Pedoman Pelayanan Rekam Medis
Pedoman Pelayanan Rekam Medis
Pedoman Pelayanan Rekam Medis
Disusun Oleh :
2017
A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bengkulu meliputi pengelolaan berkas Serta Pengolahan data dan Pelaporan.
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien Namun dalam arti luas rekam medis adalah suatu sistem penyelenggaraan
Rekam Medis (DEPKES RI, 1997).
Ada banyak pendapat tentang tujuan kegunaan rekam medis. Salah satu cara untuk
mengingatnya secara mudah digunakan akronim mnemonic 'ALFRED' yang berarti
mempunyai nilai untuk kepentingan administrative, hukum (legal), financial, riset,
edukasi, dan dokumentasi (Hatta, 1985).
a. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut
tindakan berdasarkan wewenang dan tanggungjawab sebagai tenaga medis dan
paramedis dalam pencapaian tujuan pelayanan kesehatan
b. Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan tersebut
dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang
harus diberikan kepada seorang pasien.
c. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut
masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha
menegakakan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan
keadilan.
d. Aspek Keuangan
2
mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan.
e. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut
data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.
f. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut
data/informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medis
yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai
bahan/referensi pengajaran di bidang profesi si pemakai.
g. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut
sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dapat dipakai sebagai bahan
pertangungjawaban dan laporan rumah sakit.
a. Tujuan utama (primer) Rekam Medis terbagi dalam 5 (lima) kepentingan yaitu
1) Pasien, rekam medis merupakan alat bukti utama yang mampu membenarkan
adanya pasien dengan identias yang jelas dan telah mendapatkan berbagai
pemeriksaan dan pengobatan di sarana pelayanan kesehatan dengan segala hasil
serta konsekuensi biayanya.
Tujuan sekunder rekam medis ditujukan kepada hal yang berkaitan dengan
lingkungan seputar pelayanan pasien yaitu untuk kepentingan edukasi, riset,
peraturan dan pembuatan kebijakan. Adapun yang dikelompokkan dalam kegunaan
sekunder adalah kegiatan yang tidak berhubungan secara spesifik antara pasien dan
tenaga kesehatan (Dick, Steen dan Detmer 1997, hlm. 76-77).
1) Edukasi
c) Bahan pengajaran
2) Peraturan (regulasi)
3) Riset
c) Menilai teknologi
4
d) Studi keluaran pasien
4) Pengambilan Kebijakan
a) Mengalokasikan sumber-sumber
5) Industri
a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lain yang telah
memberikan pelayanan, pengobatan dan perawatan kepada pasien.
d. Sebagai bahan untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan
yang diberikan pada pasien.
e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, Rumah Sakit maupun dokter dan
tenaga kesehatan lain.
5
3. Sifat Rekam Medis
1. Pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat pasien
dengan ijin tertulis pasien.
2. Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat memaparkan isi Rekam Medis tanpa
seij in pasien berdasarkan peraturan-peraturan perundang-undangan.
Ketentuan mengenai isi rekam medis telah ditetapkan dalam Permenkes No.
269/MENKES/PER/I11/2008 Bab II tentang Jenis dan Isi Rekam Medis. Dalam
ketentuan tersebut rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau
secara elektronik. Sedangkan untuk penyelenggaraan rekam medis dengan
menggunakan teknologi informasi secara elektronik diatur lebih lanjut dengan
peraturan tersendiri. Pada pasal 3 isi rekam medis terbagi menjadi 6 yaitu;
1) Identitas pasien
2) Diagnosis
3) Rencana penatalaksanaan
b. Isi Rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari
sekurang- kurangnya memuat:
1) Identitas pasien
5) Diagnosis
6) Rencana penatalaksaan
11) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu
yang
1) Identitas pasien
b) Diagnosis
7
c) Pengobatan atau tindakan
6) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan tindak lanjut
7) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan
e. Isi rekam medis untuk pelayanan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan Pelayanan yang diberikan dalam
ambulance atau pengobatan masal dicatat dalam rekam medis sesuai ketentuan
sebagaimana diatur pada ayat 3 (point c) dan disimpan pada sarana pelayanan
kesehatan yang merawatnya.
B. BATASAN OPERASIONAL
Adalah kegiatan penyelenggaraan rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bengkulu yang terdiri dari koding, indeksing, assembling, penyimpanan rekam
medis, pendistribusian rekam medis dan pelaporan rekam medis.
2. Rekam Medis
Adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnese,
penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang
diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun
yang mendapatkan pelayanan gawat darurat".
8
3. Tracer
suatu metode yang digunakan sebagai pengendali berkas rekam medis, pengendali yang
dimaksud adalah dengan adanya tracer maka dapat diketahui keberadaan berkas rekam
medis yang telah keluar dari ruang penyimpanan rekam medis. Tracer secara umum
diartikan sebagai lembar perunut yaitu suatu lembaran dengan kualitas kertas tebal dan
tidak mudah sobek yang didalamnya memuat informasi mengenai tanggal keluar berkas
rekam medis, tempat / peminjam berkas rekam medis, nama petugas rekam medis dan
tanggal kembali berkas rekam medis.
4. ICD-10
digunakan untuk mengkode diagnosa penyakit pasien rawat jalan maupun rawat inap
5. ICD-9-CM
6. Kartu Berobat
Adalah kartu yang diberikan kepada pasien dimana isi kartu tersebut adaalah nomor
rekam medis dan nama pasien. Kartu tersebut digunakan untuk mempermudah
pencarian kembali rekam medis pasien yang akan berobat.
1. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter spesialis yang melayani
pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu.
2. Dokter tamu yang merawat pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bengkulu.
4. Tenaga para medis perawatan dan non perawatan yang terlibat langsung dalam
pelayanan antara lain ; Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Tenaga Laboratorium
Klinik, Gizi, Anastesi, Penata Rontgen, Rehabilitasi Medis, Rekam Medis dan
9
lain sebagainya.
5. Dalam hal dokter ke luar negeri maka yang melakukan tindakan/konsultasi kepada
pasien yang mengisi rekam medis adalah dokter yang ditunjuk oleh Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu.
Rekam Medis adalah catatan penting tentang identitas pasien yang bersifat sangat
pribadi sehingga harus dijaga kerahasiaannya. Hal ini telah diatur dalam permenkes no
269/PER/111/2008 Bab IV Pasal 10 yang berbunyi : Informasi tentang identitas,
diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus
dijaga kerahasiannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas
pengelolaan dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Meskipun kita ketahui bahwa pada dasamya pasien dapat mengetahui tentang
keadaan sakitnya melalui dokter, dan bahwa pasien berkewajiban untuk memberikan
ijin/kuasa kepada pihak ke 3 yang ingin mengetahui keadaan sakitnya kecuali
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku namun satu hal yang harus
dilakukan petugas rekam medis dalam menjalankan tugasnya terhadap pembukaan
informasi medis pasien yaitu melaksanakannya dengan teliti dan hati-hati.
Ketelitian dan sifat hati-hati ini membuat petugas medis untuk memperhatikan:
1. Memastikan secara pasti informasi apa yang kiranya dapat memenuhi kebutuhan si
penanya, serta hanya informasi itu yang hanya dikirimkan.
2. Bila ada pertanyaan tentang kebenaran atau sah tidaknya tanda tangan pada surat
kuasa pasien di surat ijin, lakukan pengecekan dengan tanda tangan lain pada saat
pasien dirawat dan surat ijin lainya yang ada dalam RM.
3. Bila tidak ada tanda tangan sebagai pembanding dan ada keraguan tentang sah
tidaknya tanda tangan itu, maka orang itu harus mengesahkan tanda tangannya
dinotaris terlebih dahulu . Demikian pula bila terjadi perubahan tanda tangan dari
masa gadis kemasa nikah (nona menjadi Nyonya )
10
Resume pasien cukup digunakan sebagai penjelas informasi yang diinginkan, kecuali
bila telah ditentukan lebih dari pada itu ( Misal seluruh berkas)
Sumber hukum yang bisa dijadikan acuan di dalam masalah kerahasiaan suatu
informasi yang menyangkut Rekam Medis pasien adalah peraturan pemerintah No. 10
tahun 1966 yaitu mengenai "wajib simpan rahasia kedokteran", Dengan adanya
peraturan permerintah itu maka siapapun yang bekerja di rumah sakit. Khususnya bagi
mereka yang berhubungan dengan data Rekam Medis wajib memperhatikan ketentuan
tersebut.
Pasal 1 :
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya
dalam lapangan kedokteran.
Pasal 3 :
Informed consent adalah pengakuan atas hak autonomy pasien, yaitu hak untuk
dapat menentukan sendiri apa yang boleh dilakukan terhadap dirinya. Oleh karenanya
tidak hanya informed consent yang kita kenal, melainkan juga informed refusal .
Doktrin informed consent mensyaratkan agar pembuat consent telah memahami
masalahnya terlebih dahulu (informend) sebelum membuat keputusan (consent atau
refusal). Dengan demikian, informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan
komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran
tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed
consent dilihat dari aspek hukum bukanlah suatu perjanjian antar dua pihak, melainkan
11
lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain. Dengan
demikian cukup ditandatangani oleh pasien dan/atau walinya, sedangkan pihak rumah
sakit, termasuk dokternya, hanya menjadi saksi. Sebenarnya, consent (persetujuan)
dapat diberikan dalam bentuk:
2. Tidak dinyatakan (implied). Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun
tertulis, namun melakukan tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan jawabannya;
misalnya menggulung lengan baju ketika akan diambil darahnya.
Informed consent memiliki lingkup terbatas pada hal-hal yang telah dinyatakan
sebelumnya, dan tidak dapat dianggap sebagai persetujuan atas semua tindakan yang
akan dilakukan. Dokter dapat bertindak melebihi yang telah disepakati hanya apabila
terjadi keadaan gawat darurat dan keadaan tersebut membutuhkan waktu yang singkat
untuk mengatasinya.
Proxy-consent adalah consent yang diberikan oleh orang yang bukan pasien itu
sendiri, dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara pribadi,
dan consent tersebut harus mendekati apa yang sekiranya akan diberikan oleh pasien
apabila is mampu memberikannya (baik buat pasien, bukan baik buat orang banyak).
Umumnya urutan orang yang dapat memberikan Proxy-consent adalah suami/istri, anak
yang sudah dewasa (umur 21 tahun atau pemah menikah), orangtua, saudara kandung,
dan lain-lain.
Hak menolak terapi lebih sulit diterima oleh profesi kedokteran daripada hak
menyetujui terapi. Banyak ahli yang mengatakan bahwa hak menolak terapi bersifat
tidak absolute, artinya masih dapat ditolak atau diterima oleh dokter akan mengalami
konflik moral dengan kewajiban menghormati kehidupan, kewajiban untuk mencegah
perbuatan yang bersifat bunuh diri atau self inflicted, kewajiban melindungi pihak
ketiga, dan integritas etis profesi dokter. Namun perkembangan nilai demikian cepat
terjadi sehingga saat ini telah banyak dikenal permintaan pasien untuk tidak diresusitasi,
terapi minimal, dan menghadapi kematian yang alami tanpa menerima terapi/tindakan
yang extraordinary.
Dalam praktik sehari-hari, informed consent tidak hanya diperlukan pada tindakan
operatif, melainkan juga pada prosedur diagnostik atau tindakan pengobatan yang
12
invasif lainnya, misalnya pada waktu arteriografi, pemeriksaan laboratorium tertentu,
kateterisasi, pemasangan alat bantu napas, induksi partus, ekstraksi vakum dan lain-lain.
7. Otorisasi.
1. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan untuk tindakan medis yang
dinyatakan secara spesifik (the consent must be for what will be actually
performied)
3. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan oleh seseorang (pasien) yang
sehat mental dan yang memang berhak memberikannya dari segi hukum
Dengan merujuk kepada doktrin dan ketentuan hukum di atas maka pelaksanaan
13
informed consent adalah sebagai berikut :
1. Pertindik dalam bentuk tertulis diperlukan pada tindakan medis yang mengandung
risiko tinggi atau yang membutuhkan bukti.
2. Selalu didahului dengan penjelasan oleh dokter yang merawat atau oleh dokter
penggantinnya
4. Informasi yang diberikan setidak-tidaknya meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan, alternative tindakan lain dan risikonya,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan
6. Pertindik tertulis diberikan oleh pasien sendiri bila ia kompeten (dewasa, sadar dan
sehat mental), atau oleh keluarga terdekat atau walinya dalam hal ia tidak kompeten
7. Pertindik tidak diperlukan apabila pasien tidak kompeten dan tidak ada keluarga yang
mendampingi, sedangkan tindakan medis sangat diperlukan oleh karena pasien dalam
keadaan darurat
Urutan prioritas pemberi persetujuan yang umum adalah pasien sendiri, suami/istri,
anaknya yang sudah dewasa, orangtuanya dan saudara kandungnya. Sedangkan keluarga
lain, teman dan kenalan lain dapat memberikan persetujuan dalam hal orang- orang yang
disebut sebelumnnya tidak ada.
1. Semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapatkan
persetujuan dari pasien sendiri atau keluarga atau wali jika pasien dalam keadaan
tidak sadar atau dibawah pengampuan;
2. Persetujuan dapat diminta secara lisan jika tindakan medis yang dilakukan
merupakan tindakan yang tidak invasif dan tidak mengandung resiko tinggi;
4. Apabila pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri sedangkan harus dilakukan
14
tindakan medis untuk menyelamatkan nyawanya. sementara keluarga pasien tidak
ada, maka pihak Rumah sakit dapat melakukan tindakan terlebih dahulu, demi
keselamatan jiwa pasien. untuk kemudian apabila pasien sadar dan/atau ada
keluarga informasi harus tetap diberikan;
5. Pengisian form informed consent dilakukan setelah informasi diberikan dan harus
diisi dengan lengkap
15
4. Kaidah justice bahwa informasi harus menerapkan ketentuan secara adil dan
konsisten untuk semua orang
Selain kaidah diatas juga terdapat kaidah umum terkait dengan pemberian informasi
rekam medis pasien yaitu :
1. Setiap informasi yang bersifat medis yang dimiliki oleh rumah sakit tidak boleh
disebarkan oleh pegawai rumah sakit itu, kecuali bila ada pimpinan rumah sakit
mengijinkan.
2. Rumah sakit tidak boleh dengan sekehendaknya menggunakan rekam medis dengan cara
yang dapat membahayakan kepentingan pasien, kecuali jika rumah sakit itu sendiri yang
akan menggunakan rekam medis tersebut bila perlu untuk melindungi dirinya atau
mewakilinya.
3. Para asisten dan dokter yang bertanggung jawab boleh dengan bebas berkonsultasi
dengan bagian rekam medis dengan catatan yang ada hubungannya dengan
pekerjaannya. Andaikata ada keragu-raguan di pihak staf rekam medis, maka persetujuan
masuk ke tempat rekam medis itu boleh ditolak dan persoalannya hendaknya diserahkan
kepada keputusan pimpinan rumah sakit. Bagaimanapun salinan rekam medis tidak boleh
dibuat tanpa persetujuan khusus dari kepala bagian rekam medis, yang akan
bermusyawarah dengan pimpinan rumah sakit jika ada keragu-raguan. Tidak seorangpun
boleh memberikan informasi lisan atau tertulis kepada seorang diluar organisasi rumah
sakit tanpa persetujuan tertulis dari pihak pimpinan rumah sakit (perkecualian :
mengadakan diskusi mengenai kemajuan dari pada kasus dengan keluarga atau wali
pasien yang mempunyai kepentingan yang syah).
4. Dokter tidak boleh memberikan persetujuan kepada perusahaan asuransi atau badan lain
untuk memperoleh rekam medis.
5. Badan-badan social boleh mengetahui isi data social dari rekam medis, apabila
mempunyai alasan-alasan yang sah untuk memperoleh informasi, namun untuk data
medisnya tetap diperlukan surat persetujuan dari pasien yang bersangkutan.
16
6. Permohonan pasien untuk memperoleh informasi mengenai catatan dirinya diserahkan
kepada dokter yang bertugas merawatnya.
8. Informasi rekam medis hanya boleh dikeluarkan dengan surat kuasa yang ditanda tangani
dan diberi tanggal oleh pasien (walinya jika pasien tersebut secara mental tidak kompeten
atau pasien meninggal dunia ahli warisnya), atau keluarga terdekat kecuali jika ada
ketentuan lain dalam peraturan. Surat kuasa hendaklah juga ditanda tangani dan di bed
tanggal oleh orang yang mengeluarkan rekam medis dan disimpan di dalam berkas rekam
medis tersebut.
9. Informasi di dalam rekam medis boleh diperlihatkan kepada perwalian rumah sakit yang
syah untuk melindungi kepentingan rumah sakit dalam hal-hal yang bersangkutan dengan
pertanggung jawaban.
10. Informasi boleh diberikan kepada rumah sakit lain tanpa surat kuasa yang ditanda tangani
oleh pasien berdasarkan permintaan dari rumah sakit itu yang menerangkan bahwa si
pasien sekarang dalam perawatan mereka.
11. Dokter dari luar rumah sakit yang mencari keterangan mengenai pasien pada suatu rumah
sakit, harus memiliki surat kuasa dari pasien tersebut. Tidak boleh seorang beranggapan
bahwa karena pemohon seorang dokter maka seolah-olah lebih berhak untuk memperoleh
informasi dari pemohon yang bukan dokter. Rumah sakit dalam hal ini akan berusaha
memberikan segala pelayanan yang pantas kepada dokter luar, tetapi selalu berusaha lebih
memperhatikan kepentingan pasien dan rumah sakit.
12. Ketentuan ini tidak saja berlaku bagi bagian rekam medis, tetapi juga berlaku bagi semua
orang yang menangani rekam medis dibagian perawatan, bangsal-bangsal dan lain-lain.
13. Rekam medis yang asli tidak boleh dibawa keluar rumah sakit, kecuali bila atas
permintaan pengadilan, dengan surat kuasa khusus tertulis dari pimpinan rumah sakit.
14. Rekam medis tidak boleh diambil dari tempat penyimpanan untuk dibawa kebagian lain
dari rumah sakit, kecuali jika diperlukan untuk transaksi dalam kegiatan rumah sakit itu.
Apabila mungkin rekam medis ini hendaknya diperiksa dibagian setiap waktu dapat
dikeluarkan bagi mereka yang memerlukan.
15. Dengan persetujuan dari pimpinan rumah sakit, pemakaian rekam medis untuk keperluan
riset diperbolehkan. Mereka yang bukan dari staf medis rumah sakit, apabila ingin
melakukan riset harus memperoleh persetujuan tertulis dari pimpinan rumah sakit.
16. Bila suatu rekam medis diminta untuk dibawa kepengadilan segala ikhtiar hendaklah
dilakukan supaya pengadilan menerima salinan foto static rekam medis yang dimaksud.
Apabila hakim minta yang asli, tanda terima harus diminta dan disimpan di folder jangan
17
sampai rekam medis yang asli tersebut kembali.
17. Fakta bahwa seorang majikan telah membayar atau telah menyetujui untuk membayar
ongkos rumah sakit bagi seorang pegawainya, tidak dapat dijadikan alasan bagi rumah
sakit untuk memberikan informasi medis pegawai tersebut kepadanya tanpa surat kuasa
atau persetujuan tertulis dari pasien atau walinya yang syah.
18. Pengesahan untuk memberikan informasi hendaklah berisi indikasi mengenai periode-
periode perawatan tertentu. Surat kuasa atau persetujuan itu hanya berlaku untuk
informasi medis termasuk dalam jangka waktu atau tanggal yang tertulis didalamnya.
Di sisi lain, rumah sakit sebagai institusi tempat dilaksanakannya pelayanan medis,
memiliki Kode Etik Rumah Sakit (Kodersi) yang diantaranya juga berkaitan dengan rekam
medis, yaitu :
3. Pasal 10 : Rumah sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien dan
tindakan apa yang hendak dilakukan
4. Pasal 11 : Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien (informed consent sebelum
melakukan tindakan medik
18
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. PENERIMAAN PASIEN
Pasien adalah pelanggan utama yang tidak dapat tergantikan di dalam suatu instansi
kesehatan. Pasien dirumah sakit dapat dikategorikan sebagai pasien poliklinik (pasien berobat
jalan), pasien gawat darurat dan pasien rawat inap. Sedangkan berdasarkan jenis jenisnya
dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Dilihat dan segi pelayanan rumah sakit pasien datang ke rumah sakit dibedakan menjadi :
a. Pasien baru : adalah pasien yang baru pertama kali datang ke rumah sakit
untuk keperluan berobat.
b. Dikirim oleh rumah sakit lain, Puskesmas atau jenis pelayanan kesehatan lainnya.
Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang tidak
mendapatkan pelayanan rawat inap di fasilitas pelayaan kesehatan (Huffama, '94). Pelayanan
rawat jalan merupakan pelayanan yang diberikan kepada pasien dengan kategori "Pasien yang
dapat menunggu" yaitu Pasien berobat jalan yang datang dengan perjanjian ataupun tidak
dengan perjanjian, dan Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat darurat.
Prosedur pertama dalam Penerimaan Pasien Rawat Jalan atau pasien Poliklinik adalah
Pasien akan diterima di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ). Pasien rawat jalan
yang masuk dalam kategori pasien lama akan didaftarkan pada loket pendaftaran pasien lama,
19
sedangkan pasien rawat jalan yang barn atau belum pernah berobat sama sekali di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu akan didaftar pada loket pendaftaran pasien baru.
Menurut Savitri Citra Budi (2011), Pasien rawat darurat merupakan pasien yang datang
ke tempat penerimaan pasien gawat darurat yang dibuka selama 24 jam pelayanan, disini
pasien ditolong lebih dahulu setelah itu kemudian menyelesaikan administrasinya. Prosedur
pertama dalam Penerimaan Pasien di Instalasi Gawat Darurat (PPIGD) adalah pasien
merupakan kategori pasien yang harus segera ditolong (pasien yang dalam kondisi gawat
darurat). Namun tidak menutup kemungkinan juga melayani kategori pasien umum/tidak
dalam keadaan gawat darurat, hal ini disebabkan PPIGD buka selama 24 jam sehingga waktu
diluar jam 21.00 WIB (batas waktu layanan poliklinik/rawat jalan) PPIGD juga menerima
pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat namun dengan prioritas pasien gawat darurat.
Jadi pasien yang tidak dalam keadaan gawat darurat akan mendapatkan pelayanan kesehatan
setelah pasien gawat darurat telah tertangani.
Prosedur selanjutnya sebagaimana TPPRJ yaitu terbagi atas dua pasien, Pasien Baru dan
Pasien Lama. Perbedaannya adalah jika pasien gawat darurat maka pasien akan ditolong
terlebih dahulu barn kemudian penyelesaian administrasinya (Pendaftaran). Proses
pendaftaran pasien gawat darurat dapat diwakilkan oleh keluarga pasien, jika pasien datang
bersama dengan keluarga atau pengantar. Pendaftaran pasien dapat dilakukan dengan
menanyakan kartu identitas pasien kepada pasien/keluarga/pengantar. Namun jika pasien
gawat darurat dan tidak ada keluarga pasien yang mengantarkan maka petugas melakukan
wawancara secara langsung dengan pasien, namun apabila pasien dalam kondisi tidak radar
maka petugas mencari kartu identitas pasien dan bila ternyata kartu identitas pasien tidak
ditemukan maka pasien diberi nama inisial yaitu Tn/Sdr/An X jika pasien laki-laki dan
Ny/Nn/An X jika pasien perempuan, kemudian setelah huruf X tersebut diberikan kode
petugas pendaftaran. Jika pasien yang belum teridentifikasi tersebut lebih dari satu maka
kode sanjutnya setelah kode nama petugas pendaftaran ditambahkan angka urut sesuai jumlah
kasus yang ditemukan.
Contoh :
1. Tn Xfl untuk pasien tanpa identitas pertama yang didaftar oleh petugas pendaftaran
yang berinisial "f',
2. Ny Xf2 untuk pasien tanpa identitas kedua, Tn Xnl untuk pasien tanpa identitas
pertama yang didaftar oleh petugas pendaftaran yang berinisial "n", dan seterusnya
20
D. ALUR PASIEN RAWAT JALAN
Sebagaimana prosedur penerimaan dan pendaftaran pasien diatas, akan lebih mudah
dimengerti dengan adanya alur pasien yaitu alur kegiatan yang harus dilalui oleh pasien. Alur
tersebut dapat digambarkan sebagai berilcut ;
1. Untuk pasien dengan kondisi gawat maka dapat langsung menuju ke Instalasi Gawat
Darurat sedangkan untuk pasien tidak dalam kondisi gawat dan dapat menunggu maka
langsung menuju ke Tempat Penerimaan Pasien Poliklinik (TPPP) atau Tempat
Penerimaan Pasien Penunjang (TPP Penunjang).
b. Tidak langsung : Pasien menghubungi TPPRJ via Telepon untuk mendaftarkan din
ke Poliklinik yang dituju.
a. Pasien baru : Petugas menyerahkan Form Identitas Pasien kepada pasien atau
keluarga pasien, petugas memastikan bahwa data identitas terisi dengan lengkap,
kemudian Petugas mengentry Indentitas Pasien ke dalam program aplikasi
pendaftaran pada form program personal detail. Khusus untuk pasien gawat darurat
yang tidak ada keluarga atau pengantar maka petugas yang akan mencari identitas
pasien baik dengan kartu pengenal atau mendaftarkan dengan nama inisial untuk
sementara sebelum identitas ditemukan.
b. Pasien lama : Pasien menyerahkan kartu berobat kepada petugas pendaftaran, jika
pasien lupa atau kartu berobat hilang maka petugas mencarikan indentitas pasien
menggunakan program pendaftaran, setelah identitas pasien ditemukan maka bagi
pasien yang kartu berobatnya hilang, petugas membuatkannya kembali.
4. Petugas Pendaftaran membuatkan kartu berobat untuk pasien baru dan untuk pasien lama
petugas langsung mendaftarkan pasien sesuai dengan poliklinik yang dituju.
5. Identifikasi pasien rawat jalan dilakukan berdasarkan nama pasien dan nama ibu kandung
yang tertera pada karcis pendaftaran.
7. Petugas dipoliklinik (perawat/ bidan) membuat laporan/ rekapitulasi harian pasien rawat
jalan
21
E. PELAYANAN PENDAFTARAN RAWAT INAP
Penerimaan pasien rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu dilakukan di
tempat penerimaan pasien rawat inap (central Admission). Sedangkan pada periode malam
hari (pukul 21.00 sampai dengan 07.00) penerimaan pasien rawat inap dilakukan di IGD.
Tata cara penerimaan pasien Rawat Inap disebut sebagai Prosedur Pasien Rawat Inap.
Pasien yang memerlukan perawatan, dapat menjadi 3 kelompok (Depkes RI-Rev. 1,1997;
hlm 28 ) yaitu :
1. Pasien yang tidak gawat, penundaaan perawatan pasien tersebut tidak akan
menambah penyakitnya.
2. Pasien yang gawat, tetapi tidak darurat, dapat dimasukkan ke dalam daftar
tunggu.
Untuk lancamya proses penerimaan pasien, harus memenuhi kriteria (Depkes RI-Rev.
11,2006; hlm. 42-43) sebagai berikut :
Untuk memperlancar tugas-tugas bagian lain yang erat hubungannya dengan proses
penerimaan pasien, telah diatur dalam ketentuan penerimaan pasien.
3. Rekam medis yang lengkap, terbaca dan seragam harus disimpan oleh semua bagian
selama pasien dirawat.
4. Instruksi yang jelas harus diketahui oleh setiap petugas yang bekerja dalam proses
penerimaan dan pemulangan pasien.
22
5. Semua pasien yang menderita segala macam penyakit, selama ruangan dan fasilitas yang
memadai tersedia, dapat diterima di rumah sakit.
6. Tanpa diagnosa yang tercantum dalam surat permintaan dirawat, pasien tidak dapat
diterima.
7. Sedapat mungkin tanda tangan persetujuan untuk tindakan operasi dan sebagainya (apabila
dilakukan) dilaksanakan di IGD untuk kasus cito dan di Instalasi Rawat Inap untuk kasus
el elctif.
a. Ada surat rekomendari dan dokter yang mempunyai wewenang untuk merawat
pasien di rumah sakit.
1. Pasien dinyatakan harus masuk rumah sakit (MRS) oleh dokter pemeriksa.
2. Petugas TPPRI mencarikan kamar untuk pasien dalam aplikasi kamar di SIRS dan
konfirmasi ulang ke perawat ruang rawat inap.
3. Petugas rekam medis mencetak gelang pasien dan menempel seluruh formulir rawat
inap pasien dengan stiker identitas data pasien, sesuai dengan kasus yang di derita
pasien (per SMF), medicah bedah, umum, neonatus, dan maternitas.
4. Berkas rekam medis rawat inap didistribusikan bersamaan dengan pemindahan pasien
ke ruang rawat inap
6. Dokter yang bertugas mencatat tentang riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik,
terapi serta semua tindakan yang diberikan kepada pasien pada lembar assessment
medis, catatan perkembangan pasien terintegrasi, serta lembar-lembar lain yang
dibutuhkan dan menandatanganinya.
23
8. Selama di ruang rawat inap, perawat / bidan menambahkan lembaran rekam medis
sesuai dengan kebutuhan pelayanan yang diberikan kepada pasien bila dianggap
lembaran yang tersedia masih kurang.
10. Sensus harian dapat di akses dari SIRS, dan di cetak oleh petugas rekam medis.
11. Petugas ruangan memeriksa kelengkapan berkas rekam medis pasien, sebelum
diserahkan ke unit rekam medis.
12. Petugas verifikasi rawat inap (rekam medis), melakukan verifikasi terhadap
kelengkapan pengisian berkas rekma medis rawat inap.
13. Setelah pasien keluar dari rumah sakit, berkas rekam medis pasien segera
dikembalikan ke unit rekam medis paling lambat 1 x 24 jam setelah pasien keluar,
dalam keadaan lengkap dan benar.
14. Petugas rekam medis mengelola berkas rekam medis (assembling, evaluasi
kelengkapan dan penyimpanan) dan mengolah rekam medis yang sudah lengkap (kartu
indeks penyakit, indeks Operasi, indeks kematian, dsb) untuk membuat laporan dan
statistik rumah sakit.
15. Petugas rekam medis membuat rekapitulasi sensus harian setiap akhir bulan dan
menganalisa hasil kegiatan tersebut kemudian mengirimkan ke sekretariatan untuk
bahan laporan rumah sakit.
16. Bagian rekam medis menyimpan berkas-berkas rekam medis menurut nomor rekam
medisnya.
17. Petugas Bagian rekam medis mengeluarkan berkas rekam medis, apabila ada
permintaan baik untuk keperluan pasien berobat ulang atau keperluan lain.
18. Setiap permintaan rekam medis harus mengisi dalam buku peminjaman berkas rekam
medis dengan membubuhkan tanda tangan dan nama terang peminjam.
19. Apabila rekam medis yang dipinjam sudah kembali, peminjam menandatangani dalam
buku peminjaman pada kolom tanda tangan pengembalian berkas. Petugas rekam medis
mengentry tangal pengembalian berkas pada program peminjaman berkas rekam medis.
20. Rekam medis pasien yang tidak pernah berobat lagi kerumah sakit selama tiga tahun
terakhir, dinyatakan sebagai Berkas In-Aktif.
21. Berkas-berkas rekam medis yang sudah dinyatakan sebagai berkas In-Aktif dikeluarkan
dari rak penyimpanan berkas aktif dan disimpan ditempat In-Aktif dan dibuat
pertelaahan berkas untuk dialihkan dalam bentuk soft file (scan), kemudiaan dapat
24
dimusnahkan.
Rekam medis pada hampir semua pasien pelayanan kesehatan disimpan menurut
nomor, yaitu nomor pasien masuk (admision number).
Setiap pasien yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu harus
memiliki satu nomor rekam medis (kebijakan penomoran), prosedur pemberian nomor
yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut;
a. Sistem penomoran rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu
menggunakan Sistem Angka Akhir (Terminal Digit System).
b. Setiap pasien mempunyai satu nomor rekam medis untuk seumur hidup dan
digunakan untuk semua unit pelayanan.
c. Nomor rekam medis diberikan pada saat pertama kali pasien memanfaatkan
pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu.
Nomor rekam medis yang dipakai adalah yang paling lama. Kemudian berkas
rekam medis pasien disatukan, sedangkan nomor yang tidak dipakai (pada
komputer) diberi tanda dengan tulisan "update ke” kemudian dilaporkan ke Bagian
EDP (Elektronik Data Prosesing), kemudian nomor yang dipilih akan menjadi
acuan untuk mereplace nomor rangkap.
Cara Penggunaan Unit Numbering System adalah pada saat seorang pasien
berkunjung pertama kali ke rumah sakit apakah sebagai pasien berobat jalan ataupun
pasien rawat inap, kepadanya diberikan satu nomor (Admison number) yang
digunakan selamanya untuk kunjungan seterusnya. Sehingga rekam medis pasien
tersebut tersimpan dalam berkas di bawah satu nomor.
Dengan sistem ini, semua rekam medis pasien memiliki satu nomor dan
terkumpul dalam satu map (folder). Sistem ini secara cepat memberikan kepada
rumah sakit/staf medis satu gambaran lengkap mengenai riwayat penyakit dan
pengobatan seorang pasien. Sistem unit menghilangkan kerepotan
25
mencari/mengumpulkan rekam medis seorang pasien yang terpisah-pisah dalam
sistem seri. Sistem ini juga menghilangkan kerepotan mengambil rekam medis lama,
untuk disimpan kedalam nomor barn dalam sistem seri unit.
Dalam hal penggunaan sistem unit, kepada petugas yang memberikan nomor
masuk (admision number), diperintahkan agar selalu mengecek apakah seorang pasien
sudah pernah berkunjung ke rumah sakit ini sebelumnya. Pasien lama tidak akan
diberikan nomor baru karena rekam medisnya yang sekarang akan diberi nomor yang
sama dengan nomor yang telah dimiliki pada kunjungan yang pertama.
Dalam hal sistem angka akhir, nomor-nomor rekam medis tidak menunjukkan
tua atau mudanya suatu rekam medis sehingga untuk memilih rekam medis yang tidak
aktif harus dilhat satu persatu. Tahun berapa seorang pasien terakhir dirawat atau
berkunjung ke poliklinik. Sehingga satu pasien hanya mempunyai satu unit nomor
seumur hidup kemanapun ia berobat di suatu rumah sakit yang sama. Untuk itu, setiap
pasien dapat dimasukkan dalam kartu indeks pasien
a. Sumber Nomor
Satu rumah sakit membuat satu "bank nomor" dengan menentukan sampai nomor
tertinggi yang keberapa, baru mulai lagi dengan nomor satu. Sangat sukar untuk
mengerjakan atau mengingat nomor-nomor yang lebih dari enam angka, meskipun
sistem angka akhir (terminal digit) digunakan. Untuk hampir semua rumah sakit,
nomor yang dimulai dan 000001 sampai dengan 999999 menjadi sumber (patokan)
pemberian nomor yang bisa berjalan sampai bertahun-tahun.
Suatu cara penomoran dengan memberikan seri tahun pada setiap nomor, misalnya
dengan menuliskan angka tahun pada awal nomor seperti 95456231 tidak dianjurkan,
karena kesalahan menulis angka tahun mengakibatkan sangat sukarnya mengetahui
lokasi berkas rekam medis.
26
menggumpulkan semua pelayanan yang diberikan pasien dalam suatu waktu yaitu
mulai dari pendaftaran sampai dengan KRS (keluar rumah sakit). Sehingga jika
kunjungan pasien 3 kali maka pasien tersebut memiliki 3 nomor ID yang berbeda
namun dalam berkas yang sama.
Pemberian Nomor Rekam Medis (No. RM) kepada pasien adalah yang terpenting
karena nomor tersebut sebagai acuan dan seluruh pelayanan yang diberikan kepada
pasien, oleh karena itu setiap pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu
diberikan satu nomor rekam medis yang berlaku selamanya. Nomor Rekam Medis
ini didapatkan saat pasien pertama kali mendaftar di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Bengkulu dan muncul secara otomatis melalui program personal detail saat
petugas mendaftar pasien baru. Entry pendaftaran pasien baru untuk mendapatkan
nomor rekam medis pasien dijabarkan lebih lanjut dalam panduan pendaftaran
Indentitas merupakan data awal atau data yang pertama kali di catat oleh
petugas pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, informasi demografi
merupakan informasi yang diperlukan dalam pengisian data dasar indentitas diri
seorang pasien.
c. Alamat lengkap pasien nama jalan/gang, nomor rumah, wilayah, kota yang dihuni.
d. Tanggal lahir pasien (tanggal, bulan, tahun) dan kota tempat kelahiran.
27
jalan/rawat darurat.
i. Nama Rumah sakit ( tertera pada kop formulir: nama, alamat, telepon, kota)
a. No KTP / KR
b. Nama Lengkap
c. Alamat
d. Telepon/HP
e. Tempat/Tgl Lahir
h. Golongan Darah
i. Alergi
j. Status pemikahan
k. Pendidikan
l. Pekerjaan
t. Tanda tangan dan nama terang pembuat pernyataan dan petugas pendaftaran
28
Cara pemberian identitas pasien dewasa/umum adalah setiap pasien yang datang
pertama kali berobat atau disebut dengan pasien baru selain bayi baru lahir di dalam
rumah sakit atau pelayanan kesehatan harus mengisi formulir indentitas pasien yang
telah disediakan di loket-loket pendaftaran baik di tempat pendaftaran poliklinik
maupun di tempat pendaftaran IGD.
Pemasangan gelang pasien dilakukan saat pasien datang di IGD atau saat pasien
ditentukan untuk rawat inap. Pemasangan gelang pasien dilakukan dengan prosedur
yang telah ditetapkan sebagai alat identifikasi pasien saat berada di ruang perawatan.
Gelang pasien dipakai selama pasien dirawat di Rumah Sakit dampai dengan pasien
pulang.
a. Mengisi Identitas bayi barn lahir pada DMK 1 meliputi : identitas pribadi dan
sosial, tanggal masuk, kelas perawatan dan paviliun tempat pasien dirawat.
b. Identitas untuk penamaan bayi mengikuti nama ibunya dengan penambahan "By
Ny" di belakang nama ibunya.
1) Pemasangan gelang tangan dan cap kaki bayi dilakukan di depan ibu yang barn
melahirkan bayi tersebut atau saksi lain bila ibu dalam keadaan tidak radar
c) Warna putih untuk bayi dengan jenis kelamin yang belum dapat
diidentifikasi
3) Gelang tangan bayi ditulis : Nama ibu ditambah dengan "By Ny" (sesuai
dengan sistem penamaan), Nomor rekam medis ibu, Tanggal lahir bayi dan
jam lahir, yang ditulis dengan menggunakan pulpen tahan air
4) Gelang tangan bayi dipakai selama di rawat di rumah sakit sampai bayi
dipulangkan dan rumah sakit
29
2) Mencantumkan cap ibu jari tangan, dan ibunya bayi
f. Pada saat memulangkan bayi, tali gelang digunting dan identitas bayi ditunjukkan
ke orang tuanya
Pemberian identitas dan penomoran pasien di IGD pada prinsipnya sama dengan
pemberian identitas dan penomoran untuk pasien umum, hanya perbedaannya adalah
pada pemberian identitas pasien yang belum jelas karena pasien datang tanpa
pengantar/keluarga atau tanpa membawa kartu identitas sedangkan pasien dalam
kondisi parah dan tidak sadar. sehingga masuk kategori pasien yang belum
teridentifikasi maka pemberian identitasnya adalah sebagai berikut;
2. Memberikan nama pasien dengan nama Tn X jika pasien berjenis kelamin laki-laki
dan Ny X jika pasien berjenis kelamin perempuan.
3. Jika jumlah pasien tanpa identitas lebih dari satu maka identifikasinya
menggunakan format Tn/Ny X, inisial petugas pendaftaran, dan urutan pasien
yang diidentifikasi. Label ini dapat dipakai sampai pasien dapat diidentifikasi
dengan benar.
Contoh :
Tn Xfl untuk pasien tanpa identitas pertama yang didaftar oleh petugas pendaftaran
yang berinisial F, Ny Xf2 untuk pasien tanpa identitas kedua, Tn Xnl untuk pasien
tanpa identitas pertama yang didaftar oleh petugas pendaftaran yang berinisial N,
dan seterusnya
5. Tanggal lahir diisi tanggal dan bulan pasien datang sedangkan untuk tahun
kelahiran diperkiraan berdasarkan perkiraan usia dan tampilan fisik pasien.
7. Setelah identitas pasien dapat teridentifikasi maka data yang semula Tn X/Ny X
diperbaharui sesuai dengan identitas yang sebenarnya.
30
9. Rambut : warna (hitam, coklat, putih, lain-lain), bentuk (lurus, berombak, kriting,
lain-lain), ukuran (panjang, sedang, pendek)
2) Postur tubuh : ukuran (tinggi, sedang, pendek) dan bentuk (gemuk, sedang,
kurus)
Pembeda utama antara pasien biasa dan gawat darurat dengan bencana terletak pada
kejadian "bencana" itu. Selebihnya, penanganan pasien kasus bencana adalah murni
kegawatdaruratan yang bersifat life saving atau segera wajib dilakukan pertolongan dan
atau tindakan medis demi menyelamatkan nyawa pasien.
Yang dikategorikan sebagai kasus bencana adalah kejadian yang diakibatkan oleh
kondisi yang tidak lazim. Misalnya bencana alam (seperti banjir, tsunami, kebakaran
hutan, badai, angin, halilintar, gempa bumi, tanah longsor atau es longsor), gejolak
politik (hum hara demonstrasi, serangan teroris, perang, lemparan born), akibat
kelalaian manusia (arus pendek listrik, kebakaran lingkungan), penyebaran penyakit
(epidemi, pandemi); akibat unsur teknis (kecelakaan lalu lintas darat, laut, udara) dan
lainnya. Ciri khas bencana adalah peristiwa yang datang secara tidak terduga dikala
orang tidak siap. Hal yang pasti, dalam sekejap jumlah korban yang membutuhkan
pertolongan pada sarana pelayanan kesehatan meningkat dengan amat tajam. Untuk
menampung korban yang amat banyak, sering didirikan tempat pos kesehatan darurat
dengan relawannya.
Dalam kejadian bencana, ada pasien korban bencana yang hanya memerlukan
pelayanan rawat jalan atau rawat inap bila kondisinya serius. Selain itu ada banyak
korban yang meninggal di tempat kejadian atau dalam perjalanan ke rumah sakit.
Bahkan, ada pasien yang memutuskan pulang paksa dengan berbagai alasan.
a. Nama (bila ada identitas penunjuk seperti KTP, melalui keluarga/kawan, pasien
dapat berbicara sendiri).
d. Mencatat nomor pasien korban bencana yang diberikan dan tempat bencana (triage
tag number) dan menghubungkannya dengan nomor rekam medis (rekam
kesehatan) atau identitas lainnya, baik yang lama atau yang barn diperoleh dari
tempat penerimaan pasien (TPP) gawat darurat sarana pelayanan kesehatan.
e. Sebagai tambahan, disarankan agar dilengkapi dengan rekam medis gigi (dental
chart) yang sesuai dengan standar internasional.
Informasi darurat biasanya sangat singkat dan belum akurat karena data diperoleh
dalam kondisi yang seadanya, misalnya melalui pasien yang masih belum siap atau wali
bahkan pengantar. Ketidakmampuan petugas TPP untuk memperoleh informasi darurat
secara lengkap juga dapat dikarenakan kondisi pasien belum stabil, keluarga masih
panik atau bisa jadi pengantar, penolong tidak mengenal pasien. Bila keadaan sudah
lebih tenang dan dapat diatasi, petugas TPP IGD wajib melengkapi kekurangan data
melalui kartu identitas pasien atau melalui keterangan pasien, keluarga pasien/wali yang
ada.
Secara umum untuk identifikasi pasien korban bencana adalah sama dengan pasien
umum dan pasien IGD (identitas pasien yang belum diketahui) dengan penambahan
sebagai berikut :
a. Jenis Bencana
6. Penulisan Nama
Sebelum penetapan sistem penamaan yang dipakai, terlebih dahulu kita harus
memahami keperluan yang mendasar dari sistem penamaan tersebut, sehingga
dianggap perlu ditetapkan dengan sistem tersendiri. Sistem penamaan pada dasarnya
untuk memberikan identitas kepada seorang pasien serta untuk membedakan antara
pasien satu dengan pasien yang lainnya, sehingga mempermudah/ memperlancar di
dalam memberikan pelayanan rekam medis kepada pasien yang datang berobat ke
rumah sakit.
Di negara barat, penulisan nama pasien sangat mudah dilakukan, karena mereka
sudah memiliki patokan-patokan yang baku, misalnya mencatat nama untuk keperluan
resmi patokannya adalah nama keluarga (Surname) selalu dicantumkan terlebih dahulu,
lalu diikuti Nama diri (First Name). Di Indonesia, kurang dikenal penggunaan/
pencatatan nama berdasar nama keluarga, sebagaimana yang berlaku di Negara Barat.
32
Penamaan harus dilakukan secara luwes karena sebetulnya nama hanyalah salah satu
identitas yang membedakan pasien yang satu dengan yang lainnya, disamping umur,
alamat dan nomor rekam medis pasien.
Prinsip utama yang harus ditaati oleh petugas pencatat adalah nama pasien
harus lengkap, minimal terdiri dua suku kata. Dengan demikian, nama pasien yang
akan
tercantum dalam rekam medis akan menjadi satu diantara kemungkinan berikut:
a. Nama pasien sendiri, apabila nama sudah terdiri dan satu kata atau lebih;
b. Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama suami, apabila pasien sudah
bersuami;
c. Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama orang tua (biasanya nama ayah);
d. Bagi pasien yang mempunyai nama keluarga/marga, maka nama keluarga/ marga
atau surname didahulukan dan kemudian diikuti nama sendiri.
Namun untuk pemberian nama khususnya di daerah jawa dan di era sekarang
ini penggunaan nama marga/keluarga, nama suami sangat jarang digunakan, oleh
karena itu dalam sistem penamaan rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bengkulu diberlakukan ketentuan sebagai berikut :
b. Sebagai pelengkap, di akhir nama lengkap pasien ditambah Ny, Nn, An, Sdr
atau Tn (sesuai dengan statusnya)
c. Titel atau gelar tidak dicantumkan dalam sistem penamaan pasien di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu, Hal ini harus dijelaskan dalam general
consent yang disetujui dan ditandatangi oleh pasien saat pasien pertama kali
mendaftar.
Cara penulisan nama pasien menjadi sangat penting artinya karena sering
dijumpai pasien dengan nama yang sama dan seringnya seorang pasien berobat di
rumah sakit. Dengan menggunakan cara penulisan, akan memudahkan seorang
petugas rekam medis bagian filling (penyimpanan) untuk mengambil berkas rekam
medis di tempat penyimpanan apabila sewaktu-waktu berkas rekam medis
diperlukan. Untuk keseragaman penulisan nama seorang pasien, dipakai ejaan baru
yang disempurnakan.
33
Adapun prosedur penulisannya adalah sebagai berikut:
a. Ketentuan Umum
2) Penulisan nama dengan menggunakan huruf balok atau huruf yang mudah
dibaca
1) Nama yang dipakai pasien adalah nama pasien sendiri sesuai dengan kartu
identitas pasien
c. Nama bayi
Bagi bayi barn lahir biasanya belum diberi nama oleh orang tuanya, sehingga
penulisan nama bayi baru lahir menggunakan nama ibunya
Contoh
Diindeks
Setelah bayi tersebut kontrol atau berobat ulang barn kemudian nama tersebut
diganti dengan nama bayi yang sebenarnya.
34
1) Memberikan nama pasien dengan nama Tn X jika pasien berjenis kelamin laki-
laki dan Ny X jika pasien berjenis kelamin perempuan.
2) Jika jumlah pasien tanpa identitas lebih dari satu maka identifikasinya
menggunakan format Tn/Ny X, inisial petugas pendaftaran, dan urutan pasien
yang diidentifikasi. Label ini dapat dipakai sampai pasien dapat diidentifikasi
dengan benar. Prosedur pemberian nama inisial untuk pasien tanpa identitas ini
juga dapat digunakan saat kondisi bencana.
