TUGAS 4 56 Ganjil Akuntansi Pajak
TUGAS 4 56 Ganjil Akuntansi Pajak
TUGAS 4 56 Ganjil Akuntansi Pajak
1. Mengapa perusahaan harus menyajikan terpisah antara piutang usaha kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dengan piutang usaha pihak ke-3, didalam laporan keuangan?
Jawab :
Karena adanya hubungan istimewa dikhawatirkan terjadinya praktek transfer princing.
Sehingga apabila terjadi utang piutang antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa,
piutang harus disajikan dalam akun rekening tersendiri dan transaksi di perhitungkan
berdasarkan harga wajar.
5. Biaya piutang tak tertagih, tidak diperbolehkan mengurangi penghasilan bruto. Tetapi sesuai
dengan pasal 6 ayat (1) huruf h ditentukan syarat-syarat dari penghapusan piutang yang tidak
dapat ditagih. Sebutkan syarat-syarat tersebut.
Jawab :
Telah di bebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.
Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat di tagih kepada
Direktorat Jendral Pajak
Telah diserahkan perkara penagihnya kepada pengadilan negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara, atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan atau telah di publikasikan dalam penerbitan umum atau khusus atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah di hapuskan untuk jumlah
utang tertentu.
Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan
piutang tak tertagih debitur kecil.
7. PT Alvonzo bergerak di bidang perdagangan umum. Bulan oktober menjual barang dagangan
Rp. 23.100.000 (termasuk PPN) secara kredit. Buatlah jurnal penjualan dengan harga jual
Rp. 25.000.000; bila (a) perusahaan non PKP, dan (b) perusahaan PKP.
Jawab :
Dik : dijual barang dagangan = Rp. 23.100.000 (termasuk PPN)
Harga jual = Rp. 25.000.000
Dit : jurnal penjualan dengan harga jual Rp.25.000.000, bila
a) Perusahaan non PKP
b) Perusahaan PKP
Penye :
9. Jelaskan aspek peruturan perpajakan yang menjadi dasar untuk mengantisipasi kemungkinan
tidak tertagihnya piutang perusahaan (pada kahir tahun 2011 di bentuk cadangan piutang tak
tertagih sebesar Rp.25.000.000).
Jawab :
Dalam ketentuan pajak tidak memperkenankan pembentukan cadangan penghapusan piutang.
Ketentuan pajak lebih melihat realitas dan memberlakukan dengan metode penghapusan
langsung. Sehingga jurnalnya :
Beban piutang tak tertagih Rp.25.000.000
Piutang usaha Rp.25.000.000
11. PT Noel mempunyai saldo piutang usaha dan dana cadangan piutang tidak tertagih sebesar
Rp. 231.000.000 dan Rp.27.500.000. kartu piutang usaha setiap pelanggan tahun 2012 adalah
sebagai berikut (dalam rupiah).
PT Apple PT Cherry
17 jan 120.000.000 8 feb 100.000.000 18 feb 95.000.000 18 apr 75.000.000
25 mei 70.000.000 22 jun 55.000.000 29 agt 70.000.000 19 sep 50.000.000
18 nov 50.000.000 10 des 90.000.000
19 des 65.000.000
Syarat kredit adalah 5/10, n/60. Presentase atau estimasi piutang tak tertagih berdasarkan
golongan umur adalah :
Anda di minta untuk membuat skedul umur piutang usaha untuk PT Noel per tanggal 31
Desember 2012 dan jurnal yang di perlukan.
Jawab :
Desember 31 November 30 84
Sesember
103 Desember 31 22
31-9
132 22
PT Monika PT Queen
November 30 Juli 31-23 8
Desember 31 Agustus 31
61 September 30
Oktober 31
November 30
Desember 31
160
Jurnal :
Beban Kerugian Piutang dagang 27.450.000
Cadangan Kerugian Piutang Dagang 27.450.000
3. Sebutkan sistem pencatatan persediaan menurut akuntansi dan pajak disertai dengan
peraturan-peraturannya!
Jawaban :
1) Sistem Pencatatan Persediaan Periodik (Periodic Inventory System)
Pencatatan persediaan sistem periodik disebut juga pencatatan fisik. Pada metode ini akun
persediaan akun diperbaharui nilainya hanya pada akhir periode saja sebelum penyusun laporan
keuangan, melalui perhitungan fisik persediaan (stock opname) di gudang.
Berikut ini perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan periodik :
a) Tidak ada pencatatan pada akhir persediaan;
b) Beban angkut pembelian akan didebet pada akun beban angkut pembelian;
c) Pembelian barang dagang secara tunai didebet pada akun pembelian, dan dikredit
pada akun kas. Jika pembelian secara kredit, dicatat pada akun utang dagang;
d) Retur dan potongan pembelian akan dikredit ke akun retur dan potongan
pembelian;
e) Potongan tunai pembelian akun dikredit ke akun potongan tunai pembelian;
f) Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan dihitung pada akhir periode
setelah melakukan perhitungan fisik dari penilaian persediaan akhir.
2) Sistem Pencatatan Persediaan Perpetual (Perpetual Inventory System)
Pencatatan persediaan sistem perpetual merupakan perhitungan jumlah dan nilai persediaan yang
dilakukan secara terus menerus setiap kali terjadi transaksi yang berkaitan dengan persediaan barang
dagang.
Berikut ini perlakuan akuntansi terhadap sistem pencatata persediaan perpetual :
1) Pembelian barang dagang akan didebet pada akun persediaan;
2) Beban angkut pembelian akan dikredit ke akun persediaan;
3) Retur pembelian akan dikredit ke akun persediaan;
4) Potongan pembelian akan dikredit ke akun persediaan;
5) Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan diketahui bersamaan dengan
pengakuan penjualan dan akun persediaan akan dikredit;
Akun persediaan adalah akun pengendalian yang didukung dengan buku besar pembantu untuk setiap
jenis persediaan.
4. –
Pada tanggal 31 Maret 2012, PT. B menjual 30 unit barang dagangan secara tunai dengan
harga jual per masing-masing unit sebesar Rp 70.000 (belum termasuk PPN) .
Jurnal
transaksi
tersebut:
Jika PT. B belum dikukuhkan sebagai PKP maka jurnal pada saat pembelian barang
dagangan sebagai berikut:
PT. B tidak dapat mengkreditkan Pajak Masukannya sehingga Pajak Masukan dimasukkan sebagai
harga perolehan barang dagangan. Jadi I unit barang dagangan adalah Rp 5.500.000 :
7. Dalam masa inflasi, jelaskan mengenai dampak terhadap nilai persediaan akhir dan HPP
dari sistem penilaian persediaan untuk metode FIFO dan Average!
Jawaban :
Dampak Terhadap Nilai Persediaan Akhir Dan HPP Dari Sistem Penilaian Persediaan Untuk
Metode FIFO Dan Average
Penggunaan metode FIFO Menurut (Hermawan, 2008), Metode FIFO menghasilkan
persediaan akhir yang paling tinggi dan menghasilkan HPP yang paling rendah. Hal
tersebut terjadi selama masa inflasi atau saat harga-harga meningkat. Namun
tingginya laba kotor hanya bersifat sementara karena persediaan harus diganti dengan
harga yang terus meningkat.
Penggunaan Metode Rata-rata (Average) Menurut (Hermawan, 2008), penggunaan
Metode Rata-rata pada masa inflasi akan menghasilkan jumlah diantara metode FIFO
dan LIFO. Jumlah HPP metode rata-rata berada diantara metode FIFO dan metode
LIFO, demikian juga dengan jumlah persediaan akhir dan laba kotor.
8. –
10. –
11. PT Pearl adalah perusahaan yang menjual peralatan selam. Tahun ini mengalami
musibah kebakaran sehingga sebagian besar persediaan barang rusak terbakar.
Berikut ini adalah data sebelum kebakaran tanggal 3 april 2012 dalam ribuan rupiah, yaitu :
▪ Persediaan barang dagang awal = 85.000
▪ Pembelian = penjualan + 1/ 2 retur pembelian
▪ Ongkos angkut pembelian =9000
▪ Retur pembelian = 10% X persediaan barang dagang awal
▪ Potongan pembelian = 7000
▪ Penjualan = 100.000
▪ Retur penjualan = 11,5 % X ( penjualan – persediaan barang dagang awal )
▪ Potongan penjualan = 8.275
▪ Persediaan barang dagang yang selamat
=32.500 Diminta:
Hitunglah nilai kerugian PT Pearl atas barang dagang terbakar apabila perusahaan menggunakan metode
laba bruto ,jika diharapkan :
a) Laba Bruto sebesar 20 % dari HPP
b) Laba bruto sebesar 15 % dari penjualan
Jawab :
a) Laba Bruto sebesar 20 % dari HPP
- Jumlah barang tersedia dijual
Persediaan awal 85.000
Pembelian
(Penjualan + ½ Retur Pembelian)
(100.000 + (1/2) (10% × Persediaan barang awal)
(100.000 + 4.250) 104.250
189.250
- Laba Kotor
20% × Jumlah penjualan
20% × 100.000 = 20.000
- Harga Pokok Penjualan
Penjualan – Laba Kotor
100.000-20.000=80.000
b) Laba bruto sebesar 15 % dari penjualan
Persediaan barang awal 85.000
Pembelian bersih
(Penjualan + ½ retur pembelian)
(100.000 + ((1/2) (10% x Persediaan brg awal))
(100.000 + 4.250) 104.250
Barang Tersedia Untuk Dijual 189.250
Harga Pokok Penjualan
15% x 100.000 = 15.000
Hpp = 100.000 – 15.000 85.000
Persediaan Akhir 104.250
Persediaan Yang Masih Ada
15% x 32.500 4.875
Penjualan yang terbakar 99.375
1. Dasar pemungutan PPh 22 terdiri dari : nilai impor, harga jual lelang, harga pembelian dan
harga penjualan. Apakah yang dimaksud dengan nilai impor ?
Jawaban :
Nilai impor yang dimaksud adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea yaitu
Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan pungutan lainnya yang
dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan kepabeanan di bidang impor.
3. Sebutkan dan jelaskan mengenai kewajiban pajak atas sewa yang anda ketahui !
Jawaban :
Pajak atas sewa menyewa property
1) PPh ( Pajak Penghasilan )
Dasar Hukum : Pasal 2 ayat 1 dan 2 Serta pasal 3 Peraturan Pemerintah No.
29/1996 yang diubah menjadi peraturan pemerintah No. 5/2002 Tentang
pembayaran PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan,
yang isinya :
o Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari penyewa yang
bertindak atau ditunjuk sebagai pemotong pajak wajib dipotong PPh.
o Bila penyewa bukan sebagai pemotong pajak, maka PPh yang terutang wajib
dibayar sendiri oleh orang pribadi atau badan yang menerima/memperoleh
penghasilan.
o Besarnya PPh yang wajib dipotong atau dibayar sendiri adalah 10%
dari jumlah bruto nilai sewa tanah maupun bangunan, dan bersifat final.
Implikasi : Jika penyewa bukan pemotong pajak, maka PPh harus disetorkan oleh
pemilik ke bank memakai Surat Setoran Pajak ( SSP ) persepsi paling lambat
tanggal 10 bulan setelah transaksi.
Aplikasi : SSP di atas harus dilaporkan ke kantor pelayanan pajak tempat
anda terdaftar.
Mengenai pelaporan SPT tahunan, dengan menggunakan SPT 1770 S bukti
pemotongan PPh dari perusahaan ( 1721 AI ) dilampirkan pada SPT Tahunan
pemilik dan penghasilan dari sewa dimasukkan dalam kolom penghasilan
yang telah dikenai pajak final ( tidak perlu lagi digabungkan untuk
menghitung PPh pada akhir tahun ).
2) PPN ( Pajak Pertambahan Nilai )
Dasar hukum : UU No. 18 Tahun 2008 tentang PPN Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas barang mewah menyebutkan bahwa jasa persewaan tanah dan
atau bangunan merupakan jasa yang tidak dikecualikan dari pengenaan PPN.
Implikasi : Jika nilai sewa mencapai Rp. 600 juta atau lebih dalam satu tahun
buku, pemilik harus dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak pada kantor
pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi lokasi tanah dan atau bangunan itu
( sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan No. 571/KMK.03/2003 tanggal 29
Desember 2003 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan No.
552/KMK.04/2000 tentang Batasan Pengusahan Kecil PPN ).
Aplikasi : Setelah dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak, pemilik harus
memungut PPN sebesar 10% dari nilai sewa atas PPN yang dipungut,
pemilik harus menyetor ke bank persepsi atau kantor pos , paling lambat tanggal 15
bulan setelah terjadinya transaksi dan harus menyampaikan SPT masa PPN paling
lambat tanggal 20 bulan setelah transaksi.
5. PT Anaku beralamat di Jl. Harapan 82 Jakarta, NPWP :
009.876.543.211.234 adalah importir mobil yang telah mempunyai API.
Pada tanggal 18 Oktober 2011 perusahaan mengimpor 50 unit mobil, dengan harga faktur
$10.000 per unit. Total beban asuransi dan beban angkut yang berkaitan dengan impor mobil
tersebut masing-masing adalah $3.000 dan $7.000. Bea masuk yang dibayar oleh perusahaan
sebesar 5% dari CIF dan bea masuk tambahan sebesar 20% dari CIF. Kurs pada saat itu
ditetapkan oleh Menteri Keuangan $1 adalah Rp. 10.103. Dari 50 unit mobil impor tersebut, 2
unit mobil digunakan untuk komisaris dan direktur utama PT Anaku; dan sisanya akan dijual ke
pasaran.
Perusahaan menetapkan bahwa mobil tersebut mempunyai masa manfaat selama 10 tahun,
sedangkan menurut pajak mobil tersebut termasuk kelompok 2 ( 8 tahun ). Perusahaan
menggunakan metode garis lurus dalam perhitungan penyusutannya untuk akuntansi maupun pajak.
Buatlah jurnal pada tanggal 18 Oktober 2011 untuk pembelian 2 mobil impor tersebut dan pada
tanggal 31 Desember 2011 untuk penyusutan 2 mobil impor tersebut.
Jawaban :
Harga Faktur 2 Unit Mobil $20.000
Beban Asuransi $ 3.000
Beban Angkut $ 7.000
CIF $30.000
CIF =$30.000
Bea Masuk 5% x $60.000 = $ 3.000
Bea Masuk Tambahan 20% x $60.000 = $12.000
Nilai Impor Mobil = $45.000 = Rp. 454.635.000
PPN 10% x $45.000 = $ 4.500 = Rp. 45.463.500
PPh 22 Impor = 2,5 % x Rp. 454.635.000 = Rp. 11.365.875
Jurnal Pembelian
18 Oktober 2011
untuk 2 Mobil
Impor :
Mobil Rp. 454.635.000
PPN Masukan Rp. 45.463.500
PPh 22 dibayar dimuka Rp. 11.365.875
Kas/Bank Rp. 511.464.375
Jurnal
Penyusutan 31
Desember 2011
untuk 2 Mobil
Impor :
Untuk Akuntansi
Beban Penyusutan Mobil Rp. 15.154.500
Akumulasi Penyusutan Mobil Rp. 15.154.500
Untuk Pajak
Beban Penyusutan Mobil Rp. 18.943.125
Akumulasi Penyusutan Mobil Rp. 18.943.125
7. PT Queen merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan umum dan jasa
lainnya yang berkedudukan di jalan Nirwana Bogor dan memiliki NPWP. Transaksi
yang berkaitan dengan PPh 22, 23 dan PPh 4 ayat ( 2 ) yang dilakukan oleh PT Queen
selama tahun 2012 adalah sebagai berikut.
a. Melakukan impor suku cadang kereta api dari Jerman menggunakan API dengan
CIF Euro 11.000 dengan kurs KMK untuk periode tersebut adalah Rp. 8.670.
b. Membayar tagihan kepada PT Siaga atas servis peralatan kantor dengan
perincian penggantian suku cadang Rp. 300.000 dan jasa servis Rp. 75.000.
c. Membayar tagihan katering dari perusahaan katering Enak Tenan dengan
perincian bahan makanan Rp. 500.000 dan jasa kateringnya Rp. 200.000.
d. Membayar bunga pinjaman kepada bank Noni sebesar Rp. 5.000.000.
e. Membayar dividen kepada para pemegang saham sebesar Rp. 200.000.000
dimana semua pemegang saham adalah orang pribadi dan memiliki NPWP.
f. Menerima pembayaran deviden dari PT Avia sebesar Rp. 25.000.000 dimana
PT Queen memiliki 20% saham beredar dari PT Avia.
g. Ikut serta dalam penghijauan Bogor dari Pemda Jawa Barat untuk menanamsejuta
pohon, atas jasanya tersebut PT Queen menerima imbalan Rp. 10.000.000.
h. Membayar sewa gedung yang digunakan perusahaan sebesar Rp. 180.000.000
untuk jangka waktu 1 tahun mulai Mei 2012.
Buatlah jurnal untuk transaksi di atas oleh kedua belah pihak ( penerima penghasilan &
pembayar beban ).
a. PT. Damai
PT. Peace ;
PPN keluaran Rp49.000.000
Kas/Bank Rp49.000.000
b. PT. Kuark ;
PT. Peace ;
PPN keluaran Rp7.000.000
Kas/Bank Rp7.000.000
c. PT. Peace ;
Tidak ada jurnal
Perusahaan BoBoTop ;
PPh 23 atas jasa Rp4.000
Kas/Bank Rp4.000
11. Untuk memudahkan karyawannya, PT Wangi ( PKP ) menyediakan 3 buah bus antar - jemput
karyawan. Bus yang digunakan tersebut disewa dari PO Alam Segar ( PKP ) dengan membayar
sewa @ Rp. 5.000.000 Pembayaran dilakukan setiap bulan setelah ada tagihan dari PO Alam
Segar. Transaksi selama bulan juli dan Agustus 2011 yang berkaitan dengan pemotongan dan
penyetoran PPh 23 yang terdapat dalam pembukuan PT Wangi :
02/7/11 menerima tagihan sewa 3 bus dari PO Alam Segar sebesar Rp. 15.000.000 dan
telah menerima faktur pajak.
10/7/11 melunasi utang atas sewa bus kepada PO Alam Segar dan menyerahkan bukti
pemotongan PPh 23 kepada PO Alam Segar.
10/8/11 menyetorkan PPh 23 atas sewa bus dari PO Alam Segar. Buatlah
jurnal untuk transaksi di atas oleh PT Wangi dan PO Alam Segar. Jawaban :
Jurnal Tanggal 02 JULI 2011
PT.Wangi
Kas/ bank Rp 16.275.000
PPh 23 dibayar dimuka Rp 225.000
PPn keluaran Rp 1.500.000
Pendapatan sewa Rp 15.000.000
PT.PO.ALAM SEGAR
Sewa bus dibayar dimuka Rp 15.000.000
PPn masukan Rp 1.500.000
Utang PPh 23 Rp 225.000
Kas / bank Rp 16.275.000
13. PT Poki menerima STP PPh 25 masa januari s.d. Maret 2012 dengan perincian yaitu : pokok
pajak sebesar Rp. 75.000.000 dan sanksi sebesar Rp. 4.500.000. Buatlah jurnal pembukuan
STP ini.
Jawaban :
15. Anda seorang tax accountant di sebuah perusahaan, sajikan jurnal berdasarkan transaksi bulan
September 2011 di bawah ini.
Jawaban :
( Kurs BI Rp 8.600 x
US$450 = Rp
3.870.000)
Rp 3.825.000 -
Biaya Jasa fee
– Rp. 3.825.000
Kas/Bank
Kas/Bank - 0
- Rp. 2.000.000
10/09/11 Biaya Audit fee Rp.5.000.000 -
21. Berdasarkan data nomor 20, jika diketahui terdapat kompensasi rugi tahun sebelumnya Rp.
50.000.000 dan tidak terdapat kredit pajak, hitung angsuran PPh 25 tahun 2012. Jawaban :
Penghasilan yang dipakai sebagai dasar perhitungan angsuran PPh Pasal 25 adalah sebesar
Rp100.000.000 – Rp50.000.000 = Rp50.000.000.
PPh terutang:
22% x Rp50.000.000 11.000.000