Portofolio IGD

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

PORTOFOLIO DI IGD RSUD BANYUMAS

Oleh:
ZAQIYAH
I4B016122
STASE KEPERAWATAN GADAR
SEMESTER I

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2017
Lembar Portofolio di Ruang IGD RSUD Banyumas

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu tempat pertama kali pasien datang
dalam berbagai kondisi kegawatdaruratan di rumah sakit, sehingga di IGD kasus apa saja
mungkin terjadi, pasien dengan berbagai kondisi, dan suasana yang penuh tuntutan cepat dan
tanggap menangani pasien. Mendapat kesempatan praktek di IGD menjadi suatu hal yang
menantang dan menyenangkan bagi saya karena di IGD sangat kental dengan kekritisan
pemikiran, tindakan, dan penanganan pasien. Di IGD jumlah pasien tidak selalu tetap dengan
semua jenis kasus dan tenaga atau sumber daya perawat terbatas, sehingga kesempatan ini ingin
saya gunakan untuk mengasah keterampilan klinik saya serta memanajemen pasien secara penuh
dari awal masuk IGD sampai keputusan lanjutan apakah pasien dirawat inap atau rawat jalan.

Keterampilan klinik di IGD mencakup seluruh keahlian yang harus dimiliki perawat,
sehingga sebagai mahasiswa profesi yang masih minim keterampilan klinik, IGD merupakan
tempat mengasah keterampilan saya. Keterampilan yang ingin saya pelajari lebih banyak yaitu
memasang infus, hecting, dan penanganan kasus emergensi lainnya. Meskipun sudah praktek di
KMB dan beberapa keterampilan tersebut sudah saya lihat dan praktekkan, namun saya ingin
lebih terampil dan bisa mencoba hal baru di IGD.

Pemasangan infus sepertinya suatu keterampilan yang harus dikuasai oleh perawat,
karena infus sangat identik dengan perawatan di RS. Pada stase KMB saya sudah sering
melakukan tindakan ini, namun tidak seluruhnya lancar dan berhasil. Selama di IGD awalnya
saya dibimbing untuk memasang infus kemudian dibiarkan sendiri tanpa didampingi perawat.
Kadang jika sendiri saya agak grogi sehingga biasanya saya mengajak teman untuk
mendampingi saya, dan alhamdulillah sekarang sudah cukup bisa jika disuruh untuk memasang
infus sendiri. Selain itu, keterampilan yang baru saya lihat sebelumnya dan belum pernah saya
praktekkan yaitu hecting. Hecting jarang dilakukan diruang rawat, sehingga saya berharap bisa
belajar banyak di IGD. Namun, saat di IGD kasus hecting yang saya temui tidak banyak dan
hecting dilakukan oleh perawat. Awalnya saya dan teman-teman hanya mengobservasi,
kemudian pada kasus selanjutnya saya diberi kesempatan untuk mengasisteni perawat namun
belum pernah menusukkan jarum ke kulit. Sehingga pada kesempatan selanjutnya, semoga diberi
kesempatan untuk menghecting.
Hal yang menyenangkan lain di IGD yaitu kita dipercaya untuk memegang pasien
sendiri. Sehingga dari awal datang ke IGD, kemudian dilakukan primary survey kita yang
melakukan, hingga mendampingi pasien saat diperiksa dokter, dan dokter juga mendiskusikan
tindakan bersama kita, serta mempercayakan tindakan seperti pemasangan oksigenasi, infus,
pemberian terapi obat, EKG, dan terapi lainnya kepada kita. Tidak cukup sampai disitu, kita juga
harus mengobservasi dan memonitor perkembangan pasien kelolaan kita tadi sampai diputuskan
keluar dari IGD. Metode pembelajaran seperti itu membuat saya merasa seperti perawat IGD
yang sebenarnya, walaupun pada awalnya saya masih ragu dan sering bertanya kepada perawat
jaga. Namun, setelah beberapa kali dan sering membuat saya cukup percaya diri dalam
mengelola pasien. Keterampilan baru yang saya dapatkan yaitu manajemen pasien dengan
penurunan kesadaran. Kebetulan saat itu saya ikut masuk tim perawat, dan ada pasien datang
dengan penurunan kesadaran, tim bertindak sangat cepat dalam pemasangan oksigenasi, cek
GDS, setelah dicek ternyata mengalami hipoglikemi, sehingga langsung dikoreksi hipoglikemi,
seperti pemberian injeksi larutan D 40%. Setelah dimonitor beberapa saat, pasien akhirnya sadar
dan bisa berkomunikasi padahal sebelumnya mengalami penurunan kesadaran.

Selain mendapat keterampilan klinik sesuai target, di IGD saya juga mendapat ilmu dan
pengalaman bekerja sebagai tim, yang sangat dituntut untuk kerja sama, bertindak cepat dan
kritis, serta yang paling penting juga menghargai sesama anggota tim. Apapun peran kita dalam
tim tersebut pasti sangat berharga dan bermanfaat, sehingga kita tidak boleh egois dan mau
seenaknya sendiri karena semua itu bertujuan untuk menyelamatkan pasien.

Anda mungkin juga menyukai