Makalah Penulisan Kata

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Makalah Penulisan Kata

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan seharusnya kita menggunakannya
dalam kegiatan sehari–hari. Selain itu menggunakan bahasa Indonesia harus dengan baik dan
benar, bukan dicampur adukkan dengan bahasa daerah, bahasa asing dan bahasa gaul. Dalam hal
ini media berpengaruh kuat kepada masyarakat dalam berbahasa. Tetapi pada kenyataannya,
media justru menampilkan atau menulis berita yang cenderung menggunakan bahasa Indonesia
dicampur bahasa gaul, bahkan bahasa asing.
            Dewasa ini penulisan kata dan pemakaian bahasa Indonesia semakin hari semakin kacau,
dan belum ada lembaga pemerintahan dan masyarakat yang memberikan perhatian terhadap
masalah ini. Apabila penulisan kata dan penggunaan bahasa Indonesia kian hari terus tergeser
oleh bahasa asing atau bahasa daerah, maka posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
akan terlupakan oleh masyarakat Indonesia. Hal seperti itu terjadi karena masyarakat tidak tahu
bagaimana penulisan kata yang tepat.

B. Rumusan Masalah
1.    Pengertian penulisan kata.
2.    Tata cara penggunaan penulisan kata secara baik dan benar.  

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penulisan Kata
Penulisan kata terdiri dari dua kata yaitu “penulisan” dan “kata”. Penulisan adalah proses,
cara, perbuatan menulis atau menulis, sedangkan kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau
dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan
dalam berbahasa. (Kamus Besar Bahasa Indonesia:edisi 3).
Dari pengertian perkata diatas, dapat disimpulkan bahwa penulisan kata adalah proses
atau cara menulis yang mepertimbangkan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan sebagai
wujud kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa sesuai ejaan
yang disempurnakan.
B. Metode Umum Penulisan Kata
            Sistem penulisan kata terbagi atas kata dasar, kata depan, imbuhan, pemenggalan suku
kata, kata ulang, kata majemuk dan kata non baku.
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata lain, kata dasar adalah
kata yang menjadi dasar awal  pembentukan kata yang lebih besar.  Contohnya adalah makan,
duduk, pulang, tinggal, datang, minum, langkah, pindah, dan lain-lain.
Kata dasar bisa membentuk satu kesatuan kalimat, yaitu:
  a. Ular yang mati itu sangat  panjang .
  b. Aku pergi ke sekolah dengan ayah.
  c. Budi datang ke rumahku dengan sangat cepat.
  d. Kakak suka makan kue bakpia dari kota Jogjakarta.
  e. Ayah sampai di rumah jam 9 malam, ketika aku sedang tidur.

2. Kata Depan
Kata depan adalah kata-kata yang secara sintaksis diletakan sebelum kata benda, kata
kerja atau kata keterangan dan secara semantis kata depan menandakan berbagai hubungan
makna antar kata depan dan kata yang ada dibelakangnya.
 a. Aturan Penulisan Kata Depan
Kata depan seperti “di”, “ke”, dan “dari” ditulis terpisah dengan kata-kata di belakangnya
kecuali untuk kata-kata yang sudah dianggap lazim sebagai satu kata, seperti kepada, daripada
dan sebagai imbuhan, seperti dipukul, dimakan dan lain-lain.
Contoh:

Di sana – (Benar) Ke sekolah – (Benar)


Disana – (Salah) kesekolah – (Salah)

Kata depan ditulis dengan huruf kecil jika digunakan di dalam kalimat sebagai judul. Contoh:
“Berlayar Dari Samudera Indonesia Ke Samudera Hindia Dan Antartika.” – (Salah)
“Berlayar dari Samudera Indonesia ke Samudra Hindia dan Antartika.” – (Benar)
  b. Jenis-Jenis Kata Depan
Jika dilihat dari fungsinya, kata depan dibagi menjadi beberapa macam. Di bawah ini
adalah macam-macam kata depan dan contoh-contohnya:
 Kata depan penanda tempat keberadaan dan waktu, yaitu: di, pada, dalam, dan antara. Contoh:
Adikku bersekolah di SDN 4 Panarung.
Budi berangkat ke kasongan pada siang hari.
Dani menaruh hand phone di dalam tasnya ketika ada razia di sekolah.
Rumahku terletak antara kantor pos dan bangunan sekolah itu.
Mereka belum menetukan tempat kunjungan antara Jogjakarta dan Surabaya
 Kata depan penanda arah atau tempat asal, yaitu: “dari”. Contoh:
Ayahku baru pulang dari Banjarmasin tadi malam.
Siswa baru itu pindahan dari Sampit.
Pasukan itu bubar dimulai dari barisan yang paling kanan.
Dia menjadi seperti itu semenjak pulang dari rumah sakit.
 Kata depan penanda arah atau tempat tujuan, yaitu: “ke”, “kepada”, “akan”, dan
“terhadap”. Contoh:
Pada liburan yang akan datang aku akan pergi ke rumah nenekku.
Surat ini ditunjukan kepada bapak kepala sekolah SMAN 4 Maju Mundur.
Saya sangat menghormati terhadap apa yang Bapak sampaikan kepada kami semua.
Kita semua tidak mengetahui akan apa yang dilakukan olehnya nanti malam.
Budi mengajak Ani pergi berlibur ke Pulau Bali berdua pada saat liburan nanti.
 Kata depan penanda pelaku, yaitu: “oleh”. Contoh:
Pekerjaan itu diselesaikan oleh dirinya sendiri.
Akibat terlambat, dia dimarahi oleh guru bk di sekolah.
Aku ditemani oleh Ani ketika pergi ke pasar.
Budi diberikan oleh-oleh berupa baju oleh Ani.
 Kata depan penanda alat atau cara yaitu: “dengan” dan “berkat”. Contoh:
Ayah memotong rumput dengan menggunakan pisau rumput.
Ibu pergi bekerja dengan mengendarai sepeda motor.
Lantai rumahku sangat bersih berkat cairan pembersih.
Tugas kita selesai berkat kerjasama yang baik.
Shinta berlari dengan sangat cepat.
 Kata depan penanda perbandingan, yaitu: “daripada”. Contoh:
Rumahku lebih kecil daripada rumah pejabat itu.
Jarak antara rumahku ke sekolah lebih lama daripada rumahnya ke sekolah.
Budi lebih tinggi sekitar 4 cm daripada tinggi Andi.
Daripada nilaiku, nilai yang kamu dapatkan lebih bagus.
 Kata depan menunjukan suatu hal atau permasalahan, yaitu: “tentang” dan “mengenai”. Contoh:
Rapat pagi hari itu membahas tentang rencana kegiatan yang akan segera dilaksanankan.
Ani bertanya mengenai sikapku padanya beberapa hari yang lalu.
Apakah kamu mengetahui berita tentang mundurnya Frank Lampard dari timnas Inggris?
Dia menceritakan kepada kami semua mengenai kisah perjuangan hidupnya.
Tak ada lagi yang tersisa semua memori tentang dia selama hidupnya.
 Kata depan penanda hubungan akibat, yaitu: “hingga” dan “sampai”. Contoh:
Pelaku curanmor itu dipukuli hingga babak belur.
Sinta menangis sampai air matanya mengering.
Rumahnya hancur hingga tak tersisa sedikitpun akibat diterjang banjir bandang.
Dia sangat rakus ketika makan sampai tak tersisa barang sebutir nasi pun di atas piringnya.
Danang berjuang dengan sangat keras hingga menjadi seorang pengusaha sukses.
 Kata depan penanda hubungan tujuan, yaitu: “untuk”, “buat”, “guna” dan “bagi”. Contoh:
Aku membuatkan kue ini khusus untuk Ani yang sedang sakit.
Budi mengerjakan tugas matematika buat adiknya.
Belajarlah yang giat guna masa depan yang cemerlang.
Pendidikan adalah hak yang sangat penting bagi seluruh anak-anak.
Ayah memintaku untuk menemaninya pergi ke luar kota untuk urusan bisnis.

3. Imbuhan
Kata berimbuhan adalah kata-kata dasar yang mendapatkan imbuhan yang berupa
awalan, akhiran, sisipan, dan awalan-akhiran. Imbuhan sendiri berfungsi untuk menambahkan
arti atau maksud dari kata-kata dasar yang diberi imbuhan tersebut.
  a. Macam-Macam Imbuhan
Dalam bahasa Indonesia ada 4 macam imbuhan yaitu:
 Awalan (Prefiks)
Prefiks adalah imbuhan-imbuhan yang diletakan pada awal kata dasar. Imbuhan-imbuhan
yang termasuk ke dalam awalan (prefiks) adalah: me-, ber-, ke-, di-, ter-, pe-, dan se-.
         Me-
Awalan me- bisa berubah menjadi beberapa macam bentuk diantaranya adalah men-,
meng-, meny-, mem-, dan menge-. Perubahan-perubahan tersebut tergantung dengan kata
dasarnya dan makna yang akan dibentuk. Berikut makna dari imbuhan me- yang menyatakan
suatu perbuatan aktif: mengambil, menyiram, mengesampingkan, mempertahankan.
         Ber-
Awalan ber- mempunyai beberapa macam perubahan yaitu bel- dan ber-. Perubahan-
perubahan tersebut tergantung dengan kata dasarnya. Imbuhan ber- memiliki beberapa macam
makna yaitu:

Menyatakan kepunyaan : Beranak, berotot, beruang


Menyatakan penggunaan : Bersepeda, bermotor
Menyatakan kegiatan : bertelur, berkarya, bekerja
Menyatakan jumlah : Berdua, bertiga
Menyatakan suasana hati: bersedih, berbahagia, dan lain-lain.
         Ke-
Awalan ke- tidak memiliki bentuk perubahan khusus, tetapi memiliki makna untuk
menyatakan urutan : kesatu, kedua, ketiga, dst.
         Di-
Imbuhan di- adalah kebalikan dari imbuhan me- yang membentuk kata dasar bermakna
pasif. Contoh: di + siram = disiram, dilihat, dipukul.
         Ter-
Imbuhan ter- sama dengan imbuhan di- yang membentuk kata kerja pasif. Namun,
imbuhan ter- cenderung menyatakan perbuatan yang tidak disengaja. Selain kata kerja pasif,
imbuhan ter- memiliki beberapa macam makna yaitu:
Menyatakan sifat: Terpandai, terbaik, terhebat
Menyatakan ketidaksengajaan: Terbawa, tertinggal
Menyatakan keadaan telah: tertutup, terbuka, terkunci
Menyatakan kegiatan tibaa-tiba: tertawa, terjatuh
         Pe-
Awalan pe- memiliki macam-macam perubahan bentuk seperti yang terjadi pada awalan
me- yaitu: peng-, penye-, per-. Makna dari Imbuhan pe- adalah sebagai berikut:
Menyatakan pelaku, penyebab: pembaca, penulis, pengajar, pemanis, pemutih
Menyatakan pekerjaan: perpanjang, perlambat, percantik
Menyatakan alat: penghapus, penggaris, pengasah
Menyatakan sifat: pemalu, pemaaf
         Se-
Imbuhan se- membentuk kata dasar memiliki makna antar lain:
Menyatakan satu: selembar, sepotong, sebiji
Menyatakan keseluruhan: sekelas, sekampung, sekota
Menyatakan sifat: sepandai, secantik, sebesar
 Sisipan (infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang diletakan di tengah-tengah kata dasar. Bentuk-bentuk
sisipan antara lain –el-, -em-, dan –er-. Contoh: -em- + getar = gemetar. Imbuhan infiks
membentuk kata dasar yang memiliki makna sebagai berikut:
Menyatakan intensitas dan jumlah: gemetar, gemerincing, temali
Menyatakan sifat: temurun, telunjuk, gelembung, gemetar
 Akhiran (sufiks)
Akhiran sufiks adalah imbuhan yang diletakan pada akhir kata dasar. Ada beberapa
macam bentuk imbuhan sufiks, diantaranya adalah –kan, -I, -an, -kah, -tah, dan –pun.
         -kan
Imbuhan kan memberikan kata dasar memiliki makna sebagai berikut:
Menyatakan perintah: Dengarkan, ambilkan, pejamkan
         -I
Akhiran –I membetuk kata dasar menjadi kata yang bermakna sebagai berikut:
Menyatakan perintah: turuti, kuliti, gelitiki
         -an
Akhiran –an membentuk kalimat menjadi bermakna sebagai berikut:
Menyatakan tempat: lapangan, kubangan, pangkalan
Menyatakan alat: timbangan, garisan
Menyatakan suatu hal atau objek tertentu: gambaran, lukisan, lamaran, didikan
Menyatakan keseluruhan: lautan
Menyatakan bagian: satuan, kiloan, tahunan, mingguan
Menyatakan kemiripan: mobil-mobilan, kuda-kudaan
         -kah, -tah
Akhiran –kah dan -tah membentuk kata dasar sehingga memiliki makna:
Menyatakan penegasan dalam pertanyaan: bukankah, sulitkah, mudahkah, iyatah, rugitah,
panjangtah
         -pun
Akhiran –pun membentuk kata dasar yang bermakna:
Memiliki makna seperti “juga”: merekapun, diapun, sayapun
 Awalan-akhiran (Konfiks)
Konfliks adalah imbuhan yang diletakan pada bagian awal dan akhir kata. Imbuhan-
imbuhan konfiks diantaranya adalah me-kan, pe-an, ber-an, se-nya.
         Me-kan, Me-i
Imbuhan me-kan bisa berubah menjadi memper-kan, menye-kan. Imbuhan-imbuhan
tersebut memiliki makna sebagai berikut:
Menyatakan kegiatan aktif: mengirimkan, memantulkan, menggembirakan, menelatarkan,
mengirimi, meyambangi, dll.
         Di-kan, Di-i
Imbuhan di-kan dan di-i memiliki makna yang sama dengan imbuhan me-kan, tetapi
imbuhan ini membentuk kata kerja pasif.
Contoh: Dikirimkan, dipantulkan, digembirakan, ditelantarkan, dikirimi, dilempari, dll.
         Pe-an
Imbuhan pe-an membentuk kata dasar sehingga memiliki makna sebagai berikut:
Menyatakan suatu hal atau perbuatan: pendidikan, pengangguran, perampokan, pemeriksaan.
Menyatakan suatu proses: Pendaftaran, pembentukan, pembuatan.
Menyatakan tempat: penampungan, pemandian, pegunungan.
         Se-nya
Imbuhan se-nya membentuk kata dasar sehingga memiliki makna sebagai berikut:
Menyatakan tingkatan atau pengulangan: Sebaik-baiknya, sebagus-bagusnya, secantik-cantiknya.

4. Pemenggalan Suku Kata


Setyawati (2010: 171) menjelaskan bahwa pemenggalan kata atau persukuan diperlukan
apabila kita harus memenggal sebuah kata dalam tulisan jika terjadi pergantian baris. Pada
pergantian baris, tanda hubung harus dibubuhkan di pinggir ujung baris, bukan di bawah ujung
garis. Perlu juga diketahui, suku kata atau imbuhan yang terdiri atas sebuah huruf tidak
dipenggal agar tidak terdapat satu huruf pada ujung baris atau pada pangkal baris. Sering kita
jumpai pemenggalan kata yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar. Berikut ini
akan diuraikan satu per satu bentuk-bentuk kesalahan pemenggalan kata.
  a. Kesalahan Pemeggalan Dua Vokal yang  Berurutan di Tengah Kata. Contoh: 
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
la-in                                         la – in
sa-at sa – at
da-un                                       da – un
au-la                                         a-ula
am-boi                                     a – mboi
sau-da-ra                                  sa-u-da-ra
pan-tai                                     pant-ai

Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada dua vokal yang berurutan,
pemenggalan dilakukan di antara kedua vokal tersebut. Fonem diftong /ai/, /au/, dan /oi/ tidak
pernah diceraikan. Apabila memenggal atau menyukukan sebuah kata, kita harus membubuhkan
tanda hubung (-) di antara suku-suku kata itu dengan tidak mendahului atau diikuti spasi.
  b. Kesalahan Pemenggalan Dua Vokal Mengapit Konsonan di Tengah Kata. Contoh:

Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku


se-ret                                       ser-et
pa-man                                          
pam-an
     
ba-ngun                                   ban-gun
akh-lak                                          
ak-hlak
     
ma-sya-ra-kat                         mas-ya-ra-kat
i-sya-rat                                   is-ya-rat

Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada konsonan di antara dua
vokal, pemenggalan dilakukan sebelum konsonan tersebut. Selain itu, karena ng, ny, sy, dan
khmelambangkan satu konsonan; gabingan huruf itu tidak pernah diceraikan, sehingga
pemenggalan suku kata terdapat sebelum atau sesudah pasangan huruf itu.
  c. Kesalahan Pemengggalan Dua Konsonan Bebrurutan di Tengah Kata. Contoh:
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
ap-ril                                        a-pril
mer-de-ka                                me-rde-ka
cap-lok                                         
ca-plok
      
mak-sud                                  ma-ksud
swas-ta                                         swa-sta

Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada dua konsonan bebrurutan,
pemenggalan terdapat di antara kedua konsonan tersebut.
  d. Kesalahan Pemenggalan Tiga Konsonan Atau Lebih di Tengah Kata. Contoh:
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
Ab-strak                                
abs-trak
 
In-fra                                     
inf-ra
 
Ben-trok                                
bent-rok
 
In-stan-si                               
ins-tan-si
 
Kon-truk-si                            
konst-ruk-si
 
In-stru-men                             ins-tru-men

Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih,
maka pemenggalan tersebut dilakukan di antara konsonan yang pertama termasuk /ng/, /ny/, /sy/,
dan /kh/ dengan konsonan yang kedua.
  e. Kesalahan Pemenggalan Kata Berimbuhan. Contoh:
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
pem-ber-da-ya-an                  
pe-mber-da-ya-an
 
meng-a-ku-i                           
me-nga-ku-i
 
bel-a-jar                                 
be-la-jar
 
ge-me-ri-cik                          
g-em-eri-cik
  
meng-a-nak-ti-ri-kan             
menga-nak-ti-ri-kan
 

Kaidah pemenggalan yang benar adalah imbuhan (prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks)
termasuk yang mengalami perubahan bentuk biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya
dalam pemenggalan kata dipisahkan sebagai satu kesatuan.
  f. Kesalahan Pemenggalan Nama Diri. Contoh:
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
Imam
I-mam Nur-zaman
Nurzaman                    
Nur Komari
Nur-Ko-ma-ri Sa-pu-tri
Saputri               
Pratiwi
Pra-ti-wi- Su-lis-tyo-wa-ti
Sulistyowati               

Kaidah pemenggalan yang benar adalah nama orang harus diusahakan tidak dipenggal
atas suku-suku katanya dalam pergantian baris. Yang dibolehkan adalah pemisahan nama orang
tua atas unsur nama pertama dan unsur nama kedua dan seterusnya.

5. Kata Ulang
Kata ulang adalah bentuk kata yang merupakan pengulangan kata dasar. Pengulangan ini
dapat memiliki atau menciptakan arti baru. Kata ulang terdiri dari beberapa macam, yaitu:
  a. Pengulangan seluruh
Kata ulang ini terdiri dari kata dasar yang diulang secara keseluruhan. misalnya buku –
buku, anak – anak, ibu – ibu, bapak – bapak, dan lain – lain.
Contoh dalam bentuk kalimat:
 Kami mengumpulkan buku – buku untuk anak – anak korban kebanjiran.
 Ibu – ibu PKK menghadiri acara yang dilaksanakan oleh ibu walikota pada hari minggu besok.
 Tanah longsor menimbun rumah – rumah yang ada di kampung Duren pada hari selasa yang lalu.
  b. Pengulagan sebagian
Kata ulang ini adalah kata ulang yang berasal dari kata dasar yang mengalami
pengulangan hanya pada bagian awal atau akhirnya saja.Misalnya tetangga, pepohonan,
perumahan, perbukitan, dan lain – lain.
Contoh dalam bentuk kalimat:
 Orang itu hidup dengan sangat tertutup tak heran  tetangga mencurigainya.
 Ketika aku berlibur di desa, aku melihat perbukitan yang sangat indah.
 Orang itu menebang pepohonan yang ada di atas bukit akibatnya terjadi tanah longsor.

6. Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua buah morfem dasar atau lebih yang mengandung
satu pengertian baru. Morfem sendiri adalah bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan
atau mempunyai makna. Wujud morfem dapat berupa imbuhan, klitika, partikel dan kata dasar
(misalnya –an, -lah, -kah, bawa). Sebagai kesatuan pembeda makna, semua contoh wujud
morfem tersebut merupakan bentuk terkecil dalam arti tidak dapat lagi dibagi menjadi kesatuan
bentuk yang lebih kecil. Kata majemuk tidak menonjolkan arti tiap kata. tetapi gabungan kata itu
secara bersama-sama membentuk suatu makna atau arti baru.
  a. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Cara Penulisannya
 Kata Majemuk senyawa
Kata majemuk senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisannya dirangkaikan.
seolah-olah telah melebur menjadi satu kata baru. Misalnya: matahari. hulubalang. bumiputra.
 Kata majemuk tak-senyawa
Kata majemuk tak-senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisan morfem -morfem
dasarnya tetap terpisah. Misalnya: sapu tangan. kumis kucing. cerdik pandai
  b. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Kelas Kala Pembentuknya
 Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata benda. Misalnya: kapal udara. anak emas, sapu
tangan
 Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata kerja. Misalnya: kapal terbang. anak pungut.
meja makan
 Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata sifat. Misalnya: orang tua. rumah sakit. pejabat
tinggi
 Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata benda. Misalnya: panjang tangan. tinggi hati.
keras kepala
 Kata majemuk yang terdiri atas kata bilangan + kata benda. Misalnya: pancaindera. dwiwarna.
sapta marga
 Kata majemuk yang terdiri atas kata kerja + kata kerja. Misalnya: naik turun. keluar masuk.
pulang pergi
 Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata sifat. Misalnya: tua muda. cerdik pandai. besar
kecil.
  c. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Hubungan Kata Pembentuknya Ditinjau dari segi
hubungannya.
 Kata majemuk yang morfem pertama nya merupakan awalan (prefiks). seperti: pra-sarana.
prasejarah.
 Kata majemuk yang morfem pertamanya merupakan pangkal kata. seperti: rumah sakit. kapal
udara. meja belajar.
 Kata majemuk'yang morfem keduanya merupakan pangkal kata. seperti: maha-siswa, bumiputra.
Purbakala.
 Kata majemuk yang morfem pertamanya mempunyai hubungan sederajat dengan morfem
keduanya. seperti naik turun. besar kecil. pulang pergi, sanak saudar
Ciri-ciri kata majemuk:
 Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
 Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik keterangan
atas     kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
 Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
 Frekuensi pemakaiannya tinggi.
 Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hokum DM   
(Diterangkan mendahului Menerangkan).

7. Kata Baku dan Kata Non Baku


  a. Kata Baku
Kata baku adalah kata yang digunakan sudah sesuai dengan pedoman atau kaidah bahasa
yang telah di tentukan, Atau kata baku merupakan kata yang sudah benar dengan aturan maupun
ejaan kaidah bahasa Indonesia dan sumber utama dari bahasa baku yaitu Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI). Kata baku umumnya sering digunakan pada kalimat yang resmi, baik itu
dalam suatu tulisan maupun dalam pengungkapan kata-kata.
Kata-kata baku yaitu kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
sudah di tentukan sebelumnya dan suatu kata bisa disebut dengan kata tidak baku jika kata yang
digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. ketidakbakuan suatu kata bukan hanya
ditimbulkan oleh salah penulisan saja, akan tetapi bisa juga disebabkan oleh pengucapan yang
salah dan penyusunan suatu kalimat yang tidak benar. Biasanya kata tidak baku selalu muncul
dalam percakapan kita sehari-hari.
Kata baku biasanya sering digunakan ketika:
 Membuat karya ilmiah.
 Membuat surat lamaran pekerjaan.
 Membuat surat dinas, surat edaran dan surat resmi lainnya.
 Membuat laporan.
 Membuat nota dinas.
 Saat berpidato dan rapat dinas.
 Saat musyawarah atau diskusi.
 Surat menyurat antara organisasi, instansi atau lembaga, dan lain-lain.
  b. Kata Tidak Baku
Kata tidak baku adalah kata yang digunakan tidak sesuai dengan pedoman atau kaidah
bahasa sudah ditentukan. Biasanya kata tidak baku sering digunakan saat percakapan sehari-hari
atau dalam bahasa tutur. Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan munculnya kata tidak
baku, yang diantaranya sebagai berikut:
 Yang menggunakan bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan dari kata yang dia maksud.
 Yang menggunakan bahasa tidak memperbaiki kesalahan dari penggunaan suatu kata, itulah yang
menyebabkan kata tidak baku selalu ada.
 Yang menggunakan bahasa sudah terpengaruh oleh orang-orang yang terbiasa menggunakan kata
yang tidak baku.
 Dan yang terakhir, yang menggunakan bahasa sudah terbiasa memakai kata tidak baku.
  c. Contoh kata baku dan tidak baku
 Contoh kata baku
Misalnya seperti: aktif, pasif, apotek, efektif, karena, foto, biosfer, bus, objek, november, praktik,
negeri, teknik, daftar, nasihat dan lain-lain. Kalimatnya: Pada hari ini saya akan keluar kota.
 Contoh kata tidak baku
Misalnya seperti: aktip, pasip, apotik, efektip, karna, poto, biosfir, bis, obyek, nopember,
praktek, negri, tekhnik, nasehat dan lain-lain. Kalimatnya: Saya akan keluar kota pada hari ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penulisan sebuah karya ilmiah, skripsi ataupun makalah, salah satu hal yang perlu
diperhatikan adalah penulisan kata maupun kalimat yang tepat. Dengan penulisan kata yang tepat
maka pembaca tidak akan mengalami salah tafsir terhadap kata dasar yang telah diberi imbuhan
dan isi dari tulisan tersebut dapat tersalurkan kepada pembaca, sehingga tujuan penulis dapat
tersampaikan ke pembaca.
B. Saran
Bahasa Indonesia tidak akan tetap terjaga apabila tidak diadakan pusat bahasa dan balai
bahasa serta tempat pelatihan dan pengajaran tentang tata bahasa. Maka pembelajaran bahasa
disetiap sekolah-sekolah pada setiap jenjang pendidikan nyata diperlukan karena akan membantu
memelihara kesucian dan keaslian bahasa, agar selalu tehindar dari kontaminasi budaya bahasa
asing.

DAFTAR PUSTAKA
Ramli, Lili. 2011. “Bahasa Indonesia Resensi Buku”http://liliramli.guru-
indonesia.net/artikel_detail-30652.html. Diakses 5 Maret 2016.
Andhika. 2010. “Kata majemuk dan kata ulang dalam bahasa indonesia yang
benar”http://www.kelasindonesia.com/2015/05/pengertian-dan-contoh-kata-dasar-turunan-
majemuk-dan-kata-ulang.html. Diakses 5 Maret 2016.
Suhermanuhim. 2012. “Kata Majemuk dan Contohnya”http://suhermanuhim.
blogspot.co.id. Diakses 6 Maret 2016.
Yogi, fikri. 2008. “Pengertian Morfem | Kumpulan Artikel Materi
Perkuliahan” http://fikriyogi.wordpress.com. Diakses 6 Maret 2016.
Ramli, Lili. 2011. “Bahasa Indonesia Resensi Buku”http://liliramli.guru-
indonesia.net/artikel_detail-30652.html. Diakses 5 Maret 2016.
Andhika. 2010. “Kata majemuk dan kata ulang dalam bahasa indonesia yang
benar”http://www.kelasindonesia.com/2015/05/pengertian-dan-contoh-kata-dasar-turunan-
majemuk-dan-kata-ulang.html. Diakses 5 Maret 2016.
Suhermanuhim. 2012. “Kata Majemuk dan Contohnya”http://suhermanuhim.
blogspot.co.id. Diakses 6 Maret 2016.

Ramli, Lili. 2011. “Bahasa Indonesia Resensi Buku”http://liliramli.guru-


indonesia.net/artikel_detail-30652.html. Diakses 5 Maret 2016.
Andhika. 2010. “Kata majemuk dan kata ulang dalam bahasa indonesia yang
benar”http://www.kelasindonesia.com/2015/05/pengertian-dan-contoh-kata-dasar-turunan-
majemuk-dan-kata-ulang.html. Diakses 5 Maret 2016.
Suhermanuhim. 2012. “Kata Majemuk dan Contohnya”http://suhermanuhim.
blogspot.co.id. Diakses 6 Maret 2016.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan seharusnya kita menggunakannya dalam kegiatan
sehari–hari. Selain itu menggunakan bahasa Indonesia harus dengan baik dan benar, bukan dicampur
adukkan dengan bahasa daerah, bahasa asing dan bahasa gaul. Dalam hal ini media berpengaruh kuat
kepada masyarakat dalam berbahasa. Tetapi pada kenyataannya, media justru menampilkan atau
menulis berita yang cenderung menggunakan bahasa Indonesia dicampur bahasa gaul, bahkan bahasa
asing.

Anda mungkin juga menyukai