LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI I (Pemeriksaan Tubex) A. IKAH PUSPITASARI

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI I

PEMERIKSAAN DETEKSI ANTIBODI SALMONELLA (TUBEX)

Disusun oleh :

Nama : A. Ikah Puspitasari

NIM : PO714203191001

Kelas : A1

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATOIUM MEDIS

TAHUN 2021
Hari/Tanggal Praktikum : Rabu, 14 April 2021

Judul Pemeriksaan : Pemeriksaan Deteksi Antibodi Salmonella (Tubex)


Metode Kualitatif dan Semi Kuantitatif
Tujuan Praktikum : Untuk Untuk mendeteksi demam typoid akut yang
disebabkan oleh Salmonela thypi melalui deteksi
spesifik adanya serum antibodi IgM.

A. Dasar Teori

Demam tifoid adalah penyakit akibat infeksi bakteri Salmonella


enterica serotipe typhi. Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan
di Indonesia yang timbul secara sporadik endemik dan ditemukan sepanjang
tahun. Insidensi demam tifoid di Indonesia cukup tinggi akibat tingginya
urbanisasi, kontaminasi sumber air, resistensi antibiotik, penegakkan
diagnosis terlambat, serta belum ada vaksin tifoid yang efektif. WHO
menyatakan bahwa secara global pada tahun 2003 terdapat ± 17 juta kasus.
Insidensi demam tifoid di Indonesia per tahun antara 354-810 per 100.000
penduduk, dengan mortalitas 2-3,5% (Sudarmono dkk., 2000; WHO, 2001).

kuman Salmonella typhi kontak langsung berarti ada kontak antara


orang sehat dengan bahan muntahan, penderita demam typhoid secara
langsung dapat melalui air misalnya penggunaan air minum tanpa dimasak
terlebih dahulu, air susu terinfeksi, air es yang dibuat dari air yang
terkontaminasi feses penderita aktif maupun “Carrier” (Purnawan Junadi,
1982).
Gejala pada saluran nafas bagian atas adalah gejala awal yang
umum terjadi pada demam typhoid. Organisme masuk peredaran darah
melalui saluran gastrointestinal dan sangat mungkin multiplikasi terjadi
pada jaringan tonsil. Bakterimia pertama terjadi kira-kira 24-72 jam setelah
kuman memasuki tubuh yang biasanya pada penderita belum tampak
adanya gejala klinik. Hal ini bersifat sementara karena kuman kuman
segera dibantu oleh sel-sel system retikula endothelial. Selama fase
bacteria menetap, semua organ terpapar berulang kali basil typhoid,
mungkin terjadi pembentukan abses, hampir semua kasus terjadi 9
kolonisasi di dalam kantung empedu. Organisme berkembang biak
didalam empedu sampai titer tertinggi di ekskresikan bersama empedu
didalam usus. Selama masa inkubasi dan fase awal penyakit ini pada
biakan feses hasilnya negatif untuk Salmonella typhi, akan tetapi positif
dalam sebagian besar kasus selama minggu ketiga atau keempat penyakit
ini, ketika ekskresi organisme di dalam empedu mencapai puncaknya
(Abdurrahman, 1981).

Metode yang digunakan adalah sama dengan tes TUBEX yang asli
yaitu memblok ikatan antara reagent anti-O9 s.typhi (antibody-coated
indicator particle) dengan reagent antigen O9 S.typhi (antigen-coated
magnetic particle), tetapi yang berperan memblok disini adalah antigen.
Protokol kerja utuk mendeteksi antigen pun sama dengan protokol kerja
untuk mendeteksi antibody, hanya saja serum specimen terlebih dahulu
dicampurkan dengan blue reagent dan dicampur dalam 2 menit, barulah
setelah itu ditambahkan brown reagent. Proses selajutnya dan pembacaan
hasilnya menggunakan cara yang sama. (Willke, Ayse, 2002).

B. Prosedur Pemeriksaan

1. Pra Analitik
 Persiapan Praktikan Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
a) Jas Laboratorium
b) Masker
c) Handscoon
d) Face Shield
e) Menggunakan Sepatu Laboratorium
 Persiapan pasien

Tidak membutuhkan persiapan yang khusus. Jangan lupa


untuk memberikan identitas pada sampel pasien agar tidak tertukar
dengan pasien lain.

 Persiapan Sampel

1. Menyiapkan Alat & Bahan : Spoit, tourniquet, kapas alkohol,


alkohol swab, tabung reaksi, pipet tetes dan centrifuge
2. Mengambil darah vena sesuai yang dibutuhkan

3. Memindahkan darah ke dalam tabung melalui dinding tabung

4. Sentrifuge sampel selama 10 menit dengan kecepatan 3500 rpm

5. Mengambil serum pada tabung yaitu cairan yang berwarna kuning


bening yang berada di bagian atas eritrosit. Serum bebas dari darah,
lemak, dan kontaminasi. Serum dapat disimpan pada suhu 1-8⁰C
selama 48 jam jika tidak segera dikerjakan.
6. Sampel siap digunakan.

 Persiapan Alat dan Bahan


Alat :
1. Mikropipet
2. Yellow tip
3. Lempeng sumur
4. Skala warna strip
5. Tubex sealing tip

Bahan :
1. Serum
2. Reagen coklat
3. Reagen biru
4. Control positif
5. Control negatif

2. Analitik
 Prinsip Kerja

Prinsip pemeriksaan pemeriksaan tubex adalah adanya serum


antibodi IgM tersebut akan menghambat (inhibisi) reaksi antara
antigen berlabel partikel latex magnetic (reagen berwarna coklat)
dan monoclonal antibody berlabel latex warna (reagen berwarna
biru) selanjutnya ikatan inhibisi tersebut diaspirasikan oleh suatu
daya magnetic.

Dikatakan positif jika partikel magnet yang terdapat pada reagen


brown yang kandungannya antigen akan berikatan dengan antibody
pada serum pasien. Dan dikatakan negative jika magnet yang
terdapat pada reagen brown. yang kandungannya antigen akan
berikatan pada antibody monoclonal yang terdapat pada reagen blue.

 Cara Kerja
1. Memasukkan 45 ul (1 tetes) reagen cokelat kedalam masing masing
sumur

2. Masukkan specimen control negatif pada sumur 1, control positif


pada sumur 2 dan sampel pada sumur 3
3. Menginkubasi selama 2 menit

4. Memasukkan reagen biru sebanyak 90ul (2 tetes) pada masing


masing sumur.
5. Menutup lempeng sumur dengan tubex sealing tape, kemudian
ubah posisi tabung dari vertical menjadi horizontal dengan sudut
90º.
6. Menghomogenkan tabung ke depan dan ke belakang selama 2
menit kemudian diletakkan di atas magnet stand
7. Didiamkan 5 menit untuk terjadi proses pemisahan (pengendapan)

8. Membaca hasil dengan membandingkan warna pada lempeng


sumur dengan strip pembanding warna

3. Pasca Analitik
a) Interpretasi hasil

Keterangan :

Pemeriksaan Deteksi Antibodi Salmonella (Tubex)


≤2 : Negatif (tidak menunjukkan indikasi demam tifoid)
3 : Border line skor (tidak meyakinkan, analisis perlu diulang)
4 : Positif lemah (indikasi demam tifoid)
6-10 : Positif kuat (indikasi kuat demam tifoid)

Tidak didapatkan hasil pada praktikum untuk pemeriksaan


tubex dikarenakan alat yang digunakan tidak lengkap yaitu tidak
terdapat strip pembanding warna sehingga hasilnya tidak dapat
dibaca

C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan Tubex dengan metode invitro
semikuantitatif (Inhibition Magnetik Binding Immunoassay/IMBI) yang
telah dilakukan, didapatkan hasil negatif. Hal ini berarti sampel tidak
menunjukan indikasi demam tifoid.
Namun pada praktikum yang telah dilakukan, tidak tersedia skala
pembanding warna, sehingga reaksi antigen antibodi tidak dapat terlihat
atau terjadi pada sumur sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, 1981.Penyakit tropis: Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah


Pendekatan Klinis.Jakarta: EGC.
Junaidi,Purnawan.1982 Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga,jilid
I,hlm:260 FKUI Jakarta: Media Aesculapius
Willke, Ayse. Widal Test in Diagnosis of Typhoid Fever in Turkey.Clinical
and Diagnostic Laboratory Immunology. 2002:938-941

Makassar, 14 April 2021

Praktikan I,

A. Ikah Puspitasari

Pembembing 1 Pembimbing II

Nurdin,S.Si.,M.Kes Alvin Resya Virgiawan,M.Si,.M.Si

Pembimbing III

Yaumil Fachni Tandjungbulu S.ST.,M.Kes

Anda mungkin juga menyukai