Modul 4 Audit Siklus Penjualan Dan Penagihan

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

AUDITING II
Audit atas Siklus Penjualan
dan Penagihan

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Fakultas Ekonomi dan Akuntansi MK 01610003 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Bisnis
04
Abstract Kompetensi
Modul ini membahas mengenai. Mahasiswa memiliki kemampuan
akun dan transaksi ,fungsi bisnis untuk menjelaskan akun dan
dalam siklus dan dokumen, transaksi dalam siklus penjualan dan
metodologi pada pengujian penagihan, fungsi bisnis dalam
pengendalian dan substantif siklus dan dokumen serta dapat
penerimaan kas, piutang tak tertagih. merancang metodologi pada
pengujian pengendalian dan
pengujian substantif .
Pokok Pembahasan

Audit Siklus Penjualan dan Penagihan: Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi
a. Akun dan Jenis transaksi pada siklus penjualan dan penagihan
b. Fungsi bisnis dalam siklus dan dokumen serta catatan terkait
c. Metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi penjualan
d. Return dan Pengurangan Penjualan
e. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Atas
Transaksi Penerimaan Kas
f. Pengujian Audit Untuk Menghapus Piutang Tak Tertagih
g. Pengendalian Intern Tambahan atas Akun Neraca
h. Dampak dari hasil Pengujian atas Transaksi

A. Akun dan Jenis Transaksi pada Siklus Penjualan dan Penagihan


Tujuan dari keseluruhan audit siklus penjualan dan penagihan adalah untuk
mengevaluasi apakah saldo akun tersebut dipengaruhi oleh siklus tersebut secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi akuntansi yang berlaku di Indonesia.
Pada gambar dibawah ini, dijelaskan bahwa ada lima jenis transaksi dalam siklus penjualan
dan penagihan (classes of transactions in the sales and collection cycle)
- Penjualan baik penjualan tunai (cash sales) maupun kredit (sales on account)
- Penerimaan tunai (cash receipts)
- Retur penjualan dan potongan penjualan (sales returns and allowance)
- Penghapusan piutang tak tertagih (write off uncollectible accounts)
- Estimasi biaya piutang ragu-ragu (estimate of bad debt expenses)

Akun-akun dalam siklus penjualan ini antara lain sebagai berikut:

‘20 Auditing II
2 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
- Penjualan
- Piutang dagang
- Penyisihan piutang tak tertagih
- Potongan tunai
- Return penjualan dan potongan
- Biaya piutang ragu-ragu

B. Fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen serta Catatan Terkait

‘20 Auditing II
3 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Berikut dijelaskan beberapa fungsi bisnis siklus penjualan dan penagihan (classes of
transactions in the sales and collection cycle)

Jenis Transaksi Akun Fungsi Bisnis Dokumen dan


Catatan
Penjualan Penjualan Pemrosesan pesanan Pesanan pelanggan
Piutang Usaha pelanggan Pesananan penjualan
Pemberian kredit Pesananan pelanggan
Pengiriman barang atau pesanan penjualan
Penagihan pelanggan Dokumen pengiriman
dan pencatatan Faktur penjualan
penjualan File transaksi
penjualan
Jurnal penjualan atau
listing
File induk piutang
usaha
Neraca saldo piutang
usaha
Laporan bulanan
Penerimaan Kas Kas di bank (debet Pemrosesan dan Remittance advice
dari penerimaan pencatatan Prelisting penerimaan
kas) penerimaan kas kas
Piutang Usaha File transaksi
penerimaan kas
Jurnal penerimaan kas
atau listing
Retur dan Retur dan Pemrosesan dan Memo kredit
Pengurangan pengurangan pencatatan retur dan Jurnal retur dan
Penjualan penjualan pengurangan pengurangan penjualan
Piutang Usaha penjualan
Penghapusan Piutang Usaha Penghapusan piutang Formulir otorisasi
Piutang tak Penyisihan untuk usaha tak tertagih piutang tak tertagih

‘20 Auditing II
4 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
tertagih piutang tak tertagih Jurnal umum
Beban Piutang Beban piutang tak Penyediaan piutang Jurnal umum
tak tertagih tertagih tak tertagih
Penyisihan untuk
piutang tak tertagih

C. Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif


atas Transaksi Penjualan

Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal


untuk menilai resiko pengendalian, terdapat empat langkah yang penting dalam penilaian ini.
1. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai risiko pengendalian.
2. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal utama dan kelemahannya bagi
penjualan.
3. Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor lalu mengaitkannya
dengan tujuan.
4. Auditor menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan.

Setelah auditor mengidentifikasi pengendalian internal utama dan kelemahannya,


mereka mulai menilai risiko pengendalian, untuk audit perusahaan publik, auditor harus
melaksanakan pengujian yang ekstensif atas pengendalian utama dan mengevaluasi
dampak kelemahannya terhadap laporan auditor mengenai pengendalian internal atas
pelaporan keuangan. Luas pengujian pengendalian dalam audit perusahaan non publik
tergantung pada keefektifan pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian
itu dapat diandalkan untuk mengurangi risiko pengendalian.

Untuk setiap pengendalian utama, satu atau lebih pengujian pengendalian harus dirancang
untuk memverifikasi keefektifannya, dalam sebagian besar audit, relatif mudah
menentukan sifat pengujian pengendalian dari sifat pengendalian tersebut, sebagi contoh,
jika pengendalian internal adalah untuk menandatangani pesanan pelanggan setelah
kreditnya disetujui, pengujian pengendalian adalah untuk memeriksa apakah pesanan
pelanggan telah ditandatangai dengan benar.

‘20 Auditing II
5 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Dalam memutuskan pengujian substantif atas transaksi, auditor sering kali menggunakan
beberapa prosedur bagi setiap audit tanpa memandang situasinya, sementara yang lainnya
tergantung pada kelayakan pengendalian dan hasil pengujian pengendalian.

Mencatat penjualan yang terjadi, untuk tujuan ini auditor memperhatikan tiga jenis
salah saji yang mungkin terjadi :
1. Penjualan dimasukkan dalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah dilakukan.
2. Penjualan dicatat lebih dari satu kali.
3. Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan.

Penjualan dicatat dengan akurat, pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus
memperhatikan hal-hal berikut :
Mengirimkan jumlah barang yang dipesan.
o Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim.
o Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi.

Dalam mengkonversi program audit formal perancangan (design format audit program)
menjadi program audit format kinerja (performance format audit program), prosedur itu
akan digabungkan. Ini akan mencapai hal-hal berikut :
o Mengeliminasi prosedur duplikat
o Memastikan bahwa ketika dokumen tertentu diperiksa, semua prosedur yang akan
dilakukan terhadap dokumen tersebut telah dilakukan pada saat itu.
o Memungkinkan auditor untuk melakukan prosedur dengan cara yang paling efektif,
sebagai contoh, dengan memfooting jurnal dan meriview jurnal untuk pos-pos tidak
biasa terlebih dahulu, auditor akan memperoleh perspektif yang lebih baik dalam
melakukan pengujian yang terinci.

D. Return dan Pengurangan Penjualan

‘20 Auditing II
6 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Tujuan audit dan metode klien dalam mengendalikan kesalahan pada hakikatnya sama
untuk pemrosesan nota kredit seperti yang telah diuraikan untuk penjualan, namun ada dua
perbedaan penting.
1. Berhubungan dengan materialitas.
Dalam banyak kasus, retur dan potongan penjualan tidak material sehingga keduanya
dapat diabaikan dalam audit.
2. Berkaitan dengan penekanan pada tujuan.
Untuk retur dan potongan penjualan, penekanan utama lazimnya pada pengujian
keabsahan transaksi yang dicatat sebagai alat untuk mengungkapkan adanya pengambilan
uang tunai dari penagihan piutang usaha yang telah ditutupi oleh retur dan potongan
penjualan fiktif.

E. Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif


atas Transaksi Penerimaan Kas

Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian


pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi penerimaan kas seperti yang digunakan
untuk penjualan. Prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi penerimaan kas dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama seperti yang
digunakan untuk penjualan, tetapi tujuan khususnya diterapkan bagi penerimaan kas.
Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti proses berikut
ini :
1. Menetukan pengendalian internal utama untuk setiap tujuan audit.
2. Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk   
mendukung pengurangan risiko pengendalian.
3. Merancang pengujian substantif atas transaksi untuk menguji salah saji moneter bagi
setiap tujuan

F. Pengujian Audit Untuk Menghapus Piutang Tak Tertagih

‘20 Auditing II
7 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Verifikasi untuk hal ini hanya memerlukan waktu singkat yaitu auditor memeriksa
persetujuan oleh orang yang tepat, kemudian untuk sampel yang dihapus, biasanya auditor
juga memeriksa korespondensi dalam file klien yang menyatakan ketidaktertagihannya.Pada
beberapa kasus juga perlu memeriksa laporan kredit. Jika ayat jurnal umum sudah benar,
akan ditelusuri ke file induk piutang untuk menguji apakah penghapusan telah dicatat dengan
benar.

Pengendalian yang lain adalah:


1. penyusunan neraca saldo umur piutang usaha periodik untuk review dan tindak lanjut
oleh    personil manajemen yang tepat
2. Kebijakan menghapus piutang tak tertagih apabila sudah tidak mungkin lagi untuk ditagih.
3. Pengaruh yang paling signifikan dari hasil pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adakah terhadap konfirmasi
piutang usaha.Jenis konfirmasi, ukuran sampel dan penetapan waktu pengujian juga
terpengaruh atas pengujian ini.

Tabel Prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan:

Prosedur analitis Salah saji yang mungkin terjadi


Membandingkan presentasi laba kotor dengan Lebih saji atau kurang saji penjualan dan
tahun sebelumnya (sesuai lini produk) piutang dagang
Membandingka penjualan bulanan (sesuai lini Lebih saji atau kurang saji penjualan dan
produk) piutang dagang
Membandingkan retur dan potongan penjualan Lebih saji atau kurang saji retur dan potongan
sebagai presentasi dan penjualan kotor dengan penjualan dan piutang dagang
angka tahun sebelumnya (sesuai lini produk)

Membandingkan saldo pelanggan individu Salah saji pada piutang dagang dan akun
yang melebihi jumlah tertentu dengan angka laporan laba/rugi terkait
tahun sebelumnya
Membandingkan piutang tidak tertagih Piutang dagang yang tak tertagih yang belum
sebagai presentase dari penjualan kotor tersedia
dengan angka tahu sebelumnya
Membandingkan jumlah hari peredaran Lebih saji atau kurang saji pada cadangan
piutang dagang dengan angka tahun kerugian dan piutang tak tertagih ; hal ini
sebelumnya dan perputaran dengan piutang dapat mengindikasikan adanya piutang dagang
dagang terkait fiktif

‘20 Auditing II
8 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Membandingkan ketegori umur piutang Lebih saji atau kurang saji pada cadangan
sebagai presentase dari piutang dagang dengan kerugian piutang dan piutang tak tertagih
angka tahun sebelumnya.
Membandingkan cadangan kerugian piutang Lebih saji atau kurang saji pada cadangan
sebagai sebagai presentase dari piutang kerugian piutang dan piutang tak tertagih
dagang dengan angka tahun sebelumnya
Membandingkan penghapusan piutang tak Lebih saji atau kurang saji pada cadangan
tertagih sebagai presentase dari total piutang kerugian piutang dan piutang tak tertagih
dagang dengan angka tahun sebelumnya

G. Pengendalian Intern Tambahan atas Akun Neraca

Nilai yang dapat direalisasi (realizable value): tujuan audit berkait transaksi untuk
piutang dagang yang penting karena kolektibilitas piutang seringkali merupakan pos utama
dalam laporan keuangan, dan merupakan permasalahan pada sejumlah kasus tentang
tanggungjawab akuntan.
Pengendalian yang lazim untuk tujuan realizable value adalah:
 Persetujuan kredit oleh orang yang berwenang.
 Penyiapan neraca saldo piutang usaha menurut umur secara periodik untuk direview dan
ditindaklanjuti oleh personal manajemen yang berwenang.
 Suatu kebijakan penghapusan atas piutang yang tidak tertagih bilamana piutang tidak
akan dapat ditagih lagi.

H. Dampak dari Hasil Pengujian atas Transaksi

Bagian audit yang paling dipengaruhi oleh pengujian transaksi siklus penjualan dan
penagihan ialah saldo dalam piutang usaha, uang tunai, beban piutang ragu-ragu, dan
penyisihan piutang ragu-ragu. Selanjutnya, jika hasil pengujian tidak memuaskan, diperlukan
pengujian substantif tambahan untuk menguji kebenaran penjualan, retur dan potongan
penjualan, penghapusan piutang tak tertagih, dan pemrosesan penerimaan kas.
Pada saat penyelesaian pengujian transaksi, penting untuk melakukan analisis terhadap
setiap pengecualian pengujian pengendalian dan pengujian substantif untuk mengetahui
penyebabnya dan implikasi pengecualian tersebut terhadap penetapan tingkat risiko

‘20 Auditing II
9 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
pengendalian, yang mungkin pengaruhnya didukung oleh risiko deteksi dan pengujian
substantif lainnya.

Pengaruh hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi yang paling
signifikan dalam siklus penjualan dan penagihan adalah pada konfirmasi piutang usaha. Jenis
konfirmasi, ukuran sampel, dan waktu pelaksanaan pengujian, semuanya dipengaruhi oleh
hasil pengujian pengendalian dan pengujian subtantif.

Konfirmasi Eksternal
Permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga merupakan prosedur pengumpulan bukti audit
yang diatur dalam ISA 505 (external comfirmation).
ISA 505 alenia 3 mengutif ISA 240 sebagai berikut:
ISA 240 menyatakan bahwa auditor boleh (tidak wajib) merancang permintaan konfirmasi
untuk memperoleh tambahan informasi yang memperkuat informasi lain (yang sudah
diperoleh) sebagai tanggapan terhadap risiko salah saji material yang dinilai, yang
disebabkan oleh fraud pada tingkat asersi.

ISA 505 mengatur kewajiban auditor berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Prosedur konfirmasi eksternal
2) Penolakan oleh manajemen terhadap permintaan auditor untuk mengirimkan permohonan
konfirmasi
3) Hasil-hasil prosedur konfirmasi eksternal:
a) Keandalan prosedur konfirmasi
b) Auditor tidak mendapat jawaban konfirmasi
c) Jika jawaban atas permohonan konfirnasi positif diperlukan untuk memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat.
d) Jawaban konfirmasi yang berbeda.

REFERENSI
 Audit Kontemporer. Theodorus M. Tuanakota-Jakarta, Salemba Empat, 2015.

‘20 Auditing II
10 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
 Randal J. Elder., Mark S. Beasley., Arens Alvin A., 2014. Auditing and Assurance
Service: An Integrated Approach. 15th. Edition. Pearson International Edition,
Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, New Jersey, Prentice Hall.

 IAPI, 2014. Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP).

‘20 Auditing II
11 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
‘20 Auditing II
12 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai