Implementasi Metode Elemen Hingga
Implementasi Metode Elemen Hingga
Implementasi Metode Elemen Hingga
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Disusun di
Medan, April 2019
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
IMPLEMENTASI METODE ELEMEN HINGGA
PADA PERPINDAHAN PANAS
ABSTRAK
Metode elemen hingga adalah salah satu metode yang digunakan dalam analisa
struktur dan non struktur. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui implementasi
metode elemen hingga pada permasalahan non struktur yaitu perpindahan panas secara
konduksi dan konveksi. Media yang digunakan adalah knalpot sepeda motor yang
dimodelkan dengan software COMSOL Multiphysics 5.4 dengan mengkombinasikan
material stainless steel 405 annealed dengan 3 material berbeda yaitu stainless steel
chrome 35% steel, Titanium Beta-21s dan C (diamond) tipe II sebagai tabung besar
pada model knalpot. Hasil yang diperoleh yaitu besar nilai perpindahan panas paling
rendah adalah pada material C (diamond) tipe II dengan besar perpindahan panas
sebesar 325 K.
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
IMPLEMENTATION OF FINITE ELEMEN METHOD
IN HEAT TRANSFER
ABSTRACT
The finite element method is one method used in structural and non structural analysis.
This paper aims to determine the implementation of the finite element method on non
structural problems namely conduction and convection heat transfer. The media used
is a motorcycle exhaust modeled with COMSOL Multiphysics 5.4 software by
combining annealed stainless steel 405 material with 3 different materials, 35%
chrome stainless steel, Beta-21s Titanium and Carbon II type as a large tube on the
exhaust model. The results obtained are that the lowest heat transfer value is in
Carbon II material type with a heat transfer rate of 325 K.
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan
limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul
IMPLEMENTASI METODE ELEMEN HINGGA PADA PERPINDAHAN
PANAS.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan membimbing Penulis dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih Penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku rektor Universitas Sumatera
Utara dan seluruh jajaran rektorat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.S selaku dekan FMIPA USU, Ibu Dr. Nursahara
Pasaribu, M.Sc selaku wakil dekan I FMIPA USU, Bapak Drs. Gim Tarigan, M.Si
selaku wakil dekan II FMIPA USU dan Bapak Saharman Gea, Ph.D selaku wakil
dekan III FMIPA USU.
3. Bapak Dr. Suyanto, M.Kom dan Bapak Drs. Rosman Siregar, M.Si selaku ketua
program studi dan sekretaris program studi Matematika FMIPA USU, Dosen
program studi Matematika FMIPA USU, Pegawai dan Rekan-rekan kuliah.
4. Bapak Prof. Dr. Tulus. Vor.Dipl.Math., M.Si., Ph.D selaku dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan dan bimbingan selama
penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Dr. Elvina Herawati, M.Si dan Bapak Ujian Sinulingga, M.Si selaku dosen
penguji atas segala masukan dan saran yang diberikan selama proses penyelesaian
skripsi ini.
6. Ayahanda H. Marpaung dan Ibunda Y. F. Br Pangaribuan, Abangda Fernando
Benri Marpaung, Yohanes Aprianus Marpaung (+), Frengki Apec Marpaung,
Adinda Maria Arta Lestari Marpaung dan Januari Ramdan Damelo Marpaung dan
seluruh keluarga besar Opung Fernando atas kehangatan yang diberikan kepada
penulis sebagai anugerah terindah yang Tuhan berikan dalam kehidupan keluarga
Penulis.
7. Abangda Tulus Joseph Marpaung, M.Si, Yuegilion Purba, M.Si, Yan Batara, M.Si
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan seluruh tim futsal alumni matematika FMIPA USU serta kakanda Endang
Tampubolon, S.Si dan Helena Isti Nababan, S.Si yang telah membantu Penulis
dalam segi materi dan moral.
8. Teman-teman terhebat dan terkasih Muhammad Shiddiq, Erick Martin Agustinus,
Apnesia Feronika Nainggolan, Anna Stefany, Malindo Carry Name Tampubolon,
Denny Setiawan, Filo Zeno, Roma Rio Simbolon, Dessy R N Siahaan, Erwin
Jontua Sitohan, Rio Budianto Pasaribu, Muhammad Yogi, Risky Yohanes Zebua,
Hans Ghabel, Rachma Srifani Siregar, Aprilia Malau, Irma Mega Panjaitan, Kiki
Pernanda Kaban, Herman Basuki Lumbantobing dan seluruh mahasiswa
matematika FMIPA USU Stambuk 2015, 2016, 2017 dan 2018 yang telah
memberikan cerita selama kehidupan kampus berlangsung.
9. Kepada terkasih Shella Melati Saragih yang telah menjadi penyemangat dan
motivasi Penulis.
10. Semua teman kelompok KKN Tematik PUPR Serbalawan, Simalungun, Rasyid,
Nopal, Ica, Khai, Irak, Ira suster, Yuke, Nurin, Elita, Andriani, Ayu, Kiwe, Fitri,
Artha dan Fitria Melisa yang menjadi sahabat seperjuangan di kegiatan KKN
selama 35 hari, yang selalu memberikan semangat dan motivasi bahkan doa
kepada Penulis, semoga Tuhan senantiasa menyertai rekan-rekan dalam
perkuliahannya.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam Penulisan skripsi
ini. Maka Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan skripsi ini.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN SKRIPSI i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Kontribusi Penelitian 3
1.6 Manfaat Penelitian 3
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Studi Pendahuluan 26
3.2 Teknik Analisis Data 26
3.3 Komponen Model Knalpot pada COMSOL Multiphysics 5.4 27
3.4 Material Knalpot Sepeda Motor 27
3.5 COMSOL Multiphysics 5.4 28
3.6 Diagram Alir Penelitian 31
DAFTAR PUSTAKA 40
LAMPIRAN 40
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4. 4 Grafik perpindahan panas pada material Titanium Beta-21S 36
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1
PENDAHULUAN
Fungsi interpolasi
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
a. Elemen 1 Dimensi
Elemen 1 dimensi adalah tipe elemen paling sederhana, dimana bentuk dari elemen 1
dimensi hanya berupa garis lurus yang berada pada sumbu-x atau sumbu-y dengan
dipengaruhi oleh komponen lainnya dimana elemen satu dimensi hanya memiliki 2
titik yaitu di kedua ujung garis lurus atau dapat dikatakan elemen garis linier. Jenis
elemen 1 dimensi lainnya dengan titik lebih tinggi adalah elemen kuadratik 1 dimensi
dengan 3 titik dan elemen 1 dimensi kubik dengan 4 titik.
b. Elemen 2 dimensi
Elemen 2 dimensi adalah tipe elemen yang memiliki jumlah titik lebih banyak dari
pada elemen 1 dimensi yaitu dengan menggunakan koordinat pada sumbu-x dan
sumbu-y. Elemen 2 dimensi dapat membentuk sebuah segitiga ataupun berbentuk
trapesium dan bentuk lainnya dengan titik dan garis yang membentuk sebuah
struktur 2 dimensi.
c. Elemen 3 Dimensi
Elemen 3 dimensi adalah tipe elemen yang sangat rumit karena menggunakan 3
koordinat yaitu sumbu-x, sumbu-y dan sumbu-z, koordinat pada ketiga sumbu
akan membentuk sebuah bangun ruang dengan berbagai bentuk baik yang teratur
maupun bentuk sebarang.
d. Elemen Axisymetri
Elemen terakhir dalam Metode Elemen Hingga adalah elemen axisymetri. Elemen
ini terbentuk karena suatu luasan dari benda yang diputar disekitar sumbu yang
sama. Jika benda dengan luasan segitiga diputar pada sumbu z maka luasan
segitiga tersebut akan membentuk benda axisymetri yaitu bentuk toroid atau
kerucut terpancung.
2.2.1 Mesh
Inti dari Metode Elemen Hingga adalah pembagian elemen yang kompleks
menjadi elemen-elemen yang lebih sederhana atau yang dinamakan mesh. Meshing
adalah proses pembagian elemen pada benda, jenis mesh terbagi menjadi dua yaitu
mesh segi empat dan mesh segitiga. Secara struktur mesh terbagi menjadi dua yaitu
mesh teratur dan tak teratur. Mesh teratur memiliki susunan yang memiliki pola
sedangkan mesh tak teratur tidak memiliki pola.
(2)
(1)
Dalam proses meshing semakin banyak garis dan titik yang digunakan maka
tingkat error dari perhitungan akan semakin kecil tetapi dalam perhitungan akan
membutuhkan waktu yang sangat lama karena harus menghitung nilai masing-masing
dari elemen. Dalam proses meshing ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan,
yaitu:
1. Conforming yaitu sebuah titik atau titik tidak diperbolehkan berada dalam elemen
dalam geometri.
2. Garis dari domain geometri harus saling terhubung dengan garis elemen lainnya
tidak boleh terpotong.
3. Memiliki rentang sudut antara 450-900
Tidak sesuai
domain
A B
Gambar 2. 8 A dan B merupakan titik dan x merupakan garis
𝐹1𝑥 𝑘 −𝑘 𝑑1𝑥
{ }=[ ]{ } (2.3)
𝐹2𝑥 −𝑘 𝑘 𝑑2𝑥
𝑑𝑢
∈𝑥 = dan 𝜎𝑥 = 𝐸 ∈𝑥 (2.4)
𝑑𝑥
dimana: ∈𝑥 = Strain
𝜎𝑥 =Stress
𝐸 = Modulus Elastisitas
u = Perpindahan
Untuk benda yang terdiri dari beberapa buah elemen, lakukan penggabungan dari
matriks kekakuan elemen menjadi matriks kekakuan global yang berlaku untuk
seluruh benda atau struktur.
Dengan persamaan kesetimbangan masukkan syarat batas yang diketahui dalam soal.
Contoh penyelesaian
Dari gambar sistem pegas, diberikan 4 titik yaitu titik 1, 2, 3, 4. Jika pada titik 4
diberikan gaya P = 5000 Lb dan konsanta pegas 𝑘1 , 𝑘2 , 𝑘3 , 𝑘4 masing-masing adalah
1.000 Lb/in, 2.000 Lb/in, 3.000 Lb/in. Maka tentukan matriks kekakuan global,
perpindahan titik 3 dan 4, dan besar gaya yang bekerja pada masing-masing pegas.
Penyelesaian:
Elemen 1 :
F1x 𝑘1 − 𝑘1 d1x
{ }=[ ]{ }
F3x −𝑘1 𝑘1 d3x
Elemen 2:
Elemen 3:
𝐹4𝑥 𝑘3 − 𝑘3 𝑑4𝑥
{ }=[ ]{ }
𝐹2𝑥 −𝑘3 𝑘3 𝑑2𝑥
Matriks di atas merupakan matriks kekakuan global. Perlu diketahui bahwa sistem
pegas adalah terikat disetiap ujung pegas, maka titik 1 dan 2 masing-masing tidak
mengalami perpindahan posisi, sehingga perpindahan masing-masing titik 1 dan 2
adalah 0 atau 𝑑1𝑥 = 𝑑2𝑥 = 0.
Lakukan pembagian matriks menjadi sub matriks yang lebih sederhana. Perhatikan
garis bagi dari matriks kekakuan global di bawah ini
dengan pembagian matriks yang telah dilakukan maka sub matriks yang dapat
diselesaikan adalah:
dengan harga 𝐹3x = 0 dan 𝐹4x = 5.000, substitusikan nilai tersebut kedalam persamaan
matriks yang telah menjadi sub matriks sehingga dihasilkan:
10 15
𝑑3x = 𝑖𝑛 ; 𝑑4x = 𝑖𝑛
11 11
Untuk menghitung besar gaya masing-masing pegas dapat menggunakan sub matriks
lain dari pembagian matriks di atas, maka:
10.000 45.000
𝐹1x = − 𝐿𝑏 ; 𝐹2x = − 𝐿𝑏
11 11
𝑛
Fungsi dasar:
𝑢 = ∑ 𝑎𝑗 𝐺𝑗 , 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑗 = 1, 2, 3, 4, … , 𝑛 (2.5)
𝑖=1
𝐺𝑖 = fungsi independen
Metode ini merupakan metode yang menghitung dan menentukan fungsi pemberat
untuk masing-masing elemen bagi setiap 𝑎, sehingga persamaan umum dari metode
galerkin adalah:
𝜕𝑢 (2.5a)
𝑊𝑖 = = 𝐺𝑖 , 𝑖 = 1, 2, 3, . . . , 𝑛
𝜕𝑎𝑖
atau ∫𝑥 𝐺𝑖 𝐸 𝑑𝑥 = 0, 𝑖 = 1, 2, 3, . . . , 𝑛 (2.5b)
𝑢̅ = fungsi dasar
𝐸 = nilai residu
𝜕 2𝑇 𝜕 2𝑇 𝜕 2𝑇
(𝑥, 𝑦, 𝑧) + 2 (𝑥, 𝑦, 𝑧) + 2 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝒬(𝑥, 𝑦, 𝑧) (2.6)
𝑑𝑥 2 𝑑𝑦 𝑑𝑧
Persamaan (2.6) juga dikenal sebagai persamaan Poisson. Tetapi apabila hasil
persamaan (2.6) 𝒬(x, y, z) = 0 maka persamaan ini tergolong kategori persamaan
diferensial eliptik dan dikenal sebagai persamaan Laplace, dengan persamaan umum:
𝜕 2𝑇 𝜕 2𝑇 𝜕 2𝑇
(𝑥, 𝑦, 𝑧) + (𝑥, 𝑦, 𝑧) + (𝑥, 𝑦, 𝑧) = 0 (2.7)
𝑑𝑥 2 𝑑𝑦 2 𝑑𝑧 2
𝑞𝑥+𝑑𝑥
𝑄𝑥
𝑑𝑥
Gambar 2. 11 Ilustrasi perpindahan panas dalam volume control
Secara umum perubahan energi yang tersimpan pada konduksi panas 1 dimensi adalah:
𝑞𝑥 + 𝒬 = ∆𝑈 (2.8)
dimana:
𝑞𝑥 = konduksi panas masuk pada sisi x (KW/m2)
Q = sumber panas pada volume kontrol (KW/m2)
𝑑𝑇
𝑞𝑥 = −𝐾𝑥𝑥 (2.9)
𝑑𝑥
dimana: 𝐾𝑥𝑥 = konduktivitas panas arah x (KW/m0C)
Dapat diperhatikan pada persamaan (2.9) nilai fluks panas memiliki nilai yang
sebanding dengan gradien temperatur pada arah 𝑥, selanjutnya apabila akan dihitung
besar rambatan fluks panas pada sisi 𝑥 + 𝑑𝑥 dari volume kontrol maka persamaan
Fourier menjadi:
𝑑𝑇
𝑞𝑥+𝑑𝑥 = −𝐾𝑥𝑥 | (2.10)
𝑑𝑥 𝑥 + 𝑑𝑥
𝑑𝑇
gradien temperatur yang menyatakan adalah dihitung pada sisi 𝑥 + 𝑑𝑥. Apabila
𝑑𝑥
panas secara kontinu mengalir pada volume kontrol dengan sisi volume kontrol tetap
maka laju perubahan temperatur akan mengikuti pada fungsi deret taylor yaitu dari
suatu fungsi 𝑓(𝑥) disekitar titik 𝑥 + 𝑑𝑥 adalah:
𝑑𝑇 𝜕 𝑑𝑇
𝑞𝑥+𝑑𝑥 = − [𝐾𝑥𝑥 + 𝑑𝑥 (𝐾𝑥𝑥 )] (2.12)
𝑑𝑥 𝜕𝑥 𝑑𝑥
selanjutnya dari persamaan perubahan energi yang tersimpan dapat dirumuskan
dengan persamaan:
∆𝑈 = 𝐶 𝜌 𝐴 𝑑𝑥 𝑑𝑇 (2.13)
Dimana: 𝐶 = kapasitas panas (𝐾𝑊ℎ/𝐾𝑔°𝑐)
apabila persamaan (2.9), (2.10), dan (2.13) disubstitusikan kepersamaan (2.8) dan
dibagi dengan 𝐴 𝑑𝑥 maka akan menghasilkan persamaan baru yaitu:
𝜕 𝜕𝑇 𝜕𝑇
[𝐾𝑥𝑥 ] + 𝒬 = 𝜌 𝐶 (2.14)
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥
untuk kondisi benda pada keadaan tetap, maka diferensial terhadap waktu bernilai nol,
hal ini dikarenakan dalam keadaan tetap kondisi sistem tidak berubah dengan
berjalannya waktu atau konstan, kondisi ini berakibat untuk setiap properti 𝜌 dari
sistem turunan parsial terhadap waktu adalah nol, maka:
𝜕 𝜕𝑇
[𝐾𝑥𝑥 ] + 𝒬 = 0 (2.15)
𝜕𝑥 𝜕𝑥
Tetapi apabila kondisi material adalah dengan konduktivitas panas konstan (tetap) dan
berada dalam keadaan tetap, maka persamaan (2.15) ditulis:
𝑑2𝑇
𝐾𝑥𝑥 +𝒬 =0 (2.16)
𝑑𝑥 2
𝑞ℎ
ℎ, 𝑇
𝑞𝑥 𝑞𝑥+𝑑𝑥
𝑞ℎ
𝑞ℎ = ℎ (𝑇 − 𝑇∞ ) (2.17)
akan disubstitusikan hasil dari persamaan (2.10) sampai dengan persamaan (2.13) ke
persamaan (2.17) selanjutnya akan dibagi dengan 𝐴 𝑑𝑥 𝑑𝑡, maka hasil yang
didapatkan adalah persamaan perpindahan panas secara konduksi bersamaan dengan
perpindahan panas secara konveksi sebagai berikut:
𝜕 𝜕𝑇 𝜕𝑇 ℎ 𝑃
[𝐾𝑥𝑥 ] + 𝒬 = 𝜌 𝐶 + (𝑇 − 𝑇∞ ) (2.19)
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝐴
perpindahan panas pada bidang volume kontrol dianggap konstan dengan besar kalor
𝑑𝑇
adalah 𝑞 = −𝐾𝑥𝑥 𝑑𝑥 kemudian akan kehilangan panas secara konveksi pada bidang
yang tidak terisolasi dalam arah 1 dimensi. Aliran panas dari permukaan padat ke
fluida sekitar (padatan yang bersinggungan dengan fluida) adalah:
𝑑𝑇
−𝐾𝑥𝑥 = ℎ (𝑇 − 𝑇∞ ) (2.20)
𝑑𝑥
dalam formulasi persamaan Elemen hingga untuk perpindahan panas digunakan
metode residual dari galerkin. Asumsikan 𝒬 = 0 dan diperoleh keadaan tetap,
sehingga diferensial terhadap waktu akan sama dengan 0. Nilai residu 𝑅 diberikan
dalam persamaan:
𝑑 𝑑𝑇 𝑚 𝑐 𝑑𝑇 ℎ𝑝
𝑅(𝑇) = − (𝐾𝑥𝑥 , ) + + ℎ. (ℎ. 𝑃 (𝑇 − 𝑇∞ )) (2.21)
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝐴 𝑑𝑥 𝐴
Kriteria Galerkin:
∭ 𝑅. 𝑁𝑖 . 𝑑𝑉 = 0, 𝑖 = 1, 2, 3, … , 𝑛 (2.22)
𝑉
𝐿
𝑑 𝑑𝑇 𝑚 𝑐 𝑑𝑇 ℎ𝑝
∫[ (𝐾𝑥𝑥 , ) + + ℎ. (ℎ. 𝑃 (𝑇 − 𝑇∞ ))] 𝑁𝑖 𝑑𝑥 (2.23)
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝐴 𝑑𝑥 𝐴
0
𝑑𝑁𝑖
𝑈 = 𝑁𝑖 dan 𝑑𝑈 = 𝑑𝑥 maka
𝑑𝑥
𝑑 𝑑𝑇 𝑑𝑇
𝑑𝑉 = − 𝑑𝑥 (𝐾𝑥𝑥 ) 𝑑𝑥 dan 𝑣 = −𝐾𝑥𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑥
𝐿 𝐿
𝑑𝑇 𝑑𝑇 𝑑𝑇 𝐿 𝑑𝑇 𝑑𝑁𝑖
∫ [− (𝐾𝑥𝑥 ) 𝑁𝑖 𝑑𝑥 = −𝐾𝑥𝑥 𝑁𝑖 | + ∫ 𝐾𝑥𝑥 𝑑𝑥] (2.24)
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 0 𝑑𝑥 𝑑𝑥
0 0
𝐿 𝐿
𝑑𝑇 𝑑𝑁𝑖 𝑚 𝑐 𝑑𝑇 ℎ 𝑝 𝑑𝑇 𝐿
∫ (𝐾𝑥𝑥 ) 𝑑𝑥 + ∫ [ + (𝑇 − 𝑇∞ )𝑁𝑖 𝑑𝑥 = 𝐾𝑥𝑥 𝑁𝑖 ] (2.25)
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝐴 𝑑𝑥 𝐴 𝑑𝑥 0
0 0
dari persamaan shape function dalam fungsi temperatur (fungsi perpindahan dalam
analisa stress) berbentuk linier yaitu:
𝑇 = 𝑁1 𝑡1 + 𝑁2 𝑡2 (2.26)
dimana 𝑡1 dan 𝑡2 adalah temperatur titik dan 𝑁1 dan 𝑁2 adalah shape function karena
dalam sebuah batang dimodelkan sebagai berikut
𝑥̅
1 2
……………… L ………………
x x
N1 1 𝑛 N2 (2.27)
L L
x x
[𝑁] = [ 1 ] (2.28)
L L
𝑑𝑇 𝑡1 𝑡2
=− + (2.29)
𝑑𝑥 𝐿 𝐿
dan 𝑑𝑁1 1 𝑑𝑁2 1
=− , = (2.30)
𝑑𝑥 𝐿 𝑑𝑥 𝐿
x
dari persamaan (2.27) bahwa Ni = N 1 1
dan substitusikan persamaan (2.29) dan
L
(2.30) pada persamaan (2.25) untuk memperoleh persamaan pertama pada elemen
hingga
𝐿 𝐿
x x x
∫ 𝐾𝑥𝑥 (−
𝑡1 𝑡2
𝐿
1
+ ) (− ) 𝑑𝑥 + ∫
𝐿 𝐿
𝑚𝑐
𝐴
𝑡1 𝑡2
(− + ) 𝑑𝑥 +
𝐿 𝐿
ℎ𝑝
𝐴
1 𝑡1 + 𝑡2 − 𝑇∞ 1 𝑑𝑥 = 𝑞∗𝑥1 (2.31)
0 0 L L L
[( ) ( ) ]
𝑑𝑇
dengan nilai 𝑞x = −𝐾𝑥𝑥 𝑑𝑥 , pada persamaan (2.25) diketahui bahwa memiliki
persamaan bahwa 𝑞 ∗ x pada 𝑥 = 0. Karena 𝑁1 = 1 pada 𝑥 = 0, dan 𝑁1 = 0 pada
1
𝑥 = 𝐿. Maka hasil integral dari persamaan (2.25) adalah
Pada persamaan (2.1) tentang matriks kekakuan elemen akan diformulasikan pada
persamaan (2.34), untuk matriks kekakuan 3 elemen adalah sebagai berikut.
ℎ 𝑝 𝐿 𝑇∞ 1 𝑞 ∗ 𝑥1
{𝑓} = { }+{ ∗ } (2.37)
2 1 𝑞 𝑥2
Fungsi temperatur: 𝑡𝑖
{𝑇} = [𝑁𝑖 𝑁𝑗 𝑁𝑚 ] { 𝑡𝑗 } (2.38)
𝑡𝑚
Dimana t 𝑖 , t𝑗 dan t 𝑚 adalah nilai temperatur dari masing-masing nodal elemen. Shape
function [𝑁] diambil dari persamaan fungsi perpindahan yaitu:
1
𝑁𝑖 = (𝑎 + 𝑏𝑖 𝑥 + 𝑐𝑖 𝑦)
∆ 𝑖
(2.39)
∆ = 2 kali luas elemen segitiga
Matriks gradien {g} analog dengan matriks strain pada analisa stress, diketahui bahwa:
Pada persamaan (2.40) diketahui bahwa matriks [𝐵] diperoleh dari hasil substitusi nilai
persamaan (𝑖, 𝑗, 𝑚) pada persamaan (2.38) ke persamaan gradien temperatur yaitu:
Gradien temperatur 𝜕𝑇
𝜕𝑥
{𝑞} = (2.41)
𝜕𝑇
{𝜕𝑦}
dari persamaan (2.41) akan diperoleh matriks {g}:
𝑡1
𝜕𝑁1 𝜕𝑁2 𝜕𝑁3 𝜕𝑁𝑖 𝑡2
…………
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝑡3
{𝑔} = .. (2.42)
𝜕𝑁2 𝜕𝑁2 𝜕𝑁3 𝜕𝑁𝑖
………… ..
[ 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦 ]
{ 𝑡𝑖 }
Dengan melakukan substitusi persamaan (2.39) ke persamaan (2.42) akan diperoleh
matriks [𝐵] baru yaitu:
1 𝑏1 𝑏2 𝑏3
[𝐵] = [ ] (2.43)
2. 𝐴 𝑐1 𝑐2 𝑐3
Selanjutnya akan didapatkan bahwa hubungan flux panas dengan gradien temperatur
adalaha:
𝑞𝑥
{𝑞 } = −[𝐷]{𝑔} (2.44)
𝑦
𝐾𝑥𝑥 0
[𝐷] = [
𝐾𝑦𝑦 ] (2.45)
0
dimana:
𝑏1 𝑐1
1 𝐾 0 𝑏1 𝑏2 𝑏3
[𝐾]𝑐 = ∭[𝐵]𝑇 [𝐷][𝐵]𝑑𝑉 = ∭ [ 𝑏2 𝑐2 ] [ 𝑥𝑥 (2.47)
4 𝐴2 0 𝐾𝑦𝑦 ] [ 𝑐1 𝑐2 𝑐3
]
𝑉 𝑉 𝑏3 𝑐3
Apabila kondisi elemen adalah memiliki ketebalan yang uniform dan temperatur yang
ada pada ruas kanan pada persamaan (2.47) adalah konstan atau tidak sebagai fungsi
maka persamaan (2.47) dapat disederhanakan menjadi:
Akibat pengaruh perpindahan panas secara konduksi yang terjadi sepanjang titik-
elemen mengakibatkan matriks [𝐾]𝑐 merupakan bagian dari matriks kekakuan, yang
memberikan kontribusi perpindahan panas konduksi pada matriks kekakuan elemen.
Dari gambar 2.14 apabila dianggap pada elemen 1-2 terjadi proses konveksi, yang
mengakibatkan pada matriks kekakuan juga terjadi perpindahan panas secara konveksi
dengan persamaan:
𝑁1 𝑁1 𝑁1 𝑁2 𝑁1 𝑁3
[𝐾]ℎ = ∬ ℎ [𝑁2 𝑁1 𝑁2 𝑁2 𝑁2 𝑁3 ] 𝑑𝑆 (2.50)
𝑆3 𝑁3 𝑁1 𝑁3 𝑁2 𝑁3 𝑁3
Menentukan besar gaya pada elemen terhadap sumber panas, dapat digunakan
persamaan term body force sebagai berikut:
Apabila kondisi sumber panas adalah konstan persamaan (2.51) dapat dituliskan
sebagai berikut:
1
𝒬𝑉
{