Modul Penyusunan Soal HOTS Seni Budaya-Dikonversi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 57

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIRECORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH


DIREGORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
TAHUN 2019

odul Penyusunan Soal


Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi
(Higher Order Thinking
Diterbitkan oleh

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Jalan R.S. Fatmawati, Cipete, Jakarta 12410
Telepon: (021) 7694140, 75902679, Fax.
7696033
Laman: www.psma.kemdikbud.go.id

Pengarah

Purwadi Sutanto

Koordinator Program

Suharlan, Suhadi

Koordinator Pengembang Modul

Junus Simangunsong

Koordinator Pelaksana

Heri Fitriono

Penulis Modul

Tulus Widodo

Penelaah Modul

Muheri Palwanto

Editor

Elsi Eka Rahmawati, Langgeng Hadi

Layout

Arso Agung Dewantoro

i
Kata Pengantar

Pendidikan sebagai ujung tombak kemajuan suatu bangsa hendaknya memberikan


pelayanan yang selaras dengan tuntutan zaman. Agar menjadi pribadi yang sukses di
abad ke-21 seseorang yang hidup di abad tersebut dituntut berbagai keterampilan
relevan yang harus dikuasai agar dapat beradaptasi dan berkontribusi. Tuntutan
kemampuan abad 21 yang semakin kompetitif menuntut empat kompetensi yaitu:
Critical Thinking and Problem Solving, Creativity and Innovation, Communication dan
Collaboration. Pendidikan sebagai pengemban peran reformatif dan transformatif
harus mampu mempersiapkan peserta didik untuk menguasai berbagai keterampilan
tersebut.

Kebutuhan terhadap lulusan yang kritis, kreatif, komunikatf dan kolaboratif inilah
yang menjadi kompetensi lulusan utama pada kurikulum 2013. Pengembangan
kurikulum ini didasarkan prinsip pokok yaitu kompetensi lulusan yang didasarkan
atas kebutuhan, isi kurikulum dan mata pelajaran yang diturunkan secara langsung
dari kebutuhan kompetensi, mata pelajaran yang kontributif pada pembentukan
sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penerapan prinsip-prinsip yang esensial ini
diharapkan agar implementasi kurikulum 2013 menghasilkan lulusan yang siap
menghadapi abad 21.

Sebagai bagian yang utuh dan selaras dengan komponen kurikulum 2013, penilaian
berperan untuk menstimulus capaian pembelajaran yang salah satunya membangun
sikap kritis. Untuk membangun kemampuan Critical Thinking and Problem Solving,
instrumen penilaian diarahkan pada soal berstandar internasional yaitu Higher Order
Thinking Skills atau Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Buku ini merupakan modul
penyusunan soal HOTS mata pelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman dan keterampilan guru dalam sebuah penilaian yang diharapkan akan
berdampak pada peningkatan kemampuan berpikir kritis bagi peserta didik.

Buku modul ini menjelaskan strategi penyusunan soal HOTS yang secara garis besar
memuat tentang latar belakang, konsep dasar penyusunan soal HOTS, penyusunan
soal HOTS mata pelajaran dan dan contoh soal HOTS, strategi implementasi
penyusunan soal HOTS. Diharapkan buku modul ini dapat menjadi referensi agar
kegiatan bimbingan teknis penyusunan soal HOTS berjalan dengan lancar sehingga
pada akhirnya mampu mencapai tujuan yang diharapkan yaitu lulusan yang krisis,
kreatif, komunikatif dan kolaboratif.

Untuk memperbaiki buku ini, kami sangat mengharapkan saran dan masukan dari
Bapak/Ibu.

Jakarta, Juli 2019


Direktur Pembinaan SMA,

Purwadi Sutanto
NIP. 19610404 198503 1 003
Daftar Isi

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Rasional.................................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................................2
C. Hasil yang Diharapkan.....................................................................................2

BAB II KONSEP DASAR PENYUSUNAN SOAL HOTS......................................3


A. Pengertian........................................................................................................3
B. Karakteristik.....................................................................................................4
C. Level Kognitif...................................................................................................6
D. Soal HOTS dan Tingkat Kesukaran Soal.........................................................9
E. Peran Soal HOTS dalam Penilaian Hasil Belajar...........................................10
F. Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS....................................................11

BAB III PENYUSUNAN SOAL HOTS MATA PELAJARAN SENI BUDAYA.......13


A. Karakteristik Mapel Seni Budaya...................................................................13
B. Analisis KD......................................................................................................15
C. Contoh Stimulus.............................................................................................17
D. Penjabaran KD menjadi Indikator Soal..........................................................18
E. Menyusun Kisi-kisi.........................................................................................19
F. Kartu Soal HOTS.............................................................................................21

BAB IV STRATEGI IMPLEMENTASI..............................................................29


A. Strategi...........................................................................................................29
B. Pusat...............................................................................................................29
C. Dinas Pendidikan...........................................................................................29
D. Sekolah...........................................................................................................29
E. Implementasi..................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................31

Lampiran 1....................................................................................................................32
Lampiran 2.............................................................................................33
Lampiran 3..............................................................................................35
Daftar Gambar

Halaman

Gambar 2.1. Alur Penyusunan Soal HOTS.............................................................................................. 12


Daftar Tabel

Halaman

Tabel 2.1. Perbandingan asesmen tradisional dan kontekstual.....................................5

Tabel 2.2. Dimensi Proses Berpikir................................................................................7

Tabel 3 1. Contoh analisis KD.......................................................................................15

Tabel 3.2. ContohStimulus Senbi Budaya....................................................................17

Tabel 3.3. Contoh Penjabaran KD Menjadi Indikator Soal..........................................19

Tabel 3 4. Kisi-Kisi soal HOTS......................................................................................19


Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Mata Pelajaran Seni
Budaya

BAB I Pendahuluan
Bab I
Pendahuluan
A. Rasional

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 36 Tahun 2018 tentang


Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun
2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah pada
lampiran I menyatakan bahwa salah satu dasar penyempurnaan kurikulum adalah
adanya tantangan eksternal, antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai
isu lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri
kreatif, budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.

Pendidikan pada era revolusi industri 4.0 diarahkan untuk pengembangan


kompetensi abad ke-21, yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu kompetensi
berpikir, bertindak, dan hidup di dunia. Komponen berpikir meliputi berpikir kritis,
berpikir kreatif, dan kemampuan pemecahan masalah. Komponen bertindak meliputi
komunikasi, kolaborasi, literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia.
Komponen hidup di dunia meliputi inisiatif, mengarahkan diri (self-direction),
pemahaman global, serta tanggung jawab sosial. Munculnya literasi baru yaitu (1)
literasi data yaitu kemampuan untuk membaca, menganalisis, dan menggunakan
informasi (big data) di dunia digital, (2) literasi teknologi yaitu kemampuan
memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence, and
engineering principles), dan (3) literasi manusia terkait dengan humanities,
communication, collaboration, merupakan tantangan tersendiri untuk bisa hidup pada
abad ke-21.
Terkait dengan isu perkembangan pendidikan di tingkat internasional, Kurikulum
2013 dirancang dengan berbagai penyempurnaan. Pertama, pada standar isi, yaitu
mengurangi materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang
relevan bagi siswa serta diperkaya dengan kebutuhan siswa untuk berpikir kritis dan
analitis sesuai dengan standar internasional. Kedua, pada standar penilaian, dengan
mengadaptasi secara bertahap model-model penilaian standar internasional. Penilaian
hasil belajar diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS), karena keterampilan
berpikir tingkat tinggi dapat mendorong siswa untuk berpikir secara luas dan
mendalam tentang materi pelajaran.

Kurikulum 2013 lebih diarahkan untuk membekali siswa sejumlah kompetensi yang
dibutuhkan menyongsong abad ke-21. Beberapa kompetensi penting yang
dibutuhkan pada abad ke-21 yaitu 4C meliputi: (1) critical thinking (kemampuan
berpikir kritis) bertujuan agar siswa dapat memecahkan berbagai permasalahan
kontekstual menggunakan logika-logika yang kritis dan rasional; (2) creativity
(kreativitas) mendorong siswa untuk kreatif menemukan beragam solusi, merancang
strategi baru, atau menemukan cara-cara yang tidak lazim digunakan sebelumnya;
(3) collaboration (kerjasama) memfasilitasi siswa untuk memiliki kemampuan bekerja
dalam tim, toleran, memahami perbedaan, mampu untuk hidup bersama untuk
mencapai suatu tujuan; dan
(4) communication (kemampuan berkomunikasi) memfasilitasi siswa untuk mampu
berkomunikasi secara luas, kemampuan menangkap gagasan/informasi, kemampuan
menginterpretasikan suatu informasi, dan kemampuan berargumen dalam arti luas.

Hasil telaah butir soal yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMA pada
Pendampingan USBN tahun 2018 terhadap 26 mata pelajaran pada 136 SMA

1
Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Mata Pelajaran Seni
Budaya Rujukan yang tersebar di 34 Provinsi, menunjukkan bahwa dari 1.779 butir soal yang
dianalisis sebagian besar ada pada Level-1 dan Level-2. Dari 136 SMA Rujukan, hanya
27 sekolah

2
yang menyusun soal HOTS sebanyak 20% dari seluruh soal USBN yang dibuat, 84
sekolah menyusun soal HOTS di bawah 20%, dan 25 sekolah menyatakan tidak tahu
apakah soal yang disusun HOTS atau tidak. Hal itu tidak sesuai dengan tuntutan
penilaian Kurikulum 2013 yang lebih meningkatkan implementasi model-model
penilaian HOTS.

Selain itu, hasil studi internasional Programme for International Student Assessment
(PISA) menunjukkan prestasi literasi membaca (reading literacy), literasi matematika
(mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) yang dicapai siswa
Indonesia sangat rendah. Pada umumnya kemampuan siswa Indonesia sangat rendah
dalam: (1) mengintegrasikan informasi; (2) menggeneralisasi kasus demi kasus menjadi
suatu solusi yang umum; (3) memformulasikan masalah dunia nyata ke dalam konsep
mata pelajaran; dan (4) melakukan investigasi.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka perlu adanya perubahan sistem dalam


pembelajaran dan penilaian. Soal-soal yang dikembangkan oleh guru diharapkan
dapat mendorong peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi, meningkatkan
kreativitas, dan membangun kemandirian siswa untuk menyelesaikan masalah. Oleh
karena itu, Direktorat Pembinaan SMA menyusun Modul Penyusunan Soal HOTS bagi
guru SMA.

B. Tujuan

Modul Pembelajaran dan Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau HOTS
disusun dengan tujuan sebagai berikut.
1. Memberikan pemahaman kepada guru SMA tentang konsep dasar penyusunan Soal
HOTS;
2. Meningkatkan keterampilan guru SMA untuk menyusun Soal HOTS;
3. Memberikan pedoman bagi pengambil kebijakan baik di tingkat pusat dan daerah
untuk melakukan pembinaan dan sosialisasi tentang penyusunan Soal HOTS.

C. Hasil yang Diharapkan

Sesuai dengan tujuan penyusunan modul di atas, maka hasil yang diharapkan adalah
sebagai berikut.
1. Meningkatnya pemahaman guru SMA tentang konsep dasar penyusunan Soal HOTS;
2. Meningkatnya keterampilan guru SMA untuk menyusun Soal HOTS;
3. Terorganisirnya pola pembinaan dan sosialisasi tentang menyusun Soal HOTS.
BAB IISoal Keterampilan Berpikir Tingkat Ting
Konsep Dasar Penyusunan
BAB II KO NSEP DASAR PENYUSUNAN SOAL
A. Pengertian
HOTS
Penilaian HOTS tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran HOTS. Tugas guru bukan
hanya melakukan penilaian HOTS, melainkan juga harus mampu melaksanakan
pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat
tinggi. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan proses berpikir tingkat tinggi
yang lebih efektif. Prinsip umum untuk menilai berpikir tingkat tinggi adalah sebagai
berikut. Menentukan secara tepat dan jelas apa yang akan dinilai.
Merencanakan tugas atau butir soal yang menuntut siswa untuk menunjukkan
pengetahuan atau keterampilan yang mereka miliki.
Menentukan langkah apa yang akan diambil sebagai bukti peningkatan pengetahuan
dan kecakapan siswa yang telah ditunjukan dalam proses.

Penilaian berpikir tingkat tinggi meliputi 3 prinsip:


Menyajikan stimulus bagi siswa untuk dipikirkan, biasanya dalam bentuk pengantar
teks, visual, skenario, wacana, atau masalah (kasus).
Menggunakan permasalahan baru bagi siswa, belum dibahas di kelas, dan bukan
pertanyaan hanya untuk proses mengingat.
Membedakan antara tingkat kesulitan soal (mudah, sedang, atau sulit) dan level
kognitif (berpikir tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi).

Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur


keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu keterampilan berpikir yang tidak sekadar
mengingat (remembering), memahami (understanding), atau menerapkan (applying).
Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep
ke konsep lainnya, 2) memproses dan mengintegrasikan informasi, 3) mencari kaitan
dari berbagai informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk
menyelesaikan masalah (problem solving), dan 5) menelaah ide dan informasi secara
kritis. Dengan demikian soal-soal HOTS menguji kemampuan berpikir menganalisa,
mengevaluasi, dan mencipta.

Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah


disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan:
mengingat (remembering-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (applying-
C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mencipta (creating-
C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis
(analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mencipta (creating-C6). Kata kerja
operasional (KKO) yang ada pada pengelompokkan Taksonomi Bloom
menggambarkan proses berpikir, bukanlah kata kerja pada soal. Ketiga kemampuan
berpikir tinggi ini (analyzing, evaluating, dan creating) menjadi penting dalam
menyelesaikan masalah, transfer pembelajaran (transfer of learning) dan kreativitas.

Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal
HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata
kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam
konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah
C5 (mengevaluasi) apabila soal tersebut untuk menentukan keputusan didahului
dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu
siswa diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’
bisa digolongkan C6 (mencipta) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun
strategi pemecahan
masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh
proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi


metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural
saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa
konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving),
memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru,
berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.

Dalam struktur soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus


merupakan dasar berpijak untuk memahami informasi. Dalam konteks HOTS,
stimulus yang disajikan harus bersifat kontekstual dan menarik. Stimulus dapat
bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi,
kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan lain-lain. Stimulus juga dapat bersumber
dari permasalahan- permasalahan yang ada di lingkungan sekitar sekolah seperti
budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di
daerah tertentu. Stimulus yang baik memuat beberapa informasi/gagasan, yang
dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan mencari hubungan antarinformasi,
transfer informasi, dan terkait langsung dengan pokok pertanyaan.

B. Karakteristik

Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk


penilaian hasil belajar. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat
satuan pendidikan, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS.

1. Mengukur Keterampilan berpikir Tingkat Tinggi


The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa
keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi,
memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun,
dan mencipta. Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi kemampuan untuk
memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical
thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning),
dan kemampuan mengambil keputusan (decision making). Keterampilan berpikir
tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern,
sehingga wajib dimiliki oleh setiap siswa.
Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:
a. kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
b. kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda;
c. menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara
sebelumnya.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di
kelas. Oleh karena itu agar siswa memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi, maka
proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada siswa untuk menemukan
pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran harus dapat
mendorong siswa untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.
2. Berbasis Permasalahan Kontekstual dan Menarik (Contextual and Trending
Topic) Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam
kehidupan sehari- hari, di mana siswa diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep
pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Permasalahan kontekstual yang
dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan,
kebumian dan ruang angkasa, kehidupan bersosial, penetrasi budaya, serta
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan.
Kontekstualisasi masalah pada penilaian membangkitkan sikap kritis dan peduli
terhadap lingkungan.

Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
a. Relating, terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
b. Experiencing, ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan (discovery),
dan penciptaan (creation).
c. Applying, kemampuan siswa untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
d. Communicating, kemampuan siswa untuk mampu mengomunikasikan
kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
e. Transfering, kemampuan siswa untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan
dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.

Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik, adalah sebagai
berikut.
a. Siswa mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekedar memilih jawaban yang
tersedia;
b. Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;
c. Tugas-tugas yang diberikan tidak mengkungkung dengan satu-satunya jawaban
benar, namun memungkinkan siswa untuk mengembangkan gagasan dengan
beragam alternative jawaban benar yang berdasar pada bukti, fakta, dan alasan
rasional.
Berikut disajikan perbandingan asesmen tradisional dan asesmen kontekstual.

Tabel 2.1. Perbandingan asesmen tradisional dan kontekstual

Asesmen TradisionalAsesmen Kontekstual


Siswa cenderung memilih respons Siswa mengekspresikan respons
yang diberikan.
Konteks dunia kelas (buatan) Konteks dunia nyata (realistis)
Umumnya mengukur aspek ingatan Mengukur performansi tugas
(recalling) (berpikir tingkat tinggi)
Terpisah dengan pembelajaran Terintegrasi dengan pembelajaran
Pembuktian tidak langsung, Pembuktian langsung melalui
cenderung teoretis. penerapan pengetahuan dan
keterampilan dengan konteks nyata.
Respon memaparkan Respon disertai alasan yang berbasis
hafalan/pengetahuan teoritis. data dan fakta

Stimulus soal-soal HOTS harus dapat memotivasi siswa untuk menginterpretasi serta
mengintegrasikan informasi yang disajikan, tidak sekedar membaca. Salah satu
tujuan penyusunan soal-soal HOTS adalah meningkatkan kemampuan berkomunikasi
siswa. Kemampuan berkomunikasi antara lain dapat direpresentasikan melalui
kemampuan untuk mencari hubungan antarinformasi yang disajikan dalam stimulus,
menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, kemampuan mentransfer
konsep pada situasi baru yang tidak familiar, kemampuan menangkap ide/gagasan
dalam suatu wacana,
menelaah ide dan informasi secara kritis, atau menginterpretasikan suatu situasi baru
yang disajikan dalam bacaan.

Untuk membuat stimulus yang baik, agar dipilih informasi-informasi, topik, wacana,
situasi, berita atau bentuk lain yang sedang mengemuka (trending topic). Sangat
dianjurkan untuk mengangkat permasalahan-permasalahan yang dekat dengan
lingkungan siswa berada, atau bersumber pada permasalahan-permasalahan global
yang sedang mengemuka. Stimulus yang tidak menarik berdampak pada
ketidaksungguhan/ketidakseriusan peserta tes untuk membaca informasi yang disajikan
dalam stimulus atau mungkin saja tidak mau dibaca lagi karena ending-nya sudah
diketahui sebelum membaca (bagi stimulus yang sudah sering diangkat, sudah umum
diketahui). Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kegagalan butir soal untuk
mengungkap kemampuan berkomunikasi siswa. Soal dengan stimulus kurang
menarik tidak mampu menunjukkan kemampuan siswa untuk menghubungkan
informasi yang disajikan dalam stimulus atau menggunakan informasi untuk
menyelesaikan masalah menggunakan logika-logika berpikir kritis.

