LP Sehat Jiwa Lansia
LP Sehat Jiwa Lansia
LP Sehat Jiwa Lansia
D. Karakteristik Lansia
Menurut (Maryam R.S, 2009)lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai pasal 1ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
E. Tipe Lansia
a. Tipe arifbijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman,menyesuaikan diri dari perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan
b. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dalam mencari pekerjaan,
bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan
c. Tipe Tidak Puas
Konflik lahir batin menetang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, dan banyak menuntut.
d. Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agar melakukan kegiatan
apa saja.
f. Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, pasif, dan acuh tak
acuh (Maryam R.S, 2009).
F. Perubahan Lanjut Usia
Ada beberapa perubahan pada lanjut usia, yaitu:
a. Perubahan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia mulai adanya kondisi fisik yang bersifat
patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin
keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya.Secara umum
kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan
secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan kelainan
fungsi fisik, psikologik maupun sosial
b. Perubahan Kondisi Psikososial
Kesepian yang dialami dapat berupa kesepian emosional, situasional, kesepian
sosial atau gabungan ketiganya. Berdasarkan penelitian beberapa hal dapat
mempengaruhi perasaan kesepian antara lain: merasa tidak adanya figur kasih
sayang yang diterima seperti suami atau istri dan anak, kehilangan integrasi secara
sosial dalam komunikasi yang diberikan sekumpulan teman, keluarga
dilingkungan sekitar, mengalami perubahan situasi (Septiningsih, D.S & Na’imah,
2012)
Ketakutan menjadi tua dan ketidakmampuan bagi kebanyakan orang untuk
menghadapi proses penuaan mereka sendiri yang dapat mencetuskan kepercayaan
ageist. Pensiun dan gambaran non-produktivitas yang menyebabkan kepercayaan
negatif. Pekerja usia muda mungkin memandang individu lansia sebagai seorang
yang tidak punya sumbangan bagi masyarakat dan memboroskan sumber daya
ekonomi
c. Perubahan Mental
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik,
kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan perubahan pribadi
yang drastis.
d. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Perubahan ini diawali ketika masa pensiun.Meskipun tujuan pensiun adalah
agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataan sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai
kehilangan penghasilan,kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga
diri.Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model
kepribadiannya yang seperti yang telah diuraikan pada poin diatas.Dalam
kenyataan ada yang menerima, ada juga yang takut kehilangan, ada yang merasa
senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap
pensiun.Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi
masingmasing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih
menentramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan
hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
pensiunyang bena-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan
diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh
gaji penuh. Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan
terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun (Nurul F, 2017).
e. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat
Masalah umum yang dialami para lansia adalah rentannya kondisi fisik seperti
berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya
maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.Misalnya
badannya menjadi bungkuk, penglihatannya mulai kabur, pendengarannya mulai
berkurang, dan tak jarang lansia diperlakukan sebagai beban, tidak sedikit juga
lansia tidak disukai, sering dikucilkan dipanti-panti jompo.Adanya anggapan yang
cenderung negatif tersebut secara tidak langsung membentuk lansia menjadi
pribadi yang merasa tidak berharga, kesepian, harga diri rendah.Kondisi
psikologis yang demikian mengindikasikan adanya frustasi ekstensial dimana
seseorang tidak mempunyai tujuan hidup yang jelasdan merasa
hampa.Kebermaknaan hidup lansia berkaitan dengan persepsi terhadap kualitas
hidup, yang mencakup kesejahteraan psikologis, fungsi fisik yang baik, hubungan
dengan orang lain, kesehatan dan aktivitas sosial. Memiliki makna hidup berarti
dapat meningkatkan semangat hidupdan meletakkan dasar untuk kesejahteraan
(Elviana K, Bidjuni H, 2015).
G. Permasalahan yang seing terjadi pada lansia
Permasalahan-permasalahan pada lansia dipandang sebagai akibat dari perubahan-
perubahan yang dialaminya yang menyertai proses penuaan dan reaksi terhadap
perubahan-perubahan tersebut juga beragam-ragam tergantung kepada kepribadian
individu yang bersangkutan. Permasalahan yang mungkin muncul pada lansia
diantaranya: Menurut (Supriadi, 2015) Permasalahan yang sering terjadi pada lansia
antara lain:
a. Permasalahan pekerjaan
Sebagian besar banyak pekerjaan yang menuntut aktivitas fisik dan lansia
dalam hal tersebut cenderung lebih lambat dan akibatnya lansia merasa kurang di
hargai dan tidak dibutuhkan dalam pekerjaan
b. Permasalahan minat
Perubahan minat pada lansia di lingkungan sosial karena dengan menurunnya
kemampuan fisik, mental dan sosial menjadikan lansia merasa lebih cepat merasa
apatis dan bosan dalam mencoba hal-hal baru
c. Isolasi dan kesepian
Perubahan pada lansia membuat mereka merasa terisolasi dari lingkungan
sosial.Renggangnya ikatan kekeluargaan dan ketidakacuhan keluarga terhadap
lansia, membuat mereka terpaksa hidup menyepi di lembaga-lembaga
penampungan kaum lansia.
d. Perubahan suasana hati
Perubahan suasana hati dapat terlihat pada perilaku yang bereaksi secara tiba-tiba
dan tampak tidak beralasan, seperti ingin marah-marah, ingin menyendiri, dan
lainnya.Penyebab dari semua itu adalah kurangnya perhatian dari orang-orang
disekitar.
e. Disinhibisi
Makin lanjut usia seseorang makin kurang pula kemampuan mereka dalam
mengendalikan perasaan dan kurang dapat mengekang diri dalam berbuat,
sehingga hal-hal kecil yang seharusnya tidak dipermasalahkan, tetapi bagi lansia
dapat membangkitkan luapan emosi dan mungkin mereka bereaksi dengan
ledakan amarah.
H. Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson perkembangan psikososial adalah perkembangan kepribadian
manusia yang terjadi sepanjang kehidupan dipengaruhi oleh interaksi sosial dan
hubungan dengan orang lain. Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya
integritas diri yang utuh. Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan
membuat lansia berusaha menuntun generasi (anak dan cucunya) berdasaarkan sudut
pandangnya. Integritas diri ini merupakan tahap lanjut usia tahap yang sulit dilewati
orang karena pada masa ini cenderung melakukan instropeksi diri. Mereka akan
memikirkan kembali hal-hal yang telah terjadi pada masalah sebelumnya, baik itu
keberhasilan maupun kegagalan. Kondisi psikososial lansia terdapat aspek-aspek yang
mendukung perkembngan psikososial lansia yaitu.
a. Aspek Kognitif
Aspek yang meliputi aspek yang mencakup kegiatan pikiran,kemampuan
berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah
b. Aspek Afektif
Aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai, afektif mencakup watak perilaku
seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai
c. Aspek Psikomotor
Aspek yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak
setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu, aspek ini banyak
mengalami penurunan seiring dengan kemunduran aspek fisik.
d. Aspek spiritual
Aspek yang berkaitan dengan keagamaan, kepercayaan, keyakinan yang telah
ada di dalam diri sehingga memperkuat keimanan kita terhadap yang Maha Kuasa
e. Aspek Sosial
Aspek yang berkaitan dengan norma-norma, moral dan tradisi meleburkan diri
menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama
f. Aspek Emosional
Aspek emosi adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat
menghadapi suatu situasi tertentu, seperti rasa senang, bahagia, benci, kangen,
terkejut, tidak puas, tidak senang dan sebagainya
g. Aspek Kepribadian
Aspek yang meliputi perkembangan kepribadian bersifat dinamis, yang artinya
selama individu tersebut masih mampu bertambah pengetahuannya dan mau
belajar serta menerima pengalaman baru atau hal-hal positif maka kepribadiannya
semakin matang dan mantap.
I. Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan lansia menurut Erickson, yaitu:
a. Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan bekurangnya masa penghasilan
c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
d. Membentuk hubungan dengan orang-orang sebaya
e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
DAFTAR PUSTAKA
Djalali, F. U. dan M. A. (2016). Jurnal Proses Menua. Jurnal Keperawatan Lansia, 5(1), 15–
27.
Elviana K, Bidjuni H, M. (2015). PENGARUH PENERAPAN TERAPI OKUPASI
TERHADAP KEBERMAKNAAN HIDUP PADA LANSIA DI
PANTI WERDHA DAMAI RANOMUUT MANADO. Jurnal Keperawatan,
3, 1–8.
Gati, N. W., Susanti, Y., & Putri, E. (2016). Peningkatan integritas diri lansia melalui terapi
kelompok terapeutik dan. Keperawatan Jiwa, 4, 31–39.
Hartono, K. dan. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat Budi Anna. (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan Jiwa:
CMHN (Intermediate Course). (N. H. Keliat BUdi Anna, Ed.). Jakarta: EGC.
Maryam R.S, dkk. (2009). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. (R. Angriani, Ed.) (1st
ed.). Jakarta.
Putri. (2016). Kualitas hidup lansia yang tinggal bersama keluarga dan panti, 4, 1.
Reny Yuli Aspiani. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Geronik. Jakarta.