Draft Juknis Pelayanan Imunisasi Covid-19 6 Okt Jam 11

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 139

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[1]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

PETUNJUK TEKNIS
PELAYANAN IMUNISASI COVID-19

DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN
2020

[2]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[3]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Segala puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya, Petunjuk Teknis
Pelayanan Imunisasi COVID-19 telah disusun.
Tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi dunia termasuk
bangsa Indonesia, COVID-19 yang tidak pernah diprediksi
sebelumnya tiba-tiba muncul secara lokal di Wuhan China, dan
dalam waktu yang relatif singkat telah berkembang menjadi
Pandemi.
Pemerintah telah menetapkan Pandemi COVID-19 sebagai bencana non
alam di Indonesia pada pertengahan Maret 2020. Kondisi ini telah banyak
berpengaruh tidak hanya terhadap sektor kesehatan namun juga terhadap sektor-
sektor penting lainnya yaitu ekonomi, pariwisata, dan pendidikan. Dampak yang
paling terasa adalah pada sektor ekonomi dimana memasuki triwulan ke tiga tahun
2020 akhirnya indonesia dihadapkan pada resesi ekonomi.
Kita berharap, Bangsa Indonesia akan segera bangkit dari situasi ini,
sehingga segala upaya untuk memutus mata rantai penularan COVID-19 terus
diakselerasi, termasuk pengembangan vaksin COVID-19.
Masyarakat dunia saat ini seakan menaruh harapan besar terhadap
penemuan vaksin COVID-19. Indonesia menjadikan Imunisasi sebagai bagian dari
strategi penanggulangan Pandemi COVID-19. Mudah-mudahan dalam waktu yang
tidak lama lagi, Indonesia dapat memulai pemberian Imunisasi COVID-19. Meski
demikian, masyarakat harus tetap di berikan edukasi bahwa Imunisasi COVID-19
penting, namun penerapan protokol kesehatan, yaitu menggunakan masker,
mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak aman (3M), juga harus tetap
dilaksanakan dengan ketat.
Semoga dengan adanya buku petunjuk teknis ini dapat memberikan panduan
yang jelas terhadap pelayanan Imunisasi COVID-19 bagi seluruh pengelola program
dan tenaga kesehatan di Indonesia. Buku ini bersifat dinamis dan akan senantiasa
dilakukan penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan-
perkembangan terbaru.
Kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam penyusunan petunjuk
teknis ini, saya sampaikan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua selama penyelenggaraan
imunisasi COVID-19 di Indonesia.
Salam Sehat, Sehat Indonesia
Jakarta, Oktober 2020
Menteri Kesehatan,

Letjen TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad. (K)

[i]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

KATA PENGANTAR
DIREKTUR JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT

Puji syukur dan karunia-Nya, Buku Petunjuk Teknis


Pelayanan Imunisasi COVID-19 dapat disusun. Pemerintah telah
menetapkan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) sebagai
bencana non-alam berupa wabah/pandemik. Pandemi
COVID-19 yang terjadi juga telah memberikan dampak negatif
bagi situasi kesehatan masyarakat dunia, termasuk di Indonesia.
Oleh karena itu, perlu segera dilakukan intervensi tidak
hanya dari sisi penerapan protokol kesehatan namun juga
diperlukan intervensi segera untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit
melalui upaya menimbulkan kekebalan tubuh dengan pemberian vaksin atau
imunisasi.
Sebagaimana kita ketahui bahwa imunisasi merupakan upaya yang paling efektif
untuk memberikan kekebalan/imunitas spesifik terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I), sejarah telah mencatat bahwa semenjak ditemukannya vaksin,
jutaan anak di seluruh dunia dapat diselamatkan dari kesakitan, kecacatan dan kematian
akibat PD3I. Dalam rangka penanggulangan Pandemi COVID-19, juga diperlukan upaya
akselerasi melalui intervensi pemberian imunisasi dengan tetap terus menerapkan protokol
kesehatan. Pengembangan vaksin yang aman dan berkualitas juga telah dilakukan.
Pelaksanaan pemberian pelayanan imunisasi COVID-19 diharapkan dapat
menjangkau seluruh target sasaran melalui kerja sama yang baik antara sektor kesehatan,
lintas sektor terkait lainnya dan seluruh komponen masyarakat sebagai bukti komitmen
bersama dalam rangka memutus rantai penularan COVID-19.
Buku Petunjuk Teknis ini hendaknya dibaca, dipahami dan dilaksanakan dengan
sebaik mungkin, sehingga kegiatan pelayanan imunisasi COVID-19 ini dapat berjalan
sebaik-baiknya sesuai dengan harapan. Kami akan senantiasa melakukan penyempurnaan
terhadap buku ini sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan-perkembangan terbaru.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak atas
semua dedikasi dan pengabdiannya. Semoga Allah SWT senantiasa menaungi langkah kita
semua untuk dapat bersama-sama berkontribusi optimal dalam menyehatkan masyarakat
Indonesia.

Jakarta, Oktober 2020


Direktur Jenderal P2P

dr. Achmad Yurianto

[ii]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[iii]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

DAFTAR ISI

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA i


KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
DAFTAR SINGKATAN ix
DAFTAR ISTILAH x

BAB I PENDAHULUAN 2
1.1. Latar Belakang2
1.2. Tujuan 3
1.3. Ruang Lingkup4

BAB II EPIDEMIOLOGI CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) 6


2.1. Epidemiologi 6
2.2. Etiologi7
2.3. Penularan 7
2.4. Diagnosis dan Tatalaksana 8
2.5. Upaya Pencegahan 8
2.6. Herd Immunity dan Vaksin 9

BAB III PERSIAPAN PELAYANAN IMUNISASI COVID-19 16


3.1 Sasaran Kegiatan 16
3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 16
3.3 Tujuan Pemberian Imunisasi COVID-19 17
3.4. Penyusunan Mikroplaning 17
3.5 Advokasi dan Penggerakan Masyarakat 22
3.6 Evaluasi Persiapan 23

BAB IV PELAKSANAAN PELAYANAN IMUNISASI COVID-19 26


4.1 Prinsip Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 26
4.2Ketentuan Ruang dan Waktu Pelayanan Imunisasi 27

[iv]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

4.3Public Private Mix (PPM) pada Pelaksanaan Pemberian Imunisasi COVID-19 32


4.4Distribusi serta Manajemen Vaksin dan Logistik 33
4.4Dosis and Cara Pemberian Vaksin COVID-19 37
4.5Manajemen Limbah 40

BAB V PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN KIPI 50


5.1 Pengertian 50
5.2 Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Vaksin COVID-19 yang Mungkin Terjadi dan
Antisipasinya 50
5.3 Mekanisme Pemantauan dan Penanggulangan KIPI 51
5.4 Kurun Waktu Pelaporan KIPI 52
5.5 Pelacakan KIPI 52
5.6 Pengenalan dan Penanganan Anafilaktik 53
5.7 Langkah Penanganan:55

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI 59


6.1Sebelum Pelaksanaan 59
6.2Saat Pelaksanaan 59
6.3Sesudah Pelaksanaan 61

DAFTAR PUSTAKA 62
DAFTAR PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR 63
LAMPIRAN 111

[v]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis-jenis Vaksin beserta Kelebihan dan Kekurangannya....................................11


Tabel 2. Kandidat Vaksin yang Sudah Memasuki Uji Klinik Fase 3......................................12
Tabel 3. Kemasan Vaksin dan IP Minimal...........................................................................18
Tabel 4. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Pelaksana per hari..............................................21
Tabel 5. Contoh Perhitungan Kebutuhan Tenaga Pelaksana per Hari................................22
Tabel 6. Mekanisme/Alur Pelayanan Imunisasi di Fasyankes..............................................28
Tabel 7. Penggolongan Vaksin Berdasarkan Sensitivitasnya Terhadap Suhu.....................35
Tabel 8. Contoh Strategi yang Dapat Diterapkan Untuk Menjaga Indeks Pemakaian (IP):. .37
Tabel 9. Pilihan Vaksin, Dosis dan Interval Pemberian........................................................37
Tabel 10. Contoh Pesan Kunci Imunisasi COVID-19...........................................................46
Tabel 11. Contoh Pelaksanaan Komunikasi risiko................................................................47
Tabel 12. Kurun Waktu Pelaporan KIPI Berdasarkan Jenjang Administrasi Penerima
Laporan................................................................................................................................ 52
Tabel 13. Langkah-langkah Dalam Pelacakan KIPI.............................................................53

[vi]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Persebaran kasus konfirmasi global berdasarkan region WHO per 26 September
2020, sumber: WHO...............................................................................................................6
Gambar 2. Peningkatan jumlah kasus konfirmasi harian dan kumulatif Indonesia, 26
September 2020..................................................................................................................... 7
Gambar 3. Skenario efek vaksinasi......................................................................................10
Gambar 4. Mekanisme aksi kandidat vaksin COVID-19 (Pandey SC, et.al. 2020)...............10
Gambar 5. Jejaring Layanan Imunisasi................................................................................27
Gambar 6. Alur Pelayanan Pemberian Imunisasi COVID-19 di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan............................................................................................................................ 28
Gambar 7. Contoh Pengaturan Ruang/Tempat Pelayanan Imunisasi..................................31
Gambar 8. Alur Jejaring Eksternal Layanan Imunisasi.........................................................33
Gambar 9.Contoh Penyimpanan Vaksin COVID-19 di Lemari Es Buka Atas dan Buka Depan
............................................................................................................................................. 35
Gambar 10. Penyimpanan Vaksin di Dalam Vaccine Carrier...............................................36
Gambar 11. Status VVM Vaksin...........................................................................................36
Gambar 12. Penyuntikan Secara Intramuskular..................................................................38
Gambar 13 . Cara Penyuntikan Vaksin................................................................................38
Gambar 14 . Cara Membuang Alat Suntik Habis Pakai ke Dalam Safety Box......................39
Gambar 15 Skema Alur Pelaporan Hasil Cakupan Imunisasi dan Pemakaian Vaksin dan
Logistik Secara Manual........................................................................................................42
Gambar 16. Penggunaan RapidPro, Pelaporan Data dan Umpan Balik Cecara Real-time. 44
Gambar 17. Alur Pelaporan dan Pelacakan KIPI Serius......................................................51
Gambar 18. Tanda dan Gejala Anafilaktik……………………………………………………. 50
Gambar 19. Algoritme Penanganan Syok Anafilaktik Paska Imunisasi...............................56

[vii]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelatihan/Pertemuan Sosialisasi Pemberian Imunisasi COVID-19....66


Lampiran 2. Format Pendataan Sasaran Imunisasi COVID-19 (Kelompok Usia 18-59 Tahun)
............................................................................................................................................. 67
Lampiran 3. Daftar Fasyankes di Wilayah Kerja Puskesmas Yang Akan Memberikan
Layanan Imunisasi COVID-19..............................................................................................68
Lampiran 4. Pemberian Imunisasi COVID-19 Target Sasaran.............................................69
Lampiran 5. Pemberian Imunisasi COVID-19 Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya..........70
Lampiran 6. Format Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Imunisasi COVI-19.........................71
Lampiran 7 Pemberian Imunisasi COVID-19 Rencana Jadwal Supervisi.............................72
Lampiran 8. Pemberian Imunisasi COVID-19 Rencana Sosialisasi dan Mobilisasi
Masyarakat........................................................................................................................... 73
Lampiran 9. Pemberian Imunisasi COVID-19 Rencana Operasional Daerah Sulit...............74
Lampiran 10. Format Skrining Sebelum Imunisasi COVID-19..............................................76
Lampiran 11. Formulir Rujukan Pemberian Imunisasi COVID-19.........................................77
Lampiran 12 Checklist Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pelayanan Imunisasi Pada
Masa Pandemi..................................................................................................................... 78
Lampiran 13. COVID-19 Vaccine Introduction Readiness Assessment Tool – Tingkat
Propinsi dan Kabupaten/Kota...............................................................................................80
Lampiran 14. Checklist Supervisi Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tahun 2021..............84
Lampiran 15. Format Pencatatan Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat
Puskesmas/Fasyankes........................................................................................................ 86
Lampiran 16. Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat
Puskesmas........................................................................................................................... 87
Lampiran 17. Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat Propinsi
............................................................................................................................................. 88
Lampiran 18. Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat
Kabupaten/Kota................................................................................................................... 89
Lampiran 19. Rapid Convenience Assessment (RCA) Untuk Pelaksanaan Imunisasi COVID-
19......................................................................................................................................... 90
Lampiran 20. Formulir Pelaporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Serius................93
Lampiran 21. Formulir Investigasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Otopsi Verbal)...........95

[viii]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 22. Undangan Pemberitahuan Pemberian Vaksin COVID-19.............................113


Lampiran 23. Kartu Imunisasi COVID-19..........................................................................114

DAFTAR SINGKATAN
ADS = Auto Disable Syringe
BPM = Bidan Praktek Mandiri
COVID-19 = Coronavirus Disease - 2019
Dirjen = Direktur Jenderal
DPM = Dokter Praktek Mandiri
HIV = Human Immunodeficiency Virus
FAQ = Frequently Asked Question
ISPA = Infeksi Saluran Napas Akut
KIPI = Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
KLB = Kejadian Luar Biasa
ODP = Orang dalam Pemantauan
OTG = Orang Tanpa Gejala
PDP = Pasien dalam Pengawasan
PD3I = Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
PHBS = Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PPI = Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
RT-PCR = Real Time-Polymerase Chain Reaction
SMS = Short Message Service
SBBK = Surat Bukti Barang Keluar
SOP = Standar Operasional Prosedur
SOS = Sustainable Outreach Service
VAR = Vaccine Arrival Report
VVM = Vaccine Vial Monitor
WA = WhatsApp

[ix]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

DAFTAR ISTILAH
Auto Disable Syringe : Alat suntik sekali pakai untuk pelayanan imunisasi
Cold box : Alat untuk menyimpan sementara dan membawa vaksin
Cool pack : Wadah plastik berbentuk segiempat yang diisi dengan air
kemudiaan didinginkan dalam vaccine refrigerator dengan suhu
-3ºC s/d +2ºC selama minimal 12 jam (dekat evaporator)
Disinfektan : Bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
atau pencemaran jasad renik atau obat untuk membasmi kuman
penyakit
Face shield : Alat pelindung wajah
Hand sanitizer : Pembersih tangan yang memiliki kemampuan antibakteri atau
antivirus dalam menghambat hingga membunuh bakteri/virus
yang mengandung alkohol minimal 70%
Herd immunity : Konsep epidemiologis yang menggambarkan kondisi saat
sejumlah orang dalam populasi memiliki cukup kekebalan
terhadap suatu penyakit (kekebalan kelompok)
Imunisasi : Upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.
KIPI : Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya disingkat KIPI
adalah kejadian medik yang diduga berhubungan dengan
imunisasi.
Pandemi : Wabah yang berjangkit serempak dimana – mana meliputi
daerah geografis yang luas atau ketika sebuah epidemi
menyebar ke beberapa negara atau wilayah dunia
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya di
wilayah kerjanya
RapidPro : Sebuah aplikasi open-source berbasis SMS dan WhatsApp yang
dikembangkan oleh UNICEF global untuk memudahkan
kegiatan pemantauan dan identifikasi masalah di lapangan
dengan memfasilitasi pencatatan data, pelaporan, dan
pengiriman umpan balik secara real-time.
Safety Box : Kotak Pengaman yang tahan air dan tusukan jarum untuk
tempat membuang semua alat suntik bekas.
Safety injection : Praktik penyuntikan yang aman bagi pemberi dan penerima
suntikan
Sarung tangan : Sarung tangan yang biasa dipakai oleh tenaga medis agar
terhindar dari droplet pasien untuk mencegah terjadinya
penularan kuman
Vaksin : Produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang

[x]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau


bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid atau protein rekombinan, ditambahkan dengan
zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
infeksi tertentu.
Vaccine carrier : Alat untuk membawa vaksin dari puskesmas ke posyandu atau
tempat pelayanan imunisasi lainnya yang dapat
0 0
mempertahankan suhu 2 C s/d 8 C.
Vaccine refrigerator : Tempat yang digunakan untuk menyimpan vaksin dengan suhu
20C s/d 80C.
Vaccine vial monitor : Alat pemantau paparan suhu panas yang terdapat pada label
botol vaksin.
Vaksinasi : Upaya memasukkan vaksin ke tubuh seseorang untuk
menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.

[xi]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB I
PENDAHULUAN

[1]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerintah telah menetapkan pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)


sebagai bencana non-alam. Pemerintah telah mengumumkan kasus konfirmasi
pertama COVID-19 di Indonesia pada awal Maret 2020. Dalam rentang waktu satu
bulan, seluruh provinsi telah melaporkan kasus konfirmasi. Penyebaran COVID-19 tidak
hanya terjadi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan kota padat penduduk lainnya,
namun telah menyebar hingga ke pedesaan di daerah terpencil. Pandemi COVID-19
memberikan tantangan besar dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat
di Indonesia. Sampai dengan tanggal 22 September 2020, sebanyak 252.923 kasus
konfirmasi COVID-19 telah dilaporkan di Indonesia dan tercatat sejumlah 9.837 orang
meninggal. Pandemi COVID-19 juga berdampak terhadap sistem kesehatan Indonesia
yang terlihat dari adanya penurunan kinerja pada beberapa program kesehatan. Hal ini
disebabkan adanya kekhawatiran masyarakat dan petugas terhadap penularan COVID-
19. Di beberapa wilayah, situasi pandemi COVID-19 bahkan berdampak pada
penutupan sementara dan/atau penundaan layanan kesehatan khususnya di posyandu
dan puskesmas. Hal ini sangat memprihatinkan, sebab posyandu dan puskesmas
merupakan penyedia pelayanan kesehatan primer yang menjadi kekuatan utama dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia.
Pandemi COVID-19 juga memberi dampak besar bagi perekonomian yaitu: (1)
Membuat daya beli masyarakat, yang merupakan penopang perekonomian sebesar 60
persen, jatuh cukup dalam. Hal ini dibuktikan dengan data dari BPS yang mencatatkan
bahwa konsumsi rumah tangga turun dari 5,02 persen pada kuartal I tahun 2019
menjadi 2,84 persen pada kuartal 1 tahun 2020 ini; (2) Menimbulkan adanya
ketidakpastian yang berkepanjangan pada dunia usaha sehingga investasi ikut
melemah dan berimplikasi pada terhentinya usaha; dan (3) Seluruh dunia mengalami
pelemahan ekonomi sehingga menyebabkan harga komoditas turun dan ekspor
Indonesia ke beberapa negara juga terhenti. Selain itu, pandemi COVID-19
yang melanda dunia, juga memberikan dampak yang terlihat nyata dalam berbagai
sektor di antaranya sektor sosial, pariwisata, dan pendidikan. 

Sementara itu, tingkat kerentanan masyarakat semakin meningkat


disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penerapan protokol
kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak minimal 1 – 2
meter. Dengan demikian, tanpa intervensi kesehatan masyarakat yang cepat dan
tepat, diperkirakan sebanyak 2,5 juta kasus COVID-19 akan memerlukan perawatan di
rumah sakit di Indonesia dengan angka kematian yang diperkirakan mencapai

[2]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

250.000 kematian. Pada situasi ini, jutaan masyarakat sangat rentan tertular COVID-
19.

Oleh karena itu, perlu segera dilakukan intervensi tidak hanya dari sisi
penerapan protokol kesehatan namun juga diperlukan intervensi lain yang efektif untuk
memutuskan mata rantai penularan penyakit melalui upaya pemberian imunisasi.

Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien


dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya. Sejarah telah mencatat besarnya
peranan imunisasi dalam menyelamatkan masyarakat dunia dari kesakitan, kecacatan
bahkan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti
Cacar, Polio, Tuberkulosis, Hepatitis B yang dapat berakibat pada kanker hati, Difteri,
Campak, Rubela dan Sindrom Kecacatan Bawaan Akibat Rubela (Congenital Rubella
Syndrome/CRS), Tetanus pada ibu hamil dan bayi baru lahir, Pneumonia (radang paru),
Meningitis (radang selaput otak), Kanker Serviks yang disebabkan oleh infeksi Human
Papilloma Virus dan Japanese Encephalitis (JE).
Dalam imunisasi terdapat konsep Herd Immunity atau Kekebalan Kelompok.
Kekebalan Kelompok ini hanya dapat terbentuk apabila cakupan imunisasi pada
sasaran tinggi dan merata di seluruh wilayah. Sebagian besar sasaran yang telah kebal
tersebut secara tidak langsung akan turut memberikan perlindungan bagi kelompok
usia lainnya, sehingga bila ada satu atau sejumlah kasus PD3I di masyarakat maka
penyakit tersebut tidak akan menyebar dengan cepat dan Kejadian Luar Biasa (KLB)
dapat dicegah. Konsep ini merupakan bukti bahwa program imunisasi sangat efektif
juga efisien karena hanya dengan menyasar kelompok rentan maka seluruh
masyarakat akan dapat terlindungi. Upaya pencegahan melalui pemberian program
imunisasi jika dinilai dari sisi ekonomi, akan jauh lebih hemat biaya, apabila
dibandingkan dengan upaya pengobatan.
Pelayanan imunisasi COVID-19 dilaksanakan dengan tetap menerapkan
protokol kesehatan yaitu dengan menerapkan upaya Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) dan menjaga jarak aman 1 – 2 meter, sesuai dengan Petunjuk Teknis
Pelayanan Imunisasi Pada Masa Pandemi COVID-19. Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan puskesmas harus melakukan advokasi kepada
pemangku kebijakan setempat, serta berkoordinasi dengan lintas program, dan lintas
sektor terkait, termasuk organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi
keagamaan, tokoh masyarakat dan seluruh komponen masyarakat dalam pelaksanaan
kegiatan pelayanan imunisasi COVID-19.
Petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan upaya komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE) kepada masyarakat serta memantau status imunisasi setiap sasaran
yang ada di wilayah kerjanya untuk memastikan setiap sasaran mendapatkan imunisasi
COVID-19 lengkap sesuai dengan yang dianjurkan.

[3]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Dengan upaya-upaya tersebut di atas, diharapkan kita semua dapat


melaksanakan kegiatan pelayanan imunisasi COVID-19 dengan sebaik-baiknya.

1.2. Tujuan
Petunjuk Teknis ini disusun sebagai acuan dalam melaksanakan persiapan,
pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan imunisasi COVID-19.

1.3. Ruang Lingkup


Sasaran pengguna Petunjuk Teknis ini adalah para pengambil kebijakan, pengelola
program dan logistik imunisasi serta petugas kesehatan lainnya di Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas, serta tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang memberikan layanan imunisasi COVID-19.

[4]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB II

EPIDEMIOLOGI CORONAVIRUS DISEASE


2019 (COVID-19)

[5]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB II
EPIDEMIOLOGI CORONAVIRUS DISEASE 2019
(COVID-19)
Kluster kasus infeksi saluran pernapasan bawah yang tidak dapat dijelaskan
(pneumonia of unknown etiology) sejumlah 29 kasus pertama kali dilaporkan oleh
pemerintah China kepada WHO Country Office China pada tanggal 31 Desember 2019.
Seiring dengan perkembangan transmisi dan jumlah kasus yang terus meningkat, maka
pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public Health
Emergency of International Concern (PHEIC). Istilah COVID-19 ini sendiri merupakan
akronim dari Coronavirus Disease 2019 yang diresmikan penyebutannya oleh WHO pada
tanggal 11 Februari 2020. Kemudian, dengan semakin luasnya penyebaran COVID-19 ini ke
negara-negara lainnya, maka pada tanggal 11 Maret 2020, WHO mendeklarasikan COVID-
19 ini sebagai pandemi global.

2.1. Epidemiologi
Per tanggal 26 September 2020, terdapat 32.429.965 kasus konfirmasi dan 985.823
kematian telah dilaporkan kepada WHO. Amerika Serikat (6.910.082 kasus), India
(5.903.932 kasus) dan Brasil (4.657.702 kasus) merupakan penyumbang jumlah kasus
terbanyak di seluruh dunia.

Gambar 1 Persebaran kasus konfirmasi global berdasarkan region WHO per 26 September
2020, sumber: WHO.

[6]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Di Indonesia telah melaporkan 2 kasus pertamanya pada tanggal 2 Maret 2020.


Sejak saat itu, kasus terus bertambah hingga mencapai 271.339 kasus konfirmasi dan
10.308 kematian, serta telah menjangkit di 34 provinsi yang ada di Indonesia. Case Fatality
Rate (CFR) Indonesia saat ini adalah 3,8% dengan persentase kesembuhan sebesar
73,5%. CFR berdasarkan kelompok umur menggambarkan bahwa kematian tertinggi pada
kelompok usia >60 tahun (CFR 14,5%) dan 46-59 tahun (CFR 6,2%).

Gambar 2 Peningkatan jumlah kasus konfirmasi harian dan kumulatif Indonesia, 26


September 2020

Saat ini, sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 Revisi
ke-5, pemerikaan laboratorium untuk penemuan kasus terutama dilakukan pada kasus-
kasus yang memenuhi kriteria suspek, kontak erat yang menunjukkan gejala pada saat
pemantauan harian, petugas kesehatan dan populasi yang tinggal di fasilias tertutup
termasuk populasi rentan. Beberapa wilayah di Indonesia juga melakukan pemeriksaan
swab massal sebagai salah satu upaya respon pandemi COVID-19 sesuai dengan kebijakan
masing-masing daerah.

2.2. Etiologi
Coronavirus merupakan single-stranded RNA virus dengan memiliki struktur yang
mirip dengan mahkota (crown-like appearance) jika dilihat dengan mikroskop elektron
merupakan bagian dari genus betacoronavirus. Pada awalnya virus ini disebut sebagai
2019-nCoV, yang kemudian oleh International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV)
ditetapkan dengan nama SARS-CoV-2 karena kemiripannya dengan SARS-CoVs yang
menyebabkan epidemi SARS pada tahun 2002-2003.
Virus ini seperti memiliki kesamaan dengan coronavirus lain yang sangat sensitif terhadap
sinar ultraviolet (UV) dan suhu tinggi (heat). Virus ini kemungkinan dapat diinaktivasi pada suhu
≥270C dan mampu bertahan pada suhu dibawah 0oC. Selain itu, untuk inaktivasi, lapisan
lemak pada virus ini dapat larut oleh cairan seperti ether, ethanol dan chlorin yang biasa
terkandung pada cairan disinfektan (Cascella, et.al, 2020).

2.3. Penularan
Pada awalnya penularan dicurigai merupakan hewan ke manusia, akan tetapi
setelah penyelidikan lebih lanjut disimpulkan bahwa penularan virus ini adalah dari manusia
ke manusia

[7]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

WHO menyatakan bahwa penularan utama virus ini adalah melalui droplet baik melalui
kontak langsung maupun tidak langsung dengan individu yang terinfeksi yang mengeluarkan
ludah atau cairan pernafasan/dropletnya yang keluar ketika batuk, bersin, bicara atau saat
menyanyi (WHOa, 2020) . Droplet ini memiliki ukuran diameter 5-10um sedangkan droplet yang ≤5
um maka disebut sebagai droplet nuclei atau aerosol (WHO b, 2014). Penularan melalui droplet
dan kontak erat dengan kasus bergejala diperkuat dengan studi di China bahwa 78-85%
kluster merupakan kluster rumah tangga (WHOc, 2020).
Dengan masa inkubasi 3-7 hari dengan median 5.1 hari (Lauer, et.al, 2020) dan memiliki
masa inkubasi terpanjang sampai dengan 12.5 hari (Li, et.al, 2020). Bukti juga menunjukkan
bahwa penularan sebelum munculnya gejala (pre-symptomatic transmission) dapat terjadi
(He X, et.al, 2020; Wei WE, et.al, 2020).
Transmisi airborne melalui droplet nuclei (aerosol) dapat terjadi pada saat dilakukan
prosedur medis yang menghasilkan aerosol (aerosol generating procedure) seperti intubasi.
Saat ini masih dipelajari tentang potensi penularan melalui airborne ini pada setting yang
lebih umum seperti pada ruangan tertutup yang tidak memiliki ventilasi yang cukup dan
ramai.
RNA SARS-CoV02 juga ditemukan pada sampel biologis lain seperti air seni dan feses.
Namun sampai saat ini belum ada publikasi yang melaporkan penularan melalui feses
maupun air seni ((WHOa, 2020).
Pemahaman tentang mode transmisi ini penting sebagai salah satu pertimbangan utama
dalam menentukan upaya pencegahan COVID-19 seperti penggunaan masker, menjaga
jarak, mencuci tangan, menghindari keramaian, isolasi dan karantina bagi kontak erat.

Manifestasi Klinis
Berdasarkan studi yang dilakukan di China terhadap 72.314 kasus, manifestasi klinis
COVID-19 dapat dibagi menjadi 3 yaitu gejala ringan (81%) baik pneumonia dan/atau non-
pneumonia, gejala berat (14%) dan kritis seperti gagal nafas, septic shock, gangguan (atau
kegagalan) multi organ (5%) (Wu, et.al 2020).
CDC melaporkan berdasarkan data dari 370.000 kasus konfirmasi di Amerika Serikat
terkait manifestasi klinis sebagai berikut, batuk (50%), demam (43%), myalgia (36%), sakit
kepala (34%), sesak nafas (29%), nyeri tenggorokan (20%), diare (19%), dan mual/muntah
(12%). Ageusia dan anosmia oleh WHO telah dimasukkan sebagai definisi kasus probabel
COVID-19 sejak 7 Agustus 2020 (WHOd,, 2020).

2.4. Diagnosis dan Tatalaksana


WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien yang terduga
terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah metode deteksi molekuler/NAAT
(Nucleic Acid Amplification Test) seperti pemeriksaan RT-PCR. Tes serologi untuk
mendeteksi adanya antibody dapat dilakukan hanya untuk kepentingan penelitian surveilans
dan epidemiologi seperti sero-survei. Pada tanggal 11 September 2020, WHO
mengeluarkan panduan penggunaan pemeriksaan cepat berbasis Antigen sebagai salah
satu alternatif yang dapat dipakai di situasi-situasi tertentu terutama pada wilayah yang
memiliki keterbatasan akses untuk laboratorium PCR (WHOc, 2020).
Saat ini belum ada terapi spesifik seperti antiviral yang direkomendasikan untuk
COVID-19. Pengobatan yang diberikan adalah suportif dan simptomatik. Pemberian oksigen

[8]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

diindikasikan pada kasus-kasus dengan gangguan pernafasan. Ventilasi non-invasif (NIV)


dan invasive mechanical ventilation (IMV) dapat diberikan sesuai dengan indikasi.

2.5. Upaya Pencegahan


Upaya-upaya pencegahan didasarkan pada mode penularan dari COVID-19. WHO
merekomendasikan untuk sering mencuci tangan, menghindari kerumunan, menjaga jarak,
penggunaan masker, isolasi bagi yang sakit dan karantina untuk kontak erat. Kombinasi
isolasi dan pelacakan kontak dengan physical distancing dapat dengan efektif menurunkan
angka penularan penyakit COVID-19 ( Kucharski, et.al 2020)

2.6. Herd Immunity dan Vaksin


Konsep herd immunity (kekebalan komunitas) dalam kaitannya dengan pengendalian
epidemi adalah suatu kondisi dimana sejumlah proporsi masyarakat telah memiliki
kekebalan baik karena infeksi alami ataupun karena vaksin, yang mampu untuk
menghentikan KLB lebih luas (Fontanet, et.al, 20200.
Berapa proporsi populasi yang memiliki kekebalan untuk mencapai herd immunity
dapat dihitung dengan menggunakan rumus untuk menurunkan angka reproduksi efektif
(target) (Rt) <1, R target= (1-Pc)(1-Pi)Ro, dimana Pc merupakan penurunan relative
terhadap infeksi karena intervensi non-farmasi, sedangkan Pi adalah proporsi individu yang
kebal dan Ro adalah angka reproduksi dasar (R naught). Jika kita anggap tidak ada
intervensi non-farmasi (Pc=0) maka R<1, dimana R=(1-Pi)Ro, sehingga kita bisa
menghitung proporsi individu yang perlu untuk mendapatkan kekebalan adalah Pi=1-1/Ro.
Penghitungan ini akan bisa berbeda disetiap wilayah tergantung dengan ada/tidaknya
intervensi lain, kelompok usia dan sebagainya (Britton, et.al. 2020).
Namun perlu dicatat bahwa COVID-19 ini memiliki infection fatality rate (IFR)
sebesar 0,3-1,3%, sehingga konsekuensi jika menggantungkan herd immunity ini pada
proses alamiah akan sangat besar, terutama kematian pada kelompok-kelompok berisiko
tinggi seperti orang lanjut usia dan yang memiliki penyakit penyerta (Salje, H. et.al, 2020).
Sehingga vaksin merupakan salah satu alternatif paling aman untuk mencapai herd
immunity. Untuk itu perlu dilakukan prioritisasi terutama pemberian vaksin kepada
kelompok-kelompok yang potensi terpapar tinggi seperti petugas kesehatan dan populasi
berisiko untuk menjadi parah seperti orang lanjut usia dan orang dengan penyakit penyerta.
Upaya-upaya pencegahan harus tetap dilakukan maksimal.

2.6.1. Pengembangan Vaksin COVID-19

Saat ini banyak perusahaan vaksin berupaya untuk mengembangkan vaksin COVID-
19. Per tanggal 30 September 2020, menurut dokumen DRAFT landscape of COVID-19
candidate vaccines yang dilaporkan didalam website WHO, terdapat 41 kandidat vaksin
yang sedang dalam tahap uji klinik dan 151 kandidat vaksin yang ada dalam tahap pre-
klinik.
Pemberian vaksin ini diharapkan mampu memberikan kekebalan komunitas dan
mampu mengendalikan pandemic. Pengendalian pandemic dengan intervensi vaksin
(intervensi farmakologis) sangat bergantung pada kapan vaksin ini diberikan. Terdapat 2
skenario pemberian vaksin dalam kaitannya dengan pengendalian pandemic. Gambar 3
dibawah ini merupakan 2 skenario pemberian vaksin. A. Menggambarkan situasi untuk

[9]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

COVID-19 dimana vaksin baru tersedia pada masa pandemic. B. Situasi jika vaksin sudah
ada sejak awal pandemi (tidak sesuai untuk kondisi pandemi COVID-19 saat ini. (Speiser,
Bachmann, 2020)

Gambar 3 Skenario efek vaksinasi

Gambar 4 Mekanisme aksi kandidat vaksin COVID-19 (Pandey SC, et.al. 2020)

[10]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Saat ini mekanisme aksi dari kandidat vaksin yang ada dibedakan menjadi 3 yaitu 1)
Recombinant virus vectors bekerja mirip seperti antigen endogenus yang memicu respon
cell mediated immune (CMI) 2) DNA Vaccine yang memicu respon imun humoral dan
respon CMI 3) mRNA vaccine yang memicu respon imun humoral (Pandey SC, et.al, 2020)
Upaya telah dilakukan untuk mengeksplorasi vaksin yang ideal untuk SARS-CoV-2
yaitu berupa vaksin inaktivasi /inactivated virus vaccines, virus rekombinan, vaksin subunit,
vaksin DNA dan vaksin yang dilemahkan (See R, et.al. 2020). Tabel dibawah ini tentang
jenis, kelebihan dan kekurangan masing-masing vaksin (Pandey SC, et.al, 2020).

Tabel 1. Jenis-jenis Vaksin beserta Kelebihan dan Kekurangannya

Strategi Vaksin Kandidat Platform


Kelebihan Kekurangan
Berbasis nukleotida Vaksin DNA Sederhana, stabil, Immongenisitas
S, M, dan N genes
aman dan mudah rendah dibandingkan
untuk diproduksi, dengan inactivated
cost-effective, dan live-attenuated;
memicu neutralizing memerlukan alat
antibody, respon pemberian tambahan
human monoclonal
antibody dan
cytotoxic T-
lymphocyte
Vaksin mRNA Mudah untuk Unprotected naked
mRNA-1273 dan didesain, produksi mRNA alone tidak
BNT162 encoding S yang cepat, mudah stabil sehingga
protein dan cost effective; membutuhkan karier
lebih aman yang efisien dan
dibandingakan mampu memasukkan
dengan inactivated mRNA kedalam
atau protein-based bentuk yang
vaccine karena injectable.
bebas dari
kontaminasi protein;
memicu respon imun
humoral dan seluler
Vaksin Subunit Spike glycoproteins Profil keamanan Membutuhkan
(S), membrane tinggi, risiko rendah adjuvant yang sesuai;
protein (M), untuk menimbulkan cost-effectiveness;
nucleoprotein (N) efek samping immunogenicity yang
inokulasi; antigen rendah
murni (atau fragmen
tertentu dari antigen),
memicu T dan B cell
mediated immunity
Vaksin yang Gene deletion dari Dapat bertahan Risiko berubah
dilemahkan berbagai gen dalam periode lebih menjadi bentuk yang

[11]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

esensial (S, N, E lama, menunjukkan virulen;


gen), nonstructural keseluruhan viral membutuhkan cold-
protein (nsp) antigen terhadap chain yang kuat; tidak
encoding genes sistem imun host, cocok untuk infant,
efisien untuk memicu orang dengan
respon sytotoxic T- immunocompromised
cell yang kuat atau lanjut usia
Vaksin inaktivasi Inactivated atau Pengembangan Hipersensitivity Th2-
(Inactivated virus whole killed virus cepat; efisien untuk bias
vaccine) (WKV) memicu kekebalan
dan perlindungan
terhadap virus;
efisien untuk memicu
neutralizing antibody;
dapat diformulasikan
dengan beberapa
adjuvant yang
berbeda.

Tabel dibawah ini adalah beberapa contoh kandidat vaksin yang saat ini sudah memasuki
tahap uji klinik fase 3 beserta keterangan tentang dosis, waktu pemberian dan rute
pemberian vaksin.

Tabel 2. Kandidat Vaksin yang Sudah Memasuki Uji Klinik Fase 3

No Produsen/ Pengembang Platform Dosis Waktu Rute


Vaksin pemberian (hari Pemberian
ke-)
1 Sinovac Inactivated 2 0, 14 IM
2 Wuhan institute of Inactivated 2 0, 21 IM
Biological Product/
Sinopharm
3 Beijing Institute of Inativated 2 0, 21 IM
Biological Product/
Sinopharm
4 University of Oxford/ Astra Non- 1 IM
Zeneca replicating
viral vector
5 Gamaleya Research Non- 2 0, 21 IM
Insitute replicating
viral vector
6 BioNTech/Fosum RNA 2 0, 28 IM
Pharma/Pfizer

[12]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Sumber: https://www.who.int/publications/m/item/draft-landscape-of-covid-19-
candidate-vaccines per 30 September. Disclaimer: Dokumen ini hanya sebagai contoh, dan
bukan sebagai bentuk endorsement terhadap produk-produk yang disebutkan.

Vaksin Merah Putih


Indonesia melalui konsorsium riset dan Inovasi COVID-19, melalui Lembaga Biologi
Molekuler Eijkman juga mengupayakan pengembangan vaksin Covid-19 merah putih.
Secara paralel, upaya mendapatkan vaksin juga dilakukan melalui kerja sama dengan
pengembang vaksin lain, seperti Bio Farma dengan Sinovac, Kalbe Farma dengan
Genexine dan BCHT Bioteknologi Indonesia dengan Sinopharm.
Vaksin Merah Putih merupakan vaksin asli Indonesia yang saat ini dikembangkan
oleh Lembaga Eijkman. Vaksin merah putih ini akan menggunakan isolate virus dari
Indonesia. Platform vaksin merah putih ini adalah protein rekombinan Sub-unit virus SARS-
CoV-2 dengan target protein S (spike) dan Protein N (Nukleokapsid).Terkait kesiapan vaksin
Merah Putih, saat ini Lembaga Eijkman sedang melakukan studi preklinik yang dimulai dari
awal yaitu dari identifikasi antigen, pembuatan seed vaksin, prototype, selanjutnya
penyerahan ke Bio Farma untuk di upscaling, uji pre-klinik, uji klinik fase 1-3, dan
selanjutnya registrasi. Rencana akan dilakukan uji klinis pada kuartal 1 pada tahun 2021
sampai dengan 2022.

[13]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[14]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB III

PERSIAPAN PELAYANAN
IMUNISASI COVID-19

[15]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB III
PERSIAPAN PELAYANAN IMUNISASI
COVID-19

3.1 Sasaran Kegiatan


Sasaran kegiatan imunisasi COVID-19 adalah kelompok rentan yang berusia 18 – 59
tahun yaitu :

1. Tenaga kesehatan dan semua petugas yang bekerja pada fasilitas pelayanan
kesehatan di seluruh Indonesia
2. Kelompok prioritas lainnya yang ditetapkan berdasarkan kajian epidemiologi dan
kebijakan operasional imunisasi COVID-19, diantaranya :

a. Petugas pelayanan publik (essensial worker) dimana dalam pelaksanaan


tugasnya berhadapan langsung dengan masyarakat misalnya TNI – Polri,
petugas bandara, stasiun kereta api, pelabuhan, pemadam kebakaran, PLN,
PAM yang bertugas di lapangan, dll .
b. Kelompok risiko tinggi/high risk lain:

[16]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

● Kelompok pekerja yang merupakan kelompok usia produktif dan berkontribusi


dalam sektor perekonomian termasuk sektor pendidikan.
● Populasi lainnya: penduduk yang tinggal di tempat berisiko tinggi (rumah
jompo, kawasan padat penduduk, populasi di kluster seperti asrama, pondok
pesantren dan kelompok kluster lainnya.

c. Kontak erat COVID-19

Kontak erat merupakan orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus
probable atau konfirmasi COVID-19.

d. Administrator pemerintahan yang terlibat dalam memberikan layanan publik.

3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Secara nasional, kegiatan pemberian imunisasi COVID-19 dilaksanakan mulai awal
tahun 2021 secara bertahap dengan mempertimbangkan kajian epidemiologi, ketersediaan
vaksin COVID-19 dan sarana pendukung lainnya. Pemberian imunisasi COVID-19
dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan pada tempat pelayanan sebagai
berikut:

1. Puskesmas, puskesmas pembantu;


2. Fasilitas kesehatan lainnya, baik pemerintah maupun swasta, yang memberikan
layanan imunisasi dan telah terdaftar di Dinas Kesehatan setempat;
3. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) beserta fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya

[17]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

3.3 Tujuan Pemberian Imunisasi COVID-19

1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19


2. Memutus transmisi / penularan melalui kekebalan komunitas yang terbentuk dengan
cakupan pemberian imunisasi yang tinggi dan merata sehingga dapat memulihkan
sektor-sektor penting dalam pembangunan nasional yang meliputi perekonomian,
pendidikan, sosial budaya dan lain – lain.

3.4. Penyusunan Mikroplaning

Mikroplanning adalah proses penyusunan perencanaan di masing-masing jenjang


administrasi mulai dari analisis situasi, identifikasi masalah, penetapan tujuan,
penentuan strategi, identifikasi sumber daya dan penyusunan dokumen perencanaan.
Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dalam pengelolaan program
imunisasi. Dengan perencanaan yang baik, kegiatan pelayanan imunisasi diharapkan
dapat berjalan dengan baik pula.
Dalam melaksanakan kegiatan pemberian imunisasi COVID-19, mikroplaning disusun
di semua tingkatan administrasi baik di pusat maupun daerah sesuai dengan tugas
masing-masing dan memperhitungkan data dasar (jumlah sasaran, pos pelayanan,
tenaga pelaksana, daerah sulit, dll).

3.4.1. Pemetaan dan Jadwal Pelaksanaan

Kegiatan pemberian imunisasi COVID-19 harus menjangkau semua sasaran imunisasi


sehingga kabupaten/kota dan puskesmas perlu melakukan pemetaan berdasarkan
tingkat risiko dan kesulitannya. Dalam penyusunan mikroplaning, setiap puskesmas
juga harus membuat jadwal pelaksanaan untuk setiap pos pelayanan termasuk
jejaring fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang mencantumkan nama petugas dan
supervisor, tanggal pelaksanaan, dan jumlah sasaran. Setiap kabupaten/kota harus
memiliki jadwal pelaksanaan atau mikroplanning dari setiap puskesmas dan
menyusun jadwal monitoring pelaksanaan dengan mencantumkan nama petugas
kabupaten/kota yang bertanggung jawab sebagai supervisor.

[18]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

a. Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota


1) Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)
Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersama dengan
Puskesmas melakukan pendataan jumlah rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya yang dapat memberikan dukungan pelayanan imunisasi COVID-
19 termasuk kapasitas SDM dan sarana yang tersedia di setiap fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut menggunakan Lampiran 3. Pendataan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan sistem informasi yang ada atau sumber data lainnya seperti
dashboard vaksinasi COVID-19.

2) Jumlah sasaran.
Dinas Kesehatan Provinsi bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melakukan pendataan sasaran tenaga kesehatan dan petugas pendukung lainnya di
seluruh rumah sakit. Selain itu, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota juga membantu
Puskesmas dalam melakukan pendataan sasaran tenaga kesehatan dan petugas
pendukung lainnya di FKTP jejaring Puskesmas serta sasaran prioritas lainnya.
Pendataan sasaran menggunakan Lampiran 2.
Pendataan dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Pendataan langsung, dengan dibantu oleh puskesmas, maupun relawan;
b. Pendataan dengan memanfaatkan berbagai sumber data, misalnya sistem
informasi rumah sakit, dashboard vaksinasi COVID-19, dll;

3) Kebutuhan logistik.
● Kebutuhan Vaksin
Vaksin yang digunakan dalam kegiatan ini adalah vaksin COVID-19 dengan
perhitungan kebutuhan vaksin sebagai berikut:

Jumlah sasaran usia 18 – 59 tahun x jumlah pemberian


Vaksin COVID 19 =
Indeks Pemakaian

Jumlah indeks pemakaian minimal tergantung pada kemasan vaksin


COVID-19 yang dipakaisebagai berikut:

Tabel 3. Kemasan Vaksin dan IP Minimal

Kemasan (Dosis Indeks Pemakaian


per Vial) Minimal*
5 4,5
10 9
20 18

● Kebutuhan Auto Disable Syringe (ADS) dan Safety Box


Kebutuhan ADS 0,5 ml : (∑ sasaran + 5 % sebagai cadangan) x 2 dosis
Kebutuhan Safety Box ukuran 2,5 L: ∑ ADS / 50

[19]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Kebutuhan Safety Box ukuran 2,5 L: ∑ ADS / 100

● Kebutuhan perlengkapan anafilatik


Sebagai antisipasi bila terjadi syok anafilatik, maka setiap tempat pelayanan
wajib menyediakan 1 set perlengkapan anafilaktik yang mudah dijangkau
dan ditempatkan di ruang pelayanan imunisasi.

● Kebutuhan logistik PPI (Prinsip Pencegahan Infeksi), termasuk di dalamnya


adalah Alat Pelindung Diri (APD). Perhitungan berdasarkan rekapitulasi
kebutuhan di tingkat puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

● Kebutuhan format pencatatan dan pelaporan serta materi KIE


Perhitungan berdasarkan rekapitulasi kebutuhan di tingkat puskesmas dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

4) Ketersediaan sarana rantai vaksin (cold chain).


Petugas imunisasi provinsi maupun kabupaten/kota harus melakukan inventarisasi
jumlah dan kondisi cold chain (vaccine refrigerator, cool pack, cold box, vaccine
carrier, dsb) termasuk alat pemantau suhu yang ada saat ini, serta kekurangannya
di tingkat provinsi, kabupaten/kota maupun puskesmas, jika terjadi kekurangan
perlu melakukan upaya untuk mengatasinya. Jika sarana penyimpanan vaksin
dinilai kurang dan penambahan vaccine refrigerator belum memungkinkan, maka
frekuensi pendistribusian vaksin dapat disesuaikan.

5) Tenaga Pelaksana
Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota harus mengidentifikasi kebutuhan
jumlah tenaga kesehatan sebagai pelaksana baik di tingkat provinsi,
kabupaten/kota, puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya serta
memberi bantuan apabila terdapat kekurangan tenaga pelaksana dengan
melibatkan tenaga kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya termasuk
swasta dan organisasi profesi.

b. Tingkat Puskesmas
Puskesmas menyusun mikroplaning yang lebih rinci yang terdiri dari :
1) Jumlah Fasilitas Pelayananan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
Puskesmas dibantu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pendataan
jumlah fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan
pelayanan imunisasi serta telah terdaftar di Dinas Kesehatan setempat yang berada
di wilayah kerja Puskesmas, termasuk kapasitas SDM dan sarana untuk mendukung
pelayanan imunisasi COVID-19 dalam rangka meningkatkan jangkauan layanan
imunisasi COVID-19. Pendataan menggunakan Lampiran 3.

2) Jumlah sasaran
Puskesmas dibantu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pendataan
sasaran tenaga kesehatan dan petugas pendukung lainnya di seluruh FKTP

[20]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

jejaring Puskesmas serta sasaran prioritas lainnya dengan menggunakan Lampiran


2 melalui mekanisme sebagai berikut:
a. Pendataan langsung, dengan dibantu oleh kader maupun relawan;
b. Pendataan dengan memanfaatkan berbagai sumber data, yaitu:
 Data kunjungan keluarga sehat dari PIS – PK
 Data kepesertaan BPJS
 Data kependudukan dari Kantor Kecamatan dan Kelurahan
setempat
 Dashboard vaksinasi COVID-19
Pendataan dikelompokkan berdasarkan sasaran prioritas rencana pemberian
layanan
imunisasi.

3) Kebutuhan logistik
● Kebutuhan Vaksin
Vaksin yang digunakan dalam kegiatan ini adalah vaksin COVID-19 dengan
perhitungan kebutuhan vaksin sebagai berikut:

Jumlah sasaran usia 18 – 59 tahun x jumlah pemberian


Vaksin COVID 19 =
Indeks Pemakaian

● Kebutuhan Auto Disable Syringe (ADS) dan Safety Box


Kebutuhan ADS 0,5 ml : (∑ sasaran + 5 % sebagai cadangan) x 2 dosis
Kebutuhan Safety Box ukuran 2,5 L: ∑ ADS / 50
Kebutuhan Safety Box ukuran 5 L: ∑ ADS / 100

● Kebutuhan perlengkapan anafilatik


Sebagai antisipasi bila terjadi syok anafilatik, maka setiap tempat pelayanan
wajib menyediakan 1 set perlengkapan anafilaktik, oksigen, cairan dan infus
set.
● Kebutuhan logistik PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi), termasuk di
dalamnya adalah Alat Pelindung Diri (APD)
Kebutuhan logistik Alat Pelindung Diri (APD) bagi petugas saat pelayanan
imunisasi:

o Masker medis = jumlah petugas x jumlah hari pemberian imunisasi


(Ket: maskes medis dapat dipakai maksimal 4 jam, atau diganti lebih
sering apabila basah, robek atau rusak)
o Face shield (bila tersedia) = jumlah petugas x jumlah hari pemberian
imunisasi
o Sarung tangan (bila tersedia) = jumlah sasaran

[21]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

o Apron (bila tersedia) = jumlah petugas x jumlah hari pemberian


imunisasi
o Hand sanitizer = sesuai kebutuhan
o Sabun cair dan air mengalir = sesuai kebutuhan
o Cairan disinfektan = sesuai kebutuhan

● Kebutuhan format pencatatan dan pelaporan serta materi KIE


Perhitungan berdasarkan pada kebutuhan, melalui koordinasi dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota

4) Distribusi dan vaksin


Pengelola imunisasi di Puskesmas sebaiknya sudah melakukan perencanaan
kebutuhan untuk imunisasi rutin dan imunisasi masal COVID-19 sebagai dasar
penyesuaian perencanaan frekuensi pengambilan atau pendistribusian vaksin
yang disesuaikan dengan kapasitas refrigerator. Perencanaan distribusi vaksin
dan logistik, perlu mencantumkan jadwal distribusi dan perhitungan serta sumber
pembiayaan yang dibutuhkan. Logistik didistribusikan sampai ke Puskesmas
paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan

5) Tenaga pelaksana

Puskesmas harus menghitung perkiraan kebutuhan tenaga pelaksana


berdasarkan estimasi jumlah jumlah sasaran, hari pelaksanaan, pos pelayanan
serta jumlah sesi pelayanan per hari. Tenaga pelaksana (satu tim) pelaksana
kegiatan pemberian imunisasi COVID-19 untuk tiap sesi terdiri dari:

a. Petugas pendaftaran/verifikasi
b. Petugas untuk mengatur alur kelancaran pelayanan
c. Petugas skrining (anamnesa) dan pemeriksaan fisik sesuai dengan komorbid
yang diidentifikasikan serta pemberian edukasi.
d. Petugas pemberi imunisasi COVID-19 dibantu oleh petugas yang menyiapkan
vaksin
e. Petugas untuk melakukan pencatatan hasil imunisasi.

[22]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Rangkaian pemeriksaan dan pelayanan imunisasi COVID-19 untuk satu orang


diperkirakan sekitar 15 menit. Satu vaksinator (perawat, bidan, dan dokter)
diperkirakan mampu memberikan pelayanan maksimal 40 - 70 sasaran per hari.
Jumlah sasaran per sesi pelayanan adalah sekitar 10-15 orang.

Cara perhitungan kebutuhan tenaga pelaksana yang dibutuhkan per hari:

● Jumlah sasaran per hari =

● Jumlah sesi pelayanan yang direncanakan per hari =

● Jumlah pos imunisasi per hari =

● Jumlah tenaga yang dibutuhkan per hari = jumlah pos imunisasi per
hari x (1 vaksinator + 2 nakes lain + 2 kader).

Catatan: jumlah tim dapat menyesuaikan dengan ketersediaan tenaga

Tabel 4. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Pelaksana per hari

[23]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Jumlah sesi Jumlah pos Jumlah


Jumlah Jumlah hari Jumlah pelayanan yang imunisasi tenaga yg
Desa/Kel
Sasaran pelaksanaan sasaran direncanakan per per hari dibutuhkan
per hari hari per hari

Tabel 5. Contoh Perhitungan Kebutuhan Tenaga Pelaksana per Hari

Desa/Kel Jumlah Jumlah


Sasaran hari Jumlah sesi Jumlah Jumlah
pelaksan Jumlah pelayanan pos/fasyank tenaga yg
aan sasaran yang es per hari dibutuhkan
per hari direncanaka per hari
n per hari Misal: Jumlah (1 pos minimal
(asumsi jml sesi per 1 hari 1 vaksinator, 2
dalam 1 pos
adalah 2.

[24]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

sasaran per
nakes lain
1 sesi: 10
dan 2 kader)
orang)

5 vaksinator
A 1.000 10 100 10 5 10 Nakes lain
10 kader

3 vaksinator,
500 10 6 nakes lain
B 50 5 3 6 kader

Perhitungan kebutuhan vaksin dan logistik, inventarisasi sarana cold


chain dan perhitungan kebutuhan tenaga pelaksana menggunakan
Lampiran 5

3.5 Advokasi dan Penggerakan Masyarakat

Pembentukan dan pengaktifan kelompok kerja sangat diperlukan dalam pelaksanaan


pemberian imunisasi COVID-19 terutama untuk advokasi dan penggerakan
masyarakat.

a. Advokasi dan diseminasi informasi

[25]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Sebelum pelaksanaan kegiatan, perlu dilakukan advokasi kepada Pemerintah


Daerah tingkat provinsi (Gubernur) dan kab/kota (Bupati/Walikota) serta DPRD
provinsi dan kab/kota sebagai penanggung jawab daerah.
Diseminasi informasi bertujuan untuk memperoleh dukungan dari lintas program
dan lintas sektor terkait demi suksesnya penyelenggaraan kegiatan. Lintas program
yang dapat dilibatkan antara lain: bidang Kesehatan Masyarakat, Promosi
Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Bina Program, dan Farmasi. Lintas sektor terkait
yang dapat dilibatkan secara aktif dalam kegiatan antara lain: Dinas Komunikasi
dan Informasi, Dinas Tenaga Kerja, Bappeda, TNI/Polri, tokoh agama/tokoh
masyarakat, LSM, PKK, BKKBN, organisasi profesi, organisasi keagamaan,
organisasi masyarakat, dunia usaha, dan media massa seperti koran lokal, radio
RRI /swasta, TV lokal, media sosial. Informasi yang penting untuk diberikan adalah
jenis imunisasi dan manfaat, tanggal pelaksanaan, lokasi pelaksanaan,
melaksanakan protokol kesehatan ketika mendatangi pos imunisasi (contoh:
penggunaan masker kain, jaga jarak, dll).

b. Penggerakan masyarakat

Penggerakan masyarakat melalui:

● Informasi melalui media cetak, media elektronik, dan media sosial tentang
pelaksanaan Kegiatan Pemberian Imunisasi COVID-19
● PKK, kader kesehatan, dan komponen masyarakat lain dengan
memberitahukan kepada sasaran tentang hari, tanggal, waktu dan lokasi
fasilitas pelayanan imunisasi.
● Pemberitahuan kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, pengumuman
langsung melalui tempat-tempat ibadah (Mesjid, Gereja, Pura, Kelenteng, dll).
● Pemasangan media KIE di tempat-tempat yang strategis.

[26]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

3.6 Evaluasi Persiapan

Evaluasi persiapan dilakukan menggunakan daftar tilik readiness assessment


terlampir yang akan dijelaskan secara rinci pada bab Monitoring dan Evaluasi.

[27]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[28]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB IV

PELAKSANAAN PELAYANAN
IMUNISASI COVID-19

[29]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[30]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB IV
PELAKSANAAN PELAYANAN IMUNISASI
COVID-19

4.1 Prinsip Pelaksanaan Imunisasi COVID-19


Prinsip – prinsip yang harus menjadi acuan dalam melaksanakan pelayanan imunisasi
COVID-19 yaitu:
1. Pemberian imunisasi COVID-19 dilakukan oleh dokter, perawat atau bidan yang
memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun
swasta yang menjadi tempat pelaksanaan pelayanaan imunisasi COVID-19.
2. Pelaksanaan pelayanan imunisasi COVID-19 tidak menganggu pelayanan imunisasi
rutin dan pelayanan kesehatan lainnya;
3. Pelayanan imunisasi dapat dilakukan di puskesmas dan jaringan pelayanannya
(puskesmas pembantu dan puskesmas keliling) maupun fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya yang memberikan layanan imunisasi sesuai aturan dan kebijakan pemerintah
daerah setempat ;
4. Memberikan kartu undangan kepada sasaran prioritas sebelum pelaksanaan
pemberian imunisasi dan setelah sasaran mendapatkan imunisasi diberikan kartu
imunisasi sebagai bukti (desain undangan dan kartu imunisasi dapat dilihat pada
Lampiran 22 dan 23);
5. Melakukan skrining/penapisan terhadap status kesehatan sasaran sebelum dilakukan
pemberian imunisasi, baik terkait penyakit penyerta (komorbid) maupun status
infeksi/penyakit COVID-19 nya ;
6. Menerapkan protokol kesehatan; serta
7. Mengoptimalkan kegiatan surveilans COVID-19 termasuk pelaporannya
Pelayanan imunisasi dilaksanakan berdasarkan pertimbangan risiko dan manfaat.
Dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas harus
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan penilaian dan pemetaan risiko berdasarkan analisis epidemiologi transmisi
lokal COVID-19 dan besaran target sasaran;
2. Menyusun rekomendasi berlangsungnya pelaksanaan pelayanan imunisasi di wilayah
kerjanya;
3. Melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah setempat untuk memperoleh
dukungan dari pimpinan daerah beserta seluruh perangkat daerah baik dari segi
kebijakan maupun operasional agar pelayanan imunisasi dapat berjalan dengan baik
untuk memberikan perlindungan optimal kepada sasaran;
4. Melaksanakan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait termasuk
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, tokoh
masyarakat, dan tokoh agama dalam pelayanan imunisasi COVID-19.
5. Melakukan monitoring intensif terhadap cakupan imunisasi COVID-19 untuk
memastikan semua sasaran mendapatkan imunisasi serta surveilans untuk
mendapatkan gambaran tingkat perlindungan di masyarakat dan untuk mengidentifikasi
kelompok masyarakat yang berisiko tinggi.

[31]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Apabila berdasarkan penilaian dan pemetaan risiko disimpulkan bahwa pelayanan


imunisasi tidak mungkin dilaksanakan, maka petugas (dibantu kader kesehatan) harus
mencatat sasaran yang belum mendapatkan pelayanan imunisasi untuk diprioritaskan pada
kesempatan pertama saat pelayanan imunisasi dapat diberikan.
Pada puskesmas, puskesmas pembantu, serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
yang biasanya memberikan layanan imunisasi rutin, maka pelayanan imunisasi rutin dapat
tetap dilaksanakan sesuai jadwal yang telah disusun dan menambahkan jadwal
pelaksanaan imunisasi COVID-19 dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Pemberian pelayanan imunisasi COVID-19 melibatkan peran swasta yang telah
memiliki kerjasama dengan Dinas Kesehatan kabupaten/kota setempat sebagai bagian dari
upaya Public Private Mix (PPM) melalui koordinasi dengan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota.

Gambar 5 Jejaring Layanan Imunisasi

4.2 Ketentuan Ruang dan Waktu Pelayanan Imunisasi


Pelayanan imunisasi COVID-19 harus menerapkan protokol kesehatan, meliputi
pengaturan ruangan, pengaturan waktu layanan dengan mempertimbangkan jumlah
sasaran maksimal per sesi serta ketersediaan vaksinator dan kader. Pemerintah Daerah
dapat membentuk tim pengawas pelaksanaan layanan imunisasi COVID-19 ini agar tetap
berjalan sesuai dengan aturan protokol kesehatan.
a. Ketentuan Ruang/Tempat Pelayanan Imunisasi:

1) Menggunakan ruang/tempat yang cukup luas dengan sirkulasi udara yang baik (dapat
juga mendirikan tenda di lapangan terbuka). Bila menggunakan kipas angin, letakkan
kipas angin di belakang petugas kesehatan agar arah aliran udara kipas angin
mengalir dari tenaga kesehatan ke sasaran imunisasi;
2) Memastikan ruang/tempat pelayanan imunisasi bersih dengan membersihkan sebelum
dan sesudah pelayanan dengan cairan disinfektan;
3) Tersedia fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau hand sanitizer;
4) Atur meja pelayanan antar petugas agar menjaga jarak aman 1 – 2 meter.

[32]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

5) Ruang/tempat pelayanan imunisasi hanya untuk melayani orang sehat;


6) Sediakan tempat duduk bagi sasaran imunisasi untuk menunggu sebelum imunisasi
dan 30 menit sesudah imunisasi dengan jarak aman antar tempat duduk 1 – 2 meter.
Atur agar tempat/ruang tunggu sasaran yang sudah dan sebelum imunisasi terpisah.
Jika memungkinkan tempat untuk menunggu 30 menit sesudah imunisasi di tempat
terbuka.

Meja 1 Meja 2 Meja 3 Meja 4


(disarankan >1 meja, sesuaikan (disarankan >1 meja,
dengan jumlah tenaga sesuaikan dengan jumlah Pencatatan
kesehatan yang ada) tenaga kesehatan yang ada,
di dalam ruangan dengan Petugas mempersilakan
Pendaftaran Skrining tetap menerapkan protokol sasaran untuk mengunggu
Pencatatan Anamnesa kesehatan) 30 menit (antisipasi apabila
(validasi data) ada KIPI)
Edukasi
Pemberian imunisasi
Imunisasi COVID-19

Gambar 6 Alur Pelayanan Pemberian Imunisasi COVID-19 di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan

Mekanisme/alur pelayanan baik di puskesmas, puskesmas pembantu maupun FKTP


penyelenggara layanan imunisasi lainnya serta Rumah Sakit secara lebih rinci dijelaskan
pada tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Mekanisme/Alur Pelayanan Imunisasi di Fasyankes

Meja Pelayanan Puskesmas, Puskesmas Rumah Sakit


Pembantu, Klinik Imunisasi
(FKTP jejaring layanan
puskesmas)

Meja 1 (petugas 1) Petugas pendaftaran 1) Petugas pendaftaran


pendaftaran) memanggil calon penerima memanggil calon penerima
imunisasi ke meja 1 sesuai imunisasi ke meja 1 sesuai
dengan no. urutan kedatangan dengan no. urutan
2) Petugas pendaftaran kedatangan
memastikan sasaran 2) Petugas pendaftaran
membawa undangan dan memastikan sasaran
melakukan verifikasi data membawa undangan atau
menggunakan lembar surat pengantar rujukan bagi
pendataan sasaran pada sasaran yang dirujuk oleh
format mikroplaning FKTP dan melakukan
Lampiran 2 (lembar ini dapat verifikasi data
di fotokopi terlebih dahulu menggunakan lembar
sebelum pelayanan sebagai pendataan sasaran pada
alat bantu verifikasi) format mikroplaning
3) Petugas mengisi identitas di Lampiran 2 (lembar ini
kartu imunisasi COVID-19, dapat di fotokopi terlebih
memberikan kartu tersebut dahulu sebelum pelayanan
dan mengarahkan sasaran ke sebagai alat bantu

[33]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Meja 2 verifikasi)
3) Petugas mengisi identitas di
kartu imunisasi COVID-19,
memberikan kartu tersebut
dan mengarahkan sasaran ke
Meja 2

Meja 2 (petugas 1) Petugas kesehatan 1) Petugas kesehatan


kesehatan) melakukan anamnesa untuk melakukan anamnesa untuk
melihat kondisi kesehatan dan melihat kondisi kesehatan
mengidentifikasi penyakit dan mengidentifikasi
penyerta (komorbid) serta penyakit penyerta
melakukan pemeriksaan (komorbid) serta melakukan
fisik sederhana (memeriksa pemeriksaan fisik
suhu tubuh dan tekanan menggunakan format
darah) menggunakan format skrining Lampiran 10
skrining Lampiran 10 2) Dokter ahli menentukan
2) Petugas menentukan apakah apakah pasien sehat/layak
pasien sehat atau untuk diberikan imunisasi
ditunda/dirujuk atau ditunda pemberian
3) Sasaran yang memiliki imunisasinya
penyakit penyerta 3) Petugas kesehatan mengisi
(komorbid) tidak terkontrol format skrining dan
dianjurkan untuk menyerahkan kepada peserta
memperoleh imunisasi di 4) Sasaran yang dinyatakan
Faskes Rujukan/Lanjutan sehat dan dapat diimunisasi
oleh Dokter Ahli (diberikan saat ini di minta untuk
surat pengantar rujukan melanjutkan ke Meja 3
Lampiran 11)
4) Petugas kesehatan mengisi
format skrining dan
menyerahkan kepada peserta
5) Sasaran yang dinyatakan
sehat dan dapat diimunisasi
saat ini di minta untuk
melanjutkan ke Meja 3

Meja 3 1) Sasaran membawa kartu 1) Sasaran membawa kartu


(vaksinator) imunisasi dan format skrining imunisasi dan format skrining
2) Peserta duduk dalam posisi 2) Peserta duduk dalam posisi
yang nyaman yang nyaman
3) Petugas memberikan 3) Petugas memberikan
penjelasan singkat tentang penjelasan singkat tentang
vaksin yang akan diberikan, vaksin yang akan diberikan,
manfaat dan reaksi simpang manfaat dan reaksi simpang
(KIPI) yang mungkin akan (KIPI) yang mungkin akan
terjadi dan upaya terjadi dan upaya
penanganannya

[34]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

4) Petugas memberikan penanganannya


imunisasi secara intra 4) Petugas memberikan
muskular sesuai prinsip imunisasi secara intra
penyuntikan aman muskular sesuai prinsip
5) Selesai penyuntikan petugas penyuntikan aman
meminta dan mengarahkan 5) Selesai penyuntikan petugas
sasaran untuk ke Meja 4 dan meminta dan mengarahkan
menunggu selama 30 menit sasaran untuk ke Meja 4
di ruang terpisah dan menunggu selama 30
6) Pengaturan meja 3 juga perlu menit di ruang terpisah
mempertimbangkan sasaran 6) Pengaturan meja 3 juga perlu
wanita berhijab yang mempertimbangkan sasaran
membutuhkan ruang/area wanita berhijab yang
tertutup untuk membuka membutuhkan ruang/area
lengan baju ketika akan tertutup untuk membuka
disuntik lengan baju ketika akan
disuntik

Meja 4 (petugas 1) Sasaran menyerahkan kartu 1) Sasaran menyerahkan kartu


pencatatan) imunisasi dan format skrining imunisasi dan format skrining
2) Petugas mengisi format 2) Petugas mengisi format
pencatatan sesuai kartu pencatatan sesuai kartu
imunisasi dan format skrining imunisasi dan format skrining
3) Petugas mengisi tanggal 3) Petugas mengisi tanggal
kembali untuk dosis kedua kembali untuk dosis kedua
di kartu imunisasi dan di kartu imunisasi dan
menjelaskan kepada menjelaskan kepada
sasaran sasaran
4) Petugas mempersilahkan 4) Petugas mempersilahkan
untuk menunggu di ruang untuk menunggu di ruang
observasi observasi

[35]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Gambar 7 Contoh Pengaturan Ruang/Tempat Pelayanan Imunisasi

Catatan : Pengaturan ruang/tempat pelayanan imunisasi dapat disesuaikan dengan situasi


di fasilitas pelayanan kesehatan masing-masing dengan menerapkan prinsip PPI dan
menjaga jarak aman 1 – 2 meter.

b. Ketentuan Waktu Pelayanan Imunisasi:

1) Pelayanan di puskesmas tidak mengganggu jadwal pelayanan imunisasi rutin.


Tentukan jadwal hari atau jam pelayanan khusus imunisasi COVID-19 di puskesmas
dan sosialisasikan jadwal kepada kader dan masyarakat (dapat membuat WA grup
dengan kader).
2) Jam layanan tidak perlu lama dan batasi jumlah sasaran yang dilayani dalam satu kali
sesi pelayanan. Jika jumlah sasaran banyak bagi menjadi beberapa kali sesi
pelayanan agar tidak terjadi penumpukan atau kerumunan orang.
3) Informasikan nomor telepon petugas kesehatan atau kader yang dapat dihubungi
untuk membuat jadwal janji temu imunisasi yang akan datang.
4) Untuk layanan imunisasi COVID-19 di fasyankes lainnya seperti di RS/Klinik baik milik
pemerintah maupun swasta yang telah memiliki kerjasama dengan Dinas Kesehatan
kabupaten/kota setempat maka jadwal layanan dapat diatur dan disesuaikan dengan

[36]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

memperhatikan jadwal layanan kesehatan lainnya, pengaturan ruang dan alur


pelayanan serta tetap memperhatikan protokol kesehatan dengan ketat.

4.3 Public Private Mix (PPM) pada Pelaksanaan Pemberian Imunisasi COVID-19
Dalam upaya peningkatan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata melalui
peningkatan akses terhadap layanan imunisasi yang berkualitas dan sesuai standar,
termasuk dalam rangka pelaksanaan pelayanan imunisasi COVID-19, dibutuhkan jejaring
layanan imunisasi yang terintegrasi antar semua fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
baik di tingkat kecamatan, maupun kabupaten/kota. Penerapan jejaring tersebut
dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan jangkauan layanan sesuai standar nasional dan masuk dalam sistem
pencatatan dan pelaporan.
Pelaksanaan jejaring layanan imunisasi merupakan tanggung jawab Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan jajarannya, dengan melibatkan seluruh fasyankes baik
pemerintah maupun swasta. Jejaring ini bisa menggunakan pendekatan (1) pemerintah-
pemerintah yaitu antara program imunisasi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
layanan imunisasi yang terdapat di fasyankes pemerintah seperti RSUD, RS TNI/Polri, dan
puskesmas dan pendekatan (2) pemerintah-swasta yaitu program imunisasi di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan layanan imunisasi yang terdapat di fasyankes swasta
seperti RS, Bidan praktek mandiri/BPM, klinik imunisasi, dokter praktek mandiri, dll.
Lingkup jejaring layanan imunisasi terdiri dari jaringan internal dan eksternal.
Jejaring internal layanan imunisasi adalah jejaring seluruh program di puskesmas yang
terlibat dalam layanan imunisasi baik secara langsung maupun tidak seperti program
imunisasi, KIA, surveilans PD3I dan promkes. Jejaring internal ini bertujuan untuk
meningkatkan kerjasama berbagai program yang terkait baik secara langsung maupun tidak
dengan program imunisasi, menjangkau semua sasaran imunisasi sesuai kelompok usia
yang tidak terjangkau melalui program imunisasi sehingga dapat memberikan imunisasi
dengan tepat sesuai jenis dan usianya, serta memastikan setiap sasaran imunisasi
mendapatkan layanan kesehatan yang komprehensif sesuai dengan kebutuhannya.
Jejaring eksternal adalah hubungan koordinasi dan pembinaan antara pemberi
layanan imunisasi oleh fasyankes dengan Tim Jejaring Layanan Imunisasi di Fasyankes
Pemerintah dan Swasta, institusi/organisasi yang menaungi fasyankes tersebut maupun
tenaga pelaksana imunisasinya, dengan masyarakat sebagai pengontrol jalannya jejaring
tersebut.

[37]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Klinik Imunisasi

Gambar 8 Alur Jejaring Eksternal Layanan Imunisasi

Koordinasi dilakukan untuk memastikan berfungsinya jejaring layanan imunisasi


saling terintegrasi antar semua layanan, semua hasil pelayanan imunisasi tercatat dan
terlaporkan dan dapat memberikan masukan kepada pemerintah khususnya kabupaten/kota
terkait program imunisasi, dalam hal ini khususnya dalam pelaksanaan pelayanan imunisasi
COVID-19.

4.4 Distribusi serta Manajemen Vaksin dan Logistik


4.4.1 Distribusi Vaksin dan Logistik

Vaksin dan logistik yang disediakan oleh Pusat didistribusikan ke Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota ke Puskesmas. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang
telah memiliki kerjasama dan akan memberikan layanan imunisasi COVID-19, dapat
mengambil vaksin dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau puskesmas terdekat.
Seluruh pihak terkait harus memastikan jadwal pengiriman vaksin dan logistik
imunisasi dalam rangka menjamin ketersediaan vaksin dan logistik imunisasi pada beberapa
tingkat administrasi di provinsi/kabupaten/kota serta puskesmas. Prinsip pelaksanaan tidak
menganggu distribusi vaksin untuk pelayanan imunisasi rutin.
Pada tingkat layanan puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya petugas
disarankan untuk memantau ketersediaan stok vaksin, logistik dan APD, meninjau kapasitas
rantai dingin, memastikan manajemen penyimpanan vaksin dan logistik imunisasi sesuai
dengan SOP serta memodifikasi perencanaan, penerimaan dan jadwal distribusi vaksin saat
diperlukan untuk menghindari beban berlebih pada rantai dingin. Hal ini merupakan salah
satu kegiatan yang sangat penting dalam menjaga ketersediaan stok dan mencegah
terjadinya kekosongan vaksin dan logistik imunisasi lainnya.
Seluruh proses distribusi vaksin program sampai ke tingkat pelayanan harus
mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu memberikan kekebalan yang

[38]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

optimal kepada sasaran. Proses distribusi vaksin dan logistik imunisasi lainnya termasuk
penyimpanan tetap dilaksanakan dengan memperhatikan protokol kesehatan serta Standar
Operasional Prosedur (SOP) manajemen rantai dingin yang berlaku. Adapun pelaksanaan
hal tersebut adalah sebagai berikut:
1) Distribusi vaksin dan logistik imunisasi dilakukan dengan cara diantar oleh petugas
kabupaten/kota atau dapat diambil oleh petugas puskesmas;
2) Distribusi vaksin dan logistik imunisasi dilakukan atas dasar permintaan resmi dari
puskesmas dengan mempertimbangkan stok maksimum dan daya penyimpanan
vaksin dan logistik di puskesmas;
3) Maksimal stok vaksin puskesmas adalah 1 bulan kebutuhan ditambah dengan 1
minggu cadangan atau dapat ditambah dengan mempertimbangkan adanya
pembatasan perjalanan yang diberlakukan pemerintah setempat;
4) Distribusi vaksin wajib menggunakan cold box atau vaccine carrier disertai dengan
cool pack untuk vaksin. Logistik imunisasi lainnya dapat menggunakan sarana
pembawa kering lainnya;
5) Distribusi vaksin dan logistik imunisasi disertai dengan dokumen pengiriman berupa
Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dan Vaccine Arrival Report (VAR);
6) Pada setiap cold box atau vaccine carrier disertai dengan indikator pembekuan;
7) Lakukan tindakan disinfeksi pada permukaan cold box atau vaccine carrier dengan
menggunakan cairan disinfektan yang sesuai standar;
8) Menggunakan masker bedah/masker medis dan apabila diperlukan memakai sarung
tangan pada saat penataan vaksin di vaccine refrigerator;
9) Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer sebelum
dan sesudah menangani vaksin dan logistik imunisasi;
10) Pemantauan dan perekaman suhu vaccine refrigerator dilakukan 2 (kali) dalam satu
hari;
11) Penyimpanan vaksin serta logistik imunisasi lainnya (Auto Disable Syringe/ADS dan
Safety Box) mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku;
12) Beberapa ketentuan yang harus selalu diperhatikan dalam pemakaian vaksin secara
berurutan adalah paparan vaksin terhadap panas (status VVM, masa kadaluwarsa
vaksin, waktu pendistribusian/penerimaan serta ketentuan pemakaian sisa vaksin;
13) Distribusi vaksin pada fasilitas pelayanan kesehatan swasta dapat dilakukan dengan
cara diantar oleh petugas puskesmas atau diambil oleh petugas fasilitas pelayanan
kesehatan swasta atas dasar permintaan resmi dengan tetap memperhatikan protokol
kesehatan;
14) Pencatatan dan pelaporan penerimaan dan pengunaan vaksin harus tetap dilakukan
dengan menggunakan format pelaporan yang telah ditetapkan.
Dalam mikroplaning juga harus tercantum dengan jelas rencana distribusi logistik dan
perhitungan serta sumber pembiayaan yang dibutuhkan. Logistik didistribusikan sampai ke
Puskesmas paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan. Pertanggungjawaban biaya
operasional disampaikan sesuai dengan sumber dananya, paling lambat satu minggu
setelah pelaksanaan kegiatan.

4.4.2 Manajemen Vaksin dan Logistik

[39]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Penyimpanan vaksin dan logistik imunisasi dalam vaccine refrigerator harus sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam rangka menjamin kualitas vaksin tetap
terjaga sampai diterima oleh sasaran. Penyimpanan vaksin untuk imunisasi rutin dengan
target sasaran bayi dan vaksin untuk imunisasi COVID-19 dengan target sasaran orang
dewasa perlu diatur secara terpisah dalam rak atau keranjang vaksin dalam rangka
menghindari kesalahan pengambilan.
Penyimpanan vaksin bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang belum memiliki vaccine
refrigerator buka atas sesuai Pre-Kualifikasi WHO, masih dapat memanfaatkan lemari es
domestik/ rumah tangga, dimana penataan vaksin dilakukan berdasarkan penggolongan
sensitivitas terhadap suhu dan sesuai manajemen vaksin yang efektif.

Tabel 7. Penggolongan Vaksin Berdasarkan Sensitivitasnya Terhadap Suhu

■ Hepatitis B
■ Td
FS Gol. vaksin yang akan■ DPT-HB-Hib
(Freeze Sensitive) rusak terhadap suhu■ DT
dingin <00C (beku) ■ TT
tidak tahan beku
■ IPV
■ COVID-19*

HS Gol. vaksin yang■ BCG


akan rusak terhadap■ POLIO
(Heat Sensitive) CAMPAK
paparan panas yang■
tidak tahan panas berlebih (>340C) ■ MR

*Vaksin COVID-19 yang saat ini tersedia dengan platform inactivated merupakan
golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin (beku) sehingga untuk
penyimpanan sama seperti manajemen penyimpanan vaksin IPV. Vaksin dapat
disimpan pada suhu 2 – 8⁰C dan dijauhkan dari evaporator.

*Untuk vaksin COVID-19 dengan platform lainnya mekanisme penyimpanan akan


ditentukan kemudian.

[40]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Gambar 9.Contoh Penyimpanan Vaksin COVID-19 di Lemari Es Buka Atas dan Buka Depan

Pengelolaan vaksin pada saat pelayanan imunisasi harus memperhatikan hal-hal


sebagai berikut:
1. Petugas kesehatan atau petugas pemberi imunisasi (vaksinator) bertanggung
jawab membawa vaccine carrier ke tempat pelayanan.
2. Saat pelayanan, Vaccine carrier jangan terpapar sinar matahari langsung.
Pastikan Vaccine carrier dalam keadaan bersih sebelum digunakan. Vaksin yang
sudah dipakai ditempatkan pada spons atau busa penutup vaccine carrier,
sedangkan vaksin yang belum dipakai tetap disimpan di dalam vaccine carrier

Masukan Cool Pack Masukan vaksin Tutup rapat vaccine


carrier

Gambar 10 . Penyimpanan Vaksin di Dalam Vaccine Carrier

[41]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

3. Vaksin yang akan dipakai harus dalam kondisi baik : label masih ada, tidak
terendam air, disimpan dalam suhu 2-8 oC, belum kadaluarsa dan VVM dalam
kondisi A atau B.

Gambar 11. Status VVM Vaksin

Keterangan: Belum ada kepastian apakah vaksin yang saat ini tersedia
dilengkapi dengan VVM
4. Vaksin yang belum terbuka diberi tanda dan dibawa kembali ke ruang
penyimpanan untuk disimpan di dalam vaccine refrigerator pada suhu 2 - 8oC.
Vaksin tersebut didahulukan penggunaannya pada pelayanan berikutnya.
5. Penting untuk mencantumkan tanggal dan waktu pertama kali vaksin dibuka.
6. Saat sesi pelayanan sudah selesai setiap harinya, petugas bertanggung jawab
mengembalikan sisa vaksin yang belum dibuka dan vaccine carrier ke ruang
penyimpanan di puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
SOP, sedangkan safety box yang telah terisi disimpan di ruangan/tempat khusus
yang diperuntukkan untuk menyimpan sementara limbah medis sebelum
dikelola/dimusnahkan, jauh dari jangkauan pengunjung terutama anak-anak.

Vaksin harus digunakan secara efisien. Diharapkan agar dapat dicapai Indeks
Pemakaian (IP) vaksin seoptimal mungkin.

Tabel 8. Contoh Strategi yang Dapat Diterapkan Untuk Menjaga Indeks Pemakaian (IP):

1. Persiapan: ● Lakukan pendataan sasaran sesuai yang disarankan dalam


Petunjuk Teknis ini agar cukup waktu untuk membuat penjadwalan
secara rinci.
● Sebisa mungkin penuhi daftar sasaran melalui janji temu agar hadir
dalam jumlah yang sesuai IP (contoh, untuk vaksin 10 dosis,
jadwalkan per 10 orang).
● Siapkan daftar petugas kesehatan dan kader yang akan terlibat,
dan daftar tugas serta jadwal tugas agar pada hari pelaksanaan
kegiatan dapat berjalan secara efisien.
● Libatkan kader dan anggota masyarakat lain dalam membantu
mengingatkan jadwal imunisasi.

[42]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

2. Pelaksanaan: ● Lakukan briefing pagi hari sebelum mulai pelaksanaan dan mulai
koordinasikan pembagian tugas, jumlah sasaran, logistik.
● Buka vial satu, gunakan sampai habis sebelum membuka vial
berikutnya.
● Selalu hindari pre-filling. Pastikan peserta imunisasi sudah hadir
ditempat dan siap menerima imunisasi sebelum mengisi alat suntik.
● Limbah botol vaksin yang sudah dibuka, di kumpulkan dalam wadah
tersendiri dan dihitung di hari sesi.

3. Lakukan evaluasi harian untuk menggaris bawahi hal-hal yang sudah berjalan dengan baik,
dan mengambil pelajaran untuk perbaikan untuk sesi hari selanjutnya.

4.4 Dosis and Cara Pemberian Vaksin COVID-19

Pelaksanaan pemberian imunisasi akan tergantung dari jenis vaksin yang terbukti
efektif dan aman. Vaksin COVID-19 diberikan melalui suntikan intramuskular di bagian
lengan kiri atas dengan dosis 0.5 ml. Setiap sasaran akan mendapatkan dua dosis vaksin
COVID-19 dari jenis vaksin yang sama, sesuai dengan waktu pemberian (hari ke-) yang
ditetapkan, sehingga dapat membentuk kekebalan (antibodi) terhadap COVID-19 secara
optimal dan untuk memudahkan monitoring dan evaluasi ke depan. Dosis administrasi
beberapa pilihan vaksin dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 9. Pilihan Vaksin, Dosis dan Interval Pemberian

Vaksin Asal Antigen Jumlah Waktu Cara


COVID-19 (Platform) Dosis Pemberian Pemberian
Pemberian (hari ke-)*

[43]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Sinovac Inactivated 2 0 dan 14 I.M


(Biofarma)

Sinopharm Inactivated 2 0 dan 21 I.M


(Kimia
Farma)

 Akan ditentukan kemudian

Langkah-langkah dan prosedur penyuntikan vaksin COVID-19:

1) Lakukan skrining/penapisan terhadap sasaran yang akan disuntik. Imunisasi


COVID-19 tidak boleh diberikan pada pasien dengan kondisi imunokompromais,
wanita hamil, anak berusia di bawah 18 tahun, dan kelompok usia ≥ 60 tahun
mengingat belum ada data dukung keamanan vaksin. Pada sasaran yang
memiliki penyakit penyerta (komorbid) yang termasuk dalam kelompok besar
(hipertensi, diabetes melitus, jantung, Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dan
penyakit paru lainnya) yang tidak terkontrol, maka pemberian imunisasi harus
dilakukan di RS tempat dokternya merawat atau RS lainnya yang ditunjuk.
2) Imunisasi dilakukan secara intramuskular dengan menggunakan alat suntik sekali
pakai (Auto Disable Syringes/ADS) 0,5 ml (ukuran jarum 24G).

[44]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Gambar 12 Penyuntikan Secara Intramuskular

3) Pengambilan vaksin dengan cara memasukkan jarum ke dalam vial vaksin dan
memastikan ujung jarum selalu berada di bawah permukaan larutan vaksin
sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam spuit.
4) Tarik torak perlahan-lahan agar larutan vaksin masuk ke dalam spuit dan
keluarkan udara yang tersisa dengan cara mengetuk alat suntik dan mendorong
torak sampai pada skala 0.5 ml, kemudian cabut jarum dari vial.
5) Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan alkohol swab, tunggu hingga
kering.
6) Untuk penyuntikan intramuskular tidak perlu dilakukan aspirasi terlebih dahulu.

[45]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Gambar 13 Cara Penyuntikan Vaksin

7) Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik keluar, kemudian ambil kapas kering
baru lalu tekan pada bekas suntikan. Jika terjadi perdarahan, kapas tetap ditekan
pada lokasi suntikan hingga darah berhenti.
8) Buang alat suntik habis pakai ke dalam safety box tanpa menutup kembali jarum
(no recapping).

Gambar 14 . Cara Membuang Alat Suntik Habis Pakai ke Dalam Safety Box

9) Untuk mengantisipasi terjadinya kasus KIPI yang serius maka sasaran diminta
untuk tetap tinggal di tempat pelayanan imunisasi selama 30 menit sesudah

[46]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

imunisasi dan petugas harus tetap berada di tempat pelayanan minimal 30 menit
setelah sasaran terakhir diimunisasi.
10) Petugas kesehatan menerapkan protokol kesehatan selama pelayanan
berlangsung dengan mengacu pada Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi Pada
Masa Pandemi COVID-19.
11) Pengelolaan rantai dingin pada saat pelayanan sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.

INGAT!!
 PEMBERIAN vaksin dosis pertama dan dosis kedua harus dengan jenis
VAKSIN YANG SAMA
 PASTIKAN tidak salah dalam mengambil vaksin
 MASUKKAN alat suntik yang sudah di pakai dalam safety box
 JANGAN menyentuh dan menutup kembali jarum setelah penyuntikan

Beberapa hal yang perlu juga diperhatikan sebelum melakukan pelayanan imunisasi
adalah sebagai berikut:

1) Pastikan petugas kesehatan dalam kondisi sehat (tidak demam, batuk, pilek,
dan lain-lain)
2) Vaksin yang akan digunakan untuk pelayanan dibawa dengan menggunakan
vaccine carrier yang diisi cool pack
3) Bersihkan vaccine carrier sebelum dan sesudah pelayanan imunisasi (sebelum
vaccine carrier disimpan kembali) dengan cairan disinfektan
4) Membawa vaksin, ADS, Safety Box, perlengkapan anafilaktik, dan logistik
imunisasi lainnya, seperlunya, dengan memperhatikan jumlah sasaran yang
telah dilakukan pendataan sebelumya
5) Menggunakan masker bedah/masker medis dan apabila tersedia juga memakai
sarung tangan pada saat penataan vaksin dalam vaccine carrier

[47]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Beberapa hal yang harus dikerjakan oleh petugas pelaksana imunisasi antara lain:

1) Memastikan vaksin dan peralatan rantai vaksin dalam kondisi baik.


2) Memberikan imunisasi secara aman sesuai prosedur.
3) Melakukan pengelolaan limbah imunisasi secara aman.
4) Memantau, menangani dan melaporkan kasus KIPI.
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan hasil layanan imunisasi dan logistik yang
digunakan secara lengkap pada akhir kegiatan.
6) Membina kader dalam melaksanakan tugasnya.
7) Melakukan kerjasama dengan tokoh agama/tokoh masyarakat.
8) Melakukan upaya identifikasi dan melaksanakan tindak lanjut penjangkauan
sasaran yang belum mendapat imunisasi saat pelayanan.
9) Memastikan pelayanan imunisasi mematuhi protokol kesehatan untuk
pencegahan penularan COVID-19.

Kader kesehatan/petugas khusus bertugas membantu pelaksanaan imunisasi dalam


hal:

1) Menggerakkan sasaran untuk datang ke tempat pelayanan imunisasi.


2) Mengatur alur pelayanan imunisasi.
3) Mencatat identitas sasaran dan memberi kartu imunisasi/kartu imunisasi
elektronik sebagai tanda/bukti kepada sasaran yang sudah diimunisasi.
4) Melaporkan pada petugas kesehatan bila ditemukan kasus KIPI.
5) Membantu melakukan pendataan sasaran yang tidak hadir pada saat pelayanan
untuk kemudian dilakukan upaya tindak lanjut penjangkauan.

[48]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

4.5 Manajemen Limbah


Pada setiap tempat pelayanan imunisasi harus disediakan safety box dengan jumlah
yang cukup berdasarkan jumlah sasaran. Semua ADS yang telah digunakan harus
dimasukan ke dalam safety box. Jangan membuang sampah lainnya ke dalam safety box.
Setelah safety box terisi ¾ penuh, safety box tersebut harus diberi label, nama tempat
pelayanan dan tanggal pelayanan dan harus ditempatkan di tempat yang aman dengan
kondisi tertutup dan jauh dari jangkauan anak-anak dan masyarakat. Limbah lainnya seperti
vial vaksin, , alkohol swab, kapas, masker medis, dan sarung tangan dibuang ke dalam
kantong plastik khusus limbah medis atau kantong plastik biasa yang diberi tanda/ditulis
“limbah medis”. Pisahkan (gunakan kantong plastik yang berbeda) antara vial vaksin dengan
limbah alkohol swab, kapas, masker medis dan sarung tangan. Hal ini untuk memudahkan
dalam penghitungan dan pengecekan saat terjadi KIPI. Limbah yang telah terkumpul
tersebut kemudian harus dimusnahkan sesuai aturan dan prosedur yang telah ditetapkan.
Limbah dari penyelenggaraan imunisasi dengan puskesmas keliling atau pelayanan
kesehatan bergerak harus dibawa kembali ke puskesmas untuk kemudian dimusnahkan
bersama dengan limbah imunisasi lainnya sesuai SOP yang berlaku. Limbah dari fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya diperlakukan sama seperti limbah imunisasi hasil pelayanan
rutin.

Prosedur pengolahan limbah ada beberapa macam, yaitu :


1. Limbah Medis Infeksius Tajam
Ada beberapa alternatif dalam melakukan pengelolaan limbah infeksius tajam, yaitu:
● Dikubur di dalam bak beton
o Safety box yang berisi alat suntik bekas dimasukkan ke dalam bak beton.
o Model bak beton dengan ukuran lebar 2 x 2 meter minimal kedalaman mulai
1,5 meter, bak beton ini harus mempunyai penutup kuat dan aman
● Dibakar dengan Insinerator yang telah memperoleh ijin dari KLH
o Safety box yang berisi alat suntik bekas dimasukkan ke dalam insinerator.
o Model pembakaran dengan menggunakan Insinerator double Chamber dengan
tujuan untuk menghindari asap yang keluar dari proses pembakaran
insinerator.
● Apabila sumber daya dan sarana tersedia maka pengolahan limbah ini dapat
diserahkan pada pihak ketiga dengan perjanjian kerjasama (MoU) sesuai dengan
kebijakan dan ketentuan yang berlaku di wilayah kabupaten/kota masing-masing.
2. Limbah Medis Infeksius Non Tajam
● Pemusnahan limbah farmasi (sisa vaksin) dapat dilakukan dengan mengeluarkan
cairan vaksin dari dalam botol atau ampul, kemudian cairan vaksin tersebut
didesinfeksi terlebih dahulu dalam killing tank (tangki desinfeksi) untuk membunuh
mikroorganisme yang terlibat dalam produksi. Limbah yang telah didesinfeksi
dikirim atau dialirkan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) sesuai ketentuan
yang berlaku.
● Sedangkan botol atau ampul yang telah kosong dikumpulkan ke dalam tempat
sampah (kantong plastik) berwarna kuning selanjutnya diinsenerasi (dibakar dalam
insinerator) atau menggunakan metode non insinerasi (al. autoclaving, microwave)
dan dihancurkan.

[49]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

4.6 Pencatatan dan Pelaporan


Dalam suatu sistem yang berjalan, pencatatan dan pelaporan sangat penting
dilakukan untuk dapat mendokumentasikan rangkaian proses dan hasil kegiatan.
Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan harus akurat, lengkap dan tepat waktu.
Pencatatan dan pelaporan dalam pelaksanaan imunisasi, selain hasil layanan berupa
cakupan imunisasi juga penggunaan vaksin dan logistiknya. Berbagai sistem dan metode
pencatatan dan pelaporan dapat dilakukan baik secara manual maupun elektronik yang
dapat disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kemampuan daerah baik dari SDM pelaksana
maupun ketersediaan fasilitas maupu geografis. Dalam pelaksanaan imunisasi COVID-19
ini,
Pencatatan dan pelaporan dilakukan dalam dua cara baik secara manual maupun
secara elektronik.

4.6.1. Pencatatan dan Pelaporan Secara Manual

Pencatatan dan pelaporan secara manual hasil cakupan dan pemakaian vaksin
logistik menggunakan format terlampir (lampiranxxx) yang dilakukan secara berjenjang
mulai dari tingkat puskesmas, kabupaten/kota hingga provinsi.
Pencatatan dan pelaporan kegiatan pemberian imunisasi COVID-19 harus terpisah
dari pencatatan dan pelaporan imunisasi rutin. Direkapitulasi setelah kegiatan berakhir dan
dilaporkan setiap hari secara berjenjang. Batas waktu puskesmas melakukan pelaporan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah pukul 14.00 waktu setempat, batas waktu
penyampaian laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi
adalah pukul 15.00 waktu setempat, dan batas waktu pelaporan dari Dinas Kesehatan
Provinsi ke Kementerian Kesehatan dalam hal ini Subdit Imunisasi adalah pukul 16.00 waktu
setempat.
Apabila puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya memberikan layanan
imunisasi pada sore atau malam hari, capaian sesi tersebut tetap dimasukkan kedalam
laporan hari tersebut. Pelaporan hari tersebut diperbaharui keesokan harinya dengan
menambahkan keterangan “penambahan sesi sore/malam hari”. Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) yang telah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
memberikan pelayanan imunisasi COVID-19 pada kegiatan ini, harus mencatat dan
melaporkan hasil pelayanannya kepada puskesmas menggunakan format standar yang
digunakan oleh puskesmas (Lampiran 15), sementara itu, RS dan Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) yang melaksanakan pelayanan imunisasi COVID-19 mencatat
menggunakan format standar yang digunakan oleh puskesmas, akan tetapi melaporkan
hasil pelayanan imunisasi tersebut kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana
institusi berada dengan menggunakan format standar yang digunakan oleh Puskesmas dan
FKTP lainnya. Bagi FKTP mandiri, RS dan KKP bisa mendapatkan form-form pencatatan

[50]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

dan pelaporan standar dengan menghubungi Puskesmas atau Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota setempat.

KEMENTERIAN
KESEHATAN
(Subdit Imunisasi)

DINKES
PROVINSI

DINKES
RS dan KKP KAB/KOTA RS dan KKP

FKTP PUSKESMAS FKTP

Gambar 15 Skema Alur Pelaporan Hasil Cakupan Imunisasi dan Pemakaian Vaksin dan
Logistik Secara Manual

4.6.2 Pencatatan dan Pelaporan Secara Elektronik


Dalam rangka memantau pencapaian cakupan pelaksanaan secara cepat, maka
dilakukan juga pelaporan menggunakan RapidPro yang berbasis SMS atau Whatsapp.
Pelaporan secara manual tetap dilakukan menggunakan format pada lampiran Petunjuk
Teknis ini.
RapidPro akan memfasilitasi pencatatan otomatis, pengkodean geografis, analisis dan
pelaporan data agregat di tingkat puskesmas melalui SMS, WhatsApp dan web dashboard
yang didedikasikan khusus untuk kegiatan ini. Laporan harian berupa ringkasan data
capaian berdasarkan wilayah kerja akan dikirimkan melalui SMS secara real-time pada
waktu yang telah ditentukan kepada pejabat pemerintah terkait yang sudah terdaftar
sebagai penerima laporan. Data juga akan ditampilkan di dashboard http://imunisasi-
tambahan.kemkes.go.id/ dalam bentuk peta cakupan, grafik, maupun tabel excel yang dapat
di unduh dengan mudah.

1. Kriteria Pelapor
Pelaporan cakupan imunisasi COVID-19 hanya dapat dilakukan oleh 1 (satu) orang
penanggung jawab kegiatan imunisasi di puskesmas (misalnya Kepala
Puskesmas atau wakilnya atau pengelola program imunisasi puskesmas). Hal ini
diperlukan untuk menghindari duplikasi data. Data laporan hasil imunisasi harian dari

[51]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

FKTP penyelenggara imunisasi dimasukkan ke dalam data rekapitulasi harian


puskesmas, sedangkan data hasil pelayanan imunisasi dari RS dan KKP yang
masuk ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat diolah dan dipilah
berdasarkan wilayah kerja puskesmas untuk kemudian dikembalikan data nya ke
puskesmas dan dilaporkan melalui RapidPro.

2. Cara Pelaporan
Data dapat dilaporkan pada jam 13.00-14.00 waktu setempat melalui SMS atau
WhatsApp dengan mengetik kata kunci VC19 dan kirim ke nomor 93456 untuk SMS
atau 081-1500-9000 untuk WhatsApp. Ilustrasi alur pelaporan ditunjukkan pada
Gambar 16.

Gambar 16 Penggunaan RapidPro, Pelaporan Data dan Umpan Balik Cecara


Real-time

● Data yang dilaporkan adalah jumlah rekapitulasi total dari penerima


vaksin berdasarkan kategori tertentu (jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan,
status kepesertaan BPJS, dan ada tidaknya komorbid) dalam 1 (satu) hari
tersebut
● Revisi dapat dilakukan pada hari yang sama sampai dengan jam 23.59 waktu
setempat dengan mengulang proses pelaporan melalui SMS atau WhatsApp
dengan ketentuan sebagai berikut:
- Laporan dikirimkan dari nomor handphone, lokasi puskesmas, dan hari
yang sama.
- Data yang dilaporkan tersebut merupakan jumlah total data kumulatif
dengan data pelaporan yang dikirimkan sebelumnya di hari yang sama.
Contoh:
Pada jam 13.00 pelapor menyampaikan laporan hasil imunisasi hari itu
sejumlah 500 orang melalui SMS atau Whatsapp RapidPro. Pada jam

[52]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

13.30, pelapor mendapatkan data tambahan sebanyak 400 orang lagi


telah diimunisasi.
Maka, pada jam 14.00 pelapor menyampaikan revisi laporannya melalui
SMS atau Whatsapp RapidPro sebanyak 500 + 400 = 900 orang.
● Untuk menghindari duplikasi data, hendaknya laporan dikirimkan dari nomor
handphone yang sama selama Kegiatan Pemberian Imunisasi COVID-19
berlangsung. Jika dalam situasi dan kondisi tertentu mengharuskan terjadinya
pergantian nomor telepon, maka pelaporan melalui nomor handphone yang
berbeda diperkenankan untuk dilakukan pada hari yang berbeda (dalam
sehari tidak diperkenankan ada lebih dari satu nomor handphone untuk
melapor dari puskesmas yang sama).

4.6.3 Verifikasi pencatatan dan pelaporan manual dan elektronik


Dinas KesehatanKkabupaten/Kota bertugas untuk melakukan sinkronisasi dan
verifikasi data yang dicatat secara manual dan elektronik. Kegiatan ini dilakukan setiap hari
Minggu. Hasil verifikasi diinput kedalam sistem elektronik dan dikirim secara manual ke
provinsi paling lambat pukul 15.00 waktu setempat, dan batas waktu pelaporan dari Dinas
Kesehatan Provinsi ke Kementerian Kesehatan dalam hal ini Subdit Imunisasi adalah pukul
16.00 waktu setempat.
Apabila tidak ada perubahan data, baik pada pelaporan manual maupun elektronik,
maka diberi keterangan “tidak ada perubahan data minggu ke XX”

4.7 Strategi Komunikasi


Krisis komunikasi dapat muncul kapan saja, penting untuk bersikap proaktif dan
terbuka dalam penyampaian informasi. Tersedianya rencana komunikasi dan tim komunikasi
berguna dalam mengkomunikasikan krisis secara efektif untuk memperbaiki kerusakan yang
dapat berdampak buruk pada program imunisasi dan tentu saja bagi kesehatan masyarakat.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah antara lain:

a. Membentuk tim komunikasi dan anggotanya, berikut peran dan tanggung jawab
masing-masing termasuk juru bicara/rujukan utama
b. Menyiapkan nomor kontak pejabat fungsional di fasilitas kesehatan (kepala
puskemas/kepala dinas kesehatan kabupaten/kota/provinsi) yang telah ditunjuk
sebagai focal point/juru bicara yang bisa dihubungi oleh media massa seandainya
muncul rumor atau KIPI.
c. Mengidentifikasi saluran/media komunikasi dan membangun hubungan yang baik
dengan tokoh-tokoh utama media masa, terutama yang berfokus pada isu-isu
kesehatan;
d. Memberikan orientasi yang benar pada media massa dan melibatkan media secara
berkala, khususnya dalam merespon rumor;
e. Fokus pada pentingnya upaya melakukan verifikasi berita sebelum disebarluaskan;

[53]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

f. Susun pesan internal dan eksternal yang relevan, buat garis besar rencana
komunikasi sesuai konteksnya;

Jenis risiko yang mungkin terjadi selama pelaksanaan imunisasi rutin pada masa
pandemi COVID-19 juga dapat diantisipasi jauh hari sebelumnya, misalnya keraguan
sasaran untuk datang ke fasilitas kesehatan karena ragu akan kualitas layanan yang akan
mereka terima pada masa pandemi COVID-19 atau khawatir akan bahaya penularan
COVID-19. Petugas kesehatan juga diharapkan bisa menjelaskan mengenai demam yang
terjadi pasca imunisasi dan membedakannya dengan demam sebagai satu gejala utama
COVID-19, sehingga bisa disiapkan pesan-pesan utama seandainya terjadi KIPI, penolakan
atau keraguan.

Pelatihan juru bicara untuk komunikasi risiko dan atau petugas kesehatan dapat
dilakukan, dan dokumen tanya jawab/Frequently Asked Questions (FAQ) bisa disiapkan
untuk antisipasi pertanyaan-pertanyaan yang umum ditanyakan masyarakat. Media briefing
dapat dilakukan apabila diperlukan, tergantung keseriusan krisis yang muncul. Sementara,
pemantauan pemberitaan media juga sebaiknya diterapkan sedini mungkin.
Pemberian informasi tentang Imunisasi COVID-19 melalui pelayanan pesan suara
otomatis dan online 24 jam sangat diperlukan dalam rangka memberikan edukasi dan
mengatasi isu negatif atau informasi palsu tentang vaksin COVID-19. Selain itu juga sangat
penting memberikan pengingat melalui Whatsapp atau SMS untuk imunisasi dosis
selanjutnya. Ringtone imunisasi COVID-19 juga dapat dilakukan melalui kerjasama dengan
lintas sektor terkait sebagai bagian edukasi kepada masyarakat terkait dengan imunisasi
COVID-19

4.7.1 Tujuan Strategi Komunikasi


Tujuan Umum:
Menumbuhkan penerimaan masyarakat secara luas terhadap imunisasi COVID-19
dengan meningkatkan pemahaman, sikap positif dan norma sosial pada imunisasi COVID-
19 agar termotivasi untuk mendapatkan imunisasi COVID-19 dan mengajak orang lain untuk
mendapatkannya juga.
Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keamanan, efektivitas, dan
reaksi paska imunisasi COVID-19
2. Membekali masyarakat dengan pemahaman untuk meng-counter atau
menetralisasi misinformasi/ hoaks (inoculative communication - preemptive)
3. Meningkatkan jumlah masyarakat menerima dan aktif mengajak orang lain untuk
mendapatkan imunisasi COVID-19
4. Menggunakan Komunikasi Perubahan Perilaku untuk mencegah penularan
kembali COVID-19 di masyarakat

[54]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

4.7.2 Pesan Kunci Imunisasi COVID-19


Pesan kunci harus dibuat dan disesuaikan dengan kebutuhan serta situasi kearifan
lokal setempat Berikut adalah beberapa pesan kunci yang dapat digunakan.

Tabel 10. Contoh Pesan Kunci Imunisasi COVID-19

TEMA 1: TEMA 2:
Efektivititas - Integrasi dengan 3M Keamanan dan Efek samping
a) 4 pertahanan komplet: jaga jarak, pakai
a) Vaksin COVID-19 dibuat dengan
masker, cuci tangan pakai sabun dan
pengawasan super ketat agar terjamin
Vaksin COVID-19
keamanannya
b) Bersama akhiri pandemi dengan jaga jarak,
b) Vaksin COVID-19 aman dan berkualitas
pakai masker, cuci tangan pakai sabun, dan
c) Para ahli Indonesia mengawasi uji klinis
imunisasi COVID-19
Vaksin COVID-19 untuk keamanan dan
c) Imunisasi COVID-19 meningkatkan
kesehatan masyarakat Indonesia
kekebalan terhadap Virus Corona dan
d) Adalah biasa bila ada sedikit kemerahan
melengkapi jurus 3M dalam melindungi diri
dan rasa pegal di lengan tempat disuntik.
dan keluarga kita
Tetaplah beraktivitas secara normal.
d) Lawan COVID-19 dengan 3M dan imunisasi
COVID-19 untuk Indonesia yang kuat dan
sehat.

4.7.3 Komunikasi Risiko


Komunikasi risiko merupakan pertukaran informasi seketika (realtime), pandangan dan
opini antara para ahli dan orang-orang yang menghadapi ancaman terhadap kesehatan,
ekonomi atau kesejahteraan sosial mereka. Tujuan akhir dari komunikasi risiko adalah untuk
memungkinkan orang yang berisiko mengambil keputusan berdasarkan informasi untuk
melindungi diri mereka sendiri dan orang yang mereka cintai.

Tabel 11. Contoh Pelaksanaan Komunikasi risiko

MISINFORMASI KIPI ISU SYAR’I


 Intensif melakukan  Berkomunikasi dengan  Berkomunikasi dan
sosialisasi dan edukasi keluarga yang advokasi kepada MUI
kepada mengalami KIPI dan tokoh agama
sasaran/masyarakat  Menyampaikan empati  Menggandeng MUI dan
 Diseminasi dan edukasi dan penjelasan tokoh agama saat
kepada pihak yang  Selama proses sosialisasi
berpengaruh seperti pelaporan dan kajian  Jika diangkat oleh
tokoh agama/masyarakat KIPI oleh Komda/Pokja media, dilakukan
 Mengedukasi media PP KIPI, dilakukan klarifikasi dan
massa dan diseminasi pendampingan tanggapan yang cepat

[55]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

informasi melalui media  Jika KIPI diangkat oleh dan tepat


social media, dilakukan
 Melakukan advokasi klarifikasi dan
pada komunitas dan key tanggapan yang cepat
opinion leader dan tepat

Cara mengatasi berita negatif vaksin COVID-19

1. Penyebarluasan informasi tentang imunisasi COVID-19 melalui media aplikasi di


android/smart phone dengan melibatkan ulama
2. Artikel ilmiah tentang vaksin COVID-19 melalui dukungan para ahli , tokoh agama dll
3. Kampanye imunisasi COVID-19 melalui media sosial (facebook, Instagram, Twitter
dll)

[56]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[57]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB V
PEMANTAUAN DAN
PENANGGULANGAN KIPI

[58]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB V
PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN KIPI

5.1 Pengertian

KIPI merupakan kejadian medik yang diduga berhubungan dengan imunisasi. Kejadian
ini dapat berupa reaksi vaksin, kesalahan prosedur, koinsiden, reaksi kecemasan, atau
hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.
KIPI diklasifikasikan serius apabila kejadian medik akibat setiap dosis imunisasi yang
diberikan menimbulkan kematian, kebutuhan untuk rawat inap, dan gejala sisa yang
menetap serta mengancam jiwa. Klasifikasi serius KIPI tidak berhubungan dengan tingkat
keparahan (berat atau ringan) dari reaksi KIPI yang terjadi.
Vaksin yang digunakan dalam Program Imunisasi COVID-19 ini masih termasuk vaksin
baru sehingga untuk menilai keamanannnya mengikuti platform khusus yaitu Adverse Event
of Special Interest (AESI). AESI merupakan salah satu perhatian khusus secara ilmiah dan
medis bagi sebuah produk atau program, yang memungkinkan pemantauan berkelanjutan
dan komunikasi cepat dapat dilakukan oleh investigator kepada produk tersebut. Peristiwa
semacam itu mungkin memerlukan investigasi lebih lanjut untuk dapat melihat karakternya
dan memahaminya. Bergantung pada penyebabnya, kemungkinan juga diperlukan
komunikasi cepat oleh produk yang sedang diuji terhadap pihak lain (misalnya regulator).
AESI ini dapat digunakan pada vaksin yang masih dalam tahapan uji klinis namun sangat
penting digunakan untuk melawan kemunculan penyakit epidemi atau pandemi.

5.2 Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Vaksin COVID-19 yang Mungkin Terjadi dan
Antisipasinya

Reaksi yang mungkin terjadi setelah imunisasi COVID-19 hampir sama dengan
vaksin yang lain. Beberapa gejala tersebut adalah:
Reaksi lokal
• nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat suntikan,
• reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis.
Reaksi sistemik seperti
• demam,
• nyeri otot seluruh tubuh (myalgia),
• atralgia,
• badan lemah,
• sakit kepala
Reaksi lain
• reaksi alergi misalnya urtikaria, oedem,
• reaksi anafilaksis,
• syncope (pingsan)

[59]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

KIPI yang terkait kesalahan prosedur dapat terjadi, untuk itu persiapan sistem
pelayanan imunisasi yang terdiri dari petugas pelaksana yang kompeten (memiliki
pengetahuan cukup, terampil dalam melaksanakan imunisasi dan memiliki sikap profesional
cukup sebagai tenaga kesehatan), peralatan yang lengkap dan petunjuk teknis yang jelas,
harus disiapkan dengan maksimal. Kepada semua jajaran yang masuk dalam sistem ini
harus memahami petunjuk teknis yang diberikan.
KIPI yang tidak terkait dengan vaksin atau koinsiden harus diwaspadai. Untuk itu
penapisan status kesehatan sasaran yang akan diimunisasi harus dilakukan seoptimal
mungkin. Apabila diperlukan catat data sasaran yang status kesehatannya meragukan
(dikonsulkan dulu ke dokter Puskesmas), untuk digunakan sebagai kelengkapan data
apabila kemungkinan terjadi KIPI.

5.3 Mekanisme Pemantauan dan Penanggulangan KIPI


Pemantauan kasus KIPI dimulai langsung setelah imunisasi. Puskesmas menerima
laporan KIPI dari sasaran yang diimunisasi/masyarakat/kader. Apabila ditemukan dugaan
KIPI serius agar segera dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk dilakukan
pelacakan. Hasil pelacakan dilaporkan ke Pokja/Komda PP-KIPI untuk dilakukan analisis
kejadian, tindak lanjut kasus, seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
KIPI yang meresahkan dan menimbulkan perhatian berlebihan masyarakat, harus
segera direspons, diinvestigasi dan laporannya segera dikirim langsung kepada
Kementerian Kesehatan cq. Sub Direktorat Imunisasi/Komnas PP-KIPI atau melalui WA
grup Komda KIPI – Focal Point,
email: [email protected] dan [email protected]; website:
www.keamananvaksin.kemkes.go.id.
Skema alur kegiatan pelaporan dan pelacakan KIPI, mulai dari penemuan KIPI di
masyarakat kemudian dilaporkan dan dilacak hingga akhirnya dilaporkan pada Menteri
Kesehatan seperti skema berikut:

Gambar 17 Alur Pelaporan dan Pelacakan KIPI Serius

Keterangan: pelaporan melalui website bila tersedia

Dari gambar di atas masyarakat akan melaporkan adanya KIPI ke Puskesmas, UPS
atau RS. Selanjutnya UPS akan melaporkan ke Puskesmas, sementara Puskesmas dan RS

[60]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

akan melaporkan (Lampiran Formulir Pemantauan KIPI) ke Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota. Untuk kasus diduga KIPI serius maka Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
akan melakukan konfirmasi kebenaran kasus diduga KIPI serius tersebut berkoordinasi
dengan Pokja KIPI/Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau dengan Komda PP-KIPI/Dinas
Kesehatan Provinsi. Kemudian bila perlu dilakukan investigasi (Lampiran Formulir
Investigasi KIPI), maka Dinas Kesehatan Provinsi akan berkoordinasi dengan Komda PP-
KIPI dan Balai Besar POM Provinsi serta melaporkan ke dalam website keamanan vaksin
untuk dilakukan kajian oleh Komite independen (Komnas dan/atau Komda PP-KIPI).

5.4 Kurun Waktu Pelaporan KIPI


Untuk mengetahui hubungan antara imunisasi dengan KIPI diperlukan pencatatan dan
pelaporan dengan keterangan rinci semua reaksi simpang yang timbul setelah pemberian
imunisasi yang merupakan kegiatan dari surveilans KIPI. Data yang diperoleh dipergunakan
untuk menganalisis kasus dan mengambil kesimpulan. Pelaporan KIPI dilaksanakan secara
bertahap dan bertingkat.
Pada keadaan KIPI yang menimbulkan perhatian berlebihan/meresahkan masyarakat
atau laporan kasus yang masih membutuhkan kelengkapan data, maka laporan satu kasus
KIPI dapat dilaporkan beberapa kali pada masing-masing tingkat pelaporan sampai laporan
memenuhi kelengkapan tersebut.
Pelaporan dibuat secepatnya sehingga keputusan dapat dipakai untuk tindakan
penanggulangan. Kurun waktu pelaporan dapat mengacu pada tabel di bawah ini.

Tabel 12. Kurun Waktu Pelaporan KIPI Berdasarkan Jenjang Administrasi Penerima
Laporan

Jenjang Administrasi Kurun waktu diterimanya laporan


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Pokja 24 jam dari saat penemuan kasus
KIPI
Dinas Kesehatan Provinsi/Komda PP-KIPI 24-72 jam dari saat penemuan
kasus
Sub Direktorat Imunisasi/Komnas PP-KIPI 24 jam-7 hari dari saat penemuan
kasus

Perbaikan mutu pelayanan diharapkan agar dilakukan sebagai tindak lanjut dan umpan
balik setelah didapatkan kesimpulan penyebab berdasarkan hasil investigasi kasus KIPI.

5.5 Pelacakan KIPI


Pelacakan kasus diduga KIPI mengikuti standar prinsip pelacakan yang telah
ditentukan, dengan memperhatikan kaidah pelacakan kasus, vaksin, teknik dan prosedur
imunisasi serta melakukan perbaikan berdasarkan temuan yang didapat.

Tabel 13. Langkah-langkah Dalam Pelacakan KIPI

[61]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Langkah Tindakan
 Pastikan  Dapatkan catatan medik pasien (atau catatan klinis lain)
informasi  Periksa informasi tentang pasien dari catatan medik dan
pada dokumen lain
laporan  Isi setiap kelengkapan yang kurang dari formulir laporan KIPI
 Tentukan informasi dari kasus lain yang dibutuhkan untuk
melengkapi pelacakan
 Lacak dan Tentang pasien
Kumpulkan  Kronologis imunisasi saat ini yang diduga menimbulkan KIPI
data  Riwayat medis sebelumnya, termasuk riwayat imunisasi
sebelumnya dengan reaksi yang sama atau reaksi alergi
yang lain
 Riwayat keluarga dengan kejadian yang sama
Tentang kejadian
 Kronologis, deskripsi klinis dan setiap hasil laboratorium yang
relevan dengan KIPI dan penegakan diagnosis dari kejadian
ikutan
 Tindakan yang didapatkan, apakah dirawat inap/jalan dan
bagaimana hasilnya
Tentang vaksin yang diduga menimbulkan KIPI:
 Prosedur pengiriman vaksin, kondisi penyimpanan,
keadaan vaccine vial monitor, dan catatan suhu pada lemari
es
Tentang kondisi sasaran lainnya yang mendapat vaksin yang
sama:
 Adakah sasaran lain yang mendapat imunisasi dari
vaksin dengan nomor batch yang sama dan menimbulkan
gejala yang sama
 Evaluasi pelayanan imunisasi

5.6 Pengenalan dan Penanganan Anafilaktik


Reaksi anafilaktik adalah KIPI paling serius yang juga menjadi risiko pada setiap
pemberian obat atau vaksin. Tatalaksananya harus cepat dan tepat mulai dari penegakkan
diagnosis sampai pada terapinya di tempat kejadian, dan setelah stabil baru
dipertimbangkan untuk dirujuk ke RS terdekat. Setiap petugas pelaksana imunisasi harus
sudah kompeten dalam menangani reaksi anafilaktik.
Reaksi anafilaktik adalah reaksi hipersensitifitas generalisata atau sistemik yang terjadi
dengan cepat (umumnya 5-30 menit sesudah suntikan) serius dan mengancam jiwa. Jika
reaksi tersebut cukup hebat dapat menimbulkan syok yang disebut sebagai syok anafilaktik.
Syok anafilaktik membutuhkan pertolongan cepat dan tepat.
Gambaran atau gejala klinik suatu reaksi anafilaktik berbeda-beda sesuai dengan berat-
ringannya reaksi antigen-antibodi atau tingkat sensitivitas seseorang, namun pada tingkat
yang berat berupa syok anafilaktik gejala yang menonjol adalah gangguan sirkulasi dan
gangguan respirasi.

[62]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Reaksi anafilaktik biasanya melibatkan beberapa sistem tubuh, tetapi ada juga gejala-
gejala yang terbatas hanya pada satu sistem tubuh (contoh: gatal pada kulit) juga dapat
terjadi.
Tanda awal anafilaktik adalah kemerahan (eritema) menyeluruh dan gatal (urtikaria)
dengan obstruksi jalan nafas atas dan/atau bawah. Pada kasus berat dapat terjadi keadaan
lemas, pucat, hilang kesadaran dan hipotensi. Petugas sebaiknya dapat mengenali tanda
dan gejala anafilaktik. Pada dasarnya makin cepat reaksi timbul, makin berat keadaan
penderita.
Penurunan kesadaran jarang sebagai manifestasi tunggal anafilaktik, ini hanya terjadi
sebagai suatu kejadian lambat pada kasus berat. Denyut nadi sentral yang kuat (contoh:
karotis) tetap ada pada keadaan pingsan, tetapi tidak pada keadaan anafilaktik.
Gejala anafilaktik dapat terjadi segera setelah pemberian imunisasi (reaksi cepat) atau
lambat seperti diuraikan dalam tabel berikut ini:

Gambar 18. Tanda dan gejala anafilaktik

Kriteria1. Gejala muncul tiba-tiba dalam menit sampai jam,


melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau keduanya ( mis: bercak
merah di seluruh tubuh, terasa gatal dan panas, bibir, lidah, dan
uvula, bengkak)
Ditambah sedikitnya satu dari keadaan berikut

Tekanan darah
Gejala pada pernafasan
menurun mendadak
(mis: sesak napas, mengi,
atau timbulnya gejala
batuk, stridor,
disfungsi organ seperti
hipoksemia)
hipotonia (kolaps),
inkontinensia

ATAU
Kriteria 2. Dua atau lebih dari keadaan berikut yang muncul mendadak setelah pajanan alergen atau
pemicu lainnya

Gejala muncul tiba-tiba Gejala pada Tekanan darah menurun Gejala pencernaan yang
dalam hitungan menit pernafasan mendadak atau timbul mendadak ( mis:
sampai jam, (mis: sesak napas, timbulnya gejala nyeri perut sampai
melibatkan kulit, mengi, batuk, stridor, disfungsi organ seperti kram,muntah)
jaringan mukosa, atau hipoksemia) hipotonia (kolaps),
keduanya ( mis: bercak inkontinensia
merah di seluruh
tubuh, terasa gatal dan
panas, bibir, lidah, dan
uvula, bengkak)

[63]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

ATAU
Kriteria 3. Tekanan darah berkurang setelah pajanan alergen**yang diketahui untuk pasien (dalam hitungan
menit sampai jam)

Bayi dan anak-anak: Tekanan darah sistolik Dewasa: tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmhg atau
rendah (spesifik usia) atau pengurangan lebih besar pengurangan tekanan darah sampai 30% dari
tekanan darah sistolik yang lebih besar dari 30% batas bawah garis pasien tersebut.
Keterangan: *sebagai contoh: imunologik namun independen igE, atau non imunologik (aktivasi sel mast langsung)
** sebagai contoh : setelah sengatan serangga, berkurangnya tekanan darah dapat menjadi satu-satunya manifestasi anafilaksis atau setelah
imunoterapi alergen, bercak merah gatal di seluruh tubuh dapat menjadi manifestasi awal satu-satunya dari anafilaksis
*** Tekanan darah sistolik rendah pada anak diartikan sebagai tekanan darah yang kurang dari 70 mmHg untuk usia 1 bulan-1 tahun, kurang dari
(70mmHg+(2xusia) untuk 1-10 tahun; dan kurang dari 90 mmHg untuk usia 11-17 tahun. Frekuensi denyut jantung normal bervariasi dari 80-
140x/menit untuk usia 1-2 tahun;80-120x/menit untuk usia 3 tahun; dan 70-115x/menit setelah usia 3 tahun. Pada bayi dan anak, kelainan
pernafasan lebih umum terjadi daripada hipotensi dan syok, dan syok lebih sering bermanifestasi takikardia daripada hipotensi

Sekali diagnosis ditegakkan, maka harus diingat bahwa pasien berpotensi untuk
menjadi fatal tanpa menghiraukan berat ringannya gejala yang muncul. Mulai tangani pasien
dengan cepat dan pada saat yang sama buat rencana untuk merujuk pasien ke rumah sakit
dengan cepat. Pemberian epinefrin (adrenalin) akan merangsang jantung dan melonggarkan
spasme pada saluran nafas serta mengurangi edema dan urtikaria. Tetapi adrenalin dapat
menyebabkan denyut jantung tidak teratur, gagal jantung (heart failure), hipertensi berat dan
nekrosis jaringan jika dosis yang dipergunakan tidak tepat.
Petugas harus terlatih dalam penanganan anafilaktik, memiliki kesiapan kit anafilaktik
yang lengkap untuk tatalaksana reaksi anafilaktik dan memiliki akses yang cepat untuk
merujuk pasien.

5.7 Langkah Penanganan:


a. Nilai sirkulasi pasien, jalan nafas, pernafasan, status mental, kulit, dan berat badan
(massa).
b. Berikan epinefrin (adrenalin) intramuskular pada regio mid-anterolateral paha, 0,01
mg/kg larutan 1:1000 (1mg/ml), maksimum 0,5 mg (dewasa): catat waktu pemberian
dosis dan ulangi 5-15 menit jika diperlukan. Kebanyakan pasien respon terhadap 1-2
dosis.
c. Letakkan pasien telentang atau pada posisi paling nyaman jika terdapat distres
pernafasan atau muntah; elevasi ekstremitas bawah; kejadian fatal dapat terjadi
dalam beberapa detik jika pasien berdiri atau duduk tiba-tiba.
d. Jika diperlukan, berikan oksigen aliran tinggi (6-8L/menit) dengan masker atau
oropharyngeal airway.
e. Berikan akses intravena menggunakan jarum atau kateter dengan kanula diameter
besar(14-16 G), Jika diperlukan, berikan 1-2 liter cairan NaCl 0,9% (isotonik) salin
dengan cepat (mis: 5-10 ml/kg pada 5-10 menit awal pada orang dewasa).
f. Jika diperlukan, lakukan resusitasi kardiopulmoner dengan kompresi dada secara
kontinyu dan amankan pernafasan.

[64]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

g. Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status pernafasan dan
oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval regular.
h. Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status pernafasan dan
oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval regular.
i. Catat tanda-tanda vital (kesadaran, frekuensi denyut jantung, frekuensi pernafasan,
denyut nadi) setiap waktu dan catat dosis setiap pengobatan yang diberikan.
Yakinkan catatan detail tersebut juga dibawa bersama pasien ketika dirujuk.
j. Tandai catatan/kartu imunisasi dengan jelas, sehingga pasien tersebut tidak boleh
lagi mendapatkan jenis vaksin tersebut.

Isi dari Kit Anafilaktik terdiri dari :


Satu ampul epinefrin 1 : 1000
aminofilin ampul, difenhidramin vial, dexamethasone ampul
Beberapa spuit 1 mL
Beberapa infus set
beberapa kantong NaCl 0.9 % atau Dextrose 5%
Tabung Oksigen

[65]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

ALUR PENANGANAN SYOK ANAFILAKSIS

Miliki protokol gawat darurat yang tertulis untuk mengenal anafilaksis beserta tatalaksananya dan latih secara rutin

Nilai sirkulasi pasien, jalan nafas, pernafasan, status mental, kulit,


dan berat badan (massa)

Lakukan langkah 4,5,6 segera secara bersamaan

Panggil bantuan tim resusitasi (jika pasien di RS)


atau tim medis gawat darurat (jika pasien di luar RS/komunitas)

Injeksi epinefrin (adrenalin) intramuskular pada regio mid-


anterolateral paha, 0,01 mg/kg larutan 1:1000 (1mg/ml),
maksimum 0,5 mg (dewasa) atau 0,3 mg (anak): catat waktu
pemberian dosis dan ulangi 5-15 menit jika diperlukan.
Kebanyakanasien respon terhadap 1-2 dosis.

Letakkan pasien telentang atau pada posisi paling nyaman jika


terdapat distres pernafasan atau muntah; elevasi ekstremitas
bawah; kejadian fatal dapat terjadi dalam beberapa detik jika
pasien berdiri atau duduk tiba-tiba.

Jika diperlukan, berikan oksigen aliran tinggi (6-8L/menit) dengan


masker atau oropharyngeal airway

Berikan akses intravena menggunakan jarum atau kateter dengan


kanula diameter besar(14-16 G), Jika diperlukan, berikan 1-2 liter
cairan NaCl 0,9% (isotonik) salin dengan cepat (mis: 5-10 ml/kg
pada 5-10 menit awal pada orang dewasa; 10 ml/kg pada anak-
anak)

Jika diperlukan, lakukan resusitasi kardiopulmoner dengan


kompresi dada secara kontinyu dan amankan pernafasan

Sebagai tambahan
Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status
pernafasan dan oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval
regular

DIVISI ALERGI-IMUNOLOGI KLINIK


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FKUI/RSCM

Gambar 19 Algoritme Penanganan Syok Anafilaktik Paska Imunisasi

Rencana Tindak Lanjut:


 Mencatat penyebab reaksi anafilaktik di rekam medis serta memberitahukan kepada
pasien dan keluarga
 Jangan memberikan vaksin yang sama pada imunisasi berikutnya

[66]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[67]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB VI

MONITORING DAN EVALUASI

[68]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi program imunisasi dilakukan sebelum, selama dan sesudah
pelaksanaan oleh semua tingkat administratif. Untuk menjaga kualitas pelaksanaan kegiatan
imunisasi COVID -19, pemantauan kegiatan wajib dilakukan dengan tujuan:
1. Memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan panduan standar
2. Memberikan umpan balik tepat waktu untuk perbaikan-perbaikan bilamana perlu.
Pembentukan tim monitoring, disertai penyusunan peran dan tanggungjawab dan
jadwal pemantauannya perlu dilakukan saat proses mikroplaning.
Pada pelaksanaannya, kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan
pembinaan baik secara langsung maupun tidak langsung; pengiriman umpan balik kepada
pengambil kebijakan, pelaksana imunisasi dan semua pihak yang terlibat; serta melalui
pertemuan review/evaluasi yang rutin.
Pengenalan vaksin COVID-19 di Indonesia merupakan bagian dari penanggulangan
pandemi COVID-19 yang melibatkan multisektor. Untuk itu, monitoring dan evaluasi perlu
dilakukan secara bersama, melibatkan pihak terkait dan secara regular.

6.1 Sebelum Pelaksanaan


Untuk monitoring persiapan tingkat nasional, provinsi dan kabupaten digunakan lembar
COVID-19 VIRAT. Country readiness assessment atau penilaian cepat kesiapan
pelaksanaan imunisasi covid-19 ini digunakan dalam rangka menilai kesiapan pelaksanaan
imunisasi COVID-19. WHO telah mengembangkan tool ini dengan beberapa kriteria
penilaian yang terdiri dari komunikasi, advokasi dan pelatihan, sistem yang diperlukan dalam
pencatatan dan pelaporan (data dan monitoring), koordinasi, pedoman operasional
pelaksanaan (kesiapan, penerimaan masyarakat atas imunisasi COVID-19, rencana
distribusi termasuk kesiapan sarana cold chain), pelatihan, monitoring dan evaluasi
(termasuk surveilans COVID-19), vaksin, cold chain dan logistik, surveilans keamanan
vaksin.
Review rutin monitoring tool ini dilakukan sesuai dengan periode yang tertera di tool
tersebut oleh POKJA Perencanaan dan Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 di tingkat Pusat,
Provinsi dan Kabupaten untuk memastikan kegiatan-kegiatan yang direncanakan tercapai di
bulan yang ditentukan.

6.2 Saat Pelaksanaan


Monitoring pelaksanaan bertujuan untuk memastikan kegiatan pemberian imunisasi
dilaksanakan sesuai mikroplanning yang telah disusun dan SOP yang berlaku, cakupan
tinggi dan berkualitas, pencatatan pelaporan KIPI dan keamanan pelaksanaan imunisasi.
6.2.1 Monitoring Pencapaian Cakupan
Monitoring dan evaluasi dilakukan berdasarkan laporan rekapitulasi capaian kampanye
imunisasi COVID-19 (merujuk kepada sub bab pencatatan pelaporan). Analisa dilakukan
harian diikuti dengan umpan balik kepada pihak-pihak terkait untuk tindakan perbaikan
(corrective actions) segera.

[69]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Target kegiatan pemberian imunisasi COVID-19 adalah seluruh populasi sasaran


imunisasi COVID-19 mendapatkan imunisasi COVID-19 lengkap. Analisa dilakukan
berdasarkan capaian total, jenis kelamin, golongan umur, pekerjaan dan komorbid. Cara
menghitung cakupan imunisasi adalah:

Cakupan imunisasi COVID-19 = Jumlah sasaran diimunisasi x 100%


Target sasaran

Pelaksana kegiatan monitoring ini adalah pemberi layanan imunisasi, Dinas Kesehatan,
Kemenkes dan mitra pembangunan.

6.2.2. Monitoring Kualitas Pelayanan Imunisasi COVID-19


Pemantauan pelaksanaan layanan imunisasi bertujuan untuk memonitor kualitas
pelayanan yang dilakukan dan kendalanya dengan menggunakan Daftar Tilik (Ceklist)
Supervisi Pelaksanaan. Supervisi dapat dilakukan langsung atau dengan metode daring
(contoh melalui Video Call) oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Provinsi
maupun Kemenkes dengan melibatkan organisasi profesi, mitra pembangunan dan unsur
POKJA Persiapan dan Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 lainnya.
Jumlah Puskesmas yang disupervisi adalah minimal 50% dari total puskesmas, bila
memungkinkan sesuai kondisi transmisi COVID-19. Pemilihan Puskesmas yang akan
disupervisi berdasarkan kriteria tingkat kesulitan jangkauan (wilayah sulit dan biasa) atau
berdasarkan daerah yang berisiko tinggi (tinggi transmisi COVID-19, daerah kumuh, padat
penduduk, daerah sulit secara sosial dan ekonomi, dan lain-lain).
Dalam supervisi semua aspek pelaksanaan dilihat sesuai dengan daftar tilik. Bila
ditemukan pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai prosedur, segera dilakukan “on the job
training” pada petugas. Hasil supervisi dianalisa dan didiskusikan bersama pelaksana lain
yang terkait. Kemudian dilakukan pemecahan masalah dan rencana tindak lanjut bersama
dengan kepala puskesmas dan petugas.
Pada tingkat Kabupaten/Kota hasil supervisi dari beberapa Puskesmas direkapitulasi,
dianalisis, dan dibuat rencana tindak lanjut. Kemudian dilaporkan ke atasan langsung serta
diumpanbalikkan ke puskesmas melalui pertemuan khusus (dapat dilakukan secara
virtual/daring) maupun tertulis.

6.2.3 Penilaian Cepat Cakupan Imunisasi


Rapid Convenience Assessment (RCA) adalah penilaian cepat untuk memantau tingkat
keberhasilan penyelenggaraan kegiatan di suatu lokasi yang menggunakan format Daftar
Tilik RCA. RCA dapat dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, Kemenkes, organisasi profesi, dan mitra pembangunan.
Lokasi RCA adalah desa dengan minimal 95% jumlah sasaran terdata sudah
diimunisasi pada puskesmas yang telah menyatakan menyelesaikan pelaksanaan
pemberian imunisasi COVID-19. Penilaian ini dilakukan terhadap minimal 20 rumah yang
memiliki sasaran kegiatan (usia 18 – 59 tahun). RCA dilaksanakan pada daerah prioritas
dengan mempertimbangkan situasi penularan COVID-19, dengan tetap menerapkan
protokol kesehatan.

[70]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

6.3 Sesudah Pelaksanaan

Monitoring sesudah pelaksanaan dilakukan untuk mengidentifikasi area yang belum


terpenuhi target capaian imunisasi, efektifitas imunisasi terhadap penularan penyakit, dan
surveilans keamanan vaksin atau post marketing vaccine surveillance.

6.3.1 Penilaian Cepat Cakupan Imunisasi


Selain dilakukan pada waktu pelaksanaan berlangsung, RCA juga dilaksanakan
ketika pelaksanaan kegiatan pemberian imunisasi COVID-19 telah sepenuhnya selesai
dilaksanakan. Daftar Tilik dan mekanisme pelaksanaan sama dengan RCA saat
pelaksanaan

6.3.2 Evaluasi Dampak Melalui Surveilans COVID-19


Evaluasi dampak merupakan kegiatan pemantauan dampak imunisasi terhadap
penularan COVID-19 melalui analisa angka kesakitan, kematian dan indikator surveilans
COVID-19 lainnya. Kegiatan ini dilakukan tim surveilans merujuk kepada “Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian COVID-19” di kelompok rentan yang menjadi target
imunisasi COVID-19

6.3.3 Post Marketing Vaccine Surveillance


Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui keamanan, khasiat dan mutu vaksin yang
dilakukan oleh BPOM dan Komnas KIPI, bersama dengan pihak terkait.

Buku petunjuk teknis, format-format yang


terdapat pada lampiran, materi pelatihan,
serta materi KIE dapat diunduh pada
tautan: http://bit.ly/LampiranJuknisVC19

[71]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan


Imunisasi
2. Kementerian Kesehatan. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/104/2020
tentang Penetapan Infeksi Novel Corona Virus (Infeksi 2019 nCoV) sebagai Penyakit
yang dapat menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya.
4. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 094/1737/BPD tanggal 27 April 2020 tentang
Operasional Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam Pencegahan Penyebaran
COVID-19
5. Surat Edaran Dirjen P2P Nomor SR.02.06/4/1332/2020 tanggal 24 Maret 2020 tentang
Pelayanan Imunisasi Pada Sasaran selama masa Pandemi Corona Virus Disease 2019.
6. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2020. Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease (COVID-19) Revisi ke-5 .
7. Gugus Tugas COVID-19. 2020. Kesiapsiagaan dan Layanan Esensial Yankes Primer.
8. Gugus Tugas COVID-19. 2020. Standar APD untuk Penanganan COVID-19 di Indonesia
9. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. 2020. Panduan Pelayanan Kesehatan Balita
Pada Masa Tanggap Darurat COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan.
10. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2020. Petunjuk Teknis APD dalam
Menghadapi Wabah COVID-19.
11. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2020. Petunjuk Teknis Pelayanan
Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19.
12. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2020. Panduan Pelaksanaan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada Masa Pandemi COVID-19 serta
Adaptasi Kebiasaan Baru.
13. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2020. Panduan Pelaksanaan Pelayanan
Kesehatan Bergerak.
14. WHO. 2020. Guiding Principles for Immunization Activities for Immunization Activities
during the COVID-19 Pandemic.
15. WHO. 2020. Immunization in the Context of COVID-19 Pandemic.
16. General Best Practice Guidelines for Immunization: Altered Immunocompetence.
17. Royal College of Paediatrics and Child Health. 2002. Immunization of the
immunocompromised child. Best practice statement.
18. Saskatchewan. 2020. Paediatric Immunocompromised Patient. COVID-19 Information.
19. WHO – UNICEF. 2020. Community-based Health Care, including Outreach and
Campaigns, in The Context of the COVID-19 Pandemic.
20. WHO. 2020. Working Draft – Leaving No One Behind: Guidance for Planning and
Implementing Catch-up Vaccination.

[72]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

21. Dolan, Samantha et al. 2015. Summary of evidence on the administration of multiple
injectable vaccines in infants during a single visit: safety, immunogenicity, and vaccine
administration practices. Prepared for the 2015 SAGE Meeting.
22. Immunization Academy. 2020. Video of Which Protective Personal Equipment You
Should Use during Immunization.

DAFTAR PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR


Pelindung:
dr. Achmad Yurianto

Pengarah:
drg. R. Vensya Sitohang, M. Epid

Penanggung jawab:
dr. Asik Surya, MPPM

Penyusun:
Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro, dr., Sp. A(K)
Prof. Dr. Samsuridjal Djauzi, dr.,Sp. PD-KAI
Prof. Dr. Cissy Kartasasmita, dr., MSc, Sp. A (K), PhD
Prof. Dr. Hindra Irawan Satari, dr., Sp. A (K)
Prof. Dr. Soedjatmiko, dr., Sp.A(K), MPsi
Dr. Kuntjoro Harimurti, Sp.PD, KGER
Dr. dr. Julitasari Soendoro, M.Sc PH
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
dr. Soitawati, M.Epid
dr. Dyan Sawitri
Hashta Meyta, S.Si, Apt
Lulu Ariyantheny Dewi, SKM, MIPH
dr. Devi Anisiska, MKM
Sekar Astrika Fardani, SKM
Eka Desi P, SKM
Diany Litasari, SKM, M.Epid
Reza Isfan, SKM, MKM
Yusneri, SKM, MM
Devy Nurdiansyah, AMKL
Anggun Pratiwi, SKM
Hakimi SKM, M.Sc
Indah Hartati, SKM, MKM
dr. Tri Setyanti, M.Epid
dr. Novayanti Tangirerung
Dini Surgayanti, SKM
Agustina, SKM
Junghans Sitorus, SKM, MKM

[73]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

dr. Sherli Karolina, MKM


dr. Cornelia K.

WHO Indonesia
UNICEF Indonesia
UNDP Indonesia
CHAI Indonesia
CDC

[74]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

LAMPIRAN

[75]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 1. Rencana Pelatihan/Pertemuan Sosialisasi Pemberian Imunisasi COVID-19

[76]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 2. Format Pendataan Sasaran Imunisasi COVID-19 (Kelompok Usia 18-59 Tahun)

[77]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 3. Daftar Fasyankes di Wilayah Kerja Puskesmas Yang Akan Memberikan Layanan Imunisasi COVID-19

[78]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 4. Pemberian Imunisasi COVID-19 Target Sasaran

[79]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 5. Pemberian Imunisasi COVID-19 Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya

[80]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 6. Format Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Imunisasi COVI-19

[81]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 7 Pemberian Imunisasi COVID-19 Rencana Jadwal Supervisi

[82]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 8. Pemberian Imunisasi COVID-19 Rencana Sosialisasi dan Mobilisasi Masyarakat

[83]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 9. Pemberian Imunisasi COVID-19 Rencana Operasional Daerah Sulit

[84]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[85]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 10. Format Skrining Sebelum Imunisasi COVID-19

Format Skrining Sebelum Imunisasi COVID-19

Nama :
Umur :
NIK :

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Anda demam dalam 7 hari terakhir?
2. Apakah Anda mengalami gejala ISPA seperti batuk/pilek/sesak
napas dalam 7 hari terakhir?
3. Apakah Anda mengalami diare dalam 7 hari terakhir?
4. Apakah ada anggota keluarga serumah yang kontak
erat/suspek/konfirmasi/sedang dalam perawatan karena
penyakit COVID-19?
Apakah sudah diperiksa swab atau Rapid tes?
Hasil swab atau rapid tes :
5. Apakah Anda memiliki riwayat atau menderita penyakit jantung?
Apakah Anda rutin berobat dan dimana berobat selama ini?
6 Apakah Anda memiliki riwayat atau sedang menderita penyakit
hipertensi/tekanan darah tinggi?
Apakah Anda rutin berobat dan dimana berobat selama ini?
7. Apakah Anda memiliki riwayat atau sedang menderita penyakit
paru/TB/asma/PPOK?
Apakah Anda rutin berobat dan dimana berobat selama ini?
8. Apakah Anda memiliki riwayat penyakit atau sedang menderita
penyakit ginjal?
9. Apakah Anda memiliki riwayat penyakit atau menderita penyakit
hati?
10. Apakah Anda memiliki riwayat penyakit atau sedang
mengkonsumsi obat-obatan untuk kanker?
11. Apakah Anda memiliki riwayat penyakit atau sedang
mengkonsumsi obat-obatan untuk gangguan imunologi?
12. Apakah Anda memiliki riwayat alergi terhadap imunisasi
sebelumnya?
13. Apakah Anda sedang hamil? (Untuk WUS)

Keterangan:
• Jika terdapat jawaban Ya pada salah satu pertanyaan nomor 1 – 4, maka pemberian
imunisasi ditunda
• Jika terdapat jawaban Ya pada salah satu pertanyaan nomor 5 – 11, maka
pemberian imunisasi sebaiknya dilakukan di rumah sakit oleh dokter ahli atau di
Puskesmas bila penyakit terkontrol

Kesimpulan:

Dapat diberikan imunisasi

Imunisasi ditunda

Dirujuk ke RS

[86]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 11. Formulir Rujukan Pemberian Imunisasi COVID-19

FORMULIR RUJUKAN PEMBERIAN IMUNISASI COVID-19

No rujukan:

Rujukan sasaran imunisasi COVID-19 ke Rumah Sakit:……………………………………


Poli Tujuan: ………………………………………..

Berdasarkan hasil skrining kesehatan, dengan ini kami merujuk Bapak/Ibu untuk
mendapatkan imunisasi COVID-19 dengan data sebagai berikut:

Nama pasien :
……………………………………………………………………………………………….
Umur :
……………………………………………………………………………………………….
Alamat :
……………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………
…………..

Dengan alasan yang bersangkutan memiliki penyakit penyerta yaitu:


1. ……………………………………
2. …………………………………...
3. ……………………………………
atau kondisi medis lain yang membutuhkan pengawasan dokter ahli dalam pemberian
imunisasi COVID-19.

Jakarta, …………………. 2020


Petugas kesehatan yang merujuk

(……………………………………..)

[87]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 12 Checklist Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pelayanan Imunisasi Pada
Masa Pandemi

Penggunaan APD
Orang
No Jenis APD Petugas Keterangan
Kader Tua/
Kesehatan
Pengantar
1, Masker Bedah/Medis √ - -

▪ Wajib digunakan
▪ Disposable atau sekali
pakai

2. Masker Kain 3 lapis - √ √

▪ Wajib digunakan
▪ Dicuci dengan deterjen
setelah pulang dari
tempat pelayanan
imunisasi

3. Sarung Tangan √ - -

▪ Dapat digunakan jika


tersedia dan akan
memberikan imunisasi
secara oral (bOPV,
rotavirus)
▪ Satu sarang tangan
hanya untuk satu
sasaran yang akan
diimunisasi.

[88]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

4. Gown/ Apron/ √ - -

▪ Digunakan bila tersedia


▪ Untuk jenis gown/ apron/
yang dapat digunakan
kembali (reusable),
penggunaan kembali
dapat dilakukan setelah
pencucian pada suhu
57,2⁰C - 71⁰C- selama
minimal 25 menit,
kemudian didisinfeksi
menggunakan klorin
dengan konsentrasi 1:99

5. Face Shield √ - -

▪ Digunakan bila tersedia


▪ Digunakan bersamaan
dengan masker bedah
▪ Dapat digunakan kembali
setelah dilakukan
pencucian dan
disinfektan oleh petugas
yang telah menggunakan
sarung tangan dengan
cara: bagian dalam face
shield dibersihkan
menggunakan kain
bersih yang sudah
dicelupkan ke deterjen;
bagian luar face shield
dibersihkan
menggunakan kain
bersih yang sudah
dicelupkan ke disinfektan
(klorin), kemudian
dibersihkan dengan air
bersih/ alkohol untuk
melepaskan residu;
kemudian dikeringkan
dengan cara dijemur atau
dilap bersih

[89]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 13. COVID-19 Vaccine Introduction Readiness Assessment Tool – Tingkat


Propinsi dan Kabupaten/Kota

[90]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[91]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[92]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[93]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 14. Checklist Supervisi Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tahun 2021

CHECKLIST SUPERVISI PELAKSANAAN


IMUNISASI COVID-19
TAHUN 2021
Nama supervisor : Jabatan : Unit organisasi :

Kab/Kota : Puskesmas : Tanggal :

Tipe pos pelayanan *)


No. Pos pelayanan Desa/Kel Kecamatan Klinik/RS/Fasya
Pusk KKP
nkes lainnya
1
2
3
4
*) Berilah tanda "X" pada kolom yang sesuai
Mulai supervisi di pos
pelayanan (Pk.)
Selesai supervisi di pos
pelayanan (Pk.)

Berilah tanda "YA" (=Y), TIDAK" (=T), "TIDAK TAHU"(TT) pada kolom tipe pos pelayanan
A PENGORGANISASIAN
1 Terpasang tanda Pos Pelayanan (ada banner/poster )
2 Ada vaksinator terlatih dan menggunakan APD
Ada petugas yang melakukan skrining dan
3
menggunakan APD
4 Peralatan skrining tersedia
5 Antrian yang teratur
6 Kader dan Pengunjung menggunakan masker kain
Meja pelayanan antar petugas dan tempat duduk antar
7
penunggu menjaga jarak aman 1 – 2 meter
8 Sarana cuci tangan di pintu masuk pos imunisasi

B PEMBERIAN IMUNISASI
Hanya 1 vial vaksin yang dibuka pada saat pelayanan
1
berlangsung
2 Mencantumkan jam pembukaan vial vaksin
3 Vaksinator memberikan imunisasi dengan cara intramuskuler
4 Vaksinator tidak menyentuh jarum dan tutup botol saat mengambil vaksin dan memberikan imunisasi
Vaksinator menunggu hingga usapan alkohol swab
5
mengering sebelum melakukan penyuntikan
Memberikan kartu imunisasi/mengisi kartu imunisasi
6
elektronik kepada pengunjung yang telah diimunisasi
Tidak menyiapkan suntikan sebelum target datang
7
(prefilling)
8 Tidak melakukan recapping
Tidak menggunakan vaksin yang telah dibuka melebihi
9 batas waktu

C PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS      


1 Vaksinator tidak membuang tutup jarum pada safety box      
Vaksinator membuang syringe yang telah digunakan ke safety box
2 (tidak dilakukan recapping)      
3 Safety box yang terisi diberi label dan diamankan        
Limbah lain (plastik, kapas, vial, sarung tangan, masker medis)
4 dimasukkan ke kantong limbah      

 
D PENGELOLAAN KIPI

[94]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

1 Format Pelaporan KIPI tersedia        


2 Vaksinator mengetahui apa yang dilakukan bila terjadi KIPI (rujukan, pelaporan)    
3 Apakah kit anafilaktik tersedia di pos pelayanan?
4 Apakah isi kit anafilaktik sesuai dengan standar?

E SUPERVISI        
1 Apakah supervisor mengunjungi pos hari ini        

F COLD CHAIN        
Vaksin disimpan dalam vaccine carrier dilengkapi dengan ada 2 atau 4 kotak dingin (cool pack) sesuai
1 dengan standard vaksin karier (vaksin karir ukuran kecil = 2 buah; ukuran besar = 4 buah)    
2 Vaccine carrier dilengkapi alat pemantau suhu
3 Vaksin disimpan dalam suhu 2-8 °C (lihat alat pemantau suhu dlm vaccine carrier)
4 Saat pelayanan, vaccine carrier diletakkan di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung
Vaksin yang sudah dibuka disimpan diantara busa di dalam vaccine carrier
5
   

G LOGISTIK        
1 Jumlah vaksin memadai        
2 Jumlah ADS 0,5 ml memadai        
3 Safety box memadai        
4 Vaksin tidak kadaluwarsa dan VVM A atau B        
5 ADS tidak kadaluarsa
6 Vaksinator mengetahui tempat penyimpanan cadangan vaksin dan logistik    

H PENGGERAKAN MASYARAKAT/ MOBILISASI SOSIAL


  Berapa jumlah jawaban "YA" dari 5 responden yang diwawancarai
1 Ada informasi kegiatan dari pengeras suara        
2 Ada informasi kegiatan dari radio/TV        
3 Ada informasi kegiatan dari petugas kesehatan atau kader      
4 Mengetahui umur sasaran kegiatan        

I RUANG PENYIMPANAN VAKSIN

Vaccine refrigerator dilengkapi alat pemantau suhu


1
2 Vaksin disimpan pada suhu 2-8° C
3 Ada grafik suhu (harian)

J PENANGANAN KIPI
1 Obat-obatan dan fasilitas penanganan KIPI tersedia
Ada tenaga yang siap menangani KIPI
2
3 Ada mekanisme rujukan yang jelas

K MANAJEMEN LIMBAH
1 Tempat limbah medis di tempat yang aman
2 Apakah ada rencana pengelolaan limbah?

Keterangan: Daftar tilik supervisi dapat diisi dan dilaporkan secara online melalui
https://enketo.ona.io/x/#18Rq3kbb

[95]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 15. Format Pencatatan Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat Puskesmas/Fasyankes

[96]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 16. Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat Puskesmas

[97]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 17. Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat Propinsi

[98]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 18. Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat Kabupaten/Kota

[99]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 19. Rapid Convenience Assessment (RCA) Untuk Pelaksanaan Imunisasi COVID-19

[100]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[101]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[102]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 20. Formulir Pelaporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Serius

Isi dengan Ballpoin (tembus karbon) Data diisi


dengan benar dan valid
FORMULIR PELAPORAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
(KIPI) SERIUS Tgl. terima : …./…./20....
Identitas pasien Tanggal lahir : ...../...../………
 Penanggung jawab (dokter Spesialis, dokter,
  Nama : ......................................... Pimpinan)
  Nama Orang Tua : ......................................... Jenis Kelamin  .........................................................................
 Alamat Pelayanan Imunisasi (RS, Puskesmas,
  Alamat: .......................................................... 1. Laki-laki; 2. Perempuan Klinik)
  ..........................................................    ...........................................................................
  RT/RW : ....../...... Kel./Desa ............................ Bagi Wanita Usia Subur (WUS)    RT/RW : ....../...... Kel./Desa ............................
  Kec. : .......................................................... 1. Hamil 2. Tidak Hamil  Kec. : .........................................................
  Kab/Kota : ..........................................................  Kab/Kota: ..........................................................
  Prop. : .......................................................... KU sebelum imunisasi :    Prop. : ..........................................................
  Telp. : .......................................................... .............................................    Telp. : ..........................................................
Kode Pos:   Kode Pos:

Pemberi Imunisasi :  Dokter / Bidan / Perawat / ....................


Vaksin-vaksin yang diberikan dalam 4 minggu terakhir
Pemberian
No. Jenis Vaksin Pabrik vvm No. Batch Intrakutan / Subkutan / Lokasi
Tanggal Jam Jumlah dosis
Intramuskular penyuntikan
1
2
3
4
Tempat pemberian imunisasi : 1. RS; 2. Puskesmas; 3. Dokter Praktek; 4. Pustu; 5. Klinik Imunisasi (yang terdaftar)

Manifestasi kejadian ikutan (keluhan, gejala klinis)


Waktu gejala timbul Lama gejala Perawatan / tindakan
Keluhan & Gejala Klinis
Tanggal Jam Mnt Mnt Jam Hari Tindakan darurat
Bengkak pada lokasi penyuntikan Rawat jalan
Perdarahan pada lokasi penyuntikan Rawat Inap (tgl....................)
Perdarahan lain.................................................... Dirujuk ke........................
Kemerahan lokal (tgl......................... )
Kemerahan tersebar
Gatal Kondisi saat ini (tgl……………….…)
Bengkak pada bibir / kelopak mata / kemaluan Sembuh (tgl ……………….)
Bentol disertai gatal Meninggal (tgl ...................)
Muntah Dalam perawatan:
Diare - Di rumah / mandiri
Pingsan (sinkop) - Fasilitas kesehatan
Kejang
Sesak nafas
Demam tinggi (>390 C) lebih dari satu hari
[103]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Pembesaran kelenjar aksila


Kelemahan/kelumpuhan otot: lengan/tungkai
Kesadaran menurun
Lain-lain 1. .........................................................
2. .........................................................
3. .........................................................
Apakah ada sasaran lain yang diimunisasi pada saat yang sama mengalami gejala serupa?
Ya
Tidak
Apakah ada sasaran lain yang tidak diimunisasi pada saat yang sama mengalami gejala serupa?
Ya
Tidak
Informasi kesehatan lainnya (alergi, kelainan kongenital, dalam terapi obat-obatan tertentu, komorbid lainnya)

Berita KIPI diperoleh dari : (pasien, kader, keluarga, masyarakat, .....................) ............................................, tanggal ...../...../..........
Nama : Tanda tangan pelapor Tanda tangan pemberi imunisasi
Hubungan dengan pasien :
Tanggal : ...../...../..........

(............................)
(........................................)

[104]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 21. Formulir Investigasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Otopsi Verbal)

FORMULIR INVESTIGASI
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
(Otopsi Verbal)

Wawancara dilakukan oleh :

(nama, instansi, telepon, email)

1. Nama :________________________________________________________

Instansi :________________________________________________________

Telepon/Email :_______________________________________________

2. Nama :________________________________________________________

Instansi :________________________________________________________

Telepon/Email :_______________________________________________

Tanggal : _____________________ Jam : ____________________________

Responden :

1. Nama : _____________________________

Hubungan dengan kasus KIPI : _________________________________

2. Nama : ______________________________

Hubungan dengan kasus KIPI : __________________________________

[105]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

IDENTITAS KASUS KIPI


Nama : ____________________________________Lelaki/Perempuan
Tanggal lahir : _____/______/______
Usia : _____Tahun________Bulan______Hari
Alamat : Jalan ………………………… Nomer …. RT/RW ……………….
Dusun/Kampung…………….. Desa/Kelurahan …………………
Kecamatan ………………….. Kabupaten …………………………
Provinsi ……………………….…
Jumlah saudara kandung:

IMUNISASI
Imunisasi terdahulu (lebih dari 30 hari, dari imunisasi terakhir)
Imunisasi Tgl Jam No. Bets ED VVM Cara Pemberian Jumlah Lokasi Gejala/
(Vaksin) (Intra kutan, dosis penyuntikan Reaksi
Sub-kutan, Intra (ml) simpang
muskular)

* Jika Ya: Reaksi timbul pada tgl ..........................................


Gejala & Waktu timbulnya gejala .............................................................................
Diagnosis ....................................

Imunisasi sekarang (dalam kurun 30 hari terakhir) :


Imunisasi Tgl Jam No. Bets ED VVM Cara Pemberian Jumlah Lokasi
(Vaksin) (Intra muskular) dosis penyuntikan
(ml)

[106]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Tempat imunisasi : Puskesmas Rumah Sakit Praktek Swasta


Klinik Imunisasi Lain-lain: ______________

Pemberi imunisasi : Dokter Perawat Bidan

KONDISI RANTAI DINGIN


1. Apakah vaksin disimpan pada
tempat yang sesuai?

2. Apakah vaksin disimpan pada


suhu yang sesuai?
(2 – 80 C)

3. Apakah dilakukan monitoring


suhu dan pencatatan secara berkala? (suhu dicatat dua kali
sehari dan terdapat grafik pencatatan suhu)

4. Apakah terdapat vaksin lain


selain Covid-19 (DPT-HB-Hib, DT, Td, HB Uniject) yang
beku atau diduga beku di dalam tempat penyimpanan
vaksin?

5. Apakah terdapat barang selain


vaksin di dalam tempat penyimpanan vaksin?

6. Apakah vaksin disimpan


bersama dengan obat lain dengan pemisahan dan
penandaan yang jelas, sehingga menjamin tidak terjadi
kontaminasi/kontaminasi silang?
7. Apakah terdapat vaksin yang
kadaluarsa atau mengalami kerusakan fisik di dalam tempat
penyimpanan vaksin dan dipisahkan serta diberi penandaan
yang jelas?

[107]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

8. Apakah terdapat sisa vaksin


pelayanan sebelumnya (lebih dari enam jam) di dalam tempat
penyimpanan vaksin?

9. Apakah terdapat vaksin dengan kondisi VVM C atau D


di dalam tempat penyimpanan vaksin dan dipisahkan
serta diberi penadaan yang jelas?

10. Apakah tempat penyimpanan vaksin dilengkapi dengan


termometer yang berfungsi dengan baik dan terkalibrasi?
(Kalibrasi minimal satu kali/tahun)

11. Apakah terdapat generator


yang berfungsi dengan baik untuk menjamin jika terjadi
listrik padam?

12. Apakah terdapat formulir


pencatatan dan pelaporan termasuk formulir KIPI pada
tempat pelayanan imunisasi?

13. Apakah tersedia Kit Anafilaktik


pada saat pelayanan imunisasi?

KEADAAN PASIEN SEBELUM IMUNISASI


Jika ya, timbulnya gejala sejak :
Gejala Tidak Ya
Tanggal Pukul
Demam
Batuk/pilek
Diare
Muntah
Sesak Napas
Komorbid lain:
- Diabetes
- Hipertensi
- Penyakit kardiovaskuler
- Penyakit ginjal
- Penyakit paru lainnya
(PPOK, TBC, asma, dll)
- Penyakit hati
- Keganasan
- Gangguan imunologi
- Hamil
- Lain-lain:
[108]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

………………………………………..

Kondisi kesehatan:
- Alergi terhadap : - telur Ada Tidak ada
- obat Ada Tidak ada
- Alergi lainnya: Ada, sebutkan ______________ Tidak Ada

Pengobatan saat ini:


- Pemakaian obat-obat steroid Ada Tidak ada
- Pengobatan lainnya: Ada Tidak ada

Sebutkan ______________________________________________________________________

Riwayat alergi pada keluarga: ____________________________________________________

PERJALANAN MANIFESTASI KLINIS KASUS KIPI PADA PASIEN

Jika ya, timbulnya gejala sejak : Lama gejala


Gejala Tidak Ya
Tanggal Pukul Jam / Hari
Bengkak di tempat suntikan
Perdarahan di tempat suntikan
Ruam lokal, bengkak, merah & gatal
- pada kulit
- pada bibir
- pada mata
Ruam tersebar:
- pada muka
- pada anterior tubuh
- pada posterior tubuh
- pada anggota gerak
- seluruh tubuh
Demam tinggi > 390
Nyeri kepala
Nyeri otot
Lesu
Batuk/pilek
Diare

[109]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Muntah
Sesak napas
Kuning / ikterik
Perdarahan
Kejang
Kelemahan/kelumpuhan otot
lengan / tungkai
Pingsan (sinkop)
Penurunan kesadaran
Tanda-tanda syok anafilaktik
Sakit kepala
Lemas & kebas seluruh tubuh
Pembengkakan kelj.getah bening
(leher/ketiak/lipat paha)
Sakit disertai kelemahan pada lengan
yang disuntik
Lain-lain: ……………………………….
- …………………………….
- …………………………….
Identitas pelapor
Gejala awal KIPI diketahui pertama kali oleh :
Nama : ____________________
Hubungan dengan penderita : __________________________
Pada tanggal …………………….. jam …………

Alur penanggulangan kasus KIPI


Laporan I adanya KIPI dilakukan pada tanggal …………………..… jam………
dan disampaikan kepada
Nama institusi : _______________________________
Alamat : _______________________________

Tindakan yang dilakukan oleh penerima laporan pertama :


Memberi pengobatan
Nama obat, waktu, dosis dan cara pemberian obat:
Nama obat (usahakan Waktu pemberian dosis Cara pemberian
tanggal Jam
nama generik)

[110]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Hasil pengobatan:
membaik
tidak ada kemajuan
memburuk
sembuh pada tanggal ………./…………../…………
Merujuk
Waktu merujuk : tanggal…………….… jam………….
Rujukan kepada :
Nama institusi : _________________________
Alamat : _________________________

Rujukan pertama KIPI tiba tanggal …………… jam ………… pada


Nama :_____________________________
Jabatan :____________________________
Nama institusi dan alamat : _____________________________

Gejala klinis/keadaan saat di tempat rujukan :

Pemeriksaan fisik:

[111]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Pemeriksaan penunjang:

A. Laboratorium:

B. Rontgen

C. CT-Scan/MRI

[112]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

D. Serologi/Swab PCR

Diagnosis : _______________________
Tindakan :
Rawat Inap Rawat Jalan Memberi pengobatan

Nama obat, waktu, dosis dan cara pemberian obat:


Nama obat (usahakan Waktu pemberian Dosis Cara pemberian
tanggal jam
nama generik)

Tindakan lain : _________________________________

Hasil pengobatan:
membaik
tidak ada kemajuan
memburuk
sembuh pada tanggal ………./…………../…………
Rujukan kedua KIPI
Waktu merujuk : tanggal……………………………… jam…………. Oleh:
Nama :__________________________________
Jabatan : __________________________________
Rujukan II tiba tanggal …………… jam ………… pada
[113]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Nama institusi : ________________________________


Alamat : ________________________________

Gejala klinis/keadaan saat di tempat rujukan :

Pemeriksaan fisik:

Pemeriksaan penunjang:
A. Laboratorium:

[114]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

B. Rontgen

C. CT-Scan/MRI

D. Serologi/Swab PCR

[115]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Diagnosis : _______________________
Tindakan :
Rawat Inap Rawat Jalan Memberi pengobatan

Nama obat, waktu, dosis dan cara pemberian obat:


Nama obat (usahakan Waktu pemberian Dosis Cara pemberian
tanggal jam
nama generik)

Tindakan lain : _________________________________

Hasil pengobatan:
membaik
tidak ada kemajuan
memburuk
sembuh pada tanggal ………./…………../…………
Rujukan ketiga KIPI
Waktu merujuk : tanggal……………………………… jam…………. Oleh:
Nama : ___________________________________
Jabatan : ___________________________________
Rujukan III tiba tanggal …………… jam ………… pada
Nama :_____________________________
[116]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Jabatan :_____________________________
Nama institusi dan alamat : _____________________________

Gejala klinis/keadaan saat di tempat rujukan :

Pemeriksaan fisik:

Pemeriksaan penunjang:

A. Laboratorium:

[117]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

B. Rontgen

C. CT-Scan/MRI

D. Serologi/Swab PCR

[118]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Diagnosis : _______________________
Tindakan :
Rawat Inap Rawat Jalan Memberi pengobatan

Nama obat, waktu, dosis dan cara pemberian obat:


Nama obat (usahakan Waktu pemberian Dosis Cara pemberian
tanggal jam
nama generik)

Tindakan lain : _________________________________

Hasil pengobatan:
membaik
tidak ada kemajuan
memburuk
sembuh pada tanggal ………./…………../…………
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………...
[119]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN


A. Rontgen

B. CT-Scan/MRI

C. Serologi/Swab PCR

[120]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

HASIL AKHIR
SEMBUH SEMPURNA
SEMBUH DENGAN GEJALA SISA BERUPA :
MENINGGAL, tanggal …………….…………… jam ………………….

KESIMPULAN DOKTER YANG MERAWAT PALING AKHIR


DIAGNOSIS :
1.
2.
3.
SEBAB KEMATIAN : _________________________

HASIL PEMERIKSAAN UJI VAKSIN (apabila vaksin dikirim untuk diperiksa ke PPOMN-BPOM)
Petugas BPOM-Balai Besar POM Provinsi
- Nama: ……………………..
- Institusi: ………………….
Waktu pengambilan sampel
- Tanggal: ……/……./……
- Waktu: ………………..
Jumlah sampel*: …………………..
No Batch. : …………………………
Hasil: Tes Toksisitas: ………………….. ……….. Tes Sterilitas: ……………. ……………………..

[121]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

*Jumlah Sampel:

No. Antigen Volume sampel Total sample


  (ml atau dosis)
     
1 Covid-19 5 ml, 10 dosis 29 vial

TANDA TANGAN PENGISI FORMULIR INVESTIGASI

( ___________________ ) ( __________________ )
Jabatan: Jabatan :

RINCIAN KRONOLOGIS KIPI

[122]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 22. Undangan Pemberitahuan Pemberian Vaksin COVID-19

[123]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 23. Kartu Imunisasi COVID-19

Tampak Depan

Tampak Belakang

[124]
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[125]

Anda mungkin juga menyukai