Askep Anemia Lansia Kel 12
Askep Anemia Lansia Kel 12
Askep Anemia Lansia Kel 12
DISUSUN OLEH :
Kelompok 12
1. Nurul izzah hana pertiwi
2. Sitti aisyah
3. Yohanes renyaan
J AYAP U RA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA DI RUANGAN
PENYAKIT DALAM WANITA RSUD JAYAPURA”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah “KEPERAWATAN GERONTIK”
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu,
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca.
Amin.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb)
atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah
merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar
hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria
tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu
dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)
B. ETIOLOGI:
D. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya
eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal
≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
E. PATHWAY
F. KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
Hambatan humoral/seluler
Pansitopenia
↓
Anemia aplastik
b. Gejala-gejala:
gangguan eritropoesis
f. Gejala-gejalanya:
g. Anemia megaloblastik
Penyebab::
Anemia hemolisis
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
Laki-laki 14.0 -
9.5 - 10.9 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) g/dL
10.0 g/dL - nilai
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 normal
g/dL
Derajat 3 (berat) 8.0 - 10.0 g/dL
6.5 - 7.9
Derajat 4 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
(mengancam jiwa)
< 6.5 g/dL < 6.5 g/dL
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal:
a. Pada paisen dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi:
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik:
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
2. Teori “Genetik Clock” Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi
akibat adanya program jam genetik didalam nuclei. Jam ini akan berputar
dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka
akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Radiasi dan zat kimia dapat
memperpendek umur menurut teori ini terjadi mutasi progresif pada DNA sel
somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel
tersebut.
3. Teori error Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh menumpuknya
berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat kesalahan
tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan
kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan. Sejalan dengan perkembangan
umur sel tubuh, maka terjadi beberapa perubahan alami pada sel pada DNA
dan RNA, yang merupakan substansi pembangun atau pembentuk sel baru.
Peningkatan usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel Nukleus
menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi
DNA.
4. Teori Autoimun Pada teori ini penuaan dianggap disebabkan oleh adanya
penurunan fungsi sistem imun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada
Limposit –T, disamping perubahan juga terjadi pada Limposit –B. perubahan
yang terjadi meliputi penurunan sistem immune humoral, yang dapat menjadi
faktor predisposisi pada orang tua untuk : (a) menurunkan resistansi melawan
pertumbuhan tumor dan perkembanga kanker. (b) menurunkan kemampuan
untuk mengadakan inisiasi proses dan secara agresif memobilisasi pertahanan
tubuh terhadap pathogen. (c) meningkatkan produksi autoantingen, yang
berdampak pada semakin meningkatnya risiko terjadinya penyakit yang
berhubungan dengan autoimmun.
5. Teori Free Radical Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua
terjadi akibat kurang efektifnya fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh
adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas merupakan zat
yang terbentuk dalam tubuh manusia sehingga salah satu hasil kerja
metabolisme tubuh. Walaupun secara normal ia terbentuk dari proses
metabolisme tubuh, tetapi ia dapat tebentuk akibat : (1) proses oksigenasi
lingkungan seperti pengaruh polutan, 12 ozon, dan petisida. (2) reaksi akibat
paparan dengan radiasi. (3) sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas
lainnya. Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas
dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), radikal
hidroksil,dan H2O2. Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif,
sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh.
Makin tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas sehingga proses
pengerusakan harus terjadi, kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel
mati.
6. Teori Kolagen Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh rusak.
Teori Psikososial
1. Activity Theory (Teori Aktivitas) Teori ini menyatakan bahwa seseorang
individu harus mampu eksis dan aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai
kesuksesan dalam kehidupan di hari tua. Aktivitas dalam teori ini dipandang
sebagai sesuatu yang vital untuk mempertahankan rasa kepuasan pribadi dan
kosie diri yang positif. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa : (1) aktif lebih
baik daripada pasif. (2) gembira lebih baik daripada tidak gembira. (3) orang
tua merupakan orang yang baik untuk mencapai sukses dan akan memilih
alternatif pilihan aktif dan bergembira. Penuaan mengakibatkan penurunan
jumlah kegiatan secara langsung.
2. Continuitas Theory (Teori Kontinuitas) teori ini memandang bahwa kondisi
tua merupakan kondisi yang selalu terjadi dan secara berkesinambungan yang
harus dihadapi oleh orang lanjut usia. 13 Adanya suatu kepribadian berlanjut
yang menyebabkan adanya suatu pola perilaku yang meningkatkan stress.
3. Disanggement Theory Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti dengan
masyarakat , hubungan dengan individu lain.
4. Teori Stratisfikasi Usia Karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan
mempercepat proses penuaan.
5. Teori Kebutuhan Manusia Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut
penelitian 5% dan tidak semua orang mencapai kebutuhan yang sempurna.
6. Jung Theory Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
7. Course of Human Life Theory Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan
ada tingkat maksimumnya.
8. Development Task Theory Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas
perkembangan sesuai dengan usianya.
Teori Lingkungan
1. Radiation Theory (Teori Radiasi) Setiap hari manusia terpapar dengan adanya
radiasi baik karena sinar ultraviolet maupun dalam bentuk gelombang-
gelombang mikro yang telah menumbuk 14 tubuh tanpa terasa yang dapat
mengakibatkan perubahan susunan DNA dalam sel hidup atau bahkan rusak
dan mati.
2. Stress Theory (Teori Stress) Stress fisik maupun psikologi dapat
mengakibatkan pengeluaran neurotransmitter tertentu yang dapat
mengakibatkan perfusi jaringan menurun sehingga jaringan mengalami
gangguan metabolisme sel sehingga terjadi penurunan jumlah cairan dalam sel
dan penurunan eksisitas membrane sel.
3. Pollution Theory (Teori Polusi) Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan
tubuh mengalami gangguan pada sistem psikoneuroimunologi yang seterusnya
mempercepat terjadinya proses menua dengan perjalanan yang masih rumit
untuk dipelajari.
4. Exposure Theory (Teori Pemaparan) Terpaparnya sinar matahari yang
mempunyai kemampuan mirip dengan sinar ultra yang lain mampu
mempengaruhi susunan DNA sehingga proses penuaan atau kematian sel bisa
terjadi.
Perubahan-perubahan pada lanjut usia Menurut buku ajar asuhan keperawatan gerontik,
aplikasi NANDA, NIC, dan NOC, (Aspiani, 2014), perubahan yang terjadi pada lansia
meliputi :
d. Perubahan Fisik
1) Sistem Endokrin Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh
manusia yang memproduksi hormone. Hormone pertumbuhan berperan sangat
penting dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme
organ tubuh. Yang termasuk hormone kelamin adalah
· Menurunnya sekresi hormone kelamin seperti progesterone, estrogen, dan
testoteron
· Menurunnya produksi aldosterone 15
· Produksi hampir dari semua hormone menurun
· Fungsi parathyroid dan sekresinya tidak berubah
· Pituitary : pertumbuhan hormone ada tetapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH (Adrenocortikotropic
Hormone), TSH (Thyroid Stimulating Hormone), FSH (Folikel Stimulating
Hormone), dan LH (Leutinezing Hormone).
· Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan
menurunnya daya pertukaran zat
2) Perubahan sel
· Lebih sedikit jumlahnya
· Lebih besar ukurannya
· Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler
· Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati
· Jumlah sel otak menurun
· Terganggungnya mekanisme perbaikan sel
· Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20%
4) Sistem Pernafasan Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan antara lain:
· Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
· Menurunnya aktivitas dari silia.
· Paru-paru kehilangan elastisitas : kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas
menurun.
· Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
· 0ksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
· Karbon dioksida pada arteri tidak berganti.
· Kemampuan untuk batuk berkurang.
· Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernafasan akan.
menurun seiring dengan pertambahan usia.
5) Sistem Persyarafan Perubahan yang terjadi pada sistem persyarafan antara lain:
· Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya).
· Cepat menurun hubungan persarafan.
· Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
· Mengecilnya saraf panca indra : berkuranganya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitive
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan tehadap dingin.
· Kurang sensitive terhadap sentuhan.
12) Sistem Muskuloskeletal Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi
sebelum usia 40 tahun :
· Tulang kehilangan denstisy (cairan) dan makin rapuh dan osteoporosis
· Kifosis
· Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
· Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang)
· Persendian membesar dan menjadi kaku
· Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
· Atrofi serabut oto (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut otot mengecil
sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor
· Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh
e. Perubahan Kognitif
Keinginan untuk berumur panjang dan ketika meninggal dapat masuk surga ialah
sikap umum lansia yang perlu dipahami oleh perawat. Perubahan kognitif pada lansia
dapat berubah sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau
tamak bila memiliki sesuatu. Bahkan, lansia cenderung ingin mempertahankan hak
dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa,. Mereka mengharapkan tetap memiliki
peranan dalam keluarga ataupun masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi perubahan kognitif :
1) Perubahan fisik, khususnya organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan Pada lansia, seringkali memori jangka pendek, pikiran,
kemampuan berbicara, dan kemampuan motorik terpengaruh. Lansia akan
kehilangan kemampuan dan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Lansia cenderung mengalami demensia. Demensia biasanya terjadi pada usia
lanjut dan Alzheimer merupakan bentuk demensia yang umum terjadi, yakni
mencapai 50 hingga 60 % dari semua kasus demensia. Sedangkan, bentuk
lainnya misalnya karena faktor pembuluh darah. Demensia terbagi menjadi
dua, yakni demensia yang dapat disembuhkan dan demensia yang sulit
disembuhkan.
f. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial yang dialami lansia erat kaitannya dengan keterbatasan
produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, seorang lansia yang memasuki masamasa pensiun
akan mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut :
1. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
2. Kehilangan status atau jabatan pada posisi tertentu ketika masih bekerja dulu
3. Kehilangan kegiatan/ aktivitas. Kehilangan ini erat kaitannya dengan beberapa hal
sebagai berikut :
a) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup ( memasuki
rumah perawatan, pergerakan lebih sempit)
b) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup meningkat
padahal penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
c) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik
d) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
e) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan kesulitan
f) Gangguan gizi akibat kehilagan jabatan. Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan
hubungan dengan teman dan keluarga
g) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri)
k. Intervensi Keperawatan
Dx1: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Tujuan/Kriteria hasil: Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas(termasuk aktivitas
sehari-hari.
Intervensi:
1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS normal.
2. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
3. Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas.
4. Berikan lingkungan tenang
5. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
6. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi.
Rasional:
Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
Menunjukkan perubahan neurologi karena defesiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.
Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa
jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan regangan jantung dan paru.
Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing,
berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan
kegagalan.
Dx2: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan
stabil dengan nilai laboratorium normal.
Intervensi:
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
2. Observasi dan catat masukan makanan pasien.
3. Timbang berat badan tiap hari.
4. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan.
5. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.
6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan
sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang
diencerkan bila mukosa oral luka.
Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti
sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (Flovite); asam askorbat (vitamin C),
2. Besi dextran (IM/IV.)
Rasional:
1. Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
2. Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3. Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga
mencegah distensi gaster.
5. Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
6. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri,
meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin
diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
Kolaborasi :
1. Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral
yang buruk dan defisiensi yag diidentifikasi.
2. Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat
diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk
penggantian oral menjadi efektif.
Dx3: Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat
(mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi).
Tujuan/Kriteria hasil: Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi.
Intervensi:
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien.
2. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka.
3. Tingkatkan masukan cairan adekuat.
4. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
5. Kolaborasi: berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik.
Rasional:
1. Mencegah kontaminasi silang.
2. Menurunkan resiko infeksi bakteri.
3. Membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran
dan mencegah statis cairan tubuh.
4. Adnya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
5. Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.
Dx4: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan
darah, suplai oksigen berkurang.
Tujuan/Kriteria hasil:
Intervensi:
1. Adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul.
2. Monitor adanya paretase
3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
6. Kolaborasi pemberian analgetik.
Asuhan keperawatan gerontik pada Ny. “A”
dengan masalah keperwatan Anemia di ruang penyakit dalam wanita RSUD
Jayapura.
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Pekerjaan : PNS
Alamat : Entrop
Hubungan dengan Klien : Anak
1. Keluhan Utama
Klien mengatak sering pusing hingga kadang terjatuh.
