Tugas e

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

TUGAS E-BUDGETING

MEMBUAT RINGKASAN MATERI DISERTAI CONTOH SOAL PENERAPANNYA


SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2020/2021

Disusun oleh :
Adinda Vanka Mareta Putri
20810334032
Manajemen Pemasaran A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASARAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARATA
2021
A. Metode masuk pertama keluar pertama (FIFO)
Metode FIFO yaitu metode dari biaya persediaan digunakan, biaya dimasukkan dalam beban
pokok penjualan dengan urutan yang sama saat biaya tersebut terjadi. Metode FIFO sering
konsisten dengan arus fisik atau pergerakan barang. Oleh karena itu, metode FIFO memberikan
memberikan hasil yang kurang lebih sama dengan hasil yang diperoleh dari metode identifikasi
biaya spesifik untuk setiap unit terjual dan yang masih berada dalam persediaan.
Ayat Jurnal dan Akun Persediaan Perpetual ( FIFO )

1. Saldo awal 1 Januari sebesar Rp 20.000.000 (1.000 unit dengan biaya tiap unit Rp
20.000).
2. Pada 4 Januari, terjual 700 unit dengan harga Rp 30.000 / unit sehingga total penjualan
adalah Rp 21.000.000 (700 unit × Rp 30.000). Beban pokok penjualan adalah Rp
14.000.000 (700 unit dengan biaya per unit Rp 20.000). Setelah penjualan, sisa
persediaan adalah Rp 6.000.000 (300 unit dengan biaya per unit Rp 20.000).
3. Pada 10 Januari, dilakukan pembelian senilai Rp 11.200.000 (500 unit dengan harga per
unit Rp 22.400). Setelah pembelian, dalam laporan persediaan ditulis ke dalam 2 baris,
Rp 6.000.000 (300 unit dengan biaya per unit Rp 20.000) yang merupakan persediaan
awal dan Rp 11.200.000 (500 unit dengan biaya per unit Rp 22.400) yaitu pembelian di
10 Januari.
4. Pada 22 Januari, sebanyak 360 unit terjual dengan harga Rp 30.000 per unit sehingga
total penjualan adalah Rp 10.800.000 (360 unit × 30.000). Dengan menggunakan FIFO,
beban pokok penjualan adalah sebesar Rp 7.344.000 yang terdiri atas Rp 6.000.000 (300
unit dengan biaya per unit 20.000), yang merupakan saldo awal, ditambah Rp 1.344.000
(60 unit dengan biaya per unit Rp 22.400) yaitu pembelian pada 10 Januari. Setelah
penjualan, persediaan tersisa sebesar Rp 9.856.000 (440 unit dengan biaya per unit Rp
22.400) yaitu pembelian pada 10 Januari.
5. Penjualan pada 28 Januari dan 30 Januari dicatat dengan cara yang sama.
6. Saldo akhir pada 31 Januari adalah sebesar Rp 18.460.000. Saldo ini terdiri atas dua lapis
persediaan sebagai sebagai berikut.
Contoh soal :
PT. Saburai melakukan perlakuan (pembelian, penjualan) persediaan pada tahun 2018 adalah
sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Kuantitas Unit Harga


2 Jan Persediaan awal 200 unit Rp. 9.000
10 Maret Pembelian 300 unit Rp.10.000
5 April Penjualan 200 unit Rp.15.000
7 Mei Penjualan 100 unit Rp.15.000
21 Sept Pembelian 400 unit Rp.11.000
18 Nov Pembelian 100 unit Rp.12.000
20 Nov Penjualan 200 unit Rp.17.000
10 Des Penjualan 200 unit Rp.18.000
Diminta :

1. Hitunglah nilai persediaan akhir Sistem perpetual dengan metode FIFO


2. Hitung Laba Kotor dan Harga Pokok Penjualanya.

Jawab :
Sistem Perpetual FIFO
Laba Kotor FIFO
Persediaan awal 1.800.000
Penjualan 11.500.000
Pembelian 8.600.000
HPP (7.000.000)
Barang tersedia untuk 10.400.000
dijual Laba 4.500.000
Persediaan akhir (3.400.000) kotor

Harga pokok penjualan 7.000.000

B. Metode masuk terakhir keluar pertama (LIFO)


Secara teori metode LIFO ini dimaksudkan bahwa persediaan barang yang diterima terakhir
masuk maka akan dijual pertama, sehingga penilaian perolehan persediaan akhir berdasarkan
dari nilai perolehan yang pertama (awal) masuk (beli). Sehingga dalam praktek penggunaannya
metode LIFO memiliki dampak pada nilai aktiva yang rendah bagi perusahaan dan cenderung
menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah juga.

Contoh soal :

Berikut ini ada contoh data penjualan dan pembelian persediaan selama tahun 2017 di PT. XY

Tanggal Keterangan Kuantitas (unit) Harga (Rp)


1 Jan Persediaan awal 100 100.000
5 Feb Pembelian 300 120.000
7 Maret Penjualan 100 150.000
10 April Penjualan 100 150.000
2 Mei Pembelian 100 130.000
5 Juni Penjualan 200 160.000
6 Juli Pembelian 300 125.000
7 Oktober Penjualan 100 160.000
10 November Penjualan 200 170.000
3 Desember Pembelian 100 130.000

Cara Perhitungan Metode LIFO


Dalam penerapan metode LIFO berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang
yang baru/terakhir masuk untuk dijual terlebih dahulu. Jadi biasanya persediaan akhir barang
dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang pertama atau awal masuk.
Berikut adalah contoh perhitungan metode FIFO dari data di atas:

Tanggal Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan


Unit Harga/ Total Unit Harga/Unit Total Unit Harga/Unit Total
Unit Harga (Rp)* Harga (Rp)* Harga
(Rp)* (Rp)* (Rp)* (Rp)*
01 Jan - - - - - - 100 100 10.000
05 Feb 300 120 36.000 - - - 100 100 10.000
- - - - - - 300 120 36.000
07 Mar - - - 100 120 12.000 100 100 10.000
- - - - - - 200 120 24.000
10 Apr - - - 100 120 12.000 100 100 10.000
- - - - - - 100 120 12.000
02 Mei 100 130 12.000 - - - 100 100 10.000
- - - - - - 100 120 12.000
- - - - - - 100 130 13.000
05 Jun - - - 100 130 13.000 100 100 10.000
- - - 100 120 12.000
06 Jul 300 125 37.500 - - - 100 100 10.000
- - - - - - 300 125 37.500
07 Okt - - - 100 125 12.500 100 100 10.000
- - - - - - 200 125 25.000
10 Nov - - - 200 125 25.000 100 100 10.000
03 Des 100 130 13.000 - - - 100 100 10.000
- - - - - - 100 130 13.000
Total 800 - 98.500 700 - 86.500 200 - 23.000
*hitungan ribu
C. Metode rata-rata bergerak (Moving Average Method)

Moving Average atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Rata-rata Bergerak adalah
salah satu metode peramalan bisnis yang sederhana dan sering digunakan untuk memperkirakan
kondisi pada masa yang akan datang dengan menggunakan kumpulan data-data masa lalu (data-
data historis). Dalam Manajemen Operasi dan Produksi, kumpulan data disini dapat berupa
volume penjualan dari historis perusahaan. Periode waktu kumpulan data tersebut dapat berupa
Tahunan, Bulanan, Mingguan bahkan Harian. Metode Peramalan Moving Average ini sering
digunakan dalam peramalan bisnis seperti peramalan permintaan pasar (demand forecasting),
analisis teknikal pergerakan saham dan forex serta memperkirakan tren-tren bisnis di masa yang
akan datang.

Metode Moving Average ini lebih baik digunakan untuk menghitung data yang bersifat
stabil atau data yang tidak berfluktuasi dengan tajam (data yang perubahan naik dan turunnya
sangat drastis). Hal ini dikarenakan data pada setiap periode diberikan bobot yang sama sehingga
tidak dapat mewakilkan periode-periode tertentu yang bersifat khusus ataupun data periode
terakhir yang biasanya dinilai sebagai data yang terbaik dalam mengambarkan kondisi terkini.
Oleh karena itu, munculah Metode-metode Moving Average yang lain untuk mencoba
mengatasinya, metode moving average yang lain diantaranya adalah Metode Weighted Moving
Average (Rata-rata Bergerak Berbobot) atau disingkat dengan WMA dan Metode Exponential
Smoothing (Metode Penghalusan Bertingkat). Sedangkan Metode Moving Average yang
sederhana ini sering disebut dengan Simple Moving Average atau disingkat dengan SMA.

Rumus Moving Average atau Rata-rata Bergerak adalah sebagai berikut :


MA = ΣX / Jumlah Periode
Keterangan :
MA =  Moving Average
ΣX  = Keseluruhan Penjumlahan dari semua data periode waktu yang diperhitungkan
Jumlah Periode = Jumlah Periode Rata-rata bergerak
atau dapat ditulis dengan :
MA = (n1 + n2 + n3 + …) / n
Keterangan :
MA = Moving Average
n1 = data periode pertama
n2 = data periode kedua
n3 = data periode ketiga dan seterusnya
n = Jumlah Periode Rata-rata bergerak
Contoh Kasus dan Cara Menghitung Moving Average (Rata-rata Bergerak)

Perusahaan PT. ZZYY yang bergerak di bidang manufakturing Ponsel ingin meramalkan
penjualan Ponsel untuk bulan April dan Mei dengan menggunakan data bulanannya yang dimulai
dari bulan Januari. Periode Rata-rata bergeraknya adalah 3 bulan. Berikut ini adalah cara dan
hasil perhitungannya.

Bulan Penjualan (unit) Perkiraan (unit)


Januari 22.500 –
Februari 37.500 –
Maret 30.000 –
April ?
Mei ?

Penyelesaiannya :

Perkiraan Penjualan untuk bulan April adalah :

MA April = (22.500 + 37.750 + 30.000) / 3


MA April = 90.000 / 3
MA April = 30.000

Jadi perkiraan penjualan ponsel pada bulan April adalah sekitar 30.000 unit.

Kita dapat melanjutkan lagi untuk bulan Mei dengan menggunakan data perkiraan yang dihitung
tersebut atau dengan menunggu hasil aktual pada bulan yang bersangkutan. Misalnya data aktual
pada bulan April yang didapat adalah 35.000 unit, maka perhitungannya adalah sebagai berikut :

MA Mei = (37.500 + 30.000 + 35.000) / 3


MA Mel = 102.500 / 3
MA Mei = 34.167

Dengan perhitungan tersebut didapat bahwa perkiraan penjualan ponsel untuk Mei adalah
sekitar 34.167 unit.
Catatan : Untuk perhitungan bulan Mei, Penjualan pada bulan Januari dihilangkan dan
digantikan dengan hasil penjualan pada bulan April. Hal ini karena perhitungan Moving Average
atau Rata-rata Bergerak kita adalah 3 bulanan.

Kita dapat membuat tabel peramalan penjualan dengan tabel seperti berikut ini :

Bulan Penjualan (unit) Perkiraan (unit)


Januari 22.500 –
Februari 37.500 –
Maret 30.000 –
April 35.000 30.000
Mei ? 34.167

Kita dapat melanjutkan tabel ini setelah mendapatkan data-data aktual penjualannya. Berikut ini
adalah contoh tabel dan grafik perhitungan peramalan atau perkiraan penjualan beserta data
aktual penjualannya.
D. Metode biaya standar (Standar Price Method)
Standard cost atau biaya standard adalah biaya yang telah ditetapkan (diawal) untuk
memproduksi sebuah atau beberapa unit barang di dalam kurun waktu tertentu. Dan, biaya ini
adalah suatu biaya yang sudah direncanakan dan diharapkan akan terjadi di kurun waktu
tersebut. Meskipun pada kenyataanya sering berbeda dengan biaya aktual yang terjadi. Dimana
perbedaan itu nantinya akan dikenal sebagai variance. Biaya Standar dijadikan acuan atau
batasan dalam perhitungan biaya. Acuan seperti ini lazimnya digunakan pada biaya produksi
yang meliputi biaya standar bahan langsung, biaya standar tenaga kerja langsung dan biaya
standar overhead pabrik variabel.
Penetapan biaya standar adalah praktik penggantian biaya yang diharapkan dengan biaya
aktual dalam catatan akuntansi. Selanjutnya, varians dicatat untuk menunjukkan perbedaan
antara biaya yang diharapkan dan biaya aktual. Pendekatan ini merupakan alternatif yang
disederhanakan untuk sistem pelapisan biaya, seperti metode FIFO dan LIFO, di mana sejumlah
besar informasi biaya historis harus dipertahankan untuk item persediaan yang disimpan dalam
persediaan
Penetapan biaya perkiraan melibatkan pembuatan perkiraan biaya untuk beberapa atau
semua aktivitas dalam perusahaan. Alasan inti untuk menggunakan biaya perkiraan adalah
bahwa ada sejumlah produk yang terlalu memakan waktu jika harus dihitung nilai atau
mengumpulkan biaya aktual, sehingga biaya standar digunakan sebagai perkiraan yang
mendekati biaya aktual. Karena biaya standar biasanya sedikit berbeda dari biaya sebenarnya,
akuntan biaya secara berkala menghitung varian yang memisahkan perbedaan yang disebabkan
oleh faktor-faktor seperti perubahan tingkat tenaga kerja dan biaya bahan. Akuntan biaya dapat
secara berkala mengubah biaya perkiraan agar lebih selaras dengan biaya aktual.
Komponen dalam Biaya Standar
Dalam pengaturan manufaktur, terdapat tiga komponen utama yang meliputi:
 Bahan Langsung – Ini diturunkan dengan mengalikan jumlah setiap bahan dengan biaya
bahan per unit.
 Tenaga Kerja Langsung – Ini diperoleh dengan mengalikan jumlah masing-masing
tenaga kerja dengan biaya tenaga kerja per jam.
 Biaya Overhead – Ini termasuk biaya overhead tetap dan overhead variabel, yang
dihitung dengan mengalikan kuantitas standar dengan tarif standar overhead variabel.
Varian dalam Biaya Standar
Varians adalah perbedaan antara biaya aktual yang terjadi dan biaya standar yang
digunakan untuk mengukurnya. Varians juga dapat digunakan untuk mengukur perbedaan antara
penjualan aktual dan yang diharapkan. Dengan demikian, analisis varians dapat digunakan untuk
meninjau kinerja pendapatan dan biaya.
Ada dua jenis varian dasar dari standar yang dapat muncul, yaitu varian tarif dan varian
volume. Berikut informasi lebih lanjut tentang kedua jenis varians:
 Varians tarif
Varians tarif (yang juga dikenal sebagai varian harga) adalah selisih antara harga
sebenarnya yang dibayarkan untuk sesuatu dan harga yang diharapkan, dikalikan dengan
jumlah aktual yang dibeli.
Penunjukan varian “tarif” paling umum diterapkan pada varians tingkat tenaga kerja,
yang melibatkan biaya tenaga kerja langsung aktual dibandingkan dengan biaya tenaga
kerja langsung.
Varians harga menggunakan sebutan yang berbeda ketika diterapkan pada pembelian
material, dan dapat disebut sebagai varian harga beli atau varian harga material.
 Varians volume
Varians volume adalah selisih antara jumlah aktual yang terjual atau dikonsumsi dan
jumlah yang dianggarkan, dikalikan dengan harga standar atau biaya per unit. Jika
varians berkaitan dengan penjualan barang maka disebut varians volume penjualan.
Jika dikaitkan dengan penggunaan material langsung disebut material yield variance. Jika
varians berkaitan dengan penggunaan tenaga kerja langsung, hal itu disebut varians efisiensi
tenaga kerja. Akhirnya, jika varians berkaitan dengan penerapan overhead, itu disebut varians
efisiensi overhead. Jadi, varians didasarkan pada perubahan biaya dari jumlah yang diharapkan,
atau perubahan kuantitas dari jumlah yang diharapkan. Varians paling umum yang dipilih oleh
akuntan biaya untuk dilaporkan dibagi lagi dalam kategori varian tarif dan volume untuk bahan
langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Varians ini juga dapat dilaporkan untuk
pendapatan.
Rumus dalam Biaya Standar
Metode biaya standar dapat diuraikan menggunakan rumus berikut:
Biaya Standar = Tenaga Kerja Langsung * Bahan Langsung * Overhead Manufaktur
Dimana:
Tenaga Kerja Langsung = Jam Kerja * Tarif Per Jam
Bahan Langsung = jumlah bahan * harga pasar
Overhead Manufaktur = Gaji Tetap + (Jam mesin * Tarif mesin)
Contoh Kasus :
Diasumsikan bahwa ada 864 unit Paxel yang masih dalam proses di Departemen Perakitan dari
Wilton Manufacturing Corporation di awal bulan, separuh selesai untuk bahan baku dan
sepertiga selesai untuk tenaga kejra dan overhead pabrik. Selama bulan tersebut 4.200 unit
diselesaikan dan ditransfer ke persediaan barang jadi. Ada 900 unit dalam proses diakhir periode,
selesai untuk bahan baku dan dua pertiga selesai untuk tenaga kerja dan overhead pabrik. Unit
ekuivalen dari produk untuk setipa elemen biaya ditentukan sebagai berikut :
Kartu Biaya Standar

HPP atau Harga Pokok Penjualan adalah jumlah semua pengeluaran-pengeluaran


langsung atau tidak langsung yang berhubungan dengan perolehan, penyiapan dan penempatan
barang agar dapat dijual. Dengan istilah lain dapat didefinisikan bahwa Harga Pokok Penjualan
adalah harga yang harus dibayar untuk memperoleh suatu barang.
Dalam prakteknya harga pokok penjualan terdiri dari harga faktur ditambah biaya angkut.
Sedangkan biaya-biaya yang lain diperlakukan sebagai biaya waktu (period cost) yang
dibebankan pada periode yang bersangkutan.
E. Metode rata – rata harga pokok bahan baku pada akhir bulan.
Dalam metode ini pada tiap akhir bulan dilakukan penghitungan harga pokok ratarata per satuan tiap
jenis persediaan bahan baku yang ada di gudang. Harga pokok rata-rata per satuan ini kemudaian
digunakan untuk menghitung harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi pada bulan
berikutnya

Contoh soal:
Data mengenai bahan baku PT USAHA JAYA selama 2 minggu pertama bulan September 2012
sebagai berikut:
1/9     persediaan 8.000 kg Rp. 1.000,00
8/9     melakukan pembelian bahan baku 12.000 kg Rp. 1.200,00
9/9     masuk proses produksi sebanyak 15.000 kg
Dari data diatas hitunglah biaya bahan baku yang masuk proses produksi dan berapa nilai
persediaan akhir jika menggunakan metode FIFO, LIFO dan AC !.

Ada 3 metode penilaian persediaan yang digunakan dalam perhitungan harga pokok
bahan baku yang dipakai dalam proses produksi: 

 Metode FIFO (First In First Out), bahan baku yang masuk pertama yaitu bahan baku
yang pertama kali digunakan dalam proses produksi.
1/9     8000 kg x Rp. 1000,00 = Rp. 8.000.000,00 
8/9     7000 kg x Rp. 1.200,00 = Rp. 8.400.000,00
BBB = 15.000 kg                       = Rp. 16.400.000,00
Persediaan akhir = 5.000 kg x Rp. 1.200,00 = Rp. 6.000.000,00
 Metode LIFO (Last In First Out), yaitu bahan baku yang terakhir kali masuk bahan
tersebut yang diganakan terlebih dahulu dalam proses produksi.
8/9     12.000 kg x Rp. 1.200,00 = Rp. 14.400.000,00
1/9     3.000 kg x Rp. 1.000,00 = Rp. 3.000.000,00
BBB = 15.000 kg                      = Rp. 17.400.000,00
Persediaan akhir = 5.000 kg x Rp. 1.000,00 = Rp. 5.000.000,00
 Metode AC(Average Cost/harga rata-rata), biaya bahan baku yang dipakai dalam
proses produksi yaitu hasil kali kuantitas bahan baku yang dipakai dan harga rata-rata
persatuan.
1/9     8.000 kg x Rp. 1.000,00 = Rp. 8.000.000,00
8/9     12.000 kg x Rp. 1.200,00 = Rp. 14.000.000,00
20.000 kg                        = Rp. 22.400.000,00
Harga rata-rata = Rp. 22.400.000,00 : 20.000 kg = Rp. 1.120,00
BBB = 15.000 kg x Rp. 1.120,00 = Rp. 16.800.000,00
Persediaan akhir = 5.000 kg x Rp. 1.120,00 = Rp. 5.600.000

Anda mungkin juga menyukai