3464 9073 1 PB

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan (Publikasi Artikel Scince dan Art Kesehatan, Bermutu, Unggul, Manfaat dan

Inovatif)
JKPBK Vol. 2. No. 1, Juni 2019 Hal 48 - 59

GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA HIPERTENSI


DI WILAYAH RT 17 KELURAHAN BAQA SAMARINDA SEBERANG
M. Aminuddin1, Talia Inkasari2, Dwi Nopriyanto 1
1
Dosen Prodi D3 Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
2
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
Email : [email protected]

Abstrak
Gaya hidup merupakan faktor penting yang mempengaruhi kehidupan manusia, khususnya pada
penderita hipertensi. Gaya hidup yang mempengaruhi kejadian hipertensi antara lain
mengkonsumsi garam berlebihan, mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi kopi/ kafein,
kebiasaan merokok, kebiasaan kurang beraktifitas fisik dan stress. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di wilayah RT 17 kelurahan
Baqa Samarinda Seberang tahun 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan survey. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling dengan 45 sampel penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas
responden mengkonsumsi garam rendah sebanyak 34 responden (76%). Responden terbanyak
tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 41 responden (91%). Responden yang sering
mengkonsumsi kopi sebanyak 27 responden (60%). Responden bukan perokok sebanyak 26
responden (58%). Responden memiliki kebiasaaan aktifitas fisik kurang sebanyak 23 responden
(51%) dan responden mengalami keadaan stress sedang sebanyak 32 responden (71%).
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas pada penderita hipertensi ialah
sering mengkonsumsi kopi/ kafein, kurang melakukan aktifitas fisik dan mengalami stress
sedang. Saran bagi masyarakat yaitu melakukan modifikasi gaya hidup dan selalu menerapkan
pola hidup sehat serta selalu mengontrol tekanan darah.

Kata kunci: Gaya hidup, hipertensi

DESCRIPTION OF LIFESTYLE IN HYPERTENSION PATIENTS


IN REGION RT 17 KELURAHAN BAQA SAMARINDA SEBERANG

Abstract
Lifestyle is an important factor affecting human life, especially in people with hypertension. A
lifestyle that affects the incidence of hypertension include consuming excessive salt, consuming
alcohol, consuming coffee/caffeine, smoking habits, habits of lack of physical activity, and stress.
This study aims to describe the lifestyle description of hypertension sufferers in RT 17, Baqa
Samarinda Seberang in 2019. The research method used is quantitative descriptive with the
survey approach. The sampling technique uses purposive sampling with 45 research samples.
The results of this study indicate that the majority of respondents consume low salt as many as
34 respondents (76%). Most respondents did not drink alcohol as much as 41 respondents (91%).
Respondents who frequently consume coffee are 27 respondents (60%). Non-smoking
respondents were 26 respondents (58%). Respondents had less physical activity habits as many
as 23 respondents (51%), and respondents experienced a state of moderate stress as many as 32
respondents (71%). Based on this study, it can be concluded that the majority of people with
hypertension are often consuming coffee/caffeine, lack of physical activity, and moderate stress.
Suggestions for people to do lifestyle modification and always apply a healthy lifestyle and
forever control blood pressure.

Keyword : life style, hypertention


48
Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan (Publikasi Artikel Scince dan Art Kesehatan, Bermutu, Unggul, Manfaat dan Inovatif)
JKPBK Vol. 2. No. 1, Juni 2019 Hal 48 - 59

Pendahuluan
Hipertensi atau penyakit tekanan darah dengan prevalensi hipertensi tertinggi yang
tinggi merupakan suatu keadaan dimana salah satunya ialah Kalimantan Timur
seseorang mengalami peningkatan tekanan dengan 29, 6 % dan 1.218.259 jiwa dari
darah di atas normal. Peningkatan tekanan 4.115.741 jumlah penduduk di Kalimantan
darah tinggi dilakukan dengan pemeriksaan Timur yang menderita hipertesi.
tensi darah yang di dapatkan hasil dari dua Hipertensi di Kalimantan Timur
nilai yaitu nilai sistolik dan nilai diastolik. menjadi penyakit terbanyak yang diderita
Terjadinya hipertensi disebabkan dari terutama di Samarinda. Dari data Dinas
faktor genetik (riwayat keluarga), jenis Kesehatan Samarinda pada tahun 2016,
kelamin, usia, diet, berat badan dan gaya terdapat 5.942 jiwa menderita hipertensi
hidup, sehingga dapat menimbulkan Dinkes (2016). Hipertensi berada di puncak
berbagai macam penyakit atau komplikasi daftar penyakit yang paling banyak diderita
(Setianingsih, 2013). sejak 2015. Dari data Dinas Kesehatan
Komplikasi akibat penyakit hipertensi Samarinda pada tahun 2018 penderita
yang tidak terkontrol antara lain penyakit hipertensi menempati posisi kedua
jantung koroner, stroke, ginjal, gangguan sebanyak 2.420 jiwa. Sedangkan jumlah
penglihatan hingga yang paling berbahaya penderita hipertensi di Puskesmas Baqa
ialah kematian. Menurut World Health pada tahun 2018 menempati diposisi
Organization (WHO) tahun 2013 di pertama sebanyak 275 orang. Peningkatan
perkirakan setiap tahun ada 9,4 juta orang tekanan darah di Samarinda dapat
meninggal akibat hipertensi dan dipengaruhi oleh faktor yang tidak dapat di
komplikasi, sehingga kematian akibat kontrol maupun yang dapat di kontrol.
hipertensi menduduki peringkat atas dari Faktor - faktor yang dapat
pada penyakit lainnya. Angka kejadian mempengaruhi hipertensi dapat dibedakan
hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu menjadi faktor yang tidak dapat dikontrol
25, 8% penduduk menderita penyakit meliputi umur, jenis kelamin, genetik dan
hipertensi. Jika saat ini penduduk Indonesia ras dan faktor yang dapat di kontrol yaitu
sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat gaya hidup. Gaya hidup merupakan faktor
65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi terpenting yang dapat mempengaruhi
(Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan hasil kehidupan pada masyarakat. Khususnya
Riskesdas (2013) terdapat 5 provinsi pada penderita hipertensi gaya hidup