Disertai : lemas, mual muntah dan tidak nafsu makan.
d.
Keterangan :
= Perempuan
= Laki-Laki
= Pasien
= Meninggal
c. Muka
a). Inspeksi
1. Simertis : tampak simetris
2. Ekspresi : Menahan sakit
b). Palpasi
1. benjolan : Tidak ada
2. Nyeri : Tidak ada
d. Mata
a). Inspeksi
1. simetris : Simetris antara kanan dan kiri
2. sklera : Putih
3. Konjungtiva : Anemis
4. Pupil : Isokor
5. Refleks cahaya : Mengecil saat diberikan cahaya
6. Pakai alat bantu : Tidak da
7.Penglihatan : Sedikit kabur
e. Hidung
a) Inspeksi
1. Bentuk : Simetris antara kanan dan kiri
2. Polip : Tidak ada
3. Sekret : Terdapat sedikit secret
4. Tanda radang : Tidak ada
b) Palpasi
1. Benjolan : Tidak ada
2. Nyeri : Tidak ada
f. Telinga
a). Inspeksi
1. Bentuk :Simetris antara kanan dan kiri
2. Serumen : Terdapat sedikit serumen
3. Cairan,Warna, bau : Tidak ada
4. Alat bantu dengar : Tidak ada
b) Palpasi
1. Bentuk : Tidak ada
2. Nyeri : Tidak ada
3. Tekstur daun telinga : Lembek
g. Mulut
a) Inspeksi
1. jumlah gigi : 22
2. Karang gigi : Terdapat karang gigi
3. Gigi berlobang : Terdapat 3 gigi brlubang
4. warna gusi : Merah muda
5. lidah : Merah
6. Bibir : Kering/pucat
7.palatum : Menonjol
8. Tonsil : Normal
b) Palpasi
1. Nyeri : Tidak ada
2.Benjolan : Tidak ada
h. Leher
a). Inspeksi
1. Pembesaran : Tidak ada
2. Kaku kuduk : Tidak ada
b) Palpasi
1.kelenjar : Tidak ada
b) Palpasi
1. Nyeri : Tidak ada
2. Benjolan/massa : Tidak ada
c). Auskultasi
1. suara nafas : fesikuler
d). Perkusi
1. terdengar suara : Sonor
j. Jantung
a) Inspeksi
1. Iktus cordis :
b) Perkusi
1. pembesaran jantung : Tidak ada
c). Auskultasi
1. bunyi jantung : Redup
k. Abdomen
a) Inspeksi
1. Buncit : Tidak
2. Benjolan : Tidak ada
3. Luka/ jaringan parut : Tidak ada
4. Pembuluh darah vena :
5, Stria :
b)auskultasi
1. Peristaltik usus 15 x/menit
c)Palpasi
1. Nyeri tekan : Tidak ada
d) Perkusi
1. bunyi : Pekak
m. Ekstremitas
1) Atas
1. Kekuatan otot : 5/5
2. Akral teraba : Teraba hangat
3. Koordinasi gerakan : sedikit lemas
4. ROM
5. CRT : < 2 detik
2) Bawah
1. Kekuatan Otot :5/5
2. Akral teraba : Hangat
3. Koordinasi gerak
4. ROM
5. CRT
n. Pengkajian Gerontik
1.Menguji Aspek2 Kognitif dan Fungsi Mental
+ _
1 Tanggal berapa hari ini ? 21 sep
2020
2 Hari apa sekarang ? Senin
3 Apa nama tempat ini ? RS
marthen
indey
4 Berapa nomor telepon anda ? Tidak
Dimana alamat anda ? ada hp
( tanyakan bila tidak memiliki telepon)
5 Berapa umur anda ? 60 thn
6 Kapan anda lahir ? Than
1960
7 Siapa nama presidan sekarang ? Widodo
8 Siapa nama presiden sebelumnya ? Tidak
tau
9 Siapa nama ibu anda ? Siti
10 20 – 3 berapa ? 17
( begitu seterusnya sampai bilangan terkecil)
Ket : 1. Kesalahan 0-2 : Fungsi Utuh
2. Kesalahan 3-4 : Kerusakan Intelektual Ringan
3. Kesalahan 5-7 : Kerusakan Intelektual Sedang
4. Kesalahan 8-10 : Kerusakan Intelektual Berat.
Skore 20 : normal
Skore 15-19 : kerusakan ringan
Skore 10-14 : ,, sedang
Skore 4-9 : ,, berat
4. Pengkajian ADL dgn Indeks Barthel (IB) dan Indeks Katz (IK)
1) Indeks Barthel
Skor Kriteria
e
A Kemandirian dlm hal makan, kontinen(BAB/BAK), berpindah, kekamar kecil
mandi dan berpakaian
B Kemandirian dlm semua hal kecuali 1 dari fungsi tsb
C Kemandirian dlm semua hal kecuali mandi dari 1 fungsi tambahan
D Kemandirian dlm semua hal kecuali mandi dari berpakaian dan 1 fungsi
tambahan
E Kemandirian dlm semua hal kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil dan 1
dari fungsi tambahan
F Kemandirian dlm semua hal kecuali mandi dan berpakaian, kekamar kecil,
berpindah dan 1 fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya 2 fungsi, tetapi tdk dapat diklasifikasikan
lain sebagai C, D, E, F
Jumlah :
Keterangan:
- Resiko Rendah : 0-24
h. Pemeriksaan diagnostik
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
HGB 9 g/dL 11,0-16,5
RBC 3.5 [10^6/uL] 3,8-5,8
HCT 34,9[%] 35,0-50,0
WBC 9,48[10^3/uL] 35,0-10,0
PLT 208[10^3/uL] 150-500
GLUKOSA 200[mg/dL] 0-200
CREA 0,24[mg/dL] 0,9-1,2
i. Radiologi
- Terlampir
Terapi
No Nama obat Metode Dosis Jam pemberian
. pemberian
Infuse nacl IV 20tpm
Omz Iv 2x1 13.01
lanzoprazor Iv 2x1 07.18
j. Analisa data
Data Etiologi Masalah
DS : Ketidakseimbangan antara Intoleransi aktivitas
- Klien mengatakan suplai dan kebutuhan
lemas dan pusing oksigen.
DO :
- Klien tampak dibantu
saat beraktifitas
- Hgb : 9 [ menurun]
DS : Kebutuhan nutrisi kurang Ketidakseimbangan nutrisi
- Keadaan umum : Cm dari kebutuhan tubuh b/d kurang dari kebutuhan tubuh
- Klien mengatakan nutrisi tidak adekuat.
kurang nafsu makan.
- Makan hanya ½ dari
porsi yang diberikan.
- Lemas
DO :
- Klien tampak lemas.
Pasien tampak : secara 2. Ubah posisi 2. Hipotensi 10.15 wit 2. Mengubah Masalah belum
2. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan 1. Kaji penurunan 1. Agar 24/09/2020 1. Mengkaji 24/09/2020
kurang dari kebutuhan tindakan nafsu makan. dilakukan 10.55 wit penurunan nafsu Pukul 14.39 wit
b/d factor factor nutrisi keperawatan intervensi makan.
yang tidak selama 2x8 pemberian Hasil : S:
adekuatakibat nafsu jamdiharapkan makanan Klien mengatakan Pasien
makan menurun kebutuhan nutrisi pada kliean jika pusing klien mengatakan : mau
ditandai dengan : adekuat dengan juga merasa mual makan tapi sedikit
kriteria hasil : dan muntah saat demi sedikit
DS : Klien makan.
Pasien mengatakan : mengatakan
Keadaan umum : nafsu makan
Cm meningka.
Klien mengatakan Mampu
kurang nafsu menghabiska O:
makan. n satu porsi 2. Anjurkan 2. Makanan 11.00 wit 2. Menganjurkan Pasien tampak :
Makan hanya ½ makanan. keluarga untuk dengana keluarga untuk Masih lemas
dari porsi yang memberiakn porsi kecil memberikan
diberikan. makan sedikit tapi sering mskan sedikit tapi
Lemas tapi sering. memudahkan sering.
pencernaan Hasil : A: masalah teratasi
Pasien tampak : dalam proses Klien mau makan sebagian
Lemas metabolism sedikit demi