Modul 4 Audit Siklus Penjualan Dan Penagihan
Modul 4 Audit Siklus Penjualan Dan Penagihan
Modul 4 Audit Siklus Penjualan Dan Penagihan
AUDITING II
Audit atas Siklus Penjualan
dan Penagihan
Audit Siklus Penjualan dan Penagihan: Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi
a. Akun dan Jenis transaksi pada siklus penjualan dan penagihan
b. Fungsi bisnis dalam siklus dan dokumen serta catatan terkait
c. Metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi penjualan
d. Return dan Pengurangan Penjualan
e. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Atas
Transaksi Penerimaan Kas
f. Pengujian Audit Untuk Menghapus Piutang Tak Tertagih
g. Pengendalian Intern Tambahan atas Akun Neraca
h. Dampak dari hasil Pengujian atas Transaksi
‘20 Auditing II
2 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
- Penjualan
- Piutang dagang
- Penyisihan piutang tak tertagih
- Potongan tunai
- Return penjualan dan potongan
- Biaya piutang ragu-ragu
‘20 Auditing II
3 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Berikut dijelaskan beberapa fungsi bisnis siklus penjualan dan penagihan (classes of
transactions in the sales and collection cycle)
‘20 Auditing II
4 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
tertagih piutang tak tertagih Jurnal umum
Beban Piutang Beban piutang tak Penyediaan piutang Jurnal umum
tak tertagih tertagih tak tertagih
Penyisihan untuk
piutang tak tertagih
Untuk setiap pengendalian utama, satu atau lebih pengujian pengendalian harus dirancang
untuk memverifikasi keefektifannya, dalam sebagian besar audit, relatif mudah
menentukan sifat pengujian pengendalian dari sifat pengendalian tersebut, sebagi contoh,
jika pengendalian internal adalah untuk menandatangani pesanan pelanggan setelah
kreditnya disetujui, pengujian pengendalian adalah untuk memeriksa apakah pesanan
pelanggan telah ditandatangai dengan benar.
‘20 Auditing II
5 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Dalam memutuskan pengujian substantif atas transaksi, auditor sering kali menggunakan
beberapa prosedur bagi setiap audit tanpa memandang situasinya, sementara yang lainnya
tergantung pada kelayakan pengendalian dan hasil pengujian pengendalian.
Mencatat penjualan yang terjadi, untuk tujuan ini auditor memperhatikan tiga jenis
salah saji yang mungkin terjadi :
1. Penjualan dimasukkan dalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah dilakukan.
2. Penjualan dicatat lebih dari satu kali.
3. Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan.
Penjualan dicatat dengan akurat, pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus
memperhatikan hal-hal berikut :
Mengirimkan jumlah barang yang dipesan.
o Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim.
o Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi.
Dalam mengkonversi program audit formal perancangan (design format audit program)
menjadi program audit format kinerja (performance format audit program), prosedur itu
akan digabungkan. Ini akan mencapai hal-hal berikut :
o Mengeliminasi prosedur duplikat
o Memastikan bahwa ketika dokumen tertentu diperiksa, semua prosedur yang akan
dilakukan terhadap dokumen tersebut telah dilakukan pada saat itu.
o Memungkinkan auditor untuk melakukan prosedur dengan cara yang paling efektif,
sebagai contoh, dengan memfooting jurnal dan meriview jurnal untuk pos-pos tidak
biasa terlebih dahulu, auditor akan memperoleh perspektif yang lebih baik dalam
melakukan pengujian yang terinci.
‘20 Auditing II
6 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Tujuan audit dan metode klien dalam mengendalikan kesalahan pada hakikatnya sama
untuk pemrosesan nota kredit seperti yang telah diuraikan untuk penjualan, namun ada dua
perbedaan penting.
1. Berhubungan dengan materialitas.
Dalam banyak kasus, retur dan potongan penjualan tidak material sehingga keduanya
dapat diabaikan dalam audit.
2. Berkaitan dengan penekanan pada tujuan.
Untuk retur dan potongan penjualan, penekanan utama lazimnya pada pengujian
keabsahan transaksi yang dicatat sebagai alat untuk mengungkapkan adanya pengambilan
uang tunai dari penagihan piutang usaha yang telah ditutupi oleh retur dan potongan
penjualan fiktif.
‘20 Auditing II
7 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Verifikasi untuk hal ini hanya memerlukan waktu singkat yaitu auditor memeriksa
persetujuan oleh orang yang tepat, kemudian untuk sampel yang dihapus, biasanya auditor
juga memeriksa korespondensi dalam file klien yang menyatakan ketidaktertagihannya.Pada
beberapa kasus juga perlu memeriksa laporan kredit. Jika ayat jurnal umum sudah benar,
akan ditelusuri ke file induk piutang untuk menguji apakah penghapusan telah dicatat dengan
benar.
