi. Pit dan
fisur yang dalam memungkinkan permukaan gigi lebih rentan terhadap karies karena pit
dan fisur yang dalam memudahkan retensi partikel makanan, plak yang tidak mudah untuk
dibersihkan. Bentuk pit dan fisur beragam, akan tetapi bentuk umumnya adalah sempit,
melipat dan tidak teratur. Hal ini memungkinkan bakteri dan sisa makanan menumpuk di
daerah tersebut.
Tipe U: Lebar pada puncak hampir sama dengan lebar pada dasar fisur. Dangkal dan
lebar, cenderung mudah dibersihkan serta resisten terhadap karies.
Tipe V: Lebar pada puncaknya dan menyempit pada dasar fisur. Dangkal dan lebar,
cenderung mudah dibersihkan serta resisten terhadap karies.
Tipe I: Fisur dengan celah yang sempit. Dalam, sempit dan sedikit konstriksi
menyerupai leher pada botol, rentan terhadap karies.
Tipe IK: dimana terdapat saluran yang sangat sempit, kemudian terdapat celah lebar
pada dasarnya
Tipe Y: Menyerupai huruf ‘y’ terbalik dengan bifurkasi pada dasar fisur
. Pit and fissure sealant adalah metode yang paling efektif untuk mencegah karies pada
permukaan oklusal. Hal ini didasarkan pada isolasi fissure yang ketat dari lingkungan luar
yang bersifat kariogenik. Tujuan dari aplikasi pit dan fissure sealant adalah untuk menutup
area pit dan fisur yang dalam pada permukaan email gigi. Dengan demikian, area tersebut
a. Gigi yang baru erupsi dengan fissure yang dalam dan secara klinis bebas karies
b. Pasien dengan disabilitas motorik yang menyebabkan kesulitan dalam menjaga oral
hygiene
f. Seluruh gigi molar permanen pada anak dengan resiko karies gigi medium dan
tinggi. Gigi premolar juga diberikan bahan sealant pada anak dengan resiko karies
gigi tinggi.
g. Anak dengan resiko karies gigi rendah namun memiliki fissure yang dalam dan
retentive.
h. Gigi desidui posterior pada anak dengan resiko karies gigi tinggi.
oklusal pada gigi yang sama yang memerlukan perawatan dan restorasi.
d. Gigi erupsi sebagian dan tidak dapat dilakukan isolasi dengan teknik apapun.
permanen
B. Bahan Sealent
Karakteristik Sealant
Karakteristik ideal pit fissure sealant menurut Brauer (1978) sebagai berikut:
yaitu diantaranya bahan Glass Ionomer cement (GIC) dan bahan berbasis resin atau Resin
komposit (RK). Pada bahan-bahan ini dikatakan bahwa GIC memiliki efek fluoridasi
sehingga diharapkan dapat lebih baik untuk mencegah terjadinya karies, namun memiliki
retensi yang lebih rendah dibanding resin-based sealant. Pada penelitian lain dikatakan bahwa
GIC dan Resin-based Sealant/Resin Komposit(RK) tidak terjadi peningkatan karies yang
berarti setelah dievaluasi selama 6 bulan. Dan dikatakan juga bahwa resin-based sealant
1. Resin-based sealant
oleh aktivator dan inisiator kimia atau cahaya dengan panjang gelombang dan
intensitas tertentu. Sealant ini biasanya resin yang bersifat unfilled, tidak berwarna,
atau transparan atau dapat berupa resin filled, opak, sewarna gigi, atau putih.
Prosedur pengaplikasian dimulai dengan profilaksis pit dan fisur, pengetsaan asam
selesai, retensi harus diperiksa dengan probe setelah polimerisasi untuk menilai
Glass ionomer sealant adalah sealant yang dikembangkan dan digunakan karena
sifatnya yang dapat melepas fluor, yang berasal dari reaksi asam basa antara bubuk
Masalah utama dengan penggunaan GIC sebagai bahan sealant adalah kerapuhan
material saat digunakan pada bagian tipis di atas permukaan oklusal. Namun, telah
dibuktikan bahwa meskipun tingkat retensi sangat rendah, kejadian karies di bawah
sealant GIC rendah, dalam jangka panjang mirip dengan retensi sealant berbasis
resin.
