Pengkajian Keperawatan Transkultural

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

PROSES KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

1. Pengkajian Keperawatan
Proses tindakan pengkajian keperawatan transcultural dalam keluarga atau komunitas
mengidentifikasi masalah Kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Pengkajian dirancang berdasarkan & komponen dalam Sunrise Model ( hHarmoko, 2016)
yaitu
a. Faktor tehnologi. Faktor tehnologiyang dimaksud adalah tehnologi kesehatan yang
memungkinkan individu dapat memilih atau mendapatkan penawaran menyelesaikan
masalah dalam pelayanan Kesehatan. Tugas perawat harus mengkaji persepsi sehat
sakit,kebiasaan berobat atau mengatasi masalah Kesehatan, alas an mencari bentuan
Kesehatan, alas an klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan tehnologi untuk mengatasi permasalahan Kesehatan
saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup. Agama dan keyakinan klien menjadi titik tolak
yang mengakibatkan pandangan menjadi amat realistis bagi para pemeluknya. Agama
menjadi tuntunan dalam membuat penilaian kebaikan, keburukan, serta benar dan
salah dalam kehidupan klien di atas segalanya. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap
penyebab cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap
kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga mencakup hubungan sosial yang terbangun di
lingkungan klien berada serta kebiasaan yang dilakukan. Perawat pada tahap ini harus
mengkaji fakto-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal jenis
kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup. Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang
dirumuskan dan disepakati dalam suatu masyarakat tertentu, menjadi sebuah
kebiasaan, kepercayaan, simbol, dengan ciri tertentu yang dapat dibedakan antara satu
dengan yang lainnya. Nilai budaya digunakan untuk dasar perilaku dan tanggapan
tentang apa yang sedang terjadi. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang
memiliki sifat mengikat pada golongan tertentu dalam masyarakat. Perawat perlu
mengkaji posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makanan yang dipantang
dalam kondisi sakit, dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku. Kebijakan dan peraturan yang berlaku
merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya berhubungan dengan kehadiran negara melalui peraturan
perundangan yang menjadi dasar pelaksanaan pelayanan. Perlu dikaji pada tahap ini
adalah peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan kebijakan KB, JAMKESMAS,
ASKESKIN.
f. Faktor ekonomi, kemampuan klien yang membiayai sakitnya agar segera sembuh
selama di rumah sakit.  Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat di antaranya:
pekerjaan, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya
dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan
antar-anggota keluarga. 
g. Faktor pendidikan.  Latar belakang pendidikan klien dalam keluarga yang merupakan
klien dalam perjalanan pendidikan formal tertinggi saat ini.  Jika klien memiliki
riwayat pendidikan yang tinggi maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-
bukti ilmiah yang logis.  Klien akan dapat dengan mudah beradaptasi terhadap
budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.  Hal yang perlu dikaji pada tahap
ini adalah tingkat pendidikan anggota keluarga, jenis pendidikan dan kemampuannya
untuk belajar secara mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang
kembali.

  Observasi merupakan salah satu teknik dalam pengkajian keperawatan dalam mengkaji
budaya pasien.  Perbedaan kultur antara lokasi satu dengan lain menuntut perawat untuk
melakukan observasi awal saat mengalami dinas.  Observasi yang harus dilakukan antara
lain tentang perilaku penduduk lokal, nilai budaya lokal, serta budaya yang masih
ditegakkan dalam kegiatan sosial mereka.  Data observasi inilah yang menjadi modal
utama perawat untuk mempraktikkan keperawatan transkultural.  Sehingga saat
melakukan diagnosis dan tindakan, perawat tidak akan bertanggung jawab dan bingung
untuk membuka komunikasi dan mengorek lebih dalam informasi pasien terkait
kepentingan perawatan

Anda mungkin juga menyukai