Dewi Pursita Audriana
Dewi Pursita Audriana
Dewi Pursita Audriana
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 135010107111113
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Identitas Penulis :
b. NIM : 135010107111113
NIP.19801012009122005 NIP.198403132009121001
Mengetahui,
Ketua Bagian Hukum Internasional,
NIP. 197808112002122001
HALAMAN PENGESAHAN
ii
Akibat Hukum Suksesi Negara Terhadap Perjanjian Internasional
Oleh :
DEWI PURSITA AUDRIANA
NIM: 135010107111113
NIP.198501012009122005 NIP.198403132009121001
iii
KATA PENGANTAR
memberikan jalan dan kemudahan bagi penulis untuk melaksanakan salah satu
Skripsi ini diselesaikan oleh penulis dalam kurun waktu 6 bulan sejak 22
Desember 2017. Skripsi ini diselesaikan dalam rangka memenuhi syarat untuk
meraih gelar kesarjanaan dalam ilmu hukum. Namun ternyata pada pengerjaan
skripsi ini, penulis merasa mendapatkan banyak manfaat, tidak hanya semata-
doa dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengungkapkan rasa terima
kasih kepada :
1. Allah SWT atas rahmat yang diberikan, doa yang dikabulkan serta segala
limpahan rezekiNya.
2. Orang tua penulis, Akhdiat Sidik dan Wahju Flamintariati, yang setia
memberikan dukungan moral maupun materil serta doa yang tidak henti
3. Kedua adik penulis, Indy dan Desti atas dukungan dan doanya.
4. Ibu Patricia Audrey Ruslijanto dan Bapak Agis Ardhiansyah selaku dosen
iv
pembimbing telah banyak meluangkan waktu dan tenaganya untuk
penuh kesabaran. Semoga ilmu dari Bapak dan Ibu menjadi berkah bagi
penulis.
angkatan 2013 terutama sahabat penulis sejak maba yakni Euginia, Kiane,
Adinda, Safira, Pungky, Ridha Ayu dan Marsya yang setia memberikan
Program Marketing 1617 yakni, Ralitza, Alvian dan Lidya atas supportnya.
9. Pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan penulis satu persatu. Terimakasih
atas doa dan dukungannya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam setiap hal yang dilakukan penulis tidaklah sempurna, maka apabila
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................ I
Halaman Persetujuan.................................................................................. II
Ringkasan…………………………………………………………………. IX
Summary…………………………………………………………………… X
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian...................................................................... 10
E. Sistematika Penulisan………………………………………….. 10
Internasional ……………………………… 12
vi
1. Pengertian Suksesi Negara Dalam
Internasional …………………..……………. 30
BAB IV PEMBAHASAN
vii
Negara Timor Leste ………………………………….. 37
Internasional ………………………………… 41
BAB V PENUTUP
viii
4.1 Kesimpulan ………………………………………………… 75
RINGKASAN
ix
DEWI PURSITA AUDRIANA, Hukum Internasional, Fakultas Hukum,
Universitas Brawijaya, Maret 2017, AKIBAT HUKUM SUKSESI NEGARA
TERHADAP PERJANJIAN INTERNASIONAL(STUDI KASUS SUKSESI
NEGARA DI TIMOR LESTE), Dr.Patricia Audrey Roeslijanto S.H,MKn, Agis
Ardhiansyah, S.H,LLM
Kata kunci: Perjanjian Internasional, Akibat Hukum, Suksesi Negara Timor
Leste
Suksesi negara merupakan peristiwa peralihan kedaulatan dari suatu negara ke
negara lainnya yang menimbulkan beberapa akibat hukum termasuk terhadap
perjanjian internasional. Indonesia merupakan salah satu negara yang pernah
mengalami peristiwa suksesi negara ketika Timor Leste memutuskan untuk
memisahkan diri pada tahun 2002. Peristiwa ini membawa akibat hukum
termasuk terhadap perjanjian internasional yang pernah terjalin antara Indonesia
dengan negara lain. Hukum internasional memberi petunjuk mengenai akibat
hukum terhadap perjanjian internasional lewat Konvensi Wina 1978. Beberapa
hal yang dimuat dalam konvensi tersebut antara lain mengenai perjanjian mana
yang dapat beralih dan bagaimana peralihannya. Dalam kasus Indonesia-Timor
Leste terdapat dua perjanjian yang beralih ke Timor Leste yakni perjanjian batas
wilayah Timor Gap dan perjanjian hutang Indonesia-Amerika Serikat. Namun
konsekuensi hukum serta implementasi peralihan kedua perjanjian tersebut
berbeda meskipun sama-sama beralih ke Timor Leste. Selain menimbulkan akibat
hukum, suksesi negara juga dikenal menimbulkan dua subjek dalam peristiwanya
yakni predecessor state dan successor state. Namun berdasarkan definisi secara
umum serta beberapa kasus mengenai negara melakukan suksesi negara,
successor state diartikan sebagai negara yang mewarisi hak dan kewajiban dari
predecessor state secara penuh dan hal tersebut tidak terjadi kepada Timor Leste.
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan pendekatan
perundang-undangan dan pendekatan kasus. Tujuan dari penelitian ini adalah
memberi jawaban tentang penggunaan kata successor state bagi Timor Leste
dalam hal terjadinya suksesi negara serta memberikan analisa mengenai
perbedaan konsekuensi hukum antara dua perjanjian internasional Indonesia yang
beralih ke Timor Leste
Berdasarkan hasil penelitian, Timor Leste tidak dapat dikatakan sebagai successor
state dari Indonesia karena Timor Leste tidak mewarisi hak dan kewajiban
Indonesia secara penuh. Timor Leste dapat disebut sebagai negara baru yang
sepenuhnya lepas dari Indonesia. Sedangkan mengenai konsekuensi hukum
terhadap dua perjanjian internasional Indonesia yang beralih, kedua perjanjian
tersebut yakni perjanjian Timor Gap dan perjanjian hutang Indonesia-Amerika
Serikat keduanya sama-sama beralih namun hanya perjanjian Timor Gap yang
mempunyai perjanjian peralihan sedangkan perjanjian hutang tersebut tidak
membuat perjanjian serupa sehingga implementasinya tidak jelas dan tidak
mengikat.
SUMMARY
x
DEWI PURSITA AUDRIANA, International Law, Faculty of Law, Universitas
Brawijaya, June 2017, LEGAL CONSEQUENCES OF STATE SUCCESSION
TOWARD INTERNATIONAL AGREEMENTS (THE CASE STUDY OF
SUCCESSION STATE IN TIMOR LESTE), Dr.Patricia Audrey Roeslijanto
S.H,MKn, Agis Ardhiansyah, S.H,LLM
Keywords: International agreements, legal consequences, succession state in
Timor Leste
State succession is the replacement of one State by another in the responsibility
that causes several legal consequences over the implementation, including
towards international agreeements. Indonesia is one of state that once had
experienced state succession when Timor Leste decided to separate themselves
from Indonesia in 2002. This causes several legal consequences including
towards international agreements that once established between Indonesia and
other states. The international law has given the guidance about the legal
consequences toward international agreement through Vienna Convention 1978.
This convention also contains the guidance about which agreements that can
changed over. In the case of state succession between Indonesia-Timor Leste,
there were two agreements that changed over Timor Leste which is Timor Gap
Treaty and Loan Agreements between Indonesia-USA. But the legal consequences
between those agreements is different although they both changed over Timor
Leste. Beside causing several legal consequences, state succession also causes
two new subjects through the implementation which are predecessor state and
successor state. But based on general definition and based on several cases about
state succession, successor state is defined as state that fully responsible for rights
and obligations from predecessor state and Timor Leste is clearly not defined as
that.
This research is using normative juridical methods with state approach and case
approach. The aim of this research is giving the clear answer about the use of the
word successor state for Timor Leste in terms of their state succession and giving
clear analyst about the difference of legal consequences between two Indonesia
international agreements that changed over Timor Leste.
Based on the result, Timor Leste cant be defined as successor state from
Indonesia because they are not fully responsible for Indonesia’s rights and
obligations. Thus Timor Leste can be defined as new state. About the legal
consequences towards two Indonesia’s international agreement which is Timor
Gap Treaty and Loan Agreement between Indonesia and USA, they both changed
over Timor Leste but only Timor Gap Treaty that has the devolution agreement.
Both Indonesia and Timor Leste didn’t make the same kind of agreement toward
the Loan Agreements so it makes the implementation of the changeover isn’t clear
and binding for both parties.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933
yaitu, aspek ekstern kedaulatan yakni hak untuk membuat hubungan dengan
negara atau subjek hukum internasional lain secara bebas tanpa intervensi dari
negara lain, aspek intern kedaulatan yakni hak atau wewenang ekslusif suatu
tersebut serta hak untuk membentuk dan membuat konstitusi dan peraturan
pada prinsip keutuhan wilayah dan kedaulatan nasional yang diatur di dalam
Piagam PBB.
berganti dengan adanya peristiwa suksesi akibat pemisahan diri suatu negara
dan pembentukan negara baru. Menurut Konvensi Wina 1978, pasal 2 huruf
negara ke negara yang lain dalam hal praktek hubungan internasional dari
negara universal dan suksesi negara parsial. Suksesi negara menimbulkan dua
predecessor state-nya sudah tidak ada karena satu negara tersebut semuanya
telah terpecah masing-masing menjadi negara baru. Jenis suksesi yang kedua
adalah suksesi parsial, biasanya suksesi ini terjadi jika suatu daerah
memisahkan diri dengan negara lain dan membentuk negara baru. Suatu
suksesi terjadi karena adanya pemisahan diri suatu negara untuk tergabung di
negara lain atau membentuk negara baru yang berdaulat. Pemisahan diri
4
Jawahir Thontowi SH.,Ph.D, Pranoto Iskandar, SH. Hukum Internasional Kontemporer. Rafika
Aditama. Yogyakarta: 2006 hlm.212
menentukan nasib sendiri atau self determination. Hukum internasional
yang diterima melalui Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 1514 (XV).5
Pada faktanya, tidak sedikit daerah yang telah memisahkan diri dan
salah satunya lewat referendum. Sebuah referendum (dari bahasa Latin) atau
referendum bisa dianggap mengikat atau tidak mengikat. Jika mengikat, maka
para anggota kaum eksekutif wajib menjalankan hasil jajak pendapat tersebut.
Timor Leste lewat referendum yang membentuk negara sendiri pada tahun
1999. Sebelumnya, Timor Leste telah terlebih dahulu memerdekakan diri dari
kemudian Timor Leste menyatakan diri sebagai bagian dari Indonesia. Namun
5
Sumaryo Suryokosumo, Organisasi Internasional, Universitas Indonesia, Jakarta: 1987,hlm 40
66
Rani Nuraeni dalam “3 Cara Memperoleh Wilayah” https://raninuraeni379.wordpress.com/s-i-
h/hukum-internasional/3-cara-memperoleh-wilayah/ diakses pada 6 Januari 2017
selama dibawah kedaulatan Indonesia, banyak terjadi konflik diantara Timor
pun cukup parah. Setidaknya ada 102.800 konflik yang terjadi dengan ribuan
korban meninggal, belum lagi ribuan korban lainnya yang meninggal karena
penyakit.
Timor Leste (78,5 %) memilih untuk terlepas dari Negara Indonesia. Namun
dengan pihak yang mendukung agar Timor Leste tetap menjadi kedaulatan
merdeka sendiri, banyak konflik yang terjadi di Timor Leste sehingga PBB
Selain itu, hal-hal terkait administrasi juga diambil alih oleh PBB lewat
memerdekakan diri yang secara resmi diakui oleh internasional pada tanggal
20 Mei 2002 dan Xanana Gusmao sebagai Presiden pertama Timor Leste
Leste menjadi anggota dari PBB. Sebelumnya, pada tahun 1998, presiden
Alexander Downer.
Dalam setiap pemisahan diri negara yang terjadi pasti ada akibat
hutang, properti, hutang dari negara lama atau predecessor state ke negara
khusus diatur dalam Konvensi Wina 1978 dan Konvensi Wina 1983. Dalam
penelitian ini, penulis akan lebih spesifik membahas mengenai akibat hukum
dalam hal perjanjian internasional yang secara khusus diatur dalam Konvensi
Wina 1978. Akibat hukum suksesi negara pada hakikatnya memang menjadi
urusan negara lama dengan negara baru saja. Namun, dalam perjanjian
negara lain juga sehingga disini negara yang terikat dengan negara lama
tersebut disebut dengan pihak ketiga. Hal ini menjadi menarik mengingat
peralihan hak dan kewajiban antar negara lama dan negara baru saja tidak
diatur dalam Konvensi Wina 1978, apalagi jika melibatkan pihak ketiga.
Dalam kasus Timor Leste, kasus yang menjadi analisa penulis adalah
Perjanjian Timor Gap yang tidak hanya melibatkan Indonesia dengan Timor
Selain itu, penulis juga tertarik menganalisa definisi successor state itu
diartikan sebagai negara yang memangku hak dan kewajiban negara yang
lama secara penuh. Pengertian ini bisa saja diterapkan jika yang terjadi adalah
suksesi negara universal. Namun dalam kasus suksesi negara parsial dimana
kedaulatan yang beralih hanya terjadi di satu wilayah saja, istilah successor
state yang biasa digunakan, menjadi rancu. Hak dan kewajiban dari negara
sebelumnya tidak secara penuh beralih bahkan sama sekali tidak beralih
kepada negara yang baru melakukan suksesi karena dalam konsep suksesi
negara, negara baru dapat menganut konsep clean state atau memulai
semuanya dari awal. Sama halnya terjadi dalam kasus suksesi negara karena
dikatakan sebagai successor state. Namun, jika ditelaah dari makna suksesi
sendiri, dimana terjadi perpindahan hak dan kewajiban, ternyata tidak semua
negara baru hasil pecahan tersebut dapat dikatakan sebagai successor state.
Contohnya dalam kasus pemecahan negara Uni Soviet, ternyata hak dan
kewajiban sepenuhnya hanya beralih kepada negara Rusia sehingga dalam hal
ini istilah successor state hanya bisa digunakan kepada Rusia saja. Tetapi,
batasan definisi dari successor state itu sendiri serta istilah apa yang dapat
digunakan jika sebutan successor state hanya dapat digunakan dalam kasus
Kasus Suksesi Negara Timor Leste), penulis secara khusus akan membahas
internasional yang pernah dijalin Indonesia dengan negara lain akan mengikat
Timor Leste juga setelah terjadinya suksesi negara berikut pula kaitannya
dengan pihak ketiga seperti kasus perjanjian Timor Gap yang akan dianalisa
B. Rumusan Masalah
suksesi?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
successor state.
kegiatan akademik
E. Sistematika Penulisan
menjadi 5 (lima) bab yang berurutan dan saling berhubungan satu sama lain.
Berikut ini adalah uraian isi dari setiap bab secara garis besar dapat dilihat
sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bagian ini dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
penulis dalam bab ini berasal dari buku-buku teks, jurnal, dan informasi-
kasus.
Bab ini berisi mengenai pembahasan bagaimana akibat hukum suksesi negara
perjanjian internasional secara teori dan praktiknya serta definisi dari suksesi
sendiri sehingga Timor Leste dapat dikatakan sebagai suksesi negara dari
Indonesia.
BAB V. PENUTUP
Sebagai penutup, bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil analisis
TINJAUAN PUSTAKA
Negara adalah subjek hukum internasional yang paling penting, atau disebut juga par
diciptakan oleh kelompok manusia yang disebut bangsa. Tidak jauh berbeda dengan
suatu wilayah tertentu dan terikat dengan ketentuan-ketentuan hukum yang diatur
oleh suatu pemerintah berdaulat yang juga mengawasi masyarakat beserta harta
1
Mochtar Kusumaatmadja. Pengantar Hukum Internasional: Buku-1. Bagian Umum. Bina Cipta.
Jakarta:1982 hlm.89
lainnya. .2 Pasal 1 Konvensi Montevidio 1933 tentang hak dan kewajiban negara
a. Permanent Population
wilayah negara..5
b. Governement
2
Huala Adolf. Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional. Rajawali. Jakarta:1991. Hlm.1
3
Sefriani, SH.MHum: Hukum Internasional: Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada. Yogyakarta:
2009 hal.103
4
Ibid. Hlm.104
5
Ibid.Hlm.106
mampu menjaga stabilitas serta ketertiban di dalam suatu wilaya
negara.6
Kewajiban Negara.7
a) Negara Kesatuan
b) Negara Federasi
6
Ibid.Hlm.106
7
Jawahir Thontowi SH.,Ph.D, Pranoto Iskandar, SH. Op.cit hlm.110
8
Boer Mauna. Op.Cit. Hlm. 26
dua berdarkan kesepakatan antara negara bagian dengan
c) Negara Konfederasi
e) Negara Mikro
9
Sefriani, SH.MHum. Op.Cit. Hlm.108
10
Ibid. Hlm.108
11
Ibid.Hlm.109
Negara mikro adalah suatu negara yang merdeka dan memiliki
f) Negara Netral
kolektif.13
g) Negara Protektorat
12
May Rudy T. Hukum Internasional. Refika Aditama. Bandung:2011 Hlm.26
13
Ibid.Hlm.54
yang berisi kekuasaan dan urusan mana saja yang menjadi
h) Condominium
mengenai hak dan kewajiban negara lewat landasan teori kontrak sosial.Sampai
akhirnya pada tahun 1916, diadakan sebuah seminar oleh American Institute of
International Law atau AIIL yang kemudian menghasilkan Declaration of the Rights
and Duties of Nations dan disusul oleh dikeluarkannya sebuah kajian berjudul
Fundamental Right and Duties of American Republics hingga akhirnya dibuat dalam
konvensi yakni Konvensi Montevidio pada tahun 1933 yang menghasilkan sebuah
mengenai hak dan kewajiban negara yang terkandung dalam deklarasi tersebut
antara lain:
Hak-hak negara:
14
Sefriani SH.MHum. OpCit. Hlm.111
15
Ibid. Hlm.111
a. Hak atas kemerdekaan (pasal 1);
(pasal 12)
Kewajiban-kewajiban negara:
(pasal 6);
7);
8);
negara. Dari konteks ilmu bahasa, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi atas
pemeritahan dalam suatu negara, daerah, dan sebagainya. Sedangkan dari konteks
ilmu tata negara, Parthiana menyatakan bahwa adalah kekuasaan yang tertinggi yang
mutlak, utuh, tidak dapat dibagi-bagi dan tidak dapat ditempatkan di bawah
kekuasaan lain.17. Dalam konteks hukum internasional sendiri, negara yang memiliki
kedaulatan harus tunduk pada hukum internasional, maupun kedaulatan dan integritas
16
Jawahir Thontowi, SH.PhD. Pranoto Iskandar, SH.Opcit. Hlm.113
17
Suryo Sakti Hadiwijoyo, Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional, Graha Ilmu,
Yogyakarta 2011 hal 8
18
Fred Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, Binacipta, Bandung 1996 hal 89
Suatu entitas politik dikatakan sebagai negara tentunya harus memiliki
negara-negara tersebut memiliki: (1) sebuah jurisdiksi atas wilayahnya dan warganya
yang mendiaminya; (2) kewajiban bagi negara-negara lain untuk tidak campur tangan
atas persoalan yang terjadi di wilayah negara lain; (3) kewajiban-kewajiban yang
kehendak dari negara itu sendiri. Mengenai pengertian kedaulatan secara internal bisa
dikatakan sebagai kedaulatan yang ditujukan ke dalam wilayah hukum dari negara
dalam bentuk kewenangan atau kemampuan untuk: (a) membentuk hukum; (b)
jurisdiksinya19.
utama untuk menyatakan entitas sebagai negara, subjek hukum utama hukum
19
Sefriani.SH.M.Hum.Op.cit Hlm.154
20
sanksi dari aturan tersebut. Negara memiliki hak untuk melakukan tindakan atas
orang, benda dan perbuatan hukum lain didalam kedaulatan wilayahnya kecuali jika
tindakan tersebut mengakibatkan kerugian dan mebahayakan negara lain atau bahkan
Wilayah suatu negara terdiri dari wilayah darat dan laut. Wilayah darat
merupakan wilayah yang kering.Suatu daratan di sebuah negara dapat terbentuk dari
awal suatu negara tersebut berdiri maupun tambahan dari wilayah lain. Sedangkan
mengenai luas daratan dapat ditentukan secara tertulis ketika suatu negara
Sedangkan wilayah laut adalah laut beserta tanah yang ada di bawahnya.
Tanah di bawah laut terdiri atas dasar laut dan tanah di bawah dasar laut. Wilayah
laut terbagi atas wilayah yang dikuasai suatu negara dengan laut yang tidak dikuasai
oleh negara. Konvensi PBB tentang Hukum laut 1982 (UNCLOS 1982) melahirkan
delapan zona pengaturan hukum laut yaitu perairan pedalaman, perairan kepulauan,
laut territorial, zona tambahan, zona ekonomi eksklusif, landas kontinen, laut lepas
20
Jawahir Thontowi SH.PhD. Pranoto Iskandar SH. Op.Cit. Hlm.177
21
Sefriani SH.M.Hum. Opcit. Hlm.204
22
Ibid. Hlm.205
23
Ibid. Hlm.212
a. Okupasi
efektif.24
b. Aneksasi
c. Akresi
24
Ibid. Hlm.206
25
Ibid. hlm.208
Akresi adalah perolehan wilayah lewat proses alam atau geografis
endapan-endapan lumpur.26
d. Preskripsi
e. Cessie
peralihan hak dari suatu negara ke negara yang lainnya. Proses ini
kalah perang.
f. Referendum
26
Ibid. hlm.209
27
Ibid hlm.210
28
Ibid. hlm.212
C. Kajian Umum Tentang Suksesi Negara
kepada negara lain dalam kaitannya dengan praktek hubungan internasional dari
atas suatu wilayah’ menunjukan pada luasnya peristiwa yang termasuk kategori
sebuah negara atau hal-hal lain yang mengimplikasi terjadinya kedaulatan juga
Suksesi sendiri dibedakan atas dua yakni suksesi pemerintah dan suksesi
negara. Suksesi pemerintah biasanya mengarah pada masalah dalam negeri suatu
diimplementasi adalah suksesi negara. Kata suksesi negara berasa dari kata state
succession atau succession of state, yang artinya adalah pergantian kedaulatan pada
suatu wilayah. Pergantian kedaulatan yang dimaksud disini adalah pergantian dari
negara lama atau disebut juga predecessor state kepada negara baru atau yang
internasional.30
29
Jawahir Thontowi SH.Ph.D, Pranoto Iskandar SH. Op.Cit. Hlm.213
30
Sefriani SH.MHum. Opcit. Hlm.293
a. Suksesi Universal
b. Suksesi Parsial
Internasional
31
Ibid. hlm.294
32
Ibid. hlm.295
disebutkan dalam pasal 17 dan pasal 24 Konvensi Wina
1978.33
Rights
tersebut. .34
33
Ibid hlm.296
34
Ibid. hlm.304
35
Ibid. Hlm306
Arsip negara predecessor juga beralih secara otomatis pada
state case.36
Kewarganegaraan
36
Ibid. hlm.308
37
Ibid. hlm.310
hal yang berkaitan dengan wewenang setiap individu untuk
Undang no.24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional juga menyebutkan definisi
perjanjian internasional yakni perjanjian di bidang hukum publik yang diatur oleh
a. Treaty
b. Konvensi
c. Protokol
38
May Rudy T. OpCit hl.123
39
Damos Dumoli Agusman S.H,M.A Hukum Perjanjian Internasional (Kajian dan Teori Praktik di
Indonesia). Refika Aditama: Bandung 2010 hal.32
40
Ibid hlm.33
41
May Rudy T.OpCit hlm.124
d. Persetujuan
e. Arrangement
f. Statuta
internasional.44
g. Deklarasi
h. Modus Vivendi
42
Damos Dumoli Agusman S.H.M.A Op.Cit hlm.33
43
Ibid hl.33
44
May Rudy T.OpCit hlm.125
45
Ibid hlm.125
provisional yang dimaksudkan untuk diganti dengan
bersama..47
1) Perundingan
2) Penandatanganan
Setelah berakhirnya perundingan tersebut, maka pada teks treaty yang telah
treaty.
46
Ibid hlm.126
47
Damos Dumali Agusman SH.MA, OpCit hlm33
3) Ratifikasi
1) Penjajagan
2) Perundingan
4) Penerimaan
5) Penandatanganan
1) Penandatanganan;
2) Pengesahan;
48
T.May Rudy OpCit.hlm.128
49
Pasal 6 Undang-Undang no.24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional
50
Pasal 3 Undang-Undang no.24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasioal
3. Hal Berakhirnya Perjanjian Internasional
antara lain:
3) Karena punahnya salah satu pihak peserta perjanjian atau punahnya objek
perjanjian tersebut
ketentuan perjanjian
7) Diakhiri perjanjian secara sepihak oleh salah satu peserta dan diterimanya
51
T.May Rudy OpCit hlm.128
52
Ibid hlm.129
2) Treaty Contracts
diantara pihak yang mengadakan perjanjian. Hal-hal yang diatur dalam treaty
contracts adalah hal-hal yang hanya berlaku pada peserta perjanjian. Pihak
pihak yang belum menjadi peserta tidak boleh menjadi peserta kecuali isi
53
Ibid hlm.129
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
normatif adalah penelitian yang fokus pada kajian penerapan kaidah-kaidah atau
norma-norma dalam hukum positif.1 Penelitian ini menganalisa dan mengkaji apakah
Timor Leste merupakan successor state dari Indonesia dalam hal terjadinya suksesi
Leste atas perjanjian internasional yang pernah terjalin antara Indonesia dengan
B. Pendekatan Penelitian
1
Johny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Bayumedia. Malang;2005. Hlm
295
C. Jenis dan Sumber Bahan Hukum
a. Konvensi Wina 1978 tentang Akibat hukum suksesi negara terhadap perjanjian
internasional
and the Government of the United States of America for Timor Malaria Control
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan atau
bersifat menunjang terhadap bahan hukum primer dan data-data yang diperoleh
literatur-literatur, artikel dan jurnal ilmiah di internet serta skripsi atau penelitian
2
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kncana Prenada MediaGroup, Jakarta, 2009, hlm.141
peraturan perundang-undangan, literature, jurnal, atau artikel, selanjutnya
sebagainya
1. Akibat Hukum
2. Suksesi
3
Soeroso, R., SH., Pengantar Ilmu Hukum. Bumi Aksara. Jakarta: 2011. hlm 295
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia
3. Perjanjian Internasional
hukum tertentu.
BAB IV
PEMBAHASAN
hukum oleh subjek hukum lain. Namun dalam hukum perdata, istilah
1
PENGEMBANGAN MODEL KONSEPTUAL TENTANG KETERKAITANSUKSESI PADA PERUSAHAAN KELUARGA
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=388986&val=8569&title=PENGEMBANGAN%20MODEL%2
0KONSEPTUAL%20TENTANG%20KETERKAITAN%20PARA%20PELAKU%20%20DENGAN%20KELUASAN%20%20PER
ENCANAAN%20SUKSESI%20PADA%20PERUSAHAAN%20KELUARGA tanggal akses 9 April 2017
suksesi lebih merujuk pada waris. Mengingat hal ini, tentu saja
bahasa Inggris, istilah ini diartikan sebagai one who succeeds or follows;
one who takes the place which another has left, and sustains the like part
deceased king atau seseorang yang mengambil alih suatu peran atau
bagian2. Istilah ini banyak digunakan untuk menunjuk obyek dalam suatu
atau jabatan seseorang. Istilah ini juga dapat diartikan sebagai orang atau
badan yang menurut hukum menjadi penerus yang legal dari seseorang
atau badan yang sudah ada sebelumnya, dalam hal orang pribadi misalnya
ahli waris, dan dalam hal badan, misalnya perusahaan yang mengakuisisi
menggunakan kata pengganti atau penerus, maka hak dan kewajiban dari
2
Arti, definisi, pengertian successor, http://www.bahasaindonesia.net/successor, tanggal akses : 09
April, 2017.
3
Successors in title-and assigns,
http://www.proz.com/kudoz/english_to_indonesian/law_contracts/4124198-
successors_in_title_and_assigns.html tanggal akses 09 April 2017
pihak sebelumnya secara penuh berpindah kepada successor. Contohnya
dalam kasus suksesi hukum perdata yakni waris. Ahli waris secara penuh
meninggal. Hal ini berarti, tidak ada hak dan kewajiban yang tersisa bagi
atau disebut predecessor, karena satu jabatan tidak mungkin hak dan
menggantikan suatu hak dan kewajiban yang beralih secara penuh karena
adanya suksesi.
suksesi universal dan suksesi parsial, teori suksesi pertama yang dikenal
pada era hukum Roman adalah suksesi universal saja. Teori suksesi
jadi apapun perubahan yang terjadi dalam suatu pemerintahan tidak akan
mengubah hal apapun dalam negara itu termasuk hak dan kewajiban yang
tidak akan dialihkan kepada successor state atau dianggap hilang. Adanya
teori ini secara tidak langsung bertujuan untuk melindungi hak dan
kewajiban yang ada tanpa memperhatikan status atau identitas dari suatu
negara dalam lingkup hukum internasional yang masih primitif pada saat
itu. Menurut teori ini pula, kedaulatan negara adalah sama dengan
alami, tidak ada yang mengatur sehingga tidak bisa diganggu gugat.
hak dan kewajiban sehingga menurut penulis, meskipun pada teori ini
state sepanjang tidak ada hak dan kewajiban yang beralih bahkan dapat
pemberian Tuhan.
rumit dan teori mengenai suksesi sendiri juga perlu mengalami banyak
Teori bahwa kedaulatan bersifat alami dari Tuhan tidak bisa lagi berlaku
yang muncul namun yang baru hanya pemerintahan internalnya saja tetapi
status dan implikasi hukumnya dalam hukum internasional tidak
kedaulatan saja yang berpindah. Akhirnya muncul teori suksesi yang baru
terjadi suksesi maka successor state mendapatkan hak dan kewajiban dari
predecessor state.
Dari kedua teori awal mengenai suksesi negara yang dijelaskan diatas
diatas, successor state pada masa awal muncul sebagai negara yang hanya
suksesi yang terjadi dan konsep mengenai successor state itu berlaku
perlu harus berupa negara yang benar-benar baru yang terbentuk karena
aneksasi atau penaklukan Negara, atau bagian dari suatu negara bisa
successor state itu sendiri terhadap lahan yang tersisa, artinya kedaulatan
tersebut tidak hanya mengenai daerah saja. Ketiga, suatu negara bukanlah
beberapa deklarasi.4
untuk merujuk pada negara yang melakukan suksesi sebagai pihak yang
suksesi negara yang terjadi, jika dilihat dari definisi successor pada
4
1985, Rights and Obligations of Successor States: AnAlternative Theory,Alfred R. Cowger Jr.
terjadi menghendaki negara baru atau negara pengganti untuk secara
seperti successor pada umumnya karena bentuk dari suksesi negara sendiri
tidak selalu sama dan akibat hukumnya terhadap hak dan kewajiban yang
Menurut J.G Starke, suksesi negara dapat terjadi dalam berbagai bentuk,
misalnya:
6. Selurh wilayah negara A menjadi bagian dari suatu negara baru dan
mutasi tersebut pada umumnya terjadi dalam konteks politik yang sangat
kompleks. Dari segi hukum yang penting untuk diketahui adalah sampai
dimana jahnya negara pengganti mewarisi hak-hak dan kewajiban dari negara
yang diganti. Mengenai masaah ini, jawaban yang ada pada umumnya hanya
bersifat prinsip dan tidak ada praktek yang berlaku secara umumu. Baik
prinsip yang menolak semua ikatan sebelumnya, yang didukung oleh negara-
negara yang baru lahir maupun prinsip kontinuitas absolute yaitu pemindahan
lain yang berkepentingan.5 Artinya peralihan hak dan kewajibannya pun tidak
serta merta sama dan secara penuh beralih seperti suksesi pada umumnya
kecuali jika negara tersebut menganut teori common doctrine dimana ketika
suatu negara hilang, maka hak dan kewajiban negara tersebut otomatis lenyap
dan beralih ke negara yang baru. Selain itu, contoh penggunaan istilah
di kasus suksesi negara universal dimana seluruh bagian dari suatu negara
5
Boer Mauna, Hukum INternasional: Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global,
Alumni: Bandung, September 2000. Hlm.29
Suksesi negara Uni Soviet merupakan kasus perpecahan negara
memang mendominasi dari segala aspek. Secara geografis, wilayah Rusia juga
paling luas saat masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Setelah Uni Soviet
tersebut dibuat atas inisiatif Rusia dengan tujuan untuk mempertahankan dan
Soviet. Selain itu, Rusia juga membentuk sebuah federasi baru yang
Definisi suksesi negara setelah kasus ini dinilai lebih dari pergantian negara
atau pergantian kedaulatan. Dalam kasus perpecahan Uni Soviet ternyata tidak
semua negara diberikan peralihan secara penuh dalam akibat hukum tertentu.
Terkait kekayaan negara, seluruh bekas negara Uni Soviet beralih, utamanya
Rusia. Namun lain halnya terkait dengan keanggotaan dalam PBB, Uni Soviet
Jika merujuk pada definisi successor secara umum, memang hanya Rusia
yang dapat disebut dengan successor state karena peralihan hak dan
kewajiban Uni Soviet diserahkan kepada Rusia bila dilihat dari penerus
terdiri dari enam republik yakni Slovenia, Bosnia, Serbia, Macedonia, Kroasia
baru pada bulan Desember 1990. Tindakan yang sama dilakukan pula oleh
Kroasia pada tahun 1991. Hal inilah yang kemudian memicu perang dan
perpecahan-perpecahan selanjutnya di Yugoslavia. Negara-negara yang masih
menjadi bagian dari Yugoslavia pada saat itu, banyak melakukan invasi
perlawanan yang berujung pada perang yang didominasi oleh konflik etnis
dan agama. Pada tahun yang sama, Macedonia juga menyusul untuk
memisahkan diri dari Yugoslavia dan kemudian Bosnia juga melakukan hal
yang sama pada tahun 1992, pemisahan diri Bosnia ini pula yang memicu
terjadinya konflik yang lebih hebat lagi. Hingga akhirnya, tersisa dua negara
pada tahun 1992. Namun setelah itu, banyak terjadi konflik-konflik dan
yang merdeka pada tahun 2006. Kasus suksesi negara Yugoslavia ini memang
successor state sebagai negara yang mewarisi hak dan kewajiban secara
penuh, tidak ada satupun bekas negara dari Yugoslavia yang masuk dalam
khusus yang berisi ketentuan peralihan hak dan kewajiban termasuk peralihan
bekas Yugoslavia terhadap setiap negara bekas Yugoslavia. Hal ini berarti,
tidak ada satupun negara bekas Yugoslavia yang mewarisi secara penuh,
kepada definisi, successor state, tidak ada negara yang dialihkan secara penuh
Contoh lainnya adalah dari bentuk suksesi parsial, yakni suksesi yang
terjadi di sebagian wilayah suatu negara seperti kasus pemisahan Timor Leste
dari Indonesia. Pada suksesi bentuk ini, definisi successor state akan lebih
memisahkan diri dari Indonesia menjadi negara Timor Leste, tidak ada hak
dan kewajiban Indonesia yang beralih secara penuh kepada Timor Leste.
Implikasi hukum yang terjadi, beberapa hak dan kewajiban yang beralih
Oleh karena itu, predikat successor state jika merujuk pada definisi successor
secara umum, tidak dapat disematkan pada Timor Leste dalam kasus suksesi
Negara
Luasnya makna successor state yang membuat kata tersebut tidak bisa
pengganti atau penerus namun dalam suksesi negara tertentu, tidak semua
hak dan kewajiban beralih bahkan ada yang tidak mendapat peralihan hak
Penggunaan kata negara baru atau negara pengganti dirasa lebih tepat
Dalam kasus suksesi negara universal, kata successor state jika merujuk
tetapi kata negara pengganti akan juga tepat digunakan sebagai alternatif.
Sedangkan dalam kasus suksesi negara parsial, seperti Timor Leste, kata
untuk membentuk negara baru oleh karena itu Timro Leste bukanlah
successor state dari Indonesia melainkan negara baru yang pecah atau
berpisah dari Indonesia. Oleh karena itu penggunaan kata negara baru
dirasa lebih tepat dalam membahas atau mengkaji suksesi negara dalam
kasus demikian.
negara yang terjadi melahirkan dua subjek sekaligus yang selama ini
yang diwariskan hak dan kewajiban secara penuh sedangkan pada kasus-
kasus tertentu seperti Timor Leste, tidak ada peralihan hak dan kewajiban
karena Timor Leste memisahkan diri dari negara yang notabene masih
negara baru selanjutnya, kecuali jika negara baru tersebut menganut teori
clean state dimana hak dan kewajiban dari negara otomatis hilang tanpa
Suksesi.
1. Status Hukum Perjanjian Internasional Setelah Terjadinya
Merdeka
negara baru, ataupun negara baru yang terbentuk karena telah lepas
antara lain:
6
Pasal 16 Konvensi Wina 1978
Ketentuan ini sudah jelas menerangkan bahwa negara baru
teori clean state yakni suatu negara baru merdeka akan dianggap
negara baru lahir dengan lembaran baru sehingga bebas dari segala
multilateral.
Internasional
surat pernyataan.
negara baru merdeka juga memiliki hak untuk terikat pada sebagian isi
ini diatur dalam pasal 21 Konvensi Wina 1978 dengan catatan harus
Parsial
dengan negara lain maupun wilayah suatu negara yang memisahkan diri dan
7
Pasal 15 Konvensi Wina 1978
membentuk negara baru. Status hukumnya diatur dalam pasal 15 (a) dan (b)
yakni:
dibuat oleh predecessor state tidak akan berlaku setelah suksesi negara terjadi.
baru akan tetap berlaku sejak dilakukannya suksesi negara itu sendiri kecuali
bila ditentukan dalam perjanjian lain atau jika ditetapkan bahwa peralihan
perjanjian wilayah tersebut tidak sesuai dengan kondisi dan tujuan awal dari
perjanjian.
Suksesi Negara
8
Pasal 15 (a) dan (b) Konvensi Wina 1978
Teori common doctrine biasanya dapat diterapkan di suksesi negara
predecessor akan lenyap dan sepenuhnya beralih kepada negara baru yang
akan dianggap sebagai negara yang baru lahir dengan hak dan kewajiban
yang baru pula. Artinya, tidak ada hak dan kewajiban yang beralih dari
negara lama ke negara baru karena akan secara otomatis hilang atau tidak
berlaku lagi dengan sendirinya. Teori clean state ini mirip dengan teori
yang dikenal dengan teori suksesi universal dimana hak dan kewajiban
negara lama tidak beralih atau hilang ketika muncul negara baru.10
9
fl.unud.ac.id/block-book/HI/.../SUKSESI%20NEGARA.doc diakses pada tanggal 20 Mei 2017
10
fl.unud.ac.id/block-book/HI/.../SUKSESI%20NEGARA.doc diakses pada tanggal 20 Mei 2017
Ketentuan mengenai perjanjian perbatasan wilayah secara khusus
mengenai batas wilayah suatu negara tentu menjadi hal yang vital dalam
perjanjian perbatasan wilayah. Hal itu secara jelas tertulis dalam pasal 11
tidak dapat mengklaim atau membuat perjanjian tersebut berlaku pula bagi
asasi manusia.
a) Devolution Agreement
terkait dengan perjanjian perbatasan. Hal ini sesuai dengan salah satu
prinsip hukum internasional yakni pacta tertiis nec nocent nec prosunt12
dan ditegaskan pula dalam pasal 34 Konvensi Wina 1969 yang berbunyi a
treaty doesn’t create either obligations or rights for a third state without
its consent. 13
12
Hak dan kewajiban dalam suatu perjanjian tidak mengikat pihak ketiga
13
Pasal 34 Konvensi Wina 1978
successor state have concluded an agreement providing that such
obligations or rights shall devolve upon the successor state.
2. Notwithstanding the conclusion of such an agreement, the effects of
a succession of states on treaties at the date of that succession of
states, were in force in respect of the territory in questions are
governed by the present Convention. 14
yang tidak lain adalah devolution agreement itu sendiri. Atas hal
b) Unilateral Declaration.
sepihak dari negara baru tentang sejauh mana negara baru terikat dalam
predecessor state. Dari segi pihak yang terlibat, unilateral declaration ini
devolution agreement.
1978 yakni:
14
Pasal 8 Konvensi Wina 1978
1. Obligations or rights under treaties in force in respect of a territory
at the date of a succession of states do not becme the obligations or
rights of successor state or of other state parties to those treaties by
reason only the fact that successor state has made an unilateral
declaration providing of the continuance in force of the treaties in
respect of its territory.
2. In such a case, the effects of the succession of states on treaties
which, at the date of that succession of states, were in force in respect
of the territory in question are governed by the present Convention.15
akan menjadi wewenang negara baru atau negara pihak ketiga dari
menyangkut negara baru tersebut masih berlaku atau berlanjut bagi negara
baru.
Negara Lain
15
Pasal 9 Konvensi Wina 1978
beralih kepada negara baru dan perjanjian-perjanjian mana yang tidak beralih
kepada negara baru. Dalam teori yang diungkapkan oleh Wilkinson, terdapat
perbedaan antar perjanjian yang tidak beralih dan perjanjian yang beralih.
yang tidak beralih dalam bagian “treaties which express a particular personal
berlaku suatu prinsip bahwa negara baru atau negara baru memulai hidupnya
dalam rangka suksesi negara, prinsip ini dikenal dengan doktrin clean state.
sebenarnya terdapat kesamaan arti antara doktrin clean state dengan ketentuan
internasional.16
dibagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah personal treaties dan
16
Budi Lazuarusli SH,Syahmin A.K SH Suksesi Negara; Dalam Hubungannya dengan Perjanjian
Internasional. Remadja Karya: Bandung, 1986
perjanjian dispositive. Klasifikasi perjanjian internasional juga dituangkan di
tidak beralih dari predecessor state ke negara baru meskipun teori ini sudah
tidak banyak berlaku karena sudah tidak sesuai dengan kenyataan dan
dibuat oleh Indonesia secara otomatis tidak berlaku lagi terhadap Timor Leste
negara, secara yuridis dengan adanya ketentuan rebus sic stantibus yakni
perbatasan sebagai suatu perjanjian dispositive harus tetap beralih dan diakui
negara seperti perjanjian pangkalan militer, tetap berlaku dan mengikat negara
dengan hal ini, bahwa negara baru yang menentukan sikapnya terhadap
Hal yang serupa terjadi dalam kasus Timor Leste dengan Indonesia.
Perjanjian ini disetujui pada tanggal 11 Desember 1989 dan berisi tentang
Timor Leste dengan Indonesia maka berakhir pula perjanjian Timor Gap bagi
Timor Leste pun berakhir. Pihak dalam perjanjian itu pun berpindah tangan ke
Timor Leste. Hal tersebut dinyatakan secara tertulis oleh Indonesia dan
Juni 2000. Selain karena telah kehilangan kedaulatan dan yurisdiksi atas
Timor Leste, perjanjian Timor Gap juga berakhir secara hukum bagi
Indonesia karena adanya alasan geografis dan geologis. Indonesia bisa saja
geografis wilayah Timor Gap lebih condong sejajar dengan Timor Leste dari
arah Utara ke Selatan, daripada kea rah Timor Barat. Sisanya, dari arah
Selatan ke Utara wilayah Timor Gap sejajar dengan pantai Australia Utara.
Melihat kondisi ini, maka jelas secara geografis wilayah Timor Gap
membuat perjanjian Timor Gap berlaku bagi mereka hanya saja substansi dan
Timor Leste ini merupakan bentuk dari prinsip free choice yang disebutkan
dalam Konvensi Wina 1978 sebagai hak keistimewaan dari negara baru.
Perundingan antara Timor Leste dengan Australia saat itu diwakli oleh
Perjanjian Timor Gap yang disahkan pada tanggal 20 Februari 2000 dan
Perjanjian Laut Timor yang disahkan pada tanggal 20 Mei 2000. Beberapa
antara lain:
Perjanjian Laut Timor antara Australia dengan Timor Leste, 20 Mei 2002
dirubah namanya menjadi “Daerah Pengeksplorasian Minyak Bersama
2) Perluasan wilayah zona A Celah Timor. Zona A Celah Timor atau Daerah
Celah Timor dan 20% dari ladang minyak Greater Sunrise sebagai satu
kesatuan.
3) Pembagian wilayah zona kerja sama dan hasil produksi di Celah Timor.
Perubahan pembagian wilayah zona kerja sama dan hasil produksi minyak
yang disepakati oleh Australia dan Timor Leste, yaitu zona A yang dalam
dengan pembagian hasil produksi 90% untuk Timor Leste dan 10% untuk
dengan pembagian hasil 90% untuk Australia dan 10% untuk Indonesia,
Project 1980
dahulu mengenai teori tentang perjanjian hutang ketika terjadi suksesi negara.
Analisa bagi perjanjian hutang ini juga mengakibatkan implikasi hukum bagi
pihak ketiga sebagai kreditor dan termasuk sebagai perjanjian yang menurut
penulis dapat beralih ke negara baru ketika terjadi suksesi negara.. Konvensi
Wina 1978 sendiri tidak mengatur mengenai perjanjian hutang namun hal ini
diatur di Konvensi Wina 1983. Pengertian dari hutang negara dalam lingkup
17
Pemisahan Timor Timur dan Akibatnya Terhadap Timor Gap Treaty oleh Yanto M.P Ekon.
S.H.M.Hum http://ekonyanto.blogspot.co.id/2013/11/pemisahan-timor-timur-dari-indonesia.html
diakses 4 April 2017
State debt means any financial obligation of a predecessor state
arising in comformity with international law towards another state, an
international organizationor any other subject in international law18
Artinya, hutang negara adalah kewajiban keuangan dari negara lama
hukum pula antara negara lama dengan negara baru dan tidak ada pengauhnya
terhadap negara kreditur yang merupakan pihak ketiga jika tanpa persetujuan.
kepada negara baru jika hal tersebut merupakan kehendak dari pihak-pihak
tersebut.19
terhadap hutang negara sesuai dengan jenis suksesi negara yang berbeda-beda.
Dalam kasus Timor Leste yang merupakan pemisahan wilayah sebagian bagi
Indonesia, hal ini berlaku baginya pasal 40 Konvensi Wina 1983 yakni
When part or parts of the territory of a State separate from that State
and form a State, unless the predecessor State and the successor State
otherwise agree, the State debt of the predecessor State shall pass to
the successor State in an equitable proportion, taking into account, in
particular, the property, rights and interests which pass to the
successor State in relation to the State debt. 20
18
Pasal 33 Konvensi Wina 1983
19
P. K. Menon,The Succession of States and the Problem of State Debts, 6 B.C. Third World L.J. 111
(1986), http://lawdigitalcommons.bc.edu/twlj/vol6/iss2/2 hal.121
20
Pasal 40 Konvensi Wina 1983
Artinya ketika terjadi pemisahan wilayah suatu negara lalu
membentuk negara baru, hutang dari negara lama beralih ke negara baru
1983 memang tidak mengatur tentang bagaimana bentuk dari ketentuan atau
hasil dari perundingan tersebut. Namun menurut penulis, sama halnya seperti
yang diatur dalam pasal 8 dan pasal 9 Konvensi Wina 1978 karena pengadaan
Dalam urusan perjanjian hutang juga terdapat negara pihak ketiga sebagai
kreditor. Namun dalam hal perjanjian khusus mengenai peralihan hutang ini,
negara pihak ketiga sebagai kreditor tidak mempunyai wewenang pun jika
hasilnya nanti hutang tersebut harus dibayar secara dibagi, maka negara pihak
Timor Leste atas perjanjian hutang antara Indonesia dengan Amerika Serikat
yang dibuat untuk kepentingan wilayah Timor Leste, yang masih menjadi
wilayah Indonesia pada saat itu yakni untuk program Timor Malaria Project.
Indonesia and the Government of the United States of America for Timor
yang disahkan pada tanggal 29 September 1980 di Jakarta dan disahkan tanpa
tersebut dan harus dilunasi dalam jangka waktu 40 tahun. Setelah terjadinya
suksesi, Timor Timur berubah menjadi Timor Leste dan berdiri sendiri
sebagai negara baru dan saat Timor Leste memutuskan untuk memisahkan
diri, perjanjian hutang tersebut belum lunas sehingga belum berakhir baik
oleh Indonesia dengan Timor Leste dengan sistem bagi dua. Hal ini
dikarenakan pinjaman tersebut digunakan untuk dua wilayah yakni NTT dan
Leste.
kepastian hukum yang lebih mengikat daripada perjanjian lisan sehingga akan
lebih aman bagi para pihak yang terlibat. Terlebih lagi dalam perjanjian
keuangan negara, hal tersebut juga secara tidak langsung berpengaruh pada
bertanggung jawab atas NTT dan Timor Leste bertanggung jawab atas
daerahnya sendiri, timbul pertanyaan apakah Timor Leste sebagai pihak yang
Serikat. Pada teorinya, pihak ketiga sebagai debitur yakni Amerika Serikat
kewajiban untuk ketiga negara yang terlibat yakni Indonesia, Amerika Serikat
dan Timor Leste untuk menentukan teknis pembayaran hutang yang tersisa
dalam bentuk perjanjian. Setelah terjadinya suksesi ini pun secara otomatis
sebelum Timor Leste memisahkan diri yakni Loan Agreement between the
Republic of Indonesia and The United States for Ameirca for Timor Malaria
Project, secara otomatis tidak berlaku lagi secara hukum bagi Indonesia,
Timor Leste dan Amerika Serikat. Sehingga dalam hal menentukan langkah
antara Timor Leste dengan Indonesia yang menyatakan bahwa telah terjadi
Gap, secara faktual dan geografis telah menjadi kedaulatan Timor Leste
sehingga tidak perlu perjanjian tertulis lagi untuk menyatakan hal tersebut.
Ketiga, perjanjian antara Timor Leste dengan Amerika Serikat yang dibuat
dalam pelunasan hutang. Hutang ini sendiri harus dilunasi dalam waktu 40
tahun terhitung sejak dibuatnya perjanjian tersebut yakni pada tahun 1980.
Timor Leste yang terhitung sebagai negara baru dan masih berkembang, tentu
perjanjian antara Timor Leste dengan Amerika Serikat tersebut dapat menjadi
dapat menjadi kewajiban negara baru bahkan terbagi dua jika perjanjian
internasional karena setiap hutang yang dilakukan oleh sebuah negara, bahkan
setiap hal yang berkaitan dengan peralihan suatu hak atau kewajiban, perlu
seperti teori akibat hukum suksesi negara terhadap hutang piutang pada
atau teori saja tidak cukup karena perjanjian tulis sendiri masih memiliki
memiliki kepastian hukum, namun dalam perjanjian tersebut pasti telah diatur
Selain itu, perjanjian yang berisi teknis pembayaran secara jelas juga dapat
ataupun perjanjian hutang piutang. Dalam menjawab hal ini, perlu dibahas
yakni predecessor state dengan negara baru ataupun negara baru dengan
negara lain yang menjadi pihak ketiga seperti Australia dan Amerika Serikat
dalam hal perjanjian yang beralih kepada Timor Leste atas pemisahan diri dari
perjanjian tersebut.
sunt servanda, yakni mengikat bagi para pihaknya. Oleh karena itu, selain
compliance clause adalah pasal yang menyebutkan dan mengatur secara jelas
mengenai konsekuensi hukum apa yang mengikat para pihak jika terjadi
bagi negara-negara yang terkait jika perjanjian tidak terlaksana akan menjadi
lebih jelas dan bisa terlaksana dengan baik dan mengakibatkan negara-negara
Australia dan Timor Leste untuk penyelesaian secara hukum. Sedangkan bagi
sehingga sulit unuk menentukan pihak mana saja yang mengemban kewajiban
Gap yang sudah jelas pihak-pihak mana saja yang terlibat serta ketentuan-
berakhir. Indonesia akan tetap menjadi pihak yang berhutang pada Amerika
Serikat dan harus dilunasi kepada Amerika Serikat dalam jangka waktu yang
dengan Amerika Serikat sehingga dalam hal ini Amerika Serikat menjadi
PENUTUP
A. KESIMPULAN
yakni predecessor state dan successor state. Definisi successor state sendiri
dalam hukum internasional diartikan sebagai negara yang mewarisi hak dan
pada praktiknya, jika merujuk pada definisi tersebut, tidak semua negara yang
negara yang dilakukan Timor Leste dan Indonesia. Timor Leste bukan
merupakan successor state dari Indonesia karena tidak ada peralihan hak dan
kewajiban secara penuh dari Indonesia kepada Timor Leste. Oleh karena itu,
Timor Leste cukup disebut sebagai negara baru yang memisahkan diri dari
Indonesia.
negara tidak diatur secara mengikat oleh hukum internasional. Konvensi Wina
terlibat dalam suksesi negara. Dalam kasus suksesi negara Timor Leste,
perjanjian yang beralih kepada Timor Leste dari Indonesia adalah perjanjian
dan berpindah kepada Timor Leste. Hal tersebut diungkapkan secara jelas
menjadi dua. Namun, tidak ada kesepakatan maupun ketentuan yang jelas
baik antara Indonesia dengan Timor Leste maupun dengan pihak ketiga yakni
perjanjian khusus mengenai peralihan hutang tersebut. Dalam hal ini, penulis
B. SARAN
suksesi karena sebuah successor state adalah negara yang tidak hanya
melakukan suksesi negara tetapi juga negara yang diwarisi hak dan
kewajiban secara penuh dari negara sebelumnya dan hal tersebut tidak
hutang bersifat riskan, peralihan hak dan kewajiban dalam suksesi negara
BUKU
Aurelu Cristeseu. The Right to Self Determination. New York : United Nations
1981
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era
Budi Lazuarusli S.H, Syahmin A.K S.H Suksesi Negara dalam Hubungannya
1991
Group , 2009
1987
JURNAL
Theory. 1985
P.K Menon. The Succession of States and the Problem of State Debts. 6.B.C Third
PERATURAN PERUNDANG-UNDANG
and Debts (Konvensi Wina 1983 tentang Suksesi Negara Terhadap Hutang,
Project Loan Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and
the Government of the United States of America for Timor Malaria Project
INTERNET
Perusahaan Keluarga.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=388986&val=8569&title=PENGEMBANGAN
%20MODEL%20KONSEPTUAL%20TENTANG%20KETERKAITAN%20PARA%20PELAKU%20%2
0DENGAN%20KELUASAN%20%20PERENCANAAN%20SUKSESI%20PADA%20PERUSAHAAN%
http://www.proz.com/kudoz/english_to_indonesian/law_contracts/4124198-
pukul 23.00
https://raninuraeni379.wordpress.com/s-i-h/hukum-internasional/3-cara-
Yanto M.P Ekon S.HM.Hum Pemisahan Timor Timur dan Akibatnya Terhadap