7044 19818 2 PB
7044 19818 2 PB
7044 19818 2 PB
Suparto
SUPARTO
Fakultas Hukum Universitas Islam Riau
Jl. Kaharuddin Nasution 113 Marpoyan Damai Pekanbaru 24288
Email : [email protected]
ABSTRACT
Separations of Powers theory had just been developed by John Locke and
Montesquieu circa 17 A.C. Theory of Constitution had also just been emerged
circa 18 A.C., even though in old Greece many people had already discussed
about this theory. whereas Islam has recognized the separation of powers and
constitutions long before that, namely when Rasulullah SAW rule Madinah and
Madinah Constitution circa 7 A.C..
ABSTRAK
Teori Pemisahan Kekuasaan yang dikembangkan oleh John Locke dan
Montesquieu baru muncul sekitar abad ke 17, demikian juga dengan munculnya
teori dan hukum Konstitusi baru berkembang sekitar abad ke 18, walaupun
sebelumnya pada masa Yunani kuno Konstitusi telah banyak dibicarakan.
Sedangkan Islam telah mengenal adanya Pemisahan Kekuasaan dan Konstitusi
jauh sebelum itu yaitu pada masa pemerintahan Rasulullah SAW di Negara
Madinah dan Konstitusi Madinah yaitu pada abad ke 7.
134
Hukum Islam, Vol XIX No. 1 Juni 2019 Teori Pemisahan……….…..............Suparto
PENDAHULUAN
1
Miriam Budiardjo, 2002, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia), hlm .150.
2
Ibid
135
Hukum Islam, Vol XIX No. 1 Juni 2019 Teori Pemisahan……….…..............Suparto
melakukannya. Menurut ajaran ini tidak dibenarkan adanya campur tangan atau
pengaruh-mempengaruhi, antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu
ajaran Montesquieu disebut pemisahan kekuasaan artinya ketiga kekuasaan itu
masing-masing harus terpisah baik lembaganya maupun orang yang
menanganinya. 3 Terkait dengan teori pemisahan, Montesquieu membuat analisis
atas pemerintahan Inggris dan ia menyatakan ; ketika kekuasaan legislatif dan
eksekutif disatukan pada orang yang sama, atau pada lembaga tinggi yang sama,
maka tidak ada kebebasan. Sekali lagi tidak akan ada kebebasan, jika kekuasaan
kehakiman tidak dipisahkan dari kekuasaan legislatif dan eksekutif. Dan pada
akhirnya akan menjadi hal yang sangat menyedihkan bila orang yang sama atau
lembaga yang sama menjalankan ketiga kekuasaan itu, yaitu menetapkan hukum,
manjalankan keputusan-keputusan publik dan mengadili kejahatan atau
perselisihan para individu. 4
Adanya pemisahan kekuasaan dalam negara diatur dalam hukum dasar dari
suatu negara yaitu Undang-Undang Dasar atau Konstitusi. Konstitusi atau UUD
merupakan dokumen negara yang memuat hal-hal pokok penyelenggaraan negara.
Moh. Mahfud MD berpendapat bahwa pada dasarnya konstitusi mengandung hal-
hal sebagai berikut ; Pertama, public authority hanya dapat dilegitimasi menurut
ketentuan konstitusi; Kedua, pelaksanaan kedaulatan rakyat (melalui perwakilan)
harus dilakukan dengan menggunakan prinsip universal and equal suffrage dan
pengangkatan eksekutif harus melalui pemilihan yang demokratis; Ketiga, adanya
pemisahan atau pembagian kekuasaan serta pembatasan wewenang; Keempat,
adanya kekuasaan kehakiman yang mandiri yang dapat menegakkan hukum dan
keadilan baik terhadap rakyat maupun terhadap penguasa; Kelima, adanya sistem
kontrol terhadap militer dan kepolisian untuk menegakkan hukum dan
menghormati hak-hak rakyat; Keenam, adanya jaminan perlindungan atas HAM. 5
3
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1983, Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia, (Jakarta : Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UI), hlm. 141.
4
Baron de Montesquieu, tt, The Spirit of Laws ; Dasar-Dasar Ilmu Hukum dan Politik
diterjemahkan oleh M. Khoiril Anam, (Bandung : Nusa Media), hlm. 62.
5
Moh. Mahfud MD, 2000, Demokrasi dan Konstitusi Indonesia :Studi Tentang Interaksi
Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan, (Jakarta : Rineka Cipta), hlm. 421.
136
Hukum Islam, Vol XIX No. 1 Juni 2019 Teori Pemisahan……….…..............Suparto
6
Ismail Suny, 1982, Pembagian Kekuasaan Negara, (Jakarta : Aksara Baru), hlm. 1-2.
137
Hukum Islam, Vol XIX No. 1 Juni 2019 Teori Pemisahan……….…..............Suparto
dasar itu dipandang sebagai “milik” (property). Milik inilah yang memberikan
kepada manusia status politik. 7
7
Brewer Carias dalam Efik Yusdiansyah, 2010, Implikasi Keberadaan Mahkamah
Konstitusi Terhadap Pembentukan Hukum Nasional Dalam Kerangka Negara Hukum, (Bandung :
Lubuk Agung), hlm. 24.
8
Ibid., hlm. 24-25.
9
Ibid., hlm. 25.
138
Hukum Islam, Vol XIX No. 1 Juni 2019 Teori Pemisahan……….…..............Suparto
Pada masa Rasulullah SAW sudah berada di Madinah, Allah SWT memberi
isyarat tentang adanya fungsi-fungsi legislatif, eksekutif dan yudikatif di dalam
suatu negara. Hal itu diisyaratkan oleh Allah SWT di dalam salah satu surah
Madaniyyah yang berbunyi sebagai berikut:
10
Muhammad Alim, 2008, Trias Politica Dalam Negara Madinah, (Jakarta :
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI), hlm. 62-63.
139
Hukum Islam, Vol XIX No. 1 Juni 2019 Teori Pemisahan……….…..............Suparto
11
Muhammad A. Al-Burey, 1986, Islam Landasan Alternatif Administrasi Pembangunan,
(Jakarta : Rajawali Pers), hal. 254-255 dikutip J. Suyuti Pulungan, 1999, Fiqh Siyasah ; Ajaran,
Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta : Raja Grafindo Persada), hlm. 97-98.
140
Hukum Islam, Vol XIX No. 1 Juni 2019 Teori Pemisahan……….…..............Suparto
atau syariah. Dengan pengangkatan para hakim untuk mengadili perkara berarti
kekuasaan yudikatif tidak lagi seluruhnya menyatu dengan kekuasaan eksekutif. 12
Sementara itu, dalam Negara Madinah telah ada institusi yang disebut
Majelis Syura atau Majelis Sahabat atau Majelis Syuyukh yang anggota-
anggotanya terdiri dari para pemuka sahabat, para pemuka rakyat di ibukota
Madinah dan para kepala kabilah atau kepala suku. Majelis inilah yang menjadi
semacam dewan perwakilan rakyat atau parlemen dalam Negara Madinah. Namun
demikian Majelis ini belum berfungsi sebagaimana lazimnya parlemen yaitu
membuat undang-undang. 13 Berdasarkan uraian-uraian diatas maka dalam praktik,
bukan lagi dalam tataran teori, Negara Madinah pada masa pemerintahan Umar
bin Khattab (634-644) telah melakukan pembagian kekuasaan secara horizontal.
Telah ada lembaga eksekutif yaitu Khalifah dan stafnya, ada lembaga legislatif
yakni yang disebut Majelis Syura sebagai Dewan Perwakilan Rakyat yang
dikemudian hari untuk otoritas menetapkan hukum dilakukan oleh ahl al hall wa
al aqd, bersama-sama dengan Khalifah dan juga sudah ada lembaga yudikatif
yang dilakukan oleh para hakim atau Qadi. Adapun pembagian kekuasaan secara
vertikal pada zaman Rasulullah SAW masih hidup beliau telah membagi
kekuasaan antara pemerintah pusat dan daerah, yakni dengan para Gubernur. 14
12
Ibid., hlm. 91.
13
Abdul Qadim Zallum, 2002, Sistem Pemerintahan Islam, Diterjemahkan oleh M.
Maghfur W, (Bangil : Al-Izzah), hlm. 280-281.
14
Muhammad Alim, 2009, Konstitusi Negara Dalam Perspektif Islam, (Jakarta :
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia), hlm. 85-88.
15
Ubaidillah A dkk, 2000, Pendidikan Kewarganegaraan Demokrasi, HAM dan
Masyarakat Madani, (Jakarta : IAIN Jakarta Press), hlm. 82.
141
Hukum Islam, Vol XIX No. 1 Juni 2019 Teori Pemisahan……….…..............Suparto
16
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi & Ni‟matul Huda, 2006, Teori dan Hukum Konstitusi,
(Jakarta : Raja Grafindo Persada), hlm. 13.
17
Sri Soemantri, UUD 1945 Kedudukan dan Artinya dalam Kehidupan
Bernegara, Jurnal Demokrasi & HAM, Vol.1 No.4, September-Nopember 2001, hlm. 47.
18
Jimly Asshiddiqie, 2005, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta :
Konpress, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia), hal. 35. Lihat juga Bagir Manan, 1995,
Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara, (Bandung : Mandar Maju), hlm. 5-6.
19
Iriyanto A. Baso Ence, 2008, Negara Hukum dan Hak Uji Konstitusionalitas
Mahkamah Konstitusi (Telaah Terhadap Kewenangan Mahkamah Konstitusi), (Bandung :
Alumni), hlm. 20.
20
Menurut Rukmana Amanwinata dalam Ellydar Chaidir, Hukum dan Teori Konstitusi,
2007, (Yogyakarta : Kreasi Total Media), hal. 20-21. Istilah ”konstitusi” dalam bahasa
Indonesia antara lain berpadanan dengan kata ”constitution” (bahasa Inggris), ”constitutie”
(bahasa Belanda), ”constitutionel” (bahasa Perancis), ”Verfassung” (bahasa Jerman), ”constitutio”
(bahasa Latin) dan Fundamental Laws (Amerika Serikat). Istilah konstitusi menurut Wirjono
Prodjodikoro dalam Bukunya Asas-Asas Hukum Tata Negara Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta,
1989. hlm. 10. Berasal dari kata kerja ”constituer” (Perancis) yang berarti membentuk, jadi
142
Hukum Islam, Vol XIX No. 1 Juni 2019 Teori Pemisahan……….…..............Suparto
konstitusi berarti pembentukan. Dalam hal ini yang dibentuk adalah suatu negara, maka konstitusi
mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu negara.
21
Sri Soemantri dalam Sumbodo Tikok, 1992, Hukum Tata Negara, (Bandung :
Eresco), hlm. 115-116. Lihat juga dalam Ellydar Chaidir, 2008, Sistem Pemerintahan Negara RI
Pasca Perubahan UUD 1945, (Yogyakarta : Total Media), hal. 102. Perhatikan juga dalam Moh.
Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Op.Cit., hlm.64. disebutkan bahwa Konstitusi berasal dari istilah
constitution (Bhs. Inggris), constitutio (Bahasa Latin) atau Verfassung (Bahasa Belanda) memiliki
perbedaan dari undang-undang dasar Grundgesetz. Jika ada kesamaan itu merupakan kekhilafan
pandangan di Negara-negara modern. Kekhilafan tersebut disebabkan oleh pengaruh paham
kodifikasi yang menghendaki setiap peraturan harus tertulis, demi mencapai kesatuan hukum,
kesederhanaan hukum dan kepastian hukum.
22
H. M. Laica Marzuki, Kesadaran Berkonstitusi dalam Kaitan
Konstitusionalisme, Jurnal Konstitusi Mahkamah Konstitusi R I, Volume 6, Nomor 3, September
2009
23
Sri Soemantri dalam Astim Riyanto, Hukum Konstitusi Sebagai Suatu Ilmu, Jurnal
Hukum dan Pembangunan, Tahun ke 39 No.1 Januari – Maret 2009.
143
Hukum Islam, Vol XIX No. 1 Juni 2019 Teori Pemisahan……….…..............Suparto
merdeka setelah pada tahun 622 M hijrah ke Madinah, kota yang sebelumnya
disebut Yasrib. 24
Tidak lama sesudah hijrah ke Madinah, Muhammad SAW. membuat suatu
piagam politik untuk mengatur kehidupan bersama di Madinah yang dihuni oleh
berbagai macam golongan.25 Ia memandang perlu meletakkan aturan pokok tata
kehidupan bersama di Madinah, agar terbentuk kesatuan hidup diantara seluruh
penghuninya. Di tengah kemajemukan penghuni kota Madinah itu, Muhammad
SAW. berusaha membangun tatanan hidup bersama, mencakup semua golongan
yang ada di kota Madinah. Sebagai langkah awal ia ‟mempersaudarakan‟ antara
para Muslim pandatang dan Muslim Madinah. Persaudaraan itu bukan hanya
tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari, tetapi demikian mendalam sampai
ke tingkat mewarisi. Kemudian diadakan perjanjian hidup bersama secara damai
diantara berbagai golongan yang ada di Madinah, baik diantara golongan-
golongan Islam, maupun dengan golongan-golongan Yahudi itu, secara formal
ditulis dalam suatu naskah yang disebut Shahifah. Kesatuan hidup yang baru
dibentuk itu dipimpin oleh Muhammad SAW. sendiri dan menjadi Negara
berdaulat. Dengan demikian, di Madinah Nabi Muhammad SAW. bukan hanya
mempunyai sifat Rosul Allah, tetapi juga mempunyai sifat Kepala Negara. 26
Ditetapkannya piagam tersebut merupakan salah satu siasat Rosul sesudah
hijrah ke Madinah, yang dimaksudkan untuk membina kesatuan hidup berbagai
24
Ni‟matul Huda, 2007, Lembaga Negara dalam Masa Transisi Demokrasi, (Yogyakarta :
UII Press) hlm. 1. Lihat juga dalam Munawir Sjazali, 2003, Islam dan Tata Negara; Ajaran,
Sejarah dan Pemikiran, Edisi Kelima, (Jakarta : UI Press), hlm. 9.
25
Muhammad Jamal al-Din Surur,1997, Qiyam al - Dawlah al Arabiyah al Islamiyah fi
Hayati Muhammad SAW, (Al Qahirah : Dar al Fikr al Araby), hal. 95 dikutip oleh Ahmad
Sukardja, 1995, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta : UI Press), hal. 2.
Sebagaimana diketahui bahwa penduduk Madinah terdiri dari tiga golongan besar, yaitu Muslimin,
Musyrikin dan Yahudi. Muslimin terdiri dari golongan Muhajirin dan Anshar. Golongan Muhajirin
adalah pendatang yang hijrah dari Mekah. Mereka adalah orang-orang Quraysi yang telah masuk
Islam yang terdiri dari beberapa kelompok, diantaranya Banu Hasyim dan Banu Muthalib. Kabilah
„Aws dan Khazraj merupakan unsur utama golongan Anshar yang masing-masing terdiri dari
kelompok-kelompok suku yang banyak. Golongan Musrykin adalah orang-orang Arab yang masih
menyembah berhala (paganisme). Golongan Yahudi terdiri dari keturunan Yahudi, pendatang dan
keturunan Arab yang masuk agama Yahudi atau kawin dengan orang Yahudi pendatang. Tiga
kelompok besar keturunan Yahudi pendatang adalah Banu Nadir, Banu Qaynuqa dan Banu
Qurayshah.
26
Harun Nasution, 1985, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta :
Universitas Indonesia Press), Cetakan kelima, hlm. 92.
144
Hukum Islam, Vol XIX No. 1 Juni 2019 Teori Pemisahan……….…..............Suparto
27
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah....Op. Cit., hlm. 35.
28
J. Suyuti Pulungan, 1994, Prinsip-prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah
Ditinjau dari Pandangan Al Quran, (Jakarta : Raja Grafindo Persada), hlm. 115.
29
Muhammad Alim, 2009, Konstitusi Negara...Op.Cit.,, hlm. 25.
145
Hukum Islam, Vol XIX No. 1 Juni 2019 Teori Pemisahan……….…..............Suparto
Sunnah, (3) Konvensi-konvensi Khulafa ur Rasyidin dan (4) Ketentuan para ahli
hukum (fukaha) ternama. Khalid Ibrahim Jindan sebagaimana dikutip Muhammad
Alim juga menulis bahwa Al Quran, Al Sunnah dan praktek kehidupan Al
Khulafa’ ar Rasyidun adalah sumber Konstitusi Islam. Sejalan dengan hal tersebut
Abdul Wahab Khallaf sebagaimana dikutip Muhammad Alim berpendapat bahwa
Konstitusi dalam Negara Islam adalah Al Quran dan Hadist Sahih. 30
Berdasarkan uraian tersebut, penulis berpendapat bahwa Konstitusi
Madinah adalah bagian dari Konstitusi Islam, karena kalau dilihat dari segi
substansinya telah memenuhi syarat-syarat dari sebuah Konstitusi akan tetapi
masih ada Konstitusi Islam yang merupakan hukum tertinggi yaitu Al-Qur‟an dan
Hadist.
PENUTUP
30
Ibid., hlm. 28-29.
146
Hukum Islam, Vol XIX No. 1 Juni 2019 Teori Pemisahan……….…..............Suparto
147
Hukum Islam, Vol XIX No. 1 Juni 2019 Teori Pemisahan……….…..............Suparto
Daftar Pustaka
A. Buku
De Montesquieu, Baron, tt, The Spirit of Laws ; Dasar-Dasar Ilmu Hukum dan
Politik (diterjemahkan oleh M. Khoiril Anam), Bandung : Nusa Media.
Ence, Iriyanto A. Baso, (2008), Negara Hukum dan Hak Uji Konstitusionalitas
Mahkamah Konstitusi (Telaah Terhadap Kewenangan Mahkamah
Konstitusi), Bandung : Alumni.
Huda, Ni‟matul, (2007), Lembaga Negara dalam Masa Transisi Demokrasi,
Yogyakarta : UII Press.
Kusnardi, Moh., & Harmaily Ibrahim, (1983), Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia, Jakarta : Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UI.
148
Hukum Islam, Vol XIX No. 1 Juni 2019 Teori Pemisahan……….…..............Suparto
Sjazali, Munawir, (2003), Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah dan
Pemikiran, Edisi Kelima, Jakarta : UI Press.
Thaib, Dahlan, Jazim Hamidi dan Ni‟matul Huda, (2006), Teori dan Hukum
Konstitusi, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
B. Jurnal, Makalah
Riyanto, Astim, Hukum Konstitusi Sebagai Suatu Ilmu, Jurnal Hukum dan
Pembangunan Tahun ke 39 No.1 Januari – Maret 2009.
149