CJR Akbar Hasadi Putra Siregar - 4193250003

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL JURNAL RIVIEW

(PEMANFAATAN APLIKASI GRAF PADA PEMBUATAN JALUR ANGKOT 05


TASIKMALAYA)

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Matematika Diskrit

Dosen Pengampu : Faridawaty Marpaung, S.Si., M.Si.

Oleh:

Nama : Akbar Hasadi Putra Siregar

NIM : 4193250003

Kelas : Ilmu Komputer C

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karna atas berkat,
rahmat dan anugerah – Nya saya dapat menyelesaikan Critical Jurnal Review ini tepat pada
waktunya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Faridawaty Marpaung, S.Si.,
M.Si. selaku dosen mata kuliah Matematika Diskrit atas bimbingannya dalam penyelesaian
Critical Jurnal Riview ini.

Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Critical Jurnal Riview ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik, saran dan
usulan demi perbaikan hasil riview jurnal saya, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, 07 Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................2
1.1.Latar Belakang..............................................................................................................2
1.2.Rumusan Masalah........................................................................................................3
1.3.Tujuan...........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................4
2.1.Pendahuluan.................................................................................................................4
2.2.Tinjauan Pustaka..........................................................................................................6
2.3.Identitas Jurnal..............................................................................................................7
2.4.Ringkasan Jurnal..........................................................................................................7
2.5.Metodologi.................................................................................................................12
2.6.Hasil dan Pembahasan Penelitian...............................................................................12
BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN..................................................................13
3.1.Kelebihan....................................................................................................................13
3.2.Kekurangan.................................................................................................................13
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................14
4.1.Kesimpulan.................................................................................................................14
4.2.Saran...........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15
LAMPIRAN.........................................................................................................................16

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Teori graf lahir pada tahun 1736 melalui tulisan Euler yang berisi tentang upaya
pemecahan masalah jembatan Konigsberg yang sangat terkenal di Eropa. Kurang lebih
seratus tahun setelah lahirnya tulisan Euler tersebut tidak ada perkembangan yang berarti
dengan teori graf.
Tahun 1847, G.R. Kirchoff (1824-1887) berhasil mengembangkan teori pohon
(Theory of trees) yang digunakan dalam persoalan jaringan listrik. Sepuluh tahun kemudian,
A.Cayley (1821-1895) juga menggunakan konsep pohon untuk menjelaskan permasalahan
kimia yaitu hidrokarbon.
Pada masa Kirchoff dan Cayley juga telah lahir dua hal penting dalam graf. Salah
satunya berkenaan dengan konjektur empat warna, yang menyatakan bahwa untuk mewarnai
sebuah atlas cukup dengan menggunakan empat warna sedemikian sehingga tiap negara yang
berbatasan akan memiliki warna yang berbeda.
Para ahli teori graf berkeyakinan bahwa orang yang pertama kali mengemukakan
masalah empat-warna adalah A.F.Mobius (1790-1868) dalam salah satu kuliahnya di tahun
1840. Sepuluh tahun kemudian, A.Demorgan (1806-1871) kembali membahas masalah ini
bersama ahli-ahli matematika lainnya di kota London. Dengan demikian tulisan Demorgan
dianggap sebagai referensi pertama berkenaan dengan masalah empat-warna. Masalah empat-
warna ini menjadi sangat terkenal setelah Cayle mempublikasikannya tahun 1879 dalam
Proceeding of the Royal Geographic Society volume pertama.
Hal ini yang penting untuk membicarakan sehubungan dengan perkembangan teori
graf adalah apa yang dikemukakan oleh Sir W.R. Hamilton (1805-1865). Pada tahun 1895 dia
berhasil menemukan suatu permainan yang kemudian dijualnya ke sebuah pabrik mainan di
Dublin. Permainan tersebut dari kayu berbentuk dodecahedron beraturan yakni berupa
sebuah polyhedron dengan 12 muka dan 20 pojok. Tiap muka berbentuk sebuah pentagon
beraturan dan tiap pojoknya dibentuk oleh tiga sisi berbeda. Tiap pojok dari dodecahedron
tersebut dipasangkan dengan sebuah kota terkenal seperti London, New York, Paris, dll.
Masalah dalam permaianan ini adalah kita diminta untuk mencari suatu rute melalui sisi-sisi
dari dodecahedron sehingga tiap kota dari 20 kota yang ada dapat dilalui tepat satu kali.
Walaupun saat ini masalah tersebut dapat dikategorikan mudah, akan tetapi pada saat itu
tidak ada seorang pun yang bisa menemukan syarat perlu dan cukup dari eksistensi rute yang
dicari.
Kurang lebih setengah abad setelah Hamilton, aktivitas dalam bidang teori graf dapat
dikatakan relatif kecil. Pada tahun 1920-an kegiatan tersebut muncul kembali yang dipelopori
oleh D.Konig. Konig berupaya mengumpulkan hasil-hasil pemikiran para ahli matematika
tentang teori graf termasuk hasil pemikirannya sendiri, kemudian dikemasnya dalam bentuk
buku yang di terbitkan pada tahun 1936. Buku tersebut dianggap sebagai buku pertama
tentang teori graf.