Contoh :
Tn Xfl untuk pasien tanpa identitas pertama yang didaftar oleh petugas
pendaftaran yang berinisial F, Ny Xf2 untuk pasien tanpa identitas kedua, Tn
Xnl untuk pasien tanpa identitas pertama yang didaftar oleh petugas
pendaftaran yang berinisial N, dan seterusnya
g. Suku kata nama yang disingkat pada saat penulisan nama pasien
h. Nama pasien dengan minimal dua suku kata dan memiliki awalan kata
"Muhammad" dan ejaan sejenisnya dalam sistem penamaan disingkat menjadi huruf
"M". Hal ini untuk mempermudah pencarian data pasien berdasarkan nama, karena
kata "Muhammad" dapat ditulis dalam ejaan yang berbeda beda. Jika nama pasien
hanya
Proses pengolahan rekam medis diselenggarakan oleh Bagian Rekam Medis, kegiatan
dan ketentuan mengenai proses pengolahan rekam medis adalah sebagai berikut;
Pengelolaan Rekam Medis adalah pengelolaan record yang dihasilkan rumah sakit,
merupakan bagian dan manajemen record. Susan Z Diamond (1995) dalam bukunya
Record Management menyebutkan manajemen record adalah berkenaan dengan control
record itu sendiri mulai dan penciptaan, yang diteruskan pada masa aktif dan inaktif,
sampai kepada masa pemusnahannya. Menurunya record mempunyai empat tahapan
dalam sikulusnya, yaitu:
35
b. Tahap record aktif, pada tahap ini frekuensi penggunaan record masih tinggi.
Dibutuhkan lebih cepat dalam mengakses.
c. Tahap record Inaktif, pada tahap ini tetap disimpan karena alasan aspek hukum
dan digunakan untuk referensi.
d. Tahap pemusnahan, terjadi karena organisasi tidak lagi membutuhkan dan tidak
digunakan untuk masalah legalitas.
c. Petugas rekam medis mengidentifikasi pasien rawat jalan menggunakan nama pasien
dan nama ibu kandung pasien yang tercetak pada karcis pendaftaran.
d. Dokter memeriksa dan mencatat hasil pemeriksaan dan terapi pada program Rekam
Medis Elektronik
a. Pasien yang sudah diperiksa oleh dokter pemeriksa, membawa surat permohonan
rawat inap dari Dokter ke Tempat Pendaftaran Rawat Inap
3) Petugas rekam medis membuat berkas rekam medis rawat inap baru,
melengkapi pengisian form-form terkait penerimaan pasien rawat inap,
mencetak label pasien rawat inap serta melengkapi identitas pasien pada berkas
rawat inap
4) Apabila pasien sudah pernah MRS, mencari rekam medis lama dan
menyatukannya dengan berkas rekam medis baru
c. Dokter pemeriksa mengisi dan melengkapi berkas rekam medis elektronik yang menj
adi kewaj ibannya
d. Petugas IGD/IRJ menyatukan print out rekam medis elektronik dan lembar asuhan
keperawatan IGD atau poliklinik dengan berkas rekam medis rawat inap,
mengirim pasien beserta berkas rekam medisnya ke ruang perawatan
e. Pasien diterima oleh petugas ruangan, kemudian petugas ruangan dan petugas
IGD/IRJ melakukan timbang terima mengenai kondisi pasien dan mencatatnya
pada buku registrasi pasien rawat inap
f. Dokter yang merawat pasien mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik,
terapi serta semua tindakan yang diberikan kepada pasien pada berkas rekam medis
yang menjadi tanggung jawabnya dan menandatanganinya
4) Penyimpan berkas rekam medis yang sudah lengkap kedalam rak penyimpanan
2. Assembling ( Perakitan )
Assembling atau perakitan adalah kegiatan yang harus ada di dalam system
penyelenggaraan rekam medis. Kegiatan Assembling dapat dikategorikan sebagai
kegiatan dalam proses penyelenggaraan rekam medis dan dapat juga dikategorikan
sebagai kegiatan dalam proses pengolahan rekam medis. Kegiatan yang termasuk dalam
proses penyelenggaraan rekam medis adalah kegiatan perakitan berkas rekam medis
yaitu menyiapkan berkas rawat jalan dan menyiapkan berkas rawat inap
3. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk kasus medical bedah
Tujuan penyusunan berkas rekam medis adalah agar rekam medis tertata dengan
rapi sehingga diharapkan fungsi dan kegunaan rekam medis dapat berguna lebih
optimal.
a. Indentitas pasien
38
b. Keterisian setiap lembaran rekam medis
c. Autentikasi setiap lembaran rekam medis (Nama terang dan tanda tangan)
Evaluasi yang dilakukan hanya sebatas kuantitatif artinya hanya melihat terisi atau
tidak tanpa memperhatikan kebenaran isian tersebut. Evahuisi sampai dengan
kebenaran isian rekam medis adalah kewenangan Panitia Rekam Medis, evaluasi
tersebut bersifat kualitatif yang memuat kriteria 4 C yaitu ;
1. Clear / Jelas artinya pengisian setiap lembaran rekam medis adalah jelas dan
mudah dibaca
2. Clean / Bersih artinya setiap lembaran tidak ada coretan yang tidak pada tempatnya
4. Correct / Benar artinya isian di dalam berkas rekam medis adalah benar dan sesuai
dengan standar dan ketentuan yang berlaku (Juknis dan SOP)
Petunjuk teknis tentang proses evaluasi diatas sesuai dengan pembahasan serta
petunjuk teknis dalam proses penyelenggaraan pengembalian berkas rekam medis
Pelaporan rumah sakit adalah hasil rekap kegiatan pelayanan baik rawat inap,
rawat jalan, instalasi penunjang dll selama kurun waktu tertentu sesuai ketetapan
direktur dan peraturan yang berlaku di Indonesia.
Pelaporan itu sendiri merupakan informasi atau data yang dibutuhkan oleh pihak
manajemen rumah sakit itu sendiri dan pemerintah guna mengambil keputusan. Oleh
karena itu pelaporan yang tepat dan akurat sangat dibutuhkan oleh semua pihak
terutama pihak pengambil keputusan atau kebijakan di rumah sakit dan pemerintah
dalam menyikapi seluruh hal yang dilaporkan tersebut. Adapun format laporan yang
disampaikan pada pihak — pihak terkait adalah sesuai dengan data atau informasi apa
saja yang dibutuhkan oleh pihak tersebut, sehingga data yang didapat dan unit — unit
pelaksana pelayanan dan unit yang melaporkan akan didapatkan hasil yang sama,
sehingga bisa dikatakan data tersebut akurat.
Jenis pelaporan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu ini secara garis
besar dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu :
Penjelasan lebih rinci mengenai pembagian diatas dijabarkan dalam panduan pelaporan
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu
Pencatatan dan pengisian rekam medis adalah suatu prosedur yang wajib
dilaksanakan karena tanpa ada isi dari setiap lembaran-lembaran rekam medis, maka
lembaran tersebut tidak memiliki nilai guna sama sekali. Oleh karena itu perlu
adanya prosedur yang mengatur secara jelas dan spesifik mengenai pencatatan dan
pengisian berkas rekam medis.
a. Setiap pasien harus mempunyai Rekam Medis yang lengkap dan akurat.
b. Setiap pelayanan yang diberikan kepada pasien harus dicatat dalam lembaran
rekam medis sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
c. Setiap tindakan yang diberikan kepada pasien harus atas persetujuan pasien, baik
lisan maupun tertulis. Tindakan yang beresiko tinggi harus memperoleh
persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan
d. Rekam Medis yang disimpan harus mudah di cari dan dijaga kerahasiaannya
a. Prosedur Umum
4) Penulisan simbol dan singkatan dalam pencatatan berkas rekam medis harus
40
mengacu pada prosedur simbol dan singkatan yang telah ditetapkan
a) Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang
melayani pasien di rumah sakit
d) Tenaga para medis perawatan dan tenaga para medis non perawatan yang
langsung terlibat di dalam pelayanan kepada pasien, antara lain : Perawat,
Perawat Gigi, Bidan, Tenaga Laboratorium (analis medis), Gizi, Farmasi
Klinis, Anestesi, Penata Rontgen, Rehabilitasi Medik dan lain sebagainya
(Depkes RI, Pedoman penyelenggaraan Rekam Medis Revisi-II, 2006). Di
Rumah Sakit Islam Jemursrai Surabaya, kewenangan pengisian berkas
rekam medis juga diberikan kepada petugas fisiotherapy, Petugas
Bimbingan Rohani, dan Petugas rekam medis.
e) Untuk dokter luar negeri yang melakukan alih teknologi kedokteran yang
berupa tindakan/ konsultasi kepada pasien, maka yang mebuat rekam
medis pasien adalah dokter yang ditunjuk oleh direktur rumah sakit.
b. Prosedur Pencatatan
(1) Untuk pasien baru petuga menjelaskan dan meminta pasien mengisi
form general consent
Dokter :
Perawat :
(1) Mencatat pada buku register tentang pelayanan yang telah diberikan
sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan
(1) Dokter :
(2) Perawat :
ii. Petudas mencatat identitas pasien pada form ringkasan masuk dan
keluar
43
v. Berdasarkan Surat Persetujuan Rawat Inap, mencatat paviliun dan klas
perawatan yang diinginkan pasien/keluarga
b) Pencatatan di IIGD
Dokter :
Perawat :
44
5. Membuat Surat keterangan, antara lain :
(2) Nama
45
(3) Alamat
(4) Umur
d) Pencatatan bagi :
a)Dokter :
b)Perawat :
1. Jumlah korban
46
ii. Melengkapi data registrasi pasien yang masih kosong
e.Pada saat memulangkan bayi, tali gelang digunting dan identitas bayi
47
ditunjukkan ke orang tuanya
2) Dokter
Selain prosedur pencatatan juga harus ada penanggung jawab terhadap pengisian rekam
medis, ketentuan umum mengenai penanggungjawab pengisian rekam medis adalah sebagai
berikut;
Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang melakukan
pelayanan rawat jalan maupun rawat inap wajib membuat rekam medis. Yang
membuat/ mengisi rekam medis adalah dokter dan tenaga kesehatan lainnya :
1) Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang
melayani pasien dirumah sakit.
Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien
menerima pelayanan dengan ketentuan sbb :
a. Dokter
2) Tindakan pembedahan segera dilaporkan atau ditulis pada hari yang sama
pada berkas rekam medis
3) Menuliskan nama pasien dan nomor rekam medis pada setiap dokumen
yang menjadi tugas dan kewenangannya
49
segera diperbaiki dengan cara mencoret data yang salah (lurus horisontal)
kemudian mencantumkan tanda tangan dan nama terang serta tanggal waktu
dilakukannya perbaikan.
6) Ringkasan Pasien
7) Ringkasan Penyakit
8) Apabila pasien meninggal dunia, mengisi sebab kematian baik pada formulir
kematian maupun pada berkas rekam medis pasien
9) Penulisan dalam dokumen rekam medis harus dengan lengkap, benar, akurat
dan tulisan yang j elas dan mudah dibaca serta tanpa coretan.
10) Bertanggung jawab terhadap pengisian dan kelengkapan data medis pada:
b) Pengkajian awal medis, diisi oleh dokter yang memvisite pasien pertama
kali
d) Surat kematian diisi oleh dokter yang mendampingi pasien tersebut saat
meninggal dunia
b. Perawat
50
2) Mengisi atau membuat asuhan keperawatan dengan tulisan yang jelas,
benar dan mudah dibaca
3) Menuliskan tanggal, jam, tanda tangan dan nama terang perawat yang
memberikan tindakan atau pelayanan kepada pasien dalam lembar CPPT
4) Menuliskan nama pasien dan nomor rekam medis pada tiap dokumen
yang menjadi tugas dan kewenangannya
medis pada :
c. Pesanan Pulang diisi oleh Kepala Ruang Rawat Inap dimana pasien
dirawat atau Perawat Penanggung Jawab Shift.
2) Menuliskan data pada formulir rekam medis dengan jelas, benar dan
mudah dibaca
1) Melengkapi identitas pasien baik data pribadi, nama ibu kandung serta
data sosial pada dokumen yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya
2) Mencantunikan nomor rekam medis pada folder / map rekam medis dan
dokumen yang menjadi tanggung jawabnya
3) Melakukan pencetakan label pasien rawat bap dan label map untuk
berkas rekam medis pasien rawat inap
4) Penulisan data identitas pasien dan data sosial pada dokumen rekam
medis harus menggunakan tinta hitam tahan air, huruf cetak serta dengan
penulisan yang jelas dan mudah dibaca.
3. Informed Consent
d. Persetujuan lisan untuk tindakan beresiko kecil atau tidak invasif dapat
diberikan oleh pasien/keluarga dalam bentuk anggukan, menyodorkan
anggota tubuh yang akan dilakukan tindakan, maupun bentuk lain yang
menunjukkan persetujuannya. Persetujuan untuk dilakukan tindakan-
52
tindakan yang berhubungan dengan keperawatan dan penunjang juga
telah dijelaskan pada form persetujuan umum (general consent) yang di
tandatangani oleh pasien/penanggung jawab saat pasien akan medapatkan
pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu.
Ketentuan lain yang sangat terkait dengan informed consent adalah otopsi dan
adopsi, yang dalam penerapannya membutuhkan proxy consent.
1) Otopsi
2) Kematian yang tidak wajar, Death on Arrival dan atau dengan adanya
surat permintaan pemeriksaan dalam (otopsi) dan kepolisian
54
c. Pemeriksaan dalam apabila dikerjakan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Bengkulu akan dilakukan oleh dokter jaga yang saat itu menerima
VER dari pihak Kepolisian. Apabila diperlukan tenaga ahli dalam
pemeriksaan dalam maka Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu
dapat meminta bantuan dr Spesialis Forensik dari RS Rujukan.
e. Surat Kematian boleh diberikan jika ada permintaan tertulis dari Pihak
Kepolisian untuk keperluan tertentu
2) Adopsi
1. Berkas Rekam Medis milik rumah sakit dan tidak boleh keluar dari rumah sakit.
2. Permintaan Resume Medis harus oleh pasien sendiri. Apabila diwakilkan harus
dengan Surat Kuasa bermaterai 6000.
3. Untuk pasien anak (usia < 14 tahun), permintaan Resume Medis bisa oleh orang
tuanya tanpa Surat Kuasa dengan melampirkan fotocopy kartu keluarga.
55
4. Pelayanan permintaan Resume Medis selesai maksimal dalam waktu 3 hari. Jika
dokter yang merawat berhalangan hadir dalam waktu tersebut, maka blangko dapat
diisi oleh dokter lain yang berwenang yaitu :
Prosedur mengenai permintaan surat keterangan medis terbagi menjadi dua yaitu ;
a. Pasien
56
5) Menerima resume medis pasien
9) Menerima blangko Resume Medis yang sudah terisi lengkap dan dokter
yang merawat atau petugas unit pelayanan
12) Menyerahkan Resume Medis kepada pasien atau penerima kuasa pada
waktu yang telah ditentukan setelah pasien / penerima kuasa
menyerahkan bukti Permintaan Resume Medis dan menyerahkan Surat
Kuasa bermaterai yang telah diisi dengan lengkap
13) Meminta tanda tangan dan nama terang pasien/penerima kuasa yang
mengambil Resume Medis di Buku Permintaan Resume Medis
14) Menyimpan copy Resume Medis, bukti permintaan Resume Medis dan
Surat Kuasa bermaterai dalam ordner
57
1) Menerima blangko Resume Medis dan petugas Rekam Medis atau dan
petugas unit pelayanan
Visum Et Repertum (VER) adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas
permintaan penyidik dan kepolisian yang berwenang, mengenai hasil pemeriksaan
medis terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian
tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah, untuk kepentingan
peradilan
Prosedur yang terkait dengan pembuatan Visum Et Repertum adalah sebagai berikut :
a. Pihak Kepolisian
58
(SPVR) Mencatat permintaan Visum pada
buku register VER
b. Dokter
7. Penulisan Diagnosis
Sistem pengkodean ini telah ditetapkan dalam daftar singkatan yang digunakan di
RSIJS dan telah terkode sesuai dengan ICD 10.
1) Berkas rekam medis elektronik pada rawat jalan dan instalasi gawat darurat.
Untuk penulisan diagnosa dan tindakan kedokteran pada berkas rekam medis
rawat jalan dan instalasi gawat darurat telah menggunakan data base penyakit
dengan istilah yang biasa digunakan di RSIJS sedangkan untuk pengkodean
mengacu pada kode WHO ICD 10 dan ICD 9 CM.
Penulisan secara manual pada berkas rekam medis rawat inap yang terdiri dan
diagnosa awal, diagnosa utama, diagnosa kerja, diagnosa komplikasi dengan
59
ketentuan yang sama dengan database penyakit dan singkatan yang telah baku
digunakan di RSIJS
60