Membandingkan saldo pelanggan individu Salah saji pada piutang dagang dan akun
yang melebihi jumlah tertentu dengan angka laporan laba/rugi terkait
tahun sebelumnya
Membandingkan piutang tidak tertagih Piutang dagang yang tak tertagih yang belum
sebagai presentase dari penjualan kotor tersedia
dengan angka tahu sebelumnya
Membandingkan jumlah hari peredaran Lebih saji atau kurang saji pada cadangan
piutang dagang dengan angka tahun kerugian dan piutang tak tertagih ; hal ini
sebelumnya dan perputaran dengan piutang dapat mengindikasikan adanya piutang dagang
dagang terkait fiktif
‘20 Auditing II
8 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Membandingkan ketegori umur piutang Lebih saji atau kurang saji pada cadangan
sebagai presentase dari piutang dagang dengan kerugian piutang dan piutang tak tertagih
angka tahun sebelumnya.
Membandingkan cadangan kerugian piutang Lebih saji atau kurang saji pada cadangan
sebagai sebagai presentase dari piutang kerugian piutang dan piutang tak tertagih
dagang dengan angka tahun sebelumnya
Membandingkan penghapusan piutang tak Lebih saji atau kurang saji pada cadangan
tertagih sebagai presentase dari total piutang kerugian piutang dan piutang tak tertagih
dagang dengan angka tahun sebelumnya
Nilai yang dapat direalisasi (realizable value): tujuan audit berkait transaksi untuk
piutang dagang yang penting karena kolektibilitas piutang seringkali merupakan pos utama
dalam laporan keuangan, dan merupakan permasalahan pada sejumlah kasus tentang
tanggungjawab akuntan.
Pengendalian yang lazim untuk tujuan realizable value adalah:
Persetujuan kredit oleh orang yang berwenang.
Penyiapan neraca saldo piutang usaha menurut umur secara periodik untuk direview dan
ditindaklanjuti oleh personal manajemen yang berwenang.
Suatu kebijakan penghapusan atas piutang yang tidak tertagih bilamana piutang tidak
akan dapat ditagih lagi.
Bagian audit yang paling dipengaruhi oleh pengujian transaksi siklus penjualan dan
penagihan ialah saldo dalam piutang usaha, uang tunai, beban piutang ragu-ragu, dan
penyisihan piutang ragu-ragu. Selanjutnya, jika hasil pengujian tidak memuaskan, diperlukan
pengujian substantif tambahan untuk menguji kebenaran penjualan, retur dan potongan
penjualan, penghapusan piutang tak tertagih, dan pemrosesan penerimaan kas.
Pada saat penyelesaian pengujian transaksi, penting untuk melakukan analisis terhadap
setiap pengecualian pengujian pengendalian dan pengujian substantif untuk mengetahui
penyebabnya dan implikasi pengecualian tersebut terhadap penetapan tingkat risiko
‘20 Auditing II
9 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
pengendalian, yang mungkin pengaruhnya didukung oleh risiko deteksi dan pengujian
substantif lainnya.
Pengaruh hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi yang paling
signifikan dalam siklus penjualan dan penagihan adalah pada konfirmasi piutang usaha. Jenis
konfirmasi, ukuran sampel, dan waktu pelaksanaan pengujian, semuanya dipengaruhi oleh
hasil pengujian pengendalian dan pengujian subtantif.
Konfirmasi Eksternal
Permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga merupakan prosedur pengumpulan bukti audit
yang diatur dalam ISA 505 (external comfirmation).
ISA 505 alenia 3 mengutif ISA 240 sebagai berikut:
ISA 240 menyatakan bahwa auditor boleh (tidak wajib) merancang permintaan konfirmasi
untuk memperoleh tambahan informasi yang memperkuat informasi lain (yang sudah
diperoleh) sebagai tanggapan terhadap risiko salah saji material yang dinilai, yang
disebabkan oleh fraud pada tingkat asersi.
ISA 505 mengatur kewajiban auditor berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Prosedur konfirmasi eksternal
2) Penolakan oleh manajemen terhadap permintaan auditor untuk mengirimkan permohonan
konfirmasi
3) Hasil-hasil prosedur konfirmasi eksternal:
a) Keandalan prosedur konfirmasi
b) Auditor tidak mendapat jawaban konfirmasi
c) Jika jawaban atas permohonan konfirnasi positif diperlukan untuk memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat.
d) Jawaban konfirmasi yang berbeda.
REFERENSI
Audit Kontemporer. Theodorus M. Tuanakota-Jakarta, Salemba Empat, 2015.
‘20 Auditing II
10 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Randal J. Elder., Mark S. Beasley., Arens Alvin A., 2014. Auditing and Assurance
Service: An Integrated Approach. 15th. Edition. Pearson International Edition,
Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, New Jersey, Prentice Hall.
‘20 Auditing II
11 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
‘20 Auditing II
12 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id