1
berpengaruh terhadap kejadian hipertensi makanan garam berlebih, satu orang
antara mengkonsumsi garam berlebihan, penderita hipertensi sering mengalami
mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi stress dan tiga orang penderita hipertensi
kopi/ kafein, kebiasaan merokok, kebiasaan melakukan kebiasaan merokok. Dari
kurang beraktifitas fisik dan stress keterangan penderita hipertensi bahwa
(Kemenkes RI, 2014). masyarakat di RT 17 masih memiliki gaya
Pola makan yang salah dapat hidup yang tidak sehat seperti
mempengaruhi terjadinya hipertensi. mengkonsumsi makanan garam berlebih,
Makanan yang diawetkan dan garam dapur mengalami stress dan kebiasaan merokok,
serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, yang merupakan sebagai pemicu penyebab
dapat meningkatkan tekanan darah karena terjadinya hipertensi. Berdasarkan data di
mengandung natrium dalam jumlah atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
berlebih Muhaimin (2008) dalam Roza gambaran gaya hidup penderita hipertensi
(2016). di wilayah RT 17 kelurahan Baqa
Berdasarkan hasil studi pendahuluan Samarinda Seberang. Tujuan penelitian ini
yang di lakukan peneliti secara wawancara untuk memberikan gambaran tentang gaya
dan observasi dari 6 orang penderita hidup pada penderita hipertensi di wilayah
hipertensi di RT 17 kelurahan Baqa RT 17 kelurahan Baqa Samarinda
Samarinda Seberang. terdapat dua orang Seberang.
penderita hipertensi mengkonsumsi Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan sampel sama dengan populasi (Sugiyono,
adalah penelitian deskriptif kuantitatif 2015), dengan kriteria inklusi memiliki
dengan pendekatan survey yang bertujuan riwayat hipertensi, bisa membaca dan
untuk menggambarkan gaya hidup pada menulis. Sedangkan kriteria eksklusi
penderita hipertensi di wilayah RT 17 adalah jika responden tidak ada ditempat
kelurahan Baqa Samarinda saat penelitian, responden sedang
Seberang.Penelitian ini dilaksanakan di mengalami sakit / gawat darurat atau
wilayah RT 17 kelurahan Baqa Samarinda mengalami gangguan jiwa.
Seberang pada tanggal 26 Maret - 1 April Instrumen yang dipergunakan pada
2019. penelitian ini yaitu kuesioner yang
Sampel yang digunakan dalam mengacu pada parameter penelitian,
penelitian ini sebanyak 45 keluarga dengan menggunakan pertanyaan tertutup atau
teknik total sampling yaitu pengambilan berstuktur (Notoatmodjo, 2012). Kuesioner
yang digunakan merupakan kuesioner yang 10) yang telah diterjemahkan dalam bahasa
dimodifikasi dari Alfiani, Astiari dan Indonesia yang telah diuji dan memiliki
Rahma (Alfiyani, 2017; Astiari, 2016; nilai koefisien Cronbach Alpha sebesar
Rahma, 2017). Kuesioner ini telah teruji 0,96 (Pin, 2011).
validitas dan reliabilitas, teridiri dari dua Definisi Operasional
bagian. Bagian A berisi tentang data Mengkonsumsi garam. Kebiasaan
demografi responden yang meliputi umur, dalam mengonsumsi makanan, rata-rata
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, berat setiap hari, khususnya makanan asin
badan, tinggi badan, riwayat penyakit dengan kategori rendah jika mengkonsumsi
hipertensi orangtua dan hasil tekanan garam 2- 3 sendok teh/ hari dan kategori
darah. Data demografi tersebut termasuk tinggi jika mengkonsumsi garam > 3
variabel yang diteliti dengan yaitu sebagai sendok teh/ hari. Mengkonsumsi Alkohol.
karakteristik subjek. Bagian B berisi Kebiasaan meminum alkohol seperti bir,
pertanyaan yang menggambarkan variabel whiskey, anggur dan tuak dengan kategori
gaya hidup yang diteliti yaitu kebiasaan : konsumsi alkohol rendah < 3 gelas/ hari
mengkonsumsi garam, mengkonsumsi dan konsumsi alkohol tinggi ≥ 3 gelas/ hari
alkohol, mengkonsumsi kopi/ kafein, serta Tidak konsumsi alcohol
kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan Mengkonsumsi Kopi/ kafein.
stress. Kebiasaan meminum kopi/ kafein dalam
Penilaian masing- masing variabel sehari/ hari Di kategorikan: Sering ( ≥ 1x
ditentukan oleh jawaban yang diberikan /hari), kadang- kadang (3- 6x/ minggu),
dari responden pada setiap pertanyaan dan jarang (1-2x/ minggu) dan Tidak pernah
diberikan skor pada masing- masing Kebiasaan Merokok.
variabel yaitu pertanyaan konsumsi garam, Kebiasaan/perilaku menghisap rokok dan
konsumsi alkohol, konsumsi kopi/ kafein, atau pernah merokok dalam sehari-hari
kebiasaan merokok, aktivitas fisik diukur dengan kategori perokok ringan ( ≤ 10
dengan cara setiap jawaban pada masing- batang/ hari), perokok sedang (11- 20
masing pertanyaan diberikan skor atau nilai batang/ hari), perokok berat (>20 batang/
sesuai kategori: Skor 1 apabila jawaban Ya, hari) dan bukan perokok (Tidak pernah
skor 0 Apabila jawaban Tidak. Alat ukur sama sekali merokok)
yang digunakan untuk mengukur stress Aktivitas fisik. Kebiasaan olahraga
adalah The Perceived Stress Scale (PSS- yang dilakukan oleh subjek minimal 3 kali
dengan durasi ideal 30 menit dalam sekali yang menderita hipertensi sebanyak 22
olahraga. Dikategorikan Baik ( jika responden (49%), jenis kelamin perempuan
dilakukan 30 menit, 3 kali per minggu), terbanyak yaitu sebanyak 34 responden
Cukup (jika dilakukan 30 menit, < 3 kali (76%). Berdasarkan tingkat pendidikan
per minggu) dan Kurang (jika dilakukan < pada responden mayoritas yaitu SD dengan
30 menit, < 3 kali per minggu) 16 responden (36%), dengan pekerjaan
Stress. Segala situasi di mana tuntunan terbanyak sebagai ibu rumah tangga yaitu
non-spesifik mengharuskan seorang 27 responden (60%). Tingkat penghasilan
individu untuk merespon atau melakukan responden mayoritas tidak berpenghasilan
tindakan diukur menggunakan The sebanyak 25 responden (56%).
Perceived Stress Scale (PSS-10). Sedangkan karakteristik responden
Dikategorikan: Stress ringan: 0-13, Stress berdasarkan riwayat penyakit hipertensi
sedang: 14- 26 dan stress berat: 27-40. pada keluarga pada tabel 2. Mayoritas
Hasil Penelitian responden tidak memiliki riwayat
Tabel 1 Distribusi Karakteristik responden hipertensi pada keluarga sebanyak 28
berdasarkan usia dan jenis kelamin pada penderita
hipertensi di RT 17 Kelurahan Baqa Samarinda Seberang responden (62%), riwayat hipertensi pada
tahun 2019 salah satu orang tua sebanyak 11 responden
Karakteristik Frekuensi Persentase
(%) (24%) dan kedua orang tua yang memliki
Usia
20 - 44 tahun 22 49% riwayat hipertensi sebanyak 6 responden
45 - 54 tahun 16 36%
55 - 59 tahun 4 9%
60 - 69 tahun 2 4%
(13%). Sedangkan responden berdasarkan
> 70 tahun 1 2%
Jenis Kelamin lama menderita terbanyak 1-5 tahun (47%)
Pria 11 24%
Perempuan 34 76% Tabel 2 Distribusi Karakteristik riwayat hipertensi dan lama
Pendidikan menderita pada keluarga penderita hipertensi di RT 17
Tidak Sekolah 2 4%
Kelurahan Baqa Samarinda Seberang tahun 2019
SD 16 36%
SMP 10 22% Karakteristik Frekuensi Persentase
SMA 15 33%
PT (Perguruan Tinggi) 2 4% (%)
Pekerjaan Riwayat Hipertensi
PNS/ POLRI/ ABRI 2 4%
Swasta 10 22% Salah satu dari Orang Tua 11 24%
Wiraswasta 6 13% Kedua Orang Tua 6 13%
IRT 27 60% Tidak Ada 28 62%
Penghasilan Lama Menderita Hipertensi
< Rp 2.868.000/ bulan 14 31%
< 1 tahun 9 20%
≥ Rp 2.868.000/ bulan 6 13% 1 - 5 tahun 21 47%
Jumlah 45 100% > 5 tahun 16 33%
Jumlah 45 100%

Berdasarkan tabel di atas mayoritas


responden mempunyai usia 20 – 44 tahun
Gambaran Gaya Hidup Penderita teh/ hari. Hal ini disebabkan oleh berbagai
Hipertensi faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi
Mengkonsumsi Garam rendah garam salah satunya yaitu
Variabel mengkonsumsi garam pada masyarakat di RT 17 sering terpapar
responden hipertensi yang di dapakan pada informasi di fasilitas kesehatan yaitu
penelitian ini dapat di lihat pada tabel 3 Puskesmas Baqa dan penyuluhan kesehatan
yaitu: setiap 3 bulan tentang informasi seputar
Tabel 3 Distribusi frekuensi konsumsi garam pada penderita penyakit yang sering terjadi di RT 17 salah
Hipertensi di RT 17 Kel. Baqa Samarinda Seberang 2019
satunya ialah hipertensi. Informasi yang
Konsumsi Garam Frekuensi Persentase (%)
diberikan biasanya tentang cara mencegah
Rendah 34 76%
Tinggi 11 24% penyakit itu kambuh dan cara
Jumlah 45 100%
mengatasinya. Contoh informasi yang
diberikan seperti diet DASH (Dietary
Berdasarkan tabel diatas bahwa responden
Approaches to Stop Hypertension) atau
yang paling banyak Mengkonsumsi garam
yang masyarakat kenal yaitu diet rendah
rendah sebanyak 34 responden (76%) di
garam yang mengatur pola makan dengan
bandingkan yang tinggi sebanyak 11
mengurangi asupan natrium/ garam dan
responden (24%).
banyak mengkonsumsi buah-buahan dan
Komposisi garam dapur ialah natrium yang
sayuran, sereal, biji-bijian, makanan rendah
digunakan tubuh untuk menjalankan fungsi
lemak, dan produk susu rendah lemak dan
tubuh. Natrium berfungsi untuk mengatur
dari hasil penelitian penderita hipertensi
volume darah, tekanan darah, kadar air dan
kemungkinan memiliki faktor lain yang
fungsi sel. Asupan garam yang berlebihan
dapat meningkatkan hipertensi yaitu faktor
akan memicu tekanan darah tinggi akibat
genetik dan gaya hidup lainnya.
adanya retensi cairan dan bertambahnya
Berdasarkan asumsi peneliti dari hasil
volume darah. Kecukupan natrium yang
penelitian yang dilakukan pada penderita
dianjurkan dalam sehari adalah ±2400 mg.
hipertensi bahwa mayoritas responden
(Sutomo, 2008).
memiliki pola mengkonsumsi garam rendah
Dari hasil penelitian yang dilakukan
dan diharapkan untuk menjaga pola
menunjukkan dari 45 responden terdapat 34
konsumsi garam tetapi masih ada responden
responden (76%) mayoritas mengkonsumsi
yang memiliki pola mengkonsumsi garam
rendah garam dengan makna 2 – 3 sendok
tinggi sehingga dapat meningkatkan
tekanan darah. Hal ini menunjukkan agar responden terdapat 32 responden (91,43%)
tetap menjaga pola konsumsi garam dan yang tidak mengkonsumsi alkohol (Astiari,
meningkatkan penyuluhan kesehatan 2016).
sertiap bulannya.
Mengkonsumsi Alkohol Mengkonsumsi Kopi/ Kafein
Variabel mengkonsumsi alkohol pada Variabel mengkonsumsi Kopi pada
responden hipertensi yang di dapakan pada responden hipertensi yang di dapakan pada
penelitian ini dapat di lihat pada tabel 4 penelitian ini dapat di lihat pada tabel 5
yaitu: yaitu:
Tabel 4 Distribusi frekuensi konsumsi alkohol pada Tabel 5 Distribusi frekuensi konsumsi kopi/ kafein pada
penderita hipertensi di RT 17 Kel Baqa Samarinda Seberang penderita hipertensi di RT 17 Kelurahan Baqa Samarinda
tahun 2019 Seberang tahun 2019
Kategori Frekuensi Persentase (%) Kategori Frekuensi Persentase (%)
Rendah 2 4% Sering 27 60%
Tinggi 2 4% Kadang-kadang 5 11%
Tidak 41 91% Jarang 3 7%
Jumlah 45 100% Tidak pernah 10 22%
Jumlah 45 100%
Berdasarkan tabel di atas mengkonsumsi
alkohol mayoritas tidak mengkonsumsi Berdasarkan tabel di atas penderita
alkohol sebanyak 41 reponden (91%), hipertensi mayoritas sering mengkonsumsi
Mengkonsumsi alkohol rendah dan tinggi kopi/ kafein sebanyak 27 responden (60%),
sebanyak masing- masing 2 responden tidak pernah mengkonsumsi kopi/kafein
(4%). Hasil penelitian yang dilakukan sebanyak 10 reponden (22%), kadang-
menunjukkan dari 45 responden terdapat 41 kadang mengkonsumsi kopi sebanyak 5
reponden (91%) tidak mengkonsumsi responden (11%) dan jarang mengkonsumsi
alkohol. Hal ini disebabkan karena kopi/kafein sebanyak 3 responden (7%).
mayoritas penduduk di RT 17 beragam Kafein merupakan penyebab terjadinya
Islam dan dalam agama Islam tidak di hipertensi yang dapat memicu perubahan
perbolehkan untuk mengkonsumsi alkohol. dan peningkatan tekanan darah, pola tidak
Hasil penelitian ini sejalan dengan sehat dan harus dibatasi (Wade, 2016).
penelitian yang berjudul faktor – faktor Konsumsi kopi yang berlebihan dalam
yang mempengaruhi kejadian hipertensi jangka panjang dan jumlah yang banyak
pada laki- laki dewasa di Puskesmas diketahui dapat meningkatkan risiko
Payangan, Kecamatan Payagan Kabupaten penyakit hipertensi. Mengkonsumsi kopi
Gianyar di peroleh hasil bahwa dari 35 secara teratur sepanjang hari mempunyai
tekanan darah rata- rata lebih tinggi (Crea, Kebiasaan Merokok
2008). Variabel kebiasaan merokok pada
Hasil penelitian yang dilakukan responden hipertensi yang di dapakan pada
menunjukkan dari 45 responden terdapat 27 penelitian ini dapat di lihat pada tabel 6
responden (60%) mengkonsumsi kopi yaitu:
Tabel 6 Distribusi Kebiasaan Merokok pada penderita
dengan frekuensi sering yaitu ≥ 1x/ hari.
hipertensi di RT 17 Kelurahan Baqa Samarinda Seberang
Hal ini disebabkan karena masyarakat tahun 2019
Kategori Frekuensi Persentase (%)
beranggapan agar terhindar dari rasa
Ringan 7 16%
ngantuk dan sakit kepala apabila Sedang 9 20%

mengkonsumsi kopi. Tidak hanya itu dari Berat 3 7%

Bukan perokok 26 58%


hasil penelitian responden yang sering
Jumlah 45 100%
mengkonsumsi kopi merupakan seorang
Berdasarkan tabel diatas bahwa
perokok sedang maupun berat. Perilaku
mayoritas penderita hipertensi bukan
mengkonsumsi kopi pada responden terjadi
perokok sebanyak 26 reponden (58%),
karena tingkat kesadaran dan pengetahuan
peroko sedang sebanyak 9 responden
masyarakat tentang bahaya dan risiko dari
(20%), perokok ringan sebanyak 7
kandungan kopi yang mereka minum masih
reponden (16%) dan perokok berat
kurang.
sebanyak 3 responden (7%). Dari hasil
Konsumsi kopi yang berlebihan dalam
penelitian menunjukkan bahwa dari 45
jangka panjang dan jumlah yang banyak
reponden maka terdapat dari 26 responden
diketahui dapat meningkatkan risiko
(58%) bukan perokok. Sedangkan 9
penyakit hipertensi. Mengkonsumsi kopi
responden (20%) merupakan perokok
secara teratur sepanjang hari mempunyai
sedang. Kebiasaan merokok dapat
tekanan darah rata- rata lebih tinggi
meningkatkan resiko diabetes, serangan
dibandingkan dengan didalam 2-3 gelas
jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan
kopi (200-250 mg) terbukti meningkatkan
merokok yang terus dilanjutkan ketika
tekanan sistolik sebesar 3- 14 mmHg dan
memiliki tekanan darah tinggi merupakan
tekana diastolik sebesar 4 - 13 mmHg pada
kombinasi yang sangat berbahaya yang
orang yang tidak menderit hipertensi (Crea,
akan memicu penyakit yang berkaitan
2008)
dengan jantung dan darah (Tilong, 2014).
Hasil Penelitian ini sejalan dengan Akivitas Fisik
penelitian yang bejudul Hubungan gaya Variabel Aktivitas Fisik pada responden
hidup dengan prevalensi hipertensi di hipertensi yang di dapakan pada penelitian
Puskesmas Kassi - Kassi Kabupaten ini dapat di lihat pada tabel 7 yaitu:
Bantaneng Tahun 2014 di peroleh hasil dari Tabel 7 Distribusi Aktivitas Fisik pada penderita hipertensi
di RT 17 Kelurahan Baqa Samarinda Seberang tahun 2019
30 responden tedapat 20 responden (66,7%) Kategori Frekuensi Persentase (%)

yang tidak merokok dan 10 responden Baik 17 38%


Cukup 5 11%
(33,3%) melakukan kebiasaan merokok Kurang 23 51%

(Hafid, 2015). Jumlah 45 100%

Zat kimia dalam tembakau dapat Berdasarkan tabel diatas bahwa

merusak lapisan dalam dinding arteri responden mayoritas kurang melakukan

sehingga arteri lebih rentan terhadap aktivitas fisik sebanyak 23 responden

penumpukan plak. Nikotin dalam tembakau (51%), aktivitas fisik baik sebanyak 17

dapat membuat jantung bekerja lebih keras responden (38%) dan aktivitas fisik cukup

karena terjadi penyempitan pembuluh darah sebanyak 5 responden (11%). Aktivitas

sementara. fisik meningkatkan aliran darah ke jantung,

Penelitian terbaru menyatakan bahwa kelenturan arteri dan fungsi arterial.

merokok menjadi salah satu faktor risiko Aktivitas fisik juga melambatkan

hiperteni yang dapat dimodifikasi. Merokok aterosklerosis serta menurunkan risiko

merupakan faktor risiko yang potensial serangan jantung dan stroke (Kowalski,

untuk ditiadakan dalam upaya melawan 2010).

arus peningkatan hipertensi khususnya Dari hasil penelitian menunjukkan

penyakit kardiovaskular Menurut asumsi bahwa dari 45 reponden maka terdapat dari

peneliti hubungan merokok dengan 23 responden (51%) yang kurang

terjadinya hipertensi dar jumlah rokok yang melakukan aktivitas fisik, dan 17 responden

dihisap perhari. Hasil penelitian ini (38%) yang melakukan aktivitas fisik baik.

diketahui bahwa mayoritas perilaku Hal ini disebabkan karena kurangnya minat

merokok adalah laki – laki berumur diatas masyarakat RT 17 untuk berolahraga akibat

30 tahun. kesibukan dalam pekerjaan di rumah.


Padahal berjalan merupakan aktivitas yang
paling bisa dilakukan oleh semua orang.
Tidak perlu mengeluarkan banyak biaya
dan kemampuan untuk bisa sukses responden (18%) dan stress ringan
melakukannya. Porsi latihan fisik yang baik sebanyak 5 responden (11%). Stress atau
adalah dengan berjalan cepat selam 30 ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung,
menit atau lebih sebanyak tiga kali rasa marah, dendam, rasa takut, rasa
seminggu (Nurrahmani, 2012). bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
Melihat kenyataan yang ada pada saat ginjal melepaskan hormon adrenalin dan
ini, olahraga tidak lagi menjadi rutinitas memacu jantung berdenyut lebih cepat serta
keharusan bagi sebagian banyak orang. lebih kuat sehingga tekanan darah akan
Waktu luang yang dimiliki diselang meningkat. Tekanan darah akan menurun
padatnya pekerjaan membuat sebagian saat stress yang menjadi penyebabnya juga
banyak masyarakat lebih memilih untuk hilang (Nurrahmani, 2012).
beristirahat di rumah. Disamping itu, Dari hasil penelitian menunjukkan
penyediaan alat transportasi saat ini yang bahwa dari 45 reponden maka terdapat dari
semakin memanjakan aktivitas masyarakat. 32 responden (71%) mengalami stress
Selain memudahkan, dengan alat sedang, 8 responden (18%) mengalami
transportasi ini pun masyarakat dapat stress berat dan 5 responden (11%)
ketempat tujuan tanpa harus mengeluarkan mengalami stress ringan. Faktor lain yang
tenaga. dapat mempengaruhi stress yaitu dari fakror
Tingkat Stress kebiasaan merokok, kurang melakukan
Variabel tingkat stress pada responden aktivitas fisik. Mayoritas responden laki –
hipertensi yang di dapakan pada penelitian laki dan perempuan hal ini juga dapat
ini dapat di lihat pada tabel 8 yaitu: disebabkan karena mayoritas penderita
Tabel 8 Distribusi Tingkat Stress pada penderita hipertensi hipertensi yaitu perempuan yang bekerja
di RT 17 Kelurahan Baqa Samarinda Seberang tahun 2019
Kategori Frekuensi Persentase (%)
sebagai ibu rumah tangga dan tidak
Stress Ringan 5 11% memiliki penghasilan hal ini membuat
Stress Sedang 32 71%
Stress Berat 8 18%
Jumlah 45 100%
penderita hipertensi merasa stress karena
Berdasarkan tabel diatas bahwa responden tidak memiliki penghasilan sendiri karena
yang paling banyak menderita hipertensi penghasilan sangat berpengaruh dengan
dengan stress sedang sebanyak 32 keadaan psikologi seseorang.
responden (71%), stress berat sebnyak 8
Kesimpulan Dinkes. (2016). Profil kesehatan Kota
Samarinda tahun 2016. Dinas Kesehatan
Gambaran gaya hidup penderita hipertensi
Kota Samarinda, 1- 44
di RT 17 kelurahan Baqa Samarinda
Fatimah S, Junaid, K. I. (2017). Hubungan
Seberang antara lain konsumsi garam
life style dengan kejadian hipertensi pada
rendah (76 %), Konsumsi alkohol usia dewassa (20-44 tahun) di wilayah
kerja Puskesmas Puuwatu kota Kendari.
mayoritas tidak mengkonsumsi alkohol
Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat,
(91%). Konsumsi kopi/ kafein mayoritas 2(6), 1–10.
sering mengkonsumsi kopi sebanyak 27 Hafid, M. A. (2015). Hubungan gaya hidup
responden (60%). Kebiasaan merokok dengan prevalensi hipertensi di Puskesmas
Kassi - Kassi Kabupaten Bantaneng Tahun
terbanyak bukan perokok sebanyak 26 2014. Jf fik uiinam, 3(1), 27–36.
responden (58%). Aktifitas fisik terbanyak Imron, M. (2014). Metode penelitian
memiliki kebiasaaan aktifitas fisik kurang bidang kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.

sebanyak 23 responden (51%). Tingkat Irianto, K. (2014). Epidemiologi penyakit


stress mayoritas mengalami keadaan stress menukar dan tidak menular panduan klinis.
Bandung: Alfabeta.
sedang sebanyak 32 responden (71%). Junaedi, E. (2013). Hipertensi kandas
berkat herbal. Jakarta: FMedia.

Kemenkes RI. (2014). Hipertensi.


