Askep Anemia Lansia Kel 12

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

A DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA DI


RUANGAN PENYAKIT DALAM WANITA
RSUD JAYAPURA

DISUSUN OLEH :
Kelompok 12
1. Nurul izzah hana pertiwi
2. Sitti aisyah
3. Yohanes renyaan

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III

AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT MARTHEN INDEY

J AYAP U RA

TA. 2020/ 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA DI RUANGAN
PENYAKIT DALAM WANITA RSUD JAYAPURA”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah “KEPERAWATAN GERONTIK”

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu,
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca.
Amin.
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR MEDIS.

A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb)
atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah
merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar
hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria
tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu
dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.  Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb


sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.  Anemia adalah gejala
dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak
adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe
anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002)

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)

B. ETIOLOGI:

1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)


2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi  defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
5. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
6. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak
dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
7. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap
zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
8. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
9. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis,
dll).
10. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin
B12.
11. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat
menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah
merah.
12. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria,
atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

C. TANDA DAN GEJALA:

1. Lemah, letih, lesu dan lelah


2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

D. PATOFISIOLOGI

Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya
eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi).

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal
≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).  Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).

Kesimpulan  mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh


penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya,
seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.
Anemia
viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

E. PATHWAY
F. KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:

1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah


disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
1. agen neoplastik/sitoplastik
2. erapi radiasi
3. antibiotic tertentu
4. obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
5. benzene
6. infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang

Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)

Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia


Anemia aplastik

b. Gejala-gejala:

1. Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)


2. Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan
saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan
saraf pusat.
3. Morfologis: anemia normositik normokromik
c. Anemia pada penyakit ginjal:
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritopoitin
Gejala-gejala:

1. Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl


2. Hematokrit turun 20-30%
3. Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi

d. Anemia pada penyakit kronis


Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia
jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan
warna yang normal).  Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses
paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
e. Anemia defisiensi besi
Penyebab:

1. Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,


menstruasi
2. Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
3. Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,
varises oesophagus, hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)

sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

f. Gejala-gejalanya:

1. Atropi papilla lidah


2. Lidah pucat, merah, meradang
3. Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
4. Morfologi: anemia mikrositik hipokromik

g. Anemia megaloblastik
Penyebab::

1. Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat


2. Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
3. Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang
terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu


Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

h. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah


disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
1. Pengaruh obat-obatan.
2. Penyakin hookin, limfosarkoma, myeloma multiple, leukemia
limfositik kronik.
3. Defesiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase.
4. Proses autoimun.
5. Reaksi tranfusi.
6. Malaria.

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

Sel darah merah dihancurkan oleh limposit


Anemia hemolisis

Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)

DERAJAT WHO NCI

Derajat 0 (nilai > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 -


normal) 16.0 g/dL

Laki-laki 14.0 -
9.5 - 10.9 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) g/dL
10.0 g/dL - nilai
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 normal
g/dL
Derajat 3 (berat) 8.0 - 10.0 g/dL
6.5 - 7.9
Derajat 4 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
(mengancam jiwa)
< 6.5 g/dL < 6.5 g/dL

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:

1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal:
a. Pada paisen dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi:
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik:
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

II. Konsep Dasar Gerontik secara umum

a. Definisi Lanjut Usia


Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah
dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho
Wahyudi, 2000).
b. Batas Karakteristik
Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
1)    Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun
2)    Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
3)    Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
4)    Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas
c. Teori Proses Menua
Teori biologis
1. Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua
merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama
masa hidup. Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi tingkat
structural sel/ organ tubuh, termasuk didalamnya adalah pengaruh agen
patologis. Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan yang
menghambat proses penurunan fungsi organisme. Yang dalam konteks
sistemik, dapat mempengaruhi/ memberi dampak terhadap organ/ sistem tubuh
lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan usia kronologis.

2. Teori “Genetik Clock” Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi
akibat adanya program jam genetik didalam nuclei. Jam ini akan berputar
dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka
akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Radiasi dan zat kimia dapat
memperpendek umur menurut teori ini terjadi mutasi progresif pada DNA sel
somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel
tersebut.

3. Teori error Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh menumpuknya
berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat kesalahan
tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan
kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan. Sejalan dengan perkembangan
umur sel tubuh, maka terjadi beberapa perubahan alami pada sel pada DNA
dan RNA, yang merupakan substansi pembangun atau pembentuk sel baru.
Peningkatan usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel Nukleus
menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi
DNA.

4. Teori Autoimun Pada teori ini penuaan dianggap disebabkan oleh adanya
penurunan fungsi sistem imun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada
Limposit –T, disamping perubahan juga terjadi pada Limposit –B. perubahan
yang terjadi meliputi penurunan sistem immune humoral, yang dapat menjadi
faktor predisposisi pada orang tua untuk : (a) menurunkan resistansi melawan
pertumbuhan tumor dan perkembanga kanker. (b) menurunkan kemampuan
untuk mengadakan inisiasi proses dan secara agresif memobilisasi pertahanan
tubuh terhadap pathogen. (c) meningkatkan produksi autoantingen, yang
berdampak pada semakin meningkatnya risiko terjadinya penyakit yang
berhubungan dengan autoimmun.

5. Teori Free Radical Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua
terjadi akibat kurang efektifnya fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh
adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas merupakan zat
yang terbentuk dalam tubuh manusia sehingga salah satu hasil kerja
metabolisme tubuh. Walaupun secara normal ia terbentuk dari proses
metabolisme tubuh, tetapi ia dapat tebentuk akibat : (1) proses oksigenasi
lingkungan seperti pengaruh polutan, 12 ozon, dan petisida. (2) reaksi akibat
paparan dengan radiasi. (3) sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas
lainnya. Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas
dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), radikal
hidroksil,dan H2O2. Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif,
sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh.
Makin tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas sehingga proses
pengerusakan harus terjadi, kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel
mati.

6. Teori Kolagen Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh rusak.

7. Wear Teori Biologi Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan


kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.

Teori Psikososial
1. Activity Theory (Teori Aktivitas) Teori ini menyatakan bahwa seseorang
individu harus mampu eksis dan aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai
kesuksesan dalam kehidupan di hari tua. Aktivitas dalam teori ini dipandang
sebagai sesuatu yang vital untuk mempertahankan rasa kepuasan pribadi dan
kosie diri yang positif. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa : (1) aktif lebih
baik daripada pasif. (2) gembira lebih baik daripada tidak gembira. (3) orang
tua merupakan orang yang baik untuk mencapai sukses dan akan memilih
alternatif pilihan aktif dan bergembira. Penuaan mengakibatkan penurunan
jumlah kegiatan secara langsung.
2. Continuitas Theory (Teori Kontinuitas) teori ini memandang bahwa kondisi
tua merupakan kondisi yang selalu terjadi dan secara berkesinambungan yang
harus dihadapi oleh orang lanjut usia. 13 Adanya suatu kepribadian berlanjut
yang menyebabkan adanya suatu pola perilaku yang meningkatkan stress.
3. Disanggement Theory Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti dengan
masyarakat , hubungan dengan individu lain.
4. Teori Stratisfikasi Usia Karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan
mempercepat proses penuaan.
5. Teori Kebutuhan Manusia Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut
penelitian 5% dan tidak semua orang mencapai kebutuhan yang sempurna.
6. Jung Theory Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
7. Course of Human Life Theory Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan
ada tingkat maksimumnya.
8. Development Task Theory Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas
perkembangan sesuai dengan usianya.

Teori Lingkungan
1. Radiation Theory (Teori Radiasi) Setiap hari manusia terpapar dengan adanya
radiasi baik karena sinar ultraviolet maupun dalam bentuk gelombang-
gelombang mikro yang telah menumbuk 14 tubuh tanpa terasa yang dapat
mengakibatkan perubahan susunan DNA dalam sel hidup atau bahkan rusak
dan mati.
2. Stress Theory (Teori Stress) Stress fisik maupun psikologi dapat
mengakibatkan pengeluaran neurotransmitter tertentu yang dapat
mengakibatkan perfusi jaringan menurun sehingga jaringan mengalami
gangguan metabolisme sel sehingga terjadi penurunan jumlah cairan dalam sel
dan penurunan eksisitas membrane sel.
3. Pollution Theory (Teori Polusi) Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan
tubuh mengalami gangguan pada sistem psikoneuroimunologi yang seterusnya
mempercepat terjadinya proses menua dengan perjalanan yang masih rumit
untuk dipelajari.
4. Exposure Theory (Teori Pemaparan) Terpaparnya sinar matahari yang
mempunyai kemampuan mirip dengan sinar ultra yang lain mampu
mempengaruhi susunan DNA sehingga proses penuaan atau kematian sel bisa
terjadi.

Perubahan-perubahan pada lanjut usia Menurut buku ajar asuhan keperawatan gerontik,
aplikasi NANDA, NIC, dan NOC, (Aspiani, 2014), perubahan yang terjadi pada lansia
meliputi :

d. Perubahan Fisik
1) Sistem Endokrin Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh
manusia yang memproduksi hormone. Hormone pertumbuhan berperan sangat
penting dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme
organ tubuh. Yang termasuk hormone kelamin adalah
· Menurunnya sekresi hormone kelamin seperti progesterone, estrogen, dan
testoteron
· Menurunnya produksi aldosterone 15
· Produksi hampir dari semua hormone menurun
· Fungsi parathyroid dan sekresinya tidak berubah
· Pituitary : pertumbuhan hormone ada tetapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH (Adrenocortikotropic
Hormone), TSH (Thyroid Stimulating Hormone), FSH (Folikel Stimulating
Hormone), dan LH (Leutinezing Hormone).
· Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan
menurunnya daya pertukaran zat
2) Perubahan sel
· Lebih sedikit jumlahnya
· Lebih besar ukurannya
· Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler
· Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati
· Jumlah sel otak menurun
· Terganggungnya mekanisme perbaikan sel
· Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20%

3) Sistem Kardiovaskuler Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler antara


lain :

· Elastisitas dinding aorta menurun


· Katup jantung menebal dan menjadi kaku
· Kemampuan jantung memompa darah menurun 1%setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
· Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya aktivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi,perubahan posisi dan tidur ke duduk atau duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun yaitu menjadi 65 mmHg
yang dapat mengakibatkan pusing mendadak. 16
· Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer : sistolis normal ±170 mmHg, diastolis normal ±90
mmHg.

4) Sistem Pernafasan Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan antara lain:
· Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
· Menurunnya aktivitas dari silia.
· Paru-paru kehilangan elastisitas : kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas
menurun.
· Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
· 0ksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
· Karbon dioksida pada arteri tidak berganti.
· Kemampuan untuk batuk berkurang.
· Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernafasan akan.
menurun seiring dengan pertambahan usia.
5) Sistem Persyarafan Perubahan yang terjadi pada sistem persyarafan antara lain:
· Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya).
· Cepat menurun hubungan persarafan.
· Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
· Mengecilnya saraf panca indra : berkuranganya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitive
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan tehadap dingin.
· Kurang sensitive terhadap sentuhan.

6) Sistem Gastrointestinal Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal


antara lain:
· Kehilangan gigi : penyebab utama adanya Periodontal Disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
· Indra pengecap menurun : adanya iritasi yang kronis dan selaput lender,
atropi indra pengecap (± 80 %), hilangnya senstivitas dari indra pengecap di
lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas dari saraf pengecap
terhadap rasa asin, asam dan pahit.
· Esophagus melebar.
· Lambung : rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
· Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi.
· Fungsi absorpsi melemah (daya absoprsi terganggu).
· Liver (hati) : makin mengecil, dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.

7) Sistem Genitourinaria Perubahan yang terjadi pada sistem genitourinaria antara


lain:
· Ginjal Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui
urin, darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal
yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus ). Kemudian mengecil dan nefron
menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 % , fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis
urin menurun proteinuria (bisanya ±1) BUN ( Blood Urea Nitrogen)
meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
· Vesika urinaria (kandung kemih) Otot-otot menjadi lemah, kapastiasnya
menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni
meningkat, vesika urinaria susah 18 dikosongkan pada pria lanjut usia
sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
· Pembesaran prostat ± 75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun h) Sistem
Indera : Pendengaran, Penglihatan, Perabaan dll Organ sesnsori pendengaran,
penglihatan, pengecap, peraba dan penghirup memungkinkan kita
berkomunikasi dengan lingkungan. Pesan yang diterima dari sekitar kita
membuat tetap mempunyai orientasi, ketertarikan dan pertentangan.
Kehilangan sensorik akibat penuaan merupakan saat dimana lansia menjadi
kurang kinerja fisiknya dan lebih banyak duduk :
8) Sistem Pendengaran
· Presbiakuisis (gangguan pendengaran). Hilangnya kemampuan/ daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi
pada usia diatas umur 65 tahun
· Membrane timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
· Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
kerati
· Pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa
atau stress b) Sistem Penglihatan
· Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
· Karena lebih berbentuk sfesis (bola)
· Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebababkan gangguan penglihatan
· Meningkatkan ambang, pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap
kegelapan, lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap
· Hilangnya daya akomodasi
· Menrunnya lapang pandang: berkurangnya luas pandangan
· Menurunnya daya membedakan warna biru/hiijau pada skala 19
9) Rabaan Indera peraba memberikan pesan yang paling intim dan yang paling mudah
untuk menterjemahkan. Bila indra lain hilang, rabaan dapat mengurangi perasaan
sejahtera. Meskipun resptor lain akan menumpul dengan bertambahnya usia,
namun tidak pernah hilang
10) pengecap dan Penghidu Empat rasa dasar yaitu manis, asam, asin, dan pahit.
Diantara semuanya, rasa manis yang paling tumpul pada lansia. Maka jelas bagi
kita mengapa mereka membubuhkan gula secara berlebihan,. Rasa yang tumpul
menyebabkan kesukaan terhadap makanan yang asin dan banyak berbumbu. Harus
dianjurkan pengunaan rempah, bawang, bawang puti, dan lemon untuk mengurangi
garam dalam menyedapkan masakan
11) Sistem Integumen Fungsi kulit meliputi proteksi, perubahan suhu, sensasi, dan
ekskresi. Dengan bertambahnya usia,terjadilah perubahan intrinsic dan ekstrinsik
yang mempengaruhi penampilan kulit :
· Kulit mengkerut atau keriput akibat hilangnya jaringan lemak
· Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena hilangnya proses kreatinisasi
serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis)
· Menurunnya respon terhadap trauma
· Mekanisme proteksi kulit menurun : produksi serum menurun, penurunan
serum menurun, gangguan pigmentasi kulit
· Kulit kepala dan rambut menipis berarna kelabu
· Rambut dalam hidup dan telinga menebal
· Berkurangnya elastisitas akibat dan menurunnya cairan dan vaskularisasi
· Pertumbuhan kuku lebih lambat
· Kuku jari menjadi keras dan rapih
· Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
· Kelenjar keringat berkurangnya jumlah dan fungsinya
· Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya 20

12) Sistem Muskuloskeletal Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi
sebelum usia 40 tahun :
· Tulang kehilangan denstisy (cairan) dan makin rapuh dan osteoporosis
· Kifosis
· Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
· Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang)
· Persendian membesar dan menjadi kaku
· Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
· Atrofi serabut oto (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut otot mengecil
sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor
· Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh

13) Sistem Reproduksi dan Seksualitas

 Vagina Orang-orang yang makin menua seksual ; intercourse masih juga


membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu. Fungsi seksual seseorang
berhenti, frekuensi seksual intercourse cenderung menurun dan secara bertahap
tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai
tua. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna
 Menciutnya ovary dan uterus
 Atrofi payudara
 Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur
 Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi kesehatan
baik) yaitu :
· Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia 21
· Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual
· Tidak terlalu cemas karena merupakan perubahan alami

e. Perubahan Kognitif
Keinginan untuk berumur panjang dan ketika meninggal dapat masuk surga ialah
sikap umum lansia yang perlu dipahami oleh perawat. Perubahan kognitif pada lansia
dapat berubah sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau
tamak bila memiliki sesuatu. Bahkan, lansia cenderung ingin mempertahankan hak
dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa,. Mereka mengharapkan tetap memiliki
peranan dalam keluarga ataupun masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi perubahan kognitif :
1) Perubahan fisik, khususnya organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan Pada lansia, seringkali memori jangka pendek, pikiran,
kemampuan berbicara, dan kemampuan motorik terpengaruh. Lansia akan
kehilangan kemampuan dan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Lansia cenderung mengalami demensia. Demensia biasanya terjadi pada usia
lanjut dan Alzheimer merupakan bentuk demensia yang umum terjadi, yakni
mencapai 50 hingga 60 % dari semua kasus demensia. Sedangkan, bentuk
lainnya misalnya karena faktor pembuluh darah. Demensia terbagi menjadi
dua, yakni demensia yang dapat disembuhkan dan demensia yang sulit
disembuhkan.

Adapun penyebab demensia yang dapat disembuhkan antara lain :


1) Tumor otak
2) Hematoma subdural
3) Penyalahgunaan obat terlarang
4) Gangguan kelenjar tiroid
5) Kurangnya vitamin, terutama vitamin B12 22
6) Hipoglikemia Sementara itu, demensia yang sulit disembuhkan antara lain disebabkan oleh
:
1) Demensia Alzheimer
2) Demensia vascular
3) Demensia lewy body
4) Demensia frontemporal

f. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial yang dialami lansia erat kaitannya dengan keterbatasan
produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, seorang lansia yang memasuki masamasa pensiun
akan mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut :
1. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
2. Kehilangan status atau jabatan pada posisi tertentu ketika masih bekerja dulu
3. Kehilangan kegiatan/ aktivitas. Kehilangan ini erat kaitannya dengan beberapa hal
sebagai berikut :
a) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup ( memasuki
rumah perawatan, pergerakan lebih sempit)
b) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup meningkat
padahal penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
c) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik
d) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
e) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan kesulitan
f) Gangguan gizi akibat kehilagan jabatan. Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan
hubungan dengan teman dan keluarga
g) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri)

g. Masalah masalah Psikologis yang lazim terjadi pada lansia


a. Kesepian, kehilangan pasangan hidup atau berada jauh dengan anak-anak yang
telah mempunyai kesibukannya masing-masing kadang membuat para lansia
merasa kesepian. Namun ada juga lansia yang memiliki aktivitas sosial yang
tinggi tidak merasa kesepian ketika ditinggal atau berada jauh dengan orang yang
dicintainya.
b. Duka cita, duka cita akibat kehilangan orang yang dicintai adalah hal yang dapat
menimbulkan depresi yang sangat mendalam pada lansia sehingga memicu
gangguan fisik dan kesehatannya. Depresi dikarenakan duka cita biasanya
bersifat self limiting
c. Depresi, beragam permasalahan hidup seperti kemiskinan, penyakit yang tak
kunjung membaik, kematian pasangan, keturunan yang tidak bisa merawatnya
dapat menyebabkan depresi.
d. Kecemasan yang berlebihan, gangguan kecemasan biasanya terjadi karena
depresi, efek samping obat ataupun penghentian konnsumsi suatu obat.
e. Parafenia, merupakan suatu bentuk scizofenia yang berbentuk pada rasa curiga
yang berlebihan. Hal ini terjadi pada lansia yang terisolasi atau menarik diri dari
kehidupan sosial.
f. Sindroma diganose, keadaan dimana seorang lansia menunjukan tingkah atau
prilaku yang mengganggu seperti bermain-main dengan urin atau menumpuk
barang-barangnya dengan tidak teratur.
h. Tipe Lansia
a) Kepribadian Integrated : adalah mereka yang berfungsi baik, memiliki
kehidupan batin yang kaya, kemampuan kognitif yang baik, dan keadaan ego
yang kompeten. Flexibel , matang dan terbuka terhadap stimulus-stimulus baru.
Individu lansia tipe ini memiliki kepuasan hidup yang tinggi/optimum aging.
Kepribadian integrated ini digolongkan menjadi 3 berdasarkan pada tingkat
aktifitasnya, yakni :
Pola Reorganizer ( Tipe A) : lansia integrated yg memiliki aktifitas tinggi, sering
disebut optimum agers. Bila mereka terputus dengan aktifits lama, akan mencari
aktifitas baru yg menyebabkan mereka merasa bermakna, mis; dlm aktifitas
social.
Pola Focusd (Tipe B) : lansia integrated yang memiliki kepuasan hdup tinggi,
tetapi beberapa peran saja, misal, sbg orang tua, sebagai
nenek/kakek, berkebun, memelihara ayam, dll.
Pola Disangaged (tipe C) : lansia integrated yang memiliki kepuasan hidup
tinggi, namun aktifitas rendah. Mereka dengan suka rela melepaskan diri dari
tanggung jawab mereka. Mereka tetap merupakan golongan yg luas perhatiannya,
terbuka menerima pendapat baru, namun mereka memilih sikap hidup santai
dalam menjalani usia lanjut.
b) Kepribadian Armored atau Defended. Dicirikan dengan ambisi tinggi, motif
berprestasi tinggi, masih menginginkan prestasi dan kedudukan dalam
masyarakat, namun tidak diimbangi dengan kemampuan yang memadai, sehigga
penuh defens terhadap kecemasan dan penuh kontrol terhadap kehidupan
emosionalnya. Kepribadian Armored dibedakan menjadi 2 tipe, yakni :
Pola Holding On (Tipe D) : menjadi tua menurut tipe ini merupakan ancaman,
dan mereka ingin mempertahankan sampai detik terakhir kehidupan mereka.
Mereka seringkali berhasil dalam usaha mempertahankan ini, sehingga
mendapatkan kepuasan hidup tinggi atau sedang dengan aktifitas tinggi atau
sedang. Mereka berkeyakinan bahwa tetap beraktifitas adalah cara untuk
melawan proses menjadi tua.
Pola Constricted (Tipe E) : Lansia ini sangat sibuk mempertahankan diri
terhadap ketuaan dengan cara menghemat energi mereka dan sangat membatasi
hubungan sosial mereka melalui penarikan diri dari keterlibatan dalam dunia
sosial. Tipe ini memiliki aktivitas rendah dengan kepuasan sedang.

c) Kepribadian Pasive-Dependent. Kepribadian ini dibedakan menjadi


Pola Succorance-Seeking (Tipe F) : Tipe ini memiliki kebutuhan ketergantungan
yang tinggi (High Dependensy Needs) dan mengalihkan tanggung jawab pada
orang lain. Tipe ini memiliki aktifitas sedang dan kepuasan hidup sedang. Tipe ini
ada dalam keadaan senang selama mereka dapat menggantungkan diri pada orang
lain.
Pola Apathetic (Tipe G) : Lansia ini dicirikan dengan sikap pasif, aktifitas rendah
dan kepuasan hidup rendah pula. Sering disebut dengan lansia Rocking
Chair. Tipe ini mempunyai sikap pasif dan apatis, misalnya, dalam sebuah
wawancara seorang laki2 menyuruh istrinya untuk menjawab semua pertanyaan
yg ditujukan padanya.

d) Kepribadian Unintegrated. Lansia unintegrated mempunyai banyak


kemunduran bahkan kerusakan pada fungsi psikisnya, kotrol emosi lemah dan
banyak kemunduran dalam fungsi kognitifnya. Mereka menunjukkan pola
Disorganized (Tipe H) dalam proses menjadi tua. Mereka dapat mempertahankan
hidup di masyarakat, tetapi dengan aktifitas yang rendah dan kepuasan yang
rendah pula

i. Tugas perkembangan lansia


Tugas perkembangan lansia merupakan tugas perkembangan akhir dilihat dari
rentang kehidupan. Orang tua (Lansia) diharapkan untuk menyesuaikan diri
dengan menurunnya kekuatan dan menurunnya kesehatan secara bertahap.
Mereka diharapkan untuk mencari kegiatan untuk mengganti tugas-tugas
terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu kala mereka masih muda.
j. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul.
1.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, anoreksia
3.      Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak
adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon
inflamasi)
4.      Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb
dan darah, suplai oksigen berkurang.

k. Intervensi Keperawatan
Dx1: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Tujuan/Kriteria hasil: Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas(termasuk aktivitas
sehari-hari.
Intervensi:
1.       Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS normal.
2.       Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
3.      Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas.
4.      Berikan lingkungan tenang
5.      Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
6.      Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi.
Rasional:
 Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
 Menunjukkan perubahan neurologi karena defesiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.
 Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa
jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
 Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan regangan jantung dan paru.
 Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing,
berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
 Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan
kegagalan.
 Dx2: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
 Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan
stabil dengan nilai laboratorium normal.

Intervensi:
1.      Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
2.      Observasi dan catat masukan makanan pasien.
3.      Timbang berat badan tiap hari.
4.      Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan.
5.      Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.
6.      Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan
sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang
diencerkan bila mukosa oral luka.
Kolaborasi :
1.      Berikan obat sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti
sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (Flovite); asam askorbat (vitamin C),
2.      Besi dextran (IM/IV.)
Rasional:
1.      Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
2.      Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3.      Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4.      Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga
mencegah distensi gaster.
5.      Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
6.      Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri,
meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin
diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
Kolaborasi :
1.      Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral
yang buruk dan defisiensi yag diidentifikasi.
2.       Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat
diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk
penggantian oral menjadi efektif.
Dx3: Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat
(mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi).
Tujuan/Kriteria hasil: Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi.

Intervensi:
1.      Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien.
2.      Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka.
3.      Tingkatkan masukan cairan adekuat.
4.      Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
5.      Kolaborasi: berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik.
Rasional:
1.      Mencegah kontaminasi silang.
2.      Menurunkan resiko infeksi bakteri.
3.      Membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran
dan mencegah statis cairan tubuh.
4.      Adnya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
5.      Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.
Dx4: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan
darah, suplai oksigen berkurang.
Tujuan/Kriteria hasil:
Intervensi:
1.      Adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul.
2.      Monitor adanya paretase    
3.      Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
4.      Gunakan sarung tangan untuk proteksi
5.      Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
6.      Kolaborasi pemberian analgetik.
Asuhan keperawatan gerontik pada Ny. “A”
dengan masalah keperwatan Anemia di ruang penyakit dalam wanita RSUD
Jayapura.

II. Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
 Tanggal /jam MRS : 20 sep 2020/22.00 wit
 Ruang : penyakit dalam wanita RSUD jayapura
 No Register : 263764
 Tgl /pengkajian : 24 sep 2020/08.30 wit
 Diagnosa Keperawatan :
a. Indentitas klien
 Nama : Ny. A
 Umur : 61 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Pekerjaan : IRT
 Alamat : Entrop
 Pendidikan : SMP
 Suku / bangsa : Jawa/Indonesia
 Status : Menikah

b. Penanggung Jawab
 Nama : Ny. S
 Pekerjaan : PNS
 Alamat : Entrop
 Hubungan dengan Klien : Anak
1. Keluhan Utama
Klien mengatak sering pusing hingga kadang terjatuh.
Disertai : lemas, mual muntah dan tidak nafsu makan.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien mengatakan sudah merasa sering pusing sudah dari beberapa bulan terkhir
namun klien hanya beristirahat untuk mengurangi pusing yang klien rasakan namun
klien merasa klien masih pusing dan badan terasa lemas dan sudah 3 hari berturut-
turut klien pusing hingga terkadang hamper jatuh jatuh.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien pernah dirawarat dengan sakit malaria.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Penyakit keturunan : Klien tidak memiliki penyakit keturunan
b. Penyakit menular : klien tidak memiliki penyakit menulaer.
c. Genogram

d.

Keterangan :
= Perempuan
= Laki-Laki
= Pasien

= Meninggal

= Tinggal dalam satu rumah

5. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit.


a. Keadaan rumah: ventilasi, lantai
b. Pembuangan sampah : Jauh dari rumah
c. Halaman : klien memliki halaman yang hanya cukup untuk memarkir 2 motor
d. Kamar mandi/wc : Klien memiliki satu kamar mandi di dalam rumah
e. Konsumsi air dari : Galon

6. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Klien mengatakan saat sakit klien hanya menahannya.

7. Pola Fungsi Kesehatan


 Pola persepsi dan tata laksana kesehatan : klien menyadari dengan kondisi
kesehatannya saat ini dikarena usianya yang sudah lanjut usia
 Pola nutrisi dan metabolisme :
1) Makan : klien mengatakan makan 3xsehari namun hanya dihabiskan ½
posri, klien musl muntsh saat makan.
2) Minum : klien mengatakan minum 3 gelas sehari, tidak ada masalah
 Pola eliminasi (bab/bak) :
1) BAB : klien mengatakan 1xsehari, tidak ada masalah
2) BAK : klien mengatakan 5-6 x sehari buang air kecil
 Pola aktivitas dan latihan : klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas,dan
membutuhkan bantuan orang lain untuk berdiri ataupun ke kamar kecil.
 Pola istirahat dan tidur : klien mengatakan bahwa klien susah tidur siang jika
tidur siang biasanya ±2 jam dan tidur malam 6 jam
 Pola perceptual (fisik dan fungsi)
 Penglihatan : pasien mengatakan sudah mulai kabur
 Pendengaran : pasien masih dapat mendengar dengan baik
 Pengecap : pasien mengatakan masih dapat merasakan makanan dengan baik
 Sensasi : pasien mengatakan dapat merasakan sentuhan
b. Pola kognitif dan persepsi sensori
- Status mental : sadar
- Pasien dapat berbicara dengan baik
- Pasien mengatakan sering merasa pusing
c. Pola hubungan peran
- Hubungan pasien dengan keluarga, teman, tetangga maupun petugas kesehatan baik.
d. Pola fungsi seksual
- Setelah pasien menopause pasien sudah jarang melakukan hubungan suami istri.
e. Pola mekanisme koping
- Pasien mengatakan kalau sakit pasien mempunyai masalah pasien cerita ke anaknya.
f. Pola nilai dan kepercayaan
- Pasien mengatkan saat sakit pasien berzikir.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Keadaan /penampilan Umum : sakit sedang
Kesadaran : CM
BB sebelum sakit : 45 kg
BB saat ini : 44 kg
TB : 160 cm
IMT : 17,57 (kurus)
Tanda-tanda vital
 TD : 90/70 mmhg
 Nadi : 79 x/m
 SB : 36,9˚C
 RR : 20x/m

b. Kepala
a) Inspeksi
1. Bentuk : normacepalus
2. Warna rambut : Hitam dan putih
3. Kebersihan rambut : Terdapat sedikit ketombe
4. Penyebaran rambut : Hitam putih
b). Palpasi
1. benjolan : Tidak ada
2. nyeri : Tidak ada

c. Muka
a). Inspeksi
1. Simertis : tampak simetris
2. Ekspresi : Menahan sakit
b). Palpasi
1. benjolan : Tidak ada
2. Nyeri : Tidak ada

d. Mata
a). Inspeksi
1. simetris : Simetris antara kanan dan kiri
2. sklera : Putih
3. Konjungtiva : Anemis
4. Pupil : Isokor
5. Refleks cahaya : Mengecil saat diberikan cahaya
6. Pakai alat bantu : Tidak da
7.Penglihatan : Sedikit kabur

e. Hidung
a) Inspeksi
1. Bentuk : Simetris antara kanan dan kiri
2. Polip : Tidak ada
3. Sekret : Terdapat sedikit secret
4. Tanda radang : Tidak ada

b) Palpasi
1. Benjolan : Tidak ada
2. Nyeri : Tidak ada

f. Telinga
a). Inspeksi
1. Bentuk :Simetris antara kanan dan kiri
2. Serumen : Terdapat sedikit serumen
3. Cairan,Warna, bau : Tidak ada
4. Alat bantu dengar : Tidak ada
b) Palpasi
1. Bentuk : Tidak ada
2. Nyeri : Tidak ada
3. Tekstur daun telinga : Lembek

g. Mulut
a) Inspeksi
1. jumlah gigi : 22
2. Karang gigi : Terdapat karang gigi
3. Gigi berlobang : Terdapat 3 gigi brlubang
4. warna gusi : Merah muda
5. lidah : Merah
6. Bibir : Kering/pucat
7.palatum : Menonjol
8. Tonsil : Normal
b) Palpasi
1. Nyeri : Tidak ada
2.Benjolan : Tidak ada

h. Leher
a). Inspeksi
1. Pembesaran : Tidak ada
2. Kaku kuduk : Tidak ada
b) Palpasi
1.kelenjar : Tidak ada

i. Thoraks dan Perhafasan


a) Inspeksi
1. Bentuk : normalcest,
3. Benjolan pada payudara : tidak ada
4. Irama Pernafasan : teratur

b) Palpasi
1. Nyeri : Tidak ada
2. Benjolan/massa : Tidak ada
c). Auskultasi
1. suara nafas : fesikuler
d). Perkusi
1. terdengar suara : Sonor

j. Jantung
a) Inspeksi
1. Iktus cordis :
b) Perkusi
1. pembesaran jantung : Tidak ada
c). Auskultasi
1. bunyi jantung : Redup

