LAPORAN PENDAHULUAN Scabies PD Anak New

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

Asuhan Keperawatan Anak pada An “A” Dengan SCABIES Di Puskesmas

Ampenan Kota Mataram Tahun 2021

OLEH:

NAMA : NILA KURNIA SAFITRI


NIM : 070 STYJ 20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2020/2021

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SCABIES

1. Pengertian
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi
(kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. Humini.s (Adhi Djuanda. 2007).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma’rufi, Soedjajadi K, Hari B
N, 2005).
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai
semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau
mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997).
2. Etiologi
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik
sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes
betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan lucidum membuat
terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina
bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni
sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang
memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal.
3. Manifestasi klinik
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardial berikut :
a. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lembab dan panas.
b. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia,misalnya mengenai seluruh
anggota keluarga.
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang
1cm, pada ujung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi
biasanya daerah dengan stratum komeum tpis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan
perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan
telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit.Pada remaja dan orang dewasa
dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk.  Dapat ditemikan
satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Keluhan utama pada penderita scabies adalah :
a. Rasa gatal terutama pada malam hari.
b. Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1 cm.
c. Kadang disertai nanah karena infeksi kuman akibat garukan.
4. Klasifikasi
Klasifikasi scabies antara lain :
a. Scabies pada orang bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul dan
terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga jarang dijumpai.
b. Scabies nodular, yaitu lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genetalia laki-laki.Nodus
ini timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies.
c. Scabies yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah anjing,
kelainan ini berbeda dengan scabies manusia karena tidak terdapat
terowongan, tidak menyerang sela jari dan genetalia eksterna. Lesi biasanya
terdapat pada daerah dimana orang sering kontak dengan binatang
kesayangannya.Kelainan ini hanya bersifat sementara karena kutu binatang
tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
d. Scabies pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat mengenai
seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan dan kaki, dan
sering terjadi infeksi sekunder impetigo sehingga terowomgan jarang
ditemukan.
e. Scabies terbaring ditempat tidur, yaitu kelainan yang sering menyerang
penderita penyakit kronis dan pada orang yang lanjut usia yang terpaksa harus
tinggal ditempat tidur terus. Sehingga orang itu dapat menderita scabies
dengan lesi yang terbatas.
f. Scabies Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang luas
dengan krusta,skuama generaisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat
predleksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga, bokong,siku, lutut,
telapak tangan dan kaki yang disertai distrofi kuku, namun rasa gatal tidak
terlalu menonjol tetapi sangat menular karena jumlah tungau yang
menginfeksi sangat banyak (ribuan).
5. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan
sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada
pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh sensitisasi terhadap secret
dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.
Pada saat it kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul,
vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan
infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi
tungau.

PATHWAY
Tungau Sarcoptes Scabies Betina

Kontak tidak langsung (mis : Kontak langsung (mis:


pakaian, handuk, seprei, bantal) bersalaman, hub. Seksual,
menggaruk)

Tungau berada di epidermis

Masuk ke stratum korneum

Membentuk kunikulus

Tangan mengeluarkan cairan

Reaksi sensitisasi tubuh

Gatal Sulit tidur

Luka pada kulit Garukan


Gangguan pola
tidur
Terjadi erosi,
Port de entre (pintu eksoriasi/krusta
masuk virus/bakteri)

Gangguan integritas
Resiko infeksi
6. Penatalaksanaan kulit

Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:


a. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus,
handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya
hingga kering.
b. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
c. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk
memutuskan rantai penularan.
d. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit yang
mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
e. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk dan
pakaian yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panas kalau
perlu direbus dan dikeringkan dengan alat pengering panas.
f. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih
dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar matahari
serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga dengan baik.
Jenis obat topikal:
a. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % dalam bentuk salep atau
krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak
sangat aman efektif. Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang dari
tiga hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori
pakaian, dan dapat menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi,
dan kadang-kadang semakin gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 % dalam bentuk
krim atau losio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat pilihan karena
efektif terhadap semua stdium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi.
Pemberiannya hanya cukupt sekali setiap 8 jam. Jika masih ada gejala ulangi
seminggu kemudian. Pengguanaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek
pada sistem saraf pusat. Pada bayi dan anak-anak jika digunakan berlebihan ,
dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat ini tidak aman digunaka untuk ibu
menyusui dan wanita hamil.
d. Benzilbenzoat (krotamiton) Tersedia 10 % dan 25% dalam krim atau losio
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari
mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efektif pada 50-60 % pasien.
Digunakan selama 2 malam beruturut-turut dan dibersihkan setelah 24 jam
pemakaian terakhir, kemudian digunakan lagi 1 minggu kemudian. Obat ini
disapukan ke badan dari leher ke bawah. Penggunaan berlebihan dapat
menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak harus di
tambahkan air 2-3 bagian.
e. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal. Pengguanaanya
selama 8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih. Merupakan obat yang
paling efektif dan aman karena sangat mematikan untuk parasit S. Scabiei dan
memiliki toksisitas rendah pada manusia. Pengobatan pada skabies krustosa
sama dengan skabies klasik, hanya perlu ditambahkan salep keratolitik.
Skabies subungual susah diobati. Bila didapatkan infeksi sekunder perlu
diberikan antibiotik sistemik.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
a. Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama,
alamat, tanggal pengkajian, pemberi informasi.
b. Keluhan utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah
lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
d. Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana
upaya klien mengatasi masalah tersebut.
e. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
f. Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
g. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada
perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan  edema
3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa : Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1×24 jam diharapkan klien
tidak terjadi resiko infeksi dengan kriteria hasil: kalien bebas dari
tanda dan gejala infeksi,menun jukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi, menunjukkan perilaku hidup sehat 
Intervensi :
1. Monitor kerentanan terhadap infeksi
2. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas
3. Inspeksi kondisi luka
4. Ajarkan cara menghindari infeksi
5. Berikan terapi antibiotic
6. Batasi pengunjung bila perlu
7. Instruksikan pada pengunjung untk mencuci tangan saatberkunjung dan
setelah meninggalkan pasien
8. Berikan perawatan kulit pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan,panas
10. Inspeksi kondisi luka
11. Berikan terapi anibiotik bila perlu
12. Ajarkan cara menghindari infeksi

b. Diagnosa : Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1×24 jam diharapkan tidur
klien tidak terganggu dengan kriteria hasil mata klien tidak bengkak
lagi, klien tidak sering terbangun di malam hari, klien tidak pucat
lagi
Intervensi :
1. Kaji tidur pasien
2. Berikan kenyamanan pada klien (kebersihan tempat tidur klien)
3. Catat banyaknya klien terbangun di malam hari
4. Berikan music klasik sebagai pengantar tidur
5. Kolaborasi dengan dokter pemberi analgetik
c. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan  edema
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 X24jam
diharapkan lapisan kulit klien terlihat normal, dengan KH :
1. Integritas kulit yang bak dapat dipetahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur)
2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit

Intervensi :
1. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit serta
perawatan alami
2. Perfusi jaringan baik – Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang
longgar
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Monitor kulit akan adanya kemerahan
5. Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun
DAFTAR PUSTAKA

NANDA,2012-2014. Panduan Diagnosa keperawatan NANDA 2012-2014 Definisi


dan Klasifikasi. Philadhelpia.

Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED :


3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.

Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis

Anonim. 2007. Skabies (kulit gatal bikn sebel).

Anonim. 2008. Skabies.

Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.


Asuhan Keperawatan Anak pada An “A” Dengan Febris Di Puskesmas
Ampenan Kota Mataram Tahun 2021

OLEH:

NAMA : NILA KURNIA SAFITRI


NIM : 070 STYJ 20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2020/2021

DEMAM (Febris)

A. PENGERTIAN
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu
tubuh secara abnormal. Febris/ demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas
variasi sirkardian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat
termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior (Isselbacher, 1999).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau
lebih.Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,80C.Sedangkan
bila suhu tubuh lebih dari 400C disebut demam tinggi (hiperpireksia)(Julia,
2000).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat
termoregulasi hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami demam
bila suhu tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal
(Donna L. Wong, 2003).
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
3. Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik
4. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
5. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
6. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit
tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing,
malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan
suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan
demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit
yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.
Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi
bakterial.
B. ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2000).Menurut Guyton (1990)
demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor
otak atau dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada
dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan
antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang
menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien
mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas
38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah
diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana
laboratorium dan penunjang medis lainnya.
C. PATOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point,
tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan
tetapi tidak disertai peningkatan set point(Julia, 2000).Demam adalah sebagai
mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau
zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing
masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal
dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang
bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi
imunologik terhadap benda asing (non infeksi).Pirogen selanjutnya membawa
pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk
disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus
pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan
peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi
menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.Inilah yang
menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akanmerangsang
aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi
zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam
amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan
tubuh. (Sinarty, 2003).
Sedangkan sifat-sifat demam dapatberupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil.Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat
normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan
jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan
beberapa jam untuk mencapai suhu baru.Krisis/flush.Bila faktor yang
menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat
hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan
kembali ke tingkat normal.(Guyton, 1999).
PATHWAY
D. MANIFESTASI KLINIS
tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C – 40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri
punggung, anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh
lebih tinggi dari 37,5 ºC-40ºC, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan
karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan
kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin,
nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo),
keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito.
2000).

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala
setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau
mengigau.Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas
atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang
yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena
oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak
akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat
seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
a. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen
ke otak yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknyaMinuman
yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare
menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan
tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
e. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya
untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya
suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh
digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah
menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat
menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
g. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-
suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di
luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu
diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol
pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh
lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat
pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi,
juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga
set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana
diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran
panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh
sirup parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the
sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan
dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali
sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap
sendoknya. Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama
dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien
berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan
metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang
demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari
golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan
kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol
yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis
dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15
mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90
mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat ditoleransi dengan
baik.Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan
kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun
rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja menekan
pembentukan prostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan
antiinflamasi.Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung
dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.Efek samping
hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia
aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila
dikombinasikan dengan asetaminopen).Dosis terapeutik yaitu 5-10
mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole (antalgin) bekerja
menekan pembentukkan prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik,
analgetik dan antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa
agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han saluran cerna. Dosis
terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan unt uk
anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral, intramuskular
atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan fenamat.Khasiat
analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek
sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.Dosis
pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara
per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.
F. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam
ini juga tidak membahayan otak

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal
kota dan daerah, jumlah keluarga)
● Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
● Riwayat kehamilan dan kelahiran:
Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama
hamil)
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi
menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit
infeksi , asfiksia ikterus
● Riwayat Masa Lampau
Penyakit yang pernah diderita: Tanyakan, apakah klien pernah sakit
batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar
yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-
sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak sembuh?
Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?
● Pernah dirawat dirumah sakit
● Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
● Riwayat kontak dengan penderita TBC
● Alergi
● Daya tahan yang menurun.
● Imunisasi/Vaksinasi : BCG
● Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta
terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher,
inguinal, axilla dan sub mandibula)
● Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi
lainnya, Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang
sama)
● Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
o Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi,
limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang,
jumlah anggota keluarga yang banyak), pola sosialisasi anak
o Kondisi rumah
o Merasa dikucilkan
o Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas,
menarik diri)
o Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
o Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh
perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak
o Tidak bersemangat dan putus harapan.
● Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan
anggota keluarga,Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan
secara umum, Pelaksanaan spiritual)
● Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST
a. Pertumbuhan
o Kaji BBL,BB saat kunjungan
o BB normal
o BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur
o kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan
TB = 64 x 77R = usia dalam tahun
o LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
b.  Perkembangan
o lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala,
mengikuti objek dengan mata, mengoceh,
o usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar
meraih benda, tertawa, dan mengais  meringis
o usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap,
berbalik sendiri, merangkak, meraih benda,
memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang
lain  dan mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
c. usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu
mengeluarkan kat-kata, mengerti ajakan  sederhana, dan
larangan berpartisipasi dalam permainan.
d. usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya
menyusun 2-3 kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu,
bersaing
e. usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata
menunjuk kata dan hidung, belajar makan sendiri,
menggambar garis, memperlihatkan minat pada anak lain dan
bermain dengan mereka.
f. usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan
dengan 3 kotak, menyusun kalimat dan lain-lain.
g. usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar
berbicara dengan baik, menyebut warna, dan menyayangi
saudara.
h. usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan
menghitung.
2.  Diagnosa Keperawatan
Penyakit demam sangat berisiko maka pasien perlu dirawat di rumah
sakit, sedangkan keperawatan pasien yang perlu diperhatikan ialah resiko
peningkatan suhu tubuh, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit,
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
Diagnosa yang sering muncul adalah :
● Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
● Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
● Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporsis.
● Cemas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit

3. PERENCANAAN

No. Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi

1 Hypertermia Setelah dilakukan tindakan Pantau suhu klien (derajat dan pola)
b/d proses keperawatan selama….x 24 perhatikan menggigil/diaforsis
infeksi jam menujukan Pantau suhu lingkungan,
temperatur dalan batas batasi/tambahkan linen tempat tidur
normal dengan kriteria: sesuai indikasi

Bebas dari kedinginan Berikan kompres hangat hindri


penggunaan akohol
Suhu tubuh stabil 36-37 C
Berikan miman sesuai kebutuhan

Kolaborasi untuk pemberian antipiretik

2 Resiko injuri Setelah dilakukan tindakan Kaji tanda-tanda komplikasi lanjut


b/d infeksi keperawatan selama ......
Kaji status kardiopulmonar
mikroorganis 24 jam anak bebas dari
me cidera dengan kriteria: Kolaborasi untuk pemantauan
laboratorium: monitor darah rutin
menunjukan homeostatis
Kolaborasi untuk pembereian antibiotik
tidak ada perdarahan
mukosa dan bebas dari
komplikasi lain

3 Resiko Setelah dilakukan tindakan Ukur/catat haluaran urine dan berat


kurang perawatan selama ….x 24 jenis. Catat ketidak seimbangan
volume jam volume cairn adekuat masukan dan haluran kumulatif
cairan b/d dengan kriteria:
Pantau tekanan darah dan denyut
intake yang
tanda vital dalam batas jantung ukur CVP
kurang dan
normal
deperosis Palpasi denyut perifer
nadi perifer teraba kuat
Kaji membran mukosa kering, tugor kulit
haluran urine adekuat yang kurang baik dan rasa halus

tidak ada tanda-tanda Kolaborasi untuk pemberian cairan IV


dehidrasi sesuai indikasi

Pantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel


darah merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS

4 Cemas Setelah dilakukan tindakan Kaji dan identifikasi serta luruskan


berhubungan perawatan selama 2 x 24 informasi yang dimiliki klien mengenai
dengan jam cemas hilang dengan hipertermi
hipertermi, kriteria:
Berikan informasi yang akurat tentang
efek proses
klien dapat penyebab hipertermi
penyakit
mengidentifikasi hal-hal
Validasi perasaan klien dan yakinkan
yang dapat meningkatkan
klien bahwa kecemasam merupakan
dan menurunkan suhu
respon yang normal
tubuh
Diskusikan rencana tindakan yang
klien mau berpartisipasi
dilakukan berhubungan dengan
dalam setiap tidakan yang
hipertermi dan keadaan penyakit
dilakukan

klien mengungkapkan
penurunan cemas yang
berhubungan dengan
hipertermi, proses
penyakit
4. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat
mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan
dimonitor kemajuan kesehatan klien.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini
merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.

DAFTAR PPUSTAKA
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta
Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim
Terjadi Pada Anak.PERKANI : Surabaya
Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika : Jakarta
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:
EGC.
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis:
Mosby Inc. Lynda juall, Carpenito, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan /
Lynda juall Carpenito, Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester (Edisi 8),
Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medika
Aesculapius. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai