Tugas Kelompok PPPK Ayeeee
Tugas Kelompok PPPK Ayeeee
Tugas Kelompok PPPK Ayeeee
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
Om Swastyastu
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tugas dengan judul
“Perencanaan Pelaksanaan Proyek Konstruksi Pembangunan Rumah Sakit
Bhayangkara” tepat pada waktunya guna memenuhi mata kuliah Perencanaan
Pelaksanaan Proyek Konstruksi ini.
Penulis berharap tugas ini mampu berguna dalam menambah wawasan
serta pengetahuan Penulis maupun Pembaca tentang pemahaman terhadap
Perencanaan Pelaksanaan Proyek Konstruksi. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Ir. I Wayan Jawat, MT. selaku dosen pengampu mata kuliah
Perencanaan Pelaksanaan Proyek Konstruksi di Fakultas Teknik dan
Perencanaan Universitas Warmadewa.
2. Semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa tugas yang telah Penulis
selesaikan ini masih terdapat banyak kekurangan. Mengingat tidak ada sesuatu
yang bisa sempurna tanpa adanya saran yang membangun, Penulis berharap
adanya kritik dan saran demi perbaikan tugas yang Penulis buat di masa yang
akan datang.
Demikian yang dapat Penulis sampaikan, semoga tugas yang sederhana ini
mampu dipahami dengan baik oleh pembaca. Sebelumnya Penulis mohon maaf
apabila terdapat kesalahan yang kurang berkenan.
Om Santih, Santih, Santih, Om
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan hal diatas Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
perencanaan pelaksanaan proyek konstruksi maka perlu dilakukan studi terhadap
suatu proyek. Proyek yang digunakan sebagai sumber dalam pembuatan laporan
ini adalah Proyek Pembangunan. Proyek Pembangunan Rumah Sakit Bayangkara
merupakan rumah sakit yang terletak di Jalan Trijata no 32 Sumerta Kelod
Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali. Dalam pelaksanaannya,
direncanakan selama 210 (Dua Ratus Sepuluh) Hari kalender. Dengan nilai HPS
sebesar Rp. 32.998.051,547,85, dengan kompleksitas bangunannya proyek ini
memerlukan perencanaan yang tepat. Proyek Pembangunan Rumah Sakit
Bayangkara melalui beberapa tahap mulai dari pelelangan sampai dengan
pelaksanaan dan terakhir tahapan pemeliharaan. Dalam laporan ini adapun hal
utama yang ditinjau adalah mengenai bagamana proses perencanaan pelaksanaan
suatu proyek konstruksi mulai dari tahap awal yaitu mempelajari dokumen
pengadaan sampai tahap akhir yaitu penyusunan kurva prestasi.
2
3. Untuk mengidentifikasi K3 pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit
Bayangkara?
1. Gambar
2. RKS
4. Daftar Analisa
3
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Manajemen Proyek
1. Perencanaan (Planning)
Pada kegiatan ini dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada dengan
menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menetukan kebijakan
pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran biaya dan
sumber daya. Perencanaan harus dibuat dengan cermat, lengkap, terpadu dan
dengan tingkat kesalahan yang paling minimal. Namun basil dari perencanaan
bukanlah dokumen yang bebas dari koreksi karena sebagai acuan bagai tahapan
pelaksnaan dan pengendalian, perencanaan harus terus disempurnakan secara
interatif untuk menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi
pada proses selanjtunya.
2. Organisasi (Organizing)
4
mengarahkan organisasi dan menjalin komunikasi antar pribadi dalam hierarki
organisasi.
3. Pelaksanaan (Actuating)
4. Pengendalian (Controlling)
5
ditetapakan, agar dalam operasional dapat dilakukan secara bersama-sama
oleh semua personel dengan kendali pengawasan.
b. Inspeksi : melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan dengan tujuan
menjamin spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang direncanakan.
c. Tindakan koreksi : melakukan perubahan dan perbaikan dan perbaikan
terhadap rencana yang telah ditetapakan untuk menyesuaikan dengan kondisi
pelaksanaan.
Fungsi pengendalian bertujuan untuk mengukur kualitas penampilan dan
penganalisisan serta pengevaluasian kegiatan, seperti memberikan saran-saran
perbaikan, dan lain-lain.
II.1.2 Proyek Konstruksi
Perencanaan proyek merupakan salah satu fungsi vital dalam kegiatan manajemen
proyek. Karena itulah untuk mencapai tujuan, manajemen harus membuat langkah-langkah
proaktif dalam melakukan perencanaan yang komprehensif agar sasaran dan tujuan dapat
dicapai. Perencanaan dikatakan baik bila seluruh proses kegiatan yang ada di dalamnya dapat
diimplementasikan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dengan tingkat
penyimpangan minimal serta hasil akhir maksimal.[ CITATION Hus11 \l 1033 ]
Secara umum definisi perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen proyek
yang mencoba meletakan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala program
teknis dan administratif agar dapat diimplementasikan. Tujuan perencanaan adalah
melakukan usaha untuk memenuhi persyaratan spesifikasi proyek yang ditentukan dalam
batasan Biaya, Mutu, dan Waktu ditambah dengan terjaminnya faktor keselamatan (safety).
[ CITATION Hus11 \l 1033 ] Filosofi Perencanaan :
6
1. Aman, Keselamatan terjamin.
2. Efektif, Produk perencanaan berfungsi sesuai yang diharapkan.
3. Efisien, produk yang dihasilkan hemat biaya.
4. Mutu terjamin, tidak menyimpang dari spesifikasi yang ditentukan.
II.3 Perencanaan Pelaksanaan Proyek Konstruksi
1. Construction schedule
2. Construction method
3. Dasar produktivitas tenaga kerja
4. Metode estimasi
Proses pembuatan estimasi biaya, sering diulang bila mendapat angka yang kurang
diinginkan oleh para kontraktor dalam melakukan penawaran (bid price) atau harga
penawaran, oleh karena itu prosesnya merupakan suatu siklus, seperti terlihat pada gambar II-
1 berikut.