DAFTAR PUSTAKA Infodatin, 1–8.
Alfiyani, A. (2017). Analisis faktor risiko Kowalski, R. E. (2010). Terapi hipertensi:
hipertensi pada calon jamaah haji Bekasi program 8 minggu menurunkan tekanan
kloter 34 dan 35. Skiripsi dipublikasika. darah tinggi dan mengurangi risiko
Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu serangan jantung dan stroke secara alami.
Kesehatan. Universitas Islam Nrgeri Syarif Bandung: Mizan Media.
Hidayatullah.
Lisnawati, L. (2011). Generasi sehat
Astiari, N. P. T. (2016). Faktor- faktor yang melalui imunisasi. Jakarta: Trans Info
mempengaruhi kejadian hipertensi pada Media.
laki- laki dewasa di Puskesmas Payangan,
Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Martono, N. (2016). Metode penelitian
Skripsi tidak dipublikasi. Denpasar: kuantitatif analisis isi dan analisi data
Fakultas Kedoktean Universitas Udayana. sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.
Cahyono, J. B. S. B. (2008). Gaya hidup Metti Satriyani. (2016). Gambaran tingkat
dan penyakit modern. Yogyakarta: sres pada kejadian hipertensi di Puskesmas
KANISIUS. Sungai Besar Banjarbaru Tahun 2016. E-
Jurnal-Citra keperawatan, (511), 51–56.
Crea. (2008). Hypertension. Jakarta:
Medya. Muttaqin, A. (2009). Pengantar asuhan
keperawatan klien dengan gangguan sistem
Dharma. (2015). Metodologi penelitian kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
keperawatan. Jakarta Timur: C.V Trans
Info Media Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi asuhan Setiati, S. (2016). Ilmu penyakit dalam.
keperawatan berdasarkan diagnosa medis Jakarta: Interna Publishing.
dan NANDA NIC- NOC jilid 1. Yogyakarta:
Media Ilmu. South, M. (2014). Hubungan gaya hidup
dengan kejadian hipertensi diPuskesmas
Nurrahmani, U. (2012). Stop ! hipertensi. Kolongan Keamatan Kalawat Kabupaten
Bandung: Familia. Minahasa Utara. Ejournal Keperawatan, 2,
1–10.
Nursalam. (2015). Metodologi ilmu
keperawatan pendekatan praktis (3rd ed.). Sugiyono. (2015). Metode penelitian
Jakarta Selatan: Salemba Medika. kuantitatif, kualitatif, R & D. Bandung:
Alfabeta.
Prasetyaningrum, Y. I. (2014). Hipertensi
bukan untuk ditakuti. Jakarta: FMedia. Susilo, Y. (2011). Cara jitu mengatasi
hipertensi. Yogyakarta: Andi Publisher.
Rahayu, H. (2012). Faktor risiko hipertensi
pada masyarakat RW 01 Srengseng Sawah, Sutanto. (2010). CEKAL (cagah & tangkal)
Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta penyakit modern. Yogyakarta: Andi.
Selatan. Thesis dipublikasi. Depok:
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sutomo, B. (2008). Menu sehat penakluk
Indonesia hipertensi. Jakarta: Demedia Pustaka.

Rahma, N. M. (2017). Gambaran gaya Tilong, A. D. (2014). Waspada !!! penyakit-


hidup penderita hipertensi pada penyakit mematikan tanpa gejala menyolok
masyarakat pesisir. Skripsi di publikasi. (Cetakan 1). Yogyakarta: Buku Biru.
Semarang: Fakultas Kedokteeran
Universitas Diponegoro. Utaminingsih, W. R. (2015). Mengenal &
mencegah penyakit diabetes, hipertensi,
Roza, A. (2016). Hubungan gaya hidup jantung dan stroke (Cetakan 1).
dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Yogyakarta: Media Ilmu.
Dumai Timur Dumai - Riau. Kesehatan
STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, 7(1), Wade, C. (2016). Mengatasi hipertensi
47–52. (Cetakan 1). Bandung: Nuansa Cendekia.
Widoyoko, E. P. (2015). Teknik
Rudianto, B. F. (2013). Menaklukan penyusunan instrumen penelitian.
hipertensi dan diabetes mendeteksi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
mencegah dan mengobati dengan cara
medis dan herbal. (A. Halim, Ed.) (1st ed.).
Yogyakarta: SAKKHASUKMA.

Situmorang, P. R. (2015). Faktor- faktor


yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada penderita rawat inap di
Rumah sakit umum Sari Mutiara Medan.
Ilmiah Keperawatan, 1(1), 71–74.

Setianingsih, R. H. dan S. (2013). Awas


musuh - musuh anda setelah usia 40 tahun
waspada terhadap penyakit stroke, darah
tinggi, asam urat dan jaga pola hidup sehat.
Yogyakarta: Gosyen.

Anda mungkin juga menyukai