2
1.2.Rumusan Masalah

 Apa dan bagaimana isi dari tiap struktur jurnal?


 Bagaimana inti sari atau ringkasan dari setiap materi jurnal?
 Bagaimana kelebihan dan kekurangan jurnal?

1.3.Tujuan

 Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Matematika Diskrit


 Mencari dan mengetahui informasi mengenai topik yang ada di dalam jurnal
 Mencari tau keunggulan dan kelemahan jurnal
 Melatih diri berpikir kritis dalam mencari informasi yang ada pada jurnal
 Meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa pada mata kuliah Matematika Diskrit

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pendahuluan

Matematika merupakan ilmu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Matematika juga merupakan media untuk melatih kemampuan berfikir kritis, kreatif dan
dapat menyelesaikan masalah. Matematika sendiri berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman yang semakin hebat. Matematika menjadi alat bantu di kehidupan yang menunjang
ilmu-ilmu pengetahuan serta menjadi ilmu pokok dalam perkembangan teknologi di dunia.
Seorang matematikawan dari Jerman terhebat sepanjang masa, Gauss, pernah mengatakan
bahwa „Matematika adalah ratu dari sains„ (Aji, Rizqon Halal Syah, 2014:157). Matematika
sangat erat kaitannya dengan pola pikir manusia yang berpengaruh dalam kehidupan.
Perkembangan pesat dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi
oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan
matematika diskrit.
Matematika diskrit adalah cabang matematika yang membahas segala sesuatu yang
bersifat diskrit. Salah satu cabang pembahasan matematika diskrit adalah teori graf. Teori
graf merupakan cabang ilmu matematika yang memberikan gambaran dari sebuah masalah
kehidupan nyata ke dalam bentuk diagram yang bertujuan untuk memudahkan dalam
pemahaman (Masido, 2007). Teori graf pertama kali diperkenalkan oleh Leonhard Euler
seorang matematikawan berkebangsaan Swiss pada tahun 1736 melalui tulisan Euler yang
berisi tentang upaya pemecahan masalah jembatan Konigsberg yang sangat terkenal di Eropa.
Didefinisikan bahwa graf adalah himpunan pasangan terurut (V, E), dimana V adalah
himpunan vertex/titik dan E adalah himpunan edge/rusuk (Wibisono, 2008: 126). Sedangkan
menurut Cahyono (2000:1) Graf G adalah suatu himpunan tak kosong berhingga dari obyek
yang disebut titik-titik (vertex) bersama dengan suatu himpunan (mungkin kosong) dari
pasangan tak berurutan titik-titik dari Gyang disebut sisi (edges). Himpunan titik dari G
dinyatakan dengan V(G) dan himpunan sisi dinyatakan dengan E(G). Jadi dapat disimpulkan
bahwa Graf G adalah himpunan tak kosong yang berhingga yang terdiri dari V yaitu titik,
atau simpul, atau vertex atau node, serta E yaitu sisi, atau ruas, atau rusuk, atau edge, dimana
himpunan titik dari G dinyatakan dengan V(G) dan himpunan sisi dinyatakan dengan E(G).
Menurut Siang (2002:187) jika ditinjau dari arahnya graf dibedakan menjadi 2 yaitu,
jika semua garisnya berarah maka graf-nya disebut Graf Berarah (Directed Graph, atau
sering disingkat Digraph), sedangkan jika semua garisnya tidak berarah, maka graf-nya
disebut Graf Tak Berarah (Undirected Graph). Selain itu ada juga pendapat dari Munir
(2003: 293) bahwa sisi pada graf mempunyai orientasi arah. Berdasarkan orientasi arah pada
sisi, maka secara umum graf dibedakan atas 2 jenis, yaitu Graf tak-berarah (Undirected
Graph) dimana setiap sisi-sisinya tidak mempunyai orientasi arah dan Graf berarah (Directed
Graph, atau Digraph) dimana setiap sisi-sisinya memiliki atau diberikan orientasi arah.
Dalam suatu graf terdapat banyak permasalahan yang dapat diselesaikan, diantaranya
adalah pewarnaan (coloring), waktu minimal, aliran maksimal, mencari jarak terpendek, dan

4
lain-lain. Dari berbagai permasalahan tersebut, permasalahan yang menonjol dan sering kali
muncul adalah mengenai jarak terpendek. Jarak terpendek biasanya dihitung dari satu titik ke
titik lain dalam suatu graf. Untuk memudahkan dalam menentukan jarak terpendek dari suatu
graf dapat menggunakan suatu algoritma.
Secara bahasa algoritma adalah suatu metode khusus untuk menyelesaikan suatu
masalah yang nyata (Suryadi, 1996:2). Menurut Saniman dan Fathoni dalam jurnalnya (2008)
mengatakan bahwa algoritma adalah susunan langkah-langkah sistematis dan logis dalam
pemecahan suatu masalah. Ada 3 cara menyusun algoritma yaitu: (1) Dengan merumuskan
langkah-langkah pemecahan masalah melalui kalimat yang terstruktur (tersusun logis); (2)
Menggabungkan kalimat dengan penggalan statements yang ada di suatu bahasa
pemrograman; dan (3) Menggunakan diagram alir (flowchart). Dari sekian banyak algoritma,
untuk menentukan algoritma yang terbaik dalam proses pengerjaannya harus memperhatikan
beberapa kriteria yaitu: Ada Output, Efektifitas dan Efisiensi, Jumlah langkahnya berhingga,
Berakhir, dan Terstruktur. Dari kriteria tersebut diatas, dapat ditentukan suatu algoritma
terbaik dari sekian banyak algoritma yang ada, yaitu: “suatu algoritma harus menghasilkan
output yang tepat guna (efektif) dalam waktu yang relatif singkat dan penggunaan memori
yang relatif sedikit (efisien) dengan langkah yang berhingga dan prosesnya berakhir baik
dalam keadaan diperoleh suatu solusi ataupun tidak adanya solusi” (Suryadi, 1996: 3-4).
Penyelesaian masalah dengan model teori graf membutuhkan kecepatan, ketepatan,
serta kemudahan dalam penyelesaiannya, maka dalam hal tersebut algoritma adalah salah
satu solusi yang ditawarkan untuk permasalahan jarak terpendek pada suatu graf. Namun
untuk pemilihan algoritma yang efektif dan efisien yang dilihat dari proses pengerjaannya
adalah hal utama yang perlu dipertimbangkan sebelum mengerjakan suatu permasalahan
jarak terpendek pada suatu graf. Oleh karena itu sebelum menyelesaikan permasalahan
mengenai jarak terpendek pada suatu graf, haruslah mengetahui dengan jelas permasalahan
tersebut, lalu menentukan algoritma apakah yang dapat memudahkan proses menentukan
jarak terpendek pada suatu graf, sehingga memudahkan dalam proses menentukan jarak
terpendek, serta menjadikannya algoritma tersebut sebagai solusi yang efektif, efisien, serta
memiliki solusi yang tepat dalam menyelesaikan suatu permasalahan jarak terpendek.
Banyak algoritma yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan
yang berhubungan dengan jarak terpendek dari suatu graph, diantaranya adalah Algoritma
Bellman Ford, Algoritma Djikstra, dan Algoritma Floyd Warshall. Dari ketiga algoritma
jarak terpendek tersebut, algoritma Floyd Warshall yang sering digunakan, dikarenakan
kesederhanaan algoritmanya, serta memberikan solusi yang tepat untuk menentukan masalah
jarak terpendek. Algoritma Floyd Warshall memiliki input graf berarah dan berbobot, serta
menghitung bobot terkecil dari semua jarak yang menghubungkan sebuah pasangan titik, dan
melakukannya dalam sekaligus untuk semua pasangan titik (Siang, 2002: 272). Algoritma ini
mempresentasikan sebuah graf kedalam bentuk matriks untuk memudahkan dalam prosesnya.
Setelah dipresentasikan dalam bentuk matriks, barulah melakukan perhitungan dari setiap
titik-titiknya hingga menemukan jarak terpendek dari semua pasangan titik-titiknya. Dalam
proses pengerjaannya algoritma Floyd Warshall akan memeriksa jarak antara vi dan vj apakah
bisa lebih pendek jika melalui vi,vk dan vk,vj.

5
Algoritma Floyd Warshalladalah salah satu algoritma yang bisa ditawarkan untuk
menentukan jarak terpendek dari suatu graf dikarenakan kemudahan dalam implementasinya.
Namun masih banyak masalah jarak terpendek yang tidak terselesaikan dan tidak
menemukan solusi yang baik dengan menggunakan algoritma tersebut, dikarenakan belum
mengetahui definisi serta sifat-sifat dari algoritma Floyd Warshall. Sehingga dalam proses
pengerjaannya algoritma Floyd Warshall tidak memberikan solusi yang baik, serta tidak
menjadikan algoritma Floyd Warshall sebagai algoritma yang efektif dan efisien.
Dari penjelasan di atas untuk menentukan jarak terpendek dari suatu graf dapat
menggunakan algoritma, yang salah satunya adalah algoritma Floyd Warshall. Namun
algoritma Floyd Warshall tidak dapat menentukan jarak terpendek dari semua jenis graf,
dimana graf yang dapat diselesaikan dengan menggunakan algoritma Floyd Warshall hanya
suatu graf yang memiliki arah (Digraph), maka dapat diasumsikan bahwa: (1) Algoritma
Floyd Warshall hanya dapat menyelesaikan masalah jarak terpendek dari suatu graf yang
memiliki satu arah (tidak memiliki dua arah dalam satu garisnya); dan (2) Algoritma Floyd
Warshall akan lebih efektif dan efisien jika digunakan untuk suatu graf dengan jumlah titik
(vertex) yang kecil, dikarenakan apabila graf tersebut memiliki jumlah titik yang besar
(banyak), maka algoritma tersebut tidak memenuhi kriteria algoritma terbaik dalam
menyelesaikan suatu permasalahan (kurang efektif dan efisien).

2.2.Tinjauan Pustaka

Teori Graf merupakan pokok bahasan yang sudah tua usianya namun memiliki
banyak terapan sampai saat ini. Graf digunakan untuk mempresentasikan objek-objek diskrit
dan hubungan antara objek-objek tersebut. Representasi visual dari graf adalah dengan
menyatakan objek dinyatakan sebagai noktah, bulatan, atau titik. Sedangkan hubungan
antara objek dinyatakan dengan garis.
Graf sederhana (simple graf) adalah Graf yang tidak mengandung gelang maupun
sisi-ganda dinamakan graf sederhana. Graf tak-sederhana (unsimple-graf/multigraf) adalah
Graf yang mengandung ruas ganda atau gelung dinamakan graf tak-sederhana (unsimple graf
atau multigrapf).

Menurut cacatan sejarah, masalah jembatan Konigsberg adalah masalah yang pertama
kali menggunakan graf (tahun 1736). Di kota Konigsberg (sebelah timur negara bagian
Prussia, Jerman), sekarang bernama kota Kaliningrad, terdapat sungai Pregal yang mengalir
mengitari pulau Kneiphof lalu bercabang menjadi dua buah anak sungai.

Ada tujuh buah jembatan yang menghubungkan daratan yang dibelah oleh sungai
tersebut. Masalah jembatan Konigsberg adalah : apakah mungkin melalui ketujuh buah
jembatan itu masing-masing tepat satu kali, dan kembali lagi ke tempat semula?
Sebagian penduduk kota sepakat bahwa memang tidak mungkin memalui setiap jembatan itu
hanya sekali dan kembali lagi ke tempat asal mula keberangkatan, tetapi dengan cara coba-
coba. Tahun 1736, seorang matematikawan Swiss, L.Euler, adalah orang pertama yang
berhasil menemukan jawaban masalash itu dengan pembuktian yang sederhana.

6
Ia memodelkan masalah ini ke dalam graf. Daratan (titik-titik yang dihubungkan oleh
jembatan) dinyatakan sebagai titik (noktah) yang disebut simpul (vertex) dan jembatan
dinyatakan sebagai garis yang disebut sisi (edge). Setiap titik diberi label huruf A,B,C,dan D.

2.3.Identitas Jurnal

Judul Artikel PEMANFAATAN APLIKASI GRAF PADA


PEMBUATAN JALUR ANGKOT 05 TASIKMALAYA
Jurnal Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Tahun Terbit 2017
Pengarang Mira Kusmira, Taufiqurrochman
Penerbit Program Pascasarjana Magister Ilmu Komputer, STIMIK Nusa
Mandiri
Kota Terbit Jakarta Pusat
ISSN 2407-1846, 2460-8416

2.4.Ringkasan Jurnal

Graf merupakan pokok bahasan yang usianya sudah tua namun memiliki aplikasi
dalam kehidupan sehari-hari. Graf digunakan untuk mempresentasikan objek-objek diskrit
dan hubungan antara objek-objek tersebut.

Pembahasan tentang graf pertama kali digunakan untk menyelesaikan masalah ynag
terjadi dikota konigsbreg pada taun 1736 [1]. Dikota terdapat sebuah sungai prgal yang
menalir mengitari pulau kneiphof lalu bercabang menjadi dua buah anak sungai.

Graf dapat didefinisikan sebagai himpunan tidak kosong antara pasangan simpul-
simpul dan sisi-sisi yang menghubungkan sepasang simpul. Himpunan simpul tidak boleh
kosong, sedangkan himpunan sisi boleh kosong. Jadi suatu titik juga bisa disebut suatu graf.
Graf yang hanya terdiri dari satu buah simpul tanpa sebuah sisi pun disebut graf trivial.

Berdasarkan ada tidaknya gelang atau sisi ganda pada suatu graf, graf dapat
digolongkan menjadi dua jenis:

a. Graf Sederhana

Graf sederhana adalah graf yang tidak mengandung gelang maupun sisi ganda.
Contoh graf sederhan direfresentasikan dengan jaringan computer. Pada graf sederhan sisi
merupakan pasangan tak terurut,. Jadi sisi (u,v) sama saja dengan (v,u).

7
b. Graf tak Sederhana

Graf tak sederhana adalah grfa yang mengndung sisi ganda atau gelang. Graf
sederhana dibagi menjadi dua macam, yaitu gaf ganda dan graf semu. Graf ganda adalah graf
yang mengnadung sisi ganda. Sedangkan graf semu adalah graf yang mengandung gelang.
Sisi pada graf semu dapat terhubung ke dirinya sendiri.

Berdasarkan orientasi arah pada sisi, maka graf dbedakan menjadi dua jenis:

a. Graf Tak berarah

Graf tak berarah adalah graf yang sisinya tidak mempunyai orientasi arah. Urutan
pasangan simpul pada graf beraaah tidak diperhatikan, jadi sisi (u,v) sama dengan (v,u).
contoh graf tak berarah dalam kehidupan sehari hari adalah jaringan pada saluran secara dua
arah.

b. graf berarah

Graf berarah adalah graf yang setiap ssinya diberikan orientasi arah. Sisi sisinya yang
berarah ini biasa disebut busur. Pada graf berarah, sisi(u,v) tidak sama dengan (v,u). untuk
busur (u,v), simpul u merupakan simpul terminal. Dalam kehidupan sehari- hari, garaf
berarah biasa sring dipakai untuk menggambarkan aliran suatu proses.

Pembuatan jalur angkutan kota tidak jauh berbeda dengan persoalan tukang pos cina.
Persoalan tukang pos cina adalah bagaimana mengantarkan surat surat yang dibawa ke alamat
alamat sepanjang jalan, sedangkan persoalan jalur angkutan umum adalah bagaimana sang
supir angkot mengantarkan para penumpang bisa lebih cepat yang alamatnya tersebar di
sepanjang jalan. Persamaman lainnya. Sang tukang pos harus merencanakan rute perjalanan
agar ia hanya melewati setiap ruas jalan tepat sekali, begitu juga dengan supir anggkot.ia jiga
harus melewati setiap ruas jalan tepat sekali agar tidak boros bensin dan agar para
penumpang bisa lebih cepat tiba di tujuannya.tetapi ada sedikit perbedaan antara
permasalahan jalur angkutan kota dengan persoalan dengan tukangbpos cina. Pada persoalan
tukang pos cina, tukang pos harus kembali ketempat semula ketika ia sudah selesai
mengantarkan semua surat-suratnya sehingga akan membentuk suatu sirkuit Euler.
Sedangkan pada pembuatan jalur angkutan kota, supir angkot tidak kembali lagi ke tempat
asalnya, tetapi ia menuju ke terminal atau pemberhentian yang lain sehingga akan
membentuk suatu lintasan Euler.

Persoalan pertama yang akan dibahas adalah jika jalan yang akan dilewati angkutan
kota berupa lintasan euler. Jalan berupa lintasan euler merupkan jalan yang mudah untuk
dibuat rute angkutan kotanya. Jalan inilah yang digunakan oleh angkutan angkutan kota dapat
umumnya, yaitu dari terminal yang satu keterminal yang lainnya. Contoh jalan yang berupa
lintasan euler dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

8
Pada contoh jalan diatas, seperti persimpangan jalan mempunyai cabang yang
berjumlah genap, kecuali dua persimpangan yang mempunyai jumlah cabang yang ganjil. Hal
ini sesuai dengan syarat cukup dan perlu agar suatu graf disebut graf semi Euler, yaitu jika
dan hanya jika setiap simpul didalam graf berderajat genap mecuali dua jumlah simpul yang
berderajat ganjil. Hal ini dikarenakan simpul awal tidak sama dengan simpul akhir.
Pembuatan jalur pada lintasan Euler sama dengan jalur angkutan kota pada mumnya, dimana
sang supir mulai berangkat dari satu terminal menuju ke terminal lainnya, seperti terlihat
pada gambar dibawah ini

Jalan dengan linatasan Euler hanya membutuhkan satu jenis angkutan kota saja untuk
dapat melewati setiap ruas jalan yang ada. Sedangkan jumlah angkutan kota yang dibutuhkan
tergantung pada rute jalan yang dilewati. Jika rute yang dilewati panjang, maka akan
membutuhkan angkutan kota dengan jumlah yang banyak. Hal ini dilakukan agar para
penumpang agar tidak menunggu angkutan kotanya terlalu lama. Jika rute yang dilewati tidak
terlalu panjang maka tidak memerlukan angkutan kota terlalu banyak. Jika pada rute jalan
yang tidak terlalu panjang tersebut dioperasikan banyak nagkutan kota, maka para supir
angkutan kota tersebut akan mengalami persaingan yang sulit untuk mendapatkan
penumpang, sehingga segala cara akan dihalalkan, terutama ngetem.

Persoalan selanjutnya adalah jika jalan yang akan dilewati angkutan kota berupa
sirkuit Euler. Jalan berupa sirkuit Euler juga mudah untuk dibuat rute angkutan kotanya
karena pembuatan rutenya hamper sama dengan jalan yang berupa lintasan Euler.

9
Perbedaannya terletak pada tujuan akhir angkutan kota tersebut. Jika pada jalan yang berupa
lintasan Euler tujuan akhirnya adalah terminal lain, maka pada jalan yang berupa sirkuit Euler
tujuan akhirnya adalah terminal tempat dia berangkat. Contoh jalan yang berupa sirkuit Euler
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Pada contoh jalan diatas, setiap persimpangan jalan mempunyai jumlah cabang yang
sama, yaitu bercabang empat. Hal ini sesuai dengan syarat cukup dan perlu agar suatu graf
disebut graf euler, yaitu jika dan hanya jika setiap simpul didalam graf berderajat genap.
Pembuatan jalur pada sirkuit euler hampir sama dengan pembuatan jalur pada linatasan Euler,
tetapi tujuan akhirnya adalah terminal tempat angkutan kota tersebut berangkat, seperti
terlihat pada gambar dibawah ini.

Jalan dengan sirkuit Euler juga hanya membutuhkan satu jenis angkotan kota saja
untuk dapat melewati setiap ruas jalan yang ada. Jumlah angkutan kota yang dibutuhkan juga
tergantung pada rute jalan yang dilewati. Jika rute yang dilewati panjang maka akan
membutuhkan angkutan kota dengan jumlah yang banyak. alasanya sama dengan pembuatan
rute pada lintasan Eule, yaitu agar penumpang tidak menunggu angkutan kotanya terlalu
lama. Jika rute yang dilewati tidak terlalu panjang maka tidak memerlukan angkutan kota
yang terlalu banyak. Alasanya juga sama dengan pembuatan rute pada lintasan Euler.

Selanjutnya adalah jika jalan yang akan dilewati berupa gabungan dari lintasan dan
sirkuit Euler. Membuat jalaur angkotnya tidaklah semudah kedua persoalan diatas. pada jalan
yang seperti ini harus dilihat lebih dahulu jalur mana yang bisa dibuat lintasan atau sirkuit
Eulernya.

10
Ketika satu jalur sudah dibuat, maka kita tinggal membuat jalur lain yang tidak melewati
jalur yang pertama. contoh jalan yang berupa lintasan dan sirkuit Euler dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Terkadang tidak mungkin untk membuat jalur lain tanpa melewati jalur yang pertama.
Untuk mengatasi masalah ini, mau tidak mau kita harus menggunakan lebih dari satu
jenisangkot pada beberapa ruas jalan. Salah satu angkot (angkot yang berada pada sirkuit
Euler) akan kembali ketempat asalnya/ terminal keberangkatannya dan angkot yang lainnya
( angkot yang berada pada lintasan Euler) akan menuju ke tempat/ terminal lainnya.
Pembuatan jalur angkotnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Pada contoh diatas, tidak mungkin hanya menggunakan satu jenis angkot untuk
melewati semua ruas jalan, minimal akan diperlukan dua jenis angkot. Angkot 1 pda gambar
melewati jalur yang merupakan sirkuit Euler, sehingga angkot dari terminal satu tersebut
akan kembali lagi ke satu terminal satu. Sedangkan angkot 2 melewati jalur yang merupakan
lintasan Euler, sehingga angkot dari terminal satu tersebut akan menuju ke terminal dua.

Adanya dua jenis angkot dalam satu ruas jalan t erkadang akan membingungkan para
penumpang dalam menentukan angkot yang akan mereka pakai. Untuk meminimalkan
masalah masalah yang akan terjadi,maka ruas jalan yang sama-sama dilewati kedua angkot.
Kedua jalan tersebut dipilih karena merupakan jalan terpendek yang dilewati kedua angkot.
11

2.5.Metodologi

 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan dengan meneliti angkot jurusan indihiang – pancasila


Tasikmalaya.
 Metode Pembuatan Jalur
Metode yang digunakan dalm pembuatan makalah ini adalah metode persoalan tukang
pos cina. Metode ini bisa dibilang cukup terkenal dalam pembahsaan mengenai teori graf.
Persoalan yang dihadapi adalah bagaimana cara tukang pos cina dspst mengantarkan surat-
surat ke alamt sepajang jalan disuatu daerah tanpa melewati rute jalan yang samadua kali dan
kembali lagi ke tempat awal keberangkatan.
Untuk lintasan dan sirkuit ,penulis menggunakan lintasan dan sirkuit euler. Hal ini
dikarenakan persoalan tukang pos cina tidak lain adalah menentukan sirkuit euler didalam
graf. Jika peta tukang jalan tempat tuk ang pos menantarkan surat merupakan graf euler,
maka sirkut eulernya mudah ditemukan. Tetapi jika grafnya bukan euler maka beberapa sisi
didalam graf harus dilalui lebih dari sekali atau dengan menggunakan lebih dari satu tukang
pos.

