Laporan Neuropati
Laporan Neuropati
Laporan Neuropati
Neuropati adalah gangguan saraf perifer yang meliputi kelemahan motorik, gangguan
sensorik, otonom dan melemahnya refleks tendon yang dapat bersifat akut atau kronik.
Beberapa saraf perifer yang terkena meliputi semua akar saraf spinalis, sel ganglion radiks
dorsalis, semua saraf perifer dengan semua cabang terminalnya, susunan saraf autonom, dan
saraf otak kecuali saraf optikus dan olfaktorius. .
Epidemiologi
Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus
didunia. Telah terbukti bahwa komplikasi kronis pada DM umumnya terjadi akibat gangguan
pembuluh darah (angiopati) dan kelainan pada saraf (neuropati). Laki-laki relatif lebih
banyak dari pada perempuan. Prevalensinya 2400/100.000 (2,4 %) meningkat seiring
bertambahnya usia 8000/100.000 (8%).
Kerusakan saraf perifer dialami oleh 2,4% populasi di dunia. Prevalensi ini akan
meningkat 8% seiring bertambahnya usia. Penyebab polineuropati yang paling sering
dijumpai adalah polineuropati sensorimotor diabetik, dimana 66% penderita DM tipe 1 dan
59% penderita DM tipe 2 mengalami polineuropati. Sedangkan polineuropati genetic yang
paling sering adalah akibat Charcot-MarieTooth type 1a, dimana 30 dari 100.000 populasi
mengalaminya. Mononeuropati terbanyak disebabkan oleh carpal tunnel syndrome yang
prevalensinya 3% - 5% dari populasi orang dewasa.
Klasifikasi
Polineuropati
Patomekanisme
A. Definisi
Neuropati merupakan terminologi yang sangat luas, dimana saraf tepi mengalami
gangguan fungsi atau perubahan patologi yang disebabkan berbagai faktor.
Menurut konsensus internasional pada tahun 1998, neuropati diabetik adalah
keadaan dimana saraf tepi mengalami gangguan fungsi akibat kerusakan seluler
maupun molekuler yang etiologinya karena penyakit DM (PERDOSSI, 2011;
Boulton & Voleykite, 2011). Definisi nyeri neuropatik menurut Kelompok Studi
Nyeri PERDOSSI tahun 2011 dan International Association for the Study of Pain
(IASP) tahun 2015 yaitu nyeri yang ditimbulkan atau disebabkan oleh lesi atau
gangguan primer pada susunan saraf somatosensoris. Definisi NND untuk
praktek klinis cukup sederhana yaitu adanya nyeri yang disebabkan langsung oleh
disfungsi saraf perifer pada penderita DM tanpa adanya penyebab lain (Tesfaye
dkk., 2010; Boulton & Voleykite, 2011; PERDOSSI, 2011; Hanpaa dkk., 2015).
B. Gejala Klinis
Rasa nyeri merupakan sensasi yang dirasakan bersifat individual, dan penderita
menyatakan gejala nyeri yang dirasakan dengan cara yang berbeda-beda. Nyeri
adalah pengalaman psikologis individual yang menimbulkan rasa tidak nyaman.
Neuropati perifer merupakan komplikasi paling sering yang dialami penderita
DM, diperkirakan dialami oleh sekitar 50% penderita DM. Gejala khas dari
neuropati perifer yaitu nyeri, penurunan secara signifikan pada rasa raba, getar,
proprioseptif pada tungkai dan adanya kinestesia. Timbulnya gejala ini
disebabkan adanya lesi pada sel saraf berupa apoptosis dan inhibisi regenerasi
saraf (Boulton & Voleykite, 2011; Feldman, 2015).
Nyeri neuropati diabetik merupakan bagian dari neuropati perifer, lebih
sering terjadi pada penderita DM tipe 2 dibanding tipe 1. Awitan NND berbeda
dengan nyeri nosiseptif, yaitu NND memiliki awitan yang tidak jelas dan
perkembangan keluhannya memberat secara bertahap (Azhari dkk., 2010).
Ada 3 gejala khas pada NND yaitu disestesia, parestesia dan nyeri otot.
Disestesia merupakan rasa tidak nyaman yang abnormal, terjadi baik secara
spontan (tanpa stimulus) maupun dengan stimulus. Alodinia, hiperalgesia dan
nyeri spontan merupakan bagian dari disestesia. Alodinia yaitu nyeri yang timbul
akibat stimulus yang normalnya tidak menyakitkan. Hiperalgesia yaitu rasa nyeri
yang meningkat setelah mendapat rangsangan yang normalnya menyakitkan.
Nyeri spontan yaitu adanya rasa nyeri walau tanpa adanya stimulus yang
menyebabkan nyeri. Disestesia merupakan keluhan dengan rasa seperti terbakar
yang berat dan rasa gatal. Parestesia merupakan rasa abnormal baik spontan
maupun dicetuskan, keluhannya berupa seperti tertusuk jarum, tersetrum listrik
dan teriris benda tajam. Nyeri otot yang kerap 10 dirasakan penderita berupa
nyeri yang dalam dan terasa tumpul disertai rasa kaku atau kram pada otot
(PERDOSSI, 2011; Kirby, 2013; Yoo dkk., 2013).
gangguan tidur dan disabilitas dalam mobilisasi. Sekitar sepertiga penderita NND
dengan keluhan yang berat memerlukan alat bantu dalam berjalan seperti tongkat dan
kursi roda. Risiko jatuh juga lebih tinggi pada penderita NND daripada tanpa NND.
mortalitas. Angka mortalitas yang tinggi disebabkan karena adanya infeksi pada
ulkus, risiko jatuh yang lebih tinggi, dosis obat analgetik yang berlebihan dan
kemungkinan terjadi bunuh diri akibat depresi berat (Ziegler, 2009; Yoo dkk., 2013).
D. Patofisiologi terjadinya NND pada penderita DM melalui beberapa jalur yaitu: