Buku Penyusunanlaporankeuangan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 79

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/346368669

PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SEDERHANA BAGI UMKM (BUKU 1)

Book · November 2020

CITATIONS
READS
0
824

3 authors, including:

Trisetia Wijijayanti
Lulu NURUL Istanti
State University of Malang
State University of Malang
17 PUBLICATIONS 13 CITATIONS
23 PUBLICATIONS 16 CITATIONS

All content following this page was uploaded by Trisetia Wijijayanti on 26 November 2020.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
SEDERHANA BAGI UMKM
(BUKU 1)

Editor: Ely Siswanto

Oleh:
Fadia Zen
Trisetia Wijijayanti
Lulu Nurul Istanti

Penerbit
CV. Bintang Sejahtera
2020
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SEDERHANA BAGI UMKM
(BUKU 1)
Fadia Zen, dkk
@CV. BINTANG SEJAHTERA
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan
(KDT) All right reserved
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memproduksi atau
memindahkan keseluruhan maupun bagian buku ini dalam bentuk apapun
dengan cara apapun, baik secara elektronis, mekanis, termasuk fotokopi,
rekaman, maupun sitem penyimpanan lain tanpa ijin dari penerbit.

Penulis : Fadia Zen, dkk


Editor : Ely Siswanto
Desain Cover : Lulu nurul istanti
Lay out : Fata
Cetakan 1 : November 2020
ISBN : 978-602-1150-47-4

Diterbitkan oleh Penerbit CV. Bintang Sejahtera


Anggota IKAPI (No. 136/JTI/2011)
Jl. Tirtomulya VI/1B Landungsari Malang
Phone 085102744383
Email: [email protected]

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas


segala limpahan rahmat, hidayah, dan kuasa-Nya, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan buku “Penyusunan Laporan Keuangan Sederhana
bagi UMKM (Buku 1)”. Buku ini merupakan salah satu bentuk pengabdian
kami kepada masyarakat, sebagai salah satu pelaksanaan dari butir ketiga
Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Buku ini disusun secara sederhana agar mudah dipahami dan dapat
digunakan sebagai salah satu instrumen latihan oleh UMKM (Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah) dalam menyusun laporan keuangan sederhana
tetapi telah memenuhi SAP ETAP (Standar Akuntansi Keuangan-Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik). Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik adalah
entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statement) bagi pengguna eksternal, dalam hal ini contohnya
adalah UMKM. SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan fleksibilitas
dalam penerapannya dan diharapkan memberi kemudahan akses UMKM
kepada pendanaan perbankan. SAK ETAP merupakan SAK yang berdiri
sendiri dan tidak mengacu pada SAK umum, sebagian besar menggunakan
konsep biaya historis; mengatur transaksi yang dilakukan oleh UMKM;
bentuk pengaturan yang lebih sederhana dalam hal perlakuan akuntansi
dan relatif tidak berubah selama beberapa tahun.
Harapan dari penyusun, buku ini mampu memandu UMKM dalam
menyusun laporan keuangan, sehingga UMKM mengetahui secara lebih
rinci kinerja dan posisi keuangannya, meliputi data jumlah aset, utang,
modal, sekaligus omset, pendapatan, beban-beban kegiatan usaha dan laba
atau rugi usaha. Data-data ini dapat digunakan UMKM untuk melihat
perkembangan usaha, prospek ke depan, menyusun rencana usaha dan
akses pada lembaga keuangan, baik bank maupun non-bank.
Semoga buku ini memberikan manfaat bagi UMKM dan semua pihak
terkait. Penyusun menyadari buku ini tidak lepas dari berbagai
kekurangan, sehingga kritik dan saran akan tetap penyusun harapkan
demi kesempurnaan buku ini. Ucapan terima kasih penyusun haturkan
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya karya
pengabdian kepada masyarakat ini, semoga Allah mencatatnya sebagai
amal kebaikan yang tidak akan terputus selamanya.

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................v

SEBUAH CERITA GAMBARAN UMUM UMKM DI INDONESIA................vii


I. Kriteria UMKM............................................................................................viii
II. Bidang Usaha UMKM...................................................................................ix
III. Kontribusi UMKM terhadap Perekonomian.............................................xi
IV. Sehatkah Struktur UMKM di Indonesia?................................................xiii
V. Epilog: Renungan Bersama.........................................................................xv
TUJUAN PEMBUATAN BUKU INI...................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam Bidang Jasa. .1
B. Kegiatan UMKM dalam Bidang Jasa....................................................1
C. Akun-akun pada UMKM dalam Bidang Jasa......................................2
BAB II PROSES AKUNTANSI PADA UMKM PADA BIDANG JASA............3
A. Proses Akuntansi pada UMKM dalam Bidang Jasa...........................3
B. Soal Latihan..............................................................................................4
LEMBAR LATIHAN..................................................................................................8
I. Jurnal Umum............................................................................................9
II. Buku Besar..............................................................................................17
III. Neraca Saldo..........................................................................................36
IV. Jurnal Penyesuaian...............................................................................38
V. Neraca Lajur..........................................................................................40
VI. Laporan Laba/Rugi...............................................................................45
VII. Laporan Perubahan Modal................................................................47
VIII.........................................................Neraca/Laporan Posisi Keuangan
...............................................................................................................48
IX. Jurnal Penutup......................................................................................49
X.Neraca Saldo Setelah Penutupan..........................................................51

DAFTAR RUJUKAN................................................................................................53
GLOSARIUM.............................................................................................................55
SEBUAH CERITA
GAMBARAN UMUM UMKM DI INDONESIA

Potret UMKM Indonesia: Si Kecil yang Berperan Besar


Source: https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/62

Sebagai orang Indonesia tentu pemandangan dan aktivitas kita


sehari-hari tak lepas dari berbagai layanan dan barang hasil kreasi pelaku
UMKM. Dimulai dengan aktivitas pagi hari ketika sarapan kita mencari
bubur atau kue-kue makanan ringan yang dijual UMKM, membeli
kebutuhan pokok di warung dekat rumah, sampai menitipkan anak di
playgroup terdekat yang juga adalah UMKM. Adapun di era digital saat ini,
bahkan ada pula yang tidak memiliki toko serta hanya memasarkan
produknya secara online, dan belum memiliki perizinan usaha. Pelaku
usaha dengan karakteristik tersebut dapat ditemukan di sekitar kita, baik
itu saudara, tetangga, teman atau kita sendiri. Dari namanya UMKM
memang memiliki kepanjangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM), namun jangan salah si kecil ini memiliki kontribusi yang sangat
besar dan krusial bagi perekonomian kita secara makro.
Kementerian Koperasi dan UKM RI melaporkan bahwa secara
jumlah unit, UMKM memiliki pangsa sekitar 99,99% (62.9 juta unit) dari
total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia (2017), sementara usaha besar
hanya sebanyak 0,01% atau sekitar 5400 unit. Usaha Mikro menyerap
sekitar 107,2 juta tenaga kerja (89,2%), Usaha Kecil 5,7 juta (4,74%), dan
Usaha Menengah 3,73 juta (3,11%); sementara Usaha Besar menyerap
sekitar 3,58 juta jiwa. Artinya secara gabungan UMKM menyerap sekitar
97% tenaga kerja nasional, sementara Usaha Besar hanya menyerap sekitar
3% dari total tenaga kerja nasional!

I. Kriteria UMKM
Di Indonesia Undang-Undang yang mengatur tentang UMKM
adalah UU No. 20/2008, dalam UU tersebut UMKM dijelaskan sebagai:
“perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola oleh seseorang atau dimiliki oleh
sekelompok kecil orang dengan jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu.”
Berikut kriteria kekayaan dan pendapatan di dalam UU tersebut.

Tabel 1. Kriteria UMKM dan Usaha Besar Berdasarkan Aset dan Omzet

Sumber: UU No. 20/2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Ukuran usaha dapat dikategorikan ke dalam Usaha Mikro apabila


memiliki aset maksimal Rp 50 juta dan omzet maksimal Rp 300 juta per
tahun atau sekitar Rp1.000.000 per hari (asumsi beroperasional aktif selama
300 hari/tahun); sementara batas atas omzet untuk Usaha Kecil adalah
sekitar Rp8,3 juta per hari; dan batas atas omzet Usaha Menengah adalah
sekitar Rp167 juta per hari. Kini kita dapat menentukan sendiri apakah
usaha yang kita jalankan termasuk dalam usaha skala mikro, kecil, atau
menengah dengan merujuk pada kriteria UMKM di atas.

II. Bidang Usaha UMKM


Jumlah UMKM sangat banyak. Jika dibandingkan dengan jumlah
unit Usaha Besar yang hanya sekitar 5.000 unit, maka jumlah UMKM lebih
dari 10.000 kali lebih banyak! UMKM sebanyak itu, bergerak di bidang
usaha apa saja, ya? Berdasarkan paparan dari perwakilan BPS di suatu
FGD yang pernah kami selenggarakan bersama Kementerian Koperasi dan
UKM RI (pada 31 Oktober 2017), disampaikan bahwa secara umum bidang
usaha UMKM dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu Pertanian dan
Non-Pertanian. Jumlah usaha di kelompok Pertanian dihitung melalui
Sensus Pertanian 2013 (bukan survei); sementara yang non-pertanian
dihitung melalui Sensus Ekonomi 2016. Kondisi ini membuat perhitungan
total jumlah UMKM menjadi agak membingungkan, karena tidak bisa
jumlah angka usaha pertanian (2013) ditambahkan dengan jumlah usaha
non-pertanian (2016). Terlebih, pada Sensus Ekonomi 2016, BPS
mengkategorikan publikasi datanya ke dalam 2 kelompok: Usaha Mikro
Kecil (UMK) dan Usaha Menengah Besar (UMB); jadi kita tidak bisa
mengetahui rincian per skala mikro, kecil, menengah, dan besar. Untuk
melakukan ini mungkin butuh akses ke database mentah hasil Sensus
Ekonomi 2016 tersebut.
Alih-alih mempermasalahkan soal data, setidaknya dari hasil Sensus
Pertanian BPS 2013, kita bisa mengetahui bahwa jumlah Rumah Tangga
Usaha Pertanian adalah 26.135.469 unit; diantaranya ada 0.016%atau sekitar
4.200 unit yang sudah berbadan hukum. Sementara berdasarkan hasil
Sensus Ekonomi BPS 2016, diketahui bahwa jumlah UMK adalah 26.263.649
unit, sementara jumlah UMB adalah 447.352 unit.
Gambar 1. Distribusi Bidang Usaha untuk UMKM
Sumber: Sensus Ekonomi 2016, http://se2016.bps.go.id

Berdasarkan diagram di atas, berikut ini merupakan 3 bidang usaha


UMK non-pertanian yang jumlah pelaku usahanya menempati urutan
teratas dalam perekonomian nasional:

1. Perdagangan besar & eceran


Usaha di bidang perdagangan besar dan eceran adalah penjualan
barang tanpa adanya proses merubah bentuk produk yang
diperdagangkan, kecuali sebagai kegiatan penyortiran atau pengemasan
ulang. Contohnya adalah pedagang buah-buahan yang membeli buah
dalam skala besar (truk) untuk dijual kembali secara eceran (kiloan); atau
distributor kripik yang mengumpulkan kripik yang diproduksi oleh
beberapa ibu rumah tangga, untuk kemudian dikemas, diberi label, dan
dijual secara eceran pula.
2. Penyediaan akomodasi & penyediaan makan minum
Usaha akomodasi dan penyediaan makan minum mencakup jenis
usaha restoran, rumah makan, jasa boga (katering), pusat penjualan
makanan (food court), kafe dll. Usaha katering yang melayani penyediaan
makanan untuk acara atau kebutuhan logistik (misalnya pengadaan
makanan atau snack untuk pesawat terbang, kereta api. kapal, dll) juga
termasuk ke dalam kategori ini.
3. Industri pengolahan
Industri pengolahan meliputi berbagai kegiatan produksi yang
mengubah bentuk bahan baku/mentah menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi yang siap digunakan atau dikonsumsi. Misalnya industri kain
yang mengubah kapas menjadi kain; atau industri konveksi yang
mengubah bentuk kain menjadi berbagai jenis pakaian; atau industri
minuman dalam kemasan yang mengubah berbagai jenis buah menjadi
minuman jus di dalam botol yang siap dikonsumsi. Adapun di kategori
Industri Pengolahan ini (manufaktur), terdapat sekitar 3.4 juta pelaku
UMKM (BPS, 2015), yang mayoritas bergerak di 5 bidang Industri, yaitu
Makanan dan Minuman (44.9%); Kerajinan Kayu dan anyaman (19.9%);
Tekstil dan pakaian jadi (14.4%); Barang galian bukan logam seperti
industri tepung, mika, dll (6.9%); dan furnitur (3.5%).

III. Kontribusi UMKM terhadap Perekonomian


Secara gabungan, skala kegiatan ekonomi UMKM memberikan
kontribusi sekitar 60% terhadap total Pendapatan Domestik Bruto
Indonesia. Pada 2017 lalu PDB Indonesia sekitar Rp13600 trilyun. Dengan
demikian, artinya total pendapatan UMKM adalah sekitar Rp8160 trilyun!
Usaha Mikro menyumbang sekitar Rp5000 trilyun per tahun, Usaha Kecil
Rp1300 trilyun, Usaha Menengah sekitar Rp1800 trilyun; dan Usaha Besar
sekitar Rp5400 trilyun.
Tabel 2.
Besaran Rata-rata Omset atau Pendapatan
untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan

Besar
Sumber: Kemenkop UKM RI 2017, BPS.

Tabel 2 menunjukkan bahwa produktivitas per unit usaha memang


mengalami peningkatan sejalan dengan kategori skala usahanya. Usaha
Mikro hanya memiliki rata-rata pendapatan usaha sekitar Rp76 juta per
tahun atau Rp253 ribu per hari; Usaha Kecil Rp1,63 milyar per tahun atau
Rp.5,4 juta per hari; dan Usaha menengah Rp29.7 milyar per tahun atau
sekitar Rp99 juta per hari. Sementara rata-rata pendapatan Usaha Besar
adalah sekitar Rp941 milyar per tahun atau Rp3,15 milyar per hari (asumsi
300 hari per tahun). Hal ini berarti produktifitas Usaha Besar 12.394 kali
lipat lebih besar daripada Usaha Mikro, 583 kali lipat daripada Usaha Kecil,
dan 32 kali lipat daripada Usaha Menengah.
Jika dibandingkan dengan batas atas kriteria omsetnya, rata-rata
omset Usaha Mikro saat ini hanya sekitar 25% dari batas atas omset Rp300
juta; Usaha Kecil 65%, dan Usaha Menengah 59%. Hal ini seakan
menyiratkan bahwa produktifitas Usaha Mikro masih jauh lebih rendah
daripada Usaha Kecil maupun Menengah yang membuatnya secara umum
lebih rapuh dan mungkin saja mudah tergilas oleh tekanan persaingan.
Mau tidak mau memang harus ada pendampingan melekat dan terstruktur
agar Usaha Mikro dapat meningkatkan efisiensi produksi, produktifitas,
dan daya tahannya dalam menghadapi persaingan. Di sisi lain, pelaku
Usaha Mikro juga perlu membuka diri terhadap kebaruan teknologi,
khususnya dalam memanfaatkan berbagai solusi digital yang dapat
memperluas pasar sekaligus menekan berbagai biaya produksi.
Jumlahnya yang sangat banyak dan besarnya perannya dalam
menyediakan lapangan pekerjaan bagi wong cilik yang secara umum tidak
berpendidikan tinggi, membuat peran keseluruhan UMKM - khususnya
Usaha Mikro - bagi perekonomian amatlah penting! Apakah bisa kita
membayangkan betapa chaosnya Indonesia jika puluhan juta pelaku Usaha
Mikro tersebut tiba-tiba mogok berhenti berusaha dan mempekerjakan
dirinya sendiri, dan menuntut Usaha Besar atau pemerintah memberi
mereka pekerjaan?

IV. Sehatkah Struktur UMKM Indonesia?


Ini adalah pertanyaan yang sering saya tanyakan ke diri sendiri
juga. Apakah struktur UMKM Indonesia yang sangat didominasi oleh
Usaha Mikro ini sehat? Sekitar 98.7% UMKM kita adalah Usaha Mikro, dan
struktur seperti ini tidak berubah dari 10 tahun lalu, mengindikasikan
bahwa Usaha Mikro kita tak kunjung naik kelas menjadi Usaha Kecil atau
Menengah.

Tabel 3. Data Struktur UMKM di Uni Eropa.

Sumber: Annual Report of European SMEs 2016/2017


Dari data Tabel 3 dapat dilihat bahwa ternyata di negara maju
jumlah UMKM juga mendominasi proporsi jumlah unit usaha, yaitu 99.8%.
Namun jika dilihat komposisi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengahnya, ada
sedikit perbedaan dengan Indonesia; karena di Uni Eropa proporsi Usaha
Mikro hanya 93%; sementara di Indonesia 98.7%. Terlepas terdapat
perbedaan kriteria UMKM di Uni Eropa dengan di Indonesia, melalui
tulisan ini saya berasumsi bahwa struktur UMKM di negara yang sudah
lebih maju sejatinya lebih sehat daripada yang kita miliki saat ini. Terlebih
karena saya sepakat dengan fenomena missing middle pada struktur
UMKM Indonesia, dimana pelaku usaha terlalu didominasi oleh Usaha
Mikro, dan terlalu sedikit di usaha kecil maupun menengahnya. Untuk itu
saya ingin mengajak untuk berandai-andai. Jika kita ingin agar struktur
UMKM Indonesia menjadi seperti di Uni Eropa, berapa jumlah UMKM
yang harus dinaikkan kelasnya?
Dengan asumsi total unit usaha sekitar 62.9 juta unit, maka jumlah
Usaha Mikro kita agar proporsinya hanya 93% adalah sekitar 58.5 juta unit
saja; yang artinya sekitar 4.38 juta Usaha Mikro yang ada di Indonesia saat
ini perlu dinaikkan skalanya ke Usaha Kecil. Untuk itu, agar proporsi
Usaha Kecil hanya menjadi 5.82% seperti di Uni Eropa, maka jumlah Usaha
Kecil yang dibutuhkan adalah sekitar 3.66 juta unit, sehingga kelak jumlah
Usaha Kecil yang perlu dinaikkelaskan ke skala Usaha Menengah adalah
sekitar 717 ribu unit. Implikasi lanjutannya agar jumlah Usaha Menengah
kita sekitar 0.9% dari total unit usaha seperti di Uni Eropa, kita hanya
membutuhkan sekitar 592 ribu Usaha Menengah; sehingga sekitar
dinaikkelaskan menjadi Usaha Besar yaitu sebanyak 126 ribu unit. Dengan
kondisi eksisting saat ini yang diperkirakan jumlah Usaha Besar kita hanya
sekitar 5.000 unit (0,01% dari total unit usaha), artinya untuk bisa mencapai
0.2% Usaha Besar kita masih perlu 121 ribu UMKM (saat ini) bisa menjadi
Usaha Besar! Banyak juga, ya?!
V. Epilog: Renungan Bersama
Demikianlah potret UMKM nasional, si kecil yang berperan besar,
dan merupakan penopang kelancaran dan stabilitas perekonomian
nasional Indonesia. Adapun intisari yang ingin disampaikan adalah bahwa
terlepas dari besarnya peran yang telah diberikan oleh UMKM untuk
perekonomian, efektifitas pemberdayaan UMKM selama ini sepertinya
perlu dipertanyakan, karena struktur UMKM kita masih melulu
didominasi Usaha Mikro. Selain itu, jika digunakan struktur UMKM di Uni
Eropa sebagai benchmark, target pemberdayaan UMKM sangatlah besar.
Bagaimana tidak, mendampingi 100 Usaha Mikro untuk naik kelas ke
Usaha Kecil dalam 1 tahun saja tidak mudah, success rate 10% saja sudah
bagus. Apalagi 4.4 juta? Kalau success rate 20% kan artinya perlu 22 juta
pelaku Usaha Mikro yang mendapatkan pendampingan?
Kalau biaya pendampingan Usaha Mikro selama 1 tahun
diasumsikan sekitar Rp10juta per Usaha Mikro, maka akan dibutuhkan
anggaran sekitar Rp220 trilyun! Ini hampir 4x lipat dari total anggaran
Dana Desa yang Rp60 trilyun itu lho! Jadi, tentunya jelas hampir tidak
mungkin perubahan struktural ini dapat dicapai dalam 1 tahun. Bagaimana
kalau 10 tahun? Kalau dipukul rata berarti investasi yang dibutuhkan
sekitar Rp22 trilyun per tahun.
Orang bijak berkata, dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Jadi jika
ada kemauan, mestinya bisa disusun suatu program pendampingan Usaha
Mikro dengan kurikulum yang terstruktur dengan alat monitoring dan
evaluasi pendampingan yang juga jelas; dapat pula mungkin dilakukan
dengan mengoptimalkan Dana Desa? Tapi siapa yang akan menjadi leading
sector-nya? Kementerian Koperasi dan UKM RI, Kemendes, Kemenko
Perekonomian? Road map Kebijakan UMKM Nasional saja kita tidak punya.
Ibarat orkestra, kita ini seperti musisi yang bukan saja tidak jelas dirijennya
siapa, tapi juga tidak punya partiture. Apakah mungkin kita bisa
menghasilkan melodi yang harmoni?
Tapi ya sudahlah, kami sudah terlalu banyak berandai-andai.
Daripada berandai-andai lebih baik berdoa semoga semakin banyak pihak
yang peduli dan memberikan aksi nyata untuk memberdayakan Usaha
Mikro, agar lebih banyak yang bisa Naik Kelas. Sejatinya, jika memang
pemberdayaan UMKM itu isu penting, maka sejatinya basis data dan
dokumen road map itu ada. Tapi sampai sekarang, kita belum punya
keduanya. Apakah isu UMKM ini benar-benar penting? Yang jelas, rakyat
sudah lelah jargon, karena jargon itu enak di telinga tetapi ga enak di
kantong.
Terima kasih kepada seluruh pelaku dan penggiat UMKM, karena
semangat kemandirian Anda telah membangun pondasi kuat bagi
perekonomian kita semua.
TUJUAN PEMBUATAN BUKU INI

Kesulitan dan kurangnya pengetahuan UMKM dalam menyusunan


laporan keuangan adalah salah satu dari permasalahan yang sering
ditemukan pada UMKM. Permasalahan ini mendorong penyusun untuk
membuat buku ini, yang bertujuan agar:
1. Para pelaku UMKM mampu mengenal tentang usaha dalam bidang
jasa,
2. Para pelaku UMKM mampu mengetahui tentang kegiatan usaha yang
bergerak dalam bidang jasa,
3. Para pelaku UMKM mampu mengetahui tentang proses akuntansi
perusahaan jasa,
4. Para pelaku UMKM mampu membuat jurnal umum untuk sebuah
usaha yang bergerak dalam bidang jasa,
5. Para pelaku UMKM mampu memposting jurnal umum ke buku besar
untuk sebuah usaha yang bergerak dalam bidang jasa,
6. Para pelaku UMKM membuat neraca saldo untuk sebuah usaha yang
bergerak dalam bidang jasa,
7. Para pelaku UMKM mampu membuat jurnal penyesuaian untuk
sebuah usaha yang bergerak dalam bidang jasa,
8. Para pelaku UMKM mampu membuat neraca lajur (kertas kerja) untuk
sebuah usaha yang bergerak dalam bidang jasa,
9. Para pelaku UMKM mampu membuat laporan keuangan yang terdiri
dari laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan posisi
keuangan untuk sebuah usaha yang bergerak dalam bidang jasa,
10. Para pelaku UMKM mampu membuat jurnal penutup untuk sebuah
usaha yang bergerak dalam bidang jasa.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam Bidang Jasa


UMKM dalam bidang jasa adalah UMKM yang proses/
kegiatan bisnisnya memberikan pelayanan jasa, produk yang
dihasilkan oleh usaha ini adalah berupa layanan jasa kepada para
pelanggannya. Contoh UMKM dalam bidang jasa adalah usaha
laundry, usaha salon, usaha pijat, usaha jasa pengiriman, dan lain
sebagainya.

B. Kegiatan UMKM dalam Bidang Jasa


Kegiatan usaha dari UMKM dalam bidang jasa dapat dilihat
pada Gambar 2 di bawah ini

UMKM dalam
bidang jasa
UANG UANG

PEMILIK PRODUK PINJAMAN


BERUPA DARI PIHAK

KONSUMEN

UANG/
LABA

Gambar 2.
Kegiatan UMKM dalam Bidang Jasa

Penyusunan Laporan Keuangan Sederhana Bagi UMKM (Buku 1) | 1


Gambar 2 memperlihatkan kegiatan usaha dari sebuah
UMKM dalam bidang jasa, usaha ini didirikan oleh seorang pemilik
dengan menyetorkan modal berupa sejumlah uang dan mungkin
terdapat bantuan berupa pinjaman dana dari pihak ketiga. Dana
tersebut di kelola untuk menghasilkan produk berupa jasa yang
diberikan kepada konsumen. Konsumen memberikan uang sebagai
imbal hasil dari jasa yang telah diberikan. Dana atau laba yang
diperoleh dari penjualan jasa dibagikan kepada pemilik berupa laba
dan berupa pengembalian utang kepada pihak ketiga yang
meminjamkan dana kepada UMKM tersebut.

C. Akun-Akun pada UMKM dalam Bidang Jasa


Akun yang terdapat pada UMKM dalam bidang jasa secara
garis besar sama dengan usaha lain yaitu terdiri atas akun nominal
dan akun riil. Akun nominal berupa akun pendapatan dan akun
beban, dan akun riil berupa akun aset, akun kewajiban dan akun
modal.
BAB II
PROSES AKUNTANSI PADA UMKM DALAM
BIDANG JASA

A. Proses akuntansi pada UMKM dalam bidang jasa


(1) Pencatatan, merupakan kegiatan mencatat transaksi bisnis yang terjadi
di dalam perusahaan selama periode tertentu, dilakukan berulang-
ulang setiap kali terjadi transaksi keuangan. Transaksi bisnis dicatat ke
dalam jurnal umum yang tersedia pada usaha.
(2) Penggolongan, merupakan kegiatan menggolongkan transaksi bisnis ke
dalam akun buku besar yang sesuai.
(3) Peringkasan, merupakan kegiatan meringkas buku besar yang telah
dibuat sebelumnya ke dalam neraca saldo, jurnal penyesuaian, dan
neraca lajur (kertas kerja).
(4) Pelaporan, adalah kegiatan membuat laporan keuangan yang terdiri
dari laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan posisi
keuangan.
(5) Penganalisisan, merupakan kegiatan menganalisis laporan keuangan
yang telah dibuat untuk menghasilkan keputusan dan kebijakan yang
akan menguntungkan dan mengembangkan usaha.
Pencatatan

Penggolongan

Peringkasan

Pelaporan

Penganalisisan

Gambar 3.
Proses Akuntansi

B. Soal Latihan

Pada tanggal 1 Juni 2020, Tuan MARKISA mendirikan sebuah UMKM jasa
pengiriman local yang bernama UMKM HALILINTAR EXPRESS, berikut
adalah transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Juni 2020 pada
perusahaan tersebut.

(Jun 1)
Tuan Markisa menanamkan modalnya beruapa uang tunai senilai Rp.
150.000.000, mobil senilai Rp. 100.000.000, gedung senilai Rp. 250.0000.000,
peralatan kantor senilai Rp. 25.500.000 dan perlengkapan kantor senilai Rp.
23.350.000

(Jun 2)
Melayani pengiriman untuk Nyonya Labu senilai Rp. 1.350.000 dimana Rp.
750.000 sudah dibayar lunas.
(Jun 3)
Membayar sewa mobil untuk periode 2 bulan (Juni & Juli) yang bertujuan
menambah armada pengiriman senilai Rp. 50.000.000

(Jun 4)
Melayani pengiriman untuk PT SIPUT senilai Rp. 10.000.000, dimana
pembayaran telah diterima.

(Jun 5)
Tuan Markisa menambah modalnya di perusahaan dengan cara meminjam
uang ke BRI senilai Rp. 15.000.000 dengan bunga 10% per tahun untuk
jangka waktu 5 tahun.

(Jun 8)
Melayani pengiriman untuk Tuan Ceri senilai Rp.
850.500 Menerima pelunasan dari Nyonya Labu

(Jun 9)
Membeli papan nama dan spanduk untuk membuat nama perusahaan
senilai Rp. 5.520.000

(Jun 10)
Menjual jasa kepada Pak Hasan senilai Rp. 2.200.000 secara tunai

(Jun 12)
Membayar biaya bensin senilai Rp. 1.050.000

(Jun 13)
Menyelesaikan layanan pembungkusan paket untuk Tuan Cempedak
senilai Rp. 475.500 tetapi pembayaran belum diterima.

(Jun 14)
Tuan Markisa mengambil uang dari perusahaan senilai Rp. 12.755.000
untuk membeli sepeda ontel yang diimpikan sejak dahulu
(Jun 15)
Membayar gaji pegawai tengah bulanan senilai Rp. 2.235.000/orang. Nama-
nama pegawai selama ini yang bekerja di UMKM HALILINTAR
EXPRESS adalah pak bengkuang, pak kendondong, bu pencit, bu nanas,
pak timun dan pak jambu air.

(Jun 16)
Membeli 3 buah bendera senilai Rp. 184.500/buah

(Jun 17)
Melunasi 75% utang kepada BRI ditambah bunga untuk bulan Juni.

(Jun 19)
Menerima pembayaran dari PT KEONG senilai Rp. 17.500.000 untuk
layanan pengiriman berlangganan mulai bulan Juli 2020.

(Jun 20)
Membeli kertas, tinta printer dan pulpen untuk keperluan kantor senilai
Rp. 2.250.000

(Jun 21)
Membayar sampah, iuran RT dan sumbangan acara 17 Agustusan senilai
Rp. 550.000

(Jun 22)
Membayar reparasi mobil senilai Rp. 1.250.000 secara tunai.

(Jun 23)
Menerima tagihan listrik, air pdam dan telepon sebesar Rp. 2.255.500

(Jun 25)
Tuan Markisa menambah modalnya di perusahaan dengan menyetorkan
uang tunai senilai Rp. 27.570.000
Melunasi tagihan listrik, air pdam dan telepon yang muncul pada tanggal
23 Juni
Nyonya Melon menggunakan jasa UMKM HALILINTAR EXPRESS
senilai Rp. 11.550.000 tetapi belum melunasi.

(Jun 28)
Menerima pelunasan sebesar 50% dari total utang Nyonya Melon
Melunasi sisa utang ke BRI berikut denda yang dikenakan sebesar 12,5%
dari total pinjaman karena melunasi lebih awal

(Jun 30)
Membayar gaji pegawai tengah bulanan senilai Rp. 2.235.000/orang. Nama-
nama pegawai yang selama ini bekerja di UMKM HALILINTAR
EXPRESS adalah pak bengkuang, pak kendondong, bu pencit, bu nanas,
pak timun, bu cabe dan pak jambu air.

Dari transaksi-transaksi di atas buat dan susunlah:


a. Jurnal Umum
b. Buku Besar
c. Neraca Saldo
d. Jurnal Penyesuaian
e. Neraca Lajur (Kertas Kerja)
f. Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Laba Rugi, Laporan
Perubahan Modal dan Laporan Posisi Keuangan.
LEMBAR LATIHAN
I. Jurnal Umum
Langkah pertama adalah menyusun jurnal transaksi (jurnal

umum). Jurnal umum adalah alat untuk mencatat transaksi usaha yang

dilakukan secara kronologis (berdasarkan urutan waktu terjadinya) dengan

menunjukkan rekening yang harus di debet dan di kredit beserta

nominalnya masing-masing. Pada bagian atas tabel, berturut-turut adalah

nama usaha, judul kegiatan (yaitu: JURNAL UMUM) dan periode

pencatatan. Tanda Kurung di atas tabel diisi dengan halaman jurnal. Kolom

tanggal, terdiri atas dua bagian. Bagian kiri untuk mengisi bulan dan tahun

cukup sekali di baris pertama, bagian kanan diisi tanggal transaksi (sesuai

transaksi yang dicatat). Kolom Nama Akun, berisi ayat jurnal, untuk

mencatat nama rekening yang di debet dan nama rekening yang di kredit

terkait dengan transaksi yang terjadi. Dalam kolom ini juga dicatat

keterangan atau uraian singkat tentang transaksi yang dicatat. Kolom

Referensi diisi nomor akun buku besar, ketika jurnal telah diposting ke

buku besar. Kolom Debet, diisi dengan jumlah nominal transaksi yang di

debet. Kolom Kredit, diisi dengan jumlah nominal transaksi yang di kredit.
( )

Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit


Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit
Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit
Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit
Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit
Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit
Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit
II. Buku Besar
Setiap akun atas transaksi yang telah terjadi, usaha membuat satu

tabel buku besar dengan bentuk skontro (bentuk T) yang terdiri atas lima

kolom. Banyaknya buku besar adalah sebanyak akun yang terpengaruh

dari transaksi yang terjadi. Pada bagian atas tabel, berturut-turut adalah

nama usaha, judul kegiatan (yaitu: BUKU BESAR) dan periode pencatatan.

Nama Akun, diisi dengan nama akun, satu tabel buku besar, satu nama

akun. Akun diurutkan berdasarkan urutan likuiditas. Kode Akun, diisi

berdasarkan koding yang dilakukan perusahaan terhadap akun-akun

transaksinya, berturut-turut aset, utang, modal, pendapatan, dan beban.

Kolom tanggal, terdiri atas dua kolom, kolom pertama untuk mengisi bulan

dan tahun cukup sekali di baris pertama, dan kolom kedua diisi tanggal

transaksi (sesuai transaksi yang dicatat). Kolom Keterangan, berisi tujuan

atau uraian transaksi yang terjadi. Kolom Post. Ref. (Posting Referensi) diisi

halaman jurnal umum dari mana transaksi tersebut diposting. Misal,

transaksi yang diposting dari jurnal umum halaman satu, maka diisi: JU1.

Kolom Debet, diisi dengan jumlah nominal transaksi yang di debet. Kolom

Kredit, diisi dengan jumlah nominal transaksi yang di kredit.


Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref

Nama Akun: Kode Akun:

Tanggal Keterangan Post. Debet Kredit


Ref
III. Neraca Saldo
Neraca saldo adalah pencatatan akuntansi berisi rekapan saldo

akun-akun dari buku besar. Saldo adalah selisih antara jumlah sisi debet

dengan jumlah sisi kredit. Untuk akun aset, jika jumlah sisi debet suatu

rekening lebih besar daripada jumlah sisi kreditnya, maka saldo rekening

tersebut dinamakan saldo debet. Sebaliknya, jika jumlah sisi kredit suatu

rekening lebih besar daripada jumlah sisi debetnya, maka saldo rekening

tersebut dinamakan saldo kredit (hal ini berlaku untuk akun aset,

sedangkan liabilitas/ kewajiban dan modal berlaku sebaliknya). Setiap

akhir periode tertentu (bisa mingguan, bulanan, triwulanan, catur wulan,

semester, atau tahuan dan lain-lain), usaha akan menyusun neraca saldo,

yaitu suatu daftar saldo rekening yang berasal dari buku besar masing-

masing akun. Saldo dari rekening buku besar diperoleh dari hasil

penjumlahan sisi debet dan sisi kredit atau selisih antara keduanya.

Sebelum neraca saldo digunakan untuk menyusun laporan keuangan,

neraca saldo tersebut harus disesuaikan dengan kondisi riil usaha pada

akhir periode. Sehingga langkah berikutnya setelah rekening saldo adalah

melakukan penyesuaian pada akun-akun tertentu agar yang dilaporkan

pada laporan keuangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.


( )

KETERANGAN DEBET KREDIT

JUMLAH
IV. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian dibuat untuk menyesuaikan kondisi usaha

kepada kondisi riil yang telah terjadi. Berikut adalah data untuk

penyesuaian pada UMKM HALILINTAR EXPRESS:

a. Sewa dibayar dimuka telah terpakai berjumlah Rp. 21.550.000,

b. Perlengkapan kantor yang tersisa pada akhir bulan adalah Rp.


2.875.500,

c. Sebagai pemilik usaha tuan Markisa memperkirakan gedung yang


dimiliki saat ini dapat dipakai selama 20 tahun dengan nilai sisa Rp.

10.000.000 di akhir masa pakainya,

d. Terdapat karyawan yang bernama Nyonya Mengkudu dan Tuan Pir

yang belum dibayar gajinya senilai Rp. 4.470.000,

e. PT KEONG ternyata menggunakan jasa UMKM Halilintar Express


lebih awal yaitu senilai Rp. 1.565.000,

f. Nyonya Melon belum juga melunasi 50% utangnya kepada UMKM

Halilintar Express.
( )

Tanggal Nama Akun Ref Debet Kredit


V. Neraca Lajur
Agar penyusunan laporan keuangan dapat dilakukan secara teliti dan terhindar dari kesalahan, maka

perlu dibuat alat bantu yang dinamakan dengan neraca lajur. Neraca lajur atau worksheet adalah suatu kertas

berkolom-kolom (berlajur-lajur) yang dirancang untuk menghimpun semua data akuntansi yang dibutuhkan

pada saat usaha akan menyusun laporan keuangan dengan cara benar, terhindar dari kesalahan, dan sistematis.

Dengan neraca lajur, saldo rekening buku besar disesuaikan, diseimbangkan, dan disusun menurut cara-cara

yang sesuai dengan penyusunan rekening-rekening dalam laporan keuangan. Perlu diingat bahwa neraca lajur

bukanlah laporan keuangan. Oleh itu, neraca lajur tidak perlu diberikan kepada pihak luar usaha.

Neraca lajur biasanya terdiri atas sepuluh kolom yaitu kolom Nama Rekening, Bagian Neraca Saldo,

Penyesuaian, Neraca Saldo setelah disesuaikan, Laporan Laba Rugi, dan Laporan Posisi Keuangan yang masing-

masing terdiri atas dua kolom, yaitu kolom debet dan kolom kredit. Pada bagian atas neraca lajur harus ditulis

berturut-turut, nama usaha, judul kertas kerja (tulis: NERACA LAJUR), dan periode pencatatan.

Langkah-langkah pengerjaan neraca lajur:

1. Masukkan saldo-saldo rekening buku besar ke dalam kolom neraca saldo pada formular neraca lajur,
sesuai dengan jenis saldo (debet kreditnya).

2. Masukkan ayat-ayat jurnal penyesuaian ke dalam kolom “penyesuaian”.

40 | Penyusunan Laporan Keuangan Sederhana Bagi UMKM (Buku 1)


3. Mengisi kolom-kolom neraca saldo setelah disesuaikan yang merupakan penghitungan angka-angka dari

neraca saldo yang telah ditambah/dikurangi dengan penyesuaian.

4. Memindahkan jumlah-jumlah di dalam kolom-kolom neraca saldo setelah disesuaikan ke dalam kolom-

kolom rugi dan laba atau kolom laporan posisi keuangan. Akun-akun rekening nominal (pendapatan dan

beban-beban) masuk ke kolom laba/ rugi dan akun-akun rekening riil (aset/ harta, utang, dan modal)

masuk ke kolom laporan posisi keuangan.

5. Neraca lajur siap digunakan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.


( )
CATATAN:
VI. Laporan Laba/ Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang pertama kali

harus disusun oleh usaha sebelum disusunnya laporan keuangan yang

lain. Isi dari laporan laba rugi ini ialah data-data pendapatan sekaligus

beban yang ditanggung oleh usaha. Biasanya laporan ini dibuat untuk

menjelaskan kondisi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Oleh

karena itu, sebagian besar laporan dikerjakan pada akhir tahun. Laporan

laba rugi akan mempertandingkan antara pendapatan dan beban, dan dari

selisih keduanya akan diketahui laba atau rugi dari usaha yang dijalankan.

Data laba atau rugi usaha akan digunakan untuk menyusun laporan

keuangan usaha berikutnya, yaitu laporan perubahan modal. Pada bagian

atas tabel laporan laba/ rugi harus ditulis berturut-turut, nama usaha, judul

laporan (tulis: LAPORAN LABA/ RUGI), dan periode pencatatan.

Masukkan akun-akun beserta nilai nominalnya (yang ada di kolom laporan

laba rugi pada neraca lajur) ke dalam laporan laba/ rugi. Akun yang masuk

ke laporan laba rugi adalah akun rekening nominal, yaitu pendapatan dan

beban-beban.

Penyusunan Laporan Keuangan Sederhana Bagi UMKM (Buku 1) | 45


VII. Laporan Perubahan Modal
Pada bagian atas laporan perubahan modal harus ditulis berturut-
turut, nama usaha, judul kertas kerja (tulis: LAPORAN PERUBAHAN
MODAL), dan periode pencatatan. Laporan perubahan modal intinya
adalah menghitung modal awal (yang terdapat pada neraca saldo)
dikurangi/ ditambah dengan rugi/ laba (yang berasal dari laporan laba/
rugi), dikurangi prive (pengambilan uang perusahaan untuk kepentingan
pribadi pemilik) jika ada.
VIII. Laporan Posisi Keuangan
Pada bagian atas laporan posisi keuangan harus ditulis berturut-
turut, nama usaha, judul kertas kerja (tulis: LAPORAN POSISI
KEUANGAN), dan periode pencatatan. Akun-akun yang masuk ke
laporan posisi keuangan adalah akun-akun rekening riil, yaitu aset/ harta/
aktiva, utang (liabilities), dan modal. Karena sebelumnya sudah menyusun
neraca lajur sebagai alat bantu untuk menyusun laporan keuangan, maka
angka-angka di kolom laporan posisi keuangan pada neraca lajur bisa
langsung dipindahkan ke laporan posisi keuangan yang terpisah.
IX. Jurnal Penutup

Jurnal penutup dibuat untuk memindahkan saldo-saldo rekening


sementara (rekening-rekening nominal dan rekening prive, jika ada).
Tujuan pembuatan jurnal penutup adalah:
1. Menutup rekening sementara/ temporer/ nominal, menutup berarti
meng-nolkan (mengurangi saldo rekening sehingga menjadi nol).
Dengan demikian, saldo rekening pada periode berikutnya dimulai
dengan saldo nol, karena rekening nominal hanya berlaku untuk
satu periode.
2. Agar saldo rekening modal menunjukkan jumlah yang sesuai
dengan keadaan pada akhir periode, sama dengan jumlah modal
akhir yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan.
Penutupan pembukuan biasanya dilakukan dengan urutan berikut:
menutup semua rekening pendapatan dengan memindahkan saldo setiap
rekening pendapatan ke rekening laba/ rugi.
a. Menutup semua rekening beban dengan memindahkan saldo setiap
rekening biaya ke rekening laba/ rugi.
Pendapatan xxx -
Ikhtisar Laba/Rugi - xxx
b. Menutup rekening laba/ rugi dengan memindahkan saldo setiap
rekening pendapatan ke rekening modal.
Ikhtisar Laba/Rugi xxx -
Beban-beban - xxx
c. Menutup rekening prive (jika ada) dengan memindahkan saldo
rekening tersebut ke modal.
Ikhtisar Laba/Rugi xxx -
Modal - xxx
( )

KETERANGAN DEBET KREDIT

JUMLAH
X. Neraca Saldo Setelah Penutupan
Suatu daftar yang berisi saldo-saldo rekening buku besar setelah

perusahaan melakukan penutupan buku. Pada bagian atas neraca harus

ditulis berturut-turut, nama usaha, judul kertas kerja (tulis: NERACA

SALDO SETELAH PENUTUPAN BUKU), dan periode pencatatan.

JUMLAH ASET JUMLAH PASIVA


DAFTAR RUJUKAN

http://se2016.bps.go.id

Jusup, Al. H. 2014. Dasar-dasar Akuntansi Jilid 1. STIE YKPN. Yogyakarta

Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi Adaptasi IFRS. Jakarta. Erlangga

Sangsoko, C., dkk. 2016. Akuntansi Suatu Pengantar “Berbasis PASK”.


Jakarta. Salemba Empat.

Undang-undang No.20/2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Weygandt, Kimmel & Kieso. 2019. Financial Accounting IFRS Edition.


United States of America. Wiley.

William, Jan R. Haka, S F. Bettner, M S. & Carcello, J V. 2010. Financial and


Managerial Accounting. 15th Edition. Washington. McGrawHill.

www.bps.go.id

www.depkop.go.id

www.ukmindonesia.id
GLOSARIUM

Akun = kumpulan catatan transaksi keuangan.


Buku Besar = pencatatan transaksi perusahaan ke dalam
masing-masing akun untuk mengetahui saldo
debet atau kreditnya selama 1 periode.
Debet = dalam akuntansi, debit (disingkat Dr), yang
diturunkan dari bahasa Latin debere,
merupakan lawan dari kredit. Debet artinya
pencatatan akuntansi dimana aset dan biaya
mengalami peningkatan. Debit biasanya
berada di sisi sebelah kiri dan pertambahan
asset bisa berupa penambahan uang, alat
hingga hal yang tidak berwujud secara
langsung seperti sewa ataupun piutang.
Jurnal Penutup = dibuat untuk menutup akun rekening
nominal (temporer/sementara) yaitu dengan
cara memindahkan saldo-saldo rekening
sementara (rekening -rekening nominal dan
rekening prive, jika ada).
Jurnal Penyesuaian = ayat-ayat jurnal yang akan menyamakan
anatara pencatatan akuntansi dengan kondisi
sebenarnya masing-masing akun pada akhir
periode akuntansi sehingga laporan
keuangan bisa dipertanggungjawabkan.
Jurnal Umum = alat untuk mencatat transaksi perusahaan
yang dilakukan secara kronologis
(berdasarkan urutan waktu terjadinya)
dengan menunjukkan rekening yang harus
didebet dan dikredit beserta nominalnya
masing-masing.
Kredit = pencatatan akuntansi untuk akun hutang dan
ekuitas yang mengalami peningkatan. Kredit
biasa terletak di sisi kanan dan memiliki
nama latin credere. Jika aset maupun beban
berada pada posisi kredit maka artinya
pengurangan nilai dari akun tersebut.
Laba = selisih postif antara pendapatan dikurangi
beban
Laporan Laba Rugi = laporan keuangan yang berisi data-data
pendapatan sekaligus beban yang ditanggung
oleh perusahaan, mempertandingkan antara
pendapatan dan beban dan dari selisih
keduanya akan diketahui laba atau rugi
perusahaan.
Laporan Perubahan = laporan keuangan yang menghitung Modal
Modal Awal (yang terdapat pada Neraca Saldo)
dikurangi/ ditambah Rugi/Laba (yang berasal
dari Laporan Laba/Rugi), dikurangi prive
(pengambilan uang perusahaan untuk
kepentingan pribadi pemilik) jika ada.
Laporan Posisi = laporan keuangan yang mencerminkan
Keuangan kondisi keuangan perusahaan. Kondisi
keuangan perusahaan bisa dilihat dari
kondisi akun riilnya, yang terdiri atas harta/
aset, utang dan modal perusahaan.
Neraca Lajur = disebut juga dengan Kertas Kerja/worksheet,
yaitu suatu kertas berkolom-kolom (berlajur-
lajur) yang dirancang untuk menghimpun
semua data akuntansi yang dibutuhkan pada
saat perusahaan akan menyusun laporan
keuangan dengan cara benar, terhindar dari
kesalahan, dan sistematis.
Neraca Saldo = pencatatan akuntansi berisi rekapan saldo
akun-akun buku besar.
NSSD = kepanjangan dari neraca saldo setelah
penutupan , yaitu suatu daftar yang berisi
saldo-saldo rekening buku besar setelah
perusahaan melakukan penutupan buku.
Omzet = jumlah uang secara keseluruhan dari
penjualan barang /jasa.
Rugi = selisih negatif antara pendapatan dikurangi
beban.
Saldo Akun = selisih antara total debit dan total kredit akun.
SAP ETAP = kepanjangan dari Standar Akuntansi
Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik). Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
adalah entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan; dan
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan
umum (general purpose financial statement) bagi
pengguna eksternal, contohnya UMKM.
UMKM = Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Ukuran
Usaha Mikro apabila memiliki aset maksimal
Rp 50 juta , omzet maksimal Rp 300 juta per
tahun atau sekitar Rp1.000.000 per hari
(asumsi beroperasional aktif selama 300
hari/tahun); Usaha Kecil asset antara 50 juta
sampai dengan 500 juta, omset maksimal 8,3
juta per hari; dan sedangkan Usaha
Menengah memiliki asset 500 juta sampai
dengan 10 Milyar dan omzet sekitar Rp167
juta per hari.
ISBN 978-602-1150-47-4
Penerbit CV. Bintang Sejahtera
Anggota IKAPI No: 136/JTI/2011
Telp. 0341-5035921, 082140150043
e-mail:[email protected] 9 786021 150474

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai