LAPRAK 15 Belum Fix
LAPRAK 15 Belum Fix
LAPRAK 15 Belum Fix
(LAPORAN PRAKTIKUM)
Oleh
KELOMPOK 19
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
pada waktunya. Praktikum Mekanika Fluida ini merupakan suatu hal yang wajib
dilaksanakan bagi seluruh mahasiswa Teknik Sipil yang mengambil mata kuliah
Laporan praktikum ini dapat terselesaikan berkat kerja keras praktikan dan juga
1. Siti Nurul Khotimah, S.T., M.Sc., selaku dosen pengajar mata kuliah
Fluida.
Praktikan menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
Praktikan
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................viii
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG......................................................................1
B. TUJUAN PERCOBAAN..................................................................2
A. OSBORNE REYNOLDS....................................................................9
B. TINGGI METASENTRIK...............................................................37
C. TEKANAN HIDROSTATIS...........................................................57
D. BERNOULLI....................................................................................82
IV. PENUTUP
A. KESIMPULAN...............................................................................108
B. SARAN...........................................................................................111
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................112
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.A.1. Mempersiapkan Alat Peraga Osborne Reynold.............................11
Gambar 3.C.11. Grafik Hubungan Nilai Y dengan Nilai m/Y2 pada Bidang
Rata yang Terendam di Bawah Titik Berat...................................75
vii
Gambar 3.C.12. Grafik Hubungan Nilai Y dengan Nilai m/Y2 pada Bidang
Rata yang Terendam di Atas Titik Berat.......................................75
Gambar 3.C.13. Grafik Hubungan antara Xca dan Xct pada Bidang Rata yang
Terendam di Bawah Titik Berat....................................................76
Gambar 3.C.14. Grafik Hubungan antara Xca dan Xct pada Bidang Rata yang
Terendam di Atas Titik Berat........................................................76
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.A.1. Data Hasil Pengamatan Osborne Reynolds.........................................16
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mekanika Fluida adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku fluida, baik
dalam bentuk zat cair maupun dalam bentuk gas. Ilmu ini berkembang sebagai
kemampuan yang sangat kecil sehingga pada kondisi tertentu dapat dianggap
Hidrostatika merupakan ilmu yang mempelajari tentang suatu cairan atau zat
yang digunakan merupakan konserasi dari massa, volume, waktu, gaya, energi
yang peka terhadap tegangan geser dan tidak ada pemisah massa di dalamnya.
Reynolds tentang sifat aliran laminer, transisi, dan turbulen, Percobaan Tinggi
Metasentrik tentang titik berat suatu benda atau stabilitas benda terapung,
tekanan pada suatu bidang, serta Alat Peraga Bernoulli tentang aliran air
B. Tujuan
bilangan Reynolds.
percobaan.
pada suatu bidang rata yang sebagian maupun seluruhnya terendam dalam
air.
tingkah laku fluida dalam keadaan diam dan bergerak. Dalam prinsip mekanika,
sifat-sifat fluida berperan penting. Contoh-contoh sifat penting sifat fluida yaitu
Fluida adalah zat-zat yang mampu mengalir dan menyesuaikan dengan bentuk
tempatnya atau zat yang berubah secara kontinu bila terkena tegangan geser
betapapun kecilnya tegangan geser itu. Gaya geser itu adalah komponen gaya
yang menyinggung permukaan dan gaya ini dibagi dengan luas permukaan
tersebut adalah tegangan geser rata-rata pada permukaan itu. Bila dalam keadaan
seimbang fluida tidak dapat menahan gaya tangensial atau gaya geser. Fluida
perubahan bentuk.
Sifat-sifat penting dalam fluida adalah kerapatan, rapat suatu zat adalah massa
dari volume satuan tersebut. Untuk cairan rapatnya bisa dianggap tetap untuk
Dalam praktikum Mekanika Fluida ini hanya beberapa jenis percobaan yang
dilakukan seperti :
sifat-sifat aliran laminer, transisi dan turbulen. Menurut Reynold ada tiga
faktor yang mempengaruhi keadaan aliran yaitu kekentalan zat cair, rapat
dengan membagi kecepatan aliran dalam pipa. Gangguan aliran dapat diredam
oleh kekentalan zat cair, dan aliran pada kondisi tersebut adalah aliran
laminer. Aliran akan turbulen apabila angka Reynolds > 4000, akan transisi
bila angka Reynolds 2000-4000, dan aliran laminer saat angka Reynolds <
2000.
Tinggi Metasentrik adalah tinggi potong antara garis vertikal yang dilalui
maksudnya benda akan terapung labil suatu benda apung dalam zat cair statis
akan menerima gaya apung seberat zat cair yang dipindahkan oleh gaya itu.
Catatan :
Bo = Sebelum digoyang
Mo – Wo = Tinggi Metasentrik.
Apabila :
a. Jembatan Ponton
c. Pondasi Pantai
pada suatu gaya zat cair statis. Berdasarkan ilmu hidrostatika, resultan gaya F
yang bereaksi pada suatu bidang massa sama dengan hasil kali luas bidang
tersebut dengan tekanan pusat landasan. Resultan gaya F bekerja tegak lurus
F=ρ x g x h
Keterangan :
Gaya hidrostatis elemen (df) yang bereaksi pada elemen luas (dA) dapat
dF=g x dA x X x ρ
b. Momen total akibat resultan gaya yang sama dengan Fz=ρ x g x I 0,0 karena
I 0,0
F=ρ x g x X x A maka ρ x X x A x z=ρ x g x I 0,0 atau z= x X . Z adalah
A
(0,0). Dari teori tersebut, sumbu sejajar dengan momen inersia dengan
Ig+ A x X
z=
AxX
7
Teori Bernoulli menyatakan bahwa jumlah energi aliran fluida ideal dalam
kondisi mantap (steady flow) pada setiap tampang saluran pipa yang berbeda
nilainya tetap. Jika Bernoulli diterapkan pada aliran mantap di dua aliran
V 12 V 22
+ P1+ z1= + P2 + z 2
2g 2g
Keterangan :
Pada percobaan yang dilakukan dengan memakai alat peraga ini dinilai z 1=z 2
dengan persamaan :
F=ρ x g x h
Keterangan :
g = Percepatan gravitasi
Jadi, apabila teori ini dipakai, diperoleh bahwa jumlah energi H adalah :
y2
H= +h
2g
8
memperoleh suatu persamaan teoritisi tersebut agar sesuai dengan kasus fisik
sebenarnya.
108
A. Osborne Reynolds
1. Tujuan
.
109
b. Gelas ukur.
c. Zat warna.
d. Stopwatch.
110
3. Prosedur Percobaan
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan di atas meja hidrolika
b. Menghubungkan pipa air masuk dengan pipa pemberi air dari meja
hidrolika.
penenang.
aliran melalui pipa sangat lambat lalu suntikkan zat warna dengan
= 15 x 10-3 m
1
b. Luas (A) = π D2
4
1
= . 3,14 .15 2
4
= 176,625 mm2
= 176,6250 x 10-6 m2
m2-6
d. Viskositas kinematic air (v) = 1,3 x 10
s
m3
e. Volume (V) = 1000 x 10-6
s
Klasifikasi Aliran
No Volume (m3) Waktu (s)
Secara Visual
1. Laminer 1 1000 x 10-6 62
2. Laminer 2 1000 x 10-6 54
3. Laminer 3 1000 x 10-6 39
4. Transisi 1 1000 x 10-6 27,1
5. Transisi 2 1000 x 10-6 26,7
6. Transisi 3 1000 x 10-6 26,35
7. Turbulen 1 1000 x 10-6 13,6
8. Turbulen 2 1000 x 10-6 12,7
9. Turbulen 3 1000 x 10-6 12,58
5. Perhitungan Osborne Reynolds
Waktu (t) = 62 s
Volume
Debit (Q) =
Waktu
1000 x 10−6
=
62
m3
= 16,1290 x 10-6
s
Q
Kecepatan (v) = A
16,1290 x 10−6
=
176,6250 x 10−6
m
= 0,0913 s
v xD
Re =
v
0,0913 x 15 x 10−3
=
1,3 x 10−6
= 1053,4615
Waktu (t) = 54 s
117
Volume
Debit (Q) =
Waktu
1000 x 10−6
=
54
m3 -6
= 18,5180 x 10
s
Q
Kecepatan (v) = A
18,5180 x 10−6
=
176,6250 x 10−6
m
= 0, 1048 s
v xD
Re =
v
0,1048 x 15 x 10−3
=
1,3 x 10−6
= 1209,2307
Waktu (t) = 39 s
Volume
Debit (Q) =
Waktu
1000 x 10−6
=
39
m3
= 25,6410 x 10-6
s
Q
Kecepatan (v) = A
25,6410 x 10−6
=
176,6250 x 10−6
m
= 0,1451 s
v xD
Re =
v
0,1451 x 15 x 10−3
=
1,3 x 10−6
= 1674,2307
119
Volume
Debit (Q) =
Waktu
1000 x 10−6
=
27,1
m3 -6
= 36,9004 x 10
s
Q
Kecepatan (v) = A
36,9004 x 10−6
=
176,6250 x 10−6
m
= 0,2089 s
v xD
Re =
v
0,2089 x 15 x 10−3
=
1,3 x 10−6
= 2410,3846
120
Volume
Debit (Q) =
Waktu
1000 x 10−6
=
26,7
m3
= 37,4531 x 10-6
s
Q
Kecepatan (v) = A
37,4531 x 10−6
=
176,6250 x 10−6
m
= 0,2120 s
v xD
Re =
v
0,2120 x 15 x 10−3
=
1,3 x 10−6
= 2446,1538
121
Volume
Debit (Q) =
Waktu
1000 x 10−6
=
26,35
m3
= 37,9507 x 10-6
s
Q
Kecepatan (v) = A
379,507 x 10−6
=
176,625 x 10−6
m
= 0,2149 s
v xD
Re =
v
0,2149 x 15 x 10−3
=
1,3 x 10−6
= 2479,6154
122
Volume
Debit (Q) =
Waktu
1000 x 10−6
=
13,6
m3
= 73,5294 x 10-6
s
Q
Kecepatan (v) = A
73,5294 x 10−6
=
176,6250 x 10−6
m
= 0,4163 s
v xD
Re =
v
0,4163 x 15 x 10−3
=
1,3 x 10−6
= 4803,4615
123
Volume
Debit (Q) =
Waktu
1000 x 10−6
=
12,7
m3
= 78,7402 x 10-6
s
Q
Kecepatan (v) = A
78,7402 x 10−6
=
176,625 x 10−6
m
= 0,4458 s
v xD
Re =
v
0,4458 x 15 x 10−3
=
1,3 x 10−6
= 5143,8461
124
Volume
Debit (Q) =
Waktu
1000 x 10−6
=
12,58
m3 -6
= 79,4912 x 10
s
Q
Kecepatan (v) = A
79,4912 x 10−6
=
176,625 x 10−6
m
= 0,4501 s
v xD
Re =
v
= 5193,4615
125
Q1+Q 2+Q 3
Q rata-rata =
3
60,2880 x 10−6
= 3
m3 -6
= 20,0960 x 10
s
v 1+ v 2+ v 3
v rata-rata =
3
( 0,0913+0,1048+0,1451 )
=
3
0,3422,7197
= 3
m
= 0,1137 s
126
ℜ 1+ ℜ 2+ ℜ 3
Re rata-rata =
3
( 1053,4615+ 1209,2307+1674,2307 )
=
3
3936,9229
=
3
= 1312,3076
Q1+Q 2+Q 3
Q rata-rata =
3
( 36,9004+37,4531+37,9507 ) x 10−6
=
3
1123,0388 x 10−6
= 3
m3 -6
= 37,4346 x 10
s
v 1+ v 2+ v 3
v rata-rata =
3
( 0,2089+0,2120+0,2149 )
=
3
0,6358
= 3
m
= 0,2119 s
127
ℜ 1+ ℜ 2+ ℜ 3
Re rata-rata =
3
( 2410,3846+2446,1538+2479,6154 )
=
3
7336,1538
=
3
= 2445,3846
Q1+Q 2+Q 3
Q rata-rata =
3
( 73,5294+78,7402+79,4912 ) x 10−6
=
3
2317,6081 x 10−6
= 3
m3 -6
= 77,2536 x 10
s
v 1+ v 2+ v 3
v rata-rata =
3
( 0,4163+0,4458+0,4501 )
=
3
1,3122
= 3
128
m
= 0,4374 s
ℜ 1+ ℜ 2+ ℜ 3
Re rata-rata =
3
( 4803,4615+5143,8461+5193,4615 )
=
3
15140,7691
=
3
= 5046,9230
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
14 16 18 20 22 24 26
Q (m3/s) 10-6
Gambar 3.A.10. Grafik hubungan bilangan Reynolds (Re) dengan debit aliran
2,480
Bilangan Reynold (Re)
2,460
2,440
2,420
2,400
2,380
2,360
35.5 36 36.5 37 37.5 38 38.5
Q (m3/s) 10-6
Gambar 3.A.11. Grafik hubungan bilangan Reynolds (Re) dengan debit aliran
5200
Bilangan Reynold (Re)
5100
5000
4900
4800
4700
4600
73 74 75 76 77 78 79 80
Q (m3/s) 10-6
Gambar 3.A.12. Grafik hubungan bilangan Reynolds (Re) dengan debit aliran
6000
5000
Bilangan reynold (Re)
4000
3000
37,4346;2445,3846
2000
20,0960; 1312,3076
1000
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90
Q (m3/s) 10-6
Gambar 3.A.13. Grafik hubungan bilangan Reynolds (Re) dengan debit aliran
a. Kesimpulan
antara 2000 – 4000, maka aliran yang terjadi adalah aliran transisi
dan jika bilangan Reynolds > 4000 aliran ini disebut aliran
b. Saran
8. Aplikasi di Lapangan
Berbagai jenis aliran dapat terbentuk dalam pipa. Jenis aliran ini dapat
terbentuk sesuai dengan debit air yang ada dalam pipa tersebut. Aliran
laminer terbentuk jika air dalam pipa tersebut melaju dengan lurus
Aliran transisi terbentuk karena aliran air sedikit tidak beraturan dan laju
terputus-putus. Aliran air irigasi adalah salah satu contoh aliran transisi.
Aliran turbulen karena aliran air tidak melaju dengan sempurna, acak, dan
tidak beraturan hal ini dapat disebabkan oleh kecepatan aliran yang sangat
134
kecil. Aplikasi dari aliran turbulen dari kehidupan sehari-hari yaitu pada
aliran sungai.
B. TINGGI METASENTRIK
1. Tujuan
percobaan.
b. Tangki Volumentrik
137
c. Penggaris
d. Air
138
3. Prosedur Percobaan
pengatur transversal.
e. Memeriksa dan menentapkan garis acuan nol antara garis bandul atau
unting-unting.
a. Data ponton
Tinggi (H) = 77 mm
Y puncak = 100 mm
Y tengah = 85 mm
Jarak Massa
Sudut Jarak Massa Sudut
Pengatur
No. Miring Pengatur Bagian Miring
Bagian Kanan
Ponton θ Kiri X (mm) Ponton θ
X (mm)
1 10 2,7 10 2,7
2 20 5,4 20 5,5
3 30 8 30 7,9
4 40 10,3 40 10,3
1180 x 10 1180 x 10
GN1 = = = 166,6667 mm
1500 x tan 2,7 1500 x 0,0472
144
1180 x 20 1180 x 20
GN2 = = = 166,4903 mm
1500 x tan 5,4 1500 x 0,0945
1180 x 30 1180 x 30
GN3 = = = 167,9715 mm
1500 x tan 8 1500 x 0,1405
1180 x 40 1180 x 40
GN4 = = = 173,1792 mm
1500 x tan 10,3 1500 x 0,1817
GN1+GN2+GN3+GN4
GN rata-rata =
4
166,6667+166,4903+167,9715+173,1792
=4
674,3077
=
4
= 168,5769 mm
b. Bacaan sliding mass pada tiang penuh dengan massa pengatur ke kiri
(Y = 100 mm)
1180 x 10 1180 x 10
GN1 = = = 166,6667 mm
1500 x tan 2,7 1500 x 0,0472
1180 x 20 1180 x 20
GN2 = = = 163,3783 mm
1500 x tan 5,5 1500 x 0,0963
145
1180 x 30 1180 x 30
GN3 = = = 170,0288 mm
1500 x tan 7,9 1500 x 0,1388
1180 x 40 1180 x 40
GN4 = = = 173,1792 mm
1500 x tan 10,3 1500 x 0,1817
GN1+GN2+GN3+GN4
GN rata-rata =
4
166,6667+163,3783+170,0288+173,1792
=4
673,2530
=
4
= 168,3133 mm
146
c. Bacaan sliding mass pada setengah tiang dengan massa pengatur ke kanan
(Y= 85 mm)
1180 x 10 1180 x 10
GN1 = = = 204,8611 mm
1500 x tan 2,2 1500 x 0, 0384
1180 x 20 1180 x 20
GN2 = = = 257,0806 mm
1500 x tan 3,5 1500 x 0, 0612
1180 x 30 1180 x 30
GN3 = = = 264,5740 mm
1500 x tan 5,1 1500 x 0,0892
1180 x 40 1180 x 40
GN4 = = = 260,0551 mm
1500 x tan 6,9 1500 x 0 ,1210
1180 x 50 1180 x 50
GN5 = = = 257,0806 mm
1500 x tan 8,7 1500 x 0,1530
1180 x 60 1180 x 60
GN6 = = = 262,3680 mm
1500 x tan 10,2 1500 x 0,1799
GN1+GN2+GN3+GN 4+GN5+GN6
GN rata-rata =
6
204,8611+257,0806+264,5740
= 260,0551+ 257,0806+262,3680
+
6
1506,0194
=
6
= 251,0032 mm
147
d. Bacaan sliding mass pada setengah tiang dengan massa pengatur ke kiri
(Y= 85 mm)
1180 x 10 1180 x 10
GN1 = = = 264,8709 mm
1500 x tan 1,7 1500 x 0, 0297
1180 x 20 1180 x 20
GN2 = = = 257,0806 mm
1500 x tan 3,5 1500 x 0, 0612
1180 x 30 1180 x 30
GN3 = = = 267,5740 mm
1500 x tan 5,1 1500 x 0,0892
1180 x 40 1180 x 40
GN4 = = = 256,2432 mm
1500 x tan 7 1500 x 0 ,1228
1180 x 50 1180 x 50
GN5 = = = 266,3056 mm
1500 x tan 8,5 1500 x 0,1495
1180 x 60 1180 x 60
GN6 = = = 267,7255 mm
1500 x tan 10 1500 x 0,1763
GN1+GN2+GN3+GN 4+GN5+GN6
GN rata-rata =
6
264,8709+ 257,0806+267,5740
= 256,2432+ 266,3056+267,7255
+
6
1579,7998
=
6
= 263,3000 mm
148
GN kanan + GN kiri
GN rata-rata tiang penuh =
2
168,5769+ 168,3133
=2
= 168,4451 mm
GN kanan + GN kiri
GN rata-rata setengah tiang =
2
251,0032+ 263,3000
=2
= 257,1516 mm
1. Menghitung BN
V =Lxbxd
= 350 x 200 x 22
= 1540000 mm3
I Lb 3
BN = =
V 12V
Keterangan :
l = Panjang (mm)
b = Lebar (mm)
149
I Lb 3 350 x 2003
BN = = = = 151,5152 mm
V 12V 12 x 1540000
2. Menghitung BG
1
BG = Y - d
2
Keterangan :
1
BG pada tiang penuh = Y - d = 100 – 11 = 89 mm
2
1
BG pada setengah tiang =Y- d = 85 – 11 = 74 mm
2
3. Menghitung GN
GN = BN – BG
= 62,5152 mm
=77,5152 mm
150
4. Perhitungan koreksi
168,4451−62,5152
Untuk (Y=100 mm) = x 100%
168,4451
105,9299
= x 100%
168,4451
= 62,8869 %
257,1516−77,5152
Untuk (Y=85 mm) = x 100%
257,1516
179,6364
= x 100%
257,1516
= 69,8562 %
151
180
178
176
Tinggi Metasentrik (mm)
174 173.18
172
170 167.97
166.67
168 166.49
166
164
162
160
2.7 5.4 8 10.3
Sudut Putaran Ponton
Gambar 3.B.8. Grafik Tinggi Metasentrik Masa Pengatur Penuh (Y=100 mm).
180
178
176
Tinggi Metasentrik (mm)
173.18
174
172 170.03
170
166.67
168
166
163.38
164
162
160
158
2.7 5.5 7.9 10.3
Sudut Putaran Ponton (°)
Gambar 3.B.9. Grafik Tinggi Metasentrik Masa Pengatur Penuh (Y=100 mm).
152
280
Tinggi Metasentrik (mm)
(Y=85 mm).
270
267.57 267.73
268
Tinggi Metasentrik (mm)
266.31
264.87
266
264
262
260
258 257.08
256.24
256
254
252
250
1.7 3.5 5.1 7 8.5 10
(Y=85 mm).
153
a. Kesimpulan
1
c. GN rata-rata total = x (674,3077 + 673,2530)
8
= 168,4451 mm
1
c. GN rata-rata total = x (1506,0194+1579,7998 )
8
= 257,1516 mm
b. Saran
praktikum.
7. Aplikasi di Lapangan
adalah pada kapal. Suatu kapal dapat dioperasikan dengan baik apabila
Dalam pembuatan kapal laut sendiri diperlukan perhitungan yang tepat untuk
dengan titik M dari sebuah kapal merupakan sebuah titik semu dari batas
dimana titik G tidak boleh melewati di atasnya agar kapal tetap mempunyai
stabilitas yang positif (stabil). jadi titik metasentrik dapat berubah letaknya
C. TEKANAN HIDROSTATIS
1. Tujuan
pada suatu bidang rata yang sebagian maupun seluruhnya terendam dalam
air.
c. Air
d. Mistar
158
3. Prosedur Percobaan
kuadran tersebut.
lengan neraca.
kembali menjadi horizontal. Catat level muka air dalam bejana dan
ini berlaku untuk bidang rata yang terendam sebagian dalam air.
beratnya dan level muka air sampai seluruh beban tak lagi berada di
b = 7,5 cm = 0,075 m
L = 27,5 cm = 0,275 m
a = 10 cm = 0,1 m
d = 10 cm = 0,1 m
ρ = 1000 kg/m3
g = 9,81 m/s²
1
Ig = b x d3
12
1
= x 0,075 x 0 ,13
12
= 6,25 x 10−6 m 4
1 50 45 50 45
2 100 64 100 64
3 150 80 150 80
4 200 94 200 94
5 250 107 250 107
6 300 120 300 120
7 350 133 350 133
8 400 145 400 145
164
a) Menghitung X
X1 = Y1 – ½ d
= 0,045 – 0,05
= -0,005 m
b) Menghitung Luas (A)
A =dxb
= 0,1 x 0,075
= 0,0075 m2
c) Menghitung Xca
m1 x l
Xca =
ρ x A x X1
0,05 x 0,275
=
1000 x 0,0075 x 0,005
= 0,3667 m
d) Menghitung Xct
Ig
Xct = + X1 + a
( A x X1)
6,25 x 10−6
= + 0,005 + 0,1
0,0075 x 0,005
= 0,2717 m
e) Menghitung F
F = ρ . g . Xca . A
165
a) Menghitung X
X2 = Y2 – ½ d
= 0,064 – 0,05
= 0,014 m
b) Menghitung Luas (A)
A =dxb
= 0,1 x 0,075
= 0,0075 m2
c) Menghitung Xca
m2 x l
Xca =
ρ x A x X2
0,1 x 0,275
=
1000 x 0,0075 x 0,014
= 0,2619 m
d) Menghitung Xct
Ig
Xct = + X2 + a
( A x X2)
6,25 x 10−6
= + 0,014 + 0,1
0,0075 x 0,014
= 0,1735 m
e) Menghitung F
F = ρ . g . Xca . A
= 19,2692 N
a) Menghitung X
X3 = Y3 – ½ d
= 0,08 – 0,05
= 0,03 m
b) Menghitung Luas (A)
A =dxb
= 0,1 x 0,075
= 0,0075 m2
c) Menghitung Xca
m3 x l
Xca =
ρ x A x X3
0,15 x 0,275
=
1000 x 0,0075 x 0,03
= 0,1833 m
d) Menghitung Xct
Ig
Xct = + X3 + a
( A x X3)
6,25 x 10−6
= + 0,03 + 0,1
0,0075 x 0,03
= 0,1578 m
e) Menghitung F
F = ρ . g . Xca . A
a) Menghitung X
X4 = Y4 – ½ d
= 0,094 – 0,05
= 0,044 m
b) Menghitung Luas (A)
A =dxb
= 0,1 x 0,075
= 0,0075 m2
c) Menghitung Xca
m4 x l
Xca =
ρx A xX4
0,2 x 0,275
=
1000 x 0,0075 x 0,044
= 0,1667 m
d) Menghitung Xct
Ig
Xct = + X4 + a
( A x X 4)
6,25 x 10−6
= + 0,044 + 0,1
0,0075 x 0,044
= 0,1459 m
e) Menghitung F
F = ρ . g . Xca . A
a) Menghitung X
X5 = Y5 – ½ d
= 0,107 – 0,05
= 0,057 m
b) Menghitung Luas (A)
A =dxb
= 0,1 x 0,075
= 0,0075 m2
c) Menghitung Xca
m5 x l
Xca =
ρ x A x X5
0,25 x 0,275
=
1000 x 0,0075 x 0,057
= 0,1608 m
d) Menghitung Xct
Ig
Xct = + X5 + a
( A x X5)
6,25 x 10−6
= + 0,057 + 0,1
0,0075 x 0,057
= 0,1716 m
e) Menghitung F
F = ρ . g . Xca . A
a) Menghitung X
X6 = Y6 – ½ d
= 0,12 – 0,05
= 0,07 m
b) Menghitung Luas (A)
A =dxb
= 0,1 x 0,075
= 0,0075 m2
c) Menghitung Xca
m6 x l
Xca =
ρ x A x X6
0,3 x 0,275
=
1000 x 0,0075 x 0,07
= 0,1571 m
d) Menghitung Xct
Ig
Xct = + X6 + a
( A x X6)
6,25 x 10−6
= + 0,07 + 0,1
0,0075 x 0,07
= 0,1819 m
e) Menghitung F
F = ρ . g . Xca . A
a) Menghitung X
X7 = Y7 – ½ d
= 0,133 – 0,05
= 0,083 m
b) Menghitung Luas (A)
A =dxb
= 0,1 x 0,075
= 0,0075 m2
c) Menghitung Xca
m7 x l
Xca =
ρ x A x X7
0,35 x 0,275
=
1000 x 0,0075 x 0,083
= 0,1546 m
d) Menghitung Xct
Ig
Xct = + X7 + a
( A x X7)
6,25 x 10−6
= + 0,083 + 0,1
0,0075 x 0,083
= 0,193 m
e) Menghitung F
F = ρ . g . Xca . A
a) Menghitung X
X8 = Y8 – ½ d
= 0,145 – 0,05
= 0,095 m
b) Menghitung Luas (A)
A =dxb
= 0,1 x 0,075
= 0,0075 m2
c) Menghitung Xca
m8 x l
Xca =
ρ x A x X8
0,4 x 0,275
=
1000 x 0,0075 x 0,095
= 0,1544 m
d) Menghitung Xct
Ig
Xct = + X8 + a
( A x X8)
6,25 x 10−6
= + 0,095 + 0,1
0,0075 x 0,095
= 0,2038 m
e) Menghitung F
F = ρ . g . Xca . A
Tabel 3.C.3. Hasil Pengamatan Bidang Rata yang Terendam Sebagian (Y<d)
172
Rata- rata Y m 2
No m (gr) Y2 (mm2) 2 (gr/mm )
(mm) Y
1 50 45 2025 0,0247
2 100 65 4225 0,0237
3 150 80 6400 0,0234
4 200 94 8836 0,0226
Tabel 3.C.4. Hasil Pengamatan Bidang Rata yang Terendam Seluruhnya (Y>d)
0.02 0.02
0.02
0.02
0.02
30 40 50 60 70 80 90 100
Y
Gambar 3.C.11. Grafik hubungan nilai Y dengan nilai m/Y2 pada bidang rata
0.02 0.02
0.02 0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
90 100 110 120 130 140 150
Y
Gambar 3.C.12. Grafik hubungan nilai Y dengan nilai m/Y2 pada bidang rata
0.2 0.17
0.15 0.16
Xct (m)
0.15
0.1
0.05
0
0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
Xca (m)
Gambar 3.C.13. Grafik hubungan antara Xca dan Xct pada bidang rata yang
0.18
0.18 0.17
0.17
0.17
0.16
0.16
0.15 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16
Xca (m)
Gambar 3.C.14. Grafik hubungan antara Xca dan Xct pada bidang rata yang
Xca = 0,3667 m
Xct = 0,2717 m
F = 26,98 N
Xca = 0,2619 m
Xct = 0,1735 m
F = 17,2692 N
Xca = 0,1833 m
Xct = 0,1578 m
F = 13,4863 N
Xca = 0,163 m
Xct = 0,1635 m
F = 11,9927 N
Xca = 0,1608 m
Xct = 0,1716 m
176
F = 11,8309 N
Xca = 0,1571 m
Xct = 0,1819 m
F = 11,5586 N
Xca = 0,1546 m
Xct = 0,193 m
F = 11,3747 N
Xca = 0,1544 m
Xct = 0,1959 m
F = 11,36 N
adanya gaya pengaruh gaya berat benda yang harus ditahan oleh gaya
d) Kedua gaya ini merupakan gaya aksi dan reaksi yang letak kerjanya
selalu berada di pusat bidang luasan. Oleh sebab itu, pusat tekanan
hidrostatis juga selalu berada segaris dengan gaya berat, yaitu pada
modul praktikum.
(horizontal).
7. Aplikasi di Lapangan
ini terjadi karena adanya berat air akibat dari percepatan gravitasi yang
juga menentukan tekanan air tersebut. Jadi, makin tinggi tempat kantong
infus dengan pergelangan lengan maka tekanan infus juga semakin besar,
diposisikan lebih tinggi dari pergelangan tangan pasien agar cairan infus
D. BERNOULLI
1. Tujuan
Bernoulli yang dipakai guna mengkaji aliran air melalui berbagai ukuran
d. Gelas ukur
e. Pompa tangan
182
3. Prosedur Percobaan
udara.
katup kendali dan pompa tangan, agar aliran alat peraga level muka air
e. Mengatur kedua katup kendali yaitu pada meja hidrolika dan alat
manometer.
tanpa Probe dengan mengabil setidaknya tiga set bacaan volume dan
besar dan kecil pada tekanan statis yang tinggi dan rendah dengan
Level Level
Diameter Jarak
No. Luas Manometer Manometer
Penampang Probe
Tabung Penampang (mm) Probe (mm)
(mm) (mm)
I II I II
(mm2)
1. 25,0 490,6250 150 175 67,0 155 180
2. 14,6 167,3306 125 155 17,4 130 160
3. 12,4 120,7016 90 145 9,3 110 150
4. 11,3 100,2367 70 110 5,0 80 100
5. 10,6 88,2026 25 60 2,1 50 60
6. 10,0 78,5000 35 60 5,0 55 60
5. Perhitungan
8,18+8,17+ 8,00
t rata-rata =
3
24,35
=
3
= 8,1167 s
volume (V )
Q =
waktu (t)
1 x 10−3 m3
=
8,1167 s
= 0,1232 x 10-3 m 3 /s
Debit (Q)
v = Luas Penampang (A)
m3
0,1232 x 10−3
v1 = s
−6 2
490,6250 x 10 m
= 0,2511 m/s
m3
0,1232 x 10−3
v2 = s
−6 2
167 ,3306 x 10 m
= 0,7363 m/s
m3
0,1232 x 10−3
v3 = s
−6 2
120,7016 x 10 m
= 1,0207 m/s
188
m3
−3
0,1232 x 10
v4 = s
−6 2
100,2367 x 10 m
= 1,2291 m/s
m3
0,1232 x 10−3
v5 = s
−6 2
88,2026 x 10 m
= 1,3968 m/s
m3
0,1232 x 10−3
v6 = s
−6 2
78,5 x 10 m
= 1,56 94 m/s
3) Menghitung H Teoritis
v2
H = + tinggi air manometer (h)
2g
0,2511 2
H1 = +0,150
2 x 9,81
= 0,1532 m
= 153,2136 mm
0,73632
H2 = + 0,125
2 x 9,81
= 0,1526 m
= 152,6318 mm
1,02072
H3 = + 0,090
2 x 9,81
= 0,1431 m
= 143,1003 mm
1,22912
H4 = + 0,070
2 x 9,81
189
= 0,1470 m
= 146,9972 mm
1,39682
H5 = +0,025
2 x 9,81
= 0,1244 m
= 124,4419 mm
1,56 94 2
H6 = + 0,035
2 x 9,81
= 0,1605 m
= 160,5360 mm
6,68+6,77+6,60
t rata-rata =
3
20 ,0 5
=
3
= 6,6833 s
volume (V )
Q =
waktu (t)
1 x 10−3 m3
=
6 ,6833 s
= 0,1496 x 10 -3 m 3 / s
Debit (Q)
v = Luas penampang ( A)
m3
0,1496 x 10 -3
v1 = s
490,6250 x 10-6 m2
= 0,3049 m/s
m3
0,1496 x 10 -3
v2 = s
167, 3306 x 10 -6 m2
= 0,8940 m/s
3
m
0,1496 x 10 -3
v3 = s
120,7016 x 10 -6 m2
= 1,2394 m/s
m3
0,1496 x 10 -3
v4 = s
100 , 2367 x 10-6 m2
= 1,49 25 m/s
m3
-3
0,1496 x 10
v5 = s
-6 2
88. 2026 x 10 m
= 1,6961 m/s
m3
-3
0,1496 x 10
v6 = s
-6 2
78,5 x 10 m
= 1,9057 m/s
3) Menghitung H Teoritis
191
v2
H = + tinggi air manometer (h)
2g
0,30492
H1 = +0,175
2 x 9,81
= 0,1797 m
= 179,7382 mm
0,89402
H2 = + 0,155
2 x 9,81
= 0,1957 m
= 195,7358 mm
1,23942
H3 = + 0,145
2 x 9,81
= 0,2233 m
= 223,2932 mm
1,49252
H4 = + 0,110
2 x 9,81
= 0,2235 m
= 223,5350 mm
1,69612
H5 = +0,060
2 x 9,81
= 0,2066 m
= 206,6236 mm
1,90572
H6 = + 0,060
2 x 9,81
= 0,2451 m
192
= 245,1016 mm
8,54+8,25+ 8,71
t rata-rata =
3
25 ,5
=
3
= 8,5 s
volume (V )
Q =
waktu (t)
1 x 10−3 m3
=
8,5 s
= 0,1176 x 10-3 m 3 /s
Debit (Q)
v =
Luas penampang ( A)
m3
0,11 76 x 10−3
v1 = s
−6 2
490,625 x 10 m
= 0,2397 m/s
m3
0,1176 x 10−3
v2 = s
−6 2
167 ,3306 x 10 m
193
= 0,7028 m/s
m3
−3
0,1176 x 10
v3 = s
−6 2
120,7016 x 10 m
= 0,9743 m/s
−3m3
0,11 76 x 10
v4 = s
−6 2
100,2367 x 10 m
= 1,1732 m/s
m3
−3
0,1176 x 10
v5 = s
−6 2
88,2026 x 10 m
= 1,3333 m/s
m3
−3
0,11 76 x 10
v6 = s
−6 2
78,5 x 10 m
= 1,4981 m/s
3) Menghitung H Teoritis
v2
H = + tinggi air manometer (h)
2g
0,23972
H1 = +0,155
2 x 9,81
= 0,1579 m
= 157,9284 mm
194
0,70282
H2 = + 0,130
2 x 9,81
= 0,1552 m
= 155,1747 mm
0,97432
H3 = + 0,110
2 x 9,81
= 0,1584 m
= 158,3823 mm
1,17322
H4 = + 0,080
2 x 9,81
= 0,1502 m
= 150,1528 mm
1,33332
H5 = +0,050
2 x 9,81
= 0,1406 m
= 140,6060 mm
1,49812
H6 = + 0,055
2 x 9,81
= 0,1694 m
= 169,3886 mm
6,73+6,83+6,63
t rata-rata =
3
20,19
=
3
= 6,73 s
volume (V )
Q =
waktu (t)
1 x 10−3 m3
=
6,73 s
= 0,1486 x 10 -3 m 3 / s
Debit (Q)
v =
Luas penampang ( A)
m3
0,1486 x 10−3
v1 = s
−6 2
490,6250 x 10 m
= 0,3029 m/s
m3
0,1486 x 10−3
v2 = s
−6 2
167 ,3306 x 10 m
= 0,8881 m/s
m3
0,1486 x 10−3
v3 = s
−6 2
120,7016 x 10 m
= 1,2311 m/s
m3
0,1486 x 10−3
v4 = s
−6 2
100,2367 x 10 m
= 1,4825 m/s
196
m3
−3
0,1486 x 10
v5 = s
−6 2
88,2026 x 10 m
= 1,6848 m/s
m3
0,1486 x 10−3
v6 = s
−6 2
78,5 x 10 m
= 1,8930 m/s
3) Menghitung H Teoritis
v2
H = + tinggi air manometer (h)
2g
0,30292
H1 = +0,180
2 x 9,81
= 0,1847 m
= 184,6763 mm
0,88812
H2 = + 0,160
2 x 9,81
= 0,2002 m
= 200,1999 mm
1,23112
H3 = + 0,150
2 x 9,81
= 0,2272 m
= 227,2481 mm
1,48252
H4 = + 0,100
2 x 9,81
= 0,2120 m
197
= 212,0187 mm
1,68482
H5 = +0,060
2 x 9,81
= 0,2047 m
= 204,6764 mm
1,89302
H6 = + 0,060
2 x 9,81
= 0,2426 m
= 242,6427 mm
Tabel 3.D.2. Data Hasil Perhitungan untuk Level Manometer I Tanpa Probe.
Tabel 3.D.3. Data Hasil Perhitungan untuk Level Manometer II tanpa Probe.
Tabel 3.D.4. Data Hasil Perhitungan untuk Level Manometer I dengan Probe.
Tabel 3.D.5. Data Hasil Perhitungan untuk Level Manometer II dengan Probe.
199
10
0
0 2 4 6 8 10 12
0
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80
0
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00
a. Kesimpulan
karena perbedaan luas penampang pipa yang dialiri oleh air. Hal
b. Saran
praktikum.
terlebih dahulu.
perhitungan data.
7. Aplikasi di Lapangan
a. Penyemprot Parfum
Ketika menekan tombol kebawah, udara dipaksa keluar dari bola karet
sedotan/pipet, udara dalam pipet akan bergerak lebih cepat. Dalam hal
ini, udara dalam pipet yang menempel ke mulut akan mempunyai laju
menjadi lebih kecil dan laju udara dalam pipet dekat minuman
mempunyai laju yang lebih kecil. Karena laju udara dalam pipet yang
204
lebih kecil maka tekanannya lebih besar. Perbedaan tekanan inilah yang
Pompa Tangan
Pipa Infiet
Probe
Pipa Konvergen
Pipa Divergen
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
disimpulkan :
pembuktian teori tidak mutlak tepat dengan hasil kegiatan lapangan akan
berikut :
m3
a. Pada kondisi laminer, nilai Q rata-rata = 12,9328 x 10-6 dan Rerata-
s
rata= 862,6878.
3
m
b. Pada kondisi transisi, nilai Q rata-rata = 59,3093 x 10-6 dan Rerata-
s
rata= 3874,4148.
m3
-6
c. Pada kondisi turbulen, nilai Q rata-rata = 75,641 x 10 dan Rerata-
s
rata= 4940,5425.
sebagai berikut :
207
untuk beban geser (sliding mass) berada di puncak tiang yaitu 52,5151
mm dan untuk beban geser (sliding mass) berada di tengah tiang yaitu
77,5151 mm.
untuk beban geser (sliding mass) berada di puncak tiang dan nilai GN
tiang.
berikut :
44,9617 N.
20,7555 N.
13,0552 N.
11, 4777 N.
11,4336 N.
11,5586 N.
208
10,8523 N.
10,7935 N.
sebagai berikut :
perbedaan luas penampang pipa yang dialiri oleh air. Hal ini
aliran konvergen atau aliran divergen. Zat cair yang di alirkan ke alat
udara.
m3 -6
pada kondisi laminer, didapat Q rata-rata = 12,9328 x 10 dan Rerata-
s
terjadi merupakan jenis aliran laminer dan hal tersebut sesuai dengan hasil
m3
59,3093 x 10-6 dan Rerata-rata= 3874,4148, secara visual jenis aliran
s
didapat hasil dari bilangan Reynolds bukan termasuk jenis aliran transisi
m3
turbulen, didapat Q rata-rata = 75,641 x 10-6 dan Rerata-rata=
s
4940,5425, secara visual jenis aliran ini merupakan jenis aliran turbulen
transisi.
kecil bila dibandingkan dengan sliding mass di tengah dan sliding mass di
atas.
B. Saran
210
disarankan agar :
ditingkatkan lagi.
9
DAFTAR PUSTAKA