SUBRING, IDEAL Dan RING FAKTOR

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

STRUKTUR ALJABAR II

SUBRING, IDEAL DAN RING FAKTOR

DI SUSUN OLEH:

JURIAH ARDIAH N. DAULAY : 8176172025


ZUHUR FARDANI : 8176172056
HUSNI TAMRIN HRP : 8176172059

KELAS : DIKMATB-3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
            Kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari teman-teman dan bimbingan
dari dosen mata kuliah Struktur Alajabar dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
         Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dalam hal
penyusunan, serta kekeliruan baik dari segi penulisan, pengutipan, dan lain-lain. Oleh karena
itu, penyusun  mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Penyusun juga
berharap bahwa makalah ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi calon guru
khususnya rekan mahasiswa yang program mata kuliah ini.

Medan, 08 Maret 2018

                                                                                                 Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
A. Sub Ring ................................................................................................................ 2
B. Ideal ........................................................................................................................ 5
C. Ring Faktor ........................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 17
B. Saran ...................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Struktur aljabar adalah himpunan atau beberapa himpunan yang dilengkapi dengan
suatu operasi atau beberapa operasi yang memenuhi aksioma-aksioma tertentu. Seperti pada
bagian ilmu matematika yang lain, masalah konkret dan contoh menjadi peran penting dalam
pengembangan struktur aljabar. Beberapa kajian di dalam struktur aljabar yang akan dibahas
dalam makalah ini yaitu subring, ideal dan ring faktor.
Ring 𝑅 terbentuk dari grup abel dengan operasi penjumlahan dan operasi perkalian
yang memenuhi beberapa aksioma. Ring 𝑅 dikatakan ring divisi jika setiap elemen tak nol di
𝑅 memiliki invers terhadap operasi perkalian.
Sebarang subhimpunan 𝑆 di ring 𝑅 yang juga merupakan ring terhadap operasi yang
sama pada R disebut subring. Bentuk khusus dari subring disebut ideal.
Pada teori grup, telah kita ketahui bahwa dari suatu grup dapat dibentuk grup baru
dengan memanfaatkan suatu subgrup normal. Grup yang terbentuk tersebut dinamakan grup
faktor. Sejalan dengan ide pembentukan grup faktor tersebut, pada bab ini akan dijelaskan
pembentukan ring faktor. Dalam proses pembentukan ring faktor ini memotivasi munculnya
definisi ideal dari suatu ring.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Subring?
2. Bagaimana menyelesaikan soal subring?
3. Apa yang dimaksud dengan Ideal?
4. Bagaimana menyelesaikan soal Ideal?
5. Apa yang dimaksud dengan Ring Faktor?
6. Bagaimana menyelesaikan Ring Faktor?

C. Tujuan
Adapun tuuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Subring.
2. Untuk mengetahui cara menyelesaikan soal-soal Subring.

1
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Ideal.
4. Untuk mengetahui cara menyelesaikan soal-soal Ieal.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Ring Faktor.
6. Untuk mengetahui cara menyelesaikan soal-soal Ring Faktor.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SUBRING
Definisi 1:
Suatu himpunan bagian tak kososng S dari suatu ring R dikatakan subring dari R jika S
adalah suatu ring relative terhadap kedua operasi biner yang didefinisikan atas R.
Teorema 1:
Suatu himpunan bagian tak kososng S dari suatu ring R adalah subring dari R jika dan hanya
jika S memenuhi tiga aksioma
1. 0 ∈ S
2. Untuk setiap x,y ∈ S, maka x – y ∈ S
3. Untuk setiap x,y ∈ S, maka xy ∈ S
Bukti:
Jika S adalah suatu subring, maka menurut definisi 1ketiga aksioma di atas dipenuhi oleh S
(terbukti).
Sebaliknya, misalkan S adalah himpunan bagian tak kososng dari R yang memenuhi ketiga
aksioma di atas. Akan ditunjukkan bahwa S adalah subring dari R, yakni semua aksioma pada
Definisi 12.1.1 dipenuhi oleh S.
Karena S adalah himpunan bagian dari R dan pada R terdapat unsur 0 dengan 0 ∈ R sehingga
pada S juga terdapat unsur 0 dengan 0 ∈ S. (aksioma 3 pada definisi 12.1.1 dipenuhi oleh S).
Karena S adalah himpunan bagian dari R, sehingga aksioma 1, 2, 5, dan 6 dari Definisi 12.1.1
dipenuhi oleh S.
Aksioma 3 dari teorema 1 operasi perkalian dari R adalah operasi biner atas S.
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa operasi penjumlahan dari R adalah operasi biner atas S
dan untuk setiap x ∈ S, diperlihatkan bahwa –x ∈ S.
Pertama, kita perlihatkan bahwa untuk setiap x ∈ S, diperoleh –x ∈ S. karena 0 ∈ S, maka
untuk pasangan 0,x ∈ S (menggunakan aksioma 2) mengakibatkan 0 - x = -x ∈ S. hal ini
berarti untuk sebarang x ∈ S maka –x ∈ S.
Sekarang perlihatkan sebarang pasangan unsur x,y ∈ S berdasarkan aksioma invers terdapat
-x,-y ∈ S. oleh aksioma 2 kita peroleh kenyataan bahwa x + y = x – (-y) ∈ S. jadi operasi
penjumlahan adalah operasi biner dari S. Jadi kita dapat menyatakan bahwa S adalah subring
dari ring R.
Contoh 1

3
a b :a , b , c ,d ∈ R
Himpunan R dengan R = {[ ]
c d } adalah suatu ring. Tentukanlah apakah

a 0 :a , b ∈ R
S= {[ ]
b 0 }
merupakan subring dari R.

Penyelesaian :
Akan ditunjukkan ke 3 aksioma pada teorema 1 yaitu sebagai berikut :

1. S adalah impinan bagian tak kosong dari R dan [ 00 00] ∈ S.


a1 0 a2 0
2. Ambil sebarang A1=[ ] b1 0
dan A2= [ ]
b2 0
∈ S, sehingga

a1 0 a 0
A1− A 2=
[ ][ ]
b1 0
− 2
b2 0

a1−a2 0
[ ]
=
b1−b2 0
∈S

a1 0 a2 0
3. Ambil sebarang A1=[ ] b1 0
dan A2= [ ]
b2 0
∈ S, sehingga

a 1 0 a2 0
A 1 . A 2=
[ ][ ]
b1 0 b2 0

a1 b2 0
= [ ]
a2 b1 0
∈S

Berdasarkan teorema 1, S adalah subring dari R.


Contoh 2:
Perlihatkan bahwa sentral dari suatu ring adalah subring. Sentral dari suatu ring R
didefinisikan sebagai
C = {a ∈ R ; ax = xa untuk semua x ∈ R}
Perhatikan bahwa 0 ∈C, karena untuk semua x ∈R berlaku 0x = x0 = 0. Bila diperhatikan
sebarang dua unsur a,b ∈ C, maka untuk semua x ∈ R diperoleh ax = xa, bx = xb. Akibatnya
 ax = xa
bx = xb –
ax – bx= xa – xb
(a – b)x = x(a – b)
 ax = xa
bx = xb ×
ax × bx = xa × xb

4
(ab)x2= x2(ab)
Sehingga bila a,b ∈ C maka a – b ∈ C dan juga ab ∈ C. Jadi teorema 13.1.2 sentral dari suatu
ring adalah suatu subring.

Tidak selamanya dalam suatu ring, unsur kesatuan dari suatu subring sama mungkin
saja berbeda dengan unsur kesatuan dari ringnya tersebut. sebagai contoh perhatikan contoh 3
berikut ini.

Contoh 3:
Ring himpunan kuasa P(A) = {∅,{1},{2},A} dari himpunan A = {1,2} dengan operasi
penjumlahan didefinisikan sebagai.
X + Y = (X∪Y)\(X ∩ Y)
Dari operasi perkalian didefinikan sebagai.
X . Y = (X ∩ Y)
Untuk semua X,Y ∈P(A). Table Cayley dari masing-masing operasi biner ini adalah sebagai
berikut.
Table Cayley
• + ∅ ∅{1} {1}
{2} A
{2} A
∅ ∅ ∅ ∅ ∅ {1} ∅ ∅
{2} A
{1} {1}∅ {1}
{1} ∅∅ {1}
A {2}
{2} {2}∅ {2}∅ {2}
A {2}
∅ {1}
A A ∅ A{1} {2}
{2} A
{1} ∅

Dari kedua table tersebut dapat dilihat bahwa P(A) adalah suatu ring dengan unsur kesatuan
A. Perhatikan himpunan S = {∅,{1}}. S adalah subring dari P(A), tetapi unsur kesatuan dari S
adalah {1} ≠ A. Demikian juga bila himpuann bagian S 1 = {∅,{2}}, maka S1 adalah suatu
subring dari P(A) dengan unsur kesatuan {2} ≠ A.

B. IDEAL DARI SUATU RING


Definisi 2:
Suatu subring N dari suatu ring R, dikatakan ideal kiri dari R jika untuk setiap r ∈R dan
setiap n ∈N, berlaku rn ∈ R. Sebaliknya, subring N dari ring R dikatakan ideal kanan dari R
jika untuk setiap r ∈R dan setiap n ∈ N, berlaku nr ∈ N. Selanjutnya subring N dikatakan
ideal dari R bila N adalah ideal kiri dan sekaligus ideal kanan dari R, artinya untuk setiap r ∈
R dan setiap n ∈ N, rn dan nr berdua berada di N.

5
Secara umum di dalam suatu ring, ideal kiri dan ideal kanan mungkin saja berbeda. Tetapi
bila ring R yang kita bicarakan adalah ring komutatif, maka ideal kiri dan ideal kanan tidak
mempunyai perbedaan sama sekali. Dari definisi 2 diatas, dapat dinyatakan bahwa suatu
subring N dari ring R adalah ideal kiri dari R jika untuk setiap r ∈R berlaku rn ⊆ N.
Sebaliknya, suatu subring N dari ring R dikatakan sebagai ideal kanan dari R jika nr ⊆ N
untuk semua r ∈ R. Untuk memeriksa suatu ring merupakan suatu ideal, caranya
menggunakan teorema dibawah ini.

Teorema 2:
Andaikan Radalah suatu ring. Suatu himpunan bagian tak kosong N dari R dikatakan ideal
dari R jika N memenuhi :
1) Untuk setiapa , b ∈ N diperoleha−b ∈ N
2) Untuk setiapn ∈ N dan setiap r ∈ R, rn dan nrberada di N
Bukti :
AndaikanN adalah himpunan bagian tak kosong dariring R yang memenuhi aksioma (1) dan
(2). Kita perlihatkan N adalah suatu ideal dari R. Menurut definisi 2, kita cukup
memperlihatkan bahwa N adalah subring dari R.
Karena N tak kosong, sedikitnya terdapat suatux ∈ N. Dengan menggunakan aksioma (1)
diperoleh fakta bahwax−x=0 ∈ N. Selanjutnya dari aksioma (2) kita ketahui bahwa untuk
setiapx , y ∈ N diperolehxy ∈ N. Akibatnya N adalah suatu himpunan bagian dariR yang
memenuhi aksioma
1. 0 ∈ N
2. Untuk setiap x , y ∈ N , x− y ∈ N
3. Untuk setiap x , y ∈ N , xy ∈ N
Sehingga menurut teorema 2, N adalah subring dari R dan N adalah ideal dari R.
Contoh 4:

N= a 0 : a , b∈ Z
Tunjukkan bahwa Himpunan {[ ]
b 0 } adalah ideal dari ring

R= x y : x , y ,u , v ∈ Z
{[ ]
u v } dengan operasi penjumlahan dan perkalian matriks.

6
Penyelesaian :
a 0 : a , b∈ Z
Akan ditunjukkan bahwa Himpunan N=
b 0 {[ ] } adalah ideal dari ring

R= x y : x , y ,u , v ∈ Z
u{[ ] v }dengan operasi penjumlahan dan perkalian matriks.

Pertama kita harus menunjukkan bahwa N adalah ideal kiri dari R.

Dari teorema 13.2.2 dapat diperlihatkan N adalah ideal kiri dari R, karena [ 00 00] ∈ N , N ≠ ∅.
a1 0 a2 0
[ ] [ ]
Untuk sebarang unsur A1=
b1 0
dan A2=
b2 0
di N , diperoleh

a1 0 a 0 a 1−a2 0
A 1 − A 2=
[ ][ ][ ]
b1 0
− 2 =
b 2 0 b 1−b2 0

Karena ( a 1−a2 ) ; ( b 1−b2 ) ∈ Z , A1 −A 2 ∈ N .Selanjutnya bila B= [ ux vy ] adalah sebarang unsur


a 0
[ ]
dari R,dan A=
b 0
adalah sebarang unsur di N, maka

x y a 0 xa+ yb 0
BA=[ ][
u v b 0 ] =[
ua+ vb 0 ]
∈N

Terbukti bahwa N adalah ideal kiri dari R.


Selanjutnya akan dibuktikan bahwa N adalah ideal kanan dari R.
x y a 0
Bila B=
u v[ ]
adalah sebarang unsur dari R,dan A=
b 0 [ ]
adalah sebarang unsur di N,

maka

AB= [ba 00 ][ ux vy ]=[ axbx aybu] ∉ N


sehingga N bukan ideal kanan dari R.
Jadi dapat disimpulkan bahwa N bukan ideal dari R.

Contoh 5:

N= a b :a , b ∈ Z
Tunjukkan bahwa Himpunan {[ ]
0 0 } adalah ideal dari ring

R= x y : x , y ,u , v ∈ Z
u{[ ] v }dengan operasi penjumlahan dan perkalian matriks.

7
Penyelesaian :
a b :a , b ∈ Z
Akan ditunjukkan bahwa Himpunan N=
0 0 {[ ] } adalah ideal dari ring

R= x y : x , y ,u , v ∈ Z
u {[ ] v } dengan operasi penjumlahan dan perkalian matriks.

0 0 ∈N ,N ≠∅ a b a b
Karena [ ]
0 0 [ ]
. Untuk sebarang unsur A1= 1 1 dan A2= 2 2 di N ,
0 0 0 0 [ ]
diperoleh
a1 b 1 a b a −a b −b
A 1 − A 2=
[ 0 0 ][ ][
− 2 2= 1 2 1 2
0 0 0 0 ]
Karena ( a 1−a2 ) ; ( b 1−b2 ) ∈ Z , A1 −A 2 ∈ N .Selanjutnya akan ditunjukkan N adalah ideal kanan

dari R .Bila B= [ ux vy ] adalah sebarang unsur dari R,dan A=[ a0 b0] adalah sebarang unsur di
N, maka

AB= [ a0 b0 ][ ux vy ]=[ ax +bu


0
ay +bv
0 ] ∈N

Selanjutnya bahwa N adalah ideal kanan dari R.


Selanjutnya akan dibuktikan bahwa N adalah ideal kanan dari R.
x y a b
Bila B=
u v [ ]
adalah sebarang unsur dari R,dan A=
0 0 [ ]
adalah sebarang unsur di N,

maka,

BA= [ ux vy ][ a0 b0]=[ uaxa ubxb] ∉ N


sehingga N bukan ideal kiri dari R.
Jadi dapat disimpulkan bahwa N bukan ideal dari R.

Contoh 6:
Himpunan
a c :a , b , c ,d ∈2 Z
N= {[ ]
b d }
adalah ideal dari ring
x y : x , y ,u,v∈Z
R= {[ ]
u v }
Dengan operasi penjumlahan dan perkalian matriks.

8
a1 c 1 a2 c 2
Perhatikan bahwa untuk sebarang dua unsur A1 = [ ]
b1 d1
dan A2 = [ ]
b2 d 2
di N, maka :

a1 c 1 a c a −a c −c
A1 – A2 = [ ] [ ] [
b1 d1
−¿ 2 2 = 1 2 1 2
b2 d 2 b1−b2 d 1−d2 ]
Karena (a1 – a2), (b1 - b2), (c1 – c2), (d1 – d2) ∈ 2Z, maka A1 – A2 ∈ N

Selanjutnya untuk sebarang [ ab cd ]∈ N dan sebarang [ ux vy ] ∈ R, maka


[ ab cd ]+[ ux yv ] = [ axbx++cudu ayby++cvdv ]
Karena (ax + cu), (ay + cv), (bx + du), (by + dv) ∈2 Z, maka

[ ab cd ][ ux vy ] ∈ N ,
Hal ini berarti bahwa N adalah ideal kanan dari R. Dengan cara yang serupa dapat
diperlihatkan bahwa

[ ux vy ][ ab dc ] ∈ N
Yaitu N adalah ideal kiri dari R.Sehingga kita dapat menyatakan bahwa N adalah suatu ideal
dari R.

Teorema 3:
Andaikan a adalah suatu unsur di dalam ring komutatif R. Himpunan N = { ra :r ∈ R } adalah
suatu ideal dari R. Selanjutnya, bila M adalah suatu ideal yang memuat unsur a, maka N ⊆
M.

Bukti:
Karena 0a = 0, maka 0 ∈ N sehingga N ≠ 0. Untuk sebarang dua unsur r1a, r2a ∈ N ,diperoleh
r1a – r2a = (r1 – r2)a. Karena r1, r2 ∈ R, maka r1 – r2 ∈ R. Hal ini berakibat r1a – r2a = (r1 – r2)a
∈ N . Selanjutnya, pandang sebarang unsur x ∈ R dan sebarang ra ∈ N .Karena x ∈ R dan r
∈ R, maka xr ∈ R sehingga x (ra) = (xr)a ∈ N . Jadi N adalah suatu ideal kiri dari N. Karena R
adalah suatu ring komutatif, maka N juga merupakan ideal kanan dari R. Jadi, N adalah suatu
ideal dari R.
Selanjutnya, kita perlihatkan bahwa N adalah ideal terkecil yang mengandung unsur a.
Andaikan M adalah sebarang ideal dari R dengan a ∈ M . Kita perlihatkan bahwa N ⊆ M.

9
Untuk itu ambil sebarang ra ∈ N .Karena r ∈ R dan a ∈ M dan M adalah suatu ideal dari R,
maka ra ∈ M sehingga N ⊆ M.

Definisi 3:
Ideal N yang didefinisikan pada Teorema 13.2.6 disebut sebagai ideal prinsipal yang
dibangun oleh unsur a.Suatu ring demikian sehingga semua idealnya adalah ideal prinsipal
disebut sebagai ring ideal prinsipal.

Contoh 7:
Perhatikan ring Z4.Ideal dari Z4 adalah N1 = {0} = {r.0 : r ∈ Z 4 }, N2 = {r.2 : r ∈ Z 4 } dan N4 =
{r.1 : r ∈ Z 4 }, maka Z4 adalah ring ideal prinsipal.

Contoh 8:
Ideal dari ring himpunan kuasa dari himpunan
A = {1,2}, P(A) = {∅ , {1},{2}, A}, adalah No = {∅}, N1 = {∅, {1}}, N2 = {∅, {2}} dan P(A).
Karena
No = {x ∩ ∅: x ϵ P(A)}
N1 = {x ∩{1 }: x ϵ P(A)}
N2 = {x ∩{2}: x ϵ P(A)} dan
P(A) = {x ∩ A: x ϵ P(A)}
N0 , N1 , N 2 dan P(A) adalah ideal prinsipal dari P(A). Akibatnya P(A) adalah ring ideal
prinsipal.

Defenisi 4:
Suatu ideal sejati N dari ring R dikatakan ideal prima jika untuk semua x, y ∈ R dengan xy ∈
N, maka x ∈ N atau y ∈ N. Selanjutnya suatu ideal sejati N dari R dikatakan ideal maksimal
dari ring R, Bila untuk setiap ideal M di R berlaku hubungan M ⊆ N ⊂ R.

Contoh 9:
Dalam ring bilangan bulat Z, maka ideal pZ adalah prima. Perhatikan semua x,y ∈ Z dengan
x y ∈ pZ hal berakibat xy x= kp. Tetapi tidak berarti p membag ini berarti p membagi x atau
p membagi y. Dengan perkatan lain, x ∈ pZ atau y ∈ pZ.

10
Contoh 10:
Perhatikan ring bilangan bulat modulo 12 Z12.
Semua ideal sejati dari Z12 adalah {0,2,4,6,8,10}, {0,3,6,9}, {0,4,8} dan {0,6}. Sehingga
masing-masing adalah ideal maksimal dari Z12. Ideal N = {0,2,4,6,8,10} adalah suatu ideal
prima. Karena untuk setiap x,y ∈ Z12 dengan xy ∈ N, maka x ∈ N atau y ∈ N. Demikian juga
ideal N1 = {0,3,6,9} adalah ideal prima. Tetapi ideal N 3 = {0,4,8} dan ideal N4 = {0,6} bukan
suatu ideal prima, karena 2.2 = 4 ∈ N3 tetapi 2∉ N3, dan 2.3 = 6 ∈ N4 tetapi 2 ∉ N4 dan 3 ∉
N4.

Teorema 4:
Andaikan R adalah suatu ring dengan unsur kesatuan 1. Jika N adalah suatu ideal dari R yang
mengandung unsur satuan, maka N = R
Bukti:
Misalkan a ∈ N adalaah suatu ring dengan unsur satuan. Maka a -1 ∈R. Karena N adalah suatu
ideal, maka a-1.a = 1 ∈N. Hal ini berakibat bahwa untuk setiap r ∈ R, maka r = r . 1 ∈ N. Jadi
N = R.

Sebagai akibat langsung dari teorema 4 dapat diperoleh hasil sebagai berikut.
Teorema 5:
Jika R adalah suatu lapangan, maka F tidak mempunyai ideal sejati.

Bukti:
Andaikan N adalah sebarang ideal dari lapangan F. Jika N = {0}, maka N adalah ideal tak
sejati dari F. Selanjutnya misalkan N ≠ {0}. Karena F suatu lapangan, setiap n ∈ N dengan
n ≠ 0 adalah suatu unsur satuan. Teorema 4 mengatakan N = F. Sehingga F tidak mempunyai
ideal sejati.

C. Ring Faktor
Pada bab ini kita telah membicarakan bahwa bila N adalah suatu subgrup normal
dari G, maka kita dapat membentuk grup faktor G/N. Pada suatu ring R,  Bila N adalah suatu
sub grup normal dari G, maka kita dapat membentuk suatu grup faktor G/N. pada suatu ring
R, bila N adalah suatu subring dari R, maka R/N =  { r + N :r ∈ R }  dengan operasi
penjumlahan dari R adalah suatu grup faktor. Hal ini dijamin oleh kenyataan ¿ adalah suatu
grup komutatif.
11
            Selanjutnya kita ingin membentuk R/N  menjadi suatu ring. Persoalan yang timbul
adalah bagaimana cara kita mendifinisikan operasi perkalian atas R/N . Jawaban yang wajar
adalah kita mendifinisikannya dengan menggunakan oeprasi perkalian dari
ring R.  Andaikan (r1 + N) + (r2 + N) ∈ R /N , menurut operasi perkalian di ring R .
(r1 + N) + (r2 + N) = r1r2 + r1N + Nr2 + NN
= r1r2 + r1N + Nr2 + N
Secara umum kita tidak  mempunyai jaminan bahwa  (r1 + N) + (r2 + N) ∈ R /N .
Tetapi bila N adalah suatu ideal dari R, maka r 1 N ⊆ N  dan r 2 N ⊆ N . Hal ini berakibat
bahwa r 1 N +r 2 N + N =N , sehingga :
(r1  + N) + (r2  + N) = r1r2 + N ∈ R /N
Kemudian kita harus menjamin operasi :
        (r1 + N) + (r2 + N) = r1r2 + N
Untuk semua (r1 + N), (r2 + N)∈ R /N   adalah terdefinisi dengan baik. Artinya
bila  s1 + N=r 1+ N  dan  s2 + N=r 2+ N , maka kita harus menjamin bahwa ( s¿¿ 1+ N )¿(

s2 + N ¿=( r 1+ N ) (r 2 + N ) Untuk itu kita harus memperlihatkan   r 1 r 2 + N =s1 s2 + N ,

karena N adalah subgrup normal, hal ini sama artinya dengan

memperlihatkan  r 1 r 2 −s1 s2 ∈ N . Perhatikan bahwa :


r 1 r 2 −s1 s2 =r 1 r 2 −r 1 s2 +r 1 s 2 −s 1 s 2  

=r 1 (r 2 −s 2 )+(r 1 −s 1 )s2
Karena r 1 + N=s 1+ N  dan r 2 + N=s 2+ N , maka r 1 −s 1 ,r 2 −s2 ∈ N . Sehingga r1(r2-s2) ∈ N dan
(r1 - s1)s2∈ N , akibatnya r1r2 – s1s2 = r1(r2 – s2) + (r1 – s1)s2 ∈ N . Jadi operasi (r1  + N) + (r2 +
N) = r1r2 + N adalah terdefinisi dengan baik.

TEOREMA C-1
Andaikan R adalah suatu ring dan misalkan N adalah ideal dari R. bila pada himpunan 
R/N =  { r + N :r ∈ R }  didefinisikan operasi
(r1 + N) + (r2 + N) = (r1 + r2) + N
dan
(r1 + N) . (r2 + N) = r1 r2 + N
untuk semua (r1  + N) , (r2 + N) ∈ R/N, maka  ⟨ R /N ,+ ,. ⟩ adalah suatu ring.

Bukti :

12
Karena ¿ adalah suatu grup komutatif, maka ¿ adalah suatu grup komutatif. Sekarang, kita
tinggal memperlihatkan bahwa operasi perkalian adalah assosiatif dan distributife terhadap
operasi penjumlahannya. Perhatikan sebarang tiga unsur (r1 + N) , (r2 + N) , (r3 + N) ∈  R/N.
Maka :
                ((r1 + N) . ((r2  + N)). (r3 + N) = (r1 r2 + N) (r3 + N)
  = (r1 r2) r3 + N
      = r1 (r2 r3) + N
= (r1 + N) (r2 r3 + N)
= (r1 + N)((r2  + N) (r3 + N))
Sehingga operasi perkalian adalah assosiatif.
Selanjutnya untuk sebarang (r1 + N),(r2 + N),(r3 + N) ∈ R/N
(r1 + N)((r2  + N))+(r3  + N)) = (r1 + N)((r2 + r3) + N)
= (r1(r2 + r3)+ N) = (r1r2 + r1r3) + N
= (r1r2 + N) + (r1r3 + N)
= (r1 + N) (r2 + N) + (r2 + N) (r3 + N)
Dengan cara yang sama dapat diperlihatkan bahwa
((r1 + N)+((r2 + N))(r3  + N) = (r1 + N) (r3 + N) + (r2 + N) (r3 + N)
Sehingga ⟨ R /N ,+ ,. ⟩ adalah suatu ring.
Ring R/N pada teorema diatas disebut sebagai ring faktor dari R modulo N. Berikut ini
sifat-sifat dari ring faktor. Berikut ini merupakan Salah satu sifat ring R/N.

13
14
15
16
Sebenarnya dari tabel juga kita telah bisa mengetahui bahwa Z6/K adalah merupakan
Ring Faktor, karena hasil dari penjumlahan dan perkalian unsur-unsur Z 6/K menghasilkan
unsur-unsur itu sendiri. Jadi bila K adalah suatu Ideal dan R adalah suatu Ring, maka kita
dapat menentukan Ring Faktor dari R/K dengan membuat tabel daftar Cayley terhadap
penjumlahan dan perkalian unsur-unsur dari R/K, yang disebut tabel Ring Faktor dari R/K.

17
BAB III
PENUUTP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa diambil diantaranya sebagai berikut :
1. Suatu himpunan bagian tak kososng S dari suatu ring R dikatakan subring dari R jika
S adalah suatu ring relative terhadap kedua operasi biner yang didefinisikan atas R.
2. Suatu subring N dari suatu ring R, dikatakan ideal kiri dari R jika untuk setiap r ∈R
dan setiap n ∈N, berlaku rn ∈ R. Sebaliknya, subring N dari ring R dikatakan ideal
kanan dari R jika untuk setiap r ∈R dan setiap n ∈ N, berlaku nr ∈ N. Selanjutnya
subring N dikatakan ideal dari R bila N adalah ideal kiri dan sekaligus ideal kanan
dari R, artinya untuk setiap r ∈ R dan setiap n ∈ N, rn dan nr berdua berada di N.
3. Pada suatu ring R,  Bila N adalah suatu sub grup normal dari G, maka kita dapat
membentuk suatu grup faktor G/N. pada suatu ring R, bila N adalah suatu subring
dari R, maka R/N =  { r + N :r ∈ R }  dengan operasi penjumlahan dari R adalah suatu
grup faktor. Hal ini dijamin oleh kenyataan ¿  adalah suatu grup komutatif.

B. Saran
Diharapkan setelah membaca dan mempel;ajari isi dalam makalah ini, pembaca dapat
memahami tentang Subring, Ideal dan Ring Faktor dan mengaplikasikannya dalam latihan
soal-soal yang bersangkutan dalam materi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mas’oed, Fadli. 2013. Struktur Aljabar. Jakarta Barat: Akademia Permata.


Suwilo, Saib, dkk. 1997. Aljabar Abstrak Suatu Pengantar. Medan : USU Pres.

19

Anda mungkin juga menyukai