Iut Makalah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

PEMETAAN PLANIMETRIK SEDERHANA

DENGAN PITA UKUR

1. Pengertian pemetaan planimetrik sederhana

Yang dimaksud dengan pemetaan planimetrik sederhana adalah pemetaan suatu daerah
yang areanya relatif sempit, hanya beberapa ratus sampai beberapa ribu meter persegi,
menggunakan alat ukur jarak langsung berupa pita ukur dengan mengabaikan unsur
ketinggiannya. Pemetaan cara ini juga dikenal dengan pemetaan blok atau block meeting, dengan
skala besar atau sangat besar.

Secara prinsip pemetaan ini dilakukan dengan cara membuat sebuah atau beberapa buah
segitiga secara berantai dengan minimal sebuah sisi sekutu, yang melingkupi daerah tersebut
sebagai kerangka pemetaannya. Jarak sisi-sisi segitiga diukur secara langsung dengan pita ukur,
sehingga dengan cara sederhana dapat diplot atau digambar dengan geometri yang benar dengan
skala tertentu. Detil-detil diikatkan pada titik-titik sudut segitiga tersebut, atau pada garis-garis
ukur yang berupa sisi-sisi dari segitiga tersebut dengan cara-cara yang tertentu. Kerangka peta,
diusahakan sesederhana mungkin, dengan sisi-sisi segitiga sepanjang mungkin.

Adapun alat utama yang digunakan adalah pita ukur atau rantai ukur, dan alat bantu
antara lain anjir atau yalon, pen ukur, prisma sudut atau cermin sudut, unting-unting, dan
klinometer bila dirasa perlu.

2. Kerangka pemetaan

Sebagai kerangka pemetaan dibuat bangun-bangun segitiga dengan minimal sebuah sisi
sekutu. Titik-titik sudut segitiga dipilih di tempat-tempat yang strategis dan terbuka, antar titik
yang berurutan dapat saling terlihat, misal pada as jalan atau tepi jalan, kemudian diberi patok
kayu yang diberi paku di bagian atasnya, atau bila titiknya dipilih pada perkerasan jalan ditandai
dengan paku payung dan diberi lingkaran dari cat. Misal kerangkanya terdiri dari dua buah
segitiga ABC dan ADC. Titik B dan D tidak saling terlihat, tetapi dari titik E yang berada di
garis AC, titik D dan B dapat dilihat, schingga jarak DE dan BE dapat diukur. Demikian pula
saat mengukur AC dapat diukur pula AE dan EC.

Gambar 1 Kerangka segitiga

3. Pengikatan titik detail

Untuk pekerjaan mengukur, baik pengukuran jarak maupunpengukuran sudut, diperlukan


titik – titik di lapangan. Titik –titik diatas permukaan bumi ini ada yang mempunyai sifat tetap,
adapula yang mempunyai sifat sementara. Titik – titik ini yang dibuat di lapangan harus dapat
diketemukan dengan mudah.

Titik detil adalah obyek-obyek yang bersifat tetap yang ada di lapangan, baik yang
bersifat alamiah maupun hasil budaya manusia. Untuk menggambarkan detil tersebut, cukup
diambil beberapa buah titik yang dapat mewakili secara geometrik dari bentuk detail tersebut dan
dengan cara grafis atau dilukis dapat digambarkan kembali geometris obyek tersebut seperti apa
adanya di lapangan. Misal sebuah bangunan gedung yang berwujud empat persegi panjang,
cukup diambil tiga atau keempat pojok-pojok bangunan tersebut sebagai titik detilnya. Namun
bila berwujad Segi empat sembarang. maka pojok keempat bangunan tersebut harus diammbil
sebagai titik-titik detilnya. Bagian penting pada pengukuran suatu bidang tanah adalah membuat
garis lurus. Dapat dimengerti bahwa garis lurus ini tidak dibuat dengan seperti menarik garis
lurus di atas kertas. Dari garis lurus yang harus dibuat, harus diketahui ke luar titik ujungnya.
Maka untuk menentukan garis lurus ini, ditentukan titik – titik di lapangan yang letak di garis
lurus yang menghubungkan dua titik ujung dengan jumlah yang cukup banyak, sehingga garis
lurus itu kelihatan dengan jelas. Titik – titik ini dinyatakan dengan yalon. Tiap – tiap bagian garis
lurus yang letak antara dua yalon dianggap sebagai lurus. Syarat utama untuk mencapai ketelitian
yang cukup besar, ialah bahwa tiap – tiap yalon harus letak tegak lurus. Maka selalu diusahakan
supaya semua yalon diletakkan tegak lurus dengan menggunakan garis sudut garis sudut gedung
– gedung atau, bila ada dengan nivo yalon.

Demikian pula tidak semua detil yang ada di lapangan mesti diukur, pemilihannya di
samping tergantung dari geometri detil, juga ditentukan oleh tujuan pemetaan, dan skala peta
yang akan dibuat. Salah satu metode pengikatan atau pengukuran detil pada rencana pemetaan
ini dikenal dengan metode offset.

4. Pemetaan planimetrik sederhana metode offset

Pemetaan planimetrik sederhana metode offset adalah pengukuran titik-titik


menggunakan alat-alat sederhana yaitu pita ukur, dan yalon. Pengukuran untuk pembuatan peta
cara offset menggunakan alat utama pita ukur, sehingga cara ini juga biasa disebut cara rantai
(chain surveying). Pengukuran metode offset titik-titik detail dilakukan jika kondisi lapangan
berkategori datar (0 % -15 %) dan cakupan wilayah pengukurannya tidak luas. Peta yang
diperoleh dengan cara offset tidak akan menyajikan informasi ketinggian rupa bumi yang
dipetakan.
Pengukuran metode offset titik-titik detail pada prinsipnya adalah mengukur titik-titik
detail dengan mengukur jarak dengan pita ukur, mengarahkan meja ukur serta
menggambarkannya di meja ukur. Posisi koordinat titik detail diplot di atas meja ukur
berdasarkan jarak lapangan yang sudah diskalakan dan arah titik dari titik ikatnya.

Secara garis besar pemetaan planimetrik sederhana metode offset dibagi menjadi tiga
cara yaitu :

a. Metode siku-siku atau penyikuan


Pada metode ini setiap titik detail diproyeksikan siku-siku atau tegak lurus ke
garis ukur dengan menggunakan bantuan ceriman sudut atau prisma sudut atau penyikuan
sederhana menggunakan pita ukur.
Gambar 2 Metode penyikuan

Titik-titik detail diproyeksikan siku-siku terhadap garis ukur AB. Kemudian


diukur jarak-jaraknya dengan mengukur jarak aa’, bb’, cc’, dd’, serta jarak titik-titik
proyeksi dari titik sudut pada garis ukur yang bersangkutan yaitu Aa ', Ab', Ac 'dan Ad'.
Dengan demikian maka posisi titik a, b, c dan d secara relatif dapat ditentukan atau
digambarkan.

b. Metode mengikat atau interpolasi

Berbeda dengan metode penyikuan, pada metode ini titik-titik detil diikat dengan
dua garis lurus pada garis ukur. Metode terdiri dari tiga cara, yaitu cara mengikat pada
titik sembarang, cara perpanjangan sisi, dan cara trilaterasi sederhana.
I. Cara mengikat pada titik sembarang

Gambar 3 Cara mengikat sembarang

Misal yang akan diikat detil P, Q, R pada garis AB. Pilih dua titik
sembarang pada garis AB yang bisa mengamati ke titik P, demikian pula
untuk mengikat Q dan R. Misal titik-titik tersebut adalah P1, P2, 'Q1, Q2,
R1, R2. Usahakan agar bentuk-bentuk segitiga PIPP2, QIQQ2, RIRR2,
mendekati bentuk segitiga sama sisi atau sama kaki. Ukur jarak-jarak
AP1, AP2, AQI, AQ2, ARI, AR2, PPI, PP2, QQI, QQ2, RRI, RR2,
sehingga posisi titik-titik PQR dapat direkontruksi posisinya. Sebagai
kontrol dapat pula diukur jarak sisi-sisi dari detil tersebut, misal jarak-
jarak PQ QR, dan yang lain.
II. Cara perpanjangan sisi

