Farmasi 2A - Kelompok 1 Kloter 2 - Elka Febri Nur Hidayat - P27241020091

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

Oleh :
Nama : Elka Febri Nur Hidayat
NIM : P27241020091

Kamis, 25 Maret 2021

PROGRAM STUDI D III FARMASI JURUSAN JAMU


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
KEMENTRIAN KESEHATAN

2021
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
“PENENTUAN BOBOT JENIS”

Oleh :
Nama : Elka Febri Nur Hidayat
NIM : P27241020091

Kamis, 25 Maret 2021

PROGRAM STUDI D III FARMASI JURUSAN JAMU


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
KEMENTRIAN KESEHATAN

2021
PERCOBAAN 1
PENENTUAN BOBOT JENIS

I. TUJUAN
Menetukan bobot jenis suatu zat cair dengan piknometer rapatan diperoleh dengan
membagi massa suatu zat obyek.
II. DASAR TEORI
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zat
pada suhu tetentu (Biasanya 25oC). Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan antara bobot
jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25o/25o,
25o/4o, 4o/4o). Untuk bidang farmasi, biasanya 25o/25o (Anonim,2006).
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat terhadap air dengan volume yang sama
ditimbang di udara pada suhu yang sama (Anonim,1979).
Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari
berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai
temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar
untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot
jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk
digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Ansel H.C, 1989).
Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat jenis, yaitu menggunakan
piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca Reimann, neraca Mohr Westphal
(Sutoyo,1993).

Metode Piknometer . Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan dengan menimbang
air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang
dalam ml dan suhu tetentu (20oC). Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu
optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi
ruang 30 ml. Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Roth, Herman J,
1994).

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat :
1. Piknometer 10 ml, 25 ml
2. Gelas arloji
3. Gelas beaker
4. Neraca analitik
B. Bahan:
Zat cair yang akan ditentukan sekitar 25 ml
1. Air
2. Etil asetat
3. Es
4. Aseton
IV. CARA KERJA
1. Ambil piknometer 10 ml (yang telah dibersihkan dengan aseton dan dikeringkan) dan
timbanglah dalam keadaan kosong bersama tutup pada neraca anlitik (a gram)
2. Ambil piknometer tersebut dan letakan diatas gelas arloji. Buka dulu tutup thermometer dan
dan tudungnya yang berlubang (tutup pipa kapiler) kemudian tuangkan zat cair yang akan
diteliti di beker gelas kecil 20 ml ke dalam piknometer melalui lubang yang lebar ( tempat
thermometer)
3. Masukan piknometer yang telah diisi tadi kedalam beker gelas yang agak besar (200ml)
yang berisi es dan gumplan es.
4. Karena pendinginan, volume zat cair akan berkurang, sehingga terjadi ruang kosong pada
kedua ujungnya, tambahkan lagi zat cairnya. Ujung yang sempit (kapiler) yang mungkin
masih kosong dapat dipenuhi dengan cara menempelkan kertas saring yang telah dipilin ke
dalam kapiler kemudian menariknya agar ruangan menhjadi kosong tersebut dapat penuh.
5. Bila akan mengukur pada suhu 20 0C, dinginkan sampai 15 0 C, bacalah sekali lagi sampai
thermometer menunjukan angka 150C dimana ujung kapiler masih terbuka.
6. Angkat piknometer dari pendingin air es nya, taruh di atas gelas arloji lagi. Suhu akan naik
perlahan, dengan naiknya suhu maka volume cairan akan mengembang dan akan
menggenang (mengalir) keluar melalui ujung kapiler. Biarkan ini apaibila suhu telah
mencapai 20 0C, segera ambil tetesan cairang yang berada di luar ujung kapiler dengan
kertas saring menyedot sisi ujung kapiler kemudian tutup ujung kapilernya dengan tudung
cepat-cepat.
7. Biarkan suhu mencapai suhu kamar terlebih dahulu, baru bagian di luar piknometer dilap
sampai kering
8. Timbang pioknometer dengan isinya di atas neraca analitik (b gram)
9. Piknometer dikosongkan, cuci dengan aquadest, kemudian bilas dengan aseton dan
keringkan
10. Gunakan piknometer untuk menimbang air suling dan ulangi pekerjaan seperti tersebut di
atas (c gram)

(b−a)
bobot jenis=
(c−a)
V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
 Piknometer kosong = 13,38 gram (a)
 Piknometer + aseton = 19,75 gram (b)
Piknometer + aseton – piknometer kosong
= 19,75 gram – 13,38 gram
= 6,37 gram
 Piknometer + aquadest = 20,7 gram (c)
Piknometer + aquadest – piknometer kosong
= 20,7 gram – 13,38 gram
= 7,32 gram
(b−a) ( 19,75−13,38 )
bobot jenis= =
(c−a) (20,7−13,38 )
( 6,37 )
=
( 7,32 )
= 0,87 gram
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan yaitu penentuan bobot jenis. Pada percobaan
penentuan bobot jenis ini digunakan beberapa sampel uji di uji dengan cara memasukkan ke
dalam piknometer yaitu aseton dan aquadest. Penimbangan pertama piknometer kosong
ditimbang dihasilkan 13,38 gram bisa disebut a. kedua timbang piknometer yang didalamnya
ada aseton dan dihasilkan 19,75 gram bisa disebut b. ketiga timbang piknimeter yang
didalamnya terdapat aquadest dan dihasilkan 20,7 gram bisa disebut c. kemudian bobot jenis
ditentukan menggunakan rumus ( b – a) dibagi ( c - a) dihasilkan (19,75-13,38) dibagi (20,7 –
13,38) dihasilkan 6,37 dibagi 7,32 dihasilkan bobot jenis 0,87 gram. Berat aseton lebih rendah
daripada berat aquadest . lalu didapati pada perhitungan diatas bahwa bobot jenis aseton 6,37
gram dan bobot jenis aquadest 7,32 gram
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :
1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat
menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya pada suhu
yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung
bobot jenisnya.
2. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot  jenisnya juga
menjadi lebih besar.
3. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung pula
dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta
kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
4. Kekentalan/viskositas sutau zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya.