7
Gambar II-1 Siklus Perhitungan Biaya Proyek
Karena terbatasnya waktu untuk melakukan proses estimasi dan perkiraan real cost
(direct cost) masih belum akurat, sehingga untuk pedoman pelaksanaan perlu disusun
kembali “Perencanaan pelaksanaan (construction planning)” yang lebih detail dan akurat
sesuai dengan kemampuan perusahaan dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi. Dalam
hal ini berarti perencanaan pelaksanaan (construction planning) dibuat setelah mendapatkan
surat perintah kerja, maka perencanaan pelaksanaan (construction planning) dibuat
berdasarkan dokumen kontrak yang ada. [ CITATION Asi10 \l 1033 ]
Bila cost estimate yang dihasilkan kurang memenuhi harapan, maka proses
perhitungan diulang. Biasanya untuk owner berkaitan dengan dana yang dapat disediakan,
sedangkan untuk kontraktor biasanya berkaitan dengan persaingan harga penawaran. Proses
pengulangan perhitungan ada tiga jalur (A, B, dan C), dimana satu jalur untuk versi owner
dan dua jalur versi kontraktor. [ CITATION Asi10 \l 1033 ]
Siklus cost estimate pada owner digambarkan melalui jalur A. Bila perhitungan final
biaya proyek dianggap terlalu tinggi maka dilakukan construction economy, melakukan value
engineering, mengubah spesifikasi dan mengubah ukuran proyek. Sedangkan pada kontraktor
siklus cost estimate digambarkan pada jalur B dan C, pada jalur B dapat dilakukan dengan
mengubah mark up proyek, dan pada jalur C dapat dilakukan dengan mengubah harga satuan
atau mengoreksi quantity pekerjaan yang dapat dilakukan perubahan pada construction
8
economy, merubah construction method, mengubah durasi proyek, mengganti pemasok
sumber daya yang digunakan, dan mengubah kebijakan keuangan. [ CITATION Asi10 \l
1033 ]
II.4 Rencana Kerja
Yang dimaksud rencana kerja dalam pembahasan ini adalah kegiatan atau
pekerjaanpekerjaan yang akan dilaksanakan pada tahap pelaksanaan proyek. kegiatan perlu
diidentifikasikan dan hubungan satu dengan yang lain jelas. Langkah-langkah yang perlu
diambil dalam penjadwalan kegiatan-kegiatan atau pekerjaan pada suatu rencana kerja adalah
:
Bar Chart/Time Schedule adalah bagan yang menggambarkan susunan dari rangkaian
kegiatan yang dilengkapi dengan skala waktu pelaksanaan. Umumnya suatu bar
chart/time schedule urutan kegiatannya didaftarkan dalam suatu kolom pada bagian kiri
bagan dan disebelah kanan bagan digambarkan rencana waktu pelaksanaan dalam bentuk
balok yang mempunyai hubungan saling ketergantungan. Awal balok menyatakan
mulainya suatu kegiatan dan akhir balok menyatakan selesainya kegiatan tersebut. Pada
sebelah kanan bagan dapat juga dibuat suatu grafik kurva-S yang menggambarkan
prosentase kumulatif dari rencana pelaksanaan dan merupakan grafik standart dalam
memonitor dan mengevaluasi realisasi pekerjaan. Dalam bar chart/time schedule dapat
terlihat:
9
1. Nomor pekerjaan
2. Jenis pekerjaan
3. Volume setiap pekerjaan
4. Prosentase setiap jenis pekerjaan terhadap seluruh pekerjaan
5. Waktu pelaksaan dari setiap jenis pekerjaan yang diperhitungkan dalam suatu hari
(harian), minggu (mingguan) dan bulan (bulanan)
6. Skala waktu pelaksanaan dari setiap jenis pekerjaan yang akan dicapai tiap minggu
7. Rencana prosentase kumulatif pekerjaan yang akan dicapai tiap minggu
8. Grafik kurva-S, yang merupakan standart dalam mengevaluasi realisasi presentasi
kemajuan pekerjaan yang dicapai. Grafik kurva-S dapat dibuat dengan menjumlahkan
bobot rencana dari setiap jenis pekerjaan pada setiap minggu (bila menggunakan skala
waktu dalam mingguan), kemudian titik akumulatif dari titik tersebut
dihubunghubungkan, maka akan tergambar suatu grafik kurva-S. Bobot rencana
setiap jenis pekerjaan adalah prosentase harga dari setiap jenis pekerajaan terhadap
harga keseluruhan pekerjaan. Rencana bar chart/time schedule pada pelaksanaan
pekerjaan suatu proyek dapat dilihat pada grafik rencana dan realisasi pada proyek ini.
[ CITATION Jua14 \l 1033 ]
II.5 Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
Analsis SWOT digunakan untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
yang akan dihadapi oleh perusahaan. Dengan melihat kekuatan yang dimiliki serta
mengembangkan kekuatan tersebut dapat dipastikan bahwa perusahaan akan lebih maju
dibanding pesaing yang ada. Demikian juga dengan kelemahan yang dimiliki harus diperbaiki
agar perusahaan bisa tetap eksis. Peluang yang ada harus dimanfaatkan sebaikbaiknya oleh
perusahaan agar volume penjualan dapat meningkat. Dan ancaman yang akan dihadapi oleh
perusahaan haruslah dihadapi dengan mengembangkan strategi pemasaran yang baik.
SWOT menurut [ CITATION Kle02 \l 1033 ] adalah untuk menentukan tujuan usaha
yang realistis, sesuai dengan kondisi perusahaan dan oleh karenanya diharapkan lebih mudah
tercapai. SWOT adalah singkatan dari kata-kata Strength (kekuatan perusahaan) Weaknesses
(kelemahan perusahaan), Opportunities (peluang bisnis) dan Threats (hambatan untuk
mencapai tujuan). Apabila teknik swot analisis tersebut diterapkan dalam kasus menentukan
tujuan strategi manajemen pemasaran dapat diutarakan sebelum menentukan tujuantujuan
pemasaran yang ingin dicapai hendaknya perusahaan menganalisis : kekuatan dan
10
kelemahan, peluang bisnis yang ada, berbagai macam hambatan yang mungkin timbul.
Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua
faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari
lingkungan Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan
Thearts yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal
Peluang dan Ancaman dan faktor internal Kekuatan dan Kelemahan. Sedangkan
[ CITATION Phi08 \l 1033 ] mengemukakan bahwa analisis SWOT adalah evaluasi terhadap
keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman disebut analisis SWOT.
1. Modal (Finansial)
11
Tenaga kerja kontraktor dapat dibagi menjadi tenaga kerja terampil (tukang dan
mandor), tenaga kerja administrasi (bagian akutansi dan keuangan proyek) dan
tenaga kerja ahli (staf ahli teknik).
3. Peralatan
4. Metode Kerja.
Untuk mendapatkan hasil akhir dari suatu kegiatan proyek kontruksi berupa
bangunan maka diperlukan suatu metode yang mengatur agar rangkaian kegiatan
proyek dapat mencapai hasil akhir yang optimum yang sesuai mutu, biaya, waktu
yang diisyaratkan.
5. Material
Salah satu struktur inti (core structure) dari organisasi perusahaan konstruksi
adalah tim proyek (proyek team work).
Dalam proyek konstruksi ada 3 pihak yang terlibat dalam prosesnya, yaitu
pemilik, konsultan dan kontraktor. Ketiga pihak harus berada dalam suatu
jaringan kerja yang mempunyai sinergi baik.
12
8. Pengendalian Kualitas (Quality Control)
Jenis kontrak dengan tender terbuka pengalaman perusaaan merupakan salah satu
point penilaian (administrasi), sedangkan untuk jenis kontrak dengan sistem
penunjukan langsung reputasi merupakan hal utama yang menentukan besarnya
peluang kontraktor untuk mendapatkan proyek.
II.5.2 Faktor Eksternal
a. Membuat daftar faktor-faktor dominan (key factor) yang terdiri dari 1 sampai
20 faktor, baik kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), usahakan
spesifik.
13
b. Menentukan untuk tiap-tiap faktor sebuah bobot tertentu. Bobot ini bernilai
berkisar antara 0,0 dan 1,0. Bobot merupakan indikasi dari derajat penting
tidaknya masing-masing faktor itu secara relatif mempengaruhi kesuksesan
perusahaan didalam industri yang dijalaninya.
c. Menentukan nilai rating dalam skala 1 sampai 4 untuk tiap faktor dominan.
Nilai rating merupakan degree of severity atau effectiveness kondisi
perusahaan berkaitan dengan faktor tersebut. Nilai 4 = superior, 3 = diatas
rata-rata, 2 = dibawah rata-rata, 1 = buruk sekali.
d. Mengkaitkan nilai rating pada tiap faktor untuk mendapatkan skor bobot
(weighted score).
e. Total skor bobot merupakan penjumlahan dari skor bobot tiap faktor. Nilai
ratarata adalah 1, Jika nilainya dibawah 1 menandakan posisi perusahaan
secara internal adalah lemah, dan jika nilainya diatas 1 menunjukkan posisi
perusahaan secara internal kuat.
14
a. Membuat daftar faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada
kesuksesan atau kegagalan usaha (critical success factor) untuk aspek
eksternal yang mencakup perihal peluang (opportunities) dan ancaman
(threaths) bagi perusahaan.
b. Menentukan bobot (weight) dari critical success factor.
c. Menentukan nilai rating dalam skala 1 sampai 4 untuk tiap critical success
factor. Nilai rating merupakan degree of severity atau effectiveness kondisi
perusahaan berkaitan dengan faktor tersebut. Nilai 4 = sangat bagus, 3 =
diatas rata-rata, 2 = 19 dibawah rata-rata, 1 = buruk sekali.
d. Mengkaitkan nilai rating pada tiap faktor untuk mendapatkan skor bobot
(weighted score).
e. Total skor bobot merupakan penjumlahan dari skor bobot tiap faktor. Nilai
rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya dibawah 2,5 menandakan posisi perusahaan
lemah dalam merespon peluang dan mengatasi ancaman yang ada, dan jika
nilainya diatas 2,5 menunjukkan posisi perusahaan merespon dengan baik
peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Jika total skor 4,0
mengidentifikasikan bahwa perusahaan merespon dengan cara luar biasa
terhadap peluang-peluang. Sementara jika total skor 1,0 menunjukkan bahwa
perusahaan tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak
menghindari ancaman-ancaman eksternal.
Penyusunan WBS dilakukan dengan cara top down, dengan tujuan agar komponen-
komponen kegitan tetap berorientasi ke tujuan proyek, WBS juga mempermudah
15
penjadwalan dan pengendalian karena merupakan elemen perencanaan yang terdiri dari atas
kerangka-kerangka seperti dibawah ini [ CITATION Hus11 \l 1033 ].
Dari kerangka tersebut, WBS dapat membantu membantu proses penjadwalan dan
pengendalian dalam suatu sistem yang terstruktur menurut hirarki yang makin terperinci,
sampai pada lingkup yang makin kecil berupa paket-paket pekerjaan dengan aktivitas yang
jelas. WBS dapat dipakai untuk membagi seluruh level proyek menjadi elemen-elemen
kerja, menjelaskan proyek dalam satu format struktur level, fasilitas, dan mencakup seluruh
item pekerjaan hingga selesai, pemecahan level sampai pada paket pekerjaan terakhir dengan
kegiatan yang jelas dan cukup untuk perencanaan detail sebagai fase awal proyek
[ CITATION Hus11 \l 1033 ].
II.7 Penyusunan Tabel Analisa Organisasi Proyek (Organization Analysis Table-
OAT)
Hierarki ini disusun dengan tujuan mempermudah pengelolaan dan alokasi SDM
sesuai dengan tanggung jawab dalam organisasi proyek. Keberhasilan penyelenggaraan
proyek biasanya ditunjang oleh organisasi dengan susunan dan program kerja yang sasaran
serta tujuannya tertata dengan baik. Tingkatan dalam OAT tidak harus sama dengan WBS,
tetapi dapat mencakup manajemen internal dan eksternal dengan susunan organisasi yang
bervariasi.
16
prosedur operasional pelaksanaan proyek, sehingga segala penyimpangan yang terjadi dapat
dideteksi lebih awal dan memudahkan tindakan koreksi dengan melokalisasi personel
tersebut serta memungkinkan manajemen melakukan pengendalian terhadap seluruh
pekerjaan[ CITATION Hus11 \l 1033 ].
II.8 Hubungan WBS, OAT dan Durasi Kegiatan
Hal yang penting diingat dalam menyusun perencanaan WBS dan OAT,
adalahkeduanya harus sepadan (match). Langkah selanjutnya dalam perencanaan
jaringankerja adalah alokasi sumber daya yang meliputi : pekerja, peralatan dan material.
Darimetode konstruksi dan sumber daya yang sudah ditetapkan dapat dihitung durasikegiatan
dan harga satuan. Untuk jelasnya diberikan diagram alir hubungan antaraWBS, OAT, Analisa
Harga Satuan dan perkiraan durasi kegiatan.
Gambar II-2 Diagram alir proses perhitungan perkiraan durasi dengan menggunakan
WBS, OAT, AnalisisHarga Satuan dan Volume Pekerjaan
Gambar II-3 menguraikan hubungan OAT dan WBS, yang dibagi atas klasifikasi
tingkatan. Tingkatan pertama adalah Proyek Bangunan Kantor 2 Lantai, dengan personel
penanggung jawab adalah Project Manager. Sebagai pimpinan proyek, tugasnya adalah
melakukan koordinasi dan memotivasi staf-staf proyek serta mengarahkan seluruh kegiatan
pelaksanaan proyek agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Untuk tingkatan
ke-2, penanggung jawabnya adalah Site Manager, yang selain sebagai wakil dari proyek, baik
17
secara teknis maupun administratif. Pada tingkatan ke-3, Site Engineer bertugas berdasarkan
kemampuan spesifiknya dalam mengelola paket-paket pekerjaan dalam WBS, seperti
pekerjaan Struktur, Arsitektur, dan Mekanikal/Elektrikal. Paket pekerjaan terakhir dari WBS
dikelola oleh Supervisor yang langsung mengawasi pekerjaan di lapangan sesuai dengan
lokasi kerja pada tingkatan ke-3, seterusnya dengan Pelaksana yang mengawasi paket-paket
pekerjaan di tingkatan-4. Berikut adalah contoh hubungan OAT dan WBS [ CITATION
Hus11 \l 1033 ].
Gambar II-3 Contoh WBS dan OAT Proyek Pembangunan Kantor 2 Lantai
18
II.10 Metode Pelaksanaan Pekerjaan
19
penawaran pekerjaan. Dengan demikian “CM” (Construction Method) tersebut minmal telah
teruji pada saat dilakukan klarifikasi atas dokumen tendernya. Namun demikian, tidak
tertutup kemungkinan, bahwa sebelum pelaksanaan atau selama pelaksanaan pekerjaan
Construction Method (CM), tersebut perlu atau harus diubah [ CITATION Sya04 \l 1033 ].
II.10.1 Dokumen Metode Pelaksanaan Pekerjaan
20
a. Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi lengkap dan jelas
memenuhi informasi yang dibutuhkan.
b. Bisa dilaksanakan dan efektif.
c. Aman untuk dilaksanakan.
d. Memenuhi standar tertentu yang ditetapkan atau disetuji tenaga teknik yang
berkopemten pada proyek tersebut.
2. Memenuhi syarat ekonomis yang meliputi :
a. Biaya termurah.
b. Wajar dan efisien.
3. Memenuhi pertimbangan non teknis lainnya, yang memuat antara lain :
a. Dimungkinkan untuk diterapkan pada lokasi proyek dan disetujui atau tidak
ditentang oleh lingkungan setempat.
b. Rekomendasi dan kebijakan dari pemilik proyek.
c. Disetujui oleh sponsor proyek atau direksi perusahaan, apabila hal itu
merupakan alternatif pelaksanaan yang istimewa dan riskan.
4. Merupakan alternatif/pilihan yang terbaik dari beberapa alternatif yang lebih di
perhitungkan dan di pertimbangkan.
5. Manfaat positif construction method yaitu :
a. Memberikan arahan dan pedoman yang jelas atas urutan dan fasilitas
penyelesaian pekerjaan.
b. Merupakan acuan/dasar pola pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu
kesatuan dokumen prosedur pelaksanaan pekerjaan di proyek.
II.10.3 Faktor yang Mempengaruhi Metode Pelaksanaan Pekerjaan
1. Desain bangunan.
2. Medan/lokasi pekerjaan.
3. Ketersediaan dari tenaga kerja, bahan, dan peralatan.
21
II.10.4 Penentuan Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Tenaga kerja ialah besarnya jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan. Menentukan kebutuhan komposisi tenaga
kerja sesuai dengan keahliannya dan kebutuhan kepastian sumber daya manusia persatuan
volume pekerjaan harus memperhatikan WBS (Work Breakdown Structure) untuk masing-
masing kegiatan. Adapun beberapa contoh daftar analisa yang diperlukan berdasarkan WBS
dan perencanaan kebutuhan sumber daya, yang telah diuraikan diatas diantaranya adalah :
a. Pekerjaan Galian
1 m3 Pekerjaan Galian
0,750 hr. Pekerja
22
0,025 hr. Mandor
b. Pekerja Urugan
1 m3 Pekerjaan Galian
4. Pekerjaan Pembesian :
23
b. Merakit dan memasang besi
Volume adalah panjang × lebar × tinggi, Namun volume yang dihitung untuk
menyusun anggaran biaya, tidak selalu panjang × lebar × tinggi, yaitu volume yang dihitung
menurut satuan analisa yang akan dipakai. Hal ini dilakukan agar tidak kesulitan dalam
menghitung harga satuan pekerjaan. Sebagai contoh, berdasarkan daftar analisa, maka untuk
menghitung volume pekerjaan seperti berikut ini :
24
3. Pekerjaan bekisting, maka volume dihitung dengan satuan m2
4. Pekerjaan besi beton, maka volume dihitung dengan satuan kg
II.13 Perhitungan Durasi/Waktu
Volume pekerjaan
Durasi pekerjaan dinding bata =
Produktivitas crew
240 m 2
=
10 m 2 /hari
= 24 hari
Jadi untuk menentukan besarnya durasi (d) untuk masing-masing jenis pekerjaan
dapat dihitung dengan rumus, berikut :
V
d= (2.1)
P
atau,
K1
d= (2.2)
K2
K 1= K t × V (2.3)
Dari hasil perhitungan durasi, maka durasi (d) yang dipilih adalah durasi yang terbesar untuk
menyelesaikan item pekerjaan.
Dimana :
d = Durasi
V = Volume
25
P = Produktivitas berdasarkan komposisi sumber daya untuk menyelesaikan
Sumber daya terdiri dari sumber daya modal/biaya, tenaga kerja, peralatan/mesin dan
material adalah faktor-faktor penentu dalam penyelenggaraan proyek. Perencanaan sumber
daya yang cermat dapat membantu terselenggaranya proyek secara efektif dan efisen.
Penggunaan sumber daya dapat dimonitor dengan baik dengan membuat sebuah master
schedule dan subschedule untuuk masing-masing sumber daya yang digunakan seperti
subschedule tenaga kerja, peralatan, dan material[ CITATION Hus11 \l 1033 ].
II.14.1 Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia atau tenaga kerja, sebagai penentu keberhasilan proyek,
harus memiliki kualifikasi, keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan
untuk mencapai keberhasilan suatu proyek. Perencanaan sumber daya manusia dalam
suatu proyek mempertimbangkan juga perkiraan jenis, waktu, dan lokasi proyek, baik
secara kualitas maupun kuantitas[ CITATION Hus11 \l 1033 ].
26
Produktivitas kelompok kerja adalah kemampuan tenaga kerja dalam
menyelesaikan pekerjaan (satuan volume pekerjaan) yang dibagi dalam satuan waktu,
jam, atau hari. Produktivitas dapat digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja
beserta upah yang harus dibayarkan [ CITATION Hus11 \l 1033 ].
V
P1 = (2.4)
d
dan
K SDM = K t × P1 (2.5)
Dimana :
(ditentukan)
V = Volume
27
Werken).
II.14.2 Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Bahan
28
b. Bila dalam pemeriksaan terdapat penyimpangan, spesifikasinya tidak sesuai,
maka pengawas mutu dan bagian logistik dapat menolak pengiriman
material. Bila sesuai, material disimpan di gudang penyimpanan material
disesuaikan dengan aturan.
c. Bagian logistik membauat daftar penerimaan material dan laporan material
balance untuk menyesuainkan kebutuhan dan pemakaian. Mengontrol setiap
barang yang keluar dan masuk.
d. Tempat penyimpanan material harus aman, terlindung untuk barang-barang
yang tidak tahan cuaca, tempat penyimpanan terbagi atas kelompok jenis
material yang tidak tumpang tindih
29
Agar alur pemakaian material tersebut sesuai dengan jadwal kebutuhan
dilapangan, maka perlu dibuat sub-jadwal pengguanaan material. Sub-jadwal ini
disesuaikan dengan master schedule, seperti contoh dibawah ini.
K SDB = K b × P1 (2.6)
Dimana :
30
II.14.3 Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Alat
Waktu yang diperlukan di dalam siklus kegiatan diatas disebut waktu siklus
atau cycle time (CT). Waktu siklus terdiri dari beberapa unsur. Pertama adalah waktu
muat atau loading time (LT). Waktu muat merupakan waktu yang dibutuhkan oleh
suatu alat untuk memuat material ke dalam alat angkut sesuai dengan kapasitas alat
angkut tersebut. Nilai LT dapat ditentukan walaupun bergantung dari jenis tanah,
ukuran unit pengangkut, metode dalam pemuatan dan efisiensi alat [ CITATION
Ahm12 \l 1033 ].
Unsur kedua adalah waktu angkut atau hauling time (HT). Waktu angkut
merupakan waktu yang diperlukan oleh suatu alat untuk bergerak dari tempat
pemuatan ke tempat pembongkaran. Waktu angkut bergantung dari jarak angkut,
kondisi jalan, tenaga alat, dan lain-lain. Pada saat alat kembali ke tempat pemuatan
maka waktu yang diperlukan untuk kembali disebut waktu kembali atau return time
(RT). Waktu kembali lebih singkat daripada waktu berangkat karena kendaraan dalam
keadaan kosong [ CITATION Ahm12 \l 1033 ].
31
Waktu pembongkaran atau dumping time (DT) juga merupakan unsur penting
dari waktu siklus. Waktu ini bergantung dari jenis tanah, jenis alat dan metode yang
dipakai. Waktu pembongkaran merupakan bagian terkecil dari waktu siklus. Unsur
terakhir adalah waktu tunggu atau spotting time (ST). Pada saat alat kembali ke
tempat pemuatan adakalanya alat tersebut perlu antre dan menunggu sampai alat diisi
kembali. Saat mengantre dan menunggu ini disebut dengan waktu tunggu. Dengan
demikian waktu siklus dapat di uraikan dalam rumus [ CITATION Ahm12 \l 1033 ]
sebagai berikut.
CT = LT + HT + DT + RT + ST (2.7)
Dimana :
Dalam menentukan durasi suatu pekerjaan maka hal-hal yang perlu diketahui
adalah volume pekerjaan dan produktivitas alat tersebut. Produktivitas alat bergantung
pada kapasitas dan waktu siklus alat. Rumus dasar untuk mencari produktivitas alat
adalah sebagai berikut[ CITATION Ahm12 \l 1033 ].
Kapasitas
Produktivitas = (2.8)
CT
32
Volume
Durasi = (2.9)
Produktivitas
II.15 Penjadwalan Waktu Proyek (Schedule)
Rencana kerja yang paling sering dan banyak digunakan adalah diagram
batang (bar charts) atau Gant charts. Diagram batang (bar charts) digunakan secara
luas dalam proyek konstruksi karena sederhana, mudah pembuatannya dan mudah
dimengerti oleh pemakainya[ CITATION Erv07 \l 1033 ].
Diagram batang (bar charts) adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun
dalam kolom arah vertikal, sedangkan kolom arah horizontal menunjukkan skala
waktu. Saat mulai dan akhir dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas,
sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang. Proses
penyusunan diagram batang (bar charts) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut [ CITATION Erv07 \l 1033 ] :
1. Daftar item kegiatan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang
ada dalam rencana pelaksanaan pembangunan.
2. Urutan pekerjaan, dari daftar item kegiatan tersebut diatas, disusun urutan
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan yang akan
33
dilaksanakan lebih dahulu dan item kegiatan yang akan dilaksanakan
kemudian, tanpa mengesampingkan kemungkinan pelaksanaan pekerjaan
secara bersamaan.
3. Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan dari
seluruh kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai dengan
seluruh kegiatan berakhir. Waktu pelaksanaan pekerjaan diperoleh dari
penjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap item
pekerjaan.
Bentuk dari contoh diagram batang (bar charts) dari sebuah proyek konstruksi
dapat dilihat pada gambar II-6 berikut.
Gambar II-6 Bentuk Dari Bar Charts Dari Sebuah Proyek Konstruksi
Keunggulan dari diagram batang (bar charts) adalah mudah dibuat dan
dipahami. Sangat berfaedah sebagai alat perencanaan dan komunikasi, disamping itu
diagram batang (bar charts) juga mempunyai kelemahan (Soeharto, 1999: 238), yaitu
sebagai berikut :
34
tanpa adanya perubahan (updating), segera menjadi “kuno” dan menurun
daya gunanya.
3. Untuk proyek berukuran sedang dan besar, lebih-lebih yang bersifat
komplek, penggunaan diagram batang (bar charts) akan menghadapi
kesulitan menyusun sedemikian besar jumlah kegiatan yang mencapai
puluhan ribu dan memiliki keterkaitan tersendiri diantara mereka,
sehingga mengurangi kemampuan penyajian secara sistematis.
II.15.2 Diagram Jaring Preseden (Precedence Diagram Method/PDM)
Aturan dasar CPM atau AOA mengatakan bahwa suatu kegiatan boleh dimulai
setelah pekerjaan terdahulu (predesesor) selesai, maka untuk proyek dengan
rangkaian kegiatan tumpang tindih (overlaping) dan berulang-ulang akan memerlukan
garis dummy yang banyak sekali, sehingga tidak praktis dan kompleks. Sebagai
contoh gambar 2.9 memperlihatkan jaringan AOA proyek memasang pipa yang terdiri
dari kegiatan menggali tanah, meletakkan pipa dan menimbun kembali. Terlihat
bahwa jaringan kerja yang dihasilkan seperti digambarkan sebagai berikut
[ CITATION Soe99 \l 1033 ].
35
Sumber : [ CITATION Soe99 \l 1033 ]
Bila proyek tersebut disajikan dengan metode PDM akan dihasilkan diagram
yang relatif lebih sederhana. Oleh karena itu metode ini banyak dijumpai pada
proyek-proyek engineering konstruksi yang kaya akan pekerjaan tumpang tindih dan
pengulangan, seperti pemasangan pipa, pembangunan gedung bertingkat, pengaspalan
jalan dan lain-lain. Terlihat bahwa contoh jaringan kerja yang dihasilkan seperti pada
gambar II-9 sebagai berikut [ CITATION Soe99 \l 1033 ].
36
Gambar II-9 Jaringan Kerja PDM Proyek Pemasangan Pipa
Kegiatan dan peristiwa pada PDM ditulis dalam node yang berbentuk kotak
segi empat. Definisi kegiatan dan peristiwa sama seperti pada CPM. Hanya perlu
ditekankan disini bahwa dalam PDM kotak tersebut menandai suatu kegiatan, dengan
demikian harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya [ CITATION
Soe99 \l 1033 ].
Pengaturan denah (lay out) kompartemen dan macam serta jumlah atribut yang
hendak dicantumkan bervariasi sesuai keperluan dan keinginan pemakai. Beberapa
atribut yang sering dicantumkan diantaranya adalah kurun waktu kegiatan (D),
identitas kegiatan (nomor dan nama), mulai dan selesainya kegiatan (ES, LS, EF, LF
dan lain-lain). Kadang-kadang di dalam kotak node dibuat kolom kecil sebagai tempat
mencantumkan tanda persen (%) penyelesaian pekerjaan. Kolom ini akan membantu
mempermudah mengamati dan memonitor progres pelaksanaan kegiatan. Adapun
denah pada precedence diagram method/PDM yaitu sebagai berikut [ CITATION
Soe99 \l 1033 ].
37
Gambar II-10 Denah Pada Precedence Diagram Method/PDM
Telah disinggung pada PDM, anak panah hanya sebagai penghubung atau
memberikan keterangan hubungan antar kegiatan, dan bukan menyatakan kurun
waktu kegiatan seperti halnya pada CPM (kegiatan boleh mulai setelah kegiatan yang
mendahuluinya selesai), maka hubungan antar kegiatan berkembang menjadi
beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukan hubungan antara
kegiatan dengan satu garis dari node yang terdahulu ke node berikutnya. Satu
konstrain hanya dapat menghubungkan dua node. Karena setiap node mempunyai dua
ujung yaitu ujung awal atau mulai (S) dan ujung akhir (F) maka ada empat macam
konstrain yaitu awal ke awal (SS), awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF) dan akhir
ke awal (FS). Pada garis konstrain dibutuhkan penjelasan mengenai waktu
mendahului (Lead) atau lambat tertunda (Lag). Bila kegiatan (i) mendahului (j) dan
satuan waktu adalah hari maka penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut
[ CITATION Soe99 \l 1033 ].
38
2. Konstrain mulai ke mulai-SS
Catatan :
39
Kadang-kadang dijumpai satu kegiatan mempunyai hubungan multikonstrain,
yaitu dua kegiatan dihubungkan oleh lebih dari satu konstrain, seperti terlihat
pada gambar berikut.
Suatu proyek terdiri tiga kegiatan yang semula disajikan dalam bentuk
diagram jaring panah (Arrow Diagram) atau Activity on arrow (AOA) (Soeharto,
1999 : 282) seperti terlihat pada contoh gambar II-11, berikut.
40
Gambar II-12 Contoh Jaringan Kerja yang Dikerjakan Tumpang Tindih
1. Hitungan Maju
c. Notasi (i) Bagi kegiatan terdahulu (predesesor) dan (j) kegiatan yang sedang
di tinjau.
41
i. Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES (j)
adalah sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan terdahulu
ES(i) atau EF(i) ditambah konstrain yang bersangkutan. Karena terdapat
empat konstrain, maka bila ditulis dengan rumus menjadi:
ii. Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang sedang ditinjau EF(j)
adalah sama dengan angka waktu mulai paling awal kegiatan tersebut
ES(j), ditambah kurun waktu kegitan yang bersangkutan D(j), atau
ditulis dengan rumus menjadi:
2. Hitung Mundur
c. Notasi (i) bagi kegiatan yang sedang ditinjau sedangkan (j) adalah kegiatan
berikutnya :
i. Hitung LF(i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang sedang
ditinjau, yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF
plus konstrain yang bersangkutan.
Catatan:
LF(i) = LF(j) – FF(i-j) atau
Pilih angka
LF(i) = LF(j) – FS(i-j) atau terkecil dari
persamaan
LS(i) = LF(i) – SF(i-j) + D(i) atau tersebut.
42
LS(i) = LS(i) – SS(i-j) + D(i)
ii. Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau LS(i), adalah
sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut LF(i),
dikurangi kurun waktu yang bersangkutan, atau
Jalur dan kegiatan kritis pada metode diagram preseden (Precedence diagram
method/PDM), mempunyai sifat seperti diagram jaring panah (Arrow Diagram) atau
Activity on arrow (AOA) [ CITATION Soe99 \l 1033 ], yaitu :
3. Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling awal
dengan waktu mulai paling awal LF–ES=D
4. Bila hanya sebagai dari kegiatan yang bersifat kritis, maka kegiatan tersebut
secara utuh dianggap kritis.
Float adalah sejumlah waktu yang tersedia dalam suatu kegiatan sehingga
memungkinkan kegiatan tersebut dapat ditunda atau diperlambat secara sengaja atau
tidak disengaja, tetapi penundaan tersebut tidak menyebabkan poyek menjadi
terlambat dalam penyelesaiannya. Float dapat dibedakan menjadi tiga jenis,
[ CITATION Sya04 \l 1033 ], yaitu :
Total Float adalah sejumlah waktu yang tersedia untuk keterlambatan atau
perlambatan pelaksanaan kegiatan tanpa mempengaruhi penyelesaian proyek
secara keseluruhan. Total Float dapat dihitung dengan rumus:
43
2. Free Float (FF) = Ambang Bebas
Free Float sejumlah waktu yang tersedia untuk keterlambatan atau perlambatan
pelaksanaan kegiatan tanpa memengaruhi dimulainya kegiatan yang langsung
mengikutinya. Free Float dapat dihitung dengan rumus:
3. Link Lag
Link Lag adalah garis ketergantungan antara kegiatan dalam suatu network
planning, dan dapat dihitung dengan rumus:
Atau,
Atau,
1. Menetukan total float tiap kegiatan dengan hitungan mundur, di cari total float
paling minimum yg negatif.
2. Dari total float yang paling minimum dicari durasi yang baru dengan
menggunakan rumus:
44
TAbaru = TAlama ± TAlama/Umur proyek × TF (2.17)
Keterangan :
Dalam penyusunan jadwal sering kali hasil yang didapatkan belum memuaskan,
dengan grafik kebutuhan tenaga kerja persatuan waktu naik turun (fluktuasi) seperi terlihat
pada gambar II-14 berikut[ CITATION Hus11 \l 1033 ].
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar II-15 distribusi tenaga kerja dan
grafik histogram yaitu sebagai berikut.
45
Gambar II-15 Durasi Tenaga Kerja dan Grafik Histogram
Keperluan sumber daya biasanya rendah pada awal kegiatan, tertinggi dipertengahan
kegiatan dan menurun diakhir kegiatan. Hal ini disebut resources yang ideal. Untuk
mendapatkan resource yang ideal perlu dilakukan perataan sumber daya (Resouce Leveling).
Dimana perataan sumber daya (Resouce Leveling) mempunyai arti mengusahakan
penggunaan sumber daya dari hari ke hari sebatas mungkin hanya terjadi perubahan atau
fluktuasi jumlah yang tidak banyak dan untuk menghindari terjadinya konflik sumber daya
pada saat pelaksanaan nantinya. Perataan sumber daya dilakukan dengan cara mengadakan
perubahan lamanya kegiatan pada kegiatan yang non kritis, sehingga perlu dibuat network
secara berulang-ulang [ CITATION Bad91 \l 1033 ]
Metode perataan sumber daya bertujuan untuk mendapatkan kebutuhan sumber daya
yang sesuai [ CITATION Hus11 \l 1033 ]. Metode ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Memulai seluruh kegiatan proyek berada diantara waktu mulai paling awal dan
waktu mulai paling lambat, sehingga durasi proyek tidak bertambah.
2. Berdasarkan ketersediaan waktu yang dibatasi dengan mengatur sumber daya
yang dibutuhkan yang jumlah dan pola penyebarannya diatur sedemikian rupa.
3. Berdasarkan ketersediaan sumber daya yang terbatas karena kelangkaan dengan
menambah durasi proyek sehingga proyek dapat menjadi lebih lambat dari yang
direncanakan.
4. Berdasarkan penjadwalan dengan membuat diagram batang non kontinu dengan
mengintrupsi suatu kegiatan yang lainnya.
46
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar II-16 distribusi tenaga kerja dan grafik
histogram yang dinormalisir adalah sebagai berikut.
Gambar II-16 Distribusi Tenaga Kerja dan Grafik Histogram yang Dinormalisir
Setelah jadwal sumber daya tenaga kerja diyakini sebagai jadwal yang ideal (normal),
seperti yang telah dijelaskan diatas, maka selanjutnya dapat dibuatkan jadwal pengadaan
sebagai berikut [ CITATION Bad91 \l 1033 ] :
Untuk penjadwalan sumber daya alat juga dibuat setelah jadwal sumber daya
tenaga kerja diyakini sebagai jadwal yang ideal (normal).
Dari semua hal diatas, perataan sumber daya dimaksudkan untuk meningkatkan
produktivitas, efektifitas dengan efisiensi penggunaanya, menjaga pola penyebaran yang
logis dari segi kualitas serta menempatkan kualitas sumber daya yang sesuai dengan
47
kebutuhan proyek dan diharapkan dengan durasi yang tidak berubah [ CITATION Hus11 \l
1033 ].
II.17 Rencana Biaya Pelaksanaan (RBP) Proyek Konstruksi
Rencana Biaya Pelaksanaan (RBP) Proyek Konstruksi adalah salah satu dokumen
kelengkapan yang dibutuhkan dalam suatu operasional pelaksanaan proyek, sebagai acuan
operasional pelaksanaan proyek. Khususnya dalam pengelolaan yang berhubungan dengan
hasil usaha proyek, yaitu sebagai pedoman dalam mencapai pendapatan proyek, agar minimal
tercapai seperti yang direncanakan. Rencana biaya pelaksanaan proyek yang dibuat, adalah
hasil estimasi/perkiraan biaya-biaya proyek, termasuk perkiraan rencana pendapatannya.
Estimasi/perkiraan tersebut harus mempertimbangkan beberapa hal yaitu sebagai
berikut[ CITATION Sya04 \l 1033 ] :
Adapun tujuan dibuatnya dokumen RBP adalah adalah sebagai berikut [ CITATION Sya04 \l
1033 ] :
1. Rekapitulasi RBP.
48
2. Rekapitulasi arus kas proyek (RAKP).
3. Jadwal pelaksanaan proyek/Barchart dan S-Curve.
4. Organisasi proyek.
5. Bill of Quantity (BOQ).
6. Rekapitulasi biaya umum proyek.
7. Rekapitulasi biaya persiapan dan penyelesaian proyek.
8. Project plan.
9. Metode pelaksanaan pekerjaan dan perhitungan kebutuhan peralatan proyek.
10. Analisis harga satuan pekerjaan.
11. Jadwal kebutuhan tenaga kerja.
12. Jadwal kebutuhan peralatan.
13. Jadwal kebutuhan material.
14. Penjelasan dan asumsi dalam perhitungan RBP atau lampiran yang perlu.
Biaya langsung adalah biaya yang diperhitungkan untuk keperluan yang terkait
langsung dengan proses dan terbentuknya progres fisik, yang meliputi [ CITATION
Sya04 \l 1033 ] :
1. Biaya bahan/material.
2. Biaya upah butuh/tenaga kerja.
3. Biaya peralatan.
4. Biaya sub kontraktor.
Biaya langsung seperti biaya bahan, upah, alat dan sub kontraktor harus
dihitung dengan memperhatikan beberapa hal, seperti :
a. Bahan sisa.
b. Harga franco.
49
d. Cara pembayaran kepada penjualan/leveransir/supplier.
Biaya bahan (i) = jumlah bahan (i) yang dipakai × Harga satuan bahan
(i) (2.18)
a. Untuk menghitung upah buruh dibedakan upah harian, borongan, per unit
volume, atau borongan keseluruhan untuk daerah-daerah tertentu.
c. Perlu diketahui apakah tenaga dapat diperoleh dari daerah sekitar lokasi
proyek atau tidak.
Biaya upah (i) = jumlah tenaga (i) yang dipakai × Harga satuan tenaga kerja
(i) (2.19)
50
4. Untuk menghitung biaya sub kontraktor perlu disesuaikan dengan jenis pekerjaan
yang akan disubkan dan dalam memilih sub kontraktor harus diperhatikan
keahlian dari para sub kontraktor tersebut.
II.17.2 Biaya Tidak Langsung
b. Biaya pemasaran.
51
Biaya umum proyek adalah biaya-biaya yang diperuntukan untuk keperluan
seperti [ CITATION Asi10 \l 1033 ] :
5. Asuransi.
6. Biaya bank.
Biaya umum kantor adalah biaya untuk menjalankan suatu usaha. Biaya umum
kantor adalah biaya-biaya yang diperuntukan untuk keperluan antara lain seperti :
52
9. Biaya pajak.
D. Biaya Pemasaran
2. Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku di daerah lokasi
proyek dan upah pada umumnya jika pekerja didatangkan dari luar daerah lokasi
proyek.
53
4. Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan hasil
analisa satuan pekerjaan dan daftar kuantitas pekerjaan.
5. Membuat rekapitulasi.
II.18.1 Sistematika Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Biaya bahan, upah, dan alat yang diperlukan berdasarkan WBS dan
perencanaan kebutuhan sumber daya serta daftar analisa, yang telah diuraikan diatas,
maka dapat dihitung :
1. Biaya Bahan
54
Biaya bahan pekerjaan = Koef. bahan yang dipakai × Harga satuan bahan
(2.20)
2. Biaya Upah
Biaya upah pekerjaan = Koef. tenaga yang dipakai × Harga satuan upah
(2.21)
3. Biaya Alat
Dalam perhitungan harga satuan pekerjaan didapatkan dari menjumlah biaya bahan, biaya
upah dan biaya alat, yang didapat dari daftar analisa. Setiap daftar analisa disesuaikan dengan
masing-masing jenis pekerjaan yang telah dihitung besar volumenya yang dapat dihitung
dengan rumus [ CITATION Ibr01 \l 1033 ] :
Harga Satuan pekerjaan = Biaya bahan + Biaya upah + Biaya alat (2.22)
II.18.3 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
55
Jumlah harga pekerjaan = ∑ Jumlah harga Pekerjaan (2.24)
Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm atas dasar
pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek. Kurva S dapat
menunjukan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang
dipresentasikan sebagai presentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi kurva
S dapat menunjukan kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal rencana.
Dari sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal proyek [ CITATION
Hus11 \l 1033 ].
1. Pada Bar chart setelah semua bobot didapatkan, kemudian dicari bobot setiap
kurun waktu tertentu dengan cara bobot dibagi berapa kurun waktu durasi
pekerjaan.
2. Setiap minggu bobot tiap-tiap pekerjaan pada bar chart di jumlahkan kebawah
sehingga didapat bobot rencana perkurun waktu yang ditentukan.
56
3. Kemudian dihitung pula bobot rencana kumulatif tiap minggunya dengan
menjumlahkan bobot minggu ke-0 dengan minggu pertama, lalu bobot minggu
pertama dan kedua dan seterusnya.
57
Gambar II-18 Kurva S Rencana dan Kombinasi Bar Chart
Untuk membuat kurva S rencana dilakukan plotting bobot rencana kumulatif pada sb-
y, sedangkan sb-x menunjukan durasi untuk semua pekerjaan. Kemudian setelah bobot
rencana kumulatif di plotting tarik garis menghubungkan masing-masing titik bobot tersebut
sehingga membentuk Kurva S Seperti tabel diatas.
58
BAB III
METODELOGI
III.1 Lokasi Proyek
Lokasi proyek Pembangunan Rumah Sakit Bayangkara terletak di Jalan Trijata no 32
Sumerta Kelod Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar berikut:
Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada perencanaan ini
adalah:
1. Metode Observasi
2. Metode Kepustakaan
59
Metode pustaka adalah metode pengumpulan data dengan mencari literatur
yang terkait dalam perencanaan pelaksanaan proyek konstruksi pada Pembangunan
Rumah Sakit Bayangkara
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data dari instansi-
instansi yang terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan proyek Rumah Sakit
Bayangkara, seperti data yang berupa Dokumen Pengadaan (Gambar dan RKS),
beserta kelengkapan lainnya yang diperoleh dari kontraktor PT.Sanur Jaya Utama.
Perencanaan pelaksanaan proyek yang baik, diperlukan data pendukung yang baik
juga, agar hasil perencanaan relevan. Data yang didapat harus memiliki kejelasan jenis dan
sumbernya untuk mempermudah dalam proses perencanaan pelaksanaan. Jenis data dan
sumber data yang dipergunakan dalam proses perencanaan antara lain sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari lokasi rencana pembangunan maupun
hasil survey yang dapat langsung dipergunakan sebagai sumber dalam perencanaan
pelaksanaan. Pengamatan langsung dilapangan mencakup:
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait atau pihak yang
berkaitan dengan obyek yang diangkat sebagai topik pembahasan. Data sekunder dalam
perencanaan pelaksanaan proyek ini antara lain :
a. Gambar dan RKS data di dapat dari kontraktor PT.Sanur Jaya Utama.
60
b. Data daftar Analisa didapat dari PT.Sanur Jaya Utama.
c. Data harga upah, material dan alat didapat dari PT.Sanur Jaya Utama.
4. Menentukan metode pelaksanaan konstruksi yang merupakan tata cara dan teknis
pelaksanaan kerja.
10. Melakukan perencanaan sumber daya baik sumber daya manusia, bahan, dan alat.
61
11. Perencanaan waktu pelaksanaan. a. Menentukan Predecessor dan ketergantungan
setiap item pekerjaan b. Rencana jadwal pelaksanaan dengan network planning
62
63
Gambar III-20 Peta Skema Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan Pembangunan
Rumah Sakit Bayangkara
64
65