Gambar 4 Cara perpanjangan sisi


Cara ini digunakan khusus untuk detil-detil yang dibatasi oleh garis-
garis lurus, misalnya batas tanah / persil dan sisi bangunan. Perpanjangan sisi
dapat dilakukan ke sebuah garis ukur atau lebih, tergantung dari bentuk dan
posisi detail terhadap garis ukur. Apabila sebuah empat persegi panjang
perpanjangan tiga sisi dapat memotong satu garis ukur, maka detil tersebut
dapat direkonstruksi atau digambarkan, namun apabila hanya perpanjangan
dua buah sisi yang dapat memotong garis sebuah garis ukur yang sama, maka
diperlukan lebih dari sebuah garis ukur. Pada gambar sisi ad dan bc
diperpanjang hingga memotong garis ukur AB dan BC, masing-masing di d ',
c' dan a ', b'. Ukur jarak-jarak: aa ', bb', cc ', dd', dan Ac ', Ad', Ba ', Bb'. Dari
ukuran jarak-jarak tersebut maka posisi-titik a, b, c, d dapat digambarkan.

III. Cara trilaterasi sederhana

Gambar 5 Trilaterasi sederhana

Cara ini pada prinsipnya adalah pengikatan titik detil pada dua
buah titik tetap atau titik kerangka pemetaan, sehingga posisi titik detil
dapat digambarkan dengan prinsip pemotongan ke muka secara grafis.
Pada gambar titik-titik detil a, b, c, d masing-masing diikatkan pada dua
titik tetap yaitu A dan B, sehingga jarak-jarak yang perlu diukur adalah
Aa, Ab, Ac, Ad serta Ba, Bb, Bc , dan Bd. Dengan data tersebut maka
keempat titik tersebut dapat ditentukan posisinya relatif terhadap garis AB.
c. Metode gabungan

Pada metode ini, pengukuran yang dilakukan menggunakan kombinasi dari


metode siku-siku atau penyikuan dan metode mengikat atau interpolasi. Setiap titik detil
diproyeksikan atau diikatkan dengan garis lurus ke garis ukur. Dipilih cara pengukuran
yang lebih mudah diantara keduanya.

5. Cara kerja pengukuran bidang tanah metode offset

Pada dasarnya pengukuran bidang tanah metode offset ini ditujukan untuk mengetahui
luas suatu lahan tanah yang sudah dibagi dalam bidang-bidang. Dalam sebuah pengukuran
bidang tanah metode offset yang paling pertama dilakukan adalah menyiapkan alat-alat yang
akan digunakan yaitu :

a. Patok
b. Pita ukur atau rantai ukur
c. Anjir atau yalon
d. Pen ukur
e. Prisma sudut atau cermin sudut
f. Unting-unting
g. Klinometer apabila diperlukan

Adapun cara kerja dalam pengukuran bidang tanah metode offset adalah :

a. Pengukuran batas atau tiap detail patok bidang diukur melalui patok atau detail
terdekat yang sudah diketahui posisinya, bisa juga melalui patok poligon.
b. Memasang patok dari bidang yang hendak diukur membentuk segi empat
c. Menarik pita ukur antar patoknya.
d. Mengikat bidang dengan minimal minimal dua Benchmark (BM) yang berbeda.
e. Menarik pita ukur dari Benchmark (BM) ke bidang menggunakan.
f. Tiap bidang diukur sisi miring atau diagonalnya menggunakan pita ukur.
g. Menarik pita ukur dari dua titik acu, ke tiap patok bidang terdekat yang hendak
diukur.
h. Menarik meteran antar patok diagonal bidang.
i. Melanjutkan pengukuran dengan menarik meteran dari patok bidang yang telah
diukur ke patok bidang lain.

6. Data pencatatan pengukuran

Pencatatan data pengukuran merupakan hal yang sangat penting. Pada prinsipnya adalah
bahwa hasil pencatatan jelas, lengkap dan tidak menimbulkan salah persepsi atau interpretasi
bagi orang yang akan menggambarkan data tersebut. Untuk itu pencatatan data lapangan
biasanya dilengkapi dengan sketsa lapangan serta keterangan-keterangan lain yang perlu seperti
macam dan nama bangunan, macam dan nama jalan, arah aliran air dalam saluran atau got, jenis
pagar, arah utara, dan lain-lain.

7. Penggambaran hasil pengukuran dengan cara grafis

Penggambaran di sini dilakukan dengan cara grafis atau dilukis. Yang pertarma kali
diplot di atas kertas gambar adalah kerangka utama peta utamanya kemudian baru kerangka
tambahan yang lainnya. Untuk plotting detil yang telah diukur, hasil ukuran jarak-jaraknya
kemudian diukurkan sepanjang garis ukur pada gambar, dengan mistar skala atau transverskal
sesuai skala peta yang akan dibuat, kemudian ditandai pada garis ukur tersebut. Untuk
menentukan arah detil yang tegak lurus dengan garis ukur (garis rekonstruksi) digunakan mistar
segitiga siku-siku atau alat khusus yang namanya skala offset, dan jarak detil ke garis ukur diplot
dengan mistar skala, kemudian letak detil ditandai dengan pensil. Untuk mengeplot detil-detil
yang diukur dengan garis-garis pengikatan, setiap pasang garis pengikatan diukurkan pada
sepasang jangka yang kemudian diplotkan ke dua busur lingkaran dari títik ikat (busur
rekonstruksi), dan perpotongan kedua busur tersebut ditandaj pada kertas gambar dengan pensil.
Jika titik-titik detil telah terplot, kemudian dilukis atau dihubungkan sesuai dengan sketsa ukuran
di lapangan sehingga bentuk bentuk detil telah tergambar sempurna, dan garis-garis rekonstruksi
kemudian dapat dihapus.

Sebagai kelengkapan pada sebuah peta, maka ditambahkan informasi tepi peta sebagai
alat komunikasi antara pembuat dan pengguna peta, yang antara lain berisi :

a. Judul peta
b. Skala peta dalam angka dan garis (bar)
c. Arah orientasi atau arah utara baik magnetis maupun geografis
d. Legenda, yaitu nama keterangan dari simbol-simbol yang disajikan
e. Waktu pengukuran atau pembuatan peta dan pengukur (surveyor) serta
penggambarnya (draughtman)
f. Pengesahan

8. Kelebihan dan kekurangan pemetaan planimetrik sederhana dengan peta ukur

Kelebihan pemetaan planimetrik sederhana menggunakan pita ukur diantaranya adalah :

a. Praktis dan mudah dibawa ketika melakukan pengukuran


b. Pita ukur tidak perlu dikalibrasi
c. Teliti dan efektif
d. Arah lintasan bebas
e. Data terpercaya
f. Mudah dicek apabila terdapat kesalahan

Adapun untuk kekurangan pemetaan planimetrik sederhana menggunakan pita ukur


diantaranya adalah :

a. Hanya mendapatkan jumlah bidang pengukuran yang sedikit tiap harinya


dibandingkan teknik lain
b. Pada lokasi yang rapat seperti pemukiman menyebabkan pengukuran dengan pita
ukur lebih susah dalam mengambil data lapangannya
c. Teknik menggunakan pita ukur membutuhkan waktu yang lama saat melakukan
pengolahan data atau penggambaran dengan AutoCAD dibandingkan teknik-
teknik lainnya. Karena teknik lainnya sudah berbentuk koordinat yang tinggal
dihubungkan garis-garis bidangnya.
d. Pita ukur pada saat digunakan untuk mengukur, bisa memiliki daya renggang
ketika sering ditarik saat melakukan pengukuran, hal ini karena bahan pita ukur
dari plastik. Daya renggang ini membuat akurasi data pengukuran berkurang.

9. Kesalahan yang mungkin terjadi pada pengukuran dengan pita ukur


a. Pita ukur tidak betul-betul mendatar
b. Unting-unting tidak vertical disebabkan gangguan angina tau lainnya
c. Pelurusan yang tidak sempurna
d. Panjang pita ukur tidak standar
e. Kesalahan pembacaan dan pencatatan
f. Kesalahan menghitung jumlah bentangan.

Anda mungkin juga menyukai