2D - Kelompok 4 - Aqidah
2D - Kelompok 4 - Aqidah
2D - Kelompok 4 - Aqidah
DISUSUN OLEH :
AQIL FADLUTFI 2006015078
BAYU SETIAWAN 2006015
FIKRI ALAMSYAH 2006015144
MUHAMMAD RIFQI 2006015
ZARA PUTRI NASIRAH 2006015
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat
serta salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah diutus kemuka bumi ini
sebagai Rahmatanlil Alamin.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Aqidah dalam membahas
Urgensi tauhid dalam kehidupan,pribadi keluarga,masyrakat,dan profesi. Dimana dalam
makalah ini diharapkan lebih membuka wawasan berpikir dibidang terkait dengannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.
Penyusun
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1Latar Belakang..............................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
2.1 A.Urgensi Tauhid Dalam Kehidupan...........................................................................................5
2.2 B.Urgensi Tauhid Dalam Pembinaan Pribadi Keluarga..............................................................6
2.3 C.Urgensi Tauhid Dalam Dunia Profesi........................................................................................6
2.4D.Urgensi Tuhid Dalam Hidup Bermsyarakat..............................................................................8
BAB III..................................................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................................................10
Kesimpulan......................................................................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sebagaimana diketahui bahwa tauhid yang diartikan sebagai pengesaan Allah Swt.,
yang di dalamnya diyakini bahwa atas kuasa-Nya, semesta beserta isinya diciptakan dan
dipelihara. Tauhid ini merupakan ajaran dasar bagi muslim, baik dalam kehidupan secara
pribadi, maupun dalam kehidupan bersama di tengah masyarakat. Dalam kenyataannya,
tauhid ini sering berhenti pada normativitas-verbalitas, tidak sebagaimana idealnya yang
mengejawantah dalam wujud nyata perbuatan.
Mempelajari tauhid merupakan hal pokok yang sudah menjadi keharusan bagi
seseorang untuk mempelajarinya. Untuk itu, sudah menjadi keharusan pula bagi orang tua
untuk mendahulukan penanaman tauhid semenjak dini kepada putra-putrinya. Sebagaimana
ungkapan Ibnu Qayyim dalam kitab Tuḥfat Al-Maudūd yang dikutip oleh Rahman bahwa
dirahasiakan dilakukan ażan dan iqāmaĥ di telinga bayi yang baru lahir mengandung harapan
yang optimis agar mula-mula suara yang terdengar oleh telinga bayi adalah seruan ażan yang
mengandung makna keagungan dan kebesaran Allah serta syahādāt yang menjadi syarat
utama bagi seorang yang masuk Islam. Hal yang sama dianjurkan pula agar yang
bersangkutan dituntut untuk mengucapkan kalimat tauhid ini saat sedang meregang nyawa
meninggalkan dunia yang fana ini (Rahman, 2000, hlm. 43)
4
BAB II
PEMBAHASAN
Tauhid mampu merubah manusia menjadi manusia yang perilakunya sesuai dengan
keinginan Allah SWT. Mungkinkah kita menjadi orang yang bertauhid seperti yang
diinginkan? Dengan berdoa dan memohon taufik dari-Nya Insya Allah kita bisa mencapai ke
arah itu minimal pemahaman tauhid kita tidak melenceng dari rambu-rambu yang ditetapkan
Allah.Semua itu memerlukan pemahaman yang benar akan tauhid dari sumbernya yang
autentik yaitu Alquran dan Sunah serta kitab-kitab tauhid yang diakui keabsahannya oleh
ulama-ulama Islam dahulu dan sekarang.Untuk mendapatkan pemahaman yang benar dari
sumber ilmu yang autentik, maka perlu merujuk kepada pehamaman generasi teladan umat
yaitu generasi salaf. Kelurusan dan keteladanannya dalam beragama dan beraqidah tidak
diragukan lagi karena mereka mewarisi apa yang telah diajarkan Rasulullah saw.Allah SWT
telah memberikan penilaian terhadap generasi tersebut akan keteladanan dan keutamaannya
dari umat-umat atau generasi-generasi lainnya. Allah SWT telah berfirman,“Kalian adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf (baik) dan
mencegah kepada yang mungkar (jahat) dan beriman kepada Allah.” (Ali Imran: 110).
Demikian tingginya agama memberikan apresiasi kepada siapa pun yang melakukan kerja
keras mencari rezeki yang halal, thayyib, dan berkah. Lebih dari itu, bekerja merupakan suatu
lahan untuk menjadikan watak dan kepribadian manusia bersifat mandiri, tekun, teliti, peduli,
berani, taat, dan bertanggung jawab.
Rasulullah sendiri dalam usia 8 tahun, suatu tingkatan usia yang sangat dini sudah bekerja
menggembala kambing yang hasilnya diserahkan kepada pamannya untuk meringankan
beban ekonomi dalam keluarga pamannya, Abu Thalib. Pada usia 12 tahun, beliau sudah
diperkenalkan berwiraswasta oleh pamannya untuk berdagang ke negeri Syam.
6
Keteladanan Rasulullah dalam bekerja patut dicontoh dan dijadikan teladan bagi seluruh
aktivitas kita sehari-hari. Semangat kerja yang dilandasi dengan ketauhidan kepada Allah
SWT semata akan melahirkan produktivitas yang dapat menghadirkan manfaat bagi dirinya,
usahanya, dan orang lain.
Bagi dirinya, selain mendapatkan keuntungan duniawi, ia pun mendapat pahala dari Allah
atas usahanya. Usahanya akan mendapatkan berkah dan kepercayaan dari orang lain sehingga
perusahaannnya menjadi lebih dinamis. Sedangkan orang lain mendapatkan rasa puas dan
senang karena mendapatkan pelayanan yang profesional. Yang pada akhirnya ia
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Berdasarkan hal ini Uqbah bin Amir menceritakan kepada kita bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Allah kagum kepada seseorang yang menggembala kambingnya di atas gunung. Ia
azan dan melaksanakan shalat. Allah berfirman, ‘Lihatlah oleh kalian (wahai malaikat
terhadap) hamba-Ku itu! Ia azan dan shalat. Ia takut kepada-Ku. Aku mengampuni dosanya
dan Aku akan memasukkannya ke dalam surga.’” (HR. Abu Daud, an-Nasa’i, dan Ahmad)
Kisah yang diambil dari hadits qudsi tersebut memberi isyarat kepada kita agar dalam bekerja
harus dibekali dengan keimanan yang kuat. Di mana pun kita berada dan bekerja, nilai-nilai
tauhid ini harus tetap istiqamah (mantap) dan oprtimal. Dasar yang mendorong manusia
untuk bekerja bukan hanya untuk mencari materi saja, melainkan berupaya untuk terus selalu
meningkatkan semangat dalam beribadah kepada-Nya. Karena dalam Islam, bekerja juga
salah satu bentuk ibadah.
Artinya yang membuat seseorang dekat dengan Allah bukan hanya shalat, puasa, dan lain
sebagainya. Karena juga sebagai ibadah, pada saat kita bekerja sebenarnya Allah hadir di
tengah-tengah kehidupan. Walhasil, jiwa orang yang dipenuhi oleh nilai-nilai tauhid, di
jengkal bumi mana pun dia berada, dirinya akan selalu merasakan kehadiran Allah yang
begitu dekat dalam hidupnya.
Ini yang mendorong hidupnya menjadi teratur, taat asas, penuh kemandirian, dan selalu
didasari dengan perencanaan yang matang. Salah satu ciri orang bertauhid kepada-Nya adalah
mereka yang dianugerahkan potensi untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan. Di samping
itu, disebutkan juga salah satu karakter dasar mereka adalah selalu menjauhi perbuatan dan
perkataan (perencanaan) yang tidak berguna. (Lihat surah al-Mu’minuun ayat 1-3).
Islam selalu menganjurkan dalam berusaha selayaknya mencari kepentingan dunia untuk
kepentingan akhirat. Maksudnya adalah dalam bekerja harus diiringi dengan upaya berdoa
meminta kebaikan amal dunia maupun akhirat. Anjuran ini terekam dengan jelas dalam
firman-Nya,
“Dan di antara mereka ada yang berdoa, ’Ya Tuhan Kami, berilah kami kebaikan di dunia
dan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka.’” (al-Baqarah: 201)
Makna kebaikan di dunia salah satunya adalah keseriusan kita dalam bekerja dengan target
mewujudkan hasil dengan kualitas yang terbaik, bagi dirinya maupun lembaga atau
perusahaan tempat ia bekerja. Kualitas terbaik bagi diri adalah penampilan, kejujuran,
tanggung jawab, rasional, cerdas, cepat, akurat, disiplin, amanah, adil, dan sebagainya.
Adapun kualitas bagi tempat kita bekerja adalah berupa produk atau jasa bagi orang lain agar
terpuaskan hatinya.
7
Sedangkan makna kebaikan di akhirat merupakan harapan semua manusia untuk menjadi
penghuni surga melalui pendekatan diri kepada Allah secara sungguh-sungguh. Introspeksi
diri dilakukan setiap saat, berzikir kepada Allah dengan tekun setiap saat menjadi bagian
yang tidak terpisahkan untuk mendapatkan kebaikan akhirat. Dengan pola seperti ini, secara
tidak langsung kita senantiasa bertauhid kepada Allah ketika kita bekerja di mana pun kita
berada.
Berangkat dari hal di atas, nilai-nilai ketauhidan yang mengisi kalbu kita ketika dalam
bekerja akan mengantarkan kita ke jalan yang dapat mengantarkan diri semakin mendekat
dengan Allah. Bahkan harta maupun karunia Allah lainnya akan lebih berkah dan mempunyai
nilai kemaslahatan bagi keluarga maupun keturunannya di masa depan. Wallahu’alam.
8
3.Menurut Hassan Hanafi kalimat syahadat tidak hanya sekedar pernyataan verbal tentang
ketuhanan dan kenabian. Bagi Hanafi, kaliamat syahadat merupakan kesaksian yang bersifat
teoritis sekaligus kesaksian praktis tentang problematika manusia dalam kesejarahannya.
Penggalan pertama dari kalimat syahadat, asy-hadu alla ilaha, mengandung makna tindakan
meniadakan, yakni membebaskan manusia dari berbagai bentukpemaksaan, penganiayaan,
otoritarianisme, dan kekejaman. La ilaha juga bermakna membebaskan manusia dari sikap
mengikuti saja nilai-nilai dan berbagai pemikiran yang mapan pada zamannya. Sedangkan
penggalan kedua, illallah, bermakna penetapan, yakni menetapkan tindakan positif manusia
untuk selalu nerunuskan cita-cita sosial ideal, dan menyatakan ketundukannya pada prinsip
universal yang berlaku sama untuk semua manusia. Illallah juga bermakna menjadikan
manusia memeluk nilai-nilai baru yang terkait dengan prinsip-prinsip universal. Di sini
nampak sekali keinginan kuat Hanafi untuk membangun sebuah keyakinan tauhid yang tidak
hanya memiliki ukuran-ukuran individual dalam hubungan dengan Yang Maha Esa, tetapi
juga menjadikan tauhid sebagai keyakinan yang harus diukur dalam hubungan antara sesama
manusia. Tauhid dimata hanafi tidak hanya sekedar intelectual exercise, justru yang lebih
penting adalah ruh tauhid yang dapat menjelma menjadi kekuatan revolusioner untuk
mengubah dan menggerakan masyarakat kearah yang lebih baik. Tauhid bukan hanya sekedar
ikrar keimanan kepada Allah SWT, namun juga ikrar untuk jadi pelaksana dan penganjur
kebaikan (amar makruf nahi munkar) bagi seluruh manusia.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tauhid merupakan inti ajaran Islam-rohnya ajaran Islam yang berhubungan dengan berbagai
aspek kehidupan seorang muslim, baik secara pribadi maupun dalam kelompok-masyarakat.
Dalam kehidupan pribadi, sebagaimana menjadi maksud dari tulisan ini, dapat diberikan
catatan sebagai berikut.
yang telah teruraikan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa tauhid merupakan inti pokok
agama islam sebagai pengakuan umat islam terhadap pencipta yang mutlak dan tidak ada
yang dituju selainya.Untuk itu dalam firman Allah dan sabda Nabi Muhammad SAW
dikatakan : “orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman(syirik), mereka itulah oarng yang mendapat keamanan. Mereka itu adalah orang-
orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An-nam:82) Rosullullah bersabda,“Allah ta’ala
berfirman, “Wahai anak Adam, seandainya enkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa
sepenuh jagad, lantas engkau menemuiku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan
suatu apa pun, maka Aku akan memberimu ampunan sepenuh jagad itu pula,” (HR.Tirmidzi
3540)
B. Saran Semoga setelah mempelajari dan memahami pembahasan ini kita dapat mengambil
hikmah betapa pentingnya ajaran tauhid ini bagi umat islam dan merupakan
faktor terpenting untuk mengembalikan kejayaan islam pada umat ini.. Untuk itu, kita sebagai
generasi penerus perjuangan Islam harus berusaha sekuat tenaga untuk mengimplementasikan
konsep tauhid dalam semua segi kehidupan kita. Pada akhirnya kita berharap dan berdo'a
kepada Allah SWT supaya mengembalikan kejayaan ummat ini dengan konsep tauhid yang
kita amalkan.
10