Tugas Kelompok PPPK Ayeeee

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 69

TUGAS

PERENCANAAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI


PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT BAYANGKARA
(Studi Kasus Pada Pekerjaan Pelat Lantai dan Tangga)

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9

1. NI KOMANG TIA DEVIYANTI (1761121027)


2. NI LUH ANI DIAN PARAMITA SARI (1761121035)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2020
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tugas dengan judul
“Perencanaan Pelaksanaan Proyek Konstruksi Pembangunan Rumah Sakit
Bhayangkara” tepat pada waktunya guna memenuhi mata kuliah Perencanaan
Pelaksanaan Proyek Konstruksi ini.
Penulis berharap tugas ini mampu berguna dalam menambah wawasan
serta pengetahuan Penulis maupun Pembaca tentang pemahaman terhadap
Perencanaan Pelaksanaan Proyek Konstruksi. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Ir. I Wayan Jawat, MT. selaku dosen pengampu mata kuliah
Perencanaan Pelaksanaan Proyek Konstruksi di Fakultas Teknik dan
Perencanaan Universitas Warmadewa.
2. Semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa tugas yang telah Penulis
selesaikan ini masih terdapat banyak kekurangan. Mengingat tidak ada sesuatu
yang bisa sempurna tanpa adanya saran yang membangun, Penulis berharap
adanya kritik dan saran demi perbaikan tugas yang Penulis buat di masa yang
akan datang.
Demikian yang dapat Penulis sampaikan, semoga tugas yang sederhana ini
mampu dipahami dengan baik oleh pembaca. Sebelumnya Penulis mohon maaf
apabila terdapat kesalahan yang kurang berkenan.
Om Santih, Santih, Santih, Om

Denpasar, 30 September 2020

Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pembangunan proyek konstruksi di Indonesia saat ini cukup berkembang.


Hal ini dapat dilihat dari banyaknya proyek-proyek pembangunan seperti
perumahan, pertokoan, hotel, jembatan, dan lain sebagainya. Banyak perubahan
yang terjadi dalam pembangunan proyek-proyek tersebut dibandingkan dengan
sebelumnya, perbandingan ini dapat dilihat dari bentuk bangunan yang beragam
dan struktur bangunan yang terus diperbarui hingga terciptanya rasa nyaman
dalam penggunaannya [ CITATION Ges08 \l 14345 ]
Pada waktu proyek memasuki tahap pelaksanaan (construction), maka
pekerjaan pada tahap ini adalah mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik
proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana sehingga memenuhi variabel
Biaya, Mutu, Waktu, K-3, Citra/Kepuasan, yang telah disyaratkan (Syah, M. S,
2004). Untuk dapat memenuhi tolok ukur seperti tersebut, yang disyaratkan oleh
pemilik proyek atau pemberi tugas atau yang sering disebut pengguna jasa, maka
sebagai pengelola proyek harus memahami kegiatan bidang utama manajemen proyek
dan melaksanakan serta menerapkan unsur-unsur manajemen sesuai dengan
kemanpuan dan kebutuhan dalam melaksanakan proyek, dimana unsur-unsur
manajemen yang harus diterapkan, yaitu: 1. Perencanaan (Plan). 2.Pelaksanaan (Do).
3.Kontrol (Check) dan. 4.Tindakan (Action).

Sebagaimana diketahui secara tradisonal bahwa ke lima variabel tersebut


saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini, (Ilmu Manajemen Konstruksi: 1998: 48). Meliputi: Perencanaan
penyusunanan Jabaran Kegiatan/Work Breakdown Structure (WBS), yang
termasuk dalam menentukan metode konstruksinya. 2. Perencanaan penyusunan
Tabel Analisa Organisasi Proyek/Organization Analisis Table (OAT). 3.
Perencanaan dan pengendalian jadwal waktu pelaksanaan. 4. Perencanaan dan
pengendalian tenaga kerja. 5. Perencanaan dan pengendalian material. 6.
Perencanaan dan pengendalian alat. 7. Perencanaan dan pengendalian biaya.

1
Berdasarkan hal diatas Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
perencanaan pelaksanaan proyek konstruksi maka perlu dilakukan studi terhadap
suatu proyek. Proyek yang digunakan sebagai sumber dalam pembuatan laporan
ini adalah Proyek Pembangunan. Proyek Pembangunan Rumah Sakit Bayangkara
merupakan rumah sakit yang terletak di Jalan Trijata no 32 Sumerta Kelod
Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali. Dalam pelaksanaannya,
direncanakan selama 210 (Dua Ratus Sepuluh) Hari kalender. Dengan nilai HPS
sebesar Rp. 32.998.051,547,85, dengan kompleksitas bangunannya proyek ini
memerlukan perencanaan yang tepat. Proyek Pembangunan Rumah Sakit
Bayangkara melalui beberapa tahap mulai dari pelelangan sampai dengan
pelaksanaan dan terakhir tahapan pemeliharaan. Dalam laporan ini adapun hal
utama yang ditinjau adalah mengenai bagamana proses perencanaan pelaksanaan
suatu proyek konstruksi mulai dari tahap awal yaitu mempelajari dokumen
pengadaan sampai tahap akhir yaitu penyusunan kurva prestasi.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana merencanakan metode pelaksanaan berkaitan dengan
WBS, OAT, SOP serta SWOT pada Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Bayangkara?
2. Bagaimana merencanakan biaya dan waktu pada Proyek
Pembangunan Rumah Sakit Bayangkara?
3. Bagaimana identifikasi K3 pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit
Bayangkara?

I.3 Tujuan Perencanaan


Adapun tujuan dari perencanaan pelaksanaan pada Proyek Pembangunan
Rumah Sakit Bayangkara adalah:

1. Untuk merencanakan metode pelaksanaan berkaitan dengan WBS,


OAT, SOP serta SWOT pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit
Bayangkara.
2. Untuk mengetahui perencanakan biaya dan waktu pada Proyek
Pembangunan Rumah Sakit Bayangkara.

2
3. Untuk mengidentifikasi K3 pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit
Bayangkara?

I.4 Manfaat Perencanaan

Adapun manfaat dari perencanaan pelaksanaan proyek ini adalah sebagai


pedoman dalam Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit Bayangkara adalah:
1. Bagi mahasiswa
Dapat menambah wawasan penulis tentang keadaan proyek di
lapangan dalam hal perencanaan pelaksanaan khususnya pada proyek
konstruksi.
2. Bagi lembaga
Memberikan tambahan kepustakaan bagi universitas.
I.5 Data Perencanaan

Adapun data yang digunakan dalam perencanaan pelaksanaan pada Proyek


Pembangunan Gedung Rumah Sakit Bayangkara antara lain adalah:

1. Gambar

2. RKS

3. Data Ketersediaan Sumber Daya

4. Daftar Analisa

5. Data Harga Satuan Upah, Bahan dan Alat.


I.6 Batasan Perencanaan

Dalam perencanaan pelaksanaan pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit


Bayangkara, penulis membatasi tinjauan perencanaan metode pelaksanaan, biaya
dan waktu serta identifikasi K3 hanya pada pekerjaan struktur yang meliputi
pekerjaan Pelat Lantai dan Tangga.

3
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Manajemen Proyek

Manajemen proyek merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin,


dan mengendalikan kegiatan anggota organisasi serta sumber daya lainnya sehingga dapat
mencapai sasaran organisasi telah ditentukan sebelumnya
Tujuan dari manajemen proyek adalah untuk dapat mengelola fungsi-fungsi
manajemen hingga diperoleh hasil optimum sesuai dengan persyaratan yang ada dan telah
ditetapkan serta untuk dapat mengelola sumber daya yang seefisien dan seefektif mungkin.
[ CITATION IrI99 \l 1033 ].
II.1.1 Unsur-unsur Manajemen

Beberapa fungsi dari manajemen proyek[CITATION Dim14 \l 1033 ], adalah:

1. Perencanaan (Planning)

Pada kegiatan ini dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada dengan
menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menetukan kebijakan
pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran biaya dan
sumber daya. Perencanaan harus dibuat dengan cermat, lengkap, terpadu dan
dengan tingkat kesalahan yang paling minimal. Namun basil dari perencanaan
bukanlah dokumen yang bebas dari koreksi karena sebagai acuan bagai tahapan
pelaksnaan dan pengendalian, perencanaan harus terus disempurnakan secara
interatif untuk menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi
pada proses selanjtunya.

Fungsi ini bertujuan dalam pengambilan keputusan yang mengelola data


dan informasi yang dipilih untuk dilakukan di masa mendatang, seperti menyusun
rencana jangka panjang dan jangka pendek, dan lain-lain.

2. Organisasi (Organizing)

Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis


pekerjaan, menentukan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab personel
serta meletakkan dasar bagi hubungan masing-masing unsur organisasi. Untuk

4
mengarahkan organisasi dan menjalin komunikasi antar pribadi dalam hierarki
organisasi.

Struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan kerangka


penjabaran tugas personel penanggung jawab yang jelas, serta kemampuan
personel yang sesuai keahliannya, akan diperoleh hasil positif bagi
organisasinya.

Fungsi organisasi bertujuan untuk mempersatukan kumpulan kegiatan


manusia, yang memiliki aktivitas masing-masing dan saling berhubungan, dan
berinteraksi dengan lingkungannya dalam rangka mencapai tujuan.

3. Pelaksanaan (Actuating)

Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan dalam yang telah


ditetapkan, dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik
atau nonfisik sehingga produk akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapakan. Karena kondisi perencanaan sifatnya masih ramalan dan subyektif
serta perlu penyempurnaan, dalam tahapan ini sering terjadi perubahan-
perubahan dari rencana yang telah di tetapkan. Pada tahapan ini juga telah
ditetapakan konsep pelaksanaan serta personel yang terlibat pada organisasinya,
kemudian secara detail menetapakan jadwal, program, alokasi biaya, serta
alokasi sumber daya yang digunakan.

Fungsi pelaksanaan bertujuan untuk menyelaraskan seluruh pelaku


organisasi terkait dalam melaksanakan kegiatan/ proyek, seperti pengarahan tugas
serta motivasi, dan lain-lain.

4. Pengendalian (Controlling)

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini dimaksudkan untuk memastikan


bahwa program dan aturan kerja yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan
penyimpangan paling minimal dan hasil paling memuaskan. Untuk itu dilakukan
bentuk-bentuk kegiatan seperti berikut.

a. Supervisi : melakukan serangkaian tindakan koordinasi pengawasan dalam


batas wewenang dan tanggung jawab menurut prosedur organisasi yang telah

5
ditetapakan, agar dalam operasional dapat dilakukan secara bersama-sama
oleh semua personel dengan kendali pengawasan.
b. Inspeksi : melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan dengan tujuan
menjamin spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang direncanakan.
c. Tindakan koreksi : melakukan perubahan dan perbaikan dan perbaikan
terhadap rencana yang telah ditetapakan untuk menyesuaikan dengan kondisi
pelaksanaan.
Fungsi pengendalian bertujuan untuk mengukur kualitas penampilan dan
penganalisisan serta pengevaluasian kegiatan, seperti memberikan saran-saran
perbaikan, dan lain-lain.
II.1.2 Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan


untuk mencapai tujuan tertentu (bangunan/konstruksi) dalam batasan waktu, biaya dan
mutu tertentu. Proyek konstruksi selalu memerlukan resources (sumber daya) yaitu
man (manusia), material (bahan bangunan), machine (peralatan), method (metode
pelaksanaan), money (uang), information (informasi), dan time (waktu). 8 Dalam
Suatu proyek konstruksi terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan yaitu
waktu, biaya dan mutu.[ CITATION Ker06 \l 1033 ]
II.2 Perencanaan Proyek

Perencanaan proyek merupakan salah satu fungsi vital dalam kegiatan manajemen
proyek. Karena itulah untuk mencapai tujuan, manajemen harus membuat langkah-langkah
proaktif dalam melakukan perencanaan yang komprehensif agar sasaran dan tujuan dapat
dicapai. Perencanaan dikatakan baik bila seluruh proses kegiatan yang ada di dalamnya dapat
diimplementasikan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dengan tingkat
penyimpangan minimal serta hasil akhir maksimal.[ CITATION Hus11 \l 1033 ]

Secara umum definisi perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen proyek
yang mencoba meletakan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala program
teknis dan administratif agar dapat diimplementasikan. Tujuan perencanaan adalah
melakukan usaha untuk memenuhi persyaratan spesifikasi proyek yang ditentukan dalam
batasan Biaya, Mutu, dan Waktu ditambah dengan terjaminnya faktor keselamatan (safety).
[ CITATION Hus11 \l 1033 ] Filosofi Perencanaan :

6
1. Aman, Keselamatan terjamin.
2. Efektif, Produk perencanaan berfungsi sesuai yang diharapkan.
3. Efisien, produk yang dihasilkan hemat biaya.
4. Mutu terjamin, tidak menyimpang dari spesifikasi yang ditentukan.
II.3 Perencanaan Pelaksanaan Proyek Konstruksi

Perencanaan pelaksanaan (construction planning), telah disiapkan pada saat kegiatan


proses pemasaran, yaitu proses cost estimate yang nantinya digunakan sebagai bid price
(harga penawaran) yang dibuat berdasarkan dokumen pengadaan. Karena secara teori, harga
penawaran yang diajukan adalah perkiraan real cost (direct cost) ditambah dengan mark up,
untuk biaya tetap perusahaan, biaya pemasaran, resiko dan cadangan laba proyek (Asiyanto,
2010: 41).