3. Tidak Rutin dan Mengusung Kebaruan


Salah satu tujuan penyusunan soal-soal HOTS adalah untuk membangun kreativitas
siswa dalam menyelesaikan berbagai permasalahan kontekstual. Sikap kreatif erat
dengan konsep inovatif yang menghadirkan keterbaharuan. Soal-soal HOTS tidak
dapat diujikan berulang-ulang pada peserta tes yang sama. Apabila suatu soal yang
awalnya merupakan soal HOTS diujikan berulang-ulang pada peserta tes yang sama,
maka proses berpikir siswa menjadi menghafal dan mengingat. Siswa hanya perlu
mengingat cara-cara yang telah pernah dilakukan sebelumnya. Tidak lagi terjadi
proses berpikir tingkat tinggi. Soal- soal tersebut tidak lagi dapat mendorong peserta
tes untuk kreatif menemukan solusi baru. Bahkan soal tersebut tidak lagi mampu
menggali ide-ide orisinil yang dimiliki peserta tes untuk menyelesaikan masalah.

Soal-soal yang tidak rutin dapat dikembangkan dari KD-KD tertentu, dengan
memvariasikan stimulus yang bersumber dari berbagai topik. Pokok pertanyaannya
tetap mengacu pada kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan
tuntutan pada KD. Bentuk-bentuk soal dapat divariasikan sesuai dengan tujuan tes,
misalnya untuk penilaian harian dianjurkan untuk menggunakan soal-soal bentuk
uraian karena jumlah KD yang diujikan hanya 1 atau 2 KD saja. Sedangkan untuk
soal-soal penilaian akhir semester atau ujian sekolah dapat menggunakan bentuk soal
pilihan ganda (PG) dan uraian. Untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi
(HOTS) akan lebih baik jika menggunakan soal bentuk uraian. Pada soal bentuk
uraian mudah dilihat tahapan- tahapan berpikir yang dilakukan siswa, kemampuan
mentransfer konsep ke situasi baru, kreativitas membangun argumen dan penalaran,
serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pengukuran keterampilan berpikir tingkat
tinggi.

Mencermati salah satu tujuan penyusunan soal HOTS adalah untuk mengembangkan
kreativitas siswa, maka para guru juga harus kreatif menyusun soal-soal HOTS. Guru
harus memiliki persediaan soal-soal HOTS yang cukup dan variatif untuk KD-KD
tertentu yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS, agar karakteristik soal-soal HOTS
tidak berubah dan tetap terjaga mutunya.

C. Level Kognitif

Anderson & Krathwohl (2001) mengklasifikasikan dimensi proses berpikir sebagai


berikut.
Tabel 2.2. Dimensi Proses Berpikir

Mencipta ide/gagasan sendiri.


Katakerja:mengkonstruksi, desain,
Mencipta
mengembangkan, menulis, mengg
memformulasikan.
Mengambil keputusan tentang kualitas suatu informasi. Kata kerja: evaluasi, menilai, menyanggah,
HOTSMengevaluasi
Menspesifikasi aspek-aspek/elemen.
Katakerja:mengurai, membandingkan, memeriksa, mengkritisi, menguji.

Menganalisis

Menggunakan informasi pada domain berbeda


Mengaplikasi Kata kerja: menggunakan, mendemonstrasikan,
mengilustrasikan, mengoperasikan.
LOTS Menjelaskan ide/konsep.
Memahami Kata kerja: menjelaskan, mengklasifikasi, menerima,
melaporkan.
Mengingat kembali fakta, konsep, dan prosedur.
Mengingat Kata kerja: mengingat, mendaftar, mengulang, menirukan.
Sumber: Anderson & Krathwohl (2001)
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa kata kerja operasional
(KKO) yang sama namun berada pada ranah yang berbeda. Perbedaan penafsiran ini
sering muncul ketika guru menentukan ranah KKO yang akan digunakan dalam
penulisan indikator soal. Untuk meminimalkan permasalahan tersebut, Puspendik
(2015) mengklasifikasikannya menjadi 3 level kognitif, yaitu: 1) level 1
(pengetahuan dan pemahaman), 2) level 2 (aplikasi), dan 3) level 3
(penalaran). Berikut dipaparkan secara singkat penjelasan untuk masing-masing
level tersebut.

Level 1 (Pengetahuan dan Pemahaman)


Level kognitif pengetahuan dan pemahaman mencakup dimensi proses berpikir
mengetahui (C1) dan memahami (C2). Ciri-ciri soal pada level 1 adalah mengukur
pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural. Bisa jadi soal-soal pada level 1
merupakan soal kategori sukar, karena untuk menjawab soal tersebut siswa harus
dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi, atau
menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu. Namun soal-soal pada
level 1 bukanlah merupakan soal- soal HOTS. Contoh KKO yang sering digunakan
adalah: menyebutkan, menjelaskan, membedakan, menghitung, mendaftar,
menyatakan, dan lain-lain.

Contoh soal level 1:


Berdasarkan sumber bunyinya, alat musik yang sumber bunyinya berasal dari tali,
senar atau dawai digolongkan kedalam jenis?
A. Aerophone
B. Membranophone
C. Ideophone
D. Kordophone
E. Elektrophone
Jawaban : D
Penjelasan:
Soal di atas termasuk level 1 karena hanya membutuhkan kemampuan mengingat
atau menghafal jenis musik berdasarkan sumber bunyinya saja.

Level 2 (Aplikasi)
Soal-soal pada level kognitif aplikasi membutuhkan kemampuan yang lebih tinggi
dari pada level pengetahuan dan pemahaman. Level kognitif aplikasi mencakup
dimensi proses berpikir menerapkan atau mengaplikasikan (C3). Ciri-ciri soal pada
level 2 adalah mengukur kemampuan: a) menggunakan pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural tertentu pada konsep lain dalam mapel yang sama atau
mapel lainnya; atau b) menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural
tertentu untuk menyelesaikan masalah rutin. Siswa harus dapat mengingat beberapa
rumus atau peristiwa, menghafal definisi/konsep, atau menyebutkan langkah-
langkah (prosedur) melakukan sesuatu untuk menjawab soal level 2. Selanjutnya
pengetahuan tersebut digunakan pada konsep lain atau untuk menyelesaikan
permasalahan kontekstual. Namun soal-soal pada level 2 bukanlah merupakan soal-
soal HOTS. Contoh KKO yang sering digunakan adalah: menerapkan, menggunakan,
menentukan, menghitung, membuktikan, dan lain-lain.

Contoh soal level 2:


Rumus untuk membuat Akord C Mayor adalah sebagai berikut :

Berdasarkan rumusan diatas, maka Susunan Akord untuk G Mayor adalah....


A. G – E – C
B. G – C – E
C. G – B – D
D. G – A – C
E. G – F –
A Jawaban :
C

Penjelasan:
Soal di atas termasuk level 2 karena siswa harus memahami dulu rumus dalam
pembuatan Akord Mayor untuk selanjutnya diterapkan pada pembuatan Akord
lainnya.

Level 3 (Penalaran)
Level penalaran merupakan level keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS), karena
untuk menjawab soal-soal pada level 3 siswa harus mampu mengingat, memahami,
dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural serta memiliki
logika dan penalaran yang tinggi untuk memecahkan masalah-masalah kontekstual
(situasi nyata yang tidak rutin). Level penalaran mencakup dimensi proses berpikir
menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Pada dimensi proses
berpikir menganalisis (C4) menuntut kemampuan siswa untuk menspesifikasi aspek-
aspek/elemen, menguraikan, mengorganisir, membandingkan, dan menemukan
makna tersirat. Pada dimensi proses berpikir mengevaluasi (C5) menuntut
kemampuan siswa untuk menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai,
menguji, membenarkan atau menyalahkan. Sedangkan pada dimensi proses berpikir
mencipta (C6) menuntut kemampuan siswa untuk merancang, membangun,
merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan,
memperkuat, memperindah, menggubah. Soal-soal pada level penalaran tidak selalu
merupakan soal-soal sulit. Ciri-ciri soal pada level 3 adalah
menuntut kemampuan menggunakan penalaran dan logika untuk mengambil
keputusan (evaluasi), memprediksi & merefleksi, serta kemampuan menyusun
strategi baru untuk memecahkan masalah kontesktual yang tidak rutin. Kemampuan
menginterpretasi, mencari hubungan antar konsep, dan kemampuan mentransfer
konsep satu ke konsep lain, merupakan kemampuan yang sangat penting untuk
menyelesaiakan soal-soal level 3 (penalaran). Kata kerja operasional (KKO) yang
sering digunakan antara lain: menguraikan, mengorganisir, membandingkan,
menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, menyimpulkan,
merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui,
menyempurnakan, memperkuat, memperindah, dan menggubah.

Contoh soal level 3:


Akord yaitu kumpulan tiga nada atau lebih yang bila dimainkan secara bersamaan
terdengar harmonis. Alat musik yang dapat memainkan Akord umumnya adalah alat
musik harmonis seperti : Gitar, Piano, keyboard dan lain-lain.

Alat musik melodis adalah alat musik yang mampu menghasilkan bunyi dan
memainkan rangkaian melodi atau nada-nada dari sebuah lagu. Contohnya : Biola,
Saxophone, Suling dan lain-lain.

Pertanyaan :
Bagaimana jika kita ingin membuat dan mendengarkan suara Akord dari Suling
ataupun saxophone, padahal keduanya adalah alat musik melodis yang memainkan
melodi tunggal? Jelaskan!

Jawaban :
Suling dan Saxophone dapat disusun menjadi alat musik Harmonis dalam permainan
bersama seperti ansambel maupun orkestra. Dengan cara membagi beberapa seruling
untuk memainkan nada yang berbeda.
Misalnya :
 Suling 1 memainkan nada C
 Suling 2 memainkan nada E
 Suling 3 memainkan nada G
Jika ketiga suling tersebut dibunyikan berbarengan maka akan menghasilkan bunyi
yang serempak dan harmonis dan disitu terciptalah Akord.

Penjelasan:
Soal di atas termasuk level 3 (penalaran) yang mengukur kemampuan HOTS mencari
kaitan dari informasi yang berbeda dan menggunakan informasi untuk memecahkan
masalah melalui tahapan berpikir mulai dari memahami dua pengertian yang
berbeda tentang fungsi alat musik dan konsep Akord. Ketika dihadapkan pada
masalah harus membuat Akord bukan dari alat musik harmonis, siswa mampu
menjawab melalui penalarannya.

D. Soal HOTS dan Tingkat Kesukaran Soal

Banyak yang salah menafsirkan bahwa soal HOTS adalah soal yang sulit. Soal sulit
belum tentu soal HOTS, demikian pula sebaliknya ‘Difficulty’ is NOT the same as the
higher order thinking.” kalimat sederhana ini bermakna bahwa soal yang sulit tidaklah
sama dengan soal HOTS. Kenyataannya, baik soal LOTS maupun HOTS, keduanya
memiliki rentang tingkat kesulitan yang sama dari yang mudah, sedang dan sulit.
Dengan kata lain, ada soal LOTS yang mudah dan ada juga soal HOTS yang mudah,
demikian juga dengan tingkat kesulitan yang tinggi ada juga pada soal LOTS. Sebagai
contoh, untuk mengetahui arti
sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran
yang sangat tinggi karena hanya sedikit siswa yang mampu menjawab benar, tetapi
kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order
thinking skills. Sebaliknya sebuah soal yang meminta siswa untuk menganalisa dengan
melakukan pengelompokan benda berdasarkan ciri fisik bukan merupakan soal yang
sulit untuk dijawab oleh siswa.

Tingkat kesukaran (mudah v.s. sukar) dan dimensi proses berpikir (berpikir tingat rendah
v.s. berpikir tingkat tinggi) merupakan dua hal yang berbeda. Kesalahpahaman
interpretasi kalau LOTS itu mudah dan HOTS itu sulit dapat mempengaruhi proses
pembelajaran. Implikasi dari kesalahpahaman ini adalah guru menjadi enggan
memberikan atau mebiasakan siswanya untuk berpikir tingkat tinggi hanya karena
siswanya tidak siap, dan hanya menerapkan pembelajaran LOTS dan tugas yang
bersifat drill saja.

E. Peran Soal HOTS dalam Penilaian Hasil Belajar

Peran soal HOTS dalam penilaian hasil belajar siswa difokuskan pada aspek
pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan KD pada KI-3 dan KI-4. Soal-
Soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pada
penilaian hasil belajar, guru mengujikan butir soal HOTS secara proporsional. Berikut
peran soal HOTS dalam penilaian hasil belajar.

1. Mempersiapkan kompetensi siswa menyongsong abad ke-21


Penilaian hasil belajar pada aspek pengetahuan yang dilaksanakan oleh sekolah
diharapkan dapat membekali siswa untuk memiliki sejumlah kompetensi yang
dibutuhkan pada abad ke-21. Secara garis besar, terdapat 3 kelompok kompetensi
yang dibutuhkan pada abad ke-21 (21st century skills) yaitu: a) memiliki karakter yang
baik (religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas); b) memiliki
kemampuan 4C (critical thinking, creativity, collaboration, dan communication); serta c)
menguasai literasi mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber
pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori.

Penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian hasil belajar dapat melatih siswa untuk
mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan kompetensi
abad ke-21 di atas. Melalui penilaian berbasis pada soal-soal HOTS, keterampilan
berpikir kritis (critical thinking), kreativitas (creativity) dan rasa percaya diri (learning
self reliance), akan dibangun melalui kegiatan latihan menyelesaikan berbagai
permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari (problem-solving).

2. Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah (local genius)
Soal-soal HOTS hendaknya dikembangkan secara kreatif oleh guru sesuai dengan
situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing. Kreativitas guru dalam hal
pemilihan stimulus yang berbasis permasalahan daerah di lingkungan satuan
pendidikan sangat penting. Berbagai permasalahan yang terjadi di daerah tersebut
dapat diangkat sebagai stimulus kontekstual. Dengan demikian stimulus yang dipilih
oleh guru dalam soal-soal HOTS menjadi sangat menarik karena dapat dilihat dan
dirasakan secara langsung oleh siswa. Di samping itu, penyajian soal-soal HOTS dalam
penilaian hasil belajar dapat meningkatkan rasa memiliki dan cinta terhadap potensi-
potensi yang ada di daerahnya. Sehingga siswa merasa terpanggil untuk ikut ambil
bagian dalam memecahkan berbagai permasalahan yang timbul di daerahnya.
3. Meningkatkan motivasi belajar siswa
Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab tantangan di masyarakat
sehari-hari. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam kelashendaknya terkait
langsung dengan pemecahan masalah di masyarakat. Dengan demikian siswa
merasakan bahwa materi pelajaran yang diperoleh di dalam kelas berguna dan dapat
dijadikan bekal untuk terjun di masyarakat. Tantangan-tantangan yang terjadi di
masyarakat dapat dijadikan stimulus kontekstual dan menarik dalam penyusunan
soal-soal penilaian hasil belajar, sehingga munculnya soal-soal berbasis soal-soal
HOTS, diharapkan dapat menambah motivasi belajar siswa. Motivasi inilah yang
menjadikan siswa menjadi insan pembelajar sepanjang hayat

4. Meningkatkan mutu dan akuntabilitas penilaian hasil belajar


Instrumen penilaian dikatakan baik apabila dapat memberikan informasi yang akurat
terhadap kemampuan peserta tes. Penggunaan soal-soal HOTS dapat meningkatkan
kemampuan ketrampilan berpikir anak. Akuntabilitas pelaksanaan penilaian hasil belajar
oleh guru dan sekolah menjadi sangat penting dalam rangka menjaga kepercayaan
masyarakat kepada sekolah.

Pada Kurikulum 2013 sebagian besar tuntutan KD ada pada level 3 (menganalisis,
mengevaluasi, atau mencipta). Soal-soal HOTS dapat menggambarkan kemampuan
siswa sesuai dengan tuntutan KD. Kemampuan soal-soal HOTS untuk mengukur
keterampilan berpikir tigkat tinggi, dapat meningkatkan mutu penilaian hasil belajar.

F. Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS

Untuk menulis butir soal HOTS, terlebih dahulu penulis soal menentukan perilaku
yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan
(stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Pilih
materi yang akan ditanyakan menuntut penalaran tinggi, kemungkinan tidak selalu
tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS,
dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal, dan
kreativitas guru dalam memilih stimulus soal yang menarik dan kontekstual. Berikut
dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal- soal HOTS.

1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS


Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS. Tidak
semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS. Pilihlah KD yang memuat KKO
yang pada ranah C4, C5, atau C6. Guru-guru secara mandiri atau melalui forum
MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.

2. Menyusun kisi-kisi soal


Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru menulis
butir soal HOTS. Kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam: (a)
menentukan kemampuan minimal tuntutan KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b)
memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan
indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.

3. Merumuskan Stimulus yang Menarik dan Kontekstual


Stimulus yang digunakan harus menarik, artinya stimulus harus dapat mendorong
siswa untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum
pernah dibaca oleh siswa, atau isu-isu yang sedang mengemuka. Sedangkan stimulus
kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-
hari, mendorong siswa untuk membaca. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
menyusun stimulus soal
HOTS: (1) pilihlah beberapa informasi dapat berupa gambar, grafik, tabel, wacana, dll
yang memiliki keterkaitan dalam sebuah kasus; (2) stimulus hendaknya menuntut
kemampuan menginterpretasi, mencari hubungan, menganalisis, menyimpulkan,
atau menciptakan; (3) pilihlah kasus/permasalahan konstekstual dan menarik
(terkini) yang memotivasi siswa untuk membaca (pengecualian untuk mapel Bahasa,
Sejarah boleh tidak kontekstual); dan (4) terkait langsung dengan pertanyaan (pokok
soal), dan berfungsi.

4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal


Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS.
Kaidah penulisan butir soal HOTS, pada dasarnya hampir sama dengan kaidah
penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi (harus
disesuaikan dengan karakteristik soal HOTS di atas), sedangkan pada aspek
konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai
format terlampir.

5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban


Setiap butir soal HOTS yang ditulis harus dilengkapi dengan pedoman penskoran atau
kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian. Sedangkan
kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, dan isian singkat.

Untuk memperjelas langkah-langkah penyusunan soal HOTS, disajikan dalam gambar


1 di bawah ini

Kompetensi Dasar

Analisis KD

Menyusun Kisi-Kisi

Merumuskan Stimulus

Menulis Soal HOTS

Gambar 2.1. Alur Penyusunan Soal HOTS


Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Mata Pelajaran Seni Bu
BAB III BAB III
PENYUSU NAN SOAL KETERAMPILAN BERPIKIR
TINGKAT
A. Karakteristik Mapel Seni Budaya
Dalam Pedoman Mata Pelajaran (PMP) Seni Budaya pada Permendikbud No. 59
Tahun 2014 dapat disimpulkan bahwa karakteristik mapel Seni Budaya adalah
sebagai berikut:

1. Tujuan
Mata Pelajaran Seni Budaya bertujuan untuk menumbuhkembangkan kepekaan rasa
estetik dan artistik, sikap kritis, apresiatif, dan kreatif pada diri setiap peserta
pendidik secara menyeluruh. Sikap ini hanya mungkin tumbuh jika dilakukan
serangkaian proses aktivitas berkesenian pada peserta didik. Mata pelajaran Seni
Budaya memiliki tujuan khusus, yaitu;
Menumbuhkembangkan sikap toleransi,
Menciptakan demokrasi yang beradab,
Menumbuhkan hidup rukun dalam masyarakat majemuk,
Mengembangkan kepekaan rasa dan keterampilan
Menerapkan teknologi dalam berkreasi
Menumbuhkan rasa cinta budaya dan menghargai warisan budaya
Indonesia Membuat pergelaran dan pameran karya seni.

2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Seni Budaya memiliki 4 aspek seni, yaitu:

a. Seni Rupa. Apresiasi seni rupa, Estetika seni rupa, Pengetahuan bahan dan alat
seni rupa, Teknik penciptaan seni rupa, Pameran seni rupa, Evaluasi seni rupa,
Portofolio seni rupa. Pada Sekolah Menengah Atas seni rupa berisi kegiatan
mengkreasi karya seni rupa dua dan tiga dimensi

b. Seni Musik. Apresiasi seni musik, Estetika seni musik, Pengetahuan bahan dan
alat seni musik, Teknik penciptaan seni musik, Pertunjukan seni musik, Evaluasi
seni musik, Portofolio seni musik. Pada Sekolah Menengah Atas Seni musik
menampilkan pergelaran karya musik.

c. Seni Tari. Apresiasi seni tari, Estetika seni tari, Pengetahuan bahan dan alat
seni tari, Teknik penciptaan seni tari, Pertunjukkan seni tari, Evaluasi seni tari,
Portofolio seni tari.. Pada Sekolah Menengah Atas seni tari melakukan dan
mengkreasikan karya seni tari

d. Seni Teater. Apresiasi seni teater, Estetika seni teater, Pengetahuan bahan dan
alat seni teater, Teknik penciptaan seni teater, Pertunjukkan seni teater, Evaluasi
seni teater, Portofolio seni teater. Pada Sekolah Menengah Atas teater
menampilkan pementasan karya teater.
3. Pembelajaran
Pembelajaran Seni Budaya merupakan proses pendidikan olah rasa membentuk
pribadi harmonis, dan menumbuhkan multikecerdasan. Pembelajaran dilakukan dengan
aktivitas berkesenian sehingga dapat meningkatkan kemampuan sikap menghargai,
memiliki pengetahuan, dan keterampilan dalam berkarya dan menampilkan seni
dengan memperhatikan kebutuhan dan perkembangan peserta didik serta sesuai
dengan konteks masyarakat dan budayanya. Falsafah lama dari Kong Fu Chu
mengatakan bahwa pembelajaran harus dialami oleh peserta didik. Falsafah itu
mengungkapkan bahwa saya dengar saya lupa, saya lihat saya ingat dan saya lakukan
saya mengerti.

Pembelajaran Seni Budaya dilakukan dengan memberikan pengalaman estetik mencakup


konsepsi, apresiasi, kreasi dan koneksi. Keempat hal tersebut selaras dengan
Kompetensi Inti yang ada pada kurikulum 2013, pertama tentang hubungannya
dengan menjalankan ajaran agama yang dianutnya, kedua dengan menerapkan nilai-
nilai dalam mengapresiasi karya seni, ketiga dengan memahami pengetahuan faktual
berkaitan tentang materi seni budaya dan keempat melakukan aktivitas berkesenian
yang meliputi berekspresi, berkreasi dan berapresiasi “belajar dengan seni,” “belajar
melalui seni” dan “belajar tentang seni.”

4. Penilaian
Berbagai teknik penilaian hasil Belajar Seni Budaya yang digunakan untuk penilaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam Sistem Penilaian Kelas
sebagai berikut:

a. Penilaian Kompetensi Sikap Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui


observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta
didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan
penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan Pendidik menilai kompetensi pengetahuan


melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan Pendidik menilai kompetensi keterampilan


melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes
praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan


melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Tes praktik sangat umum digunakan untuk mengukur kompetensi
keterampilan dalam mengekspresikan dan berkaya seni.

2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan


perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam
waktu tertentu. Penilaian projek dalam pembelajaran Seni Budaya dapat
dilakukan guru pada kegiatan pameran atau pergelaran seni, selain itu juga
dapat dalam bentuk membuat laporan, ulasan atau kritik seni yang
dipresentasikan peserta didik.

3) Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas


suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat
produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni
(patung, lukisan, gambar), barang- barang terbuat dari kayu, keramik, plastik,
dan logam.

4) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai


kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat
reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,
dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Penilaian
portofolio diberikan agar karya peserta didik didokumentasikan dengan baik
sebagai pendukung dalam kemampuan menilai kemampuan diri. Portofolio
dalam mata pelajaran Seni Budaya dapat berupa kumpulan hasil karya Seni
Rupa atau karya- karya seni dalam bentuk VCD dan deskripsi karya seni.

B. Analisis KD

Berdasarkan Permendikbud No. 37 Tahun 2018 tentang KI-KD, kita dapat memilih
KD yang akan dibuat soal HOTS dengan melihat tuntutan KD pada KKO yang tertera
di awal. Umumnya KD yang dapat dibuat Soal HOTS-nya adalah pada Level Kognitif
C-4 (Menganalisis) namun tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan KD
pada Level Kognitif C-2 (Memahami) jika stimulus soal mampu mengantarkan
peserta didik untuk sampai pada kemampuan berfikir kritis atau pada pemahaman
Metakognitif. Berikut Contoh analisis KD pada yang akan dibuat soal HOTS :

Tabel 3 1. Contoh analisis KD

KELAS Level
No. / SMT Kompetensi Dasar Kognitif
Seni Rupa
3.1 X/1 memahami konsep, unsur, prinsip, bahan, dan C2
teknik
dalam berkarya seni rupa
4.1 membuat karya seni rupa dua dimensi
menggunakan
berbagai media dan teknik dengan melihat model
3.2 X/1 memahami karya seni rupa berdasarkan, jenis, C2
tema,
dan nilai estetisnya
4.2 membuat karya seni rupa tiga dimensi dengan
melihat model
3.3 X/2 memahami konsep dan prosedur pameran karya C2
seni rupa
4.3 menyelenggarakan pameran hasil karya seni rupa
dua dan tiga dimensi yang dibuat berdasarkan
melihat model
3.4 X/2 memahami konsep, prosedur, dan fungsi kritik C2
dalam
karya seni rupa
3.4 membuat deskripsi karya seni rupa berdasarkan
pengamatan dalam bentuk lisan atau tulisan
3.1 XI / 1 menganalisis konsep, unsur, prinsip, bahan, dan C4
teknik dalam berkarya seni rupa
4.1 membuat karya seni rupa dua dimensi dengan
memodifikasi objek
3.2 XI / 1 menganalisis karya seni rupa berdasarkan jenis, C4
tema, fungsi, dan nilai estetisnya
4.2
membuat karya seni rupa tiga dimensi dengan
memodifikasi objek
3.3 XI / 2 menganalisis perencanaan, pelaksanaan, dan C4
pelaporan pameran karya seni rupa
4.3 menyelenggarakan pameran karya seni rupa dua
dan tiga dimensi hasil modifikasi
3.4 XI / 2 menganalisis konsep, prosedur, fungsi, tokoh, dan C4
nilai estetis dalam karya seni rupa
3.4 membuat analisis karya seni rupa berdasarkan
konsep, prosedur, fungsi, tokoh, dan nilai estetis
dalam bentuk lisan atau tulisan
3.1 XII / 1 mengevaluasi konsep, unsur, prinsip, bahan, dan C5
teknik dalam berkarya seni rupa
4.1 berkreasi karya seni rupa dua dimensi berdasarkan
imajinasi dengan berbagai media dan teknik
3.2 XII / 1 mengevaluasi karya seni rupa berdasarkan jenis, C5
tema, fungsi dan nilai estetisnya
4.2 berkreasi karya seni rupa tiga dimensi berdasarkan
imajinasi dengan berbagai madia dan teknik
3.3 XII / 2 mengevaluasi hasil penyelenggaraan pameran karya C5
seni rupa
4.3 menyelenggarakan pameran karya seni rupa dua
dan
tiga dimensi hasil kreasi sendiri
3.4 XII / 2 mengevaluasi karya seni rupa berdasarkan tema, C5
jenis, fungsi tokoh, dan nilai estetisnya.
3.4 membuat evaluasi dalam bentuk kritik karya seni
rupa berdasarkan tema, jenis, fungsi tokoh, dan
nilai estetisnya dalam bentuk lisan atau tulisan
Seni Musik
3.1 X/1 memahami jenis dan fungsi alat musik C2
4.1 tradisional memainkan alat musik tradisional
3.2 X/1 menganalisis alat musik tradisional berdasarkan C4
jenis dan fungsinya pada masyarakat
4.2 pendukungnya mempresentasikan hasil
analisis alat musik
tradisional berdasarkan jenis dan fungsinya pada
masyarakat pendukungnya
3.3 X/2 memahami dan mengapresiasi pertunjukan musik C2
tradisional
4.3 menampilkan pertunjukan musik tradisional
3.4 X/2 memahami konsep, bentuk dan jenis pertunjukan C2
musik tradisional
3.4 membuat tulisan hasil analisis pertunjukan musik
tradisional
3.1 XI / 1 memahami konsep musik Barat C2
4.1 memainkan alat musik Barat
3.2 XI / 1 menganalisis musik Barat C4
4.2 mempresentasikan hasil analisis musik Barat
3.3 XI / 2 menganalisis hasil pertunjukan musik Barat C4
4.3 membuat tulisan tentang musik Barat
3.4 XI / 2 memahami perkembangan musik Barat C2
3.4 menampilkan beberapa lagu dan pertunjukan
musik
Barat
3.1 XII / 1 memahami konsep dan teknik berkreasi musik C2
kontemporer
4.1 mempresentasikan konsep dan teknik berkreasi
musik kontemporer
3.2 XII / 1 menganalisis karya musik kontemporer C4
4.2 mempresentasikan hasil analisis musik
kontemporer
3.3 XII / 2 mengevaluasi pertunjukan musik kontemporer C5
4.3 menerapkan konsep dan teknik berkreasi musik
kontemporer
3.4 XII / 2 merancang konsep dan teknik berkreasi musik C6
kontemporer secara mandiri
3.4 menampilkan karya musik kontemporer kreasi
sendiri
(*) diujikan dalam Ujian Praktik

C. Contoh Stimulus

Penting dirumuskan Stimulus dalam pembuatan Soal HOTS sebagai sarana untuk
mengantarkan peserta didik mencapai kemampuan yang dituntut dalam HOTS
seperti menginterpretasi, menganalisis, menyimpulkan dan lain-lain.

Tabel 3.2. ContohStimulus Senbi Budaya

Kompetensi Kemampuan
No. Stimulus Tahapan Berpikir
Dasar Yang Diuji
Seni Rupa
1 3.1 memahami Disajikan Mengidentifikasi Mengidentifikasi
konsep, unsur, gambar batik sumber ide unsur seni rupa
prinsip, bahan, motif motifnya. Memahami teknik
dan teknik Banyumasan berkarya seni rupa
dalam Menganalisis konsep
berkarya seni seni rupa daerah
rupa
2 3.2 Disajikan Menganalisis Memahami konsep
menganalisis gambar penataan pameran
perencanaan, denah pameran Memahami penataan
pelaksanaan, pameran pameran
dan pelaporan Menentukan alur
pameran pengunjung
karya seni Menganalisis
rupa penataan pameran
3 3.4 Disajikan Menganalisis Memahami konsep
menganalisis deskripsi konsep karya seni rupa
konsep, karya seni penciptaan motif Memahami teknik
prosedur, kain sasirangan berkarya seni rupa
fungsi, tokoh, Menerapkan nilai
dan nilai estetis karya seni
estetis dalam rupa
karya seni Menganalisis
rupa prosedur penciptaan
karya seni rupa
Seni Musik
Kompetensi Kemampuan
No. Stimulus Tahapan Berpikir
Dasar Yang Diuji
1 3. 1 Disajikan Mengelompokkan
Menjelaskan fungsi
memahami Tabel berisi alat musik
Alat musik
jenis dan Gambar alat tradisional tradisional
fungsi alat musik berdasarkan Menjelaskan
musik tradisional. sumber bunyi dan
perbedaan alat
tradisional Fungsinya musik tradisional
(LOTS) berdasarkan sumber
bunyinya
Mengelompokkan
alat musik
tradisional
berdasarkan sumber
bunyi dan fungsinya
2 3.2 Disajikan Menganalisis dan Menjelaskan
menganalisis wacana dan mengembangkan tangganada diatonis
alat musik gambar tangganada mayor
tradisional tangganada Pentatonis dari Mengubah
berdasarkan Diatonis Tangganada tangganada diatonis
jenis dan Mayor dan Diatonis Mayor menjadi
fungsinya pembentukan (HOTS) Pentatonis
pada Tangganada Mengembangkan
masyarakat Pentatonis transpose
pendukungnya Sunda (Pelog) tangganada
pentatonis

D. Penjabaran KD menjadi Indikator Soal

KD yang sudah dianalisis dijabarkan menjadi indikator soal dengan memperhatikan


hal- hal di bawah ini:
1. Indikator Soal bentuk PG hanya menggunakan satu kata kerja operasional (KKO)
yang terukur

2. Memenuhi prinsip:
a. Audience
b. Behavior
c. Condition

3. Sebaiknya menggunakan stimulus (dasar pertanyaan) berupa gambar, grafik,


tabel, data hasil percobaan, kurva, wacana, atau kasus yang dapat
merangsang/memotivasi peserta didik berpikir sebelum menentukan pilihan
jawaban

4. Jenis Indikator
a. Indikator soal terbuka: penulis soal dapat berimprovisasi secara bebas
untuk mengembangkan butir soal
b. Indikator soal tertutup: umumnya digunakan untuk penyusunan butir
soal dalam beberapa paket paralel, sehingga harus memenuhi persyaratan sbb.
 Kesetaraan konten (materi yang diujikan).
 Kesetaraan tingkat kesukaran (judgement).
 Kesetaraan konteks (rumusan butir soal, kompleksitas).
Tabel 3.3. Contoh Penjabaran KD Menjadi Indikator Soal

No. Kompetensi Dasar Contoh Indikator Soal


1 3.1 memahami konsep, unsur, Disajikan gambar batik motif
prinsip, bahan, dan teknik dalam Banyumasan peserta didik dapat
berkarya seni rupa mengidentifikasi sumber ide
motifnya.
2 3.2 menganalisis perencanaan, Disajikan tips penataan ruang
pelaksanaan, dan pelaporan pameran yang baik dengan
pameran karya seni rupa segala peralatan yang
dibutuhkan dan dua gambar
denah ruang pamer yang
berbeda, siswa dapat menilai
penataan ruang pameran.
3 3.4 menganalisis konsep, Disajikan paparan mengenai motif
prosedur, fungsi, tokoh, dan nilai kain sasirangan peserta didik
estetis dalam karya seni rupa dapat menganalisis konsep
penciptaan motif kain sasirangan
4 3.1 memahami jenis dan fungsi Disajikan Tabel berisi Gambar
alat musik tradisional alat musik tradisional, peserta
didik dapat Mengelompokkan
alat musik tradisional
berdasarkan sumber bunyi dan
Fungsinya
(LOTS)
5 3.2 menganalisis alat musik Disajikan wacana dan gambar
tradisional berdasarkan jenis tangganada Diatonis Mayor dan
dan fungsinya pada masyarakat pembentukan Tangganada
pendukungnya Pentatonis Sunda (Pelog),
Peserta didik dapat Menganalisis
dan mengembangkan
tangganada Pentatonis dari
Tangganada Diatonis
(HOTS)

E. Menyusun Kisi-kisi
Tabel 3 4. Kisi-Kisi soal HOTS

Kelas/ Level No.


Kompetensi Bentuk
No Materi Semes Indikator Soal Kogni So
Dasar Soal
ter tif al
1. 3.1 memahami konsep, X/1 Disajikan gambar C2 PG 1
konsep, unsur, unsur, batik motif
prinsip, bahan, bahan, Banyumasan
dan teknik dan peserta didik
dalam berkarya teknik dapat
seni rupa berkarya mengidentifikasi
seni rupa sumber ide
motifnya.
2 3.2 menganalisis Pameran XI/2 Disajikan tips C4 PG 2
perencanaan, seni rupa penataan ruang
Kelas/ Level No.
Kompetensi Bentuk
No Materi Semes Indikator Soal Kogni So
Dasar ter tif Soal al
pelaksanaan, dan pameran yang
pelaporan baik dengan
pameran karya segala peralatan
seni rupa yang dibutuhkan
dan dua gambar
denah ruang
pamer yang
berbeda, siswa
dapat menilai
penataan ruang
pameran.
3 3.4 menganalisis Konsep XI / 2 Disajikan C4 PG 3
konsep, karya deskripsi
prosedur, seni rupa mengenai motif
fungsi, tokoh, kain sasirangan
dan nilai estetis peserta didik
dalam dapat
karya seni rupa menganalisis
konsep
penciptaan motif
kain sasirangan
2 3.2 menganalisis Musik X/1 Disajikan wacana C4 Uraian 4
alat musik Tradisio disertai gambar
tradisional nal tangganada
berdasarkan Nusanta Diatonis Mayor
jenis dan ra dan
fungsinya pada pembentukan
masyarakat Tangganada
pendukungnya Pentatonis Sunda
(Pelog), Peserta
didik dapat
Menganalisis dan
mengembangkan
tangganada
Pentatonis dari
Tangganada
Diatonis
(HOTS)
F. Kartu Soal HOTS

Berikut ini contoh pengisian kartu Soal untuk Soal Pilihan Ganda dan Uraian

KARTU SOAL
(PILIHAN GANDA)

Mata Pelajaran : Seni Budaya (Seni Musik)


Kelas/Semester : X/1
Kurikulum 2013
: 3.1 memahamiKompetensi
jenis dan fungsi
Dasaralat
Materi
musik tradisional
: Alat Musik Tradisional
Indikator Soal
: Disajikan Tabel berisi Gambar alat musik tradisional, peserta didik dapat Mengelompokkan alat musik tradi
:C-2 Level Kognitif

Soal:
Berdasarkan
No Gambar Berdasarkan Fungsi
Sumber Bunyi
1 Ritmis Ideophone

Sasando
2 Melodis Kordophone

Sape
Berdasarkan
No Gambar Berdasarkan Fungsi
Sumber Bunyi
3 Harmonis Elektrophone

Suling
4 Ritmis Membranophone

Kendang

1. Kombinasi keterangan gambar yang paling benar dari tabel diatas adalah....
A. Nomor 1 dan 2
B. Nomor 1 dan 3
C.Nomor 2 dan
3 D Nomor 2
dan 4
E. Nomor 3 dan 4

Kunci Jawaban: D

Keterangan:
Soal ini bukan HOTS karena masih dalam tahapan berpikir C -2 dimana peserta didik
hanya diminta untuk mengelompokkan alat musik berdasarkan tabel yang disajikan.
KARTU SOAL NOMOR 1
(PILIHAN GANDA)

Mata Pelajaran : Seni Budaya (Seni Rupa)


Kelas/Semester : X/1
Kurikulum 2013
Kompetensi
:3.1Dasar
memahami konsep, unsur, prinsip, bahan, dan teknik dalam berkarya seni rupa
:konsep, unsur, bahan, dan teknik berkarya seni rupa
Materi Indikator
:Disajikan
Soal
gambar batik motif Banyumasan peserta didik dapat mengidentifikasi sumber ide motifnya.
Level Kognitif
:C - 2

Soal:
Perhatikan motif batik berikut!
Keragaman corak batik nusantara mencerminkan masing-masing daerah. Batik pada
gambar tersebut merupakan batik Banyumasan. Motif yang menginspirasi
pembuatan batik tersebut adalah ….
A. menggambarkan motif pedalaman yang sesuai lingkungan daaerahnya yang
banyak terdapat hutan dan pegunungan
B. motif lekuk-lekuk seperti bunga yang menggambarkan suatu keindahan
lingkungan dan masyarakatnya
C. menggunakan warna yang jelas hal ini menggambar masyarakatnya tegas dan
cenderung apa adanya
D. motif tumbuhan yang dibuat secara realistis sesuai dengan karakteristik
masyarakatnya
E. sesuai budaya masyarakatnya yang selalu berdinamika dan menerima hasil
budaya lain

Kunci Jawaban: A

Keterangan:
Soal ini HOTS karena harus menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah.
Untuk menjawab soal ini siswa harus mampu terlebih dahulu mengidentifikasi unsur
seni rupa, memahami teknik berkarya seni rupa, dan menganalisis konsep seni rupa
daerah.
KARTU SOAL NOMOR 2
(PILIHAN GANDA)

Mata Pelajaran : Seni Budaya (Seni Rupa)


Kelas/Semester : XI/2
Kurikulum 2013
: 3.3 menganalisis perencanaan, pelaksanaan,
Kompetensidan
Dasar
pelaporan pameran karya seni rupa
: Pameran seni rupa
: Disajikan tips penataan ruang pameran
Materi
yang
Indikator
baik dengan
Soal segala peralatan yang dibutuhkan dan dua gambar denah
:C-4

Level Kognitif

Soal:

Perhatikan denah ruang pamer pada gambar 1 dan gambar 2 kemudian pilihlah
pernyataan dibawah ini yang paling benar!
A. Kelemahan dari penataan ruang pameran pada gambar 2 adalah terdapat celah
atau peluang terjadinya tabrakan pengunjung.
B. Perbedaan dari penataan ruang pameran pada gambar 1 dan gambar 2 adalah
pada alur sirkulasi pengunjungnya.
C. Perbedaan yang mutlak dari ruang pameran pada gambar 1 dan gambar 2 adalah
jumlah karya yang dapat dipamerkan.
D. Alur pergerakan pengunjung di ruang pamer pada gambar 1 memungkinkan
terjadi penumpukan pengunjung di salah satu sisi.
E. Ruang pameran gambar 2 memungkinkan pengunjung berjalan tidak sesuai
dengan alur yang direncanakan panitia.

Kunci Jawaban: C

Keterangan:
Soal ini HOTS karena harus memproses dan mengintegrasikan informasi.
Untuk menjawab soal ini siswa harus mampu terlebih dahulu
KARTU SOAL NOMOR 3
(PILIHAN GANDA)

Mata Pelajaran : Seni Budaya (Seni Rupa)


Kelas/Semester : XI/2
Kurikulum 2013

3.4 menganalisis
Kompetensi Dasar
konsep, prosedur,
: fungsi, tokoh, dan nilai estetis dalam karya seni rupa
Konsep karya seni rupa
Materi
Disajikan :
deskripsi mengenai motif kain sasirangan peserta didik dapat menganalisis konsep penciptaan motif k
:C-4Indikator Soal :

Level Kognitif

Soal:
Kain Sasirangan merupakan kain khas Kalimantan Selatan yang terkenal dengan
keindahan motif-motifnya. Dalam proses penciptan motif pada kain sasirangan
masyarakat banjar pada jaman dahulu mengambil inspirasi dari berbagai hal yang
dekat dengan kehidupan mereka, seprti flora, fauna hingga kepercayaan, dengan
harapan makna-makna yang terkandung didalam tiap motif menjadi lambang atau
doa agar sang pemakai kain memiliki sifat seperti yang terkandung didalam motif
sasirangan. Adapun salah satu motif kain sasirangan yaitu motif gigi haruan yang
memiliki makna ketajaman berpikir. Ikan Haruan atau dikenal juga dengan nama ikan
gabus (Channa Striata ) adalah jenis makhluk karnivora yang hidup di habitat air
tawar yang banyak ditemukan di perairan Kalimantan Selatan. Ikan Haruan bertubuh
bulat da memiliki mulut lebar dan gigi-gigi yang runcing. Salah satu keunikan ikan
haruan adalah jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini akan berupaya pindah
ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur diri di dalam lumpur hingga
tempat itu kembali berair. Jika ditinjau dari dari sudut gizi dan juga sudut pangan
ikan haruan memiliki potensi yang tinggi maka tak aneh jika ikan haruan juga banyak
diolah menjadi berbagai hidangan bagi masyarakat Banjar.

Simpulkam kenapa motif gigi haruan digunakan masyarakat Banjar pada jaman
dahulu sebagai lambang dari ketajaman berpikir?

A. Ikan haruan merupakan ikan favorit orang Banjar, gigi-giginya runcing dan
tajam sehingga masyrakat banjar berharap memiliki kemampuan berpikir
seruncing dan setajam gigi haruan.
B. Ikan haruan merupakan ikan favorit orang Banjar, yang memiliki insting yang
luar biasa dalam berburu. Hal ini juga ditunjang dengan desain bentuk tubuh
yang bulat dan gigi-gigi yang runcing.
C. Ikan haruan merupakan ikan favorit orang Banjar, meiliki kandungan gizi yang
tinggi sehingga orang banjar percaya ketika mengonsumsi ikan haruan maka
akan meninggkatkan kecerdasan otak
D. Ikan haruan merupakan ikan favorit orang Banjar, yang persebaranya banyak
terdapat diperaiaran Kalimantan selatan sehingga sangat wajar jika menjadi
sangat akrab dengan budaya orang banjar.
E. Ikan haruan merupakan ikan favorit orang Banjar, yang dikenal mampu
bertahan dimusim kemarau dengan membenankan dirinya kedalam tanah, dan
keluar kembali ketika huja turun. menjadi inspirasi ketajaman berpikir

Kunci Jawaban:
A Keterangan:
Soal ini HOTS karena harus menelaah ide secara kritis.
Untuk menjawab soal ini siswa harus mampu terlebih dahulu memahami konsep
karya seni rupa, memahami teknik berkarya seni rupa, menerapkan nilai estetis karya
seni rupa, dan menganalisis prosedur penciptaan karya seni rupa.
KARTU SOAL NOMOR 4
(URAIAN)

Mata Pelajaran : Seni Budaya (Seni Musik)


Kelas/Semester : X/1
Kurikulum 2013
3.2 menganalisis alat musik tradisional berdasarkan jenis
Kompetensi
dan fungsinya
Dasarpada masyarakat
: pendukungnya
Musik Tradisional Nusantara
Materi
Disajikan wacana disertai gambar tangganada Diatonis Indikator
Mayor Soal
dan pembentukan: Tangganada Pentatonis Su
(HOTS) :
:C - 4

Level Kognitif

Soal:
Tangganada Diatonis Mayor memiliki susunan Not dan Interval seperti pada gambar
di bawah ini :

Untuk membuat susunan


tangganada Pentatonis Sunda (Pelog) dapat disusun dengan menghilangkan not D
dan A sehingga susunannya menjadi : C E F G B C’ pada Nada Dasar C = do
Dengan memperhatikan perubahan tangganada di atas, bagaimana membuat
susunan tangganada pelog pada nada dasar G = do / 1#, jelaskan!

PEDOMAN PENSKORAN:

No. Uraian Jawaban/Kata Kunci Skor


1 Jika jawaban dimulai dengan menjabarkan interval tangganada 1
pentatonis pada nada dasar C = do (C E F G B C’ ) dengan
gambar

2 Menggunakan/menyusun tangganada diatonis 1# 1


G A B C D E F# G’
3 Menghilangkan dua Not : A dan E sehingga susunan tangganada 1
pelog terbentuk menjadi G B C D F# G
4 Menggambarkan susunan tangganada pelog berikut intervalnya : 1
Total Skor 4

Keterangan:
Soal diatas merupakan soal HOTS : Terdapat transfer dari satu konsep ke konsep
lainnya dan menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah.
Untuk menjawab soal ini siswa harus memahami terlebih dahulu konsep interval
dalam tangganada diatonis, kemudian menerapkan pemahaman tersebut kedalam
Konsep Tangganada Pentatonis Sunda (Pelog) hingga dapat secara kreatif
mengembangkan(C-6) ke tangganada 1# (naik).
BAB IV Strategi
BAB IV Implementasi

A. Strategi
Strategi pembelajaran dan penilaian HOTS dilakukan dengan melibatkan seluruh
komponen stakeholder di bidang pendidikan mulai dari tingkat pusat sampai ke
daerah, sesuai dengan tugas pokok dan kewenangan masing-masing.

1. Pusat
Direktorat Pembinaan SMA sebagai leading sector dalam pembinaan SMA di
seluruh Indonesia, mengkoordinasikan strategi pembelajaran dan penilaian HOTS
dengan dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan instansi terkait melalui
kegiatan- kegiatan sebagai berikut. Merumuskan kebijakan pembelajaran dan
penilaian HOTS; Menyiapkan bahan berupa modul pembelajaran dan penilaian
HOTS;
Melaksanakan pelatihan pengawas, kepala sekolah, dan guru terkait dengan
strategi pembelajaran dan penilaian HOTS; Melaksanakan pendampingan ke sekolah-
sekolah bekerjasama dengan dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan
instansi terkait lainnya.

2. Dinas Pendidikan
Dinas pendidikan provinsi sesuai dengan kewenangannya di daerah,
menindaklanjuti kebijakan pendidikan di tingkat pusat dengan melakukan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut. Mensosialisasikan kebijakan pembelajaran dan
penilaian HOTS dan implementasinya dalam penilaian hasil belajar; Memfasilitasi
kegiatan pembelajaran dan penilaian HOTS dalam rangka persiapan penyusunan
soal-soal penilaian hasil belajar; Melaksanakan pengawasan dan pembinaan ke
sekolah- sekolah dengan melibatkan pengawas sekolah.

3. Sekolah
Sekolah sebagai pelaksana teknis pembelajaran dan penilaian HOTS, merupakan
salah satu bentuk pelayanan mutu pendidikan. Dalam konteks pelaksanaan penilaian
hasil belajar, sekolah menyiapkan bahan-bahan dalam bentuk soal-soal yang memuat
soal-soal HOTS. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh sekolah antara lain
sebagai berikut. Meningkatkan pemahaman guru tentang pembelajaran dan
penilaian yang mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order
Thinking Skills/HOTS). Meningkatkan keterampilan guru untuk menyusun
instrumen penilaian (High Order Thinking Skills/HOTS) terkait dengan
penyiapan bahan penilaian hasil belajar.

B. Implementasi
Pembelajaran dan penilaian HOTS di tingkat sekolah dapat diimplementasikan dalam
bentuk kegiatan sebagai berikut.
1. Kepala sekolah memberikan arahan teknis kepada guru-guru/MGMP sekolah
tentang strategi pembelajaran dan penilaian HOTS yang mencakup:
a. Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS;
b. Menyusun kisi-kisi soal HOTS;
c. Menulis butir soal HOTS;
d. Membuat kunci jawaban atau pedoman penskoran penilaian HOTS;
e. Menelaah dan memperbaiki butir soal HOTS;
f. Menggunakan beberapa soal HOTS dalam penilaian hasil belajar.
2. Wakasek kurikulum dan Tim Pengembang Kurikulum Sekolah menyusun
rencana kegiatan untuk masing-masing MGMP sekolah yang memuat antara lain
uraian kegiatan, sasaran/hasil, pelaksana, jadwal pelaksanaan kegiatan;

3. Kepala sekolah menugaskan guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai


rencana kegiatan;

4. Guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai penugasan dari kepala sekolah;

5. Kepala sekolah dan wakasek kurikulum melakukan evaluasi terhadap hasil


penugasan kepada guru/MGMP sekolah;

6. Kepala sekolah mengadministrasikan hasil kerja penugasan guru/MGMP


sekolah, sebagai bukti fisik kegiatan penyusunan soal-soal HOTS.
Daftar Pustaka

Brookhart, Susan M. (2010). How to Assess Higher Order Thinking Skill In Your Class.
Virginia USA: Alexandria.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 36 Tahun 2018 Tentang


Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun
2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 37 Tahun 2018 Tentang


Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun
2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum
2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar
Isi Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar
Penilaian Pendidikan.

Schunk, Dale H., Pintrici, Paul R., & Meece, Judith L. (2008). Motivation in Education:
Theory, Research, and Applications Third Edition. New Jersey: Pearson Prentice
Hall.

Widana, I Wayan. (2017). Higher Order Thinking Skills Assessment (HOTS). Journal
of Indonesia Student Assessment and Evaluation (JISAE).
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jisae/article/view/4859, Vol. 3 No. 1
February 2017, pp. 32-44. ISSN: 2442-4919.

Widana, I Wayan, dkk. (2017). Modul Penyusunan Soal HOTS. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA, Dirjen Dikdasmen, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Widana, I., Parwata, I., Parmithi, N., Jayantika, I., Sukendra, K., & Sumandya, I.
(2018). Higher Order Thinking Skills Assessment towards Critical Thinking on
Mathematics Lesson. International Journal Of Social Sciences And Humanities
(IJSSH), 2(1), 24-32. doi:10.29332/ijssh.v2n1.74

http://www.nu.or.id/post/read/47893/sunnahnya-puasa-tutup-
kendanghttps://www.pictame.com/media/1531880163083350975_4831024616

https://dapurethnic.com/products/instruments/instrumen-musik-etnis-tiup/suling-
bali/

http://graphic.nobody.jp/grayscale/sasando_2.html

31
Lampiran 1.
FORMAT KISI-KISI SOAL KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

Mata Pelajaran : ..................... Kelas/ Level


No. Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal
Semester Kognit

..............................., ....................................

Mengetahui Koordinator MGMP


.....................................

Kepala SMA .........................................

................................................................ .........................................
.......................

NIP. NIP.
Lampiran
2. KARTU SOAL
(PILIHAN
GANDA)

Mata Pelajaran : ..................


Kelas/Semester : ..................
Kurikulum : ..................
Kompetensi Dasar Materi :
Indikator Soal Level Kognitif :
:
:

Soal:

Kunci Jawaban:

Keterangan:
Deskripsikan alur berpikir yang diperlukan untuk menjawab soal ini, misalnya
transformasi konsep, mencari hubungan antar informasi, menyimpulkan, dan lain-
lain. Deskripsi ini penting untuk memberikan pemahaman kepada pembaca,
mengapa soal ini merupakan soal HOTS.

33
KARTU SOAL NOMOR
(URAIAN)

Mata Pelajaran : ..................


Kelas/Semester : ..................
Kurikulum : ..................
Kompetensi Dasar Materi :
Indikator Soal Level Kognitif :
:
:

Soal:

PEDOMAN PENSKORAN:

No. Uraian Jawaban/Kata Kunci Skor

Total Skor

Keterangan:
Deskripsikan alur berpikir yang diperlukan untuk menjawab soal ini, misalnya
transformasi konsep, mencari hubungan antar informasi, menyimpulkan, dan lain-
lain. Deskripsi ini penting untuk memberikan pemahaman kepada pembaca,
mengapa soal ini merupakan soal HOTS.
Lampiran
3. INSTRUMEN TELAAH SOAL KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT
TINGGI BENTUK TES PILIHAN GANDA

Nama Pengembang Soal : ..................


Mata Pelajaran : ..................
Kls/Prog/Peminatan : ......................

No Butir Soal**)
Aspek yang ditelaah
. 1 2 3 4 5
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator.
2. Soal menggunakan stimulus yang menarik (baru,
mendorong siswa untuk membaca).
3. Soal menggunakan stimulus yang kontekstual
(gambar/grafik, teks, visualisasi, dll, sesuai dengan
dunia
nyata)*
4. Soal mengukur level kognitif penalaran (menganalisis,
mengevaluasi, mencipta).
5. Jawaban tidak ditemukan pada stimulus.
6. Tidak rutin (tidak familiar) dan mengusung kebaruan.
7. Pilihan jawaban homogen dan logis.
8. Setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar.

B. Konstruksi
9. Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas.
10. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan
pernyataan yang diperlukan saja.
11. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban.
12. Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negatif
ganda.
13. Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas
dan berfungsi.
14. Panjang pilihan jawaban relatif sama.
15. Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan
"semua jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di
atas benar"
dan sejenisnya.
16. Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau
kronologisnya.
17. Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain.

C. Bahasa
18. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia, untuk bahasa daerah dan bahasa
asing sesuai kaidahnya.
19. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat.
20. Soal menggunakan kalimat yang komunikatif.
21. Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata
yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian.

35
No Butir Soal**)
Aspek yang ditelaah
. 1 2 3 4 5
D. Aturan Tambahan
15. Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku,
Agama, Ras, Antargolongan, Pornografi, Politik,
Propopaganda,
dan Kekerasan).

*) Khusus mata pelajaran Bahasa dan Satra Indonesia dan Sejarah dapat menggunakan
teks yang tidak kontekstual (fiksi, karangan, dan sejenisnya).
**) Pada kolom Butir Soal diisikan tanda centang ( ) bila soal sesuai dengan kaidah
atau tanda silang (X) bila soal tersebut tidak memenuhi kaidah.

................., ..............................
Penelaah

...........................................
NIP.
INSTRUMEN TELAAH SOAL KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT
TINGGI BENTUK TES URAIAN

Nama Pengembang Soal : ..................


Mata Pelajaran : ..................
Kls/Prog/Peminatan : ......................

No Butir Soal*)
Aspek yang ditelaah
. 1 2 3 4 5
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis
untuk
bentuk Uraian).
2. Soal menggunakan stimulus yang menarik (baru,
mendorong siswa untuk membaca).
3. Soal menggunakan stimulus yang kontekstual
(gambar/grafik, teks, visualisasi, dll, sesuai dengan
dunia nyata)*
4. Soal mengukur level kognitif penalaran (menganalisis,
mengevaluasi, mencipta).
5. Jawaban tidak ditemukan pada stimulus.
6. Tidak rutin (tidak familiar) dan mengusung kebaruan.

B. Konstruksi
7. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan menggunakan
kata-
kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai.
8. Memuat petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan
soal.
9. Ada pedoman penskoran/rubrik sesuai dengan
kriteria/kalimat yang mengandung kata kunci.
10. Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan
berfungsi.
11. Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain.

C. Bahasa
12. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia, untuk bahasa daerah dan bahasa asing sesuai
kaidahnya.
13. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
14. Soal menggunakan kalimat yang komunikatif.

D. Aturan Tambahan
15. Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku,
Agama, Ras, Anatargolongan, Pornografi, Politik,
Propopaganda,
dan Kekerasan).

37
*) Khusus mata pelajaran Bahasa dan Satra Indonesia dan Sejarah dapat menggunakan
teks yang tidak kontekstual (fiksi, karangan, dan sejenisnya).
**) Pada kolom Butir Soal diisikan tanda centang ( ) bila soal sesuai dengan kaidah
atau tanda silang (X) bila soal tersebut tidak memenuhi kaidah.

................., ..............................
Penelaah

..........................................
NIP.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH
MENENGAH ATAS
TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai