Fina Ryan Lestari - PBIO 1 2018 - 4401418020 - Laporan Akhir 2 (Menghitung Estimasi Populasi Hewan Dengan Menerapkan Metode CMR) .

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI

MENGHITUNG ESTIMASI POPULASI HEWAN


MENGGUNAKAN METODE CAPTURE-MARK-RECAPTURE (CMR)

Rabu, 31 Maret 2021

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Sri Ngabekti, M.S.

Disusun oleh:

Fina Ryan Lestari


4401418020

Rombel Pendidikan Biologi 1 2018

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
A. Judul Praktikum
Menghitung Estimasi Populasi Hewan menggunakan metode Capture-Mark-
Recapture (CMR)
B. Tujuan Praktikum
Untuk mengestimasi jumlah individu dalam suatu populasi hewan (ikan)
menggunakan metode Capture-Mark-Recapture (CMR)
C. Landasan Teori
Populasi merupakan kumpulan makhluk hidup sejenis pada suatu tempat
tertentu yang dapat saling berinteraksi dan memiliki sifat atau ciri dalam suatu
kelompok tersebut. Sifat-sifat atau ciri-ciri kelompok dalam populasi antara lain
laju kelahiran, laju kematian, perbandingan umur, dan kecocokan genetik hanya
dapat diterapkan pada populasi. Estimasi populasi adalah suatu metode yang
digunakan untuk melakukan perhitungan kepadatan suatu populasi dengan cara
memprediksinya (Lubis et al., 2017). Karakteristik dasar populasi adalah besar
populasi atau kerapatan. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara
penghitungan menyeluruh dan metode cuplikan. Untuk metode sampling biotik
hewan bergerak biasanya digunakan metode capture-mark-recapture. Metode ini
merupakan metode yang sederhana untuk menduga ukuran populasi dari suatu
spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil (Safitri
et al., 2016).
Metode Capture-Mark-Recapture merupakan suatu metode yang
dipergunakan untuk menaksir ukuran populasi dengan teknik Capture, Marking,
Recapture (CMR) yaitu menangkap, menandai, melepaskan, dan menangkap
kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Sejak ditemukan sejak 55
tahun yang lalu, metode menangkap-menandai-menangkap lagi (“Capture-Mark-
Recapture Metode”) ini sudah mengalami berbagai pengembangan dan perbaikan,
kini metode yang sudah banyak variasinya itu telah merupakan metode yang cukup
penting dalam ekologi hewan. Jadi, prinsip umum percobaan CMR adalah untuk
menandai individu dalam penangkapan sesi pertama dan kemudian untuk mencatat
proporsi individu yang ditandai dalam penangkapan sesi berikutnya (Rahayu et al.,
2020).
Metode menangkap-menandai-menangkap kembali ini, yang juga dikenal
sebagai metode Lincoln-Peterson dalam bentuk yang paling dasar dan sederhana
mencangkup dua kali pencuplikan. Semua individu hewan yang diperoleh dari
pencuplikan kesatu ditandai, lalu dilepaskan kembali dan jumlahnya di catat (=M),
setelah selang waktu tertentu (umumnya satu hari), yang tidak memberikan peluang
timbulnya individu-individu baru hasil perbiakan-, dilakukan penangkapan kembali
(pencuplikan kedua) di area yang sama secara acak 𝑅 3 . Tujuan dari metode capture-
recapture ini adalah untuk mengestimasi ukuran populasi dengan objek yang
banyak dan liar (Noor et al., 2013).
Metode Lincoln-Peterson
Metode Peterson adalah salah satu metode dalam mengukur kepadatan
absolut. Pada dasarnya, model Peterson adalah metode dengan menangkap
sejumlah individu dari sejumlah populasi hewan yang akan dipelajari. Individu
yang ditangkap itu diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa
waktu yang singkat. Setelah itu dilakukan pengambilan (penangkapan ke-2)
terhadap sejumlah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua
inilah diidentifikasi individu yang bertanda yang berasal dari penangkapan pertama
dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua (Wijaya, 2019).
Rumus dasar yang digunakan untuk penghitungan adalah rumus Peterson yaitu:
𝑀 .𝑛
N= 𝑅
Untuk menghitung kesalahan (error) metode CMRR dapat dilakukan dengan cara
menghitung kesalahan baku (standar errornya) dengan rumus:

(𝑀)(𝑛)(𝑀−𝑅)(𝑛−𝑅)
SE = √
𝑅3

Setelah ditentukan standar errornya, kemudian ditentukan selang kepercayaannya


dengan rumus :

N ± (t) (SE)
Dengan catatan:
N = cacah hewan di alam/dalam populasi
M = cacah hewan yang tertangkap pada penangkapan pertama dan ditandai
n = cacah hewan yang tertangkap pada penangkapan kedua, terdiri atas hewan yang
tidak bertanda dan hewan yang bertanda hasil penangkapan kedua
R = cacah hewan yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali
pada penangkapan kedua.
t = (df,  ), lihat tabel distribusi t dengan df =  , dan  adalah tingkat signifikasi
Metode Peterson merupakan salah satu metode estimasi populasi yang
sederhana karena hanya berdasarkan satu kali proses penangkapan, penandaan,
pelepasan dan penangkapan kembali dalam jangka waktu yang relatif pendek.
Metode Peterson cocok untuk populasi yang tertutup (Nurfiarini & Wijaya, 2019).
Rumus Peterson bersifat akurat untuk data dengan ukuran sampel yang kecil.
Kelemahannya yaitu memiliki range bias yang cukup besar sehingga akurasi data
yang dihasilkan secara ilmiah sangat dipertimbangkan. Jika dibandingkan dengan
metode Schnabel, metode ini memiliki nilai keakuratan dan kevalidan yang jauh
lebih rendah (Widyaleksono et al., 2012). Metode Licoln-Petersen merupakan
metode yang dilakukan dengan satu kali penandaan (marking) dan satu kali
penangkapan ulang (recapture). Karena estimasi yang diperoleh dari metode ini
dinilai kurang akurat maka munculah metode Schnabel, dimana penandaan dan
penangkapan ulang dilakukan lebih dari dua kali (Safitri et al., 2016).
Metode Schnabel
Untuk memperbaiki keakuratan metode Lincon-Peterson (Karena sample
relatif kecil), dapat digunakan Metode Schanabel. Metode ini selain membutuhkan
asumsi yang sama dengan metode Lincoln-peterson, juga ditambahkan dengan
asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari satu periode sampling dengan
periode yang berikutnya. Pada metode ini penangkapan dan pelepasan hewan lebih
dari 2 kali. Untuk periode setiap sampling, semua hewan yang belum bertanda
diberi tanda dan dilepaskan kembali. Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan
rumus:
∑( 𝑛𝑖.𝑀𝑖)
N=
𝑅𝑖
Dengan catatan:
Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap periode ke i ditambah periode
sebelumnya,
ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode i
Ri =adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i
Karena pengambilan sample di atas akan mengurangi kesalahan sampling. Maka
Standar Error pada metode ini dapat dihitung dengan rumus:
1
SE =
1 (𝑘−1) 1
√ + 𝑁 − ∑𝑁−𝑛𝑖
𝑁−𝑀𝑖

Dengan catatan:
k = jumlah periode sampling
Mi = Jumlah total hewan yang bertanda. (Sugianto.A.1994)
Metode CMR, selain dapat memperkirakan kerapatan populasi juga dapat
memperkirakan laju kelahiran dan laju kematian populasi. Louis et al (2015)
menyatakan bahwa syarat digunakannya metode CMR untuk menganalisis
kepadatan populasi adalah populasi tersebut harus berada dalam wilayah yang luas,
sehingga tidak terbatas pada wilayah tertentu. Asumsi-asumsi dalam metode CMR
antara lain sebagai berikut :

