Word Sejarah Pendidikan
Word Sejarah Pendidikan
Word Sejarah Pendidikan
1. Zaman Realisme
Sejarah pendidikan dunia telah berlangsung lama sekitar 150 tahun sebelum Masehi. Menurut
Pidarta, (2007) dalam Vina Serevina dan Sri Martini Meilanie, (2019), Realisme menghendaki
pemikiran yang praktis. Pendidikan diarahkan pada kehidupan dunia dan bersumber dari keadaan
di dunia pula. Tokoh pendidikan pada zaman Realisme (abad ke-17) yang pertama
mengembangkan metode induktif adalah Francis Bacon. Prinsip pendidikan yang dirumuskan
oleh Bacon yaitu antara lain:
a. Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran sebab mengembangkan semua kemampuan
manusia.
b. Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri.
c. Penanaman pengertian lebih penting daripada hafalan.
d. Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak.
e. Pelajaran harus diberikan satu per satu.
f. Pengetahuan diperoleh dengan metode induksi.
g. Semua anak harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar.
( ini fotonya francis bacon)
Tokoh Realisme yang lain adalah Johann Amos Comenius.
3. Zaman Naturalisme
Pada abad ke-18 muncullah aliran Naturalisme dengan tokohnya, J. J. Rousseau.
Aliran ini memandang pendidikan sebagai suatu proses perkembangan jiwa sehingga aliran ini
sering disebut gerakan psikologis dalam pendidikan. Friederich Wilhelm August Fröbel salah
satu tokohnya Lahir pada tanggal 21 April tahun 1782, di Oberweißbach, Jerman,
menyampaikan ada beberapa hal terkait aliran pendidikan developmentalisme, yaitu: teori nilai,
pengetahuan, pembelajaran, sosial, alamiah manusia, kesempatan, dan dan transmisi. Tujuan
pendidikan yaitu pencapaian keselarasan melalui kegiatan sendiri. Tujuan pendidikan Frobel
adalah mengembangkan semua potensi pada anak itu agar menjadi aktual dan agar berhasil baik
dibutuhkan kreativitas anak untuk mengembangkan dirinya.
Tujuan pendidikan Stanly Hall adalah mengembangkan semua kekuatan yang ada sehingga
memperoleh kepribadian yang harmonis. Menurut Stanly kehidupan fisik dan mental berjalan
paralel, tingkat perkembangan mental anak mengikuti tingkat perkembangan jenis manusia.
Menurut Pestalozzi tujuan pendidikan adalah meningkatkan derajat sosial seluruh umat manusia,
untuk itu dikembangkan semua aspek individualnya yaitu otak, tangan dan hati mereka.
Sedangkan menurut Herbart, tujuan pendidikan adalah membentuk watak susila, melalui
pengembangan minat seluas-luasnya. Minat anak dikembangkan lewat pengajaran agar
memperoleh pengetahuan, sehingga anak mau melakukan sesuatu.
(biar singkatnya sih kalo mau abis kalimat yang gw biruin itu langsung ke kalimat ini, “ Konsep
pendidikan yang dikembangkan oleh aliran ini meliputi:” baru deh nyebutin yang abcd nya )
5. Zaman Nasionalisme
Aliran ini muncul pada abad ke 19 dan merupakan upaya dalam membentuk patriot- patriot
bangsa dan mempertahankan kaum imperalis Tokohnya adalah La Chatolais (perancis), Johann
Gottlieb Fichte (Jerman) dan Jefferson (Amerika Serikat).
La Chotalais (Perancis)
Menurut ilmu pengetahuan awal Fichte, manusia adalah makhluk yang bebas dan mandiri yang
menjadi seseorang bukan melalui kekuatan alam, dengan mengembangkan keterampilan dan
kemampuan bawaannya, atau melalui pengaruh luar, tetapi dengan kekuatannya sendiri. Peran
pendidik dapat ditangkap dari dasar-dasar ilmu pengetahuan. Jadi, untuk dapat menempatkan diri
kita sebagai makhluk bebas, kita membutuhkan makhluk lain yang memanggil kita. Panggilan
untuk melakukan aktivitas mandiri gratis adalah apa yang kita sebut pendidikan. (Tamás
Hankovszky, 2017, halm.1). Sementara itu, La Chatolais pada tahun 1763 menerbitkan "Esai
tentang Pendidikan Nasional" yang luar biasa, di mana ia mengusulkan program studi ilmiah
sebagai pengganti bagi mereka yang diajar oleh jesuits.
Konsep pendidikan yang ingin dikemukakan oleh aliran ini adalah :
a . Menjaga, memperkuat dan dan mempertinggi kedudukan negara
b. Mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani dan kejuruan
Materi pelajarannya meliputi bahasa dan kesusastraan nasional, pendidikan kewarganegaraan,
lagu-lagu kebangsaan, sejarah dan geografi negara dan pendidikan jasmani. Dampak negative
dari pendidikan ini adalah munculnya chaufiisme di Jerman yaitu kegilaan atau kecintaan
terhadap tanah air yang berlebihan di beberapa negara seperti: Jerman sehingga timbul perang
dunia ke I (Pidarta, 2007, dalam Vina Serevina dan Sri Martini Meilanie, 2019.
Dikutip dari https://www.google.com/search?safe..
Menurutnya siapa yang banyak berpengetahuan dialah yang berkuasa yang kemudian mengarah
pada individualisme. Adam Smith berpikir bahwa setiap orang harus menerima pendidikan, dan
bahwa dana harus dibentuk untuk memenuhi keadilan dan untuk memberikan insentif produk
yang berkualitas tinggi. (Paul Mueller, 2015). Selanjutnya menurut Mueller (2015), Smith
berpikir tentang pendidikan dasar. Perhatian pertamanya adalah bagaimana mendanai itu:
“Lembaga-lembaga untuk pendidikan pemuda dapat, dengan cara yang sama, memberikan
pendapatan yang cukup untuk membiayai pengeluaran mereka sendiri. Biaya atau kehormatan
yang dibayarkan oleh sarjana kepada master secara alami merupakan pendapatan dari jenis ini.
"Pada tahun 1700-an siswa tidak membayar" sekolah "untuk pendidikan mereka. Sebaliknya,
mereka membayar guru mereka secara langsung — sama seperti yang dilakukan orang untuk les
privat atau pelajaran musik hari ini. Smith memuji pengaturan ini karena adil dan bermanfaat.
(halm.1)
$edangkan positivisme dengan tokohnya August Comte percaya kebenaran yang dapat
diamati/oleh panca indera sehingga kepercayaan terhadap agama semakin lemah. Itu sebabnya,
Comte mendefinisikan kemanusiaan, ia menjelaskan bahwa 'semua manusia' tidak dapat berarti
'semua manusia makhluk, tetapi hanya mereka yang mampu, sampai batas tertentu, untuk
mengambil bagian dari esensi kemanusiaan oleh kebajikan dari kontribusi mereka, apa pun
sifatnya, untuk tugas bersama. Manusia tidak bisa direduksi menjadi hewan, tetapi dasar
organiknya memberi mereka temperamen yang tidak bisa dihancurkan, meskipun lebih sering
daripada tidak sempurna. Oleh karena itu seorang individu jauh dari menjadi hasil sederhana dari
lingkungan. (Jacques Muglioni, 1999)
7. Zaman Sosialisme
Aliran ini muncul pada abad ke 20, sebagai reaksi terhadap dampak aliran liberalisme,
positivisme dan individualsme. Tokoh- tokohnya adalah Paul Natrop, George Kerchensteiner dan
John Dewey. Menurut Pidarta, 2007 dalam Akhmad Sugianto (2013) aliran ini, masyarakat
memiliki arti yang lebih penting daripada individu. Ibarat atom, individu tidak ada artinya bila
tidak berwujud benda. Oleh karena itu, pendidikan harus diabdikan untuk tujuan-tujuan sosial.
Dalam ilmu pendidikan, John Dewey menganjurkan adanya teori dan metode learning by doing
(belajar sambil melakukan). Selain itu, John Dewey juga dikenal karena konsep pemikirannya
tentang pragmatisme, relativisme, dan active learner. John Dewey menganggap bahwa
pendidikan bisa berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan keberanian dan pembentukan
kemampuan inteligensi siswa. Konsep pendidikan yang John Dewey ini dikenal dengan
pendidikan progresifisme yaitu pendidikan yang dijalankan secara demokratis. Pada tataran
praktisnya, dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, peserta didik harus berperan aktif
dalam proses belajar ataupun dalam menentukan materi pelajaran..
John Dewey, pendidik perintis abad ke-20, membahas pemikiran pendidikannya, dan tulisan-
tulisannya, yang memberi arah baru pada pendidikan pada pergantian abad. Kontribusi Dewey
sangat besar dan luar biasa di bidang pendidikan, politik, humanisme, logika, dan estetika. Teori-
teori Dewey memadukan perhatian pada anak sebagai individu dengan hak dan klaimnya sendiri
dengan pengakuan jurang pemisah antara pengaturan pendidikan yang ketinggalan zaman dan
terdistorsi kelas yang diwarisi dari masa lalu dan persyaratan mendesak dari era baru. Sistem
pendidikan harus dirombak secara menyeluruh, katanya, karena perubahan mendalam dalam
peradaban Amerika. Di bawah kehidupan kolonial, agraris, kota kecil, anak itu mengambil
bagian dalam kegiatan rumah tangga, komunitas, dan produktif yang secara spontan memupuk
kapasitas untuk pengarahan diri sendiri, disiplin, kepemimpinan, dan penilaian independen.
Kualitas-kualitas bermanfaat seperti itu tidak dianjurkan dan terhambat oleh kondisi industri
baru, urbanisasi, yang dikabutkan yang telah menghancurkan keluarga dan melemahkan
pengaruh agama. (W. F. Warde (George Novack), 1960)
Sejarah Pendidikan Indonesia
Pendidikan di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Pendidikan itu
telah ada sejak zaman kuno / tradisional yang dimulai dengan zaman pengaruh agama
Hindu dan Budha, zaman pengaruh Islam, zaman penjajahan, dan zaman merdeka
(Pidarta, 2009.: 125). Mudyahardjo (2012) dan Nasution (2011) menguraikan masing-
masing zaman tersebut secara lebih terperinci akan diuraikan mulai dari perjalanan
sejarah pendidikan Indonesia.
( ini gw copy dari google , tapi keknya ada yang aneh kalimatnya , bgausnya gimana ya ??)