Kontraktor yang profesional, dalam membuat construction cost estimate, walaupun


sebagai nilai yang diperkirakan, tetapi tetap menggunakan faktor kunci pasti, yaitu antara lain
meliputi hal-hal sebagai berikut :[ CITATION Asi10 \l 1033 ]

1. Construction schedule
2. Construction method
3. Dasar produktivitas tenaga kerja
4. Metode estimasi

Proses pembuatan estimasi biaya, sering diulang bila mendapat angka yang kurang
diinginkan oleh para kontraktor dalam melakukan penawaran (bid price) atau harga
penawaran, oleh karena itu prosesnya merupakan suatu siklus, seperti terlihat pada gambar II-
1 berikut.

7
Gambar II-1 Siklus Perhitungan Biaya Proyek

Sumber : [ CITATION Asi10 \l 1033 ]

Karena terbatasnya waktu untuk melakukan proses estimasi dan perkiraan real cost
(direct cost) masih belum akurat, sehingga untuk pedoman pelaksanaan perlu disusun
kembali “Perencanaan pelaksanaan (construction planning)” yang lebih detail dan akurat
sesuai dengan kemampuan perusahaan dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi. Dalam
hal ini berarti perencanaan pelaksanaan (construction planning) dibuat setelah mendapatkan
surat perintah kerja, maka perencanaan pelaksanaan (construction planning) dibuat
berdasarkan dokumen kontrak yang ada. [ CITATION Asi10 \l 1033 ]

Bila cost estimate yang dihasilkan kurang memenuhi harapan, maka proses
perhitungan diulang. Biasanya untuk owner berkaitan dengan dana yang dapat disediakan,
sedangkan untuk kontraktor biasanya berkaitan dengan persaingan harga penawaran. Proses
pengulangan perhitungan ada tiga jalur (A, B, dan C), dimana satu jalur untuk versi owner
dan dua jalur versi kontraktor. [ CITATION Asi10 \l 1033 ]

Siklus cost estimate pada owner digambarkan melalui jalur A. Bila perhitungan final
biaya proyek dianggap terlalu tinggi maka dilakukan construction economy, melakukan value
engineering, mengubah spesifikasi dan mengubah ukuran proyek. Sedangkan pada kontraktor
siklus cost estimate digambarkan pada jalur B dan C, pada jalur B dapat dilakukan dengan
mengubah mark up proyek, dan pada jalur C dapat dilakukan dengan mengubah harga satuan
atau mengoreksi quantity pekerjaan yang dapat dilakukan perubahan pada construction

8
economy, merubah construction method, mengubah durasi proyek, mengganti pemasok
sumber daya yang digunakan, dan mengubah kebijakan keuangan. [ CITATION Asi10 \l
1033 ]
II.4 Rencana Kerja

Yang dimaksud rencana kerja dalam pembahasan ini adalah kegiatan atau
pekerjaanpekerjaan yang akan dilaksanakan pada tahap pelaksanaan proyek. kegiatan perlu
diidentifikasikan dan hubungan satu dengan yang lain jelas. Langkah-langkah yang perlu
diambil dalam penjadwalan kegiatan-kegiatan atau pekerjaan pada suatu rencana kerja adalah
:

1. Tentukan tingkat kedetailan dan kegiatan suatu proyek.


2. Identifikasikan urutan logis dari aneka ragam kegiatan.
3. Perkirakan lamanya waktu pelaksanaan dari setiap kegiatan.
4. Buatlah penjadwalan dalam bentuk draft atas dasar hari kalender, hari kerja,
mingguan dan bulanan.
5. Diskusikan penjadwalan draft tersebut dengan orang-orang yang lebih
berpengalaman. Dalam hal ini kemungkinan besar akan terjadi penyesuaian-
penyesuaian.
6. Kembangkan penjadwalan akhir yang lebih realistis atas dasar langkah-langkah
sebelumnya.
7. Adakan perubahan-perubahan serta perbaikan-perbaikan tentang hal-hal yang
membutuhkan keputusan dan konsensus pihak-pihak lain.

Bar Chart/Time Schedule adalah bagan yang menggambarkan susunan dari rangkaian
kegiatan yang dilengkapi dengan skala waktu pelaksanaan. Umumnya suatu bar
chart/time schedule urutan kegiatannya didaftarkan dalam suatu kolom pada bagian kiri
bagan dan disebelah kanan bagan digambarkan rencana waktu pelaksanaan dalam bentuk
balok yang mempunyai hubungan saling ketergantungan. Awal balok menyatakan
mulainya suatu kegiatan dan akhir balok menyatakan selesainya kegiatan tersebut. Pada
sebelah kanan bagan dapat juga dibuat suatu grafik kurva-S yang menggambarkan
prosentase kumulatif dari rencana pelaksanaan dan merupakan grafik standart dalam
memonitor dan mengevaluasi realisasi pekerjaan. Dalam bar chart/time schedule dapat
terlihat:

9
1. Nomor pekerjaan
2. Jenis pekerjaan
3. Volume setiap pekerjaan
4. Prosentase setiap jenis pekerjaan terhadap seluruh pekerjaan
5. Waktu pelaksaan dari setiap jenis pekerjaan yang diperhitungkan dalam suatu hari
(harian), minggu (mingguan) dan bulan (bulanan)
6. Skala waktu pelaksanaan dari setiap jenis pekerjaan yang akan dicapai tiap minggu
7. Rencana prosentase kumulatif pekerjaan yang akan dicapai tiap minggu
8. Grafik kurva-S, yang merupakan standart dalam mengevaluasi realisasi presentasi
kemajuan pekerjaan yang dicapai. Grafik kurva-S dapat dibuat dengan menjumlahkan
bobot rencana dari setiap jenis pekerjaan pada setiap minggu (bila menggunakan skala
waktu dalam mingguan), kemudian titik akumulatif dari titik tersebut
dihubunghubungkan, maka akan tergambar suatu grafik kurva-S. Bobot rencana
setiap jenis pekerjaan adalah prosentase harga dari setiap jenis pekerajaan terhadap
harga keseluruhan pekerjaan. Rencana bar chart/time schedule pada pelaksanaan
pekerjaan suatu proyek dapat dilihat pada grafik rencana dan realisasi pada proyek ini.
[ CITATION Jua14 \l 1033 ]
II.5 Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)

Analsis SWOT digunakan untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
yang akan dihadapi oleh perusahaan. Dengan melihat kekuatan yang dimiliki serta
mengembangkan kekuatan tersebut dapat dipastikan bahwa perusahaan akan lebih maju
dibanding pesaing yang ada. Demikian juga dengan kelemahan yang dimiliki harus diperbaiki
agar perusahaan bisa tetap eksis. Peluang yang ada harus dimanfaatkan sebaikbaiknya oleh
perusahaan agar volume penjualan dapat meningkat. Dan ancaman yang akan dihadapi oleh
perusahaan haruslah dihadapi dengan mengembangkan strategi pemasaran yang baik.

SWOT menurut [ CITATION Kle02 \l 1033 ] adalah untuk menentukan tujuan usaha
yang realistis, sesuai dengan kondisi perusahaan dan oleh karenanya diharapkan lebih mudah
tercapai. SWOT adalah singkatan dari kata-kata Strength (kekuatan perusahaan) Weaknesses
(kelemahan perusahaan), Opportunities (peluang bisnis) dan Threats (hambatan untuk
mencapai tujuan). Apabila teknik swot analisis tersebut diterapkan dalam kasus menentukan
tujuan strategi manajemen pemasaran dapat diutarakan sebelum menentukan tujuantujuan
pemasaran yang ingin dicapai hendaknya perusahaan menganalisis : kekuatan dan

10
kelemahan, peluang bisnis yang ada, berbagai macam hambatan yang mungkin timbul.
Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua
faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari
lingkungan Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan
Thearts yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal
Peluang dan Ancaman dan faktor internal Kekuatan dan Kelemahan. Sedangkan
[ CITATION Phi08 \l 1033 ] mengemukakan bahwa analisis SWOT adalah evaluasi terhadap
keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman disebut analisis SWOT.

Perencanaan strategis untuk menganalisa lingkungan internal dan ekternal untuk


mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan yang sedang ditangani serta mengetahui
kemungkinan peluang dan ancaman sehingga dapat dimonitor dalam perkembangan ke
depan. Mengetahui kondisi perusahaan yang bersangkutan maka perlu mengetahui dan
mengidentifikasi suatu faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dalam matrik IFE
(Internal Factor Evaluation) dan EFE (Eksternal Factor Evaluation). [ CITATION Fre06 \l
1033 ]
II.5.1 Faktor Internal

Menurut Faktor-faktor yang berpengaruh bagi kontraktor untuk dapat bersaing


di industri jasa konstruksi adalah sebagai berikut :

1. Modal (Finansial)

Dalam setiap proyek, kontraktor harus menyediakan modal finansial untuk


berbagai macam keperluan, antara lain :

a. Biaya pembuatan dokumen penawaran


b. Biaya jaminan/asuransi yang biasanya terdiri dari : jaminan penawaran,
jaminan penawaran, jaminan pembayaran tenaga kerja dan material, asuransi
tenaga kerja, asuransi kerusakan bangunan
c. Biaya pelaksana pekerjaan

Secara keseluruhan modal (finansial) yang diperlukan kontraktror untuk


menangani suatu proyek antara 25 sampai 100 persen dari nilai proyek.

2. Tenaga Kerja (Sumber Daya Manusia)

11
Tenaga kerja kontraktor dapat dibagi menjadi tenaga kerja terampil (tukang dan
mandor), tenaga kerja administrasi (bagian akutansi dan keuangan proyek) dan
tenaga kerja ahli (staf ahli teknik).

3. Peralatan

Kemajuan perkembangan teknologi yang sangat cepat berpengaruh juga terhadap


perkembangan peralatan konstruksi. Teknologi tinggi memudahkan pekerjaan dan
user friendly terus dikembangkan. Penggunaan teknologi tinggi ini harus
diperhatikan tingkat efektifitas dan efisiensinya untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan yang tergolong mudah, terutama dari segi biaya dan waktu karena ada
kemungkinan tidak efektif dan tidak efisiensinya peralatan menjadi kerugian
kontraktor.

4. Metode Kerja.

Untuk mendapatkan hasil akhir dari suatu kegiatan proyek kontruksi berupa
bangunan maka diperlukan suatu metode yang mengatur agar rangkaian kegiatan
proyek dapat mencapai hasil akhir yang optimum yang sesuai mutu, biaya, waktu
yang diisyaratkan.

5. Material

Adanya persyaratan kualitas yang sesuai dengan spesifikasi menjadi syarat


mutlak eksistensi kontraktor di dunia kontruksi, baik untuk pasar lokal maupun
internasional. Untuk mendapatkan kualitas yang sesuai diperlukan pula material
yang berkualitas.

6. Kerja Sama Tim (Team Work)

Salah satu struktur inti (core structure) dari organisasi perusahaan konstruksi
adalah tim proyek (proyek team work).

7. Jaringan Kerja (Network)

Dalam proyek konstruksi ada 3 pihak yang terlibat dalam prosesnya, yaitu
pemilik, konsultan dan kontraktor. Ketiga pihak harus berada dalam suatu
jaringan kerja yang mempunyai sinergi baik.

12
8. Pengendalian Kualitas (Quality Control)

Untuk menghasilkan produk pekerjaan konstruksi yang baik sesuai dengan


spesifikasi yang telah diisyaratkan, kontraktor harus mempunyai suatu system
pengendalian mutu.

