Draft Juknis Pelayanan Imunisasi Covid-19 6 Okt Jam 11
Draft Juknis Pelayanan Imunisasi Covid-19 6 Okt Jam 11
Draft Juknis Pelayanan Imunisasi Covid-19 6 Okt Jam 11
[1]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
PETUNJUK TEKNIS
PELAYANAN IMUNISASI COVID-19
DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN
2020
[2]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[3]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Segala puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya, Petunjuk Teknis
Pelayanan Imunisasi COVID-19 telah disusun.
Tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi dunia termasuk
bangsa Indonesia, COVID-19 yang tidak pernah diprediksi
sebelumnya tiba-tiba muncul secara lokal di Wuhan China, dan
dalam waktu yang relatif singkat telah berkembang menjadi
Pandemi.
Pemerintah telah menetapkan Pandemi COVID-19 sebagai bencana non
alam di Indonesia pada pertengahan Maret 2020. Kondisi ini telah banyak
berpengaruh tidak hanya terhadap sektor kesehatan namun juga terhadap sektor-
sektor penting lainnya yaitu ekonomi, pariwisata, dan pendidikan. Dampak yang
paling terasa adalah pada sektor ekonomi dimana memasuki triwulan ke tiga tahun
2020 akhirnya indonesia dihadapkan pada resesi ekonomi.
Kita berharap, Bangsa Indonesia akan segera bangkit dari situasi ini,
sehingga segala upaya untuk memutus mata rantai penularan COVID-19 terus
diakselerasi, termasuk pengembangan vaksin COVID-19.
Masyarakat dunia saat ini seakan menaruh harapan besar terhadap
penemuan vaksin COVID-19. Indonesia menjadikan Imunisasi sebagai bagian dari
strategi penanggulangan Pandemi COVID-19. Mudah-mudahan dalam waktu yang
tidak lama lagi, Indonesia dapat memulai pemberian Imunisasi COVID-19. Meski
demikian, masyarakat harus tetap di berikan edukasi bahwa Imunisasi COVID-19
penting, namun penerapan protokol kesehatan, yaitu menggunakan masker,
mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak aman (3M), juga harus tetap
dilaksanakan dengan ketat.
Semoga dengan adanya buku petunjuk teknis ini dapat memberikan panduan
yang jelas terhadap pelayanan Imunisasi COVID-19 bagi seluruh pengelola program
dan tenaga kesehatan di Indonesia. Buku ini bersifat dinamis dan akan senantiasa
dilakukan penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan-
perkembangan terbaru.
Kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam penyusunan petunjuk
teknis ini, saya sampaikan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua selama penyelenggaraan
imunisasi COVID-19 di Indonesia.
Salam Sehat, Sehat Indonesia
Jakarta, Oktober 2020
Menteri Kesehatan,
Letjen TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad. (K)
[i]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
KATA PENGANTAR
DIREKTUR JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT
[ii]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[iii]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 2
1.1. Latar Belakang2
1.2. Tujuan 3
1.3. Ruang Lingkup4
[iv]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
DAFTAR PUSTAKA 62
DAFTAR PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR 63
LAMPIRAN 111
[v]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
DAFTAR TABEL
[vi]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Persebaran kasus konfirmasi global berdasarkan region WHO per 26 September
2020, sumber: WHO...............................................................................................................6
Gambar 2. Peningkatan jumlah kasus konfirmasi harian dan kumulatif Indonesia, 26
September 2020..................................................................................................................... 7
Gambar 3. Skenario efek vaksinasi......................................................................................10
Gambar 4. Mekanisme aksi kandidat vaksin COVID-19 (Pandey SC, et.al. 2020)...............10
Gambar 5. Jejaring Layanan Imunisasi................................................................................27
Gambar 6. Alur Pelayanan Pemberian Imunisasi COVID-19 di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan............................................................................................................................ 28
Gambar 7. Contoh Pengaturan Ruang/Tempat Pelayanan Imunisasi..................................31
Gambar 8. Alur Jejaring Eksternal Layanan Imunisasi.........................................................33
Gambar 9.Contoh Penyimpanan Vaksin COVID-19 di Lemari Es Buka Atas dan Buka Depan
............................................................................................................................................. 35
Gambar 10. Penyimpanan Vaksin di Dalam Vaccine Carrier...............................................36
Gambar 11. Status VVM Vaksin...........................................................................................36
Gambar 12. Penyuntikan Secara Intramuskular..................................................................38
Gambar 13 . Cara Penyuntikan Vaksin................................................................................38
Gambar 14 . Cara Membuang Alat Suntik Habis Pakai ke Dalam Safety Box......................39
Gambar 15 Skema Alur Pelaporan Hasil Cakupan Imunisasi dan Pemakaian Vaksin dan
Logistik Secara Manual........................................................................................................42
Gambar 16. Penggunaan RapidPro, Pelaporan Data dan Umpan Balik Cecara Real-time. 44
Gambar 17. Alur Pelaporan dan Pelacakan KIPI Serius......................................................51
Gambar 18. Tanda dan Gejala Anafilaktik……………………………………………………. 50
Gambar 19. Algoritme Penanganan Syok Anafilaktik Paska Imunisasi...............................56
[vii]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
DAFTAR LAMPIRAN
[viii]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
DAFTAR SINGKATAN
ADS = Auto Disable Syringe
BPM = Bidan Praktek Mandiri
COVID-19 = Coronavirus Disease - 2019
Dirjen = Direktur Jenderal
DPM = Dokter Praktek Mandiri
HIV = Human Immunodeficiency Virus
FAQ = Frequently Asked Question
ISPA = Infeksi Saluran Napas Akut
KIPI = Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
KLB = Kejadian Luar Biasa
ODP = Orang dalam Pemantauan
OTG = Orang Tanpa Gejala
PDP = Pasien dalam Pengawasan
PD3I = Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
PHBS = Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PPI = Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
RT-PCR = Real Time-Polymerase Chain Reaction
SMS = Short Message Service
SBBK = Surat Bukti Barang Keluar
SOP = Standar Operasional Prosedur
SOS = Sustainable Outreach Service
VAR = Vaccine Arrival Report
VVM = Vaccine Vial Monitor
WA = WhatsApp
[ix]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
DAFTAR ISTILAH
Auto Disable Syringe : Alat suntik sekali pakai untuk pelayanan imunisasi
Cold box : Alat untuk menyimpan sementara dan membawa vaksin
Cool pack : Wadah plastik berbentuk segiempat yang diisi dengan air
kemudiaan didinginkan dalam vaccine refrigerator dengan suhu
-3ºC s/d +2ºC selama minimal 12 jam (dekat evaporator)
Disinfektan : Bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
atau pencemaran jasad renik atau obat untuk membasmi kuman
penyakit
Face shield : Alat pelindung wajah
Hand sanitizer : Pembersih tangan yang memiliki kemampuan antibakteri atau
antivirus dalam menghambat hingga membunuh bakteri/virus
yang mengandung alkohol minimal 70%
Herd immunity : Konsep epidemiologis yang menggambarkan kondisi saat
sejumlah orang dalam populasi memiliki cukup kekebalan
terhadap suatu penyakit (kekebalan kelompok)
Imunisasi : Upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.
KIPI : Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya disingkat KIPI
adalah kejadian medik yang diduga berhubungan dengan
imunisasi.
Pandemi : Wabah yang berjangkit serempak dimana – mana meliputi
daerah geografis yang luas atau ketika sebuah epidemi
menyebar ke beberapa negara atau wilayah dunia
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya di
wilayah kerjanya
RapidPro : Sebuah aplikasi open-source berbasis SMS dan WhatsApp yang
dikembangkan oleh UNICEF global untuk memudahkan
kegiatan pemantauan dan identifikasi masalah di lapangan
dengan memfasilitasi pencatatan data, pelaporan, dan
pengiriman umpan balik secara real-time.
Safety Box : Kotak Pengaman yang tahan air dan tusukan jarum untuk
tempat membuang semua alat suntik bekas.
Safety injection : Praktik penyuntikan yang aman bagi pemberi dan penerima
suntikan
Sarung tangan : Sarung tangan yang biasa dipakai oleh tenaga medis agar
terhindar dari droplet pasien untuk mencegah terjadinya
penularan kuman
Vaksin : Produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang
[x]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[xi]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
BAB I
PENDAHULUAN
[1]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
BAB I
PENDAHULUAN
[2]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
250.000 kematian. Pada situasi ini, jutaan masyarakat sangat rentan tertular COVID-
19.
Oleh karena itu, perlu segera dilakukan intervensi tidak hanya dari sisi
penerapan protokol kesehatan namun juga diperlukan intervensi lain yang efektif untuk
memutuskan mata rantai penularan penyakit melalui upaya pemberian imunisasi.
[3]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
1.2. Tujuan
Petunjuk Teknis ini disusun sebagai acuan dalam melaksanakan persiapan,
pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan imunisasi COVID-19.
[4]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
BAB II
[5]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
BAB II
EPIDEMIOLOGI CORONAVIRUS DISEASE 2019
(COVID-19)
Kluster kasus infeksi saluran pernapasan bawah yang tidak dapat dijelaskan
(pneumonia of unknown etiology) sejumlah 29 kasus pertama kali dilaporkan oleh
pemerintah China kepada WHO Country Office China pada tanggal 31 Desember 2019.
Seiring dengan perkembangan transmisi dan jumlah kasus yang terus meningkat, maka
pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public Health
Emergency of International Concern (PHEIC). Istilah COVID-19 ini sendiri merupakan
akronim dari Coronavirus Disease 2019 yang diresmikan penyebutannya oleh WHO pada
tanggal 11 Februari 2020. Kemudian, dengan semakin luasnya penyebaran COVID-19 ini ke
negara-negara lainnya, maka pada tanggal 11 Maret 2020, WHO mendeklarasikan COVID-
19 ini sebagai pandemi global.
2.1. Epidemiologi
Per tanggal 26 September 2020, terdapat 32.429.965 kasus konfirmasi dan 985.823
kematian telah dilaporkan kepada WHO. Amerika Serikat (6.910.082 kasus), India
(5.903.932 kasus) dan Brasil (4.657.702 kasus) merupakan penyumbang jumlah kasus
terbanyak di seluruh dunia.
Gambar 1 Persebaran kasus konfirmasi global berdasarkan region WHO per 26 September
2020, sumber: WHO.
[6]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Saat ini, sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 Revisi
ke-5, pemerikaan laboratorium untuk penemuan kasus terutama dilakukan pada kasus-
kasus yang memenuhi kriteria suspek, kontak erat yang menunjukkan gejala pada saat
pemantauan harian, petugas kesehatan dan populasi yang tinggal di fasilias tertutup
termasuk populasi rentan. Beberapa wilayah di Indonesia juga melakukan pemeriksaan
swab massal sebagai salah satu upaya respon pandemi COVID-19 sesuai dengan kebijakan
masing-masing daerah.
2.2. Etiologi
Coronavirus merupakan single-stranded RNA virus dengan memiliki struktur yang
mirip dengan mahkota (crown-like appearance) jika dilihat dengan mikroskop elektron
merupakan bagian dari genus betacoronavirus. Pada awalnya virus ini disebut sebagai
2019-nCoV, yang kemudian oleh International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV)
ditetapkan dengan nama SARS-CoV-2 karena kemiripannya dengan SARS-CoVs yang
menyebabkan epidemi SARS pada tahun 2002-2003.
Virus ini seperti memiliki kesamaan dengan coronavirus lain yang sangat sensitif terhadap
sinar ultraviolet (UV) dan suhu tinggi (heat). Virus ini kemungkinan dapat diinaktivasi pada suhu
≥270C dan mampu bertahan pada suhu dibawah 0oC. Selain itu, untuk inaktivasi, lapisan
lemak pada virus ini dapat larut oleh cairan seperti ether, ethanol dan chlorin yang biasa
terkandung pada cairan disinfektan (Cascella, et.al, 2020).
2.3. Penularan
Pada awalnya penularan dicurigai merupakan hewan ke manusia, akan tetapi
setelah penyelidikan lebih lanjut disimpulkan bahwa penularan virus ini adalah dari manusia
ke manusia
[7]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
WHO menyatakan bahwa penularan utama virus ini adalah melalui droplet baik melalui
kontak langsung maupun tidak langsung dengan individu yang terinfeksi yang mengeluarkan
ludah atau cairan pernafasan/dropletnya yang keluar ketika batuk, bersin, bicara atau saat
menyanyi (WHOa, 2020) . Droplet ini memiliki ukuran diameter 5-10um sedangkan droplet yang ≤5
um maka disebut sebagai droplet nuclei atau aerosol (WHO b, 2014). Penularan melalui droplet
dan kontak erat dengan kasus bergejala diperkuat dengan studi di China bahwa 78-85%
kluster merupakan kluster rumah tangga (WHOc, 2020).
Dengan masa inkubasi 3-7 hari dengan median 5.1 hari (Lauer, et.al, 2020) dan memiliki
masa inkubasi terpanjang sampai dengan 12.5 hari (Li, et.al, 2020). Bukti juga menunjukkan
bahwa penularan sebelum munculnya gejala (pre-symptomatic transmission) dapat terjadi
(He X, et.al, 2020; Wei WE, et.al, 2020).
Transmisi airborne melalui droplet nuclei (aerosol) dapat terjadi pada saat dilakukan
prosedur medis yang menghasilkan aerosol (aerosol generating procedure) seperti intubasi.
Saat ini masih dipelajari tentang potensi penularan melalui airborne ini pada setting yang
lebih umum seperti pada ruangan tertutup yang tidak memiliki ventilasi yang cukup dan
ramai.
RNA SARS-CoV02 juga ditemukan pada sampel biologis lain seperti air seni dan feses.
Namun sampai saat ini belum ada publikasi yang melaporkan penularan melalui feses
maupun air seni ((WHOa, 2020).
Pemahaman tentang mode transmisi ini penting sebagai salah satu pertimbangan utama
dalam menentukan upaya pencegahan COVID-19 seperti penggunaan masker, menjaga
jarak, mencuci tangan, menghindari keramaian, isolasi dan karantina bagi kontak erat.
Manifestasi Klinis
Berdasarkan studi yang dilakukan di China terhadap 72.314 kasus, manifestasi klinis
COVID-19 dapat dibagi menjadi 3 yaitu gejala ringan (81%) baik pneumonia dan/atau non-
pneumonia, gejala berat (14%) dan kritis seperti gagal nafas, septic shock, gangguan (atau
kegagalan) multi organ (5%) (Wu, et.al 2020).
CDC melaporkan berdasarkan data dari 370.000 kasus konfirmasi di Amerika Serikat
terkait manifestasi klinis sebagai berikut, batuk (50%), demam (43%), myalgia (36%), sakit
kepala (34%), sesak nafas (29%), nyeri tenggorokan (20%), diare (19%), dan mual/muntah
(12%). Ageusia dan anosmia oleh WHO telah dimasukkan sebagai definisi kasus probabel
COVID-19 sejak 7 Agustus 2020 (WHOd,, 2020).
[8]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Saat ini banyak perusahaan vaksin berupaya untuk mengembangkan vaksin COVID-
19. Per tanggal 30 September 2020, menurut dokumen DRAFT landscape of COVID-19
candidate vaccines yang dilaporkan didalam website WHO, terdapat 41 kandidat vaksin
yang sedang dalam tahap uji klinik dan 151 kandidat vaksin yang ada dalam tahap pre-
klinik.
Pemberian vaksin ini diharapkan mampu memberikan kekebalan komunitas dan
mampu mengendalikan pandemic. Pengendalian pandemic dengan intervensi vaksin
(intervensi farmakologis) sangat bergantung pada kapan vaksin ini diberikan. Terdapat 2
skenario pemberian vaksin dalam kaitannya dengan pengendalian pandemic. Gambar 3
dibawah ini merupakan 2 skenario pemberian vaksin. A. Menggambarkan situasi untuk
[9]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
COVID-19 dimana vaksin baru tersedia pada masa pandemic. B. Situasi jika vaksin sudah
ada sejak awal pandemi (tidak sesuai untuk kondisi pandemi COVID-19 saat ini. (Speiser,
Bachmann, 2020)
Gambar 4 Mekanisme aksi kandidat vaksin COVID-19 (Pandey SC, et.al. 2020)
[10]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Saat ini mekanisme aksi dari kandidat vaksin yang ada dibedakan menjadi 3 yaitu 1)
Recombinant virus vectors bekerja mirip seperti antigen endogenus yang memicu respon
cell mediated immune (CMI) 2) DNA Vaccine yang memicu respon imun humoral dan
respon CMI 3) mRNA vaccine yang memicu respon imun humoral (Pandey SC, et.al, 2020)
Upaya telah dilakukan untuk mengeksplorasi vaksin yang ideal untuk SARS-CoV-2
yaitu berupa vaksin inaktivasi /inactivated virus vaccines, virus rekombinan, vaksin subunit,
vaksin DNA dan vaksin yang dilemahkan (See R, et.al. 2020). Tabel dibawah ini tentang
jenis, kelebihan dan kekurangan masing-masing vaksin (Pandey SC, et.al, 2020).
[11]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Tabel dibawah ini adalah beberapa contoh kandidat vaksin yang saat ini sudah memasuki
tahap uji klinik fase 3 beserta keterangan tentang dosis, waktu pemberian dan rute
pemberian vaksin.
[12]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Sumber: https://www.who.int/publications/m/item/draft-landscape-of-covid-19-
candidate-vaccines per 30 September. Disclaimer: Dokumen ini hanya sebagai contoh, dan
bukan sebagai bentuk endorsement terhadap produk-produk yang disebutkan.
[13]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[14]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
BAB III
PERSIAPAN PELAYANAN
IMUNISASI COVID-19
[15]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
BAB III
PERSIAPAN PELAYANAN IMUNISASI
COVID-19
1. Tenaga kesehatan dan semua petugas yang bekerja pada fasilitas pelayanan
kesehatan di seluruh Indonesia
2. Kelompok prioritas lainnya yang ditetapkan berdasarkan kajian epidemiologi dan
kebijakan operasional imunisasi COVID-19, diantaranya :
[16]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Kontak erat merupakan orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus
probable atau konfirmasi COVID-19.
[17]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[18]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
2) Jumlah sasaran.
Dinas Kesehatan Provinsi bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melakukan pendataan sasaran tenaga kesehatan dan petugas pendukung lainnya di
seluruh rumah sakit. Selain itu, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota juga membantu
Puskesmas dalam melakukan pendataan sasaran tenaga kesehatan dan petugas
pendukung lainnya di FKTP jejaring Puskesmas serta sasaran prioritas lainnya.
Pendataan sasaran menggunakan Lampiran 2.
Pendataan dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Pendataan langsung, dengan dibantu oleh puskesmas, maupun relawan;
b. Pendataan dengan memanfaatkan berbagai sumber data, misalnya sistem
informasi rumah sakit, dashboard vaksinasi COVID-19, dll;
3) Kebutuhan logistik.
● Kebutuhan Vaksin
Vaksin yang digunakan dalam kegiatan ini adalah vaksin COVID-19 dengan
perhitungan kebutuhan vaksin sebagai berikut:
[19]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
5) Tenaga Pelaksana
Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota harus mengidentifikasi kebutuhan
jumlah tenaga kesehatan sebagai pelaksana baik di tingkat provinsi,
kabupaten/kota, puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya serta
memberi bantuan apabila terdapat kekurangan tenaga pelaksana dengan
melibatkan tenaga kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya termasuk
swasta dan organisasi profesi.
b. Tingkat Puskesmas
Puskesmas menyusun mikroplaning yang lebih rinci yang terdiri dari :
1) Jumlah Fasilitas Pelayananan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
Puskesmas dibantu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pendataan
jumlah fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan
pelayanan imunisasi serta telah terdaftar di Dinas Kesehatan setempat yang berada
di wilayah kerja Puskesmas, termasuk kapasitas SDM dan sarana untuk mendukung
pelayanan imunisasi COVID-19 dalam rangka meningkatkan jangkauan layanan
imunisasi COVID-19. Pendataan menggunakan Lampiran 3.
2) Jumlah sasaran
Puskesmas dibantu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pendataan
sasaran tenaga kesehatan dan petugas pendukung lainnya di seluruh FKTP
[20]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
3) Kebutuhan logistik
● Kebutuhan Vaksin
Vaksin yang digunakan dalam kegiatan ini adalah vaksin COVID-19 dengan
perhitungan kebutuhan vaksin sebagai berikut:
[21]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
5) Tenaga pelaksana
a. Petugas pendaftaran/verifikasi
b. Petugas untuk mengatur alur kelancaran pelayanan
c. Petugas skrining (anamnesa) dan pemeriksaan fisik sesuai dengan komorbid
yang diidentifikasikan serta pemberian edukasi.
d. Petugas pemberi imunisasi COVID-19 dibantu oleh petugas yang menyiapkan
vaksin
e. Petugas untuk melakukan pencatatan hasil imunisasi.
[22]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
● Jumlah tenaga yang dibutuhkan per hari = jumlah pos imunisasi per
hari x (1 vaksinator + 2 nakes lain + 2 kader).
[23]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[24]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
sasaran per
nakes lain
1 sesi: 10
dan 2 kader)
orang)
5 vaksinator
A 1.000 10 100 10 5 10 Nakes lain
10 kader
3 vaksinator,
500 10 6 nakes lain
B 50 5 3 6 kader
[25]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
b. Penggerakan masyarakat
● Informasi melalui media cetak, media elektronik, dan media sosial tentang
pelaksanaan Kegiatan Pemberian Imunisasi COVID-19
● PKK, kader kesehatan, dan komponen masyarakat lain dengan
memberitahukan kepada sasaran tentang hari, tanggal, waktu dan lokasi
fasilitas pelayanan imunisasi.
● Pemberitahuan kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, pengumuman
langsung melalui tempat-tempat ibadah (Mesjid, Gereja, Pura, Kelenteng, dll).
● Pemasangan media KIE di tempat-tempat yang strategis.
[26]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[27]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[28]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
BAB IV
PELAKSANAAN PELAYANAN
IMUNISASI COVID-19
[29]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[30]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
BAB IV
PELAKSANAAN PELAYANAN IMUNISASI
COVID-19
[31]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
1) Menggunakan ruang/tempat yang cukup luas dengan sirkulasi udara yang baik (dapat
juga mendirikan tenda di lapangan terbuka). Bila menggunakan kipas angin, letakkan
kipas angin di belakang petugas kesehatan agar arah aliran udara kipas angin
mengalir dari tenaga kesehatan ke sasaran imunisasi;
2) Memastikan ruang/tempat pelayanan imunisasi bersih dengan membersihkan sebelum
dan sesudah pelayanan dengan cairan disinfektan;
3) Tersedia fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau hand sanitizer;
4) Atur meja pelayanan antar petugas agar menjaga jarak aman 1 – 2 meter.
[32]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[33]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Meja 2 verifikasi)
3) Petugas mengisi identitas di
kartu imunisasi COVID-19,
memberikan kartu tersebut
dan mengarahkan sasaran ke
Meja 2
[34]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[35]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[36]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
4.3 Public Private Mix (PPM) pada Pelaksanaan Pemberian Imunisasi COVID-19
Dalam upaya peningkatan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata melalui
peningkatan akses terhadap layanan imunisasi yang berkualitas dan sesuai standar,
termasuk dalam rangka pelaksanaan pelayanan imunisasi COVID-19, dibutuhkan jejaring
layanan imunisasi yang terintegrasi antar semua fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
baik di tingkat kecamatan, maupun kabupaten/kota. Penerapan jejaring tersebut
dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan jangkauan layanan sesuai standar nasional dan masuk dalam sistem
pencatatan dan pelaporan.
Pelaksanaan jejaring layanan imunisasi merupakan tanggung jawab Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan jajarannya, dengan melibatkan seluruh fasyankes baik
pemerintah maupun swasta. Jejaring ini bisa menggunakan pendekatan (1) pemerintah-
pemerintah yaitu antara program imunisasi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
layanan imunisasi yang terdapat di fasyankes pemerintah seperti RSUD, RS TNI/Polri, dan
puskesmas dan pendekatan (2) pemerintah-swasta yaitu program imunisasi di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan layanan imunisasi yang terdapat di fasyankes swasta
seperti RS, Bidan praktek mandiri/BPM, klinik imunisasi, dokter praktek mandiri, dll.
Lingkup jejaring layanan imunisasi terdiri dari jaringan internal dan eksternal.
Jejaring internal layanan imunisasi adalah jejaring seluruh program di puskesmas yang
terlibat dalam layanan imunisasi baik secara langsung maupun tidak seperti program
imunisasi, KIA, surveilans PD3I dan promkes. Jejaring internal ini bertujuan untuk
meningkatkan kerjasama berbagai program yang terkait baik secara langsung maupun tidak
dengan program imunisasi, menjangkau semua sasaran imunisasi sesuai kelompok usia
yang tidak terjangkau melalui program imunisasi sehingga dapat memberikan imunisasi
dengan tepat sesuai jenis dan usianya, serta memastikan setiap sasaran imunisasi
mendapatkan layanan kesehatan yang komprehensif sesuai dengan kebutuhannya.
Jejaring eksternal adalah hubungan koordinasi dan pembinaan antara pemberi
layanan imunisasi oleh fasyankes dengan Tim Jejaring Layanan Imunisasi di Fasyankes
Pemerintah dan Swasta, institusi/organisasi yang menaungi fasyankes tersebut maupun
tenaga pelaksana imunisasinya, dengan masyarakat sebagai pengontrol jalannya jejaring
tersebut.
[37]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Klinik Imunisasi
Vaksin dan logistik yang disediakan oleh Pusat didistribusikan ke Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota ke Puskesmas. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang
telah memiliki kerjasama dan akan memberikan layanan imunisasi COVID-19, dapat
mengambil vaksin dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau puskesmas terdekat.
Seluruh pihak terkait harus memastikan jadwal pengiriman vaksin dan logistik
imunisasi dalam rangka menjamin ketersediaan vaksin dan logistik imunisasi pada beberapa
tingkat administrasi di provinsi/kabupaten/kota serta puskesmas. Prinsip pelaksanaan tidak
menganggu distribusi vaksin untuk pelayanan imunisasi rutin.
Pada tingkat layanan puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya petugas
disarankan untuk memantau ketersediaan stok vaksin, logistik dan APD, meninjau kapasitas
rantai dingin, memastikan manajemen penyimpanan vaksin dan logistik imunisasi sesuai
dengan SOP serta memodifikasi perencanaan, penerimaan dan jadwal distribusi vaksin saat
diperlukan untuk menghindari beban berlebih pada rantai dingin. Hal ini merupakan salah
satu kegiatan yang sangat penting dalam menjaga ketersediaan stok dan mencegah
terjadinya kekosongan vaksin dan logistik imunisasi lainnya.
Seluruh proses distribusi vaksin program sampai ke tingkat pelayanan harus
mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu memberikan kekebalan yang
[38]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
optimal kepada sasaran. Proses distribusi vaksin dan logistik imunisasi lainnya termasuk
penyimpanan tetap dilaksanakan dengan memperhatikan protokol kesehatan serta Standar
Operasional Prosedur (SOP) manajemen rantai dingin yang berlaku. Adapun pelaksanaan
hal tersebut adalah sebagai berikut:
1) Distribusi vaksin dan logistik imunisasi dilakukan dengan cara diantar oleh petugas
kabupaten/kota atau dapat diambil oleh petugas puskesmas;
2) Distribusi vaksin dan logistik imunisasi dilakukan atas dasar permintaan resmi dari
puskesmas dengan mempertimbangkan stok maksimum dan daya penyimpanan
vaksin dan logistik di puskesmas;
3) Maksimal stok vaksin puskesmas adalah 1 bulan kebutuhan ditambah dengan 1
minggu cadangan atau dapat ditambah dengan mempertimbangkan adanya
pembatasan perjalanan yang diberlakukan pemerintah setempat;
4) Distribusi vaksin wajib menggunakan cold box atau vaccine carrier disertai dengan
cool pack untuk vaksin. Logistik imunisasi lainnya dapat menggunakan sarana
pembawa kering lainnya;
5) Distribusi vaksin dan logistik imunisasi disertai dengan dokumen pengiriman berupa
Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dan Vaccine Arrival Report (VAR);
6) Pada setiap cold box atau vaccine carrier disertai dengan indikator pembekuan;
7) Lakukan tindakan disinfeksi pada permukaan cold box atau vaccine carrier dengan
menggunakan cairan disinfektan yang sesuai standar;
8) Menggunakan masker bedah/masker medis dan apabila diperlukan memakai sarung
tangan pada saat penataan vaksin di vaccine refrigerator;
9) Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer sebelum
dan sesudah menangani vaksin dan logistik imunisasi;
10) Pemantauan dan perekaman suhu vaccine refrigerator dilakukan 2 (kali) dalam satu
hari;
11) Penyimpanan vaksin serta logistik imunisasi lainnya (Auto Disable Syringe/ADS dan
Safety Box) mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku;
12) Beberapa ketentuan yang harus selalu diperhatikan dalam pemakaian vaksin secara
berurutan adalah paparan vaksin terhadap panas (status VVM, masa kadaluwarsa
vaksin, waktu pendistribusian/penerimaan serta ketentuan pemakaian sisa vaksin;
13) Distribusi vaksin pada fasilitas pelayanan kesehatan swasta dapat dilakukan dengan
cara diantar oleh petugas puskesmas atau diambil oleh petugas fasilitas pelayanan
kesehatan swasta atas dasar permintaan resmi dengan tetap memperhatikan protokol
kesehatan;
14) Pencatatan dan pelaporan penerimaan dan pengunaan vaksin harus tetap dilakukan
dengan menggunakan format pelaporan yang telah ditetapkan.
Dalam mikroplaning juga harus tercantum dengan jelas rencana distribusi logistik dan
perhitungan serta sumber pembiayaan yang dibutuhkan. Logistik didistribusikan sampai ke
Puskesmas paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan. Pertanggungjawaban biaya
operasional disampaikan sesuai dengan sumber dananya, paling lambat satu minggu
setelah pelaksanaan kegiatan.
[39]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Penyimpanan vaksin dan logistik imunisasi dalam vaccine refrigerator harus sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam rangka menjamin kualitas vaksin tetap
terjaga sampai diterima oleh sasaran. Penyimpanan vaksin untuk imunisasi rutin dengan
target sasaran bayi dan vaksin untuk imunisasi COVID-19 dengan target sasaran orang
dewasa perlu diatur secara terpisah dalam rak atau keranjang vaksin dalam rangka
menghindari kesalahan pengambilan.
Penyimpanan vaksin bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang belum memiliki vaccine
refrigerator buka atas sesuai Pre-Kualifikasi WHO, masih dapat memanfaatkan lemari es
domestik/ rumah tangga, dimana penataan vaksin dilakukan berdasarkan penggolongan
sensitivitas terhadap suhu dan sesuai manajemen vaksin yang efektif.
■ Hepatitis B
■ Td
FS Gol. vaksin yang akan■ DPT-HB-Hib
(Freeze Sensitive) rusak terhadap suhu■ DT
dingin <00C (beku) ■ TT
tidak tahan beku
■ IPV
■ COVID-19*
*Vaksin COVID-19 yang saat ini tersedia dengan platform inactivated merupakan
golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin (beku) sehingga untuk
penyimpanan sama seperti manajemen penyimpanan vaksin IPV. Vaksin dapat
disimpan pada suhu 2 – 8⁰C dan dijauhkan dari evaporator.
[40]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Gambar 9.Contoh Penyimpanan Vaksin COVID-19 di Lemari Es Buka Atas dan Buka Depan
[41]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
3. Vaksin yang akan dipakai harus dalam kondisi baik : label masih ada, tidak
terendam air, disimpan dalam suhu 2-8 oC, belum kadaluarsa dan VVM dalam
kondisi A atau B.
Keterangan: Belum ada kepastian apakah vaksin yang saat ini tersedia
dilengkapi dengan VVM
4. Vaksin yang belum terbuka diberi tanda dan dibawa kembali ke ruang
penyimpanan untuk disimpan di dalam vaccine refrigerator pada suhu 2 - 8oC.
Vaksin tersebut didahulukan penggunaannya pada pelayanan berikutnya.
5. Penting untuk mencantumkan tanggal dan waktu pertama kali vaksin dibuka.
6. Saat sesi pelayanan sudah selesai setiap harinya, petugas bertanggung jawab
mengembalikan sisa vaksin yang belum dibuka dan vaccine carrier ke ruang
penyimpanan di puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
SOP, sedangkan safety box yang telah terisi disimpan di ruangan/tempat khusus
yang diperuntukkan untuk menyimpan sementara limbah medis sebelum
dikelola/dimusnahkan, jauh dari jangkauan pengunjung terutama anak-anak.
Vaksin harus digunakan secara efisien. Diharapkan agar dapat dicapai Indeks
Pemakaian (IP) vaksin seoptimal mungkin.
Tabel 8. Contoh Strategi yang Dapat Diterapkan Untuk Menjaga Indeks Pemakaian (IP):
[42]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
2. Pelaksanaan: ● Lakukan briefing pagi hari sebelum mulai pelaksanaan dan mulai
koordinasikan pembagian tugas, jumlah sasaran, logistik.
● Buka vial satu, gunakan sampai habis sebelum membuka vial
berikutnya.
● Selalu hindari pre-filling. Pastikan peserta imunisasi sudah hadir
ditempat dan siap menerima imunisasi sebelum mengisi alat suntik.
● Limbah botol vaksin yang sudah dibuka, di kumpulkan dalam wadah
tersendiri dan dihitung di hari sesi.
3. Lakukan evaluasi harian untuk menggaris bawahi hal-hal yang sudah berjalan dengan baik,
dan mengambil pelajaran untuk perbaikan untuk sesi hari selanjutnya.
Pelaksanaan pemberian imunisasi akan tergantung dari jenis vaksin yang terbukti
efektif dan aman. Vaksin COVID-19 diberikan melalui suntikan intramuskular di bagian
lengan kiri atas dengan dosis 0.5 ml. Setiap sasaran akan mendapatkan dua dosis vaksin
COVID-19 dari jenis vaksin yang sama, sesuai dengan waktu pemberian (hari ke-) yang
ditetapkan, sehingga dapat membentuk kekebalan (antibodi) terhadap COVID-19 secara
optimal dan untuk memudahkan monitoring dan evaluasi ke depan. Dosis administrasi
beberapa pilihan vaksin dapat dilihat dalam tabel berikut :
[43]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[44]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
3) Pengambilan vaksin dengan cara memasukkan jarum ke dalam vial vaksin dan
memastikan ujung jarum selalu berada di bawah permukaan larutan vaksin
sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam spuit.
4) Tarik torak perlahan-lahan agar larutan vaksin masuk ke dalam spuit dan
keluarkan udara yang tersisa dengan cara mengetuk alat suntik dan mendorong
torak sampai pada skala 0.5 ml, kemudian cabut jarum dari vial.
5) Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan alkohol swab, tunggu hingga
kering.
6) Untuk penyuntikan intramuskular tidak perlu dilakukan aspirasi terlebih dahulu.
[45]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
7) Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik keluar, kemudian ambil kapas kering
baru lalu tekan pada bekas suntikan. Jika terjadi perdarahan, kapas tetap ditekan
pada lokasi suntikan hingga darah berhenti.
8) Buang alat suntik habis pakai ke dalam safety box tanpa menutup kembali jarum
(no recapping).
Gambar 14 . Cara Membuang Alat Suntik Habis Pakai ke Dalam Safety Box
9) Untuk mengantisipasi terjadinya kasus KIPI yang serius maka sasaran diminta
untuk tetap tinggal di tempat pelayanan imunisasi selama 30 menit sesudah
[46]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
imunisasi dan petugas harus tetap berada di tempat pelayanan minimal 30 menit
setelah sasaran terakhir diimunisasi.
10) Petugas kesehatan menerapkan protokol kesehatan selama pelayanan
berlangsung dengan mengacu pada Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi Pada
Masa Pandemi COVID-19.
11) Pengelolaan rantai dingin pada saat pelayanan sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.
INGAT!!
PEMBERIAN vaksin dosis pertama dan dosis kedua harus dengan jenis
VAKSIN YANG SAMA
PASTIKAN tidak salah dalam mengambil vaksin
MASUKKAN alat suntik yang sudah di pakai dalam safety box
JANGAN menyentuh dan menutup kembali jarum setelah penyuntikan
Beberapa hal yang perlu juga diperhatikan sebelum melakukan pelayanan imunisasi
adalah sebagai berikut:
1) Pastikan petugas kesehatan dalam kondisi sehat (tidak demam, batuk, pilek,
dan lain-lain)
2) Vaksin yang akan digunakan untuk pelayanan dibawa dengan menggunakan
vaccine carrier yang diisi cool pack
3) Bersihkan vaccine carrier sebelum dan sesudah pelayanan imunisasi (sebelum
vaccine carrier disimpan kembali) dengan cairan disinfektan
4) Membawa vaksin, ADS, Safety Box, perlengkapan anafilaktik, dan logistik
imunisasi lainnya, seperlunya, dengan memperhatikan jumlah sasaran yang
telah dilakukan pendataan sebelumya
5) Menggunakan masker bedah/masker medis dan apabila tersedia juga memakai
sarung tangan pada saat penataan vaksin dalam vaccine carrier
[47]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Beberapa hal yang harus dikerjakan oleh petugas pelaksana imunisasi antara lain:
[48]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[49]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Pencatatan dan pelaporan secara manual hasil cakupan dan pemakaian vaksin
logistik menggunakan format terlampir (lampiranxxx) yang dilakukan secara berjenjang
mulai dari tingkat puskesmas, kabupaten/kota hingga provinsi.
Pencatatan dan pelaporan kegiatan pemberian imunisasi COVID-19 harus terpisah
dari pencatatan dan pelaporan imunisasi rutin. Direkapitulasi setelah kegiatan berakhir dan
dilaporkan setiap hari secara berjenjang. Batas waktu puskesmas melakukan pelaporan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah pukul 14.00 waktu setempat, batas waktu
penyampaian laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi
adalah pukul 15.00 waktu setempat, dan batas waktu pelaporan dari Dinas Kesehatan
Provinsi ke Kementerian Kesehatan dalam hal ini Subdit Imunisasi adalah pukul 16.00 waktu
setempat.
Apabila puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya memberikan layanan
imunisasi pada sore atau malam hari, capaian sesi tersebut tetap dimasukkan kedalam
laporan hari tersebut. Pelaporan hari tersebut diperbaharui keesokan harinya dengan
menambahkan keterangan “penambahan sesi sore/malam hari”. Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) yang telah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
memberikan pelayanan imunisasi COVID-19 pada kegiatan ini, harus mencatat dan
melaporkan hasil pelayanannya kepada puskesmas menggunakan format standar yang
digunakan oleh puskesmas (Lampiran 15), sementara itu, RS dan Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) yang melaksanakan pelayanan imunisasi COVID-19 mencatat
menggunakan format standar yang digunakan oleh puskesmas, akan tetapi melaporkan
hasil pelayanan imunisasi tersebut kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana
institusi berada dengan menggunakan format standar yang digunakan oleh Puskesmas dan
FKTP lainnya. Bagi FKTP mandiri, RS dan KKP bisa mendapatkan form-form pencatatan
[50]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
KEMENTERIAN
KESEHATAN
(Subdit Imunisasi)
DINKES
PROVINSI
DINKES
RS dan KKP KAB/KOTA RS dan KKP
Gambar 15 Skema Alur Pelaporan Hasil Cakupan Imunisasi dan Pemakaian Vaksin dan
Logistik Secara Manual
1. Kriteria Pelapor
Pelaporan cakupan imunisasi COVID-19 hanya dapat dilakukan oleh 1 (satu) orang
penanggung jawab kegiatan imunisasi di puskesmas (misalnya Kepala
Puskesmas atau wakilnya atau pengelola program imunisasi puskesmas). Hal ini
diperlukan untuk menghindari duplikasi data. Data laporan hasil imunisasi harian dari
[51]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
2. Cara Pelaporan
Data dapat dilaporkan pada jam 13.00-14.00 waktu setempat melalui SMS atau
WhatsApp dengan mengetik kata kunci VC19 dan kirim ke nomor 93456 untuk SMS
atau 081-1500-9000 untuk WhatsApp. Ilustrasi alur pelaporan ditunjukkan pada
Gambar 16.
[52]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
a. Membentuk tim komunikasi dan anggotanya, berikut peran dan tanggung jawab
masing-masing termasuk juru bicara/rujukan utama
b. Menyiapkan nomor kontak pejabat fungsional di fasilitas kesehatan (kepala
puskemas/kepala dinas kesehatan kabupaten/kota/provinsi) yang telah ditunjuk
sebagai focal point/juru bicara yang bisa dihubungi oleh media massa seandainya
muncul rumor atau KIPI.
c. Mengidentifikasi saluran/media komunikasi dan membangun hubungan yang baik
dengan tokoh-tokoh utama media masa, terutama yang berfokus pada isu-isu
kesehatan;
d. Memberikan orientasi yang benar pada media massa dan melibatkan media secara
berkala, khususnya dalam merespon rumor;
e. Fokus pada pentingnya upaya melakukan verifikasi berita sebelum disebarluaskan;
[53]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
f. Susun pesan internal dan eksternal yang relevan, buat garis besar rencana
komunikasi sesuai konteksnya;
Jenis risiko yang mungkin terjadi selama pelaksanaan imunisasi rutin pada masa
pandemi COVID-19 juga dapat diantisipasi jauh hari sebelumnya, misalnya keraguan
sasaran untuk datang ke fasilitas kesehatan karena ragu akan kualitas layanan yang akan
mereka terima pada masa pandemi COVID-19 atau khawatir akan bahaya penularan
COVID-19. Petugas kesehatan juga diharapkan bisa menjelaskan mengenai demam yang
terjadi pasca imunisasi dan membedakannya dengan demam sebagai satu gejala utama
COVID-19, sehingga bisa disiapkan pesan-pesan utama seandainya terjadi KIPI, penolakan
atau keraguan.
Pelatihan juru bicara untuk komunikasi risiko dan atau petugas kesehatan dapat
dilakukan, dan dokumen tanya jawab/Frequently Asked Questions (FAQ) bisa disiapkan
untuk antisipasi pertanyaan-pertanyaan yang umum ditanyakan masyarakat. Media briefing
dapat dilakukan apabila diperlukan, tergantung keseriusan krisis yang muncul. Sementara,
pemantauan pemberitaan media juga sebaiknya diterapkan sedini mungkin.
Pemberian informasi tentang Imunisasi COVID-19 melalui pelayanan pesan suara
otomatis dan online 24 jam sangat diperlukan dalam rangka memberikan edukasi dan
mengatasi isu negatif atau informasi palsu tentang vaksin COVID-19. Selain itu juga sangat
penting memberikan pengingat melalui Whatsapp atau SMS untuk imunisasi dosis
selanjutnya. Ringtone imunisasi COVID-19 juga dapat dilakukan melalui kerjasama dengan
lintas sektor terkait sebagai bagian edukasi kepada masyarakat terkait dengan imunisasi
COVID-19
[54]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
TEMA 1: TEMA 2:
Efektivititas - Integrasi dengan 3M Keamanan dan Efek samping
a) 4 pertahanan komplet: jaga jarak, pakai
a) Vaksin COVID-19 dibuat dengan
masker, cuci tangan pakai sabun dan
pengawasan super ketat agar terjamin
Vaksin COVID-19
keamanannya
b) Bersama akhiri pandemi dengan jaga jarak,
b) Vaksin COVID-19 aman dan berkualitas
pakai masker, cuci tangan pakai sabun, dan
c) Para ahli Indonesia mengawasi uji klinis
imunisasi COVID-19
Vaksin COVID-19 untuk keamanan dan
c) Imunisasi COVID-19 meningkatkan
kesehatan masyarakat Indonesia
kekebalan terhadap Virus Corona dan
d) Adalah biasa bila ada sedikit kemerahan
melengkapi jurus 3M dalam melindungi diri
dan rasa pegal di lengan tempat disuntik.
dan keluarga kita
Tetaplah beraktivitas secara normal.
d) Lawan COVID-19 dengan 3M dan imunisasi
COVID-19 untuk Indonesia yang kuat dan
sehat.
[55]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[56]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[57]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
BAB V
PEMANTAUAN DAN
PENANGGULANGAN KIPI
[58]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
BAB V
PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN KIPI
5.1 Pengertian
KIPI merupakan kejadian medik yang diduga berhubungan dengan imunisasi. Kejadian
ini dapat berupa reaksi vaksin, kesalahan prosedur, koinsiden, reaksi kecemasan, atau
hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.
KIPI diklasifikasikan serius apabila kejadian medik akibat setiap dosis imunisasi yang
diberikan menimbulkan kematian, kebutuhan untuk rawat inap, dan gejala sisa yang
menetap serta mengancam jiwa. Klasifikasi serius KIPI tidak berhubungan dengan tingkat
keparahan (berat atau ringan) dari reaksi KIPI yang terjadi.
Vaksin yang digunakan dalam Program Imunisasi COVID-19 ini masih termasuk vaksin
baru sehingga untuk menilai keamanannnya mengikuti platform khusus yaitu Adverse Event
of Special Interest (AESI). AESI merupakan salah satu perhatian khusus secara ilmiah dan
medis bagi sebuah produk atau program, yang memungkinkan pemantauan berkelanjutan
dan komunikasi cepat dapat dilakukan oleh investigator kepada produk tersebut. Peristiwa
semacam itu mungkin memerlukan investigasi lebih lanjut untuk dapat melihat karakternya
dan memahaminya. Bergantung pada penyebabnya, kemungkinan juga diperlukan
komunikasi cepat oleh produk yang sedang diuji terhadap pihak lain (misalnya regulator).
AESI ini dapat digunakan pada vaksin yang masih dalam tahapan uji klinis namun sangat
penting digunakan untuk melawan kemunculan penyakit epidemi atau pandemi.
5.2 Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Vaksin COVID-19 yang Mungkin Terjadi dan
Antisipasinya
Reaksi yang mungkin terjadi setelah imunisasi COVID-19 hampir sama dengan
vaksin yang lain. Beberapa gejala tersebut adalah:
Reaksi lokal
• nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat suntikan,
• reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis.
Reaksi sistemik seperti
• demam,
• nyeri otot seluruh tubuh (myalgia),
• atralgia,
• badan lemah,
• sakit kepala
Reaksi lain
• reaksi alergi misalnya urtikaria, oedem,
• reaksi anafilaksis,
• syncope (pingsan)
[59]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
KIPI yang terkait kesalahan prosedur dapat terjadi, untuk itu persiapan sistem
pelayanan imunisasi yang terdiri dari petugas pelaksana yang kompeten (memiliki
pengetahuan cukup, terampil dalam melaksanakan imunisasi dan memiliki sikap profesional
cukup sebagai tenaga kesehatan), peralatan yang lengkap dan petunjuk teknis yang jelas,
harus disiapkan dengan maksimal. Kepada semua jajaran yang masuk dalam sistem ini
harus memahami petunjuk teknis yang diberikan.
KIPI yang tidak terkait dengan vaksin atau koinsiden harus diwaspadai. Untuk itu
penapisan status kesehatan sasaran yang akan diimunisasi harus dilakukan seoptimal
mungkin. Apabila diperlukan catat data sasaran yang status kesehatannya meragukan
(dikonsulkan dulu ke dokter Puskesmas), untuk digunakan sebagai kelengkapan data
apabila kemungkinan terjadi KIPI.
Dari gambar di atas masyarakat akan melaporkan adanya KIPI ke Puskesmas, UPS
atau RS. Selanjutnya UPS akan melaporkan ke Puskesmas, sementara Puskesmas dan RS
[60]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Tabel 12. Kurun Waktu Pelaporan KIPI Berdasarkan Jenjang Administrasi Penerima
Laporan
Perbaikan mutu pelayanan diharapkan agar dilakukan sebagai tindak lanjut dan umpan
balik setelah didapatkan kesimpulan penyebab berdasarkan hasil investigasi kasus KIPI.
[61]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Langkah Tindakan
Pastikan Dapatkan catatan medik pasien (atau catatan klinis lain)
informasi Periksa informasi tentang pasien dari catatan medik dan
pada dokumen lain
laporan Isi setiap kelengkapan yang kurang dari formulir laporan KIPI
Tentukan informasi dari kasus lain yang dibutuhkan untuk
melengkapi pelacakan
Lacak dan Tentang pasien
Kumpulkan Kronologis imunisasi saat ini yang diduga menimbulkan KIPI
data Riwayat medis sebelumnya, termasuk riwayat imunisasi
sebelumnya dengan reaksi yang sama atau reaksi alergi
yang lain
Riwayat keluarga dengan kejadian yang sama
Tentang kejadian
Kronologis, deskripsi klinis dan setiap hasil laboratorium yang
relevan dengan KIPI dan penegakan diagnosis dari kejadian
ikutan
Tindakan yang didapatkan, apakah dirawat inap/jalan dan
bagaimana hasilnya
Tentang vaksin yang diduga menimbulkan KIPI:
Prosedur pengiriman vaksin, kondisi penyimpanan,
keadaan vaccine vial monitor, dan catatan suhu pada lemari
es
Tentang kondisi sasaran lainnya yang mendapat vaksin yang
sama:
Adakah sasaran lain yang mendapat imunisasi dari
vaksin dengan nomor batch yang sama dan menimbulkan
gejala yang sama
Evaluasi pelayanan imunisasi
[62]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Reaksi anafilaktik biasanya melibatkan beberapa sistem tubuh, tetapi ada juga gejala-
gejala yang terbatas hanya pada satu sistem tubuh (contoh: gatal pada kulit) juga dapat
terjadi.
Tanda awal anafilaktik adalah kemerahan (eritema) menyeluruh dan gatal (urtikaria)
dengan obstruksi jalan nafas atas dan/atau bawah. Pada kasus berat dapat terjadi keadaan
lemas, pucat, hilang kesadaran dan hipotensi. Petugas sebaiknya dapat mengenali tanda
dan gejala anafilaktik. Pada dasarnya makin cepat reaksi timbul, makin berat keadaan
penderita.
Penurunan kesadaran jarang sebagai manifestasi tunggal anafilaktik, ini hanya terjadi
sebagai suatu kejadian lambat pada kasus berat. Denyut nadi sentral yang kuat (contoh:
karotis) tetap ada pada keadaan pingsan, tetapi tidak pada keadaan anafilaktik.
Gejala anafilaktik dapat terjadi segera setelah pemberian imunisasi (reaksi cepat) atau
lambat seperti diuraikan dalam tabel berikut ini:
Tekanan darah
Gejala pada pernafasan
menurun mendadak
(mis: sesak napas, mengi,
atau timbulnya gejala
batuk, stridor,
disfungsi organ seperti
hipoksemia)
hipotonia (kolaps),
inkontinensia
ATAU
Kriteria 2. Dua atau lebih dari keadaan berikut yang muncul mendadak setelah pajanan alergen atau
pemicu lainnya
Gejala muncul tiba-tiba Gejala pada Tekanan darah menurun Gejala pencernaan yang
dalam hitungan menit pernafasan mendadak atau timbul mendadak ( mis:
sampai jam, (mis: sesak napas, timbulnya gejala nyeri perut sampai
melibatkan kulit, mengi, batuk, stridor, disfungsi organ seperti kram,muntah)
jaringan mukosa, atau hipoksemia) hipotonia (kolaps),
keduanya ( mis: bercak inkontinensia
merah di seluruh
tubuh, terasa gatal dan
panas, bibir, lidah, dan
uvula, bengkak)
[63]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
ATAU
Kriteria 3. Tekanan darah berkurang setelah pajanan alergen**yang diketahui untuk pasien (dalam hitungan
menit sampai jam)
Bayi dan anak-anak: Tekanan darah sistolik Dewasa: tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmhg atau
rendah (spesifik usia) atau pengurangan lebih besar pengurangan tekanan darah sampai 30% dari
tekanan darah sistolik yang lebih besar dari 30% batas bawah garis pasien tersebut.
Keterangan: *sebagai contoh: imunologik namun independen igE, atau non imunologik (aktivasi sel mast langsung)
** sebagai contoh : setelah sengatan serangga, berkurangnya tekanan darah dapat menjadi satu-satunya manifestasi anafilaksis atau setelah
imunoterapi alergen, bercak merah gatal di seluruh tubuh dapat menjadi manifestasi awal satu-satunya dari anafilaksis
*** Tekanan darah sistolik rendah pada anak diartikan sebagai tekanan darah yang kurang dari 70 mmHg untuk usia 1 bulan-1 tahun, kurang dari
(70mmHg+(2xusia) untuk 1-10 tahun; dan kurang dari 90 mmHg untuk usia 11-17 tahun. Frekuensi denyut jantung normal bervariasi dari 80-
140x/menit untuk usia 1-2 tahun;80-120x/menit untuk usia 3 tahun; dan 70-115x/menit setelah usia 3 tahun. Pada bayi dan anak, kelainan
pernafasan lebih umum terjadi daripada hipotensi dan syok, dan syok lebih sering bermanifestasi takikardia daripada hipotensi
Sekali diagnosis ditegakkan, maka harus diingat bahwa pasien berpotensi untuk
menjadi fatal tanpa menghiraukan berat ringannya gejala yang muncul. Mulai tangani pasien
dengan cepat dan pada saat yang sama buat rencana untuk merujuk pasien ke rumah sakit
dengan cepat. Pemberian epinefrin (adrenalin) akan merangsang jantung dan melonggarkan
spasme pada saluran nafas serta mengurangi edema dan urtikaria. Tetapi adrenalin dapat
menyebabkan denyut jantung tidak teratur, gagal jantung (heart failure), hipertensi berat dan
nekrosis jaringan jika dosis yang dipergunakan tidak tepat.
Petugas harus terlatih dalam penanganan anafilaktik, memiliki kesiapan kit anafilaktik
yang lengkap untuk tatalaksana reaksi anafilaktik dan memiliki akses yang cepat untuk
merujuk pasien.
[64]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
g. Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status pernafasan dan
oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval regular.
h. Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status pernafasan dan
oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval regular.
i. Catat tanda-tanda vital (kesadaran, frekuensi denyut jantung, frekuensi pernafasan,
denyut nadi) setiap waktu dan catat dosis setiap pengobatan yang diberikan.
Yakinkan catatan detail tersebut juga dibawa bersama pasien ketika dirujuk.
j. Tandai catatan/kartu imunisasi dengan jelas, sehingga pasien tersebut tidak boleh
lagi mendapatkan jenis vaksin tersebut.
[65]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Miliki protokol gawat darurat yang tertulis untuk mengenal anafilaksis beserta tatalaksananya dan latih secara rutin
Sebagai tambahan
Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status
pernafasan dan oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval
regular
[66]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[67]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
BAB VI
[68]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi program imunisasi dilakukan sebelum, selama dan sesudah
pelaksanaan oleh semua tingkat administratif. Untuk menjaga kualitas pelaksanaan kegiatan
imunisasi COVID -19, pemantauan kegiatan wajib dilakukan dengan tujuan:
1. Memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan panduan standar
2. Memberikan umpan balik tepat waktu untuk perbaikan-perbaikan bilamana perlu.
Pembentukan tim monitoring, disertai penyusunan peran dan tanggungjawab dan
jadwal pemantauannya perlu dilakukan saat proses mikroplaning.
Pada pelaksanaannya, kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan
pembinaan baik secara langsung maupun tidak langsung; pengiriman umpan balik kepada
pengambil kebijakan, pelaksana imunisasi dan semua pihak yang terlibat; serta melalui
pertemuan review/evaluasi yang rutin.
Pengenalan vaksin COVID-19 di Indonesia merupakan bagian dari penanggulangan
pandemi COVID-19 yang melibatkan multisektor. Untuk itu, monitoring dan evaluasi perlu
dilakukan secara bersama, melibatkan pihak terkait dan secara regular.
[69]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Pelaksana kegiatan monitoring ini adalah pemberi layanan imunisasi, Dinas Kesehatan,
Kemenkes dan mitra pembangunan.
[70]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[71]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
DAFTAR PUSTAKA
[72]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
21. Dolan, Samantha et al. 2015. Summary of evidence on the administration of multiple
injectable vaccines in infants during a single visit: safety, immunogenicity, and vaccine
administration practices. Prepared for the 2015 SAGE Meeting.
22. Immunization Academy. 2020. Video of Which Protective Personal Equipment You
Should Use during Immunization.
Pengarah:
drg. R. Vensya Sitohang, M. Epid
Penanggung jawab:
dr. Asik Surya, MPPM
Penyusun:
Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro, dr., Sp. A(K)
Prof. Dr. Samsuridjal Djauzi, dr.,Sp. PD-KAI
Prof. Dr. Cissy Kartasasmita, dr., MSc, Sp. A (K), PhD
Prof. Dr. Hindra Irawan Satari, dr., Sp. A (K)
Prof. Dr. Soedjatmiko, dr., Sp.A(K), MPsi
Dr. Kuntjoro Harimurti, Sp.PD, KGER
Dr. dr. Julitasari Soendoro, M.Sc PH
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
dr. Soitawati, M.Epid
dr. Dyan Sawitri
Hashta Meyta, S.Si, Apt
Lulu Ariyantheny Dewi, SKM, MIPH
dr. Devi Anisiska, MKM
Sekar Astrika Fardani, SKM
Eka Desi P, SKM
Diany Litasari, SKM, M.Epid
Reza Isfan, SKM, MKM
Yusneri, SKM, MM
Devy Nurdiansyah, AMKL
Anggun Pratiwi, SKM
Hakimi SKM, M.Sc
Indah Hartati, SKM, MKM
dr. Tri Setyanti, M.Epid
dr. Novayanti Tangirerung
Dini Surgayanti, SKM
Agustina, SKM
Junghans Sitorus, SKM, MKM
[73]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
WHO Indonesia
UNICEF Indonesia
UNDP Indonesia
CHAI Indonesia
CDC
[74]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
LAMPIRAN
[75]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[76]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Lampiran 2. Format Pendataan Sasaran Imunisasi COVID-19 (Kelompok Usia 18-59 Tahun)
[77]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Lampiran 3. Daftar Fasyankes di Wilayah Kerja Puskesmas Yang Akan Memberikan Layanan Imunisasi COVID-19
[78]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[79]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[80]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[81]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[82]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[83]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[84]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[85]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Nama :
Umur :
NIK :
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Anda demam dalam 7 hari terakhir?
2. Apakah Anda mengalami gejala ISPA seperti batuk/pilek/sesak
napas dalam 7 hari terakhir?
3. Apakah Anda mengalami diare dalam 7 hari terakhir?
4. Apakah ada anggota keluarga serumah yang kontak
erat/suspek/konfirmasi/sedang dalam perawatan karena
penyakit COVID-19?
Apakah sudah diperiksa swab atau Rapid tes?
Hasil swab atau rapid tes :
5. Apakah Anda memiliki riwayat atau menderita penyakit jantung?
Apakah Anda rutin berobat dan dimana berobat selama ini?
6 Apakah Anda memiliki riwayat atau sedang menderita penyakit
hipertensi/tekanan darah tinggi?
Apakah Anda rutin berobat dan dimana berobat selama ini?
7. Apakah Anda memiliki riwayat atau sedang menderita penyakit
paru/TB/asma/PPOK?
Apakah Anda rutin berobat dan dimana berobat selama ini?
8. Apakah Anda memiliki riwayat penyakit atau sedang menderita
penyakit ginjal?
9. Apakah Anda memiliki riwayat penyakit atau menderita penyakit
hati?
10. Apakah Anda memiliki riwayat penyakit atau sedang
mengkonsumsi obat-obatan untuk kanker?
11. Apakah Anda memiliki riwayat penyakit atau sedang
mengkonsumsi obat-obatan untuk gangguan imunologi?
12. Apakah Anda memiliki riwayat alergi terhadap imunisasi
sebelumnya?
13. Apakah Anda sedang hamil? (Untuk WUS)
Keterangan:
• Jika terdapat jawaban Ya pada salah satu pertanyaan nomor 1 – 4, maka pemberian
imunisasi ditunda
• Jika terdapat jawaban Ya pada salah satu pertanyaan nomor 5 – 11, maka
pemberian imunisasi sebaiknya dilakukan di rumah sakit oleh dokter ahli atau di
Puskesmas bila penyakit terkontrol
Kesimpulan:
Imunisasi ditunda
Dirujuk ke RS
[86]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
No rujukan:
Berdasarkan hasil skrining kesehatan, dengan ini kami merujuk Bapak/Ibu untuk
mendapatkan imunisasi COVID-19 dengan data sebagai berikut:
Nama pasien :
……………………………………………………………………………………………….
Umur :
……………………………………………………………………………………………….
Alamat :
……………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………
…………..
(……………………………………..)
[87]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Lampiran 12 Checklist Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pelayanan Imunisasi Pada
Masa Pandemi
Penggunaan APD
Orang
No Jenis APD Petugas Keterangan
Kader Tua/
Kesehatan
Pengantar
1, Masker Bedah/Medis √ - -
▪ Wajib digunakan
▪ Disposable atau sekali
pakai
▪ Wajib digunakan
▪ Dicuci dengan deterjen
setelah pulang dari
tempat pelayanan
imunisasi
3. Sarung Tangan √ - -
[88]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
4. Gown/ Apron/ √ - -
5. Face Shield √ - -
[89]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[90]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[91]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[92]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[93]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Berilah tanda "YA" (=Y), TIDAK" (=T), "TIDAK TAHU"(TT) pada kolom tipe pos pelayanan
A PENGORGANISASIAN
1 Terpasang tanda Pos Pelayanan (ada banner/poster )
2 Ada vaksinator terlatih dan menggunakan APD
Ada petugas yang melakukan skrining dan
3
menggunakan APD
4 Peralatan skrining tersedia
5 Antrian yang teratur
6 Kader dan Pengunjung menggunakan masker kain
Meja pelayanan antar petugas dan tempat duduk antar
7
penunggu menjaga jarak aman 1 – 2 meter
8 Sarana cuci tangan di pintu masuk pos imunisasi
B PEMBERIAN IMUNISASI
Hanya 1 vial vaksin yang dibuka pada saat pelayanan
1
berlangsung
2 Mencantumkan jam pembukaan vial vaksin
3 Vaksinator memberikan imunisasi dengan cara intramuskuler
4 Vaksinator tidak menyentuh jarum dan tutup botol saat mengambil vaksin dan memberikan imunisasi
Vaksinator menunggu hingga usapan alkohol swab
5
mengering sebelum melakukan penyuntikan
Memberikan kartu imunisasi/mengisi kartu imunisasi
6
elektronik kepada pengunjung yang telah diimunisasi
Tidak menyiapkan suntikan sebelum target datang
7
(prefilling)
8 Tidak melakukan recapping
Tidak menggunakan vaksin yang telah dibuka melebihi
9 batas waktu
D PENGELOLAAN KIPI
[94]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
E SUPERVISI
1 Apakah supervisor mengunjungi pos hari ini
F COLD CHAIN
Vaksin disimpan dalam vaccine carrier dilengkapi dengan ada 2 atau 4 kotak dingin (cool pack) sesuai
1 dengan standard vaksin karier (vaksin karir ukuran kecil = 2 buah; ukuran besar = 4 buah)
2 Vaccine carrier dilengkapi alat pemantau suhu
3 Vaksin disimpan dalam suhu 2-8 °C (lihat alat pemantau suhu dlm vaccine carrier)
4 Saat pelayanan, vaccine carrier diletakkan di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung
Vaksin yang sudah dibuka disimpan diantara busa di dalam vaccine carrier
5
G LOGISTIK
1 Jumlah vaksin memadai
2 Jumlah ADS 0,5 ml memadai
3 Safety box memadai
4 Vaksin tidak kadaluwarsa dan VVM A atau B
5 ADS tidak kadaluarsa
6 Vaksinator mengetahui tempat penyimpanan cadangan vaksin dan logistik
J PENANGANAN KIPI
1 Obat-obatan dan fasilitas penanganan KIPI tersedia
Ada tenaga yang siap menangani KIPI
2
3 Ada mekanisme rujukan yang jelas
K MANAJEMEN LIMBAH
1 Tempat limbah medis di tempat yang aman
2 Apakah ada rencana pengelolaan limbah?
Keterangan: Daftar tilik supervisi dapat diisi dan dilaporkan secara online melalui
https://enketo.ona.io/x/#18Rq3kbb
[95]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[96]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Lampiran 16. Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat Puskesmas
[97]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Lampiran 17. Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat Propinsi
[98]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Lampiran 18. Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat Kabupaten/Kota
[99]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Lampiran 19. Rapid Convenience Assessment (RCA) Untuk Pelaksanaan Imunisasi COVID-19
[100]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[101]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[102]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Lampiran 20. Formulir Pelaporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Serius
Berita KIPI diperoleh dari : (pasien, kader, keluarga, masyarakat, .....................) ............................................, tanggal ...../...../..........
Nama : Tanda tangan pelapor Tanda tangan pemberi imunisasi
Hubungan dengan pasien :
Tanggal : ...../...../..........
(............................)
(........................................)
[104]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Lampiran 21. Formulir Investigasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Otopsi Verbal)
FORMULIR INVESTIGASI
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
(Otopsi Verbal)
1. Nama :________________________________________________________
Instansi :________________________________________________________
Telepon/Email :_______________________________________________
2. Nama :________________________________________________________
Instansi :________________________________________________________
Telepon/Email :_______________________________________________
Responden :
1. Nama : _____________________________
2. Nama : ______________________________
[105]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
IMUNISASI
Imunisasi terdahulu (lebih dari 30 hari, dari imunisasi terakhir)
Imunisasi Tgl Jam No. Bets ED VVM Cara Pemberian Jumlah Lokasi Gejala/
(Vaksin) (Intra kutan, dosis penyuntikan Reaksi
Sub-kutan, Intra (ml) simpang
muskular)
[106]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[107]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
………………………………………..
Kondisi kesehatan:
- Alergi terhadap : - telur Ada Tidak ada
- obat Ada Tidak ada
- Alergi lainnya: Ada, sebutkan ______________ Tidak Ada
Sebutkan ______________________________________________________________________
[109]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Muntah
Sesak napas
Kuning / ikterik
Perdarahan
Kejang
Kelemahan/kelumpuhan otot
lengan / tungkai
Pingsan (sinkop)
Penurunan kesadaran
Tanda-tanda syok anafilaktik
Sakit kepala
Lemas & kebas seluruh tubuh
Pembengkakan kelj.getah bening
(leher/ketiak/lipat paha)
Sakit disertai kelemahan pada lengan
yang disuntik
Lain-lain: ……………………………….
- …………………………….
- …………………………….
Identitas pelapor
Gejala awal KIPI diketahui pertama kali oleh :
Nama : ____________________
Hubungan dengan penderita : __________________________
Pada tanggal …………………….. jam …………
[110]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Hasil pengobatan:
membaik
tidak ada kemajuan
memburuk
sembuh pada tanggal ………./…………../…………
Merujuk
Waktu merujuk : tanggal…………….… jam………….
Rujukan kepada :
Nama institusi : _________________________
Alamat : _________________________
Pemeriksaan fisik:
[111]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Pemeriksaan penunjang:
A. Laboratorium:
B. Rontgen
C. CT-Scan/MRI
[112]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
D. Serologi/Swab PCR
Diagnosis : _______________________
Tindakan :
Rawat Inap Rawat Jalan Memberi pengobatan
Hasil pengobatan:
membaik
tidak ada kemajuan
memburuk
sembuh pada tanggal ………./…………../…………
Rujukan kedua KIPI
Waktu merujuk : tanggal……………………………… jam…………. Oleh:
Nama :__________________________________
Jabatan : __________________________________
Rujukan II tiba tanggal …………… jam ………… pada
[113]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan penunjang:
A. Laboratorium:
[114]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
B. Rontgen
C. CT-Scan/MRI
D. Serologi/Swab PCR
[115]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Diagnosis : _______________________
Tindakan :
Rawat Inap Rawat Jalan Memberi pengobatan
Hasil pengobatan:
membaik
tidak ada kemajuan
memburuk
sembuh pada tanggal ………./…………../…………
Rujukan ketiga KIPI
Waktu merujuk : tanggal……………………………… jam…………. Oleh:
Nama : ___________________________________
Jabatan : ___________________________________
Rujukan III tiba tanggal …………… jam ………… pada
Nama :_____________________________
[116]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Jabatan :_____________________________
Nama institusi dan alamat : _____________________________
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan penunjang:
A. Laboratorium:
[117]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
B. Rontgen
C. CT-Scan/MRI
D. Serologi/Swab PCR
[118]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Diagnosis : _______________________
Tindakan :
Rawat Inap Rawat Jalan Memberi pengobatan
Hasil pengobatan:
membaik
tidak ada kemajuan
memburuk
sembuh pada tanggal ………./…………../…………
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………...
[119]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
B. CT-Scan/MRI
C. Serologi/Swab PCR
[120]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
HASIL AKHIR
SEMBUH SEMPURNA
SEMBUH DENGAN GEJALA SISA BERUPA :
MENINGGAL, tanggal …………….…………… jam ………………….
HASIL PEMERIKSAAN UJI VAKSIN (apabila vaksin dikirim untuk diperiksa ke PPOMN-BPOM)
Petugas BPOM-Balai Besar POM Provinsi
- Nama: ……………………..
- Institusi: ………………….
Waktu pengambilan sampel
- Tanggal: ……/……./……
- Waktu: ………………..
Jumlah sampel*: …………………..
No Batch. : …………………………
Hasil: Tes Toksisitas: ………………….. ……….. Tes Sterilitas: ……………. ……………………..
[121]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
*Jumlah Sampel:
( ___________________ ) ( __________________ )
Jabatan: Jabatan :
[122]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[123]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
Tampak Depan
Tampak Belakang
[124]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19
[125]