2.6.Hasil dan Pembahasan Penelitian

Jalur angkutan kota akan lebih mudah dibuat jika jalan yang akan dilewati berupa
sirkuit Euler ataupun lintasan Euler, tetapi tidak melintasi keduanya. Kemudian mengenai
jumlah angkot yang dioperasikan pada satu rute. Sebaiknya jumlah angkot yang dioperasikan
disesuaikan dengan panjang rute angkot dari tempat asal ketujuannya. Jika rute angkotnya
jauh, maka jumlah angkot yang diopersikan harus cukup banyak sehingga para penumpang
yang akan naik angkot tidak menunggu angkot terlalu lama. Sebaliknya jika rute angkotnya
tidak terlalu jauh, jumlah angkot yang dioperasikan tidak perlu terlalu banyak. Hal ini
dilakukan juga demi kenyamanan para supir angkot.
12

BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

3.1 Kelebihan
Menurut saya peneliti sudah menjelaskan isi jurnal dengan baik, dimana peneliti
menyertakan gambar disetiap metodenya sehingga pembaca jurnal dapat memahami setiap
metodenya, dan peneliti juga menyertakan pembahasan dengan sangat rinci

3.2 Kekurangan
Menurut saya kekurangan jurnal ini adalah penggunaan atau penyampaian bahasanya
yang sulit dimengerti, banyaknya penjelasan dengan bahasa yang berat membuat pembaca
jurnal sulit untuk memahaminya.
13

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dengan pembuatan jalur angkutan kota yang rapih dan teratur, maka permasalahan
tentang transportasi dapat dikurangi. Para supir ankot akan mengurangi frekuensi ngetem
mereka karena hanya ada satu atau dua jenis angkot yang melewati jalan yang sama.
Kemacetan yang biasa terjadi juga akan berkurang karena jumlah supir angkot yang biasa
ngetem akan berkurang. Para pemakai angkutan kota juga akan lebih mudah dalam
menentukan angkot mana yang akan merekanaiki karena hanya ada satu atau dua jenis angkot
dan juga karena jalur angkot mereka jelas.
Jalur angkutan kota akn lebih mudah dibuat jika jalan yang akan dilewati berupa
sirkuit Euler ataupun lintasan Euler, tetapi tidak keduanya. Jika jalan berupa sirkuit Euler dan
lintasan Euler maka akan lebih sulit menentukan jalur angkutan kotanya karena harus dibuat
salahsatu jaur lebih dahulu baru kemudian dibuat jalur yang lain. Kesulitan lainnya adalah
dalam menentukan ruas jalan mana yang sebaiknya dipakai bersama-sama sebaiknya dipilih
jalan yang paling pendek sehingga tidak terlalu merugikan para supir angkot.
Selanjutnya mengenai jumlah angkot yang dioperasikan pada satu rute. Sebaiknya
jumlah angkot yang dioperasikan disesuaikan dengan panjang rute angkot dari tempat asal
ketujuannya. Jika rute angkotnya jauh, maka jumlah angkot yang diopersikan harus cukup
banyak sehingga para penumpang yang akan naik angkot tidak menunggu angkot terlalu
lama. Sebaliknya jika rute angkotnya tidak terlalu j auh, jumlah angkot yang dioperasikan
tidak perlu terlalu banyak. Hal ini dilakukan juga demi kenyamanan para supir angkot.
Mereka akan berfikir dua kali untuk ngetem kesempatan mereka untuk mendapatkan
penumpang akan berkurang.

4.2 Saran
Sebaiknya peneliti menjelaskan atau menuliskan hasil penelitiannya dengan
menggunakan bahasa yang mudah dipamahi dan dimengerti.
14

DAFTAR PUSTAKA
15

LAMPIRAN
16

Anda mungkin juga menyukai