9. Pengalaman dan Reputasi Pekerjaan

Jenis kontrak dengan tender terbuka pengalaman perusaaan merupakan salah satu
point penilaian (administrasi), sedangkan untuk jenis kontrak dengan sistem
penunjukan langsung reputasi merupakan hal utama yang menentukan besarnya
peluang kontraktor untuk mendapatkan proyek.
II.5.2 Faktor Eksternal

Hal-hal yang termasuk dalam faktor eksternal :

1. Faktor politik dan undang-undang (kebijakan pajak dari pemerintah)


2. Persoalan ekonomi (inflasi, suku bunga, pertumbuhan ekonomi)
3. Faktor sosial (adat, budaya serta kondisi masyarakat)
4. Faktor teknologi
[ CITATION Pet05 \l 1033 ]
II.5.3 Perhitungan Analisis SWOT

Analisis Strength, Weakness, Opportunities dan Threats (SWOT) dilakukan


dengan mengembangkan matriks evaluasi faktor internal (matriks IFE) dan matriks
evaluasi faktor eksternal (matriks EFE) (Rangkuti, 2006: 21-48).

1. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan yang


berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Langkah-
langkah analisisnya sebagai berikut :

a. Membuat daftar faktor-faktor dominan (key factor) yang terdiri dari 1 sampai
20 faktor, baik kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), usahakan
spesifik.

13
b. Menentukan untuk tiap-tiap faktor sebuah bobot tertentu. Bobot ini bernilai
berkisar antara 0,0 dan 1,0. Bobot merupakan indikasi dari derajat penting
tidaknya masing-masing faktor itu secara relatif mempengaruhi kesuksesan
perusahaan didalam industri yang dijalaninya.
c. Menentukan nilai rating dalam skala 1 sampai 4 untuk tiap faktor dominan.
Nilai rating merupakan degree of severity atau effectiveness kondisi
perusahaan berkaitan dengan faktor tersebut. Nilai 4 = superior, 3 = diatas
rata-rata, 2 = dibawah rata-rata, 1 = buruk sekali.
d. Mengkaitkan nilai rating pada tiap faktor untuk mendapatkan skor bobot
(weighted score).

e. Total skor bobot merupakan penjumlahan dari skor bobot tiap faktor. Nilai
ratarata adalah 1, Jika nilainya dibawah 1 menandakan posisi perusahaan
secara internal adalah lemah, dan jika nilainya diatas 1 menunjukkan posisi
perusahaan secara internal kuat.

Tabel II-1 Contoh matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

2. Matriks EFE (External Factor Evaluation)

Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan.


Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisa hal-hal yang menyangkut
persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan,
hukum, teknologi, persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada, dan
data eksternal relevan lainnya. Langkah-langkah analisisnya dijelaskan sebagai
berikut:

14
a. Membuat daftar faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada
kesuksesan atau kegagalan usaha (critical success factor) untuk aspek
eksternal yang mencakup perihal peluang (opportunities) dan ancaman
(threaths) bagi perusahaan.
b. Menentukan bobot (weight) dari critical success factor.
c. Menentukan nilai rating dalam skala 1 sampai 4 untuk tiap critical success
factor. Nilai rating merupakan degree of severity atau effectiveness kondisi
perusahaan berkaitan dengan faktor tersebut. Nilai 4 = sangat bagus, 3 =
diatas rata-rata, 2 = 19 dibawah rata-rata, 1 = buruk sekali.
d. Mengkaitkan nilai rating pada tiap faktor untuk mendapatkan skor bobot
(weighted score).
e. Total skor bobot merupakan penjumlahan dari skor bobot tiap faktor. Nilai
rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya dibawah 2,5 menandakan posisi perusahaan
lemah dalam merespon peluang dan mengatasi ancaman yang ada, dan jika
nilainya diatas 2,5 menunjukkan posisi perusahaan merespon dengan baik
peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Jika total skor 4,0
mengidentifikasikan bahwa perusahaan merespon dengan cara luar biasa
terhadap peluang-peluang. Sementara jika total skor 1,0 menunjukkan bahwa
perusahaan tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak
menghindari ancaman-ancaman eksternal.

Tabel II-2 Contoh matriks EFE (External Factor Evaluation)

II.6 Jaringan Kerja atau Work Breakdown Structure (WBS)

Penyusunan WBS dilakukan dengan cara top down, dengan tujuan agar komponen-
komponen kegitan tetap berorientasi ke tujuan proyek, WBS juga mempermudah

15
penjadwalan dan pengendalian karena merupakan elemen perencanaan yang terdiri dari atas
kerangka-kerangka seperti dibawah ini [ CITATION Hus11 \l 1033 ].

1. Kerangka penjabaran program


2. Kerangka perencanaan detail
3. Kerangka pembiayaan
4. Kerangka penjadwalan
5. Kerangka cara pelaporan
6. Kerangka penyusunan organisasi

Dari kerangka tersebut, WBS dapat membantu membantu proses penjadwalan dan
pengendalian dalam suatu sistem yang terstruktur menurut hirarki yang makin terperinci,
sampai pada lingkup yang makin kecil berupa paket-paket pekerjaan dengan aktivitas yang
jelas. WBS dapat dipakai untuk membagi seluruh level proyek menjadi elemen-elemen
kerja, menjelaskan proyek dalam satu format struktur level, fasilitas, dan mencakup seluruh
item pekerjaan hingga selesai, pemecahan level sampai pada paket pekerjaan terakhir dengan
kegiatan yang jelas dan cukup untuk perencanaan detail sebagai fase awal proyek
[ CITATION Hus11 \l 1033 ].
II.7 Penyusunan Tabel Analisa Organisasi Proyek (Organization Analysis Table-
OAT)

Hierarki ini disusun dengan tujuan mempermudah pengelolaan dan alokasi SDM
sesuai dengan tanggung jawab dalam organisasi proyek. Keberhasilan penyelenggaraan
proyek biasanya ditunjang oleh organisasi dengan susunan dan program kerja yang sasaran
serta tujuannya tertata dengan baik. Tingkatan dalam OAT tidak harus sama dengan WBS,
tetapi dapat mencakup manajemen internal dan eksternal dengan susunan organisasi yang
bervariasi.

Tanggung jawab personel dibagi berdasarkan tingkatan pada elemen pekerjaan.


Tanggung jawab ini disesuaikan dengan kemampuannya dalam menangani beban tugas yang
diberikan kepadanya. Biasanya personel tersebut mempunyai kemampuan dan keterampilan
yang cukup terlatih dengan tingkat pendidikan yang cukup pula, sehingga mereka dapat
bekerja untuk tugas-tugas mandiri atau bekerja sama dalam satu tim proyek untuk
memecahkan masalah selama berlangsungnya proyek. Personel yang bertanggung jawab pada
masing-masing tingkatan tadi telah memahami tugasnya berdasarkan job description dan

16
prosedur operasional pelaksanaan proyek, sehingga segala penyimpangan yang terjadi dapat
dideteksi lebih awal dan memudahkan tindakan koreksi dengan melokalisasi personel
tersebut serta memungkinkan manajemen melakukan pengendalian terhadap seluruh
pekerjaan[ CITATION Hus11 \l 1033 ].
II.8 Hubungan WBS, OAT dan Durasi Kegiatan

Hal yang penting diingat dalam menyusun perencanaan WBS dan OAT,
adalahkeduanya harus sepadan (match). Langkah selanjutnya dalam perencanaan
jaringankerja adalah alokasi sumber daya yang meliputi : pekerja, peralatan dan material.
Darimetode konstruksi dan sumber daya yang sudah ditetapkan dapat dihitung durasikegiatan
dan harga satuan. Untuk jelasnya diberikan diagram alir hubungan antaraWBS, OAT, Analisa
Harga Satuan dan perkiraan durasi kegiatan.

Gambar II-2 Diagram alir proses perhitungan perkiraan durasi dengan menggunakan
WBS, OAT, AnalisisHarga Satuan dan Volume Pekerjaan

Sumber : [ CITATION HNA76 \l 1033 ]

Gambar II-3 menguraikan hubungan OAT dan WBS, yang dibagi atas klasifikasi
tingkatan. Tingkatan pertama adalah Proyek Bangunan Kantor 2 Lantai, dengan personel
penanggung jawab adalah Project Manager. Sebagai pimpinan proyek, tugasnya adalah
melakukan koordinasi dan memotivasi staf-staf proyek serta mengarahkan seluruh kegiatan
pelaksanaan proyek agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Untuk tingkatan
ke-2, penanggung jawabnya adalah Site Manager, yang selain sebagai wakil dari proyek, baik

17
secara teknis maupun administratif. Pada tingkatan ke-3, Site Engineer bertugas berdasarkan
kemampuan spesifiknya dalam mengelola paket-paket pekerjaan dalam WBS, seperti
pekerjaan Struktur, Arsitektur, dan Mekanikal/Elektrikal. Paket pekerjaan terakhir dari WBS
dikelola oleh Supervisor yang langsung mengawasi pekerjaan di lapangan sesuai dengan
lokasi kerja pada tingkatan ke-3, seterusnya dengan Pelaksana yang mengawasi paket-paket
pekerjaan di tingkatan-4. Berikut adalah contoh hubungan OAT dan WBS [ CITATION
Hus11 \l 1033 ].

Gambar II-3 Contoh WBS dan OAT Proyek Pembangunan Kantor 2 Lantai

Sumber : [ CITATION Hus11 \l 1033 ]


II.9 Standard Operational Procedure (SOP)

Standard Operational Procedure (SOP) adalah dokumen yang berkaitan dengan


prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang
bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif dan efisien. SOP biasanya terdiri
dari metode pengerjan serta dilengkapi gambar dan flowchart di bagian akhir [ CITATION
Lak08 \l 1033 ].

Tujuan SOP pelaksanaan kegiatan penanganan bangunan adalah untuk


meminimalisasi keragaman dari output sistem pengelolaan data yang dihasilkan, baik dari
segi pelaporan, jenis berkas yang dikumpulkan, hingga tata cara pengumpulannya.

18
II.10 Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Metode pelaksanaan konstruksi merupakan kunci untuk dapat mewujudkan seluruh


perencanaan menjadi bentuk bangunan fisik. Pada dasarnya metode pelaksanaan konstruksi
merupakan penerapan konsep rekayasa berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam
dokumen pelelangan (dokumen pengadaan), keadaan teknis dan ekonomis yang ada
dilapangan, dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor[ CITATION Dip96 \l
1033 ].

Kombinasi dan keterkaitan ketiga elemen secara interaktif membentuk kerangka


gagasan dan konsep metode optimal yang diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi. Konsep
metode pelaksanaan mencangkup pemeliharaan dan penetapan yang berkaitan dengan
keseluruhan segi pekerjaan termasuk kebutuhan sarana dan prasarana yang bersifat sementara
sekalipun. Adapun bagan hubungan antara dokumen pelelangan, keadaan teknis serta sumber
daya kontraktor dapat dilihat pada gambar II.4 berikut.

Gambar II-4 Interaksi Antar Elemen Dalam Metode Pelaksanaan

Sumber : [ CITATION Dip96 \l 1033 ]

Metode pelaksanaan pekerjaan atau biasa disingkat “CM” (Construction Method),


merupakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang logis dan teknik sehubungan dengan
tersedianya sumber daya yang dibutuhkan oleh kondisi medan kerja, guna memperoleh cara
pelaksanaan yang efektif dan efisien. Metode pelaksanaan pekerjaan tersebut, sebenarnya
dibuat oleh kontraktor yang bersangkutan pada waktu membuat maupun mengajukan

19
penawaran pekerjaan. Dengan demikian “CM” (Construction Method) tersebut minmal telah
teruji pada saat dilakukan klarifikasi atas dokumen tendernya. Namun demikian, tidak
tertutup kemungkinan, bahwa sebelum pelaksanaan atau selama pelaksanaan pekerjaan
Construction Method (CM), tersebut perlu atau harus diubah [ CITATION Sya04 \l 1033 ].
II.10.1 Dokumen Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi pada umumnya


terdiri dari [ CITATION Sya04 \l 1033 ]:

1. Project plant, dimana dokumen ini memuat antara lain :


a. Denah fasilitas proyek (jalan kerja, bangunan fasilitas, dan lain-lain).
b. Lokasi pekerjaan.
c. Jarak angkut.
d. Komposisi alat (singkat/produktivitas alatnya).
e. Kata-kata singkat (bukan kalimat panjang), dan jelas mengenai urutan
pelaksanaan.
2. Sket atau gambar bantu penjelasan pelaksanaan pekerjaan.
3. Uraian pelaksanaan pekerjaan, yang meliputi :
a. Urutan pelaksanaan seluruh pekerjaan dalam rangka penyelesaian proyek
(urutan secara global).
b. Urutan pelaksanaan perpekerjaan atau perkelompok pekerjaan, yang perlu
penjelasan lebih detail.
4. Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan jadwal kebutuhan tenaga kerja (tukang
dan pekerja).
5. Perhitungan kebutuhan material/bahan dan jadwal kebutuhan material/bahan.
6. Perhitungan kebutuhan peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan.
7. Dokumen lainnya sebagai penjelasan dan pendukung perhitungan dan
kelengkapan lainnya.
II.10.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan yang Baik

Metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi yang baik apabila memenuhi


persyaratan[ CITATION Sya04 \l 1033 ], yaitu :

1. Memenuhi persyaratan teknis, yang memuat antara lain :

20
a. Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi lengkap dan jelas
memenuhi informasi yang dibutuhkan.
b. Bisa dilaksanakan dan efektif.
c. Aman untuk dilaksanakan.
d. Memenuhi standar tertentu yang ditetapkan atau disetuji tenaga teknik yang
berkopemten pada proyek tersebut.
2. Memenuhi syarat ekonomis yang meliputi :
a. Biaya termurah.
b. Wajar dan efisien.
3. Memenuhi pertimbangan non teknis lainnya, yang memuat antara lain :
a. Dimungkinkan untuk diterapkan pada lokasi proyek dan disetujui atau tidak
ditentang oleh lingkungan setempat.
b. Rekomendasi dan kebijakan dari pemilik proyek.
c. Disetujui oleh sponsor proyek atau direksi perusahaan, apabila hal itu
merupakan alternatif pelaksanaan yang istimewa dan riskan.
4. Merupakan alternatif/pilihan yang terbaik dari beberapa alternatif yang lebih di
perhitungkan dan di pertimbangkan.
5. Manfaat positif construction method yaitu :
a. Memberikan arahan dan pedoman yang jelas atas urutan dan fasilitas
penyelesaian pekerjaan.
b. Merupakan acuan/dasar pola pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu
kesatuan dokumen prosedur pelaksanaan pekerjaan di proyek.
II.10.3 Faktor yang Mempengaruhi Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Dimana metode pelaksanaan proyek konstruksi, dalam mengembangkan


alternatifnya, dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut [ CITATION Asi10 \l 1033 ]:

1. Desain bangunan.
2. Medan/lokasi pekerjaan.
3. Ketersediaan dari tenaga kerja, bahan, dan peralatan.

Oleh karena faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut diatas, maka kadang-


kadang metode pelaksanaan hanya memiliki alternatif yang terbatas. Bila kendalanya
ada pada desain bangunan, maka dapat dimintakan usulan kepada pemilik bangunan
(owner), sejauh menguntungkan semua pihak [ CITATION Asi10 \l 1033 ].

21
II.10.4 Penentuan Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Dalam merencanakan pelaksanaan proyek konstruksi, perlu dilakukan


perencanaan yang berdasarkan data perencanaan yang ada. Data perencanaan
selanjutnya dipergunakan dalam perencanaan pelaksanaan proyek sesuai dengan
skema perencanaan pelaksanaan proyek. Setelah data perencanaan diperoleh maka
kemudian dilanjutkan dengan proses merencanakan metode pelaksanaan pekerjaan.

Di dalam merencanakan metode pelaksanakan metode pekerjaan terdiri atas


beberapa item yang merupakan suatu rangkaian pelaksanaan pekerjaan yang meliputi :

1. Metode pekerjaan persiapan

2. Metode pekerjaan struktur

Kemudian rangkaian pekerjaan diatas dilanjutkan dengan perencanaan :

1. Perhitungan volume pekerjaan, menentukan komposisi sumber daya, perhitungan


durasi, logika ketergantungan.

Perencanaan kebutuhan sumber daya, perencanaan jadwal pekerjaan,


penjadwalan kebutuhan sumber daya, rencana biaya pelaksanaan, rencana anggaran
biaya, jadwal prestasi.
II.11 Komposisi Kebutuhan Tenaga Kerja

Tenaga kerja ialah besarnya jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan. Menentukan kebutuhan komposisi tenaga
kerja sesuai dengan keahliannya dan kebutuhan kepastian sumber daya manusia persatuan
volume pekerjaan harus memperhatikan WBS (Work Breakdown Structure) untuk masing-
masing kegiatan. Adapun beberapa contoh daftar analisa yang diperlukan berdasarkan WBS
dan perencanaan kebutuhan sumber daya, yang telah diuraikan diatas diantaranya adalah :

1. Pekerjaan Galian dan Urugan :

a. Pekerjaan Galian

1 m3 Pekerjaan Galian
0,750 hr. Pekerja

22
0,025 hr. Mandor

b. Pekerja Urugan

1 m3 Pekerjaan Galian

0,750 hr. Pekerja


0,045 hr. Mandor

2. Pekerjaan Bekisting Kayu :

a. Pekerjaan merakit dan pasang bekisting


1 m² Pekerjaan bekisting
0,330 hr. Tukang kayu
0,033 hr. Kepala tukang kayu
0,660 hr. Pekerja
0,033 hr. Mandor
b. Pekerjaan bongkar dan angkut bekisting
0,066 hr. Pekerja

3. Pekerjaan Bekisting Batu :

a. Pekerjaan merakit dan pasang bekisting


1 m² Pekerjaan bekisting
0,100 hr. Tukang batu
0,010 hr. Kepala tukang batu
0,320 hr. Pekerja
0,005 hr. Mandor

4. Pekerjaan Pembesian :

a. Memotong besi kolom


1 Kg Pekerjaan besi beton
0,007 hr. Tukang besi
0,0007 hr. Kepala tukang besi
0,007 hr. Pekerja
0,0004 hr. Mandor

23
b. Merakit dan memasang besi

0,007 hr. Tukang besi

0,0007 hr. Kepala tukang besi

0,007 hr. Pekerja

0,0004 hr. Mandor

5. Pekerjaan Pengecoran Beton:

a. Pekerjaan pengecoran dan pemadatan


1 m³ pekerjaan beton
1,65 hr. Pekerja
0,083 hr. Mandor
b. Pekerjaan finishing dan perawatan

0,165 hr. Pekerja


II.12 Perhitungan Volume

Volume suatu pekerjaan adalah menghitung jumlah banyaknya volume pekerjaan


dalam satuan volume. Volume juga disebut sebagai kubikasi pekerjaan. Jadi volume
(kubikasi) suatu pekerjaan, bukanlah merupakan volume (isi sesungguhnya), melainkan
jumlah volume bagian pekerjaan dalam satu kesatuan. Volume pekerjaan harus diurai lagi
secara rinci secara besar volume atau kubikasi suatu pekerjaan. Menguraikan, berarti
menghitung besar volume masing-masing pekerjaan sesuai dengan gambar bestek dan
gambar detail. Sebelum menghitung volume masing-masing pekerjaan, lebih dulu harus
menguasai membaca gambar bestek berikut gambar detail/penjelasan.

Volume adalah panjang × lebar × tinggi, Namun volume yang dihitung untuk
menyusun anggaran biaya, tidak selalu panjang × lebar × tinggi, yaitu volume yang dihitung
menurut satuan analisa yang akan dipakai. Hal ini dilakukan agar tidak kesulitan dalam
menghitung harga satuan pekerjaan. Sebagai contoh, berdasarkan daftar analisa, maka untuk
menghitung volume pekerjaan seperti berikut ini :

1. Pekerjaan galian tanah biasa, maka volume dihitung dengan satuan m3


2. Pekerjaan pasangan batu kali, maka volume dihitung dengan satuan m3

24
3. Pekerjaan bekisting, maka volume dihitung dengan satuan m2
4. Pekerjaan besi beton, maka volume dihitung dengan satuan kg
II.13 Perhitungan Durasi/Waktu

Menentukan durasi suatu kegiatan biasanya dilandasi volume pekerjaan dan


produktivitas crew/kelompok pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Produktivitas
didapat dari pengalaman crew melakukan suatu kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya
atau database perusahaan. Sebagai contoh, kemampuan crew menyelesaikan pekerjaan
dinding bata rata-rata adalah 10 m2/hari, maka produktivitas crew tersebut adalah 10 m2/hari,
sedangkan volume pekerjaan dinding bata 240 m2 (Husen, 2011: 151).

Volume pekerjaan
Durasi pekerjaan dinding bata =
Produktivitas crew

240 m 2
=
10 m 2 /hari

= 24 hari

Jadi untuk menentukan besarnya durasi (d) untuk masing-masing jenis pekerjaan
dapat dihitung dengan rumus, berikut :

V
d= (2.1)
P

atau,

K1
d= (2.2)
K2

K 1= K t × V (2.3)

Dari hasil perhitungan durasi, maka durasi (d) yang dipilih adalah durasi yang terbesar untuk
menyelesaikan item pekerjaan.

Dimana :

d = Durasi

V = Volume

25
P = Produktivitas berdasarkan komposisi sumber daya untuk menyelesaikan

persatuan volume, sesuai daftar analisa (1 m3/hr, 1 m2/hr dan 1 m/hari)

Kt = Kebutuhan komposisi sumber daya per satuan volume (sesuai dengan


daftar

analisa yang berlaku)

K1 = Kebutuhan komposisi sumber daya keseluruhan

K2 = Komposisi sumber daya yang tersedia


II.14 Perencanaan Sumber Daya

Sumber daya terdiri dari sumber daya modal/biaya, tenaga kerja, peralatan/mesin dan
material adalah faktor-faktor penentu dalam penyelenggaraan proyek. Perencanaan sumber
daya yang cermat dapat membantu terselenggaranya proyek secara efektif dan efisen.
Penggunaan sumber daya dapat dimonitor dengan baik dengan membuat sebuah master
schedule dan subschedule untuuk masing-masing sumber daya yang digunakan seperti
subschedule tenaga kerja, peralatan, dan material[ CITATION Hus11 \l 1033 ].
II.14.1 Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia atau tenaga kerja, sebagai penentu keberhasilan proyek,
harus memiliki kualifikasi, keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan
untuk mencapai keberhasilan suatu proyek. Perencanaan sumber daya manusia dalam
suatu proyek mempertimbangkan juga perkiraan jenis, waktu, dan lokasi proyek, baik
secara kualitas maupun kuantitas[ CITATION Hus11 \l 1033 ].

Proyek yang secara geografis berbeda biasanya membutuhkan pengelolaan dan


ketersediaan tenaga kerja yang juga berbeda. Faktor lain yang harus dipertimbangkan
dalam merencanakan sumber daya manusia adalah sebagai berikut[ CITATION
Hus11 \l 1033 ]:

1. Produktivitas tenaga kerja


2. Jumlah tenaga kerja pada periode yang paling maksimal
3. Jumlah tenaga kerja tetap dan tidak tetap
4. Biaya yang dimiliki dan jenis pekerjaan

26
Produktivitas kelompok kerja adalah kemampuan tenaga kerja dalam
menyelesaikan pekerjaan (satuan volume pekerjaan) yang dibagi dalam satuan waktu,
jam, atau hari. Produktivitas dapat digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja
beserta upah yang harus dibayarkan [ CITATION Hus11 \l 1033 ].

Untuk menentukan besarnya produktifitas (P1) yang harus dihasilkan


berdasarkan durasi (d) yang diperlukan dan untuk menentukan kebutuhan komposisi
sumber daya manusia (KSDM), untuk masing-masing pekerjaan yang akan dikerjakan
untuk menyelesaikan produktifitas (P1) berdasarkan durasi (d) yang diperlukan dapar
dihitung dengan rumus, yaitu sebagai berikut.

V
P1 = (2.4)
d

dan

K SDM = K t × P1 (2.5)

Dimana :

P1 = Produktvitas berdasarkan durasi (d) yang diperlukan

(ditentukan)

V = Volume

d = Durasi yang diperlukan untuk menyelesaikan keseluruhan

volume pekerjaan (berdasarkan jadwal pelaksanaan yang


normal

KSDM = Kebutuhan komposisi sumber daya manusia untuk masing-

masing pekerjaan yang akan dikerjakan untuk menyelesaikan

Produktivitas (P1 ) berdasarkan durasi (d) yang diperlukan

Kt = Kebutuhan komposisi sumber daya tenaga per satuan volume,

sesuai dengan daftar analisa BOW (Burgerlijke Openbare

27
Werken).
II.14.2 Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Bahan

Perencanaan kebutuhan sumber daya bahan dimaksudkan agar dalam


pelaksanaan pekerjaan penggunaan material menjadi efisien, efektif dan tidak terjadi
masalah akibat tidak tersedianya material pada saat dibutuhkan. Dalam pelaksanaan
proyek, penggunaan material diawasi dengan ketat baik kualitas maupun kuantitasnya,
sesuai dengan sfesifikasi dan kebutuhan yang telah ditetapkan [ CITATION Hus11 \l
1033 ].

Perencanaan material membutuhkan informasi-informasi yang dapat


menunjang kegiatan-kegiatan proyek agar keterkaitan penyediaan dan penggunaan
material terhadap suatu pekerjaan dapat berlangsung lancar. Peran logistik sebagai
penyedia material sangat penting dalam menjamin ketersediaan serta kualitas yang
diinginkan. Informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan material adalah sebagai
berikut[ CITATION Hus11 \l 1033 ]:

1. Kualitas material yang dibutuhkan


2. Spesifikasi teknis material
3. Lingkup penawaran yang diajukan oleh beberapa pemasok
4. Waktu pengiriman
5. Pajak penjualan material
6. Termin dan kondisi pembayaran kepaada logistik material yang dilakukan
7. Pemasok material
8. Gudang penimbunan material
9. Harga material saat penawaran pelelangan
10. Jadwal penggunaan material

Berikut ini beberapa prosedur dalam pengolahan material adalah sebagai


berikut [ CITATION Hus11 \l 1033 ] :

1. Prosedur Penerimaan Material


a. Material yang dipesan dan tiba dilokasi proyek, diperiksa dan diawasi oleh
bagian logistik dan pengawas mutu dengan memeriksa kualitas, kuantitas,
kelengkapan dokumen dan spesifikasi material.

28
b. Bila dalam pemeriksaan terdapat penyimpangan, spesifikasinya tidak sesuai,
maka pengawas mutu dan bagian logistik dapat menolak pengiriman
material. Bila sesuai, material disimpan di gudang penyimpanan material
disesuaikan dengan aturan.
c. Bagian logistik membauat daftar penerimaan material dan laporan material
balance untuk menyesuainkan kebutuhan dan pemakaian. Mengontrol setiap
barang yang keluar dan masuk.
d. Tempat penyimpanan material harus aman, terlindung untuk barang-barang
yang tidak tahan cuaca, tempat penyimpanan terbagi atas kelompok jenis
material yang tidak tumpang tindih

Gambar II-5 Alur Distribusi Penggunaan Material

Sumber : [ CITATION Hus11 \l 1033 ]

2. Prosedur Pengadaaan Material


a. Dari master schedule, dibuatkan subschedule untuk material yang sesuai
dengan item-item pekerjaan.
b. Membuat rencana kebutuhan material, rincian pemakaian dan volume yang
digunakan, sehingga diperoleh prioritas penggunaan material di lokasi
proyek untuk diajukan ke bagian logistik.
c. Bagian logistik melakukan klarifikasi kebutuhan material terhadap
spesifikasi, volume, dan item pekerjaan. Bila klarifikasi sesuai, bagian
logistik memproses pengadaan material.

29
Agar alur pemakaian material tersebut sesuai dengan jadwal kebutuhan
dilapangan, maka perlu dibuat sub-jadwal pengguanaan material. Sub-jadwal ini
disesuaikan dengan master schedule, seperti contoh dibawah ini.

Tabel II-3 Sub Jadwal Penggunaan Material

Sumber : [ CITATION Hus11 \l 1033 ]

Rencana kebutuhan bahan umumnya meliputi jenis dan volume yang


diperlukan dari tiap jenis bahan serta perencanaan pengadaan kelokasi proyek.
Kebutuhan jumlah bahan/material per satuan volume untuk beberapa pekerjaan, maka
selanjutnya menentukan kebutuhan komposisi sumber daya bahan (KSDM), untuk
masing-masing pekerjaan yang akan dikerjakan untuk menyelesaikan Produktivitas
(P1) berdasarkan durasi (d) yang memerlukan dapat dihitung dengan rumus, yaitu
sebagai berikut.

K SDB = K b × P1 (2.6)

Dimana :

K SDB = Kebutuhan komposisi sumber daya bahan, untuk masing-masing pekerjaan


yang akan dikerjakan untuk menyelesaikan produktivitas (P1) berdasarkan
durasi (d) yang diperlukan.

Kb = Kebutuhan komposisi sumber daya bahan persatu satuan volume, sesuai


dengan daftar analisa BOW (Burgerlijke Operbare Werken) atau sesuai
dengan daftar analisa yang berlaku.

P1 = Produktivitas berdasarkan durasi (d) yang diperlukan (ditentukan).

30
II.14.3 Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Alat

Peralatan yang digunakan dalam suatu proyek dipengaruhi oleh produktivitas


alat terhadap volume pekerjaan yang akan dilakukan, sedangkan jumlah peralatan
yang dibutuhkan bergantung pada hal-hal berikut ini[ CITATION Hus11 \l 1033 ] :

1. Durasi kegiatan/ waktu yang tersedia


2. Kondisi lapangan
3. Keadaan cuaca
4. Efisiensi alat
5. Kemampuan operator
6. Kapasitas dan jumlah alat

Siklus kerja dalam pemindahan material merupakan suatu kegiatan yang


dilakukan berulang. Pekerjaan utama di dalam kegiatan tersebut adalah menggali,
memuat, memindahkan, membongkar muatan dan kembali ke kegiatan awal. Semuan
kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh satu alat atau oleh beberapa alat [ CITATION
Ahm12 \l 1033 ].

Waktu yang diperlukan di dalam siklus kegiatan diatas disebut waktu siklus
atau cycle time (CT). Waktu siklus terdiri dari beberapa unsur. Pertama adalah waktu
muat atau loading time (LT). Waktu muat merupakan waktu yang dibutuhkan oleh
suatu alat untuk memuat material ke dalam alat angkut sesuai dengan kapasitas alat
angkut tersebut. Nilai LT dapat ditentukan walaupun bergantung dari jenis tanah,
ukuran unit pengangkut, metode dalam pemuatan dan efisiensi alat [ CITATION
Ahm12 \l 1033 ].

Unsur kedua adalah waktu angkut atau hauling time (HT). Waktu angkut
merupakan waktu yang diperlukan oleh suatu alat untuk bergerak dari tempat
pemuatan ke tempat pembongkaran. Waktu angkut bergantung dari jarak angkut,
kondisi jalan, tenaga alat, dan lain-lain. Pada saat alat kembali ke tempat pemuatan
maka waktu yang diperlukan untuk kembali disebut waktu kembali atau return time
(RT). Waktu kembali lebih singkat daripada waktu berangkat karena kendaraan dalam
keadaan kosong [ CITATION Ahm12 \l 1033 ].

31
Waktu pembongkaran atau dumping time (DT) juga merupakan unsur penting
dari waktu siklus. Waktu ini bergantung dari jenis tanah, jenis alat dan metode yang
dipakai. Waktu pembongkaran merupakan bagian terkecil dari waktu siklus. Unsur
terakhir adalah waktu tunggu atau spotting time (ST). Pada saat alat kembali ke
tempat pemuatan adakalanya alat tersebut perlu antre dan menunggu sampai alat diisi
kembali. Saat mengantre dan menunggu ini disebut dengan waktu tunggu. Dengan
demikian waktu siklus dapat di uraikan dalam rumus [ CITATION Ahm12 \l 1033 ]
sebagai berikut.

CT = LT + HT + DT + RT + ST (2.7)

Dimana :

CT = Waktu Siklus (Cycle Time)

LT = Waktu Muat (Loading Time)

HT = Waktu Angkut (Hauling Time)

DT = Waktu Pembongkaran (Dumping Time)

RT = Waktu Kembali (Return Time)

ST = Waktu Tunggu (Spotting Time)

Dalam menentukan durasi suatu pekerjaan maka hal-hal yang perlu diketahui
adalah volume pekerjaan dan produktivitas alat tersebut. Produktivitas alat bergantung
pada kapasitas dan waktu siklus alat. Rumus dasar untuk mencari produktivitas alat
adalah sebagai berikut[ CITATION Ahm12 \l 1033 ].

Kapasitas
Produktivitas = (2.8)
CT

Setelah jumlah masing-masing alat diketahui maka selanjutnya perlu dihitung


durasi pekerjaan alat-alat tersebut. Salah satu caranya dengan menentukan beberapa
produktivitas total alat setelah dikalikan jumlahnya. Kemudian dengan menggunakan
produktivitas total terkecil maka lama pekerjaan dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut [ CITATION Ahm12 \l 1033 ].

32
Volume
Durasi = (2.9)
Produktivitas
II.15 Penjadwalan Waktu Proyek (Schedule)

Perencanaan merupakan bagian terpenting untuk mencapai keberhasilan proyek


konstruksi. Pengaruh perencanaan terhadap proyek konstruksi akan berdampak pada
pendapatan dalam proyek itu sendiri. Hal ini dikuatkan dengan berbagai kejadian dalam
proyek konstruksi yang menyatakan bahwa perencanaan yang baik dapat menghemat ± 40%
dari biaya proyek, sedangkan perencanaan yang kurang baik dapat menimbulkan kebocoran
anggaran sampai ± 400%. Dimana jenis-jenis penjadwalan yang sering digunakan
diantaranya ([ CITATION Erv07 \l 1033 ], yaitu :

1. Diagram batang (bar chat)

2. Diagram jaring panah (Arrow Diagram)

3. Diagram jaring Perseden (PDM-Precedence Diagram Method)

II.15.1 Diagram Batang (Bar Charts)

Rencana kerja yang paling sering dan banyak digunakan adalah diagram
batang (bar charts) atau Gant charts. Diagram batang (bar charts) digunakan secara
luas dalam proyek konstruksi karena sederhana, mudah pembuatannya dan mudah
dimengerti oleh pemakainya[ CITATION Erv07 \l 1033 ].

Diagram batang (bar charts) adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun
dalam kolom arah vertikal, sedangkan kolom arah horizontal menunjukkan skala
waktu. Saat mulai dan akhir dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas,
sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang. Proses
penyusunan diagram batang (bar charts) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut [ CITATION Erv07 \l 1033 ] :

1. Daftar item kegiatan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang
ada dalam rencana pelaksanaan pembangunan.
2. Urutan pekerjaan, dari daftar item kegiatan tersebut diatas, disusun urutan
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan yang akan

33
dilaksanakan lebih dahulu dan item kegiatan yang akan dilaksanakan
kemudian, tanpa mengesampingkan kemungkinan pelaksanaan pekerjaan
secara bersamaan.
3. Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan dari
seluruh kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai dengan
seluruh kegiatan berakhir. Waktu pelaksanaan pekerjaan diperoleh dari
penjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap item
pekerjaan.

Bentuk dari contoh diagram batang (bar charts) dari sebuah proyek konstruksi
dapat dilihat pada gambar II-6 berikut.

Gambar II-6 Bentuk Dari Bar Charts Dari Sebuah Proyek Konstruksi

Sumber : [ CITATION Erv07 \l 1033 ]

Keunggulan dari diagram batang (bar charts) adalah mudah dibuat dan
dipahami. Sangat berfaedah sebagai alat perencanaan dan komunikasi, disamping itu
diagram batang (bar charts) juga mempunyai kelemahan (Soeharto, 1999: 238), yaitu
sebagai berikut :

1. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu


kegiatan dengan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui dampak yang
diakibatkan oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap jadwal keseluruhan
proyek.
2. Sulit mengadakan perbaikan atau pembaharuan (updating), karena
umumnya harus dilakukan dengan membuat diagram batang baru, padahal

34
tanpa adanya perubahan (updating), segera menjadi “kuno” dan menurun
daya gunanya.
3. Untuk proyek berukuran sedang dan besar, lebih-lebih yang bersifat
komplek, penggunaan diagram batang (bar charts) akan menghadapi
kesulitan menyusun sedemikian besar jumlah kegiatan yang mencapai
puluhan ribu dan memiliki keterkaitan tersendiri diantara mereka,
sehingga mengurangi kemampuan penyajian secara sistematis.
II.15.2 Diagram Jaring Preseden (Precedence Diagram Method/PDM)

Metode diagram preseden (Precedence Diagram Method/PDM) adalah


jaringan kerja termasuk klasifikasi Activity on node (AON). Disini kegiatan dituliskan
dalam node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya
sebagai petunjuk hubungan antar kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Dengan
demikian, dummy yang dalam CPM dan PERT merupakan tanda yang penting untuk
menunjukkan hubungan ketergantungan, di dalam PDM tidak diperlukan[ CITATION
Soe99 \l 1033 ].

Berikut kegiatan-kegiatan diagram jaring preseden (Precedence Diagram


Method/PDM) :

1. Kegiatan Tumpang Tindih

Aturan dasar CPM atau AOA mengatakan bahwa suatu kegiatan boleh dimulai
setelah pekerjaan terdahulu (predesesor) selesai, maka untuk proyek dengan
rangkaian kegiatan tumpang tindih (overlaping) dan berulang-ulang akan memerlukan
garis dummy yang banyak sekali, sehingga tidak praktis dan kompleks. Sebagai
contoh gambar 2.9 memperlihatkan jaringan AOA proyek memasang pipa yang terdiri
dari kegiatan menggali tanah, meletakkan pipa dan menimbun kembali. Terlihat
bahwa jaringan kerja yang dihasilkan seperti digambarkan sebagai berikut
[ CITATION Soe99 \l 1033 ].

Gambar II-7 Contoh Jaringan Kerja AON Proyek Pemasangan Pipa

35
Sumber : [ CITATION Soe99 \l 1033 ]

Misalkan setelah diteliti untuk mempersingkat waktu, komponen kegiatan


proyek dilaksanakan secara tumpang tindih, yaitu pekerjaan meletakkan pipa dimulai
setelah pekerjaan menggali tanah selesai 40% dari pekerjaan keseluruhan, jadi tidak
perlu menunggu 100%, begitu juga dengan pekerjaan berikutnya. Untuk maksud
tersebut bila dipakai metode CPM kegiatan harus dikelompokkan menjadi beberapa
bagian, yang dalam contoh diatas ditunjukkan dengan angka-angka bagian 40% dan
60%. Terlihat bahwa contoh jaringan kerja yang dihasilkan seperti terlihat pada
gambar II-8 sebagai berikut[ CITATION Soe99 \l 1033 ]:

Gambar II-8 Jaringan Kerja CPM Proyek Pemasangan Pipa

Sumber : [ CITATION Soe99 \l 1033 ]

Bila proyek tersebut disajikan dengan metode PDM akan dihasilkan diagram
yang relatif lebih sederhana. Oleh karena itu metode ini banyak dijumpai pada
proyek-proyek engineering konstruksi yang kaya akan pekerjaan tumpang tindih dan
pengulangan, seperti pemasangan pipa, pembangunan gedung bertingkat, pengaspalan
jalan dan lain-lain. Terlihat bahwa contoh jaringan kerja yang dihasilkan seperti pada
gambar II-9 sebagai berikut [ CITATION Soe99 \l 1033 ].

36
Gambar II-9 Jaringan Kerja PDM Proyek Pemasangan Pipa

Sumber : [ CITATION Soe99 \l 1033 ]

2. Kegiatan, Peristiwa dan Atribut

Kegiatan dan peristiwa pada PDM ditulis dalam node yang berbentuk kotak
segi empat. Definisi kegiatan dan peristiwa sama seperti pada CPM. Hanya perlu
ditekankan disini bahwa dalam PDM kotak tersebut menandai suatu kegiatan, dengan
demikian harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya [ CITATION
Soe99 \l 1033 ].

Adapun peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node mempunyai


dua peristiwa awal dan akhir. Ruangan dalam node dibagi menjadi kompartemen-
kompartemen kecil yang berisi keterangan spesifik dari kegiatan dan peristiwa yang
bersangkutan dan dinamakan atribut [ CITATION Soe99 \l 1033 ].

Pengaturan denah (lay out) kompartemen dan macam serta jumlah atribut yang
hendak dicantumkan bervariasi sesuai keperluan dan keinginan pemakai. Beberapa
atribut yang sering dicantumkan diantaranya adalah kurun waktu kegiatan (D),
identitas kegiatan (nomor dan nama), mulai dan selesainya kegiatan (ES, LS, EF, LF
dan lain-lain). Kadang-kadang di dalam kotak node dibuat kolom kecil sebagai tempat
mencantumkan tanda persen (%) penyelesaian pekerjaan. Kolom ini akan membantu
mempermudah mengamati dan memonitor progres pelaksanaan kegiatan. Adapun
denah pada precedence diagram method/PDM yaitu sebagai berikut [ CITATION
Soe99 \l 1033 ].

37
Gambar II-10 Denah Pada Precedence Diagram Method/PDM

Sumber : [ CITATION Soe99 \l 1033 ]

3. Konstrain, Lead dan Lag

Telah disinggung pada PDM, anak panah hanya sebagai penghubung atau
memberikan keterangan hubungan antar kegiatan, dan bukan menyatakan kurun
waktu kegiatan seperti halnya pada CPM (kegiatan boleh mulai setelah kegiatan yang
mendahuluinya selesai), maka hubungan antar kegiatan berkembang menjadi
beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukan hubungan antara
kegiatan dengan satu garis dari node yang terdahulu ke node berikutnya. Satu
konstrain hanya dapat menghubungkan dua node. Karena setiap node mempunyai dua
ujung yaitu ujung awal atau mulai (S) dan ujung akhir (F) maka ada empat macam
konstrain yaitu awal ke awal (SS), awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF) dan akhir
ke awal (FS). Pada garis konstrain dibutuhkan penjelasan mengenai waktu
mendahului (Lead) atau lambat tertunda (Lag). Bila kegiatan (i) mendahului (j) dan
satuan waktu adalah hari maka penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut
[ CITATION Soe99 \l 1033 ].

1. Konstrain selesai ke mulai-FS

Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan


dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai FS (i-j) = a yang
berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang mendahuluinya (i) selesai.

38
2. Konstrain mulai ke mulai-SS

Memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan


mulainya kegiatan terdahulu, atau SS (i-j) = b yang berarti suatu kegiatan (j)
mulai setelah b hari kegiatan terdahulu (i) mulai.

3. Konstrain selesai ke selesai-FF

Memberikan penjelasan hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan


selesainya kegiatan terdahulu, atau FF (i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j)
selesainya setelah c hari kegiatan (i) selesai.

4. Konstrain mulai ke selesai-SF

Menjelaskan hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya kegiatan


terdahulu. Dituliskan dengan SF (i-j) = d yang berarti suatu kegiatan (j) selesai
setelah d hari kegiatan terdahulu mulai.

Catatan :

A dan c disebut lag time b dan d disebut lead time

Kadang-kadang dijumpai satu kegiatan mempunyai hubungan konstrain dengan


lebih dari satu kegiatan yang berbeda, seperti terlihat pada gambar berikut.

39
Kadang-kadang dijumpai satu kegiatan mempunyai hubungan multikonstrain,
yaitu dua kegiatan dihubungkan oleh lebih dari satu konstrain, seperti terlihat
pada gambar berikut.

4. Menyusun Jaringan PDM

Suatu proyek terdiri tiga kegiatan yang semula disajikan dalam bentuk
diagram jaring panah (Arrow Diagram) atau Activity on arrow (AOA) (Soeharto,
1999 : 282) seperti terlihat pada contoh gambar II-11, berikut.

Gambar II-11 Contoh Jaringan Kerja yang Dikerjakan Berurutan

Sumber : [ CITATION Soe99 \l 1033 ]

Sedangkan potensi penghematan waktu dijelaskan dalam bentuk bagan balok


berskala waktu, dengan kegiatan tumpang tindih sehingga terjadi penghematan waktu
sebesar 5 hari, dan penyelesaian proyek total menjadi 22-5 = 17 hari, seperti terlihat
pada contoh gambar II-12, berikut.

40
Gambar II-12 Contoh Jaringan Kerja yang Dikerjakan Tumpang Tindih

Sumber : [ CITATION Soe99 \l 1033 ]

Setelah membahas terminologi atribut dan parameter yang berkaitan dengan


metode diagram preseden (Precedence diagram method/PDM), maka contoh diatas
dapat disusun berdasarkan metode diagram preseden (Precedence diagram
method/PDM), seperti terlihat pada contoh gambar II-13, berikut

Gambar II-13 Contoh Jaringan Kerja Dengan Precedence Diagram Method/PDM


Sumber : [ CITATION Soe99 \l 1033 ]

5. Identifikasi Jalur Kritis

Dengan adanya parameter yang bertambah banyak, perhitungan untuk


mengidentifikasi kegiatan dan jalur kritis akan lebih kompleks karena semakin banyak
faktor yang perlu di perhatikan. Untuk maksud tersebut, dikerjakan analisis serupa
dengan metode AOA/CPM, dengan memperhatikan konstrain yang
terkait[ CITATION Soe99 \l 1033 ], yaitu.

1. Hitungan Maju

Berlaku dan ditujukan untuk hal-hal sebagai berikut :

a. Menghasilkan ES, EF dan kurun waktu penyelesaian proyek.

b. Diambil angka ES terbesar bila lebih dari satu kegiatan berlangsung.

c. Notasi (i) Bagi kegiatan terdahulu (predesesor) dan (j) kegiatan yang sedang
di tinjau.

d. Waktu awal dianggap nol.

41
i. Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES (j)
adalah sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan terdahulu
ES(i) atau EF(i) ditambah konstrain yang bersangkutan. Karena terdapat
empat konstrain, maka bila ditulis dengan rumus menjadi:

ES(j) = ES(i) + SS(i-j) atau


Catatan:
ES(j) = ES(i) + SF(i-j) – D(j) atau Pilih angka
terbesar dari
ES(j) = EF(i) + FS(i-j) atau
persamaan
ES(j) = EF(i) + FF(i-j) – D(j) tersebut.

ii. Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang sedang ditinjau EF(j)
adalah sama dengan angka waktu mulai paling awal kegiatan tersebut
ES(j), ditambah kurun waktu kegitan yang bersangkutan D(j), atau
ditulis dengan rumus menjadi:

EF(j) = ES(j) + D(j) (2.10)

2. Hitung Mundur

Berlaku dan ditujukan untuk hal-hal berikut :

a. Menentukan LS, LF dan kurun waktu float.

b. Bila lebih dari satu kegiatan bergabung diambil angka LS terkecil.

c. Notasi (i) bagi kegiatan yang sedang ditinjau sedangkan (j) adalah kegiatan
berikutnya :

i. Hitung LF(i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang sedang
ditinjau, yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF
plus konstrain yang bersangkutan.
Catatan:
LF(i) = LF(j) – FF(i-j) atau
Pilih angka
LF(i) = LF(j) – FS(i-j) atau terkecil dari
persamaan
LS(i) = LF(i) – SF(i-j) + D(i) atau tersebut.
42
LS(i) = LS(i) – SS(i-j) + D(i)

ii. Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau LS(i), adalah
sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut LF(i),
dikurangi kurun waktu yang bersangkutan, atau

LS(i) = LF(i) – D(i) (2.11)

6. Jalur dan Kegiatan Kritis

Jalur dan kegiatan kritis pada metode diagram preseden (Precedence diagram
method/PDM), mempunyai sifat seperti diagram jaring panah (Arrow Diagram) atau
Activity on arrow (AOA) [ CITATION Soe99 \l 1033 ], yaitu :

1. Waktu mulai paling awal dan kritis harus sama ES=LS

2. Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama EF=LF

3. Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling awal
dengan waktu mulai paling awal LF–ES=D

4. Bila hanya sebagai dari kegiatan yang bersifat kritis, maka kegiatan tersebut
secara utuh dianggap kritis.

7. Waktu Ambang / Floating Time

Float adalah sejumlah waktu yang tersedia dalam suatu kegiatan sehingga
memungkinkan kegiatan tersebut dapat ditunda atau diperlambat secara sengaja atau
tidak disengaja, tetapi penundaan tersebut tidak menyebabkan poyek menjadi
terlambat dalam penyelesaiannya. Float dapat dibedakan menjadi tiga jenis,
[ CITATION Sya04 \l 1033 ], yaitu :

1. Total Float (TF) = Ambang Total.

Total Float adalah sejumlah waktu yang tersedia untuk keterlambatan atau
perlambatan pelaksanaan kegiatan tanpa mempengaruhi penyelesaian proyek
secara keseluruhan. Total Float dapat dihitung dengan rumus:

TFi = Minimum (LSj – EFi) (2.12)

43
2. Free Float (FF) = Ambang Bebas

Free Float sejumlah waktu yang tersedia untuk keterlambatan atau perlambatan
pelaksanaan kegiatan tanpa memengaruhi dimulainya kegiatan yang langsung
mengikutinya. Free Float dapat dihitung dengan rumus:

FFi = Minimum (ESj – EFi) (2.13)

3. Link Lag

Link Lag adalah garis ketergantungan antara kegiatan dalam suatu network
planning, dan dapat dihitung dengan rumus:

Lag ij = ESj – Efi (2.14)

Atau,

TFi = Minimum (Lag ij + TFj) (2. 15)

Atau,

FFi = Minimum (Lag ij) (2.16)


II.15.3 Distribusi Float

Dari perhitungan perhitungan diagram network planinng yang sudah disajikan


dapat diketahui bagaimana menentukan kurun waktu penyelesaian waktu penyelesaian
proyek dengan lebih cepat dan mudah. Tetapi terkadang ada konsumen yang
menginginkan adanya penyelesaian waktu proyek lebih cepat dari perkiraan waktu
normal. Dalam tahap ini akan disajikan program percepatan untuk mendapatkan
jadwal yang lebih singkat dari waktu normal.

Langkah-langkah untuk menentukan durasi tiap pekerjaan yang baru dari


program percepat adalah sebagai berikut :

1. Menetukan total float tiap kegiatan dengan hitungan mundur, di cari total float
paling minimum yg negatif.
2. Dari total float yang paling minimum dicari durasi yang baru dengan
menggunakan rumus:

44
TAbaru = TAlama ± TAlama/Umur proyek × TF (2.17)

Keterangan :

TAbaru = Durasi kegiatan yang baru

TAlama = Durasi kegiatan yang lama

TF = Selisih antara total waktu kegiatan dengan waktu yang akan


ditetapkan

Setelah diketahui TA (Time Activity) barunya maka dihitung maju untuk


mengetahui waktu penyelesaian proyeknya.
II.16 Penjadwalan Sumber Daya Tenaga Kerja

Dalam penyusunan jadwal sering kali hasil yang didapatkan belum memuaskan,
dengan grafik kebutuhan tenaga kerja persatuan waktu naik turun (fluktuasi) seperi terlihat
pada gambar II-14 berikut[ CITATION Hus11 \l 1033 ].

Gambar II-14 Grafik Kebutuhan Tenaga Kerja Persatuan Waktu

Sumber : [ CITATION Hus11 \l 1033 ]

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar II-15 distribusi tenaga kerja dan
grafik histogram yaitu sebagai berikut.

45
Gambar II-15 Durasi Tenaga Kerja dan Grafik Histogram

Sumber : [ CITATION Sya03 \l 1033 ]

Keperluan sumber daya biasanya rendah pada awal kegiatan, tertinggi dipertengahan
kegiatan dan menurun diakhir kegiatan. Hal ini disebut resources yang ideal. Untuk
mendapatkan resource yang ideal perlu dilakukan perataan sumber daya (Resouce Leveling).
Dimana perataan sumber daya (Resouce Leveling) mempunyai arti mengusahakan
penggunaan sumber daya dari hari ke hari sebatas mungkin hanya terjadi perubahan atau
fluktuasi jumlah yang tidak banyak dan untuk menghindari terjadinya konflik sumber daya
pada saat pelaksanaan nantinya. Perataan sumber daya dilakukan dengan cara mengadakan
perubahan lamanya kegiatan pada kegiatan yang non kritis, sehingga perlu dibuat network
secara berulang-ulang [ CITATION Bad91 \l 1033 ]

Metode perataan sumber daya bertujuan untuk mendapatkan kebutuhan sumber daya
yang sesuai [ CITATION Hus11 \l 1033 ]. Metode ini dapat dilakukan dengan cara :

1. Memulai seluruh kegiatan proyek berada diantara waktu mulai paling awal dan
waktu mulai paling lambat, sehingga durasi proyek tidak bertambah.
2. Berdasarkan ketersediaan waktu yang dibatasi dengan mengatur sumber daya
yang dibutuhkan yang jumlah dan pola penyebarannya diatur sedemikian rupa.
3. Berdasarkan ketersediaan sumber daya yang terbatas karena kelangkaan dengan
menambah durasi proyek sehingga proyek dapat menjadi lebih lambat dari yang
direncanakan.
4. Berdasarkan penjadwalan dengan membuat diagram batang non kontinu dengan
mengintrupsi suatu kegiatan yang lainnya.

46
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar II-16 distribusi tenaga kerja dan grafik
histogram yang dinormalisir adalah sebagai berikut.

Gambar II-16 Distribusi Tenaga Kerja dan Grafik Histogram yang Dinormalisir

Sumber : [ CITATION Bad91 \l 1033 ]

Setelah jadwal sumber daya tenaga kerja diyakini sebagai jadwal yang ideal (normal),
seperti yang telah dijelaskan diatas, maka selanjutnya dapat dibuatkan jadwal pengadaan
sebagai berikut [ CITATION Bad91 \l 1033 ] :

1. Penjadwalan waktu proyek (Schedule) berdasarkan jadwal sumber daya tenaga


kerja yang ideal (normal).
2. Penjadwalan sumber daya tenaga kerja.
3. Penjadwalan sumber daya bahan/material.

Untuk penjadwalan sumber daya bahan/material juga dibuat setelah jadwal


sumber daya tenaga kerja diyakini sebagai jadwal yang ideal (normal).

4. Penjadwalan sumber daya alat.

Untuk penjadwalan sumber daya alat juga dibuat setelah jadwal sumber daya
tenaga kerja diyakini sebagai jadwal yang ideal (normal).

Dari semua hal diatas, perataan sumber daya dimaksudkan untuk meningkatkan
produktivitas, efektifitas dengan efisiensi penggunaanya, menjaga pola penyebaran yang
logis dari segi kualitas serta menempatkan kualitas sumber daya yang sesuai dengan

47
kebutuhan proyek dan diharapkan dengan durasi yang tidak berubah [ CITATION Hus11 \l
1033 ].
II.17 Rencana Biaya Pelaksanaan (RBP) Proyek Konstruksi

Rencana Biaya Pelaksanaan (RBP) Proyek Konstruksi adalah salah satu dokumen
kelengkapan yang dibutuhkan dalam suatu operasional pelaksanaan proyek, sebagai acuan
operasional pelaksanaan proyek. Khususnya dalam pengelolaan yang berhubungan dengan
hasil usaha proyek, yaitu sebagai pedoman dalam mencapai pendapatan proyek, agar minimal
tercapai seperti yang direncanakan. Rencana biaya pelaksanaan proyek yang dibuat, adalah
hasil estimasi/perkiraan biaya-biaya proyek, termasuk perkiraan rencana pendapatannya.
Estimasi/perkiraan tersebut harus mempertimbangkan beberapa hal yaitu sebagai
berikut[ CITATION Sya04 \l 1033 ] :

1. Pengalaman atau referensi dari realisasi pengelolaan proyek-proyek yang lalu


2. Hasil observasi ulang atas data sumber daya yang diperlukan (harga, jumlah yang
tersedia, proses administrasi sarana perhubungan, dan lain-lain), dan
lokasi/medan kerja proyek
3. Kebijaksanaan perusahaan
4. Kesepakatan atau komitmen manajer proyek dengan direksi perusahaan.

Adapun tujuan dibuatnya dokumen RBP adalah adalah sebagai berikut [ CITATION Sya04 \l
1033 ] :

1. Sebagai sarana acuan/pedoman dalam pengelolaan hasil usaha proyek bagi


manajer proyek dan staf proyek yang terdekat.
2. Sebagai tolak ukur atau sarana penilaian atas kesuksesan para personal yang
bertanggung jawab terhadap hasil usaha proyek tersebut, khususnya manajer
proyek dalam pengelolaan proyek tersebut.
3. Sebagai sarana memonitor dan mengevaluasi pengelolaan opersaional dan hasil
usaha proyek tersebut.

Dalam rencana biaya pelaksanaan (RBP) dibutuhkan beberapa kelengkapan dokumen


dalam mrencanakan biaya pelaksanaan (RBP) proyek konstruksi harus memuat antara lain,
yaitu [ CITATION Sya04 \l 1033 ] :

1. Rekapitulasi RBP.

48
2. Rekapitulasi arus kas proyek (RAKP).
3. Jadwal pelaksanaan proyek/Barchart dan S-Curve.
4. Organisasi proyek.
5. Bill of Quantity (BOQ).
6. Rekapitulasi biaya umum proyek.
7. Rekapitulasi biaya persiapan dan penyelesaian proyek.
8. Project plan.
9. Metode pelaksanaan pekerjaan dan perhitungan kebutuhan peralatan proyek.
10. Analisis harga satuan pekerjaan.
11. Jadwal kebutuhan tenaga kerja.
12. Jadwal kebutuhan peralatan.
13. Jadwal kebutuhan material.
14. Penjelasan dan asumsi dalam perhitungan RBP atau lampiran yang perlu.

15. Form-form bantu perhitungan data RBP.


II.17.1 Biaya Langsung

Biaya langsung adalah biaya yang diperhitungkan untuk keperluan yang terkait
langsung dengan proses dan terbentuknya progres fisik, yang meliputi [ CITATION
Sya04 \l 1033 ] :

1. Biaya bahan/material.
2. Biaya upah butuh/tenaga kerja.
3. Biaya peralatan.
4. Biaya sub kontraktor.

Biaya langsung seperti biaya bahan, upah, alat dan sub kontraktor harus
dihitung dengan memperhatikan beberapa hal, seperti :

1. Untuk menghitung biaya bahan/material bangunan perlu di perhatikan.

a. Bahan sisa.

b. Harga franco.

c. Cari harga terbaik yang masih memenuhi syarat bestek.

49
d. Cara pembayaran kepada penjualan/leveransir/supplier.

Biaya bahan per jenis pekerjaan dapat dihitung dengan rumus :

Biaya bahan (i) = jumlah bahan (i) yang dipakai × Harga satuan bahan

(i) (2.18)

2. Untuk menghitung biaya upah tenaga kerja perlu di perhatikan :

a. Untuk menghitung upah buruh dibedakan upah harian, borongan, per unit
volume, atau borongan keseluruhan untuk daerah-daerah tertentu.

b. Selain upah tarif perlu diperhatikan faktor-faktor kemampuan dan kapasitas


kerjanya.

c. Perlu diketahui apakah tenaga dapat diperoleh dari daerah sekitar lokasi
proyek atau tidak.

d. Undang-undang perburuhan yang berlaku.

Biaya upah perjenis pekerjaan dapat dihitung dengan rumus:

Biaya upah (i) = jumlah tenaga (i) yang dipakai × Harga satuan tenaga kerja

(i) (2.19)

3. Untuk menghitung biaya alat kerja perlu diperhatikan:

a. Untuk peralatan yang disewakan diperhatikan mengenai:

1. Ongkos keluar masuk garage/sewa/asuransi.

2. Biaya operasi dan perawatan (bahan bakar, minyak pelumas, minyak


hydraulis, grease, operator, mekanik).

3. Biaya perbaikan (Repair Cost).

b. Untuk peralatan yang tak disewa diperhatikan mengenai biaya pemilikan


(Owning Cost) yang terdiri dari penyusutan, bunga pajak, biaya gudang dan
asuransi.

50
4. Untuk menghitung biaya sub kontraktor perlu disesuaikan dengan jenis pekerjaan
yang akan disubkan dan dalam memilih sub kontraktor harus diperhatikan
keahlian dari para sub kontraktor tersebut.
II.17.2 Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung adalah semua biaya yang diperhitungkan untuk


keperluan yang tidak terkait langsung dengan proses terbentuknya progres fisik, tetapi
masih berhubungan dengan sarana dan prasarana proyek yang bersangkutan meliputi
yaitu [ CITATION Sya04 \l 1033 ] :

1. Biaya tidak langsung di proyek, yang terdiri dari:

a. Biaya persiapan dan penyelesaian.

b. Biaya umum proyek.

2. Biaya tidak langsung diperusahaan, yang terdiri dari:

a. Biaya umum kantor.

b. Biaya pemasaran.

A. Biaya Persiapan dan Penyelesaian

Biaya persiapan dan penyelesaian adalah biaya-biaya yang diperuntuhkan


untuk keperluan seperti [ CITATION Asi10 \l 1033 ] :

1. Biaya mobilisasi dan demobilisasi tenaga kerja dan alat.

2. Biaya gudang, kantor, penerangan, pagar, dll.

3. Biaya perlengkapan keselamatan dan keamanan kerja (K3).

4. Biaya kontrol kualitas, seperti tes kubus dan lain-lain.

5. Biaya ijin bangunan.

6. Biaya upacara peresmian.

B. Biaya Umum Proyek

51
Biaya umum proyek adalah biaya-biaya yang diperuntukan untuk keperluan
seperti [ CITATION Asi10 \l 1033 ] :

1. Biaya operasional kantor proyek.

2. Biaya personil (gaji karyawan) proyek.

3. Biaya rapat-rapat lapangan dan jamuan tamu.

4. Biaya kendaraan umum proyek dan lain-lain.

5. Asuransi.

6. Biaya bank.

7. Biaya foto dan gambar jadi (As-Built Drawing).

8. Biaya pajak dan sebagainya.

9. Biaya peralatan kecil-kecil yang umumnya habis dipakai dibuang.

C. Biaya Umum Kantor

Biaya umum kantor adalah biaya untuk menjalankan suatu usaha. Biaya umum
kantor adalah biaya-biaya yang diperuntukan untuk keperluan antara lain seperti :

1. Biaya operasional kantor (Adm, listrik, telepon, air).

2. Biaya personil (gaji karyawan) kantor.

3. Biaya sewa kantor dan fasilitasnya (biaya investasi).

4. Biaya rapat-rapat lapangan dan jamuan tamu.

5. Biaya kendaraan umum kantor dan lain-lain.

6. Biaya ijin usaha dan frakwalifikasi.

7. Biaya feferensi bank.

8. Biaya anggota asosiasi.

52
9. Biaya pajak.

D. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran adalah biaya yang muncul berkaitan dengan kegiatan


mencari proyek atau dalam rangka mencari pasar, sehingga kelangsungan perusahaan
tetap berjalan [ CITATION Asi10 \l 1033 ].
II.18 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek Konstruksi

Rencana Anggaran Biaya adalah merencanakan bentuk bangunan yang memenuhi


syarat, menentukan biaya dan menyusun tata cara pelaksanaan teknik dan administrasi,
dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang pasti mengenai, bentuk/konstruksi
bangunan, biaya-biaya, lama waktu pelaksanaan, dan tata cara (metode) pelaksanaannya.
Kegiatan estimasi dalam proyek konstruksi dilakukan dengan tujuan tertentu tergantung dari
siapa/pihak yang membuatnya. Pihak owner membuat estimasi dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi sejelas-jelasnya tentang biaya yang harus disediakan untuk
merealisasikan proyeknya, hasil estimasi disebut OE (owner estimate) atau EE (engineer
estimate). Pihak kontraktor membuat estimasi dengan tujuan untuk kegiatan penawaran
terhadap proyek konstruksi [ CITATION Erv07 \l 1033 ].

Kontraktor akan memenangkan lelang jika penawaran yang diajukan mendekati


owner estimate (OE) atau engineer estimate (EE). Dalam menentukan harga penawaran
kontraktor harus memasukkan aspek-aspek lain yang sekiranya berpengaruh terhadap biaya
proyek nantinya. Tahap-tahap yang sebaiknya dilakukan untuk menyusun anggaran biaya
adalah sebagai berikut [ CITATION Erv07 \l 1033 ] :

1. Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan pasar


menyediakan bahan/material konstruksi secara kontinu.

2. Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku di daerah lokasi
proyek dan upah pada umumnya jika pekerja didatangkan dari luar daerah lokasi
proyek.

3. Melakukan perhitungan analisa bahan dan upah dengan menggunakan analisa


yang diyakini baik oleh si pembuat anggaran. Dalam tulisan ini, digunakan
perhitungan berdasarkan analisa BOW (burgelijke opebare werken).

53
4. Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan hasil
analisa satuan pekerjaan dan daftar kuantitas pekerjaan.

5. Membuat rekapitulasi.
II.18.1 Sistematika Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Adapun tahap-tahap penyusunan rencana anggaran biaya (RAB) adalah


sebagai berikut [ CITATION Erv07 \l 1033 ] :

Gambar II-17 Sistematika Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Sumber : [ CITATION Erv07 \l 1033 ]


II.18.2 Perhitungan Biaya Bahan, Upah dan Alat

Biaya bahan, upah, dan alat yang diperlukan berdasarkan WBS dan
perencanaan kebutuhan sumber daya serta daftar analisa, yang telah diuraikan diatas,
maka dapat dihitung :

1. Biaya Bahan

Biaya bahan suatu pekerjaan adalah menghitung banyaknya masing-masing


bahan yang diperlukan, serta besarnya biaya yang diperlukan untuk pekerjaan
tersebut. Biaya bahan perjenis pekerjaan dalam menghitung Rencana Anggaran
Biaya (RAB) adalah jumlah dari masing-masing perkalian koefisien bahan
dengan harga satuan bahan yang sudah ada dalam daftar analisa setiap jenis
pekerjaan dapat dihitung dengan rumus [ CITATION Ibr01 \l 1033 ] :

54
Biaya bahan pekerjaan = Koef. bahan yang dipakai × Harga satuan bahan
(2.20)

2. Biaya Upah

Biaya upah suatu pekerjaan adalah menghitung banyaknya tenaga yang


diperlukan, serta besarnya biaya yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut. Biaya
upah perjenis pekerjaan dalam menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB)
adalah jumlah dari masing-masing perkalian koefisien upah dengan harga satuan
upah yang sudah ada dalam daftar analisa setiap jenis pekerjaan[ CITATION
Ibr01 \l 1033 ] dan dapat dihitung dengan rumus:

Biaya upah pekerjaan = Koef. tenaga yang dipakai × Harga satuan upah
(2.21)

3. Biaya Alat

Biaya alat perjenis pekerjaan dalam menghitung Rencana Anggaran Biaya


(RAB), dihitung sesuai kebutuhan dilapangan.

Dalam perhitungan harga satuan pekerjaan didapatkan dari menjumlah biaya bahan, biaya
upah dan biaya alat, yang didapat dari daftar analisa. Setiap daftar analisa disesuaikan dengan
masing-masing jenis pekerjaan yang telah dihitung besar volumenya yang dapat dihitung
dengan rumus [ CITATION Ibr01 \l 1033 ] :

Harga Satuan pekerjaan = Biaya bahan + Biaya upah + Biaya alat (2.22)
II.18.3 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya

Dalam menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) hendaknya diperhatikan


seperti harga satuan upah, bahan, alat, daftar analisa, perhitungan volume sebelum
nilai bangunan dipastikan. Untuk menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB), dapat
dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menghitung masing-masing jumlah harga pekerjaan dengan rumus :

Jumlah harga pekerjaan = Volume × Harga satuan pekerjaan (2.23)

2. Menjumlahkan masing-masing jumlah harga pekerjaan dengan rumus :

55
Jumlah harga pekerjaan = ∑ Jumlah harga Pekerjaan (2.24)

3. Menghitung nilai pajak (PPN) sebesar 10 % dengan rumus :

Nilai PPN 10 % x Jumlah harga pekerjaan (2.25)

4. Menghitung nilai penawaran (RAB) dengan rumus :

RAB = Nilai PPN 10 % + Jumlah harga Pekerjaan (2.26)


II.19 Kurva S

Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm atas dasar
pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek. Kurva S dapat
menunjukan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang
dipresentasikan sebagai presentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi kurva
S dapat menunjukan kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal rencana.
Dari sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal proyek [ CITATION
Hus11 \l 1033 ].

Untuk memonitoring proyek dengan menggunakan kurva S, diperlukan satu unit


satuan pekerjaan yang seragam agar dapat dihitung secara mudah karena unit masing-masing
pekerjaan berbeda-beda seperti: m3, m2 atau m, maka semua satuan tersebut disatukan dalam
bobot % dengan satuan seragam dalam bentuk biaya, sehingga [ CITATION Hus11 \l 1033 ] :

Jumlah biaya setiap pekerjaan


Bobot (%) = × 100% (2.27)
Nilai Proyek

Penggunaan Bar chart dikombinasikan dengan kurva S rencana :

1. Pada Bar chart setelah semua bobot didapatkan, kemudian dicari bobot setiap
kurun waktu tertentu dengan cara bobot dibagi berapa kurun waktu durasi
pekerjaan.

2. Setiap minggu bobot tiap-tiap pekerjaan pada bar chart di jumlahkan kebawah
sehingga didapat bobot rencana perkurun waktu yang ditentukan.

56
3. Kemudian dihitung pula bobot rencana kumulatif tiap minggunya dengan
menjumlahkan bobot minggu ke-0 dengan minggu pertama, lalu bobot minggu
pertama dan kedua dan seterusnya.

57
Gambar II-18 Kurva S Rencana dan Kombinasi Bar Chart

Sumber : [ CITATION Hus11 \l 1033 ]

Untuk membuat kurva S rencana dilakukan plotting bobot rencana kumulatif pada sb-
y, sedangkan sb-x menunjukan durasi untuk semua pekerjaan. Kemudian setelah bobot
rencana kumulatif di plotting tarik garis menghubungkan masing-masing titik bobot tersebut
sehingga membentuk Kurva S Seperti tabel diatas.

58
BAB III
METODELOGI
III.1 Lokasi Proyek
Lokasi proyek Pembangunan Rumah Sakit Bayangkara terletak di Jalan Trijata no 32
Sumerta Kelod Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar berikut:

Gambar III-19 Peta Lokasi Proyek Rumah Sakit Bayangkara

Sumber: Google Earth dan Google Maps

III.2 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada perencanaan ini
adalah:

1. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan untuk survei langsung ke lapangan guna melihat


situasi dan kondisi dari lokasi perencanaan pelaksanaan proyek konstruksi pada
Pembangunan Rumah Sakit Bayangkara

2. Metode Kepustakaan

59
Metode pustaka adalah metode pengumpulan data dengan mencari literatur
yang terkait dalam perencanaan pelaksanaan proyek konstruksi pada Pembangunan
Rumah Sakit Bayangkara

3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data dari instansi-
instansi yang terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan proyek Rumah Sakit
Bayangkara, seperti data yang berupa Dokumen Pengadaan (Gambar dan RKS),
beserta kelengkapan lainnya yang diperoleh dari kontraktor PT.Sanur Jaya Utama.

III.3 Jenis Data

Perencanaan pelaksanaan proyek yang baik, diperlukan data pendukung yang baik
juga, agar hasil perencanaan relevan. Data yang didapat harus memiliki kejelasan jenis dan
sumbernya untuk mempermudah dalam proses perencanaan pelaksanaan. Jenis data dan
sumber data yang dipergunakan dalam proses perencanaan antara lain sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari lokasi rencana pembangunan maupun
hasil survey yang dapat langsung dipergunakan sebagai sumber dalam perencanaan
pelaksanaan. Pengamatan langsung dilapangan mencakup:

a. Letak lokasi perencanaan pelaksanaan proyek konstruksi pada Pembangunan


Rumah Sakit Bayangkara

b. Kondisi lokasi perencanaan pelaksanaan proyek konstruksi pada Pembangunan


Rumah Sakit Bayangkara.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait atau pihak yang
berkaitan dengan obyek yang diangkat sebagai topik pembahasan. Data sekunder dalam
perencanaan pelaksanaan proyek ini antara lain :

a. Gambar dan RKS data di dapat dari kontraktor PT.Sanur Jaya Utama.

60
b. Data daftar Analisa didapat dari PT.Sanur Jaya Utama.
c. Data harga upah, material dan alat didapat dari PT.Sanur Jaya Utama.

III.4 Skema Perencanaan Pelaksanaan Proyek

Adapun tahapan dalam analisis perencanaan pelaksanaan Pembangunan


Pembangunan Rumah Sakit Bayangkara. ini adalah sebai berikut :

1. Melakukan pengumpulan data antara lain:

a. Gambar rencana dan RKS.

b. Ketersediaan sumber daya tenaga, bahan, dan alat.

c. Daftar analisa upah, bahan, dan alat.

d. Harga satuan upah, bahan, dan alat.

2. Mempelajari kondisi lokasi di lingkungan proyek dan sekitarnya.

3. Melihat medan/lokasi pelaksanaan proyek dan menentukan jenis pekerjaan.

4. Menentukan metode pelaksanaan konstruksi yang merupakan tata cara dan teknis
pelaksanaan kerja.

5. Menentukan WBS untuk membagi seluruh level pekerjaan proyek menjadi


elemen kerja.

6. Menentukan OAT untuk mempermudah pengelolaan sumber daya yang akan


digunakan dalam proyek

7. Menentukan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.

8. Menghitung durasi pekerjaan berdasarkan volume dan komposisi sumber daya


manusia yang tersedia.

9. Menentukan menentukan kebutuhan komposisi SDM sesuai keahlian dan


kebutuhan kapasitas SDM per satuan volume dengan daftar analisa yang tersedia.

10. Melakukan perencanaan sumber daya baik sumber daya manusia, bahan, dan alat.

61
11. Perencanaan waktu pelaksanaan. a. Menentukan Predecessor dan ketergantungan
setiap item pekerjaan b. Rencana jadwal pelaksanaan dengan network planning

12. Penjadwalan sumber daya dengan menggunakan barchart serta melakukan


perataan atau normalisasi sumber daya dengan memanfaatkan float yang ada.

13. Perhitungan Rencana Biaya Pelaksanaan

a. Perhitungan biaya langsung (biaya upah, bahan, alat, subkontraktor)


b. Perhitungan biaya tidak langsung (biaya persiapan dan penyelesaian proyek,
biaya umum proyek, biaya umum kantor, dan biaya pemasaran)
14. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
15. Pembuatan kurva-s
Skema tahapan dalam analisis perencanaan pelaksanaan Pembangunan Pembangunan
Rumah Sakit Bayangkara dapat dilihat pada diagram alir sebagai berikut:

62
63
Gambar III-20 Peta Skema Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan Pembangunan
Rumah Sakit Bayangkara

Sumber: Analisis Pribadi

64
65

Anda mungkin juga menyukai