VII. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa bobot jenis aseton lebih rendah daripada
bobot jenis aquadest . lalu didapati pada perhitungan diatas bahwa bobot jenis aseton 6,37 gram
dan bobot jenis aquadest 7,32 gram

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Alex P.I.P. 2013. Penentuan bobot jenis. https://alexschemistry.blogspot.com/2013/09/laporan-
penentuan-bobot-jenis.html#:~:text=Landasan%20Teori,4o%2F4o). (diakses tanggal 8 april
2021)
Ida, Nur, 2014.”Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”.Universitas Islam
Makassar.Makassar
Astriyanita,gusti. Farmasi fisika bobot jenis.
https://www.academia.edu/29695598/Laporan_Praktikum_Farmasi_Fisika_Bobot_Jenis_docx.
( diakses tanggal 8)

IX. LAMPIRAN
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
“PENGUKURAN UKURAN PARTIKEL”
Oleh :
Nama : Elka Febri Nur Hidayat
NIM : P27241020091

Kamis, 25 Maret 2021

PROGRAM STUDI D III FARMASI JURUSAN JAMU


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
KEMENTRIAN KESEHATAN

2021
PERCOBAAN 2

PENGUKURAN UKURAN PARTIKEL

I. TUJUAN
Mengukur partikel-partikel zat dengan metode pengayakan.

II. DASAR TEORI

 Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang kecil.
Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas
permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah
ukuran diameter rata-rata.
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya jumlah bahan
besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang representatif. Karenanya suatu
pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari suatu pemisahan, contoh yang diambil berupa
bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-1000 g
digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring berputar. Pada jumlah dasar yang amat
besar harus ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh sebaiknya dipilih
menurut program acak (Voigh, 1994).
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla Valle. Dispersi
koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa, sedang
partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop
optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular
berada dalam kisaran ayakan.
Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu untuk
mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa banyak partikel-
partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel. Jadi kita perlu sutau perkiraan kisaran
ukuran tertentu yang ada dan banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari sini
kita bisa menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut (Martin, 1990).
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi, sebab
ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap
efek fisiologisnya (Moehtar, 1990).

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Ayakan
2. Neraca
3. Batang pengaduk
4. Wadah penampung hasil ayakan
5. Kertas perkamen (20x30cm)
6. Kuas
B. Bahan
1. Amilum manihot
2. Granul berbagai ukuran
IV. CARA KERJA
1. Susun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan dari atas ke bawah
2. Masukan serbuk atau granul kedalam ayakan paling atas pada bobot tertentu yang ditimbang
seksama.
3. Serbuk diayak selama 10 menit pada getaran tertentu.
4. Ditimbang serbuk yang terdapat pada masing-masing ayakan.
5. Buat kurva distribusi persen bobot di atas atau bawah ayakan.
6. Bahan yang dipakai: amylum manihot

V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Ayakan Mula – mula Akhir
20 1,02 gr 1,02 gr
60 1,02 gr 1 gr
200 1,02 gr 0,79 gr

VI. PEMBAHASAN
   Pada percobaan penentuan ukuran partikel ini bertujuan untuk mengukur partikel zat
dengan metode mikroskopi dan pengayakan (shieving). Bahan yang digunakan untuk metode
pengayakan adalah granul, sedangkan bahan yang digunakan untuk metode mikroskopi optik
adalah amylum. Digunakan amylum karena ukuran partikel amylum lebih kecil dari pada
granul.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan yaitu pengukuran ukuran partikel. Pada
percobaan pengukuran ukuran partikel digunakan beberapa ukuran ayakan yaitu ayakan 20,
ayakan 60 dan ayakan 200. Dari ayakan yang berbeda beda itu juga dihasilkan akhir yang
berbeda beda pula. Pertama Pada ayakan 20 mula-mula 1,02 gram pada akhir dihasilkan sama
yaitu 1,02 gram. Kedua pada ayakan 60 mula-mula 1,02 gram dan pada akhir dihasilkan 1
gram. Ketiga pada ayakan 200 mula- mula 1,02 gram dan pada akhir dihasilkan 0,79 gram.
Pada data diatas ayakan yang berbeda dihasilka akhir yang berbeda pula dan semakin besar
nomor ayakan akan dihasilkan akhir yang lebih rendah jadi bisa dibilang besaran nomor ayakan
berbanding terbalik dengan akhir. Semakin besar nomer ayakan semakin halus yang didapat,
karena lubangnya lebih kecil.

VII. KESIMPULAN
1. Semakin besar nomer ayakan semakin halus yang didapat, karena lubangnya lebih kecil.
2. Pengayakan digunakan untuk mengayak partikel yang lebih besar atau kasar
3. Pertama Pada ayakan 20 mula-mula 1,02 gram pada akhir dihasilkan sama yaitu 1,02 gram.
Kedua pada ayakan 60 mula-mula 1,02 gram dan pada akhir dihasilkan 1 gram. Ketiga
pada ayakan 200 mula- mula 1,02 gram dan pada akhir dihasilkan 0,79 gram

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Nuriyah, Binti. 2013. Praktikum farmasi fisika.
http://bintinuriyah.blogspot.com/2013/10/laporan-praktikum-farmasi-fisika.html
Moechtar. 1990.  Farmasi Fisika.  Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press
IX. LAMPIRAN
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
“LARUTAN DAPAR”
Oleh :
Nama : Elka Febri Nur Hidayat
NIM : P27241020091

Kamis, 25 Maret 2021

PROGRAM STUDI D III FARMASI JURUSAN JAMU


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
KEMENTRIAN KESEHATAN
2021

PERCOBAAN 3
LARUTAN DAPAR
I. TUJUAN
1. Mempelajari penentuan pH larutan dapar yang berasal asam poliprotik
2. Mempelajari pengaruh kapasitas dapar terhadap kemampuan dapar dalam menahan
perubahan pH.
II. DASAR TEORI
Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu
larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion-ion hidrogen
atau hidrosika ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan. Secara umum,
larutan buffer mengandung pasangan asam-basa konjugat atau terdiri dari
campuran asam lemah dengan garam yang mengandung kation yang sama dengan
basa lemahnya. Oleh karena mengandung komponen asam dan basa tersebut,
larutan buffer dapat bereaksi dengan asam (ion H+) maupun dengan basa (ion
OH-) apa saja yang memasuki larutan. Oleh karena itu, penambahan sedikit asam
ataupun sedikit basa kedalam larutan buffer tidak mengubah pH-nya. Larutan
penyangga dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan penyangga
basa. Apabila asam lemah dicampur dengan basa konjugasinya maka akan
terbentuk larutan buffer asam, dimana larutannya mempertahankan pH pada
daerah asam (pH 7). Buffer dapat dibagi menjadi 3 jenis sesuai kapasitasnya, yaitu
buffer yang kapasitasnya 0, buffer yang kapasitasnya tak hingga, serta buffer yang
kapasitasnya dibatasi sebanyak n. Buffer dengan kapasitas terbatas inilah yang
disebut sebagai bounded-buffer (Underwood, 2000).
Larutan dapar sering digunakan dalam bidang kimia analisis seperti pada
pembuatan fase gerak pada KCKT dan ekstraksi obat dari larutan berair. Jenis
buffer yang paling sederhana tersusun atas asam/basa lemah yang di
kombinasikan dengan asam/basa kuat. Sistem buffer yang umum adalah sistem
natrium asetat atau asam asetat. Cara langsung yang digunakan untuk membuat
buffer adalah dengan menambahkan natrium hidroksida pada asam asetat sampai
pH yang dikehendaki tercapai. Kisaran pH disekitar nilai pKa asam atau basa
lemah yang digunakan untuk membuat buffer. Sebagai contoh, nilai pKa asam
asetat adalah 4,76 karenanya kisaran pH buffer yang paling efektif adalah 3,76
hingga 5,76 (Rohman, 2007)

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Gelas kimia 100ml
2. Gelas kimia 250ml
3. Gelas ukur 25ml
4. Indikator universal
5. Pipet
6. Batang pengaduk
7. Pipet ukur 1ml
8. Pro pipet
9. Ph meter
10. Butet 25ml atau 50ml
B. Bahan
1. NaPHO₄ 0,2 M
2. Na₂HPO₄ 0,15 M
3. Asam asetat
4. Na asetat
5. NaOH 0,01 M
6. Larutan dapar
IV. CARA KERJA
A. Penentuan harga pH dapar yang berasal dari asam Poliprotik
1. Campurkan 50 ml NaHPO4 0,2 M dengan 100 ml Na2HPO4 0,15 M.
2. Aduk sampai homogen, selanjutnya di cek pH nya dengan pH meter.
B. Pengaruh kapasitas dapar terhadap aktifitas pendaparan.
1. Buat tiga larutan dapar pH 4,76 dengan kapasitas dapar masing-masing: 0,01; 0,1;
0,2 dari campuran 10 ml, larutan asam asetat dan 10 ml larutan Na asetat (hitung
terlebih dahulu konsentrasi asam dan basa konjugat, bila dianggap perbandingannya
1: 1).
2. Larutan dapar dengan kapasitas dapar 0,01 selanjutnya dititrasi dengan larutan
NaOH 0,01 M berturut-turut 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 ml, dimana sebelum
penambahan berikutnya dicek pHnya dengan pH meter.
3. Hal yang sama dilakukan pada larutan dapar dapar kapasitas 0,1 dan 0,2.

V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Data analisis
Ph 0,01 0,1 0,2
0,2 4,939 4,354 5,242
0,4 4,958 4,372 4,675
0,6 5,096 4,384 5,255
0,8 4,511 5,05 5,394
1,0 4,441 5,141 5,61

VI. PEMBAHASAN
Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu
larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion-ion hidrogen
atau hidrosika ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan. Secara umum,
larutan buffer mengandung pasangan asam-basa konjugat atau terdiri dari
campuran asam lemah dengan garam yang mengandung kation yang sama dengan
basa lemahnya.
 pH atau potesial hydrogen adalah ukuran keasaman atau kebasaan dari larutan air, dimana air
memiliki pH netral, yaitu  mendekati 7 pada suhu 25OC. Sedangkan dapar adalah larutan yang
dapat mempertahankan harga pH tertentu terhadap usaha pengubahan asam, basa atau
pengenceran. Metode yang digunakan dalam penentuan pH adalah metode kolorimetri dan
metode potensiometri (Anonim, 2014).
                 Komposisi larutan dapar tersebut terdiri dari dua tipe, yaitu  (Achmad, 1996) :
a. asam lemah dengan basa konjugasinya (garamnya)
b. basa lemah dengan asam konjugasinya (garamnya)
                 Kapasitas dapar yang disebut indeks buffer atau intensitas buffer yaitu suatu ukuran
kemampuan buffer untuk memprtahankan pHnya yang konstan jika ditambahkan asam kuat
dan basa kuat  (Achmad, 1996).
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan larutan dapar. Pada percobaan larutan
dapar terdapat data analisis yang berbeda beda, pada 0,01 dihasilkan 4,939 , 4,958 , 5, 096 ,
4,511 , 4,441. Pada 0,1 dihasilkan 4,354 , 4,372 , 4,384, 5,05 , 5,141. Pada 0,2 dihasilkam
5,242 , 4,675 , 5,255 , 5,394 , 5,61.
VII. PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan asam poliprotik?berikan 3 contoh
Asam poliprotik adalah senyawa asam yang mampu menyumbangkan lebih dari satu
proton dari setiap molekul asam. Contoh nya H2CO3, H2SO4, H3PO4
2. Bagaimana penentuan pH dapar yang berasal dari asam poliprotik?
 Perhitungan pH yang melibatkan asam poliprotik memerlukan perhitungan spesiasi. Dalam
kasus asam sitrat, memerlukan pemecahan dua persamaan kesetimbangan massa
VIII. KESIMPULAN
1. Pada percobaan larutan dapar terdapat data analisis yang berbeda beda, pada 0,01 dihasilkan
4,939 , 4,958 , 5, 096 , 4,511 , 4,441. Pada 0,1 dihasilkan 4,354 , 4,372 , 4,384, 5,05 , 5,141.
Pada 0,2 dihasilkam 5,242 , 4,675 , 5,255 , 5,394 , 5,61.
2. Komposisi larutan dapar tersebut terdiri dari dua tipe, yaitu  (Achmad, 1996) :
a. asam lemah dengan basa konjugasinya (garamnya)
b. basa lemah dengan asam konjugasinya (garamnya)

IX. DAFTAR PUSTAKA


https://www.slideshare.net/rrclarap/buffer-26881253
http://mydinarharis.blogspot.com/2014/05/laporan-ph-dapar.html
X. LAMPIRAN
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
“SUHU KELARUTAN KRITIK FENOL AIR”

Oleh :
Nama : Elka Febri Nur Hidayat
NIM : P27241020091

Kamis,25 Maret 2021

PROGRAM STUDI D III FARMASI JURUSAN JAMU


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
KEMENTRIAN KESEHATAN

2021
PERCOBAAN 4
SUHU KELARUTAN KRITIK FENOL AIR
I. TUJUAN
mencari suhu kelarutan kritik fenol-air.
II. DASAR TEORI
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut
dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang
larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat
tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah
etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut
umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran (Darmaji,
2005).
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila
temperaturnya di bawah temperatur kritis. Sedangkan Sistem biner fenol - air merupakan
sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu
dan tekanan tetap. Disebut sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat
yaitu fenol dan air. Fenol dan air kelarutannya akan berubah apabila dalam campuran itu
ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol atau air.
Campuran terdiri dari beberapa jenis. Di lihat dari fasenya,  pada sistem biner fenol –air,
terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupah pada kondisi tertentu. Suatu fase didefenisikan
sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya,
tetapi benar – benar terpisah dari bagian system yang lain oleh batasan yang jelas dan
baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk  fase
terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen.
Simbol umum untuk jumlah fase adalah P, (Dogra SK & Dogra S, 2008 ).
Sistem biner fenol - air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal
balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Disebut sistem biner karena
jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan air kelarutannya
akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu
fenol atau air. 

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat:
- Batang pengaduk gelas
- Tabung reaksi gelas (diameter 15-20mm)
- Botol timbang
- Waterbath
- Pemanas air listrik
- Gelas bekker 1000ml
- Magnetik stirer
- Buret 25 ml.

b. Bahan:
- Fenol
- Aquades

IV. CARA KERJA


1. Timbang 10,0 g fenol.
2. Masukan fenol dalam tabung reaksi, tambahkan 4,0 ml air.
3. Panaskan tabung di waterbath sambil diaduk rata amati sistem campuran fenol- air tersebut,
temperature dimana campuran menjadi jernih dicatat, setelah itu tabung dikeluarkan dari
waterbath.
4. Biarkan pada suhu kamar, sambil diaduk-aduk dan amati perubahan sistem campuaran
tersebut mulai keruh (timbul batas antara fenol dan air) dicatat. Kerjakan no 3 dan no 4
sebanyak 3 kali.
5. Kemudian tabung ditambah lagi 4,0 ml air dan perlakukan seperti di atas
6. Setelah itu tabung ditambah lagi 4,0 ml air dan perlakukan seperti di atas.
7. Timbang 4,0 g fenol, masukan dalam tabung yang baru, tambahkan 8,0 ml air dan
perlakukan seperti di atas.
8. Tambahkan 2,0 ml air, kemudian tabung di perlakukan sama seperti di atas.
9. Tabung ditambah lagi 4,0 ml air dan perlakukan sama seperti di atas.

V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Analisis data
0,01 gr fenol & 0,04 ml air Suhu awal  jernih Keruh
waterbath
0,01 gr fenol & 0,04 ml air 1) 86°C  75°C 1) Pada suhu 25°C
32°C termo Suhu ruangan 25°C
2) 88°C  89°C 2) Pada suhu 28°C
35°C termo Suhu ruangan 25°C
3) 89°C  90°C 3) Pada suhu 31°C
38°Ctermo Suhu ruangan 25°C

0,01 gr fenol & 0,04 ml air + 1) 90°C  90°C 1) Pada suhu 28°C
0,04 ml air+0,04 ml air 28°C termo Suhu ruangan 25°C
2) 91°C  91°C 2) Pada suhu 34°C
31°C termo Suhu ruangan 25°C
3) 92°C  92°C 3) Pada suhu 93°C
36°Ctermo Suhu ruangan 25°C

0,01 gr fenol & 0,04 ml air 1) 91°C  92°C 1. Pada suhu 36°C
+0,04 ml air 31°C termo Suhu ruangan 25°C
2) 93°C  93°C 2. Pada suhu 39°C
33°C termo Suhu ruangan 25°C
3) 93°C  93°C 3. Pada suhu 41°C
39°Ctermo Suhu ruangan 25°C

VI. PEMBAHASAN
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut
dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang
larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat
tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah
etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut
umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran (Darmaji,
2005).
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila
temperaturnya di bawah temperatur kritis. Sedangkan Sistem biner fenol - air merupakan sistem
yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan
tekanan tetap. Disebut sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu
fenol dan air. Fenol dan air kelarutannya akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan
salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol atau air.
Dari analisis data pada percobaan suhu kelarutan kritik fenol air pada 0,01 gr fenol & 0,04
ml air pada keadaan jernih dihasilkan 86°C  75°C 32°C termo, 88°C  89°C 35°C
termo,89°C  90°C 38°C termo dan disaat keruh dihasilkan Pada suhu 25°CSuhu ruangan
25°C,Pada suhu 28°C Suhu ruangan 25°C, Pada suhu 31°C Suhu ruangan 25°C. Pada 0,01 gr
fenol & 0,04 ml air + 0,04 ml air+0,04 ml air pada keadaan jernih dihasilkan 90°C  90°C
28°C termo, 91°C  91°C 31°C termo, 92°C  92°C 36°Ctermo sedangkan pada keadaan
keruh Pada suhu 28°C Suhu ruangan 25°C, suhu 34°C Suhu ruangan 25°C, suhu 93°C Suhu
ruangan 25°C. Pada 0,01 gr fenol & 0,04 ml air +0,04 ml air pada keadaan jernih dihasilkan
91°C  92°C 31°C termo, 93°C  93°C 33°C termo, 93°C  93°C 39°Ctermo sedangkan
pada keadaan keruh dihasilkan Pada suhu 36°C Suhu ruangan 25°C, Pada suhu 39°C Suhu
ruangan 25°C, suhu 41°C Suhu ruangan 25°C.
VII. PERTANYAAN
1. Buat kurva temperatur (saat jernih dan keruh) vs berat fenol
2. Temperatur disini = temperatur saat jernih+temperatur saat keruh
2
3. Tentukan suhu kelarutan kritik fenol
VIII. KESIMPULAN
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut
dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang
larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat
tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah
etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut
umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran (Darmaji,
2005).
Pada percobaan kali suhu kelarutan kritik fenol air dapat disimpulkan bahwa setiap
perlakuan akan dihasilkan hasil yang berbeda pula seperti halnya perlakuan 0,01 gr fenol &
0,04 ml air, 0,01 gr fenol & 0,04 ml air ditambah 0,04 ml air ditambah 0,04 ml air dan 0,01 gr
fenol & 0,04 ml air ditambah 0,04 ml air

IX. DAFTAR PUSTAKA


Jannatu Nai’mah, Nur. 2014. Kimia fisika kelarutan timbal balik sistem biner fenol- air.
http://immafazailma.blogspot.com/2014/01/laporan-praktikum-kimia-fisika.html(diakses
tanggal 8 april 2021)
Tim Dosen Kimia Fisik. 2013. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang : Jurusan
Kimia FMIPA UNNES
X. LAMPIRAN
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
“PENENTUAN TITIK DIDIH”

Oleh :
Nama : Elka Febri Nur Hidayat
NIM : P27241020091

Kamis,25 Maret 2021

PROGRAM STUDI D III FARMASI JURUSAN JAMU


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
KEMENTRIAN KESEHATAN

2021
PERCOBAAN 5
PENENTUAN TITIK DIDIH

I. TUJUAN
menetukan titik didih suatu zat cair dengan menentuakan pembuatannya dalam tabung terbuka.

II. DASAR TEORI


Titik didih suatu cairan ialah temperature pada mana tekanan uap yang
meninggalkan cairan sama dengan tekanan luar. Adanya ikatan hidrogen
antarmolekul menyebabkan titik senyawa relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
senyawa lain yang memilki berat molekul sebanding. Titik didih senyawa golongna
alkohol lebih tinggi daripada senyawa golongan alkana, demikian juga titik didih
air lebih tinggi daripada aseton. Pengaruh ikatan hidrogen terhadap titik leleh
tidak begitu besar karena pada wujud padat jarak antarmolekul cukup
berdekatan dan yang paling berperan terhadap titik leleh adalah berat molekul
zat dan bentuk simetris molekul. Senyawa yang mampu membentuk ikatan
hidrogen dalam air akan mudah larut dalam air. Panjang atau pendeknya rantai
karbon (gugus alkil-R) memiliki pengaruh terhadap kealrutan senyawa dalam air.
Titik didih dapat digunakan untuk memperkirakan secara tak langsung
berapa kuatnya daya tarik antar molekul cairan. Cairan yang memiliki gaya tarik
antar molekul kuat, akan memiliki titik didih yang tingi, begitu juga sebaliknya.
Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat, titik didihnya tinggi dan sebaliknya
bila gaya tariknya lemah maka titik didihnya rendah. Ketergantungan titik didih
pada gaya tarik antar molekul terlihat dimana titik didih beberapa senyawa
halogen dari unsur – unsur golongan IVA, VA , VIA , dan VII A, dibandingkan.
Kita lihat senyawa pada golongan IV A terlebih dahulu karena bentuknya yang
ideal , yaitu ukuran atom yang naik dari atas ke bawah.
Sifat periodik unsur titik didih dan kelogaman :
 Satu periode : Dari kiri ke kanan makin bertambah puncaknya pada golongan IV
A kemudian menurun drastis sampai golongan VIII A
 Satu golongan : Golongan I A sampai IV A dari atas ke bawah makin rendah
titik didih dan tititk lelehnya Golongan V A sampai VIII A dari atas ke bawah
titik didih dan titik leleh makin tinggi.
Dalam menentukan titik didih suatu zat, adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi cepat atau lambatnya zat tersebut mendidih adalah:
1. Pemanasan
Pemanasan harus dilakukan secara bertahap agar diperoleh interval yang tidak
terlalu panjang.
2. Tekanan Udara
Tekanan udara mempengaruhi titik didih suatu zat.
3. Banyaknya zat yang digunakan.
Zat yang digunakan juga mempengaruhi titik didih suatu zat, dimana semakin
banyak zat yang digunakan semakin lambat proses pendidihan sehingga titik
didihnya meningkat.

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat:
- Tabung penentu titik didih
- Lampu spiritus
- Gabus
- Thermometer
- Loop
- Statif
- Pipet volume
- Pro pipet
b. Bahan:
- Cairan sebanyak 5 ml. (gliserin)

IV. CARA KERJA


1. Masukan cairan yang akan ditetapkan titik didihnya sebanyak 2-5ml.
2. Tutuplah tabung tersebut dengan gabus yang berlubang dua, dimana salah satu lubangnya
untuk thermometer, sedangkan lubang yang lainnya dibiarkan terbuka. Buatlah agar
pencadang raksanya berada di tengah tabung.
3. Panasi perlahan-lahan dengan api yang kecil.
4. Usahakan agar cincin uap mengembun berada beberapa sentimeter di atas pencadang raksa.
5. Pasanglah thermometer pertolongan ditengah-tengah antara cincin uap yang mengembun
dengan temperatur titik didihnya pada thermometer baku
6. Setelah terjadi tetesan pada pencadang raksa, tunggu sampai temperatur konstan dan titik
didihnya pada thermometer

V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Etanol 96% Titik didih
Ketentuan 78,39°C
Hasil praktikum 67°C

VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan penentuan titik didih dapat dibahas bahwa Titik didih suatu cairan ialah
temperature pada mana tekanan uap yang meninggalkan cairan sama dengan tekanan luar.
Adanya ikatan hidrogen antarmolekul menyebabkan titik senyawa relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan senyawa lain yang memilki berat molekul sebanding. Titik didih senyawa
golongna alkohol lebih tinggi daripada senyawa golongan alkana, demikian juga titik didih air
lebih tinggi daripada aseton. Pengaruh ikatan hidrogen terhadap titik leleh tidak begitu besar
karena pada wujud padat jarak antarmolekul cukup berdekatan dan yang paling berperan
terhadap titik leleh adalah berat molekul zat dan bentuk simetris molekul. Senyawa yang
mampu membentuk ikatan hidrogen dalam air akan mudah larut dalam air. Panjang atau
pendeknya rantai karbon (gugus alkil-R) memiliki pengaruh terhadap kealrutan senyawa dalam
air.
Percobaan dilakukan dengan cara Masukan cairan yang akan ditetapkan titik didihnya
sebanyak 2-5ml. Tutuplah tabung tersebut dengan gabus yang berlubang dua, dimana salah satu
lubangnya untuk thermometer, sedangkan lubang yang lainnya dibiarkan terbuka. Buatlah agar
pencadang raksanya berada di tengah tabung.Panasi perlahan-lahan dengan api yang
kecil.Usahakan agar cincin uap mengembun berada beberapa sentimeter di atas pencadang
raksa. Pasanglah thermometer pertolongan ditengah-tengah antara cincin uap yang mengembun
dengan temperatur titik didihnya pada thermometer baku ,Setelah terjadi tetesan pada
pencadang raksa, tunggu sampai temperatur konstan dan titik didihnya pada thermometer dan
dihasilkan pada ketentuan awal harus 78,39°C dan dihasilkan pada akhir praktikum adalah
67°C.

VII. KESIMPULAN
Pada percobaan penentuan titik didih ini dapat disimpulkan bahwa pada ketentuan awal
harus 78,39°C dan dihasilkan pada akhir praktikum adalah 67°C. Titik didih suatu cairan ialah
temperature pada mana tekanan uap yang meninggalkan cairan sama dengan tekanan luar.
Adanya ikatan hidrogen antarmolekul menyebabkan titik senyawa relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan senyawa lain yang memilki berat molekul sebanding

VIII. DAFTAR PUSTAKA


https://123dok.com/document/qoko1xjy-laporan-praktikum-penentuan-titik-didih.html
( diakses tanggal 8 april 2021)
IX. LAMPIRAN

PRAKTIKUM FISIKA FARMASI


“SIFAT ALIR CAIRAN DENGAN VISKOSIMETER OSTWALD”

Oleh :
Nama : Elka Febri Nur Hidayat
NIM : P27241020091

Kamis,25 Maret 2021

PROGRAM STUDI D III FARMASI JURUSAN JAMU


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
KEMENTRIAN KESEHATAN

2021

PERCOBAAN 6
SIFAT ALIR CAIRAN DENGAN VISKOMETER OSTWALD
I. TUJUAN
Untuk mempelajari sifat alir beberapa cairan dengan mengguanakan viskosimeter Ostwald.

II. DASAR TEORI


Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan Viscous. Suatu bahan apabila dipanaskan
sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi viscous yaitu menjadi lunak dan dapat mengalir
pelan-pelan.Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu fluida.
Satuan viskositas fluida dalam sistem cgs adalah dyne det cm-2, yang biasa disebut dengan
istilah poisedi mana 1 poise sama dengan 1 dyne det cm-2. Viskositas dipengaruhi oleh
perubahan suhu.Apabila suhu naik maka viskositas menjadi turun atau sebaliknya (Budianto,
2008).
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari aliran yang diberikan
oleh suatu cairan. Kebanyakan viscometer mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir
melalui pipa gelas (gelas kapiler), bila cairan itu mengalir cepat maka berarti viskositas dari
cairan itu rendah (misalnya air). Dan bila cairan itu mengalir lambat, maka dikatakan cairan itu
viskositas tinggi. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui
tabung silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik
untuk cairan maupun gas. Menurut poiseulle, jumlah volume cairan yang mengalir melalui pipa
per satuan  waktu.
Macam-  macam viskositas menurut Lewis (1987):

1. Viskositas dinamik, yaitu rasio antara shear, stress, dan shear rate. Viskositas dinamik
disebut juga koefisien viskositas.
2. Viskositas kinematik, yaitu viskositas dinamik dibagi dengan densitasnya.Viskositas ini
dinyatakan dalam satuan stoke (St) pada cgs dan m²/s pada SI.
3. Viskositas relatif dan spesifik, pada pengukuran viskositas suatu emulsi atau suspensi
biasanya dilakukan dengan membandingkannya dengan larutan murni.
Untuk mengukur besarnya viskositas menggunakan alat viskometer. Berbagai tipe
viskometer dikelompokkan menurut prinsip kerjanya (Bourne,1982).

Viskometer Brookfield

Pada viscometer ini nilai viskositas didapatkan dengan mengukur gaya puntir sebuah
rotor silinder (spindle) yang dicelupkan ke dalam sample. Viskometer Brookfield
memungkinkan untuk mengukur viskositas dengan menggunakan teknik dalam viscometry.
Alat ukur kekentalan (yang juga dapat disebut viscosimeters) dapatmengukur viskositas
melalui kondisi aliran berbagai bahan sampel yang diuji. Untuk dapat mengukur viskositas
sampel dalam viskometer Brookfield, bahan harus diam didalam wadah sementara poros
bergerak sambil direndam dalam cairan.
Pada metode ini sebuah spindle dicelupkan ke dalam cairan yang akan diukur
viskositasnya. Gaya gesek antara permukaan spindle dengan cairan akan menentukan tingkat
viskositas cairan.
Viskometer Brookfield merupakan salah satu viscometer yang menggunakan gasing
atau kumparan yang dicelupkan kedalam zat uji dan mengukur tahanan gerak dari bagian
yang berputar. Tersedia kumparan yang berbeda untuk rentang kekentalan tertentu, dan
umumnya dilengkapi dengan kecepatan rotasi. (FI IV,1038). Prinsip kerja dari viscometer
Brookfield ini adalah semakin kuat putaran semakin tinggi viskositasnya sehingga
hambatannya semakin besar. Adapun beberapa viscometer yang sering digunakan untuk
mengatur viskositas suatu larutan, yaitu:

1. Viskometer Oswald : Pada viscometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan
oleh sejumlah cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Didalam percobaan diukur waktu aliran untuk
volume V (antara tanda a dan b) melalui pipa kapiler yang vertical. Jumlah tekanan (P)
dalam hokum Poiseuille adalah perbedaan tekanan antara permukaan cairan, dan
berbanding lurus dengan r.
2. Viskometer Hoppler : Yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh sebuah bola
untuk melewati cairan pada jarak atau tinggi tertentu. Karena adanya gravitasi benda
yang jatuh melalui medium yang berviskositas dengan kecepatan yang semakin besar
sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan dicapai jika gaya
gravitasi (g) sama dengan gaya tahan medium (f) besarnya gaya tahan (frictional
resistance) untuk benda yang berbentuk bola stokes.
3. Viskometer Cup dan Bob : Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan
antaradinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis
ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang
disebabkan geseran yang tinggi di sepanjangkeliling bagian tube sehingga menyebabkan
penurunan konsentrasi. Penurunan konsentras ini menyebabkab bagian tengah zat yang
ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Moechtar,1990).
4. Viskometer Cone dan Plate : Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-
tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan
oleh motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser di dalam ruang
semitransparan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar (Moechtar,1990).

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat:
- Viskosimeter Ostwald
- Stopwatch
b. Bahan:
- Air

IV. CARA KERJA


Pengukuran viskositas dengan viskosimeter Ostwald
1. Disiapkan viskosimeter Ostwald yang sudah dibersihkan
2. Dipipet kurang lebih 10 ml air, dimasukan dalam lubang a
3. Cairan dinaikan, sampai di atas garis c menggunakan pompa yang di pasang pada
lubang a. ketika cairan telah berada digaris Cmaka lubang b di tutupdengan jari
tangan
4. Lubang b dibuka dan dilakukan pencatatan waktu dengan stopwatch
5. Lakukan replikasi

V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Sampel Waktu viskositas
Aquadest 1. 00,00,32
2. 00,00,36
3. 00,00,23
Alkohol 1. 00,00,20
2. 00,00,30
3. 00,00,27

VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan Sifat alir Cairan dengan Viskometer Ostwald ini digunakan 2 sampel yaitu
aquadest dan alkohol .Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan Viscous. Suatu bahan
apabila dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi viscous yaitu menjadi lunak dan
dapat mengalir pelan-pelan.Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di bagian dalam
(internal) suatu fluida. Satuan viskositas fluida dalam sistem cgs adalah dyne det cm-2, yang
biasa disebut dengan istilah poisedi mana 1 poise sama dengan 1 dyne det cm-2. Viskositas
dipengaruhi oleh perubahan suhu.Apabila suhu naik maka viskositas menjadi turun atau
sebaliknya (Budianto, 2008).
Pada percobaan ini dapat dilakukan dengan cara Disiapkan viskosimeter Ostwald yang
sudah dibersihkan. Dipipet kurang lebih 10 ml air, dimasukan dalam lubang a. Cairan dinaikan,
sampai di atas garis c menggunakan pompa yang di pasang pada lubang a. ketika cairan telah
berada digaris Cmaka lubang b di tutupdengan jari tangan, Lubang b dibuka dan dilakukan
pencatatan waktu dengan stopwatch, lalu Lakukan replikasi dan dihasilkan pada sampel
aquadest dan dilakukan replikasi terdapat ada 3 hasil, pertama 00,00,32, kedua 00,00,36 dan
ketiga 00,00,23, sedangkan pada sampel alkohol dilakukan replikasi dan dihasilkan 3 hasil
yaitu pertama 00,00,20, kedua 00,00,30 dan 00,00,27.
VII. KESIMPULAN
Pada percobaan Sifat alir Cairan dengan Viskometer Ostwald ini dapat disimpulkan
bahwa percobaan ini menggunakan dua samper yaitu sampel aquadest dan sampel alkohol.
Sampel aquadest dan sampel alkohol ternyata sampel aquadest memiliki kekentalan sedikit
lebih kental daripada sampel alkohol

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Rilo Pambudi, Imas. 2012. Penentuan larutan newton dengan viskometer ostwald
.https://id.scribd.com/doc/201143792/Laporan-Praktikum-Viskositas-Edit

IX. LAMPIRAN
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
“TEGANGAN PERMUKAAN”

Oleh :
Nama : Elka Febri Nur Hidayat
NIM : P27241020091

Kamis,25 Maret 2021

PROGRAM STUDI D III FARMASI JURUSAN JAMU


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
KEMENTRIAN KESEHATAN

2021
PERCOBAAN 7
TEGANGAN PERMUKAAN
I. TUJUAN
Menentukan tegangan permukaan dengan metode kenaikan kapiler.
II. DASAR TEORI
Tegangan permukaan adalah gaya yang diakibatkan oleh suatu benda yang
bekerja pada permukaan zat cair sepanjang permukaan yang menyentuh benda itu.
Apabila F = gaya (newton) dan L = panjang (m), maka tegangan-permukaan, S dapat
ditulis sebagai S = F/L. Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan
permukaan zat cair untuk menegang,sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh
suatu lapisan elastis. Penyebab terjadinya tegangan permukaan, partikel A dalam zat
cair ditarik oleh gaya sama besar ke segala arah oleh partikel-partikel di
dekatnya.Partikel B di permukaan zat cair hanya ditarik oleh partikel-partikel
disamping dan dibawahnya,hingga pada permukaan zat cair terjadi tarikan ke bawah.
Penerapan tegangan permukaan dalam kehidupan sehari – hari : mencuci
dengan air panas jauh lebih bersih dibandingkan dengan air yang bersuhu normal,
antiseptik yang dipakai untuk mengobati luka,selain dapat mengobati luka juga dapat
membasahi seluruh luka (Maniac,2013).
Tegangan permukaan berhubungan dengan peristiwa yang disebut kohesi
(gaya tarik menarik antara molekul sejenis) dan adhesi (gaya tarik menarik antara
molekul tidak sejenis). Tegangan permukaanpun bertanggung jawab atas bentuk
tetesan cairan. Meskipun mudah cacat, tetesan air cenderung ditarik ke dalam bentuk
bola dengan kekuatan kohesif dari lapisan permukaan (Saputra,2013).
Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang harus diberikan
sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Gaya ini tegangan permukaan
mempunyai satuan dyne/cm dalam satuan cgs. Hal ini analog dengan keadaan yang terjadi
bila suatu objek yang menggantung dipinggir jurang pada seutas tali ditarik ke atas oleh
seseorang memegang tali tersebut dan berjalan menjauhi seutas tali. Tegangan permukaan
zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang, sehingga
permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastic. Selain itu, tegangan permukaan
juga diartikan sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair untuk selalu menuju
ke keadaan yang luas permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar atau bulat seperti
bola atau ringkasnya didefinisikan sebagai usaha yang membentuk luas permukaan baru.
Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda kecil di permukaannya.
Seperti silet, berat silet menyebabkan permukaan zat cair sedikit melengkung ke bawah
tampak silet itu berada. Lengkungan itu memperluas permukaan zat cair namun zat cair
dengan tegangan permukaannya berusaha mempertahankan luas permukaan-nya sekecil
mungkin. Beberapa gejala tegangan permukaan yang sering kita jumpai adalah pada sebuah
pipet (penetes obat cair) akan mengeluarkan fluida setetes demi setetes dan tidak mengalir,
sebatang jarum yang diletakkan dipermukaan air tidak akan tenggelam dan lalat yang
hinggap pada permukaan airpun tidak tenggelam. Tegangan permukaan zat cair pada pipa
kapiler dipengaruhi oleh adhesi dan kohesi.

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Beaker glass 50ml
2. Pipa kapiler
3. Pipet tetes
4. Gelas ukur
B. Bahan
1. Air
2. Natrium lauril sulfat 0,01%
3. Natrium lauril sulfat 0,1%

IV. CARA KERJA


1. Dalam tabung dimasukan air sebagai zat cair pembanding, (31= 71,8 dyne/ cm pada 25OC)
2. kemudian kedalamnya dicelupkan pipa kapiler. Ukuran tinggi zat cair dalam kapiler.
3. Pengukuran dilakukan tiga kali.
4. Ulangi prosedur tersebut dengan larutan Natrium Lauril Sulfat 0,01% dan 0,1%.

V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Analisis data
Sampel Tinggi awal Percobaan Percobaan Percobaan Rata-rata
1 2 3
Air 4 cm 4,8 cm 4,9 cm 4,5 cm 4,75 cm
(aquadest)
SLS 0,1% 1,5 cm 2,6 cm 2,3 cm 2,5 cm 2,46 cm
SLS 0,01% 1,5 cm 2,8 cm 2,5 cm 2,7 cm 2,66 cm

VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan tegangan permukaan ini dilakukan menggunakan 3 sampel yaitu
aquadest, larutan Natrium Lauril Sulfat 0,01% dan larutan Natrium Lauril Sulfat 0,1%.
Tegangan permukaan adalah gaya yang diakibatkan oleh suatu benda yang
bekerja pada permukaan zat cair sepanjang permukaan yang menyentuh benda itu.
Apabila F = gaya (newton) dan L = panjang (m), maka tegangan-permukaan, S dapat
ditulis sebagai S = F/L. Tegangan [permukaan zat cair adalah kecenderungan
permukaan zat cair untuk menegang,sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh
suatu lapisan elastis. Penyebab terjadinya tegangan permukaan, partikel A dalam zat
cair ditarik oleh gaya sama besar ke segala arah oleh partikel-partikel di
dekatnya.Partikel B di permukaan zat cair hanya ditarik oleh partikel-partikel
disamping dan dibawahnya,hingga pada permukaan zat cair terjadi tarikan ke bawah.
Penerapan tegangan permukaan dalam kehidupan sehari – hari : mencuci
dengan air panas jauh lebih bersih dibandingkan dengan air yang bersuhu normal,
antiseptik yang dipakai untuk mengobati luka,selain dapat mengobati luka juga dapat
membasahi seluruh luka (Maniac,2013).
Pada percobaan tegangan permukaan ini dilakukan dengan cara Dalam tabung
dimasukan air sebagai zat cair pembanding, (31= 71,8 dyne/ cm pada 25 OC), kemudian
kedalamnya dicelupkan pipa kapiler. Ukuran tinggi zat cair dalam kapiler. Pengukuran
dilakukan tiga kali. Ulangi prosedur tersebut dengan larutan Natrium Lauril Sulfat 0,01%
dan 0,1%. Dari sampel aquadest tinggi awal 4 cm dan dilakukan percobaan pertama
didapatkan hasil 4,8 cm, percobaan kedua dihasilkan 4,9 cm dan percobaan ketiga
dihasilkan 4,5cm dan rata-ratanya 4,75 cm. pada sampel larutan Natrium Lauril Sulfat 0,1%
tinggi awal 1,5 cm pada percobaan pertama dihasilkan 2,6, pada percobaan kedua dihasilkan
2,3 cm dan pada percobaan ketiga dihasilkan 2,5 cm dan rata-rata nya 2,46 cm. larutan
Natrium Lauril Sulfat 0,01% tinggi awal 1,5 cm pada percobaan pertama 2,8 cm, percobaan
kedua 2,5 cm dan percobaan ketiga 2,7 cm dan rata ratanya 2,66 cm.

VII. KESIMPULAN
Pada percobaan tegangan permukaan dapat disimpulkan digunakan 3 sampel yaitu
aquadest, larutan Natrium Lauril Sulfat 0,01% dan larutan Natrium Lauril Sulfat 0,1%. Dan
dihasilkan Dari sampel aquadest tinggi awal 4 cm dan dilakukan percobaan pertama
didapatkan hasil 4,8 cm, percobaan kedua dihasilkan 4,9 cm dan percobaan ketiga
dihasilkan 4,5cm dan rata-ratanya 4,75 cm. pada sampel larutan Natrium Lauril Sulfat 0,1%
tinggi awal 1,5 cm pada percobaan pertama dihasilkan 2,6, pada percobaan kedua dihasilkan
2,3 cm dan pada percobaan ketiga dihasilkan 2,5 cm dan rata-rata nya 2,46 cm. larutan
Natrium Lauril Sulfat 0,01% tinggi awal 1,5 cm pada percobaan pertama 2,8 cm, percobaan
kedua 2,5 cm dan percobaan ketiga 2,7 cm dan rata ratanya 2,66 cm.
Pada sampel yang berbeda maka dihasilkan hasil yang berbeda juga, tidak ada hasil
yang sama pada ketiga sampel yang digunakan.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
https://studylibid.com/doc/4340886/laporan-praktikum-tegangan-permukaan
https://spektra.unsiq.ac.id/index.php/spek/article/download/18/pdf
IX. LAMPIRAN
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
“SIFAT-SIFAT KOLOID”

Oleh :
Nama : Elka Febri Nur Hidayat
NIM : P27241020091

Kamis,25 Maret 2021

PROGRAM STUDI D III FARMASI JURUSAN JAMU


POLITEKNIK KESEHATAN S
URAKARTA
KEMENTRIAN KESEHATAN

2021
PERCOBAAN 8
SIFAT – SIFAT KOLOID
I. TUJUAN
Memberi gambaran tentang sifat-sifat larutan koloidal.
II. DASAR TEORI
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen(dua fase) antara dua zat atau lebih
partikel-partikel zat yang berukuran koloid(fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara
merata didalam zat lain(medium pendispersi/pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar
antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari
suatu partikel. Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu larutan dan suatu suspensi.
Bila suatu bahan berada dalam keadaan subdivisi ini. Bahan itu merupakan memperagakan
sifat-sifat yang menarik dan penting yang tidak merupakan ciri dari bahan dalam agregat
yang lebih besar(Keenan,1984).
Partikel-partikel dalam suatu koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan mata atau
dengan mikroskop biasa, walaupun demikian partikel ini dapat mempengaruhi cahaya
tampak, ukuran yang cocok untuk menyebabkan cahaya tersebar dengan sudut-sudut yang
besar(Syukri,1999).
Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan bermuatan listrik sesuai dengan
muatan ion yang diserapnya. Muatan koloid dapat diketahui dengan mencelupkan batang
elektroda. Yang bermuatan positif akan tertarik(berkumpul) ke elektroda negatif, sedangkan
yang bermuatan negatif tertarik ke elektroda positif(Brady,1986).
Sol adalah partikel berukuran koloid yang tidak dapat membentuk dispersi koloid
dalam air dan karena ukuran partikelnya sol koloid ini cenderung tidak stabil. Gel
merupakan sistem padatan yang bersifat elastis karena terbentuknya suatu jalinan antara
partikel-partikel koloid sol(Zainab dkk,2008).
Partikel-partikel koloid hanya dapat bergerak dengan sedikit, tetapi karena adanya
tumbukan dengan molekulmolekul fase pendispersinya gerakannya akan terbetnuk zigzag
ini disebut gerakan brown(Mickey,1980). Kestabilan suatu koloid dapat dipertahankan
dengan menambahkan sedikit elektrolit dengan konsentrasi yang tepat kedalam koloid
tersebut. Bila konsentrasi elektrolit tidak tepat, maka justru akan terbentuk ion-ion yang
mengganggu kestabila koloid tersebut. Untuk mencegah adanya ion-ion pengganggu ini
ditempuh dengan cara dialisis menggunakan didisator(Moroni dkk,2015).

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat:
- Pemanas air
- Tabung reaksi
- gelas beker
- pipet tetes

B. Bahan:
- putih telur (protein sebagai larutan koloid)
- Alkohol 96%
- Asam cuka encer
- Aquades
- Asam nitrat encer
- larutan Cu Sulfat encer
- larutan KOH encer

IV. CARA KERJA


1. Kocok satu bagian putih telur dengan lima bagian air. Larutan koloid ini dipakai untuk
percobaan berikut :
a. Pengendapan dengan garam
Bagaiman bentuk endapan yang terbentuk, jika 10 ml larutan putih telur diberi 20
ml larutan amonium sulfat jenuh?
Tektukanlah larutannya larut dalam air atau tidak?
b. Koagulasi
Buktikan bahwa alkohol 96% dapat menimbulkan koagulasi larutan putih telur.
Apakah terjadi pula koagulasi apabila larutan putih telur dipanaskan dengan air
murni? Hasil koagulasi larut dalam air atau tidak? panaskan putih telur dengan asam
cuka encer. Apa pengaruh asam itu terhadap koagulasi?
c. Pengendapan dengan asam
Buktikan bahwa asam nitrat encer akan mengendapkan putih telur
d. Reaksi Biuret
e. Berilah beberapa tetes larutan Cu Sulfat encer kepada larutan 5 ml putih telur,
kemudian setetes demi setetes diberi larutan KOH encer. Gojog dan amati
perubahan warnanya. Tes ini menunjukanadanya ikatan apa didalam putih telur?

V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Analisis data
N Pereaksi Perlakuan Yg terjadi(warna,
o endapan)
1 NH₄OH Larutan amonium jenuh Larut , tidak berwarna
2 Alkohol 96% Tidak dipanaskan Mengendapan, tidak
berwarna
Air suling Dipanaskan Tidak ada endapan
Air cuka Encer dan dipanaskan Terjadi koagulasi,
kuning putih
3 Asam nitrat Encer, tanpa dipanaskan Mengendap berwarna
putih
4 Biuret CuSO₄ dan ditambah KOH digojog Tidak ada perubahan

VI. PEMBAHASAN
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen(dua fase) antara dua zat atau lebih
partikel-partikel zat yang berukuran koloid(fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara
merata didalam zat lain(medium pendispersi/pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar
antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari
suatu partikel. Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu larutan dan suatu suspensi.
Bila suatu bahan berada dalam keadaan subdivisi ini. Bahan itu merupakan memperagakan
sifat-sifat yang menarik dan penting yang tidak merupakan ciri dari bahan dalam agregat
yang lebih besar(Keenan,1984).
Pada percobaan kali ini terdapat beberapa sampel pereaksi yaitu NH₄OH, alkohol
96%, air suling, air cuka, asam nitrat dan biuret. Dari sampel pereaksi NH₄OH diberi
perlakuan Larutan amonium jenuh dan perubahan yang terjadi adalah Larut dan tidak
berwarna. Dari sampel Alkohol 96% dengan perlakuan tidak dipanaskan dan perubahan
yang terjadi adalah mengendap dan tidak berwarna. Dari sampel air suling dengan perlakuan
dipanaskan dan perubahan yang terjadi adalah tidak ada endapan. Pada sampel air cuka
dengan perlakuan encer dan dipanaskan menghasilkan terjadinya koagulasi dan berwarna
kuning putih. Pada sampel pereaksi asam nitrat dengan perlakuan encer dan tanpa
dipanasakan dihasilkan terjadinya pengendapan dan berwarna putih. Dan yang terakhir
sampel pereaksi biuret dengan perlakuan ditambah CuSO₄ dan ditambah KOH digojog yang
terjadi tidak ada perubahan.

VII. KESIMPULAN
Dari praktikum percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa . Dari sampel pereaksi
NH₄OH diberi perlakuan Larutan amonium jenuh dan perubahan yang terjadi adalah Larut
dan tidak berwarna. Dari sampel Alkohol 96% dengan perlakuan tidak dipanaskan dan
perubahan yang terjadi adalah mengendap dan tidak berwarna. Dari sampel air suling
dengan perlakuan dipanaskan dan perubahan yang terjadi adalah tidak ada endapan. Pada
sampel air cuka dengan perlakuan encer dan dipanaskan menghasilkan terjadinya koagulasi
dan berwarna kuning putih. Pada sampel pereaksi asam nitrat dengan perlakuan encer dan
tanpa dipanasakan dihasilkan terjadinya pengendapan dan berwarna putih. Dan yang
terakhir sampel pereaksi biuret dengan perlakuan ditambah CuSO₄ dan ditambah KOH
digojog yang terjadi tidak ada perubahan.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


https://www.hajarfisika.com/2017/09/laporan-praktikum-sistem-koloid.html
https://lib.unnes.ac.id/37677/1/4301413106.pdf
IX. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai