Rumah Sakit Univ Hasanuddin
Rumah Sakit Univ Hasanuddin
Rumah Sakit Univ Hasanuddin
D
alam industri layanan kesehatan (healthcare industry), pasar menjadi sangat
kompetitif karena pertumbuhannya didorong oleh tingginya angka kejadian
penyakit tidak menular, cedera dan komplikasi terkait gaya hidup lainnya.
Upaya kesehatan yang dilakukan seseorang dapat dilakukan melalui pengobatan
mandiri (mengobati diri sendiri) atau melakukan rawat jalan ke sarana fasilitas kes-
ehatam, termasuk rumah sakit.
Berdasarkan data BPS dalam laporan statistik kesehatan tahun 2019,
persentase masyarakat Indonesia yang pernah melakukan rawat jalan dengan
menggunakan jaminan kesehatan BPJS kesehatan PBI di rumah sakit pemerintah
sebanyak 41,47%, BPJS Kesehatan non PBI 34,96% dan untuk yang tidak meng-
gunakan sebanyak 18, 68% (Gambar 1). Untuk kategori yang tidak menggunakan
merupakan masyarakat yang mengeluarkan biaya pribadi untuk membayar sendiri
biaya rawat jalannya. Gambar 1 juga menunjukkan perbandingan persentase kun-
jungan ke rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta.
Rumah sakit Universitas Hasanuddin lahir dengan perannya sebagai rumah sakit
pendidikan, dengan keunikannya sebagai rumah sakit pendidikan, maka tidak ha-
nya bertindak sebagai penyedia layanan medis, namun juga sebagai pusat pendi-
dikan, pelatihan, dan penelitian. Visi dan Misi Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
menjadi acuan dalam pelaksanaan segala aktivitas di lingkungan rumah sakit ini.
Berikut Visi dan Misi Rumah Sakit Universitas Hasanuddin 2020-2024:
VISI
Menciptakan lingkungan akademik
2 yang optimal untuk mendukung
RUMAH SAKIT pengintegrasian pendidikan, peneli-
tian dan pemeliharaan kesehatan.
UNIVERSITAS
HASANUDDIN Mempelopori inovasi pemeliharaan
kesehatan melalui penelitian yang
3 unggul dan perbaikan mutu pe-
layanan berkesinambungan.
“Menjadi pelopor terpercaya
dalam mengintegrasikan
Pendidikan, Penelitian, dan Memberikan pemeliharaan keseha-
Pemeliharaan Kesehatan 4 tan secara interprofessional col-
laboration dengan pendidikan dan
yang bertaraf Internasional.” penelitian yang mengedepankan
aspek humanis.
Selain pelayanan kesehatan secara umum, potensi yang dikembangkan dari pasar
rumah sakit lainnya yakni pelayanan spesialis. Dengan sumber daya manusia yang
ada saat ini, Rumah Sakit Universitas Hasanuddi punya potensi untuk mengembang-
kannya. Pelayanan spesialis yang ada di rumah sakit bisa ditambahkan di antaranya
pelayanan spesialis dasar, spesialis penunjang, spesialis lain, subspesialis, dan spe-
sialis gigi dan mulut. Pelayanan spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi. Pelayanan spesialis penunjang
meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, dan
rehabilitasi medik.
4. Strategi Pemasaran
Upaya peningkatan mutu di rumah sakit meliputi semua bidang pelayanan yang
ada dan harus dilakukan secara terencana, terpadu dan berkesinambungan. Untuk
menilai kebijakan aspek pemasaran Rumah Sakit Universitas Hasanuddin, terdapat
lima dimensi pemasaran yang dapat menunjang startegi pemasaran rumah sakit.
Pada tabel diatas data demografi pasien berdasarkan status perkawinan. Sta-
tus perkawinan menjadi salah satu faktor yang berperan dalam proses pengambi-
lan keputusan pasien. Karena secara psikologis, kebutuhan seseorang setelah atau
sebelum menikah akan berbeda. Dari data diperoleh bahwa jumlah pasien yang
berstatus kawin sebanyak 10214 pasien. Sedangkan pasien dengan status belum
kawin sebanyak 7158 pasien.
Berdasarkan Blue Ocean Strategy/strategi Samudera Biru dari Mauborgne &
Kim (2005), Rumah Sakit Universitas Hasanuddin harus melihat lebih dalam lagi da-
lam masing- masing tingkatan segmen kepada tiga tingkatan konsumen target ek-
spansi pasar yang belum mereka peroleh (The Three Tiers of Noncustomers, “Blue
Ocean Strategy”, 2005). Ketiga tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
Tingkatan Ekspansi Pertama
Pada tingkatan pertama ini ada yang disebut dengan non-konsumen level per-
tama, di mana dalam hal ini adalah konsumen yang segera akan mencari alternatif
layanan serupa yang lebih baik. Pada kasus Rumah Sakit Universitas Hasanuddin,
non-konsumen level pertama ini adalah berbagai pasien umum, perusahaan- pe-
rusahaan ataupun pihak yang membutuhkan jasa medis yang lebih murah, lebih
fleksibel dalam pemenuhan keinginan dan respon reaksi pelayanan medis yang
lebih cepat. Pasar ini banyak terdapat dalam industri jasa medis pada umumnya, di
mana seiring berkembangnya pemain- pemain dalam industri, keinginan konsumen
meningkat tanpa adanya loyalitas pelanggan.
Tingkatan Ekspansi Kedua
Pada tingkatan non-konsumen tingkat kedua, pihak yang bersangkutan adalah
pihak yang menolak, yang tidak menggunakan jasa yang ditawarkan saat ini kare-
na jasanya dirasa tidak efektif ataupun di luar jangkauan mereka. Non-konsumen
dalam hal ini memilih pihak- pihak yang tidak resmi sebagai penyedia jasa alterna-
tif. Pihak- pihak yang termasuk pesaing Rumah Sakit Universitas Hasanuddin yang
secara alternatif adalah jasa medis laboratorium seperti Prodia atau Pusat Mata
lainnya yang menjadi alternatif. Keunggulan mereka, di mana ketika menyebabkan
non-konsumen level pertama pergi, adalah bolehnya penggunaan jasa dalam skala
25 | Blue Print RS Universitas Hasanuuddin |
kecil, namun di satu pihak skala kecil tersebut didukung pihak yang besar ataupun
kuat, karena pelayanan tersebut bersifat alternatif maka penekanan pada struktur
biaya dapat dilakukan dan fleksibilitas akan tipe layanan jasa dapat disesuaikan
kapanpun.
Tingkatan Ekspansi Ketiga
Pada tingkatan non-konsumen tingkat tiga, mereka adalah pihak yang belum
dijelajahi ini tidak dibidik atau dianggap sebagai konsumen potensial oleh pemain
manapun dalam industri medis dengan anggapan kebutuhan tersebut berada di
pasar yang lain. Untuk itu, image atau citra dari setiap pelaksana medis dari RS Uni-
versitas Hasanuddin harus dilengkapi dengan kemampuan jasa medis yang prima.
Perusahaan mitra atau konsumen dapat menghemat biaya dalam hal ini, karena
mendapatkan pilihan seperti pelayanan paket medis, dan juga tidak perlu menge-
luarkan waktu lebih untuk mendapatkan pelayana Peter dan Olson (2005) menga-
takan bahwa penetapan target organisasi yang ditindak lanjuti dengan penentuan
strategi pemasaran harus diimbangi dengan adanya ide dasar segmen dan pasar
yang dapat dipuaskan dengan produk atau jasa yang dijual yang selanjutnya ditin-
dak lanjuti dengan product/service positioning atau memposisikan produk/jasa
secara relatif dengan kompetitor. Dari sisi produk, sebuah perusahaan jasa harus
menyadari bahwa tulang punggung kesuksesan mereka adalah diterapkannya kon-
sep bahwa keuntungan (profit dan benefit) terkait langsung dengan kualitas pega-
wai dan kepuasan pelanggan (service- profit chain).
Dengan target yang ditetapkan Rumah Sakit Universitas Hasanuddin bahwa
pada tahun 2021 dan selanjutnya, tambahan pangsa pasar yang harus ditingkatkan
dari captive market dan pasar umum yakni meningkatkan BOR (Bed Occupancy
Rate), juga menambah kerjasama jaringan Mitra Korporasi dari Rumah Sakit dan
terutama peningkatan citra pelayanan Rumah Sakit Universitas Hasanuddin se-
bagai yang terbaik di regional. Untuk itu Rumah Sakit perlu melihat analisa product
and service positioning dan penetapan segmen pasar yang akan dimasuki dengan
melihat pada kondisi sebelum tahun 2020 dan setelah 2020. Contoh analisa yang
bisa dilakukan adalah dengan menetapkan produk layanan yang dibutuhkan oleh
pasar non-captive dan captive serta pembagian periode sebelum 2019 dan sesudah
2019.
RSP UNI-
RS RS RSUD
VERSITAS RS
No Indikator Keterangan IBNU AWAL MAKAS-
HASANU- JAURY
SINA BROS SAR
DDIN
1 Product Pelayanan Medis dan Non-medis yang 4 3 3 5 5
dijalankan oleh Rumah Sakit