Sealant resin yang dimodifikasi dengan polyacid, atau juga disebut sebagai
kompomer ini menggabungkan bahan berbasis resin yang ditemukan dalam sealant
berbasis resin tradisional dengan sifat pelepasan dan adhesi fluor dari sealant GI.
Bahan ini tidak mengandung air, bersifat hidrofobik dan dapat dipolimerisasi setelah
b. Resin-modified GI sealant
Sealant ini pada dasarnya adalah sealant GI dengan komponen resin. Resin
ini memiliki sifat pelepasan fluor yang sama dengan GI, tetapi memiliki waktu kerja
yang lebih lama dan sensitivitas air yang lebih rendah daripada sealant GI tradisional.
Sealant ini mengalami setting melalui reaksi asam basa dan sebagian melalui reaksi
polimerisasi foto-kimia.
pumice dan air dengan sikat berkecepatan rendah untuk membersihkan fissure dan
permukaan gigi sekitarnya (Anlaw dan Rock, 1992). Syarat pumice adalah memiliki
kemampuan abrasif ringan, tidak mengandung minyak, tidak mengandung flour, memiliki
kemampuan poles yang bagus, tidak ada pencampur bahan perasa, mampu membersihkan
dan menghilangkan debris, plak dan stain (Kervanto, 2009). Pumice dicuci bersih dengan
semprotan air (air non-mineral atau air suling tanpa kontaminan), lalu sonde yang tajam
diseretkan sepanjang fissure. Cara ini akan menghilangkan plak pada daerah yang lebih
dalam yang tidak dapat dibersihkan dengan penyikatan. Kemudian gigi dicuci lagi dan
dikeringkan dengan menggunakan udara bersih tanpa kelembapan (Kidd dan Bechal,
1991).
2. Etsa Asam
Berikan asam fosfat 30-50% dengan gulungan kapas kecil atau spon, atau kuas kecil.
Perluas daerah etsa melewati fissure sampai ujung cups atau sampai radius 3-4 mm
sekitar pit. Jaga email tetap basah oleh asam selama 1 menit (Andlaw dan Rock, 1992).
Bahan etsa yang dipakai umumnya terdiri dari larutan asam fosfat 37% dalam air.
Beberapa etsa merupakan gel asam fosfat. Sebelum dietsa, permukaan email dibersihkan
dengan pumice. Asam fosfat diaplikasikan pada bagian tengah fissure dari permukaan
oklusal dengan kapas pellet kecil yang dipegang dengan pinset atau sikat halus. Larutan
didiamkan pada gigi selama 60 detik sebelum pembilasan permukaan dengan sejumlah air
selama 15 detik. Pembilasan penting dilakukan karena sisa-sisa asam fosfat dapat
mempengaruhi ikatan fissure sealant terhadap email. Apabila gigi yang telah dietsa
tersebut terkontaminasi saliva, maka prosedur etsa harus diulang (Craig, 1997). Menurut
Baum dkk (1997) asam yang menyerang email meninggalkan permukaan mikroskopis
yang tidak teratur. Jadi, bahan etsa membentuk microporosity pada email, yang
Resin tag kemudian menghasilkan suatu perbaikan ikatan resin pada gigi. Menurut
Kennedy (1992), akibat etsa pada email ada dua. Pertama, etsa menghilangkan debris,
plak serta lapisan email tipis di permukaan superfisial, termasuk kristal-kristal kecil yang
secara kimia terikat dalam email. Kedua, etsa akan menyebabkan email menjadi lebih
porus.
3. Pencucian
Air yang digunakan untuk melakukan pencucian memiliki syarat tertentu, yaitu: air
tersebut harus bersih, tidak mengandung mineral, dan tidak mengandung bahan
kontaminan (Kervanto, 2009). Menurut Kidd dan Bechal (1991), sesudah 60 detik, asam
dicuci bersih. Pertama menggunakan semprotan air dari semprit tripel agar sebagian besar
asam terbuang. Setelah itu diberikan semprotan air sebanyak 20ml dan udara secara kuat
selama 15-20 detik. Jika menggunakan asam fosfat dalam bentuk gel, lama pencucian dan
volume air harus ditambah, paling sedikit 30 detik untuk lebih memastikan bahwa gel dan
produk hasil reaksi asam sudah bersih. Pencucian yang tidak memadai atau kontaminasi
permukaan etsa oleh saliva akan mengganggu ikatan resin dengan email (Andlaw dan
Rock, 1992). Proses pencucian yang paling baik menggunakan air suling. Air suling tidak
mengandung bahan mineral dan bahan kontaminan lainnya, sehingga tidak menggangu
4. Pengeringan
Email yang telah dietsa dikeringkan dengan menggunakan aliran air compressor yang
bebas dari kontaminasi minyak (Finn,1973; McDonald dan Avery, 1994; Koch, 1991).
Menurut Kidd dan Bechal (1991), fase ini sangat penting karena setiap kelembapan pada
permukaan yang sudah teretsa akan menghalangi penetrasi resin ke email. Lama
pengeringan yang dianjurkan minimal 15 detik. Syarat udara yang digunakan adalah,
udara harus kering, udara tidak membawa air (tidak lembab), udara tidak mengadung
minyak, dan udara sebaiknya tersimpan dalam syringe udara dan dihembuskan langsung
ke permukaan gigi (Kervanto, 2009). Pada tahap ini daerah yang telah dietsa harus
terlihat jelas dan buram. Pengeringan bisa menggunakan air compressor yang tergabung
dalam dental unit atau dengan menggunakan oksigen murni yang terpisah dengan dental
mengecek apakah saluran udara dari air compressor tidak tercemar oleh air dan minyak
(Kidd dan Bechal, 1991). Hal ini bisa dilihat dengan menyemprotkan pada permukaan
kaca yang bersih (Sularso, 2000). Adanya kelembapan atau minyak yang berasal dari
saluran angin akan menggagalkan penggunaan fissure sealant ini (Hicks, dkk., 2000).
Proses pengeringan paling baik menggunakan oksigen murni atau hembusan udara dari
chip blower yang dilakukan diatas lampu spiritus. Kedua cara ini menghasilkan udara
yang bersifat kering, tidak lembab dan tidak mengandung minyak sehingga tidak akan
5. Isolasi
Isolasi gigi idealnya dengan rubber dam, dapat juga dengan gulungan kapas atau
kapas penyerap. Gunakan saliva ejector sewaktu merawat gigi bawah. Keringkan
permukaan gigi dengan tiupan udara. Pertahankan posisi ejector, kapas dan kasa sampai
perawatan selesai (Andlaw dan Rock, 1992). Isolasi dari gigi mungkin ideal digunakan
rubber dam, tetapi pada gigi yang masih baru tumbuh, cengkeram mungkin berbahaya
bagi gingival dan menyebabkan rasa sakit bagi anak-anak. Penggunaan cotton roll atau
absorben balok dan kombinasi saliva ejector mungkin bisa dilakukan. Cara ini sangat
penting untuk mengontrol dari pergerakan lidah dan pipi, yang dapat menggeser cotton
roll dan saliva ejector (Koch, 1991). Dalam kaitannya dengan keberhasilan atau
kegagalan upaya fissure sealant, isolasi mungkin merupakan tahap yang paling kritis. Jika
pori yang dibuat oleh etsa tertutupi saliva maka ikatan yang terbentuk akan menjadi
lemah. Isolator karet merupakan cara isolasi yang dapat diandalkan dan disukai daripada
pemakaian gulungan kapas dan penyedot ludah. Cara yang terakhir ini sukar dilakukan
dengan baik, karena gigi yang dietsa harus dicuci dengan bersih. Biasanya kapas isolator
tidak dapat dihindari sehingga harus diganti. Pada saat penggantian ini, sangat mudah
sekali permukaan gigi yang teretsa itu terbasahi oleh saliva dan kontaminasi ini akan
merusak ikatan antara fissure sealant dengan email (Kidd dan Bechal, 1991). Menurut
Octarina (2003), tidak ada perbedaan yang bermakna antara pemakainan rubber dam
dengan gulungan kapas terhadap retensi fissure sealant, yakni dengan rubber dam retensi
Sedangkan dengan gulungan kapas retensi sealant rata-rata 99 % untuk 6 bulan sampai 88
% untuk 24 bulan.
Koch (1991) menyatakan bahwa fissure sealant diaplikasikan dengan instrumen kuas,
atau aplikator lain berdasarkan fissure sealant dan pengalaman operator. Semua area dengan
fissure harus ditutup, dan tepi harus di bounding rapat pada email yang telah dietsa untuk
mencegah kebocoran tepi. Pada fissure sealant polimerisasi secara kimia penambahan katalis
dan basis secara cepat akan memulai polimerisasi bahan (McDonald, 1994). Menurut Craig
(1997) karena jumlah bahan yang sedikit, harus diperhatikan bahwa bahan harus dicampur
semua dan menggunakan gerakan yang pelan untuk mengurangi penyatuan udara. Penyatuan
udara selama pencampuran dan pemasangan secara klinik akan menimbulkan ruang kosong
yang dapat berubah warna dan menjadi retensi plak. Fissure sealant harus diaplikasikan cepat
setelah pencampuran selama waktu optimum dengan viskositas rendah untuk memastikan
menggunakan kuas kecil atau syringe. Manipulasi yang terlambat saat reaksi setting dapat
mengganggu polimerisasi dan mempengaruhi bond strength. Pada fissure sealant polimerisasi
cahaya, waktu kerja lebih lama daripada polimerisasi secara kimia. Fissure sealant
diaplikasikan pada gigi yang telah dipersiapkan dan dioleskan dengan kuas ke dalam fissure.
Jika polomerisasi pada permukaan yang lebar, tempatkan cahaya langsung pada tiap area
pada permukaan oklusal sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Bahan ini lebih sedikit terjadi
gelembung udara (McDonald, 1994). Menurut Kidd dan Bechal (1991), jika memakai resin
sinar, sinar harus diletakkan langsung diatas bahan penutup, tetapi tidak boleh menyentuh.
Sumber sinar berjarak 1-2mm dari permukaan (Craig, 1997). Selanjutnya Kidd dan Bechal
(1991) menyatakan penyinaran dengan sinar biasa memerlukan waktu selama 60 detik.
Penting sekali untuk menyinari selama waktu yang ditentukan, karena pengerasan yang tidak
lengkap akan menyebabkan kegagalan. Pada gigi molar, penyinaran dilakukan pada oklusal
sisi distal dan mesial masing-masing 60 detik. Hal tersebut sesuai pendapat Andlaw dan Rock
(1992) yang menyatakan bahwa tiap sumber sinar akan mempolimerisasi resin dalam waktu
60 detik. Sebagian besar resin swapolimer (auto polimerisasi) mengeras dalam 1-3 menit.
Lapisan luar tiap bahan tidak akan mengadakan polimerisasi karena efek inhibisi oksigen di
atmosfir. Dengan demikian, sesudah polimerisasi fissure sealant berbasis resin ini akan selalu
7. Pengecekan Oklusi
Menurut Andlaw dan Rock (1992) pemeriksaan lebih lanjut dilakukan dengan
melewatkan sonde diatas permukaan resin untuk memeriksa apakah fissure sudah tertutup
semua. Jika ada bagian yang belum tertutup fissure sealant, tambahkan resin segera dan
biarkan berpolimerisasi. Pengecekan oklusi dengan kertas artikulasi dan penyesuaian oklusi
dilakukan jika diperlukan. Selain itu dilakukan pembuangan bahan fissure sealant yang
berlebihan yang mungkin meluber ke marginal ridge atau pada daerah servikal. Pembuangan
dilakukan dengan menggunakan round end kecil low speed (McDonald, 1994). Sedangkan
menurut Kidd dan Bechal (1991) menyatakan bagian yang meninggi itu dihilangkan dengan
Mc Donald (1994) menyatakan bahwa sangat penting untuk mengenali bahwa gigi yang
ditutup harus diobservasi secara klinik pada kunjungan periodik untuk menentukan
keefektifan dari fissure sealant. Jika fissure sealant sebagian atau seluruhnya hilang, terjadi
perubahan warna atau fissure sealant lama yang rusak harus dibuang dan gigi harus
dievaluasi, sehingga fissure sealant baru dapat diaplikasikan sesuai dengan metode
sebelumnya. Menurut Andlaw dan Rock (1992) menyatakan setiap 6 bulan sekali gigi
diisolasi dengan gulungan kapas, dikeringkan dan fissure sealant diperiksa sacara visual.
Setiap perubahan warna pada resin, tepi-tepi atau email dibawahnya harus dicurigai sebagai
adanya bagian yang bocor. Craig (1997) menyatakan bahwa perawatan ulang terbesar rata-
rata terjadi 6 bulan (18 %), tetapi setiap waktu pemanggilan ulang paling sedikit dua gigi
Microleakage merupakan celah mikroskopik antara dinding kavitas dan tumpatan yang
dapat dilalui mikroorganisme, cairan, molekul dan. Microleakage dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu, penyusutan akibat polimerisasi, kontraksi termal, penyerapan air,
rongga mulut yang asam, mekanikal stress dan perubahan dimensi pada struktur gigi.
Microleakage yang terbentuk pada tepi restorasi dapat dicegah dengan beberapa cara :
a. GIC
1) Tahap conditioning gigi dengan asam tanik, asam poliakrilik atau asam sitrat akan
meningkatkan kekuatan ikat antara bahan restorasi dan permukaan gigi serta dapat
3) Aplikasi vaselin atau petroleum jelly pada restorasi GIC diperlukan ketika
melakukan finishing untuk menjaga restorasi agar tidak terkontaminasi oleh saliva
b. Resin Komposit
2) Etsa dan bonding : proses pengetsaan pada enamel yang tebal dapat meningkatkan
A. Bonding Agent
Bonding agent merupakan bahan yang digunakan untuk mengikat bahan restorasi
dengan permukaan enamel dan dentin. Bonding agent terdiri dari mekanisme fisik, kimia, dan
mekanik yang kompleks yang memungkinkan terjadinya perlekatan dan pengikatan antara
bahan restoratif dan permukaan gigi. Bonding agent memiliki 3 fungsi utama, yaitu :
Keberhasilan perlekatan antara struktur gigi dan bahan komposit dapat dilihat dari :
a. Etsa
Etsa dengan pH 1-2 mampu menghilangkan smear layer dan melarutkan mineral
asam phosprik yang aman digunakan dan tidak mengeritasi pulpa adalah 37%.
b. Primer
Bahan primer diperlukan untuk menghilangkan sisa-sisa air pada kolagen fibril
acetone, etanol atau air. Monomer yang bersifat hidrofilik adalah phosphate,
Bahan pelarut memiliki peran penting dalam sistem primiring. Air, ethanol, dan
d. Bahan Adhesif
Bahan adesif berfungsi untuk mencegah terjadinya leakage pada tepi restorasi.
Bahan adesif harus bersifat hidrofobik agar cairan tidak bisa masuk ke lapisan
perantara. Namun, bahan adesif juga jarus memiliki sifat hidrofilik agar bisa
berdifusi ke dalam dentin yang lembab. Kompenen hidrofobik pada bahan adesif
adalah bis-GMA, TEGDMA, dan UDMA. Kompenen hidrofilik pada bahan adesif
adalah HEMA.
e. Inisiator
Penambahan silica pada bahan adesif untuk menghasilkan ikatan yang lebih kuat,
namun hal ini belum dapat dipastikan karena untuk mendapatkan ikatan yang lebih
kuat, partikel silica harus bisa berpenetrasi ke dalam serabut kolagen dentin.
Namun, ukuran silica lebih besar (40nm) dibandingkan dengan ukuran interfibrillar
space (20nm). Tujuan lain dari penambahan filler agar viskositas bonding
Bahan primer dari bonding dapat membantu mengeringkan permukaan gigi yang yang
lembab setelah pengaplikasian etsa. Bahan primer mengandung alcohol dan acetone yang
memiliki sifat “water-chasing” dan dapat menguapkan sisa-sisa air pada permukaan gigi.
Pemakaian bonding dapat dilakukan pada pasien anak yang hipersalivasi dan sulit untuk
diisolasi. Pada restorasi kavitas pengaplikasian bonding dapat meningkatkan retensi secara
signifikan karena pada restotasi kavitas terdapat tindakan invasif (menghilangkan struktur
gigi), hal ini mengurangi jumlah jaringan gigi sehat yang tersisa. Oleh karena itu dibutuhkan
bonding untuk meningkatkan ikatan antara jaringan gigi dan bahan restorasi. Namun, pada
pelaksanaan pit and fissure sealant tidak dilakukan pembuangan jaringan gigi, sehingga
bonding yang berfungsi untuk meningkatkan retensi yang signifikan tidak terlalu diperlukan.
Retensi antara permukaan gigi dengan bahan restorasi didapat dari bentuk pit dan fisur gigi.
Bentuk fisur I, IK, dan Y memiliki dasar fisur yang sempit. Hal ini dapat menambah retensi
bahan restorasi terhadap gigi. Perluasan aplikasi sealant radius 3-4mm juga dapat
meningkatkan retensi.
C. Klasifikasi GIC
GIC merupakan bahan restorasi water-based cement yang terbentuk antara flouroamino
silikat glass (powder) dan polyacid (liquid). Menurut penggunaanya GIC dikalsifikasikan
Perbandingan powder : liquid saat manipulasi adalah 1,5 : 1. Waktu setting yang
cepat dan resisten terhadap air dan aktivitas cahaya. Bersifat radiopak.
b. Type II (Restoratif)
Tipe II.1 ini digunakan untuk restorasi yang memerlukan ke estetikan yang tinggi
dan sedikit tekanan kunyah. Perbandingan powder : liquid untuk GIC tipe ini adalah
3 : 1. GIC tipe II.1 memiliki translusensi yang baik, auto-cure cement, namun
memiliki waktu setting yang lama dan dapat dipengaruhi oleh kontaminasi air
selama 24 jam pertama. Oleh karena itu, diperlukan proteksi yang adekuat terhadap
Tipe ini digunakan pada daerah yang tidak memerlukan estetik yang tinggi. GIC
tipe ini memiliki waktu setting yang cepat dan memiliki sifat fisik yang lebih baik.
Bisa digunakan sebagai liner atau base tergantung dari perbandingan powder :
liquid saat manipulasi. Powder : liquid untuk liner adalah 1,5 : 1 dan 3 : 1 untuk
Anusavice, J, K., Chiayi, S., Ralph., R., 2021. Phillips’ Science Of Dental Material. New
York.
Anwar, Ayub Irmadani. 2016. Tingkat kebutuhan fissure sealant gigi molar pertama
permanen pada murid sekolah dasar usia 6-7 tahun Kecamatan Mariso, Kota
Makassar Dent J. 5(2): 51-57
Avinash, J., Marya, CM., Dhingra, S., 2010. Pit and Fissure Sealants: An Unused Caries
Prevention Tool. JOHCD. 4(1) : 1-6
Dendeng, S., Setiawan, A. 2018. Penggunaan laser pada pit dan fissure sealant di kedokteran
gigi anak. Journal of Indonesian Dental Association. 1(1): 47-50
Galdwin, M., Micheal, B. 2013. Clinical Apects Of Dental Material. Philadelphia
Godhane et al. 2015. Use of Pit and Fissure Sealant in Prevention of Dental Caries in
Pediatric Dentistry and Recent Advancement: A Review. Int J Dent Med Res. 1(6):
220-223.
Hesti WJE, Agus A, 2019. Perbedaan Efektivitas Retensi dan Preventif Karies Bahan Pit dan
Fissure Sealant. ODONTO Dental Journal. 6(2): 1-9.