Askep Gerontik Kardiomegali
Askep Gerontik Kardiomegali
Askep Gerontik Kardiomegali
DISUSUN OLEH:
BELLA DAMA SHINTA
P27820820008
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS SURABAYA
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
a. Immobility
Lansia yang terus-menerus berada ditempat tidur (disebut berada
pada keadaan (bed rdden). Berakiabt atrofi otot, decubitus,
malnutrisi, serta pnemonia. Faktor resikonya dapat berupa
osteortritis, gangguan penglihatan, fraktur, hipotensi postural,
anemia, stroke, nyeri, demensia, lemah otot, vertigo, keterbatsan
ruang lingkup, PPOK, gerak sendi hipotiroid dan sesak napas,
imobilisasi pada lansia diakibatkan oleh adanya gangguan nyeri,
kekakuan, ketidakseimbangan, serta kelainan psikologis.
b. Instability
Akibat yang ditimbulkan seperti peristiwa jatuh merupakan
masalah yang juga penting pada lansia terutama lansia wanita.
c. Intelektual impaired
Gangguan intelektual berlangsung progresif disebut demensia.
Muncil secara perlahan tetapi progresif (biasanya selang bulanan
hingga tahunan). Gangguan depresi juga merupakan penyebab
kemunduran intelektual yang cukup sering ditemukan namun
seringkali terabaikan.depresi disebabkan oleh adanya suasana hati
atau mood yang bersifat depresif yang berlangsung sekurang-
kurangnya 2 minggu yang disertai keluhan-keluhan vegetatif
(berupa gangguan tidur, penurunan minat, perasaan bersalah,
merasa tidak bertenaga, kurang konsentrasi, hilangnya nafsu
makan.
d. Incontinance
Adalah penegluaran urin/feses tanpa disadari dalam jumlah dan
frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan maslah gangguan
kesehatan atau sosial. Ini bukan kinsekuensi normal dari
pertambahan usia. Penyebanya kelainan urologi (radang, batu,
tumor), kelainan neurologi (stroke, trauma medula spinalis,
demensia)lainya (imobilisasi, lingkungan). Dapat akut disaat
timbul penyakit atau yang kronik.
e. Isolation
Penyebabnya : kehilangan orang/objek yang dicintai, sikap
pasimistik, kecenderungan beradumsi negatif terhadap suatu
pengalaman yang mengecewakan, kehilangan integritas pribadi,
penyakit degeneratif kronik tanpa dukungan sosial yang adekuat.
f. Impotance
1) DE organik akibat gangguan endokrin, neurogenik, vaskuler
(aterosklerosis atau fibrosis)
2) DE psikogenik merupakan penyebab utama pada gangguan
organik, walaupun faktor psikogenik ikut memegang peranan.
DE jenis ini yang berpotensi reversible potensial biasanya yang
disebabkan oleh kecemasan, depresi, rasa bersalah, masalah
perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal dalam
hubungan seksual.
g. Immuno-deficiensi
Daya tahan tubuh yang menurun pasa lansai merupakan fungsi
tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang.
Walupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua,
tapi dpaat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit menahun
maupun penyakit akut yang dapat menyebabkan penurunan daya
tahan tubuh seseorang, demikian juga penggunaaan berbagai obat,
gizi yang kurang, penurunan fungsi organ tubuh dan lain-lain.
h. Infection
Terjdi akibat beberapa hal antara lain adanya penyakit penyakit
yang cukup banyak, menurunnya daya takan/imunitas terhadap
infeksi, menurunya daya komunikasi sehingga sulit/jarang
mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini. Ciri utama
pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan peningkatan
temperatur badan, sering dijumpai pada usia lanjut.
i. Inanitation
Penyebab terjadinya gizi buruk adalah depresi berkabung,
imobilisasi, penyakit kronis (PPOK, rematik, gagal jantung,
diabetes, gagal ginjal, dispepsia, gangguan hati, keganasan),
demensia dan demam.
j. Impaction
Konstipasi yang terjadi pada lansia dibabkan karena pergerakan
fisik pada lansia yang kurang mengkonsumsi makan berserat,
kurang minum, juga akibat pemberian obat-obatan tertentu.
k. Insomnia
Pada lansia dapat disebabkan oleh faktor yang trdiri dari nyeri
kronis, sesak napas pada penyakit paru obstruktif kronis, gangguan
psikiatrik (gangguan cemas dan depresi), penyakit neurologi
(parkinson’s disease, alzheimer disease)dan obat-obatan
kortikosteroid dan diuretik)
l. Gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman
Sistem pendengaran: kehilangan mendengar bunyi dengan nada
yang sangat tinggi akibat dari berhentinya pertumbuhan saraf dan
berakhirnya pertumbuhan organ basal yang mengakibatkan
matinya rumah siput didalam telinga. Dapat mendengar pada suara
rendah.
Sitem penglihatan daa penurunan yang konsissten dalam
kemampuan untuk melihat objek pada tingkat penerangan yang
rendah serta menurunnya sensivitas terhadap warna.
Daya penciuman menjadi kurang tajam dengan bertambahnya
usia, sebagian karena pertumbuhan sel didalam hidung berhenti
dan sebagian lagi karena semakin lebatnya bulu rambut dilubang
hidung.
4. Manifestasi Geriatric Syndrom
Manifestasi Geriatric Syndrom menurut : (Vina,2015)
a. Imobilisasi
1) Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuai kebutuhan
2) Keterbatsan mengerakan sendi
3) Adnya kerusakan aktivitas
4) Penurunan ADL dibantu orang lain
5) Malas untuk bergerak atau latihan mobilitas
b. Inkontinensia
1) Inkontinensia stress: keluarnya urin selama batuk, mengejan
2) Inkotinensia urgensi: ketidakmampuan menahan keluarnya urin
dengan gambaran seringnya terburu-buru berkemih
3) Enuresis nokturnal: keluarnya urin saat tidur malam hari
c. Demensia
1) Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif
2) Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek
3) Gangguan kepribadian dan perilaku
4) Mudah tersinggung, bermusuhan
5) Keterbatasan dalam ADL
6) Kesulitan mengatur dalam penggunaan keuangan
7) Tak bisa pulang kerumah bila berpergian
8) Sulit mandi makan, berpakaian dan toilet
d. Konstipasi
1) Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB
2) Mengejan keras saat BAB
3) Masa feses yang keras dan sulit keluar
4) Perasaan tidak tuntas saat BAB
5) Sakit pada daerah rectum saat BAB
6) Adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam
7) Menggunakan bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses
8) Menggunakan obat-obatan pencahar untuk bisa BAB
e. Depresi
1) Ganguan tidur
2) Keluhan somatik berupa nyeri kepala, dizzi (puyeng),
pandangan kabur, gangguan saluran cerna, ganguan nafsu
makan, kontipasi, perubahan berat badan
3) Gangguan psikomotor berupa aktivitas tubuh meningkat,
aktivitas mental meningkat atau menurun, tidak mengacuhkan
kejadian disekitarnya, fungsi seksual berubah (libido menurun),
gejala biasanya lebih buruk dipagi hari.
f. Malnutrisi
1) Kelelahan dan kekurangan energi
2) Pusing
3) Sitem kekebalan tubuh yang rendah (mengakibatkan tubuh
kesulitan melawan infeksi
4) Kulit kering dan bersisik
5) Gigi yang membusuk’
6) Gusi bengkak dan berdarah
7) Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8) Badan badan kurang
9) Pertumbuhan yang lambat
10) Kelemahan pada otot
11) Perut kembung
12) Tulang yang mudah patah
13) Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
g. Insomnia
1) Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal
2) Wajah kelihatan kusam
3) Mata merah, hingga timbul bayangan gelap dibawah mata
4) Lemas, mudah cemas
5) Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori dan mudah
tersinggung
h. Immune Deficeincy
1) Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandungkan bakteri
2) Diare kronik umum terjadi (sering disebut gastroenteritis)
3) Infeksi respiratorius dan oral thrushumum terjadi
4) Terjadi failure to thrive tanpa adanya infeksi
i. Impoten
1) Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu
mempertahankan ereksi secara berulang (paling tidak selama 3
bulan)
2) Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
3) Ereksi hanya sesaat
5. Penatalaksanaan Geriatric Syndrome (Vina, 2015)
Pendekatan peripurna pasien geriatri merupakan prosedur
pengkajian multidimensi. Pendekatan multidimensi berusaha untuk
menguraikan berbagai masalah pada pasien geriatri, mengidentifikasi
semua aseit pasien, mengidentifikasi jenis pelayanan yang
dibutuhkan, dan mengembangkan rencanna asuhan yang berorientasi
pada kepentingan pasien. Beberapa penatalaksaan secara umum
sindrom geriatrik diantaranya:
a. Pemberian asupan diet protein , vitamin C,D, E & mineral yang
cukup.
Orang usia lanjut umumnya mengkonsumsi protein kurang dari
angka kecukupan gizi. Proporsi protein yang adekuat merupakan
faktor penting, bukan dalam jumlah besar pada sekali makan.
Protein sebaiknya mengandung asam amino esensial. Leusin
adalah asam amino esensial dengan kemampuan anabolisme
protein tertinggi sehingga dapat mencegah sarkopenia.
b. Pengaturan olahraga secara teratur
Kemampuan dasar seperti: berjalan, keseimbangan, fungsi
kognitif. Aktivitas fisik dapat menghambat penurunan massa dan
fungsi otot dengan memicu peningkatan masa dan kapasitas
metabolik otot sehingga memengaruhi energy expenditure,
metabolis glukosa dan cadangan protein
c. Pencegahan infeksi dengan vaksin
d. Antisipasi kejadian yang dapat menimbulkan stres misalnya
pembedahan elektif dan recon ditioning cepat setelah mengalami
stres dnegna renutrisi dan fisioterapi individual
e. Terapi pengabatan pada lansia berbeda dari pasien pada usia muda,
karena adanya perubahan kondisi tubuh yang disebabkan oleh usia,
dan dampak yang timbul dari penggunaan obat-obatan yang
digunakan sebelumnya.
Penatalaksaanna resiko jatuh:
1) Perhatikan penggunaan alat bantu melihat (kaca mata) dan alat
bantu dengar (earphone)
2) Evaluasi dan ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
3) Evaluasi kemampuan kognitif
4) Beri lansia bantu berjalan seperti hand rail walker
Penatalaksanaan gangguan tidur:
1) Tingkatkan aktivitas rutin setiap hari
2) Ciptakan lingkungan yang nyaman
3) Kurang konsumsi kopi
4) Berikan benzodiazepine seperti temazepam (7,5-15mg)
6. Pencegahan geratric syndrome
1) Promosi
Merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit.
Merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
dukungan klien, tenaga profesinal dan masyarakt terhadap praktik
kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Untuk
membantu organ-organ mengubah gaya hidup mereka dan
bergerak kearaha kesehatan yang optimal serta mendukung
pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat
tentang perilaku hidup mereka. Upaya perlindungan kesehatan
bagi lansia:
a. Mengurangi cedera, dilakukan dnegan tujuan mengurangi
kejadian jatuh, mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah
b. Meningkatkan keamanan ditempat kerja bertujuan untuk
mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia
c. Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
bertujuan untuk mengurangi penggunaan semprotan bahan-
bahan kimia, mengurangi radiasi dirumah
d. Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mutu
yang bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memlihahara
kebersihan gigi dan mulut
2) Pencegahan preventif
a. Melakukan pencegahan primer meliputi: pencegahan pada
lansia sehat, terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan
promosi kesehatan. Jemisnya: program imunisasi, konseling,
berhenti merokok, dan minum beralkohol, dukungan nutrisi,
keamanan didalan dan sekitar rumah, menejemen stres
b. Melakukan pencegahan sekunder melputi : pemeriksaan
terhadap penderita tanpa gejala dari awal penyakit hingga
terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis dan
mengidap faktor resiko. Jenisnya: kontrol hipertensi, deteksi
dan pengobatan kanker, screening, pemeriksaan rektal,
papsmear, gigi mulut
c. Melakukan pencegahan tersier : dilakukan sebelum terdapat
gejala penyakit dan cacat, mencegah cacat bertambah dan
ketergantungan serta perawatan dengan perawtan dirumah sakit,
rehabilisasi pasien rawat jalan dan perawatan jangka panjang.
1.2 Konsep Teori Hipervolemia
Hipervolemia adalah suatu keadaan atau terjadinya peningkatan volume
asupan dan/atau retensi cairan (NANDA, 2018). Hypervolemia pada gagal ginjal
ekstraseluler sehingga terjadi pertambahan natrium dan air dalam jumlah yang
(Muttaqin, 2014).
Kelebihan volume cairan ekstraselular (ECF) dapat terjadi jika natrium dan
air kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang lebih kurang sama. Seiring
akibat peningkatan kadar natrium tubuh total yang akan menyebabkan terjadinya
air dalam jumlah yang relative sama yang kemudian terjadi kelebihan volume
cairan ekstraseluler (Muttaqin, 2014). Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI
umpan balik negative cairan ekstrasel yang di sensor oleh osmoreseptor di system
saraf pusat. Sinyal dari osmoreseptor ini akan merangsang kelenjar yang
plasma akan meningkatkan reabsorpsi air di tubulus ginjal sehingga terjadi retensi
Lebih dari 90% tekanan osmotic di cairan ekstrasel di tentukan oleh garam yang
natrium
bikarbonat, sehingga perubahan tekanan osmotic pada cairan ekstrasel
akan meningkatkan tekanan osmotic dan menahan air lebih banyak sehingga
Beberapa hormone juga dapat menyebabkan terjadinya retensi natrium dan air
kadar aldosterone akan merangsang reabsorpsi natrium dalam tubulus distal dan
reabsorpsi air dan dengan demikian volume plasma meningkat (Price & Wilson,
2015).
meningkat dan terjadi retensi natruim (Tambayong, 2013). Fungsi utama natrium
Bayi dan anak yang sedang tumbuh memiliki perpindahan cairan yang jauh
lebih besar dibandingkan orang dewasa karena laju metabolisme mereka lebih
ginjal karena ginjal yang belum matang kurang mampu menyimpan air
dibandingkan ginjal orang dewasa. Pada usia paruh baya (40-65 tahun) perubahan
fisik individu yang terjadi pada system perkemihan yaitu unit nefron berkurang
selama periode ini dan laju filtrasi glomerulus menurun. Pada lansia (lebih dari
urine menjadi kurang efektif, urgensi berkemih dan sering berkemih (Kozier et
al, 2011)
b. Suhu lingkungan
lebih banyak dikeluarkan, ion natrium dan klorida juga dilepaskan bersamaan
dengan keringat. Selain itu, juga terjadi peningkatan curah jantung dan frekuensi
(Pranata, 2013). Hormone ini bekerja pada tubulus gnjal untuk meningkatkan
absorpsi natrium (Tambayong, 2013). Sehingga terjadi retensi natrium yang pada
akhirnya
menyebabkan retensi air dan terjadi peningkatkan volume cairan ekstrasel
c. Gaya hidup
Gaya hidup di sini meliputi diet, dan stress yang dapat memengaruhi
1) Diet
Diet dapat mempengaruhi asupan cairan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat
menurun, cairan interstitial tidak bisa masuk ke pembuluh darah sehingga terjadi
2) Stres
Stress merupakan suatu hal yang tidak boleh diremehkan. Stress akan
natrium, sehngga air juga akan tertahan. Sedangkan dampak dari peningkatan
ADH adalah penurunan jumlah urin sehingga terjadi retensi air (Pranata, 2013).
yaitu membuang kelebihan garam sehingga input bisa sama dengan output.
yang dalam hal pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah usia, suhu
lingkungan, gaya hidup (diet, stress). Pada bayi dan anak yang sedang tumbuh
memiliki perpindahan cairan yang jauh lebih besar dibandingkan orang dewasa
kurang mampu menyimpan air dibandingkan ginjal orang dewasa. Pada usia
paruh baya (40-65 tahun) perubahan fisik individu yang terjadi pada system
perkemihan yaitu unit nefron berkurang selama periode ini dan laju filtrasi
yang bekerja pada tubulus ginjal dan tingkat stress juga meningkatkan beberapa
juga akan tertahan. Sedangkan dampak dari peningkatan ADH adalah penurunan
Pada gagal ginjal kronis sekitar 90% dari massa nefron telah hancur
natrium dan air. Adanya perbedaan tekanan osmotic karena natrium tertahan
menyebabkan terjadi proses osmosis yaitu air berdifusi menembus membrane sel
hingga tercapai keseimbangan osmotic (Price & Wilson, 2015). Fungsi utama
intrasel dan ekstrasel. Retensi (kelebihan) natrium dan air ini akan menyebabkan
dari hasil anamnesis. Tanda dan gejala hypervolemia pada gagal ginjal kronis
adalah:
al., 2015).
Dyspnea atau sesak napas, terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli
yang mengganggu pertukaran gas. Dyspnea bahkan dapat terjadi saat istirahat
atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang. Dapat terjadi ortopnea
yaitu kesulitan bernapas saat berbaring. Pasien yang mengalami ortopnea tidak
akan mau berbaring, tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat
tidur atau duduk di kursi, bahkan saat tidur. Beberapa pasien hanya mengalami
ortopnea pada malam hari, yaitu suatu kondisi yang dinamakan paroxysmal
nocturnal dyspnea (PND). Hal ini terjadi bila pasien, yang sebelumnya duduk
lama dengan posisi kaki dan tangan di bawah, pergi berbaring ke tempat tidu.
berada di bawah mulai diabsorbsi, dan ventrikel kiri yang sudah terganggu, tidak
terlentang. Selama siang hari tekanan pada vena tinggi khususnya pada bagian
dependen tubuh. Hal ini terjadi karena gravitasi, peningkatan volume cairan, dan
beberapa cairan keluar masuk ke area jaringan. Dengan posisi terlentang tekanan
pada kepiler– kapiler dependen menurun, dan cairan diserap kembali ke dalam
Nocturnal Dyspnea (PND) terjadi bukan hanya pada malam hari, tetapi kapan aja
selam perawatan akut di rumah sakit yang memerlukan tirah baring (Muttaqin,
2014).
sebagai akibat meningkatnya sekresi hormone ADH dari hipotalamus dan adanya
Edema anasarka adalah edema yang terdapat di seluruh tubuh. Edema perifer
adalah edema pitting yang muncul di daerah perifer dan akan mencekung bila di
tekan pada daerah yang bengkak (Mubarak et al., 2015). Edema perifer pada
osmotik plasma dan retensi natrium dan air. Akibat peranan dari gravitasi, cairan
yang berlebih tersebut akan lebih mudah menumpuk di tubuh bagian perifer
seperti kaki, sehingga edema perifer akan lebih cepat terjadi dibanding gejala
dari 2, 2 kg/hari (1 lb/hari) diduga ada retensi cairan. Secara umum pedoman
yang dipakai adalah 473 ml (1 pt) cairan menggambarkan 0,5 kg (1,1 lb) dari
sampai 3,5% berat badan kering ataus tidak melebihi 5% berat badan kering.
Nilai IDWG (interdialytic weight gain) dihitung berdasarkan berat badan pasien
hemodialisa (berat badan kering). Nilai normal IDWG adalah kurang dari 3%
leher
dalam mengatur beban cairan. CVP berperan sebagai pemandu pemberian cairan
pada pasien yang mengalami sakit serius dan sebagai pengatur volume efektif
darah yang beredar. Peningkatan CVP dapat merupakan tanda akhir dari gagal
hypovolemia dan dibuktikan bila pada pemberian cairan intravena cepat akan
atau kontraktilitas jantung yang buruk. CVP diukur berdasrkan tingginya kolom
air pada manometer. Saat mengukur titik nol manometer harus sejajar dengan titik
acuan standar disebut aksis flebostatik (persilangan dua garis acuan). Bila
digunakan aksis flebostatik CVP dapat diukur dengan tepat pada pasien dalam
posisi terlentang dan kepala ditinggikan sampai 45 derajat. CVP normal adalah 4
Jugular venous pressure atau tekanan vena jugularis merupakan tekanan vena
perifer, saat CVP melebihi nilai normal akan membuat vena menjadi lebar
bahkan titik-titik rawan kolaps akan terbuka bila CVP meningkat (Morton et al.,
2012).
jugularis dan mengukur JVP. Hal tersebut dapat dilakukan sehubungan dengan
anatomi pembuluh darah tersebut bermuara pada vena sentral (vena cava
2) Kepala pasien sedikit dipalingkan menjauhi sisi leher yang akan diperiksa.
5) Tentukan titik tertinggi dimana denyutan vena jugularis interna masih terlihat.
suatu peningkatan.
Kalau vena jugularis interna sulit dicari, dapat dicatat denyut vena jugularis
eksterna. Vena ini lebih superfisial dan terlihat tepat diatas klavikula di sebelah
dengan posisi supine pada tempat tidur atau meja pemeriksaan. Ketika kepala
pasien dinaikkan maka distensi vena ini akan hilang. Vena ini normalnya tidak
akan kelihatan jika kepala dinaikkan lebih dari 30 derajat. Distensi yang jelas saat
kepala dinaikkan sebesar 45sampai 90 derajat menunjukkan peningkatan abnormal
saat jantung menerima beban sehingga peregangan vena jugularis meningkat dan
frekuensi denyut vena di leher juga meningkat (Price & Wilson, 2015)
f. Hepatomegaly
Hepatomegaly dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen yang terjadi
Bila proses ini berkembang maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat,
sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, yaitu suatu kondisi yang
Pasien dengan gagal ginjal kronis berat hamper selalu mengalami anemia.
Penyebab paling pening dari hal ini adalah berkurangnya sekresi eritropoietin
ginjal yang merangsang sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah.
Hematocrit adalah fraksi darah yang terdiri ari sel-sel darah merah yang
darah berupa sel disebut hematocrit. Jadi, bila seseorang mempunyai hematocrit
40, artinya 40 persen volume darah adalah sel dan sisanya adalah plasma. Pada
laki-
laki normal, hematocrit terukur rata-rata sekitar 42% dan pada wanita normal
rata- rata sekitar 38%. Pada anemia berat hematocrit dapat turun sampai 10%
yaitu suatu nilai yang hampir tidak cukup untuk mempertahankan hidup.
Sebaliknya, ada beberapa kondisi dimana terjadi produksi sel darah merah yang
berlebihan yaitu pada polisitemia. Pada kondisi ini hematocrit dapat mencapai
Pada pasien gagal ginjal kronis terjadi penurunan fungsi ginjal, jumlah nefron
yang sudah tidak berfungsi menjadi meningkat, maka ginjal tidak akan mampu
dalam menyaring urine. Kemudian dalam hal ini, glomerulus akan kaku dan
plasma tidak dapat di filter dengan mudahnya lewat tubulus sehingga terjadi
retensi natrium dan cairan yang mengakibatkan ginjal tidak mampu dalam
yang dipakai untuk menentukan banyaknyan asupan cairan yaitu jumlah urin yang
j. Kongesti paru
dengan kongesti vaskuler pulmonal. Ini terjadi bila tekanan pulmonal melebihi
(kurang lebih 30 mmHg). Pada tekanan ini terdapat transduksi cairan ke dalam
2. Etiologi
3. Faktor Risiko
Faktor resiko kardiomegali adalah sebagai berikut :
(Libby P, 2008).
1. Tekanan darah tinggi
2. Riwayat cardiomegaly ataupun cardiomyopathy di keluarga
3. Memiliki penyakit jantung koroner
4. Memiliki penyakit jantung turunan
5. Memiliki penyakit atau kelainan pada katup jantung
6. Pernah mengalami serangan jantung
4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik menurut sudoyo adalah sebagai berikut :
(Sudoyo, 2010)
1. Tergantung dari derajat keparahannya. Tampak gejala yang
berhubungan dengan kegagalan pompa jantung untuk bekerja
dengan baik
2. Dapat disertai pusing, atau sensasi mau jatuh. Orang awam
menyebutnya “vertigo”. Dalam istilah asingnya disebut
“dizziness”.
3. Sesak nafas, seperti orang yang terengah-engah.
4. Terdapat cairan di rongga perut (ascites)
5. Kaki (tungkai, pergelangan kaki) membengkak
6. Berat badan bertambah karena pembengkakan
7. Palpitasi atau jantung berdebar
5. Pemeriksaan Penunjang
Jika memiliki gejala masalah jantung, maka harus melakukan
pemeriksaan dan ketertiban tes fisik untuk menentukan apakah jantung
membesar dan untuk menemukan penyebabnya. Tes-tes ini antara lain :
(Libby P, 2008).
1. Foto Dada X-ray
Gambar X-ray membantu dokter melihat kondisi paru-paru
dan jantung. Jika jantung membesar pada sinar-X, tes lainnya
biasanya akan diperlukan untuk menemukan penyebabnya.
2. Tes Electrocardiogram
Mencatat aktivitas listrik jantung melalui elektroda
menempel pada kulit. Impuls dicatat sebagai gelombang dan
ditampilkan pada monitor atau dicetak di atas kertas. Tes ini
membantu mendiagnosa masalah irama jantung dan kerusakan
jantung dari serangan jantung.
3. Tes Echocardiogram
Untuk mendiagnosis dan pemantauan pembesaran jantung
menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar
video dari jantung. Dengan tes ini, empat bilik jantung dapat
dievaluasi.
4. Tes darah
Untuk memeriksa kadar zat tertentu dalam darah yang
mungkin mengarah ke masalah jantung.
5. Kateterisasi jantung dan biopsy
Dalam prosedur ini, tabung tipis (kateter) dimasukkan di
pangkal paha dan berulir melalui pembuluh darah ke jantung, di
mana contoh kecil (biopsi) dari jantung, jika diindikasikan, dapat
diekstraksi untuk analisis laboratorium.
6. Tekanan dalam ruang jantung
Dapat diukur untuk melihat bagaimana paksa darah
memompa melalui jantung. Gambar arteri jantung dapat diambil
selama prosedur (angiogram koroner) untuk memastikan bahwa
tidak memiliki penyumbatan.
6. Komplikasi
Komplikasi jantung membesar (kardiomegali) dapat mencakup :
1. Gagal jantung
Salah satu jenis yang paling serius dari pembesaran
jantung, ventrikel kiri membesar, meningkatkan risiko gagal
jantung. Pada gagal jantung, otot jantung melemah, dan
peregangan ventrikel (membesar) ke titik bahwa jantung tidak
dapat memompa darah secara efisien ke seluruh tubuh.
2. Pembekuan darah
Memiliki pembesaran jantung dapat membuat lebih
rentan terhadap pembentukan bekuan darah di selaput jantung.
Jika gumpalan memasuki aliran darah, maka dapat memblokir
aliran darah ke organ-organ vital, bahkan menyebabkan
serangan jantung atau stroke. Gumpalan yang berkembang di
sisi kanan jantung dapat melakukan perjalanan ke paru-paru,
kondisi berbahaya yang disebut emboli paru.
3. Jantung murmur
Bagi penderita yang memiliki pembesaran jantung, dua
dari empat katup jantung - mitral dan katup trikuspid - katup
tidak menutup dengan benar karena melebar, yang mengarah
ke aliran balik darah. Aliran ini menciptakan suara yang
disebut murmur jantung.
4. Serangan jantung dan kematian mendadak
Beberapa bentuk pembesaran jantung dapat
menyebabkan gangguan dalam pemukulan irama jantung.
Irama jantung terlalu lambat untuk bergerak atau terlalu cepat
untuk memungkinkan jantung dapat mengakibatkan pingsan
atau, dalam beberapa kasus, serangan jantung atau kematian
mendadak.
1.4 Askep Teori Kardiomegali
1. Pengkajian
1) Identitas
Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat sebelum
tinggal di panti, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan sebelumnya,
pendidikan terakhir, tanggal masuk panti, kamar dan penanggung
jawab.
2) Riwayat Masuk Panti :
Menjelaskan mengapa memilih tinggal di panti dan bagaimana proses
nya sehingga dapat bertempat tinggal di panti.
3) Riwayat Keluarga
Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua, saudara kandung,
pasangan, dan anak-anak)
4) Riwayat Pekerjaan
Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, dan
sumber- sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan yang
tinggi.
5) Riwayat Lingkup Hidup
Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang yang tinggal
di rumah, derajat privasi, alamat, dan nomor telpon.
6) Riwayat Rekreasi
Meliputi : hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan liburan
7) Sumber/ Sistem Pendukung
Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan kesehatan
seperti dokter, perawat atau klinik
8) Deksripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur
Menjelaskan kegiatan yang dilakukan sebelum tidur. Pada pasien
lansia dengan hipertensi mengalami susah tidur sehingga dilakukan
ritual ataupun aktivitas sebelum tidur.
9) Status Kesehatan Saat Ini
Meliputi : status kesehatan umum selama stahun yang lalu, status
kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan-keluhan kesehatan
utama, serta pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan.
10) Obat-Obatan
Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana mengonsumsinya,
atas nama dokter siapa yang menginstruksikan dan tanggal resep
11) Status Imunisasi
Mengkaji status imunisasi klien pada waktu dahulu
12) Nutrisi
Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan minum, pola
konsumsi makanan dan riwayat peningkatan berat badan. Biasanya
pasien dengan hipertensi perlu memenuhi kandungan nutrisi seperti
karbohidrat, protein, mineral, air, lemak, dan serat. Tetapi diet rendah
garam juga berfungsi untuk mengontrol tekanan darah pada klien.
13) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien
dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan
tanda klinis dari suatu penyakit dengan teknik inpeksi, aukultasi,
palpasi dan perkusi.
Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk
kepala, penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah, warna kulit,
kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata,
konjungtiva dan sclera, pupil dan iris, ketajaman penglihatan, tekanan
bola mata, cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung, dan septum
nasi, menilai ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan lubang
telinga, ketajaman pendengaran, keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan
lidah, palatum dan orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena
jugularis serta denyut nadi karotis.
Pada pemeriksaan payudara meliputi inpeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla
mammae menonjol atau tidak, hiperpigmentasi aerola mammae, apakah
ada pengeluaran cairan pada putting susu), palpasi (menilai apakah ada
benjolan, pembesaran kelenjar getah bening, kemudian disertai dengan
pengkajian nyeri tekan).
Pada pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (bentuk dada, penggunaan otot bantu pernafasan, pola
nafas), palpasi (penilaian vocal premitus), perkusi (menilai bunyi
perkusi apakah terdapat kelainan), dan auskultasi (peniaian suara nafas
dan adanya suara nafas tambahan).
Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi (mengamati
ada tidaknya pulsasi serta ictus kordis), perkusi (menentukan batas-
batas jantung untuk mengetahui ukuran jantung), auskultasi
(mendengar bunyi jantung, bunyi jantung tambahan, ada atau tidak
bising/murmur)
Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan pembuluh
darah, warna kulit abdomen, lesi pada abdomen), auskultasi(bising usus
atau peristalik usus dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi
(terdapat nyeri tekan, benjolan/masa, benjolan/massa, pembesaran
hepar dan lien) dan perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeriksaan
asites).
Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus uretra,
anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak.
Pada pemeriksaan muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan
kelemahan eksremitas, kesimetrisan cara berjalan.
Pada pemeriksaan integument meliputi kebersihan, kehangatan, warna,
turgor kulit, tekstur kulit, kelembaban serta kelainan pada kulit serta
terdapat lesi atau tidak.
Pada pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan tingkatan kesadaran
(GCS), pemeriksaan saraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik,
serta pemeriksaan reflex