Contoh Konseling Pasien Remaja
Contoh Konseling Pasien Remaja
Contoh Konseling Pasien Remaja
Suatu hari yang cerah di sebuah apotek A, datang seorang anak remaja (berusia kira-
kira 17 tahun) yang sedang sakit batuk untuk membeli obat. Remaja tersebut datang bresama
dengan ibunya.
Apoteker : selamat pagi mba, mas. Ada yang bisa saya bantu?
Ibu : iya mba, saya mau beli obat. Ini loh anak saya selalu batuk terus akhir-
akhir ini.
Apoteker : oh jadi ibu mau beli obat untuk anaknya yah? Namanya siapa? (sambil
melihat kearah pasien)
Pasien :nama saya Rafa mba. “udah yuk ma pulang aja aku gak kenapa-kenapa”
Ibu : rafa kamu ini batuk-batuk terus dari kemarin, beli obat dulu baru pulang.
Apoteker : (tersenyum) mas rafa boleh saya bertanya apa yang mas rafa rasakan?
Apoteker : mas rafa umurnya berapa? Masih sekolah atau sudah kuliah mas?
Apoteker : oh mas Rafa kelas 3 SMA. Oh ya mas Rafa merokok atau tidak?
Apoteker : kalau merokok sehari habis berapa batang mas ? dari kapan mas Rafa mulai
merokok ?
Rafa : sehari sih gak tentu mba. Kadang 3 sampai 4 batang. Saya mulai merokok
dari kelas 2 SMA.
Apoteker : dulu sebelum merokok mas Rafa sering batuk-batuk seperti ini ?
Rafa : sebelum ngerokok batuknya gak kayak sekarang mba. Sekarang kalau batuk
sakit mba.
Ibu : tuh kan Rafa udh mama bilangin gak usah ngerokok masih aja ngerokok.
Rafa : yaelah ma, zaman sekarang seumuran Rafa gak ngerokok itu cupu ma. Malu
ah Rafa sama teman-teman. Pasti diejekin kalau gak ngerokok.
Ibu : tuh kan mba. Kayak gini kalau dibilangin mamanya ngelawan terus.
Rafa : anak muda kali ma, ya gak mba? Anak muda zaman sekarang gak gaul kan
kalau gak ngerokok?
Apoteker : iya mas, itu salah satu dampaknya. Kalau mas beli rokok dibungkusan kalau
merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan
gangguan kehamilan. Mas rafa tau gak?
Rafa : oh iya mba saya tau ada kegiatan kayak gitu. Tapi itukan cuman tulisan aja
mba, buktinya masih banyak orang yang beli rokok.
Apoteker : iya mas rafa tapi tetap saja rokok itu membahayakan bagi tubuh.
Rafa : iya ma. “tapi kalau cuman sebatang gak apa-apakn mba? (merayu)
Apoteker : alangkah lebih baiknya kalau mas Rafa tidak merokok, tapi kalau sedikit-
sedikit saja lalu lama kelamaan tidak merokok lagi itu lebih bagus mas.
Apoteker : (senyum) saya yakin mas Rafa bisa. Oh iya ini obatnya diminum 3 kali sehari
ya mas. Mas Rafa juga rajin-rajin olahraga dan makan-makanan yang bergizi
yah mas.
Rafa : baik mba. Terima kasih
Suatu hari yang cerah di sebuah apotek A, datang seorang anak remaja (berusia kira-
kira 16 tahun) yang sakit batuk berdahak menemui apoteker untuk membeli obat batuk.
Pasien : begini pak saya mau beli obat batuk komix sachet 1 boks.
Apoteker : obat ini untuk siapa dek? kenapa beli banyak sekali?
Pasien : untuk saya pak, karena saya sekarang sedang batuk jadi saya tadi bertanya
kepada teman saya obat batuk apa yang cocok dengan batuk sedang saya
alami.
Apoteker : oh jadi begitu, mohon maaf adek komix stoknya lagi kosong. Jadi saya
sarankan adek minum ambroxol saja karena ini juga cocok dengan batuk adek.
Pasien : saya maunya komix aja pak. Karena teman saya bilang komix lebih bagus
terus minumnya langsung 2 sachet sekaligus biar efeknya lebih cepat. Oleh
karena itu saya datang di Apotek ini untuk membeli komix sekalian 1 boks
supaya tidak sering-sering datang.
Apoteker : begini adek, saran saya adek konsumsi saja ambroxol ini biar batuk adek
cepat sembuh kan kasihan kalo adek batuk-batuk terus, karena bukan Cuma
adek sendiri yang tidak nyaman, orang disekitar adek pun bisa jadi tidak
nyaman dekat-dekat adek karena adek batuk-batuk terus.
Pasien : hmm,, iya dek pak saya ambil ambroxol saja. Berhubung saya sudah mulai
capek batuk-batuk terus. Pak bagaimana aturan minumnya ini?
Apoteker : obat ini diminum 3 x 1 sehari 1 sendok makan diminum setelah makan yaa.
Pasien : iya pak, ( pasien pun pergi meninggalkan apotik sambil membawa obatnya)