Al - Irsyad Al Islamiyah
Al - Irsyad Al Islamiyah
Al - Irsyad Al Islamiyah
NAMA KELOMPOK :
- MUHAMMAD FADZLAN
- NENI RAHMA YULIS
- SHYTI MAISYAROH
Tokoh Gerakkan
Tokoh sentral pendirian Al-Irsyad adalah Al-’Alamah Syeikh Ahmad Surkati Al-
Anshori, seorang ulama besar Mekkah yang berasal dari Sudan. Pada mulanya
Syekh Surkati datang ke Indonesia atas permintaan perkumpulan Jami’at Khair
-yang mayoritas anggota pengurusnya terdiri dari orang-orang Indonesia
keturunan Arab golongan sayyid, dan berdiri pada 1905. Nama lengkapnya adalah
SYEIKH AHMAD BIN MUHAMMAD ASSOORKATY AL-ANSHARY.
Gerakkan
Namun demikian, menurut sejarawan Belanda G.F. Pijper, yang benar-benar
merupakan gerakan pembaharuan dalam pemikiran dan ada persamaannya dengan
gerakan reformisme di Mesir adalah Gerakan Pembaharuan Al-Irsyad. Sedang
Muhammadiyah, kata Pijper, sebetulnya timbul sebagai reaksi terhadap politik
pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu yang berusaha untuk menasranikan
orang Indonesia.
Muhammadiyah lebih banyak peranannya pada pembangunan lembaga-
lembaga pendidikan. Sedang Al-Irsyad, begitu lahir seketika terlibat dengan
berbagai masalah diniyah. Ofensif Al-Irsyad kemudian telah menempatkannya
sebagai pendobrak, hingga pembinaan organisasi agak tersendat. Al-Irsyad juga
terlibat dalam permasalahan di kalangan keturunan Arab, hingga sampai dewasa
ini ada salah paham bahwa Al-Irsyad merupakan organisasi para keturunan Arab.
Seperti yang diajarkan Muhammad Abduh di Mesir, Al-Irsyad
mementingkan pelajaran Bahasa Arab sebagai alat utama untuk memahami Islam
dri sumber-sumber pokoknya. Dalam sekolah-sekolah Al-Irsyad dikembangkan
jalan pikiran anak-anak didik dengan menekankan pengertian dan daya kritik.
Tekanan pendidikan diletakkan pada tauhid, fikih, dan sejarah.
Sejak didirikannya, Al-Irsyad Al-Islamiyyah bertujuan memurnikan tauhid,
ibadah dan amaliyah Islam. Bergerak di bidang pendidikan dan dakwah. Untuk
merealisir tujuan ini, Al-Irsyad sudah mendirikan ratusan sekolah formal dan
lembaga pendidikan non-formal di seluruh Indonesia. Dan dalam
perkembangannya kemudian, kegiatan Al-Irsyad juga merambah bidang
kesehatan, dengan mendirikan beberapa rumah sakit. Yang terbesar saat ini adalah
RSU Al-Irsyad di Surabaya dan RS Siti Khadijah di Pekalongan.
Tercatat banyak lulusan Al-Irsyad, baik dari kalangan keturunan Arab maupun
non-Arab yang telah memainkan peran penting di berbagai bidang. Lulusan
pribumi yang turut berperan penting dalam modernisme Islam di Indonesia antara
lain:
Yunus Anis: Alumnus Al-Irsyad yang dikenal sebagai seorang pemimpin yang
menonjol dari Gerakan Muhammadiyah. Ia mendapat kehormatan dijuluki “tulang
punggung Muhammadiyah” karena pengabdiannya sebagai sekretaris jenderal di
organisasi tersebut selama 25 tahun.
Prof. Dr. T.M. Hasby As-Shiddique: Putera asli Aceh, penulis terkenal dalam
masalah hadist, tafsir, dan fikih Islam moderen. Guru besar di IAIN Yogyakarta
ini bahkan pernah menjabat Rektor Universitas Al-Irsyad di Solo (sekarang sudah
tutup)
Prof. Kahar Muzakkir: Berasal dari Yogyakarta. Lulus dari Madrasah Al-
Irsyad, Kahar Muzakkir melanjutkan studinya di Dar al-Ulum di Kairo. Ia sangat
aktif berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dan termasuk penandatangan Piagam
Jakarta 22 Juni 1945. Kemudian ia menjadi Rektor Universitas Islam Indonesia di
Yogyakarta.
Prof. Farid Ma’ruf: Asli Yogyakarta, profesor di IAIN, yang juga salah satu
tokoh besar Muhammadiyah di awal-awal berdirinya. Lulusan Madrasah Al-
Irsyad ini sempat menjabat Direktur Jenderal Urusan Haji di Departemen Agama.
https://www.google.com/search?q=AL+-
+IRSYAD+AL+ISLAMIYAH&oq=AL+-
+IRSYAD+AL+ISLAMIYAH&aqs=chrome..69i57j0i22i30l7.416j0j7&sourceid=
chrome&ie=UTF-8&dlnr=1&sei=YAuqYLzbN5Xfz7sPp_2j6Ao