Infeksi Maternal Kel.1
Infeksi Maternal Kel.1
Infeksi Maternal Kel.1
Kelas : A
Disusun Oleh
Fakultas Keperawatan
2021
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
1. Definisi
Penyakit menular seksual atau PMS, kini dikenal dengan istilah infeksi menular seksual atau
IMS, adalah penyakit atau infeksi yang umumnya ditularkan melalui hubungan sexual dan cairan
tubuh lainnya. Selain itu, penyebaran tanpa hubungan seksual juga bisa terjadi dari seorang ibu
kepada bayinya, baik saat mengandung atau melahirkan. Pemakaian jarum suntik secara
berulang atau bergantian di antara beberapa orang juga berisiko menularkan infeksi. Berikut ini
adalah beberapa penyakit menular seksual yang umum terjadi.
2. Klasifikasi
a) Sifilis
Sifilis atau raja singa adalah penyakit seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Treponema pallidum. Gejala awal sifilis adalah munculnya lesi atau luka pada alat kelamin
atau pada mulut. Luka ini mungkin tidak terasa sakit, tapi sangat mudah untuk menularkan
infeksi. Luka atau lesi ini akan bertahan antara 1-2.5 bulan.
Jika sifilis tidak ditangani, infeksi ini akan berlanjut ke tahap yang berikutnya. Pada tahap
berikutnya, ruam akan berlanjut dan gejala yang mirip gejala flu seperti demam, nyeri pada
persendian, dan sakit kepala akan muncul. Kerontokan rambut hingga pitak juga bisa
dialami penderita.
Jika sifilis diobati dengan benar, tahapan sifilis yang lebih parah bisa dicegah. Hindari
hubungan seksual sebelum memastikan infeksi sifilis benar-benar hilang. Pastikan juga
untuk memeriksakan kesehatan pasangan Anda saat ini atau orang yang pernah
berhubungan seksual dengan Anda jika Anda terdiagnosis sifilis.
Gonore atau kencing nanah adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhoeae. Beberapa penderita penyakit ini tidak menunjukkan
gejala apa pun sehingga bisa tidak diketahui sama sekali.
Gejala gonore pada pria:
Rasa sakit pada perut bagian bawah pada saat berhubungan seks atau setelahnya
Pendarahan pada saat berhubungan seks atau setelahnya, atau pendarahan berlebihan
ketika mengalami menstruasi
Demam
Kelelahan
Infeksi gonore juga bisa berdampak pada bagian rektum, tenggorokan, atau mata.
Diagnosis untuk memastikan apakah Anda terinfeksi gonore adalah dengan melakukan
tes urin. Selain itu, pengambilan sampel cairan dari bagian yang terinfeksi juga bisa
dilakukan.
Sama seperti sifilis, infeksi gonore atau kencing nanah bisa dengan mudah diobati
dengan antibiotik. Sangat penting untuk minum obat antibiotik sesuai dosis dan jangka
waktu yang dianjurkan agar infeksi benar-benar lenyap. Jika tidak ditangani dengan baik,
gonore atau kencing nanah bisa menyebabkan kemandulan.
c) Klamidia
Klamidia adalah jenis penyakit seksual umum yang disebabkan oleh bakteri Klamidia
trachomatis. Beberapa orang tidak merasakan gejala sama sekali, jadi penularan bisa
terjadi tanpa disadari oleh orang yang sudah terinfeksi.
Gejala klamidia pada wanita:
Cairan vagina tidak normal dan mengeluarkan bau yang tidak biasa
Infeksi klamidia juga bisa menyerang rektum, tenggorokan, atau mata. Untuk
mendiagnosis klamidia bisa dengan cara tes urin atau pengambilan sampel cairan dari
alat kelamin.
Pengobatan infeksi ini adalah dengan cara mengonsumsi antibiotik. Pastikan untuk
menghabiskan obat yang sudah diresepkan oleh dokter, meski kondisi terasa sudah
membaik. Lakukan tes urin atau sampel cairan alat kelamin sekali lagi setelah
pengobatan selesai untuk memastikan infeksi benar-benar telah sembuh.
Jika tidak dirawat pada wanita, klamidia bisa menyebabkan kemandulan dan juga
kelahiran prematur. Infeksi ini juga bisa ditularkan saat melahirkan. Bayi bisa mengalami
infeksi mata dan bahkan kebutaan. Sedangkan pada pria, klamidia bisa menyebabkan
peradangan pada saluran kencing, infeksi pada kandung kemih dan epididymitis, serta
infeksi pada rektum.
1. Herpes Genital
Herpes genital adalah penyakit seksual yang disebabkan oleh virus herpes simpleks atau sering
disebut HSV. Gejala herpes genital akan muncul beberapa hari setelah terinfeksi HSV. Luka
melepuh berwarna kemerahan serta rasa sakit pada wilayah genital menjadi gejala herpes awal
yang muncul. Mungkin akan terasa gatal atau sakit saat membuang air kecil.
Virus ini dapat bersifat dorman atau tidak aktif dan bersembunyi di dalam tubuh tanpa
menyebabkan gejala. Tapi ketika virus ini kembali aktif, luka akan muncul kembali. Tapi luka
yang terjadi biasanya lebih kecil dan tidak terlalu sakit karena tubuh telah menghasilkan antibodi
terhadap virus ini setelah pertama kali terinfeksi. Antibodi yang sudah ada akan melawan
kemunculan kembali virus ini.
Diagnosis herpes genital bisa dilakukan dengan pengambilan sampel cairan dari luka yang
muncul atau dengan melakukan tes darah. Hingga kini, belum ada obat yang bisa
menyembuhkan herpes genital. Tapi gejala yang terjadi bisa dikendalikan dengan obat-obatan
antivirus.
2.Kutil Kelamin
Kutil kelamin atau kutil genital adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus
yang dikenal sebagai human papillomavirus (HPV). Kutil kelamin adalah kutil yang muncul di
sekitar alat kelamin atau di area dubur. Kutil ini mungkin tidak menimbulkan rasa sakit, tapi
biasanya akan muncul rasa gatal-gatal, memerah dan bahkan bisa berdarah.
Kutil akan muncul sekitar satu hingga tiga bulan setelah terjadinya infeksi HPV. Tapi ada
sebagian orang yang sudah terinfeksi, tapi tidak pernah mengalami kemunculan kutil. Kutil
dapat muncul pada mulut atau tenggorokan orang yang melakukan seks oral. Jadi kutil tidak
hanya muncul di area genital atau dubur saja.
Penyebaran virus ini tidak hanya melalui hubungan seksual. HPV bisa menyebar melalui kontak
langsung dari kulit ke kulit. Untuk memastikan diagnosis apakah terdapat kutil kelamin, dokter
akan melakukan pemeriksaan fisik pada bagian yang terinfeksi. Selain itu bisa dilakukan tes
khusus untuk mendiagnosis HPV.
Tidak ada pengobatan atau penanganan yang bisa melenyapkan virus HPV dari tubuh
sepenuhnya. Kutil yang muncul di area kelamin atau dubur bisa ditangani dengan prosedur
pembekuan, terapi laser, atau memakai krim. Operasi juga bisa dilakukan untuk mengangkat
kutil yang besar.
Orang yang terinfeksi virus HPV lebih berisiko terkena kanker serviks, kanker penis, dan juga
kanker rektum. Meski tidak semua jenis virus HPV berkaitan dengan kanker, disarankan untuk
melakukan pemeriksaan sel kanker melalui secara teratur jika terinfeksi HPV.
3.HIV
HIV atau human immunodeficiency virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Virus ini dapat tertular melalui hubungan seks yang tidak aman, berbagi alat suntik atau pun
jarum, dari ibu kepada bayinya, maupun melalui transfusi darah.
Sistem kekebalan tubuh akan melemah dan tidak mampu melawan infeksi maupun penyakit
akibat virus ini.
Hingga kini, belum ada obat untuk sepenuhnya melenyapkan HIV dari tubuh. Pengobatan
HIV umumnya dilakukan untuk memperpanjang usia dan meredakan gejala yang muncul akibat
HIV.
HIV tidak memiliki gejala yang jelas. Gejala awal yang terjadi adalah gejala flu ringan disertai
demam, sakit tenggorokan, maupun ruam. Seiring virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh,
tubuh penderita akan makin rentan terhadap berbagai infeksi.
Jika merasa berisiko terinfeksi virus HIV, satu-satunya cara untuk mengetahui diagnosisnya
adalah dengan melakukan tes HIV beserta konselingnya. Tes HIV bisa dilakukan di
klinik Voluntary Counseling and Testing atau VCT (KTS= Konseling dan Tes HIV Sukarela).
INFEKSI TORCH
1. Definisi
Torch adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi
yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit infeksi ini,
sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil. Kini, diagnosis untuk
penyakit infeksi telah berkembang antara lain ke arah pemeriksaan secara imunologis. Prinsip
dan pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik terhadap kuman
penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman antibodi
yang terburuk dapat berupa Imonoglobulin M (IgM) dan Imonoglobulin G (IgG).
A. PENGERTIAN
1.) Toxoplasma
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi. Pada
umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-kira
hanya 10-20% kasu infeksi. Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala
influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan
masalah. Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada
orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien
transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun). Jika wanita hamil
terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau
keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. Pada
Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan
telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitasi.
2.) Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran
kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang
anak-anak dan dewasa muda. Infeksi Rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil
muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya.jika infeksi terjadi pada bulan
pertama kehamilan maka resiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi
terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi 25% (menurut America College of
Obstatrician and Gvnecologists,1981).
3.) Cytomegalovirus
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini termasuk golongan
virus keluarga herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal
secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang
berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. Jika ibu terinfeksi, maka
janin yang dikandung mempunyai resiko tertular sehingga mengalami gangguan
misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian retardasi mental, dan lain-
lain.
4.) Herpes
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh herpes simpleks tipe II
(HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf
sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom. Bayi yang dilahirkan dari ibu
yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal ini tidak
selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru
lahir dapat berakibat fatal (lebih dari 50 kasus).
B. ETIOLOGI
1.) Toxoplasma
Infeksi toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Tokoplasma gondi adalah protozoa yang dapat ditemukan pada pada hampir semua
hewan dan unggas berdarah panas. Akan tetapi kucing adalah inang primernya. Kotoran
kucing pada makanan yang berasal dari hewan yang kurang masak, yang mengandung
oocysts dari toxoplasma gondi dapat menjadi jalan penyebarannya. Contoh lainnya
adalah pada saat berkebun atau saat membenahi tanaman dipekarangan, kemudian
tangan yang masih belum dibersihkan melakukan kontak dengan mulut.
2.) Rubella
Virus ini pertama kali ditemukan di amerika pada tahun 1966, Rubella pernah
menjadi endemic di banyak negara di dunia, virus ini menyebar melalui droplet. Periode
inkubasinya adalah 14-21 hari.
3.) Cytomegalovirus
Penularan CMVakan terjadi jika ada kontak langsung dengan ciran tubuh penderita
seperti air seni, air ludah, air mata, sperma dan air susu ibu. Bisa juga terjadi karena
transplatasi organ.Kebanyakan penularan terjadi karena cairan tubuh penderita
menyentuh tangan individu yang rentan.Kemudian diabsorpsi melalui hidung dan
tangan.Teknik mencuci tangan dengan sederhana manggunakan sabun cukup efektif
untuk membuang virus dari tangan.Golongan sosial ekonomi rendah lebih rentan
terkena infeksi.Rumah sakit juga marupakan tempat penularan virus ini, terutama unit
dialisis, perawatan neonatal dan ruang anak.Penularan melalui hubungan seksual juga
dapat terjadi melalui cariran semen ataupun lendir endoserviks. Virus juga dapat
ditularkan pada bayi melalui sekresi vagina pada saat lahir atau pada ia menyusu.
Namun infeksi ini biasanya tidak menimbulkan tanda dan gejala klinis.Resiko infeksi
kongenital CMV paling besar terdapat pada wanita yang sebelumnya tidak pernah
terinfeksi dan mereka yang terinfeksi pertama kali ketika hamil.Meskipun jarang,
sitomegalovirus kongenital tetap dapat terulang pada ibu hamil yang pernah mempunyai
anak dengan sitomegalovirus kongenital pada kehamilan terdahulu.Penularan dapat
terjadi pada setiap saat dalam kehamilan tetapi semakin muda umur kehamilan semakin
berat gejala pada janinnya.Infeksi CMV lebih sering terjadi di negara berkembang dan
di masyarakat denga status sosial ekonomi lebih rendah dan merupakan penyeirus
paling signifikan cacat lahir di negara-negara industri. CMV tampaknya memiliki
dampak besar pada parameter pada kekebalan tubuh di kemudian hari dan dapat
menyebabkan peningkatan morbiditas dan kematian.
4.) Herpes
Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus horminis DNA. Pembagian tipe
I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic, dan lokasi
klinis (tempat predileksi)
3.) Cytomegalovirus
Gejala CMV yang muncul pada wanita hamil minimal dan biasanya mereka tidak akan
sadar bahwa mereka telah terinfeksi. Namun jika ini merupakan infeksi primer, maka
janin biasanya juga beresiko terinfeksi.Infeksi tersebut baru dapat di kenali setelah bayi
lahir.Diantara bayi tersebut baru dapat dikenali setelah bayi lahir. Diantara bayi tersebut
hanya ada 30% diketahui terinfeksi di dalam Rahim dan kurang dari 15% akan
menampakan gejala pada saat lahir. Hanya pada individu dengan penurunan daya tahan
dan pada masa pertumbuhan janin sitomegalovirus menampakan virulensinya pada
manusia. Pada wanita normal sebagian besar adalah asimptomatik atau subkliik, tetapi
bila menimbulkan gejala akan tampak gejala antara lain :Mononucleosis-like syndrome
yaitu demam selama 3 minggu. Secara klinis timbul gejala lethargi, malaise dan
kelainan hematologi yang sulit dibedakan dengan infeksi mononucleosis (tanpa
tonsillitis atau faringitis dan limfadenopati servikal). Kadang-kadang tampak gambaran
seperti hepatitis dan limfositosis atipik. Secara klinis infeksi sitomegalovirus juga mirip
dengan infeksi virus Epstein – bar dan dibedakan dari hasil tes heterrofil yang negative.
Gejala ini biasanya self limitting tetapi komplikasi serius dapat pula terjadi seperti
hepatitis, peneumonitis, ensefalitis, miokarditis, dan lain-lain. Penting juga dibedakan
dengan tokso plasmosis dan hepatitis B yang juga mempunyai gejala serupa. Sendroma
post transfusi. Viremia terjadi 3-8 minggu setelah transfusi. Tanpak gambaran panas
kriptogenik, splenomegali, kelainan biokimia dan hematologi. Sindroma ini juga dapat
terjadi pada tranplantasi ginjal. Penyakit sistemik luas antara lain neomonits yang
mengancam jiwa yang dapat pasien dengan infeksi kronis dengan thymoma atau pasien
dengan kelainan sekunder dari proses imonologi ( seperti HIV tipe 1 atau 2)
4.) Herpes
Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil konsepsi setiap saat
dalam kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa organogenesis (trimester I) atau selama
periode pertumbuhan dan perkembangan aktif (trimester II) dapat terjadi kelainan yang
serius. Juga didapatkan bukti adanya korelasi antara lamanya infeksi intrauterine
dengan embriopati. Pada trimester I infeksi kongenital sitomegalovirus dapat
menyebabkan premature, mikrosefali, IUGR, klasifikasi intracranial pada ventrikel
lateral dan traktus olfaktoris, sebagian besar terdapat korioretinitis, juga terdapat
retardasi mental, hepatosplenomegali, ikterus, purpora trombositopeni, DIC. Infeksi
pada trimester III berhubungan dengan kelainan yang bukan disebabkan karena
kegagalan pertumbuhan somatic atau pembentukan psikomotor.
D. KLASIFIKASI
Penularan dapat disebut penularan dari ibu ke anak (mother-to-child
transmission). Infeksi yang dapat ditularkan vertical dapat disebut infeksi perinatal
(perinatal infaction) jika ditularkan pada periode perinatal, yaitu periode yang dimulai
pada masa gestasional 22 minggu sampai 28 ( dengan variasi regional untuk definisi) dan
berakhir tujuh hari penuh setelah kelahiran. Istilah infeksi kongenital (congenital
infection) dapat digunakan jika infeksi uang ditularkan vertical itu masih terus dialami
setelah melahirkan. Contoh : Beberapa infeksi yang ditularkan vertikel dimasukkan ke
dalam kompleks TORCH, yang merupakan singkatan dari:
T- Toxoplasmosis / toxoplasma gondii
O- Other infections (see below)
R- Rubella
C- Cytomegalovirus
H- Herpes simplex virus-2 atau neonatal herpes simplex
E. PATOFISIOLOGI
1.) Toxoplasma
Toxoplasma gondii mempunyai 3 fase dalam hidupnya. Tiga fase ini terbagi lagi
menjadi 5 tingkat siklus : fase proliferatif, stadium kista, fase schizogoni,
gematogoni, dan fase ookista. Siklus aseksual terdiri dari fase proliferasi dan stadium
kista.Fase ini dapat terjadi dalam bermacam-macam inang, sedangkan siklus seksual
secara spesifik hanya terdapat pada kucing. Kucing menjadi terinfeksi setelah ia
memakan mamalia, seperti tikus yang terinfeksi. Kista dalam tubuh kucing dapat
terbentuk setelah infeksi kronis yang berhubungan dengan imunutas tubuh.Kiista
terbentuk intraseldan kemudian terdapat secara bebas di dalam jaringan sebagai
stadium tidak aktif dan dapat menetap dalam jaringan tanpa menimbulkan reaksi
inflamasi.Kista pada binatang yang terinfeksi menjadi infeksius, jika termakan oleh
kornivora dan toksoplasma tersebut masuk melalui usus.Infeksi pada manusia dapat
terjadi saat makan daging yang kurang matang, sayur-sayuran yang tidak di masak,
makanan yang terkontaminasi kotoran kucing melalui lalat atau serangga.Juga ada
kemungkinan terinfeksi saat menghirup udara yang terdapat ookista yang
beterbangan. Cara penularang lain yang sangat penting adalah pada jalur
maternofetal. Ibu yang mendapat infeksi akut saat kehamilannya dapat
menularkannya pada janin melalui plasenta.Imunitas maternal tampaknya
memberikan perlindungan terhadap penularan transplasental parasite tersebut.Dengan
demikian, toxoplasmosis kongenital dapat terjadi jika ibu mendapatkan infeksi
tersebut selama kehamilannya.
2.) Rubella
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan peradangan
pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari
saluran pernafasan inilah virus akan menyerang ke sekelilingnya. Pada infeksi rubella
yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari faring. pada rubella
yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai
usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi di rumah sakit dan di
rumah untuk mencegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan
membentuk kekebalan baik berupa antibodi maupun kekebalan seluler yang akan
mencegah terjadinya infeksi ulangan.
3.) Cytomegalovirus
Masa inkubasi CMV:
a. Setelah lahir 3-12 minggu
b. Setelah tranfusi 3-12 minggu
c. Setelah transplatasi 4 minggu – 4 bulan
d. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun
setelah infeksi.Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi
masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini beluum ada imunisasi untuk
mencegah penyakit ini
4.) Herpes
HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada
mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata.HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui
hubungan seksual dan menyebabkan vegina terlihat seperti bercak dengan luka
mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan
pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernafas atau kejang.Biasanya hilang dalam 2
minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang paling berat dan dimulai setelah
masa inkubasi 4-6 hari.Gejala yang timbul meliputi nyeri, inflamasi dan kemerahan
pada kulit (eritema), dan diikuti dengan pembentukan gelembung-gelembung yang
berisi cairan bening yang selanjutnya dapat berkembang menjadi nanah diikuti
dengan pembentukan keropeng atau kerang (scab).Setelah infeksi pertama, HSV
memiliki kemampuan unik untuk bermigrasi sampai pada syaraf sensorik tepi menuju
spinal ganglia dan berdormansi sampai diaktifasi kembali. Pengaktifan virus yang
berdormansi tersebut dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stress, depresi,
alergi pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur,
dan sinar ultraviolet.
F. PEMERIKSA DIAGNOSTIC
1.) Urinalisis,kulkur, dan sensitivitas : Bakteriuria asimtomatik mungkin muncul ; ISK
dapat disebabkan oleh GBS, gonore, atau IMS lain.
2.) Toksoplasmosis : serum untuk titer antibody dengan riwayat pemajaan; identifikasi
mikroskopik protozoa.
3.) Rubella : serum untuk titer antibody.
4.) CMV : serologi: titer virus positif; adanya CMV didalam urin
5.) HSV : pengkajian riwayat secara seksama tentang gejala atau lesi dimasalalu;
pemeriksaan fisik utuk limfadenopati dan lesi; diagnose ditegakkan oleh kultur
virus dari lesi aktif.
6.) Hepatitis A : serologi untuk mendekteksi antibodi imonogloblin M (IgM) dilakukan
guna memastikan infeksi yang dicurigai.
7.) Hepatitis B : serologi: semua ibu harus diskrining pada kunjungan prenatal
pertama,yang diulang kemudia pada kehamilan jika mereka mempunyai perilaku
resiko-tinggi atau berasal dari kelompok resiko-tinggi (misal, Orang Asia, Amerika
Tengah, Penduduk Asli Kepulauan Karibia).
8.) HIV : skrining serologi untuk semua ibu yang memiliki perilaku resiko-tinggi
(rujuk kerencana asuhan HIV/AIDS)
9.) GBS : semua ibu yang memiliki usia gestasi 36-37 minggu harus dikultur area
anorektal dan vaginanya.
10.) Klamidia : jika memungkinkan, kultur serviks, dan faringeal pada kunjungan
prenatal pertama ; ulangi pada trimester ketiga untuk klien resiko-tinggi.
11.) Sifilis : skrining ketika kunjungan prenatal pertama dan ulangi pada akhir trimester
ketiga ; VDRL atau RPR digunakn sebagai uji skrining, namun dapat memberikan
hasil positif-palsu; untuk memastikan hal yang positif: mikroskopi medan gelap
positif untuk Treponema pallidum dari eksudat syanker atau lesi sekunder; absorbs
antibody treponemal fluoresen (fluorescent treponemal antibody absorbed, FTA-
ABS) positif ; dan uji mikrohemaglutinasi untuk antiodi T. pallidum (MHA-TP).
12.) Human papilloma virus (HPV): inpeksi fisik vulva, perineum, anus, vagina dan
serviks bila lesi HPV dicurigai atau tampak pada suatu tempat; ibu dengan HPV
pada vulva atau pasangan dengan HPV harus menjalani Pap smear.
1. Definisi
Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan akibat
meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau dapat
meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga menahun atau
dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah pelviksitis,
serviksitis, adneksitis dan salpingitis.Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus
genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau
1. Servisitis
a. Pengertian Servisitis
Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri. Infeksi uteri sering terjadi
karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena
hubungan seks. Servisitis yang akut sering dijumpai pada sebagian besar
wanita yang pernah melahirkan. Servisitis ialah radang dari selaput lendir
canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu
lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput
lendir vagina.
b. Etiologi
alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.
c. Manifestasi klinis
d. patofisiologi
Proses inflamasi atau peradangan merupakan bagian dari respons imun untuk
melawan agen penyebab infeksi atau zat berbahaya yang masuk ke dalam
tubuh. Proses ini melibatkan sel leukosit dan produk darah lain seperti protein
dimulai ketika reseptor yang berada di sel imun mendeteksi molekul patogen
respon imun adaptif yang lebih spesifik dengan melibatkan sel limfosit T dan
berubah menjadi sel limfosit T helper (Th)-1,2 dan 17 atau sel limfosit T
setelah patogen atau zat berbahaya hilang. Namun, bila stimulus menetap,
e. Penatalaksanaan
dengan jaringan sehat. Jika laserasi serviks agak luas perlu dilakukan
dijahit. Jika robekan dan infeksi sangat luas perlu dilakukan amputasi serviks
f. Faktor Resiko
1) Usia
2) Jumlah perkawinan
3) Hygiene dan sirkumsisi
5) Pola seksual
7) Merokok
skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini
sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap smear.
Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui
suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam(Sarwono,
2012)
h. Komplikasi
1) Radang pinggul
2) Infertilitas
3) Kehamilan ektopik
2. Adnexitis
a. Pengertian adnexitis
Adnexitis adalah radang pada tuba fallopi dan ovarium yang biasanya
terjadi bersamaan.Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang
infeksi yang menjalar keatas dari uterus, walaupun infeksi ini bisa datang dari
tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari jaringan
(kencing nanah).
c. Manifestasi Klinis.
1) Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan
4) Demam
5) Nyeri punggung.
d. Patofisiologi
tuba fallopi, atau ovarium sebagai akibat dari hubungan seksual, melahirkan,
masa nifas, pemasangan IUD (alat KB), aborsi, kerokan, laparatomi dan
perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.
adalah jaringan yang berada di sekitar rahim. Ini termasuk tuba fallopi dan
Jika dengan terapi ini tidak terjadi kemajuan, maka penderita perlu dibawa ke
rumah sakit untuk diberikan terapi lainnya. Rawat inap menjadi sangat
diperlukan apabila: a. keluar nanah dari tuba fallopi b. kesakitan yang amat
sangat (seperti: mual, muntah, dan demam tinggi) c. penurunan daya tahan
tubuh.
f. Komplikasi
2) Abses
4) Kehamilan ektopik
5) inertilitas
g. Pencegahan
Pencegahan tidak hanya dari pihak wanita saja, pihak laki - laki juga perlu
membantu agar pasangan tidak tertular. Penangan ini antara lain dapat
dilakukan dengan :
3. Endometrisis
a. Pengertian endometrisis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).
Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi
endometrium.
b. Etiologi
Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas
menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-
c. Manifestasi Klinis
1) Endometritis akut.
a) Demam.
nyeri.
2) Endometritis Kronik
a) pada tuberkulosis.
b) jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus
d. Patofiologi
Pada keadaan normal, kavum uterus dalam kondisi steril. Mekanisme alamiah
pada mulut rahim, komponen sistem imun alamiah (sel neutrofil, makrofag
endometritis.
e. Komplikasi
1) Infertilitas
2) Kanker ovarium
3) Adhesi
4) Kista ovarium
f. Penatalaksanaan
1) Endometritis Akut
Terapi:
a) Pemberian uterotonika
c) Pemberian antibiotika.
4. Parametritis
a. Pengertian parametritis
ini biasanya unilatelar. Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat
1) Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis.
ligamentum.
semua jurusan. Jika menjalar ke atas , dapat diraba pada dinding perut
b. Etiologi
b) Lymphogen.
c. Manifestasi klinik
d. Patofisiologi
limfe/tromboflebitis → Parametritis
e. Komplikasi
1) Parametritis akut dapat menjadi kronis dengan eksa serbasi yang akut,
f. Penatalaksanaan.
1) Pencegahan
a) Selama kehamilan
Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut
harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu,
terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi
pada jalan lahir. Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar
berspektrum luas. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis
lain- lain.
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
3. HB / HT
4. Kultur dari bahan intra uterus / intra servikal / drainase luka / perawatan gram
5. Ultra sonografi
6. pemeriksaan biomanual
INFEKSI PASCA PARTUM
1. Definisi
2. Etiologi
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat
persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewat
rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang
tidak steril digunakan pada saat proses persalinan.
Infeksi bisa timbul akibat bakteri yang sering kali ditemukan didalam vagina
(endogenus) atau akibat pemaparan pada agen pathogen dari luar vagina (eksogenus) (Bobak,
2004). Namun biasanya infeksi ini tidak menimbulkan penyakit pada persalinan, kelahiran,
atau pascapersalinan. Hampir 30 bakteri telah diidentifikasi ada disaluran genital bawah
(vulva, vagina dan sevik) setiap saat (Faro 1990). Sementara beberapa dari padanya,
termasuk beberapa fungi, dianggap nonpatogenik dibawah kebanyakan lingkungan, dan
sekurang-kurangnya 20, termasuk e.coli, s. aureus, proteus mirabilis dan clebsiela
pneumonia, adalah patogenik (Tietjen, L; Bossemeyer, D, & McIntosh, N, 2004).
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen
(kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen
(dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus
anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen
(ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi
tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi
di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini
biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi
umum.
3. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada
perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi
traktus urinarius
4. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini
lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar
rumah sakit.
4. Faktor predisposisi
Beberapa faktor dalam kehamilan atau persalinan yang dapat menyebabkan infeksi
pascapersalinan antara lain :
1. Anemia
Kekurangan sel-sel darah merah akan meningkatkan kemungkinan infeksi. Hal ini juga
terjadi pada ibu yang kurang nutrisi sehingga respon sel darah putih kurang untuk
menghambat masuknya bakteri.
2. Ketuban pecah dini
Keluarnya cairan ketuban sebelum waktunya persalinan menjadi jembatan masuknya
kuman keorgan genital.
3. Trauma
Pembedahan, perlukaan atau robekan menjadi tempat masuknya kuman pathogen, seperti
operasi.
4. Kontaminasi bakteri
Bakteri yang sudah ada dalam vagina atau servik dapat terbawa ke rongga rahim. Selain
itu, pemasangan alat selama proses pemeriksaan vagina atau saat dilakukan tindakan
persalinan dapat menjadi salah satu jalan masuk bakteri. Tentunya, jika peralatan
tersebut tidak terjamin sterilisasinya.
5. Kehilangan darah
Trauma yang menimbulkan perdarahan dan tindakan manipulasi yang berkaitan dengan
pengendalian pendarahan bersama-sama perbaikan jaringan luka, merupakan factor yang
dapat menjadi jalannya masuk kuman.
5. Manifestasi klinis
Rubor (kemerahan), kalor (demam setempat) akibat vasodilatasi dan tumor
(benngkak) karena eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang oleh peradangan sehingga
terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan mengakibatkan gangguan faal, dan
reaksi umum antara lain berupa sakit kepala, demam dan peningkatan denyut jantung
(Sjamsuhidajat, R. 1997).
6. Patofisiologi
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum. Pada
infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu terjadi reaksi
ringan limporetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat
antibodi (limfosit B). Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus
berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab
pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut debris akan
difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma
berlebihan, reksi sel fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul
dalam suatu rongga membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk
flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat). (Sjamsuhidajat, R, 1997 ).
2. Syok bakteremia
Infeksi kritis, terutama yuang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan endotoksin,
bisa mempresipitasi syok bakteremia (septic). Ibu hamil, terutama mereka yang menderita
diabetes mellitus atau ibu yang memakai obat imunosupresan, berada pada tingkat resiko
tinggi, demikian juga mereka yang menderita endometritis selama periode pascapartum.
Demam yang tinggi dan mengigil adalh bukti patofisiologi sepsis yang serius. Ibu
yang cemas dapat bersikap apatis. Suhu tubuh sering kali sedikit turun menjadi subnormal.
Kulit menjadi dingin dan lembab. Warna kulit menjadi pucat dan denyut nadi menjadi cepat.
Hipotensi berat dan sianosis peripheral bisa terjadi. Begitu juga oliguria.
Temuan laboratorium menunjukkan bukti-bukti infeksi. Biakan darah menunjukian
bakteremia, biasanya konsisten dengan hasil enteric gram negative. Pemeriksaan tambahan
bisa menunjukkan hemokonsentrasi, asidosis, dan koagulopati. Perubahan EKG
menunjukkan adanya perubahan yang mengindikasikan insufisiensi miokard. Bukti-bukti
hipoksia jantung, paru-paru, ginjal, dan neurologis bisa ditemukan.
Penatalaksanaan terpusat pada antimicrobial, demikian juga dukungan oksigen untuk
menghilangkan hipoksia jaringan dan dukungan sirkulasi untuk mencegah kolaps vascular.
Fungsi jantung, usaha pernafasan, dan fungsi ginjal dipantau dengan ketat. Pengobatan yang
cepat terhadap syok bakteremia membuat prognosis menjadi baik. Dan morbiditas dan
mortilitas maternal diturunkan dengan mengendalikan distrees pernafasan, hipotensi dan
DIC (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
3. Peritonitis
Pritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan
bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan
bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan
menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-
gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah
nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan
abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan
kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit
berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada
defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata
cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas
peritonitis umum tinggi.
4. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil, kebanyakan
terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya mengalami ISK memiliki
kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu hamil. Servisitis, vaginitis, obstruksi ureter yang
flaksid, refluks vesikoureteral, dan trauma lahir mempredisposisi wanita hamil untuk
menderita ISK, biasanya dari escherichia coli. Wanita dengan PMS kronis, trutama gonore
dan klamidia, juga memiliki resiko. Bakteriuria asimptomatik terjadi pada sekitas 5%
nsampai 15% wanita hamil. Jika tidak diobati akan terjadi pielonefritis pada kira-kira 30%
pada wanita hamil. Kelahiran dan persalinan premature juga dapat lebih sering terjadi.
Biakan dan tes sensitivitas urin harus dilakukan di awal kehamilan, lebih disukai pada
kunjungan pertama, specimen diambil dari urin yang diperoleh dengan cara bersih. Jika
didiagnosis ada infeksi, pengobatan dengan antibiotic yang sesuai selama dua sampai tiga
minggu, disertai peningkatan asupan air dan obat antispasmodic traktus urinarius.
8. Komplikasi
Peritonitis (peradangan selaput rongga perut) Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di
dalam vena panggul), dengan resiko terjadinya emboli pulmoner. Syok toksik akibat
tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam darah. Syok toksik bisa
menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.