k. Abdomen
a) Inspeksi
1. Buncit : Tidak
2. Benjolan : Tidak ada
3. Luka/ jaringan parut : Tidak ada
4. Pembuluh darah vena :
5, Stria :
b)auskultasi
1. Peristaltik usus 15 x/menit
c)Palpasi
1. Nyeri tekan : Tidak ada

d) Perkusi
1. bunyi : Pekak

l. Genetalia dan Anus


a). Inspeksi
1. Perdarahan : Tidak ada
2.luka : Tidak ada
3. bengkak : Tidak ada
4. Terpasang kateter : Tidak ada

m. Ekstremitas
1) Atas
1. Kekuatan otot : 5/5
2. Akral teraba : Teraba hangat
3. Koordinasi gerakan : sedikit lemas
4. ROM
5. CRT : < 2 detik
2) Bawah
1. Kekuatan Otot :5/5
2. Akral teraba : Hangat
3. Koordinasi gerak
4. ROM
5. CRT

n. Pengkajian Gerontik
1.Menguji Aspek2 Kognitif dan Fungsi Mental

Nilai Pasien Pertanyaan


Maksimu
m
Orientasi

5 Tanggal (tahun)(musim)(tanggal) (bulan apa sekarang?)


21 sep
2020
5 Jayapura Dimana kita: (Negara bagian) (Wilayah) (Kota)
, rumah (Rumah sakit) (lantai)
sakit
Registrasi
3 3 Sebutkan nama 3 objek :
1 detik utk mengatakan masing2, Beri 1 poin utk setiap
jawaban yg benar
Perhatian dan Kalkulasi
5 5 Seri 7’s 1 poin utk setiap kebenaran
Berhenti setelah 5 jawaban
Berganti eja “kata” ke belakang
Mengingat
3 2 Meminta utk mengulang ketiga objek diatas
Berikan 1 poin utk setiap kebenaran
Bahasa
9 8 Nama pensil dan melihat (2poin)
Mengulang hal berikut: tidak ada jika, dan atau tetapi
(1poin)
Nilai Total
Ket: Nilai 30-22 normal
Nilai < 22 ada kerusakan kognitif yg memerlukan pengamatan lanjut

2. Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia

Skore No Pertanyaan Jawaban

+ _
1 Tanggal berapa hari ini ? 21 sep
2020
2 Hari apa sekarang ? Senin
3 Apa nama tempat ini ? RS
marthen
indey
4 Berapa nomor telepon anda ? Tidak
Dimana alamat anda ? ada hp
( tanyakan bila tidak memiliki telepon)
5 Berapa umur anda ? 60 thn
6 Kapan anda lahir ? Than
1960
7 Siapa nama presidan sekarang ? Widodo
8 Siapa nama presiden sebelumnya ? Tidak
tau
9 Siapa nama ibu anda ? Siti
10 20 – 3 berapa ? 17
( begitu seterusnya sampai bilangan terkecil)
Ket : 1. Kesalahan 0-2 : Fungsi Utuh
2. Kesalahan 3-4 : Kerusakan Intelektual Ringan
3. Kesalahan 5-7 : Kerusakan Intelektual Sedang
4. Kesalahan 8-10 : Kerusakan Intelektual Berat.

3.Pengkajian Skore Norton

No Keadaan pasien Skore


1 Kondisi umum:
Baik 4
Lumayan
Buruk
Sangat buruk
2 Kesadaran:
Compos mentis 4
Apatis
Confise/ Sopor
Coma
3 Aktivitas:
Ambulan
Ambulan dengan bantuan 3
Hanya bisa duduk
Tiduran
4 Mobilitas:
Bergerak bebas
Sedikit bergerak 3
Sangat terbatas
Tidak bisa bergerak
5 Inkontinensia:
Tidak ada 4
Kadang-kadang
Sering inkontinensia alvi
Inkontinensia alvi dan urine

Skore 20 : normal
Skore 15-19 : kerusakan ringan
Skore 10-14 : ,, sedang
Skore 4-9 : ,, berat

4. Pengkajian ADL dgn Indeks Barthel (IB) dan Indeks Katz (IK)
1) Indeks Barthel

N Item yg Skore Nilai


o dinilai
1 Makan 0= tidak mampu 1
( Feeding) 1= butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll
2= mandiri
2 Mandi 0= tergantung orang lain 0
( Bathing) 1= mandiri
3 Perawatan 0= membutuhkan orang lain 0
diri 1= mandiri dlm perawatan muka, rambut, gigi, bercukur
(Grooming
)
4 Berpakaian 0= Tergantung orang lain 1
(Dressing) 1= Sebagian dibantu ( mis mengancing baju)
5 Buang air 0= Inkontinensia/pakai kateter dan tdk terkontrol 2
kecil 1= Kadang inkontinensia ( maks 1x24jam)
(Bladder) 2=Kontinensia (teratur utk lebih dari 7 hari)
6 Buang air 0= Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema) 2
besar 1=kadang inkontinensia ( sekali seminggu)
(Bowel) 2= Kontinensia (teratur)
7 Penggunaa 0=tergantung bantuan orang lain 1
n toilet 1=membutuhkan bantuan, tapi dpt melakukan beberapa hal
sendiri
2=mandiri
8 Tranfer 0=tidak mampu 2
1=butuh bantuan utk bisa duduk(2 orang)
2=bentuan kecil(1 orang)
3=mandiri
9 Mobilitas 0=immobile(tdk mampu) 2
1=menggunakan kursi roda
2=berjalan dgn bantuan 1 orang
3=mandiri( meskipun menggunakan alat bantu seperti tongkat)
10 Naik turun 0=tidak mampu 1
tangga 1=membutuhkan bantuan
2=mandiri
Ket: hasil: 20= Mandiri
12-19= ketergantungan ringan
9-1= ketergantungan sedang
5-8 = ketergantungan berat
0-4 = ketergantungan total

2)Penilaian Indeks Katz

Skor Kriteria
e
A Kemandirian dlm hal makan, kontinen(BAB/BAK), berpindah, kekamar kecil
mandi dan berpakaian
B Kemandirian dlm semua hal kecuali 1 dari fungsi tsb
C Kemandirian dlm semua hal kecuali mandi dari 1 fungsi tambahan
D Kemandirian dlm semua hal kecuali mandi dari berpakaian dan 1 fungsi
tambahan
E Kemandirian dlm semua hal kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil dan 1
dari fungsi tambahan
F Kemandirian dlm semua hal kecuali mandi dan berpakaian, kekamar kecil,
berpindah dan 1 fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya 2 fungsi, tetapi tdk dapat diklasifikasikan
lain sebagai C, D, E, F

Score klien : G ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut


5. Tabel Modifikasi Indeks Katz

No Aktivitas Mandiri Bergantung


Nilai (1) Nilai (0)
1 Mandi dikamar mandi(menggosok, membersihkan 0
dan mengeringkan badan
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan 0
menggunakannya
3 Memakan makanan yg telah disajikan 1
4 Memelihara kebersihan diri utk penampilan diri 0
(menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok gigi,
mencukur kumis)
5 Buang air besar di WC (membersihkan dan 0
mengeringkan bokong)
6 Dapat mengontrol pengeluaran feses 1
7 BAK di kamar mandi (membersihkan dan 0
mengeringkan kemaluan
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih 1
9 Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau keluar 1
ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat
10 Menjalankan agama sesuai agama dan kepercayaan 1
yg dianut
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti merapikan 1
tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan
membersihkan ruangan
12 Berbelanja utk kebutuhan sendiri atau keluarga 0
13 Mengelola keuangan (menyimpan/ menggunakan 1
uang sendiri)
14 Menggunakan sarana transportasi umum utk 0
bepergian
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai takaran 1
(takaran, waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan dan mengambil keputusan utk 1
kepentingan keluarga dlm hal penggunaan uang,
aktivitas sosial yg dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan
17 Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan 1
keagamaan, sosial, rekreasi, olahraga dan
menyalurkan hobi
Ket:Hasil: 13- 17 : mandiri, 0 - 12: ketergantungan

6. Skala Jatuh dari Morse


N Pengkajian Nila
o skala i
1 Apakah Jatuh: Riwayat jatuh 3 bulan terakhir Tidak: 0
0
Ya :
25
2 Apakah lansia memiliki penyakit > 1 penyakit Tidak: 0
0
Ya :
25
3 Alat bantu jalan + berpegangan pada benda: Tidak : 15
- Bedrest/ dibantu perawat……………………………………… 0
- Kruk/ tongkat,erpegangan pada benda-benda disekitar( kursi, 15
lemari, meja, tembok, dll)
………………………………………………………… 30
4 Apakah terpasang infuse Tidak : 20
0
Ya :
20
5 Gaya berjalan 0
- Normal………………………………………………………… 0

- Bedrest/ immobile ( tidak dapat bergerak sendiri, lemah (tidak


bertenaga)…………………. 10
20
- Gangguan / tidak normal ( pincang/diseret)
6 Lansia: 0
- Menyadari dirinya…………………………………………. 0

- Mengalami keterbatasan daya ingat……………… 15

Jumlah :
Keterangan:
- Resiko Rendah : 0-24

- Resiko Tinggi : >24


g. Klasifikasi data
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
Klien mengatakan : Klien tampak :
- Keluarga pasien mengatak pasien sering - ½porsi dihabiskan
pusing hingga kadang terjatuh. - Aktifitas dibantu
- Klien mengatakan sudah merasa sering Keadaan /penampilan Umum : sakit sedang
pusing sudah dari beberapa bulan terkhir Kesadaran : CM
naming klien hanya beristirahat untuk Status Kesehatan Umum
mengurangi pusing yang klien rasakan Keadaan /penampilan Umum : sakit
namun klien merasa klien masih terus sedang
Kesadaran : composmentis
merasa pusing dan badan terasa lemas dan
BB sebelum sakit : 45 kg
sudah 3 haei berturut-turut klien pusing
BB saat ini : 44 kg
hingga jatuh.. TB : 160 cm
 Pusing IMT : 17,57 (kurus)
Tanda-tanda vital
 Tidak nafsu makan
TD : 90/70 mmhg
 Sulit beraktifitas
Nadi : 79x/m
 Makan hanya ½ dari porsi yang
SB : 36,9˚C
diberikan.
RR : 20x/m
 Kering / pucat
Hasil Lab
 Hgb : 9 g/dL
 Rbc : 3,5
 Penilaian ini untuk mengetahui fungsi
intelektual lansia
Kesalahan 0-2 : Fungsi Utuh
 Pengkajian Skore Norton
Skore 15-19 : kerusakan ringan
 Pengkajian ADL dgn Indeks Barthel
(IB) dan Indeks Katz (IK)
Indeks Barthel
12-19= ketergantungan ringan
 Score klien : G ketergantungan
pada ke enam fungsi tersebut
 Tabel Modifikasi Indeks Katz
0-12 : ketergantungan
 Skala Jatuh dari Morse
Resiko Tinggi :>24

h. Pemeriksaan diagnostik
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
HGB 9 g/dL 11,0-16,5
RBC 3.5 [10^6/uL] 3,8-5,8
HCT 34,9[%] 35,0-50,0
WBC 9,48[10^3/uL] 35,0-10,0
PLT 208[10^3/uL] 150-500
GLUKOSA 200[mg/dL] 0-200
CREA 0,24[mg/dL] 0,9-1,2

i. Radiologi
- Terlampir

Terapi
No Nama obat Metode Dosis Jam pemberian
. pemberian
Infuse nacl IV 20tpm
Omz Iv 2x1 13.01
lanzoprazor Iv 2x1 07.18
j. Analisa data
Data Etiologi Masalah
DS : Ketidakseimbangan antara Intoleransi aktivitas
- Klien mengatakan suplai dan kebutuhan
lemas dan pusing oksigen.

DO :
- Klien tampak dibantu
saat beraktifitas
- Hgb : 9 [ menurun]
DS : Kebutuhan nutrisi kurang Ketidakseimbangan nutrisi
- Keadaan umum : Cm dari kebutuhan tubuh b/d kurang dari kebutuhan tubuh
- Klien mengatakan nutrisi tidak adekuat.
kurang nafsu makan.
- Makan hanya ½ dari
porsi yang diberikan.
- Lemas
DO :
- Klien tampak lemas.

DS : Lemas Resiko jatuh


 Lemas
 Pusing Pusing
 Sulit beraktivitas
DO :
Kurang dapat melakukan
 Skala jatuh dari morse
aktivitas ; toileting
(total : 35, yaitu resiko
tinggi)
 Aktivitas dibantu Resiko jatuh
 Hgb : 9 [ menurun]
Perencanaan
Diagnosa
No. Tujuan & Tgl/Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan 1. Kaji tanda- 1. Untuk 24 sep 1. mengkaji tanda- 24/09/2020
ketidakseimbangan tindakan tanda vital klien mempermud 2020 tanda vital klien Pukul 14.30 wit
antara suplai darah dan keperawatan ah 10.00 wit Hasil :
oksigen. selama 1x8 jam melakukan Tekanan Darah : S :
. diharapkan intervensi 90/80 mmhg Pasien mengatakan
Ditandai dengan : masalah selanjutnya Nadi : 79 x/ menit masih lemas dan
intoleransi Suhu : 36,9 ˚C merasa pusing.
DS : aktifitas dapat Respirasi :
Pasien mengatakan : teratasi dengan 20x/menit O:
 Lemas Kriteria Hasil : Klien tampak
 Pusing  Adl klien lemas.
dapat
DO : melakukan A:

Pasien tampak : secara 2. Ubah posisi 2. Hipotensi 10.15 wit 2. Mengubah Masalah belum

 Dibantu saat mandiri. pasien dengan postural posisi pasien teratasi.

beraktivitas  Klien tidak perlahan dan Hipoksin dengan

TD : 90/70 mmhg merasa pantau terhadap srebral perlahan dan P:

Nadi : 79x/m pusing pusing. menyebabka pantau Lanjutkan

SB : 36,9˚C n pusing terhadap intervensi 1 dan 4


RR : 20x/m bertambah pusing.
dan Hasil :
 Hgb : 9 [ menurun] meningkatka Klien mengatakan
n resiko merasa pusing jika
cedera beraktifitas
berlebihan seperti
ke kamar mandi.

3. Berikan 3. Meningkatka 10.25 wit 3. Memberikan


lingkungan n istirahat lingkungan
yang nyaman. untuk yang
menurnkan nyaman.
suplai Hasil :
oksigen Klien merasa
dalam tubuh. nyaman jika
hening dan selalu
berada didekat
anaknya.

4. Kaji 4. Mempengaru 10.45 wit 4. Mengkaji


kemampuan hi pilihan kemampuan klien
pasien untuk intervensi melakukan
melakukan aktivitas normal.
aktifitas yang Hasil :
normal. Klien mengatakan
klien bias
melakukan sendiri
bila hanya sekedar
makan.

2. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan 1. Kaji penurunan 1. Agar 24/09/2020 1. Mengkaji 24/09/2020
kurang dari kebutuhan tindakan nafsu makan. dilakukan 10.55 wit penurunan nafsu Pukul 14.39 wit
b/d factor factor nutrisi keperawatan intervensi makan.
yang tidak selama 2x8 pemberian Hasil : S:
adekuatakibat nafsu jamdiharapkan makanan Klien mengatakan Pasien
makan menurun kebutuhan nutrisi pada kliean jika pusing klien mengatakan : mau
ditandai dengan : adekuat dengan juga merasa mual makan tapi sedikit
kriteria hasil : dan muntah saat demi sedikit
DS :  Klien makan.
Pasien mengatakan : mengatakan
 Keadaan umum : nafsu makan
Cm meningka.
 Klien mengatakan  Mampu
kurang nafsu menghabiska O:
makan. n satu porsi 2. Anjurkan 2. Makanan 11.00 wit 2. Menganjurkan Pasien tampak :
 Makan hanya ½ makanan. keluarga untuk dengana keluarga untuk  Masih lemas
dari porsi yang memberiakn porsi kecil memberikan
diberikan. makan sedikit tapi sering mskan sedikit tapi
 Lemas tapi sering. memudahkan sering.
pencernaan Hasil : A: masalah teratasi
Pasien tampak : dalam proses Klien mau makan sebagian
 Lemas metabolism sedikit demi

 pucat dan sedikit. P : Lanjutkan


merangsang intervensi 2 dan 4
BB sebelum sakit: 45
kg nafsu makan.
BB saat ini: 44 kg
TB : 160 cm
IMT : 17,57 (kurus)

3. Berikan 3. Memberikan 11.15 wit 3. Memberikan


penjelasan pada penjelasan penjelasan pada
keluarga dan tentang keluarga dank lien
pasien tentang pemberian tentang
pentingnya pentingnya pentingnya nutrisi
nutrisi. pemebrian Hasil :
nutrisi Pasien dan
mampu keluarga mengerti
mempermud tentang edukasi
ah proses yang diberikan
dalam
pemberian
nutrisi.

4. Kolaborasi 4. Memberikan 11.25 wit 4. Mengkolaborasde


dengan ahli gizi bantuan ngan ahli gizi
untuk dalam untuk pemebrian
memntukan pencernaan amkanan.
jenis makanan diet dengan Hasil :
nutrisi Klien diberiakn
adekuat makan yang
untuk TKTP
kebutuhan
metabolisme
klien.
5. Kaji dan 5. Sebagai titik 11.40 wit 5. Memgkaji
monitor ukuran penurunan berat
penurunan berat dalam badan
badan melakukan Hasil : klien tidak
intervensi mengalami
penurunan bb
saat di RS

3. Resiko jatuh Setelah 1. Identifikasi 1. mengetahui 24/09/202 1. Mengidentifika 24/09/2020


berhubungan dilakukan factor yang tindakan 0 si factor yang 15.20 wit
dengan pusing, tindakan dapat yang dapat 11. 55 wit dapat
sulit melakukan keperawatan menyebabkan dilakukan menyebabkan S:
aktivitas
selama 1x24 resiko jatuh resiko jatuh Klien mengatakan
jam Hasil : pasien masih merasa
DS :
 Pasien diharapkan mengatakan lemas dan pusing
mengatakan klien tidak lemas apabila lemas
lemas mengalami berjalan ke
 Pusing jatuh dengan kamar mandi. O:
 Sulit criteria Klien tampak
beraktivitas hasil : 2. Pertahankan 2. keadaan 12.02 wit 2. Mempertahank masih dibantu
DO :
- pasien keadaan rumah yang an keadaan oleh keurga atau
 Skala jatuh dari tidak lingkungan semula lingkungan perawat jaga
morse (total : 35, merasa rumah klien membantu rumah klien A:
yaitu resiko pusing untuk klien untuk Masalah belum
tinggi) - pasien mencegah terbiasa mencegah teratasi
 TTv : 90/70 mmhg mampu terjadinya dengan terjadinya jatuh
 Aktivitas dibantu melakuk jatuh lingkungan Hasil : keadaan P:
an nya lingkungan Lanjutkan
aktifitas rumah maupun intervensi 1 dan 2
secara rumah sakit yg
mandri mendukung
pasien
dipertahankan.

3. Ajarkan klien 3. dapat 12.12 wit 3. Mengajarkan


tentang memberika klien tentang
pengertian n pengertian
jatuh dan cara pemahaman jatuh dan cara
meminimalisi pada klien meminimalisir
r injury resiko jatuh
Hasil : pasien
mengerti
dengan
penjelasan
perawat.
4. Kolaborasi 4. pemahaman 12.20 wit 4. Menganjurkan
dengan keluarga keluarga untuk
keluarga penting memodifikasi
untuk untuk lingkungan
memodifikasi membantu rumah untuk
lingkungan mengurangi mencegah
rumah untuk resiko jatuh resiko jatuh
mencegah Hasil : keluarga
resiko jatuh menerima
anjuran perawat
dan akan
membantu
kebutuhan
pasien

Anda mungkin juga menyukai