Akuntansi Islam
Akuntansi Islam
Akuntansi Islam
“ AKUNTANSI ISLAM “
Disusun Oleh :
Kelompok 5
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah AIK 3mengenai “Akuntansi
Islam”.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mardiyan Hayati selaku
Dosen Pengampu Mata kuliah AIK 3Universitas Muhammadiyah Semarang karena
telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan
dan semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai “Akuntansi Islam” dan
bermanfaat bagi para pembacanya.Atas perhatian dankesempatan yang diberikan untuk
membuat makalah ini kami ucapkan terima kasih.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................16
3.2 Saran..........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan
1. Mengetahuipengertian dan sejarah akuntansi islam.
2. Mengetahuiakuntansi dalam pandangan islam.
3. Mengetahuiprinsip-prinsip dasar dan sifat akuntansi islam.
4. Mengetahuitujuan dan manfaat akuntansi islam (syariah).
5. Mengetahuiperbedaan akuntansi konvensional dan syariah (akuntansi islam).
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
sekarang disebut “Maskud Dafatir” (Bookkeeping), dan bertujuan mencatat pendapatan
dan pengeluaran negara.
Sejarah Islam menunjukkan bahwa negara Islam telah mendahului Republik Itali
sekitar 800 tahun dalam menggunakan sistem pembukuan. Selanjutnya salah satu sistem
pembukuan modern yang dikenal dengan nama al Qaidul Muzdawaj yang sesuai dengan
kebutuhan negara dari satu sisi, dan sesuai dengan kebutuhan para pedagang muslim
disisi lain.
7
5. Pencatatan transaksi harus menggunakan ungkapan yang benar dan hati-hati dalam
menggunakan kata-kata.
6. Tidak boleh mengoreksi transaksi yang telah tercatat dengan coretan atau
menghapusnya.
Apabila seorang akuntan kelebihan mencatat jumlah suatu transaksi, maka dia harus
membayar selisih tersebut dari kantongnya pribadi kepada kantor. Demikian pula jika
seorang akuntan lupa mencatat transaksi pengeluaran, maka dia harus membayar
jumlah kekurangan di kas, sampai dia dapat melacak terjadinya transaksi
tersebut.Pada negara Islam, pernah terjadi seorang akuntan lupa mencatat transaksi
sebesar 1300 dinar.Sehingga dia terpaksa harus membayar jumlah tersebut. Pada akhir
tahun buku, kekurangan tersebut dapat diketahui, yaitu ketika membandingkan antara
saldo buku dengan saldo buku bandingan yang lain, dan saldo bandingannya yang ada
di kantor.
7. Pada akhir periode tahun buku, seorang akuntan harus mengirimkan laporan secara
rinci tentang jumlah (uang) yang berada di dalam tanggung jawabnya, dan cara
pengaturannya terhadap jumlah uang tersebut.
8. Harus mengoreksi laporan tahunan yang dikirim oleh akuntan, dan
membandingkannya dengan laporan tahun sebelumnya dari satu sisi, dan dari sisi lain
dengan jumlah yang tercatat di kantor.
9. Harus mengelompokkan transaksi keuangan dan mencatatnya sesuai dengan
karakternya dalam kelompok sejenis. Seperti mengelompokkan dan mencatat pajak
yang memiliki satu karakter sejenis dalam satu kelompok.
10. Harus mencatat pemasukan di halaman sebelah kanan dengan mencatat sumber
pemasukan tersebut.
11. Harus mencatat pengeluaran di halaman sebelah kiri dan menjelaskan pengeluaran
tersebut.
12. Ketika menutup saldo harus meletakkan suatu tanda khusus padanya.
13. Setelah mencatat seluruh transaksi keuangan, maka harus memindahkan transaksi
sejenis ke dalam buku khusus yang disediakan untuk transaksi yang sejenis itu saja
(posting ke buku besar).
14. Harus memindahkan transaksi yang sejenis itu oleh orang lain yang independen,
tidak terikat dengan orang yang melakukan pencatatan di buku harian dan buku yang
lain.
8
15. Setelah mencatat dan memindahkan transaksi keuangan di dalam buku-buku, maka
harus menyiapkan laporan berkala, bulanan atau tahunan sesuai dengan kebutuhan.
Pembuatan laporan keuangan itu harus rinci, menjelaskan pemasukan dan sumber-
sumbernya serta pengalokasiannya. (Muhammad Al Marisi Lasyin, 1973:163-165).
ُّ G ِه ۡٱل َحG ِل ٱلَّ ِذي َعلَ ۡيGِ هُ ٱهَّلل ۚ ُ فَ ۡليَ ۡكتُ ۡب َو ۡليُمۡ لGا َعلَّ َمGGب َك َم
ق َ ُاتِبٌ أَن يَ ۡكتGGب َك َ ۢ بِ ۡٱل َع ۡد ۚ ِل َواَل يَ ۡأ
ِعيفًا أَ ۡو اَلGضَ فِيهًا أَ ۡوGق َس ُّ Gان ٱلَّ ِذي َعلَ ۡي ِه ۡٱل َح َ س ِم ۡنهُ َش ٗۡٔي ۚا فَإِن َك ۡ ق ٱهَّلل َ َربَّهۥُ َواَل يَ ۡب َخ ۡ
ِ ََّوليَت
ۡإِن لَّمGَالِ ُكمۡۖ فGGرِّج
َ ِهي َد ۡي ِن ِمنGوا َش ْ ِه ُدGٱستَ ۡش ۡ د ۚ ِل َوGۡ Gل َولِيُّهۥُ بِ ۡٱل َعGۡ Gِو فَ ۡليُمۡ لG
َ Gُ َّل هGيَ ۡستَ ِطي ُع أَن يُ ِم
ِ َض ۡو َن ِم َن ٱل ُّشهَ َدٓا ِء أَن ت
َذ ِّك َرG ُ َد ٰىهُ َما فَتG َّل إِ ۡحG ض َ ان ِم َّمن تَ ۡر ِ َُل َوٱمۡ َرأَتٞ يَ ُكونَا َر ُجلَ ۡي ِن فَ َرج
ِغيرًا أَ ۡوGص ْ ۚ Gا ُد ُعGGهَ َدٓا ُء إِ َذا َمGٱلش
َ ُوهGGُ ُم ٓو ْا أَن تَ ۡكتُبGََٔٔوا َواَل تَ ۡسG ُّ ب َ أGۡ Gَإِ ۡح َد ٰىهُ َما ٱأۡل ُ ۡخ َر ٰۚى َواَل ي
ونGَ Gاب ُٓو ْا إِٓاَّل أَن تَ ُكGGَ ٰهَ َد ِة َوأَ ۡدنَ ٰ ٓى أَاَّل تَ ۡرتGلش َّ ِ َو ُم لG َد ٱهَّلل ِ َوأَ ۡقGطُ ِعنGيرًا إِلَ ٰ ٓى أَ َجلِ ِۚۦه ٰ َذلِ ُكمۡ أَ ۡق َسGGَِكب
س َعلَ ۡي ُكمۡ ُجنَا ٌح أَاَّل تَ ۡكتُبُوهَ ۗا َوأَ ۡش ِه ُد ٓو ْا إِ َذا تَبَايَ ۡعتُمۡۚ َواَل َ اض َر ٗة تُ ِديرُونَهَا بَ ۡينَ ُكمۡ فَلَ ۡي ِ تِ ٰ َج َرةً َح
ِّلGواٱهَّلل ۖ َ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم ٱهَّلل ۗ ُ َوٱهَّلل ُ بِ ُك
ْ ُق بِ ُكمۡۗ َوٱتَّق ُ ۢ وGإِنَّ ۥهُ فُ ُسGَوا فG
ْ Gُۚيد َوإِن تَ ۡف َعلٞ ب َواَل َش ِهٞ ُِضٓا َّر َكات َ ي
يمٞ َِش ۡي ٍء َعل
9
saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu).Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh)
seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika
seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya.Janganlah saksi-saksi itu enggan
(memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis
hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya.Yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu.(Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu,
(jika) kamu tidak menulisnya.Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan.Jika kamu lakukan (yang demikian),
maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu.Dan bertakwalah kepada
Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah
ayat 282)
Tujuan perintah dalam ayat tersebut jelas sekali untuk menjaga keadilan dan
kebenaran yang menekankan adanya pertanggungjawaban. Dengan kata lain, Islam
menganggap bahwa transaksi ekonomi (muamalah) memiliki nilai urgensi yang sangat
tinggi, sehingga adanya pencatatan dapat dijadikan sebagai alat bukti (hitam di atas
putih), menggunakan saksi (untuk transaksi yang material) sangat diperlukan karena
dikhawatirkan pihak-pihak tertentu mengingkari perjanjian yang telah dibuat.
Untuk itulah pembukuan yang disertai penjelasan dan persaksian terhadap semua
aktivitas ekonomi keuangan harus berdasarkan surat-surat bukti berupa: faktur, nota, bon
kuitansi atau akta notaris untuk menghindari perselisihan antara kedua belah pihak. Dan
tentu saja adanya sistem pelaporan yang komprehensif akan memantapkan manajemen
karena semua transaksi dapat dikelola dengan baik sehingga terhindar dari kebocoran-
kebocoran. Menariknya lagi, penempatan ayat tersebut sangat relevan dengan sifat
akuntansi, karena ditempatkan pada surat Al-Baqarah yang berarti sapi betina yang
sebenarnya merupakan lambang komoditas ekonomi.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam akuntansi berdasarkan perspektif Islam
adalah dalam rangka menyajikan laporan keuangan secara benar sehingga diperoleh
informasi yang akurat sebagai dasar perhitungan zakat. Selain itu yang tidak kalah
pentingnya adalah akuntansi sebagai bukti tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan
dikemudian hari.
Pesan ini mengisyaratkan bahwa Allah senantiasa menganjurkan untuk bertakwa
(takut kepada Allah) dalam menjalankan kegiatan apapun termasuk dalam menjalankan
10
pekerjaan akuntansi, dan membuktikan bahwa Allah senantiasa memberi petunjuk dalam
hal-hal yang bermanfaat bagi manusia. Terbukti pada saat Al-Quran diturunkan, kegiatan
muamalah belum sekompleks sekarang. Namun demikian Allah telah mengajarkan untuk
melakukan pencatatan (akuntansi/al-muhasabah), menganjurkan adanya bukti dan
kesaksian hingga lahirlah seperti sekarang ini adanya notaris, pengacara, akuntan dan
sebagainya supaya terhindar dari masalah.
11
1. Penentuan laba rugi yang tepat
Walaupun penentuan laba rugi bersifat subyektif dan bergantung nilai, kehati-
hatian harus dilaksanakan agar tercapai hasil yang bijaksana (sesuai syariah) dan
konsisten, sehingga dapat menjamin bahwa kepentingan semua pihak pemakai laporan
dilindungi
2. Mempromosikan dan menilai efisiensi kepemimpinan
Sistem akuntansi harus mampu memberikan standar berdasarkan hukum sejarah
untuk menjamin bahwa manajemen mengikuti kebijaksanaan-kebijaksanaan yang baik
yang mempromosikan amal baik, serta dapat menilai efisiensi manajemen.
3. Ketaatan pada hukum syariah
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh unit ekonomi harus dikenali halal
haramnya.Faktor ekonomi tidak harus menjadi alasan tunggal untuk menentukan
berlanjut tidaknya suatu organisasi, tetapi harus tetap tunduk terhadap syariat Islam.
4. Keterikatan pada keadilan
Karena tujuan utama dalam syariah adalah penerapan keadilan dalam masyarakat
seluruhnya, informasi akuntan harus mampu melaporkan setiap kegiatan atau
keputusan yang dibuat untuk menambah ketidakadilan di masyarakat.
5. Melaporkan dengan baik
Informasi akuntansi harus berada dalam posisi yang terbaik untuk melaporkan
12
dari akuntan merupakan sebagai pengelola yang bertanggung jawab dalam transaksi-
transaksi yang dicatatnya. Baik merupakan hal buruk maupun hal baik.
2. Eksistensi Pencatatan Ketika Terdapat Perselisihan
Pencatatan transaksi keuangan pada harta benda yang dimiliki, merupakan sebuah
tujuan agar dapat memberikan kesaksian yang real dan kuat bila terjadi perselisihan
pada transaksi atau harta. Pengaruh baik dari hal ini adalah pada saat berada di
pengadikan, maka perselisihan sebisa mungkin dapat dihindari dengan adanya
catatan-catatan yang akurat dan detail.
3. Membantu Mengambil Keputusan
Tujuan lainnya dari akuntansi syariah adalah dapat membantu dalam
pengambilan sebuah keputusan. Para ahli berpendapat bila dengan tidak adanya data-
data yang lengkap dalam catatan keuangan maka dapat membuat pengusaha bisnis
kesulitan dalam mengungkapkan pemikiran yang tepat dan benar ketika mengambil
sebuah keputusan yang bijak.
4. Menentukan dan Menghitung Hak Hak Berserikat
Tujuan lainnya dari akuntansi syariah adalah dapat menentukan serta menghitung
hak-hak berserikat. Di dalam perdagangan, pastinya terdapat akad dengan jenis
perserikatan diantara modal dan keahlian, modal dan modal, keahlian dan keahlian,
serta modal dan nama baik (goodwill).
Dasar-dasar dari akuntansi yang diatur oleh akuntansi syariah antara lain adalah
memastikan bila hak yang berserikat tentunya akan mendapatkan hasil yang sudah
disepakati bersama sebelumnya. Tentunya hal tersebut akan mencegah terjadinya
kezaliman dintara pihak-pihak yang berkaitan.
5. Menentukan Hasil Usaha Yang Akan Dizakatkan
Ketika akan menentukan perhitungan untuk zakat, tentunya anda harus
mengetahui hasil yang anda dapatkan baik dalam hal keuntungan maupun kerugian.
Dasar tersebut akan membantu anda untuk menghitung dengan mudah jumlah zakat
yang harus dikeluarkan atas ahrta yang anda miliki.
6. Menentukan Imbalan, Sanksi, Dan Balasan
Akuntansi syariah juga memiliki fungsi untuk dapat memberikan fasilitas pada
perhitungan imbalan setelah terjadinya transaksi yang dilakukan. Balasan dan sanksi
yang didapatkan bila terjadi penyelewengan atau kecurangan. Dengan adanya sistem
akuntansi syariah ini, maka tentunya akuntansi ini dapat dijadikan sebagai
13
pertanggungjawaban atas penggunaan sumber daya ekonomi serta penyajian laporan
keuangan.
Tujuan dari akuntansi Islam tentunya harus mempresentasikan tujuan akuntansi
yang memang sesuai pada tujuan muamalah tersebut. Diantara tujuan tujuan tersebut
tentunya hal pertama yang harus diperhatikan adalah pengapdian kepada Allah SWT.
Yang kedua tentunya berorientasi pada akhirat. Hal ini berdasar pada Al-Quran dalam
surat Al-Qash ayat 77. Ketiga mengenai harta yang telah diberikan Allah pada orang-
orang yang memang membutuhkan. Dan yang keempat adalah tidak melakukan
perbuatan merusak pada masyarakat.
Dari pernyataan Toshikabu Hayashi dalam tesisnya yang berjudul “On Islamic
Accounting” dapat ditarik kesimpulan tentang manfaat Akuntansi Syariah, antara lain :
Memberi pemahaman dan kesadaran bahwa Al-Qur’an merupakan kitab suci yang
memang benar-benar di turunkan oleh Tuhan Semesta Alam melalui perantaranya di
Bumi, yaitu Muhammad karena sangat komplit, relevan dalam segala bidang dan
dapat dibuktikan kebenarannya
Meningkatkan Iman dan Takwa kepada Allah dan Rasulnya (Muhammad)
Menegakkan perintah Allah dan Sunah Rasul yang berarti Surga
Sarana untuk berjihat menegakkan kebenaran
Menumbuhkembangkan ekonomi berbasis Islam di Indonesia
14
3. Islam menilai uang seperti emas, perak dan barang lain yang sama hanya sebagai
perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai atau harga.
4. Akuntansi konvensional mempraktikkan adanya teori pencadangan dan ketelitian diri
menanggung semua kerugian dalam perhitungan, serta mengesampingkan laba yang
bersifat mungkin, sedangkan Islam memperhatikan itu dengan penentuan nilai atau
harga berdasar nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan untuk
memungkinkan bahaya dan resiko.
5. Akuntansi konvensional menerapkan prinsip laba universal, mencakup uang dari
sumber yang membedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari
kapital (modal pokok) dengan yang berasal dari transaksi. Sementara akuntansi
syariah juga wajib menjelaskan pendapatan yang haram jika ada dan berusaha
menghindari dana haram itu serta tidak boleh dibagi kepada mitra usaha atau
dicampurkan kepada pokok modal.
6. Akuntansi konvensional memakai laba bahwa itu akan ada ketika adanya jual beli,
sementara Islam memakai kaidah laba itu akan ada ketika ada perkembangan dan
pertambahan pada nilai barang baik yang terjual maupun belum
15
BAB III
PENUTUP
1.
3.1 Kesimpulan
Akuntasi adalah bahasa bisnis yang memberikan informasi tentang kondisi ekonomi
suatu perusahaan/organisasi dan hasil usaha/aktifitasnya pada suatu waktu atau periode
tertentu, sebagai pertanggungjawaban manajemen serta pengambilan keputusan.
Sedang menurut literatur Islam akuntansi (muhasabah) didefinisikan “suatu aktifitas
yang teratur berkaitan dengan pencatatan transaksi-transaksi, tindakan-tindakan,
keputusan-keputusan yang sesuai dengan syariat, dan jumlah-jumlahnya, di dalam
catatan-catatan yang representatif, serta berkaitan dengan pengukuran hasil-hasil
keuangan yang berimplikasi pada transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, dan keputusan-
keputusan tersebut membantu pengambilan keputusan yang tepat.
3.2 Saran
Mungkin inilah hasil dari tugas makalah kami tentang Akuntansi Islam, Mata Kuliah
AIK 3, dalam isi makalah ini terdapat kelebihan dan kekurangannya tetapi kami rasa
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kesalahan
penulisan dan penyusunannya. Untuk itu kami sebagai penyusun makalah ini butuh saran
kritik dari para pembaca makalah ini untuk menjadikan makalah ini lebih sempurna lagi.
Dan kami mengucapkan terima kasih pada dosen Mata Kuliah AIK 3 yang telah
memberikan tugas untuk membuat makalah ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/05/27/akuntansi-islam-syariah/(diakses pada 24
Maret 2020)
https://satriaindrakusuma.wordpress.com/2010/11/29/manfaat-akuntansi-syariah/(diakses
pada 24 Maret 2020)
17