1. Pergantian antar individu rendah. Individu tidak mudah mati, tidak mudah
besar, tidak mudah berkembang biak.
2. Populasi tertutup (tidak ada imigrasi, emigrasi, kelahiran atau kematian antara
pemberian tanda dan penangkapan kembali).
3. Hewan yang tertangkap sekali atau lebih, tidak akan mempengaruhi
penangkapan selanjutnya.
4. Hewan yang ditandai tidak terpengaruh dan tidak mudah hilang.
5. Hewan yang tercampur secara homogen dalam populasi.
6. Sampling dilakukan dengan internal waktu yang tetap.
7. Hewan yang ditandai mempunyai probabilitas kesintasan.
8. Populasi yang diambil dilakukan secara acak

D. Alat dan Bahan


Alat :
1. Bak plastik
2. Serokan ikan.
Bahan :
1. Ikan dengan dua warna yang berbeda masing-masing berjumlah 15
2. Air

E. Cara Kerja
a) Metode Lincoln-Peterson

1. Menyiapkan dua 3. Mengganti ikan


2. Menangkap ikan
bak berisi dua berwarna A yang
berwarna A secara
macam ikan dengan tertangkap dengan
zig-zag dan dihitung
warna yang berbeda ikan berwarna B
jumlahnya (ni)
(A dan B) kedalam bak

4. Melakukan pengulangan
5. Menghitung
sebanyak 2 kali, jika terdapat
estimasi populasi
ikan berwarna orange pada
dengan rumus
saat pengambilan di catat
Lincoln-Peterson
sebagai (Ri)

b) Metode Schnabel

1. Menyiapkan dua 3. Mengganti ikan


2. Menangkap ikan
bak berisi dua berwarna A yang
berwarna A secara
macam ikan dengan tertangkap dengan
zig-zag dan dihitung
warna yang berbeda ikan berwarna B
jumlahnya (ni)
(A dan B) kedalam bak

4. Melakukan pengulangan
5. Menghitung
sebanyak 5 kali, jika terdapat
estimasi populasi
ikan berwarna orange pada
dengan rumus
saat pengambilan di catat
Schnabel
sebagai (Ri)
F. Data Pengamatan
Tabe1 1. Tabel Pengamatan Lincoln-Peterson

Jumlah hewan Jumlah total


Jumlah hewan
Pengambilan yang tertangkap hewan bertanda
sampel (ni)
kembali (Ri) (Mi)

1 8 - 8
2 6 2 6

Tabel 2. Tabel Pengamatan Schnabel


Jumlah
hewan Jumlah Jumlah
Jumlah
yang hewan total
hewan
Pengambilan tertangkap yang hewan (ni x Mi)
sampel
kembali diberi bertanda
(ni)
(Ri) tanda (Mi)

1 6 - 6 6 36
2 4 3 1 7 28
3 5 3 2 9 45
4 6 5 1 10 60
5 2 1 1 11 22

∑ 𝑛𝑖. 𝑀𝑖
∑ 𝑅𝑖 =12 ∑ 𝑀𝑖 = 11
= 191

G. Analisis Data
a) Menghitung estimasi populasi dengan rumus Lincoln-Peterson
M =8
n=6
R =2

Rumus yang digunakan:


𝑀 .𝑛
N=
𝑅
8 .6
=
2
48
=
2
= 24
Kesalahan baku (standar errornya):

(𝑀)(𝑛)(𝑀−𝑅)(𝑛−𝑅)
SE = √
𝑅3

(8)(6)(8−2)(6−2)
=√
23

(8)(6)(6)(4)
=√
8

1152
=√
8

= √144
= 12
Selang kepercayaan 95%:
N ± (t) (SE)
24 ± (1,96) (12)
Selang kepercayaan positif:
24 + (1,96) (12)
24 + 23,52
47,52
Selang kepercayaan negatif:
24 - (1,96) (12)
24 – 23,52
0,48
Jadi, nilai N berkisar antara 0,48 – 47,52
b) Menghitung estimasi populasi dengan rumus Schanabel
∑ 𝑅𝑖 =12
∑ 𝑀𝑖 = 11

∑ 𝑛𝑖. 𝑀𝑖 = 191

k=5
Rumus yang digunakan:
∑( 𝑛𝑖.𝑀𝑖)
N=
𝑅𝑖
191
N=
12
N = 15,92
N = 16
Standar error:
1
SE =
1 (𝑘−1) 1
√ + 𝑁 − ∑𝑁−𝑛𝑖
𝑁−𝑀𝑖

1
SE =
1 (5−1) 1 1 1 1 1
√ + − ∑{( )+( )+( )+( )+( )
16−11 16 16−6 16−4 16−5 16−6 16−2

1
SE =
1 4 1 1 1 1 1
√ + − ∑{( )+( )+( )+( )+( )
5 16 10 12 11 10 14

1
SE =
√0,2+ 0,25−(0,1+0,083+0,09+0,1+0,071)
1
SE =
√0,45−0,44
1
SE =
√0,01
1
SE =
0,1

SE = 10
Selang kepercayaan 95%:
N ± (t) (SE)
16 ± (1,96) (10)
Selang kepercayaan positif:
16 + (1,96) (10)
16 + 19,60
35,60
Selang kepercayaan negatif:
16 - (1,96) (10)
16 – 19,60
-3,60
Jadi, nilai N berkisar antara -3,60 – 35,60
H. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan metode Lincoln-Peterson,
diketahui bahwa jumlah total populasi individu yang terdapat didalam populasi
adalah N=24 dengan standar error (SE) sebesar 12,0 dan selang kepercayaannya
antara 0,48-47,52. Standar Error merupakan parameter yang menunjukkan seberapa
besar kesalahan yang dilakukan saat melakukan penangkapan/pengambilan.
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan metode Schanabel diketahui bahwa
jumlah total populasi individu yang terdapat didalam populasi adalah 16 dengan
standar error (SE) sebesar 10,0 dan selang kepercayaannya antara -3,60−35,60.
Dari hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa hasil perhitungan
dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson dan metode Schanabel terdapat
sedikit perbedaan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa standar error pada rumus
Lincoln-Peterson sangat tinggi sehingga kurang akurat dalam mengestimasi jumlah
populasi. Dan standar error yang dihasilkan dari analisis data menggunakan metode
Schanabel jauh lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan metode Lincoln-
Peterson. Hal ini menunjukkan bahwa metode Schnabel lebih akurat dibandingkan
dengan metode Lincoln-Peterson dalam mengestimasi jumlah populasi karena pada
metode Schnabel penandaan dan penangkapan ulang dilakukan lebih dari dua kali.
Berdasarkan teori yang ada, maka hasil praktikum telah sesuai dengan teori
yaitu bahwa metode CMR Schnabel memiliki nilai keakuratan dan kevalidan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan metode CMR Lincoln-Peterson. Hal ini karena
metode Schnabel memiliki asumsi tambahan yaitu bahwa ukuran populasi harus
konstan pada periode sampling berikutnya dan pengulangan dilakukan lebih dari
dua kali. Dengan demikian, kesalahan sampling (standar error) dapat diperkecil
sehingga estimasi jumlah populasi lebih akurat dan mendekati jumlah sebenarnya.
Dalam praktikum pada kali ini, jumlah individu dalam populasi (N) ketika
dianalisis menggunakan metode Schanabel didapatkan hasil sebesar 15,92
dibulatkan menjadi 16 yang menandakan bahwa estimasi jumlah individu dalam
populasi sudah mendekati jumlah sebenarnya yaitu 15.
Adapun jika hasil pada praktikum ini kurang sesuai dikarenakan beberapa
faktor kesalahan antara lain yaitu populasi ikan berkumpul di suatu area tertentu,
bak terlalu besar, saat pengambilan ikan tidak dilakukan secara zig-zag, ikan yang
dipakai praktikum sudah digunakan untuk beberapa kali percobaan sehingga hal
tersebut berpengaruh pada jumlah ikan yang tertangkap kembali dan juga
jaring/serokan ikan yang digunakan terlalu besar. Selain itu, kurangnya ketelitian
dalam perhitungan menggunakan rumus.
Dalam kehidupan nyata dapat kita ketahui penerapan dari salah satu metode
dalam menghitung suatu populasi, yaitu metode CMR (Capture-Mark-Recapture).
Misalnya untuk mengetahui populasi dari Penyu Hijau, ditangkaplah sebagian dari
penyu tersebut. Kemudian ditandai dengan tanda khusus dikaki mereka. Setelah
mereka ditandai, mereka dilepas kembali ke populasinya. Dalam kurun waktu
tertentu, ditangkaplah lagi sebagian dari penyu tadi, dan dihitung berapa individu
bertanda yang tertangkap kembali. Dengan data-data tersebut, dapat kita
estimasikan atau perkirakan seberapa besar populasi dari Penyu Hijau tersebut.

I. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kemudian diperoleh data lalu
dilakukan analisis data menggunakan metode Lincoln-Peterson diketahui bahwa
jumlah total individu yang terdapat didalam populasi adalah 24 dengan standar error
(SE) sebesar 12,0. Sedangkan berdasarkan hasil analisis data menggunakan metode
Schanabel diketahui bahwa jumlah total populasi individu yang terdapat didalam
populasi adalah 16 dengan standar error (SE) sebesar 10,0 dan dapat disimpulkan
bahwa metode Schnabel lebih akurat dibandingkan dengan metode Lincoln-
Peterson.

J. Daftar Pustaka
Clement, Louis. 2015. Seasonal Variation in Size Estimates Of Aedes Albopictus
Population Based on Standard Mark–Release–Recapture Experiments in an
Urban Area On Reunion Island. Acta Tropica, 143 , 89–96 at. Science
Direct: France.
Lubis, A. R., Dasari, D., & Agustina, F. (2017). Penerapan Model dan Model Untuk
Mengestimasi Ukuran Populasi Tertutup Pada Data Capture-Recapture.
Eureka Matika, 5(1), 46–62.
Noor, I. Y., Basuni, S., Kartono, A. P., & Kreb, D. (2013). Kelimpahan dan Sebaran
Populasi Pesut Mahakam. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam,
10(3), 283–296.
Nurfiarini, A., & Wijaya, D. (2019). Estimasi Potensi dan Tingkat Pemanfaatan
Sumber Daya Lobster Pasir ( Panulirus homarus ) Di Perairan Prigi
Kabupaten Trenggalek Potential Estimation and Level Utilization Scalloped
Lobster ( Panulirus homarus ), In Prigi Waters, District Of Trenggalek.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 25(September), 169–178.
Rahayu, F., Muflihati, Anwari, S., & Suriansyah, B. (2020). Pendugaan Populasi
Pesut ( Orcaella Brevirostris ) Pada Bulan Februari Di Resort Sungai Perlu
Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah ( Population
Estimation of Irrawaddy Dolphin ( Orcaella brevirostris ) at Sungai Perlu
Resort on February in Tanj. Media Konservasi, 25(1), 36–46.
https://doi.org/10.29244/medkon.25.1.36-46
Safitri, G., Dasari, D., & Agustina, F. (2016). Penerapan Metode Schnabel Anggota
Populasi Tertutup. Eureka Matika, 4(1), 75–91.
Widyaleksono et al. (2012). Petunjuk Praktikum Ekologi Umum. Surabaya:
Airlangga University Press.
Wijaya, D. (2019). Percobaan Penandaan Lobster Pasir (Panulirus homarus
Linnaeus , 1758) Di Teluk Prigi Tagging Experiment Of Scalloped Spiny
Lobsters ( Panulirus homarus Linnaeus , 1758 ) In Gulf Of Prigi. Penelitian
Perikanan Indonesia, 24(4), 273–282.

K. Lampiran

Dua jenis ikan masing-


Dua bak plastik Serokan ikan masing berjumah 15

Menangkap ikan Menghitung ikan Mengganti ikan

Link video praktikum:


https://drive.google.com/file/d/1_1tA3si8iSmXHFd_9td7Ykf2HAygvaKB/view?u
sp=sharing

Anda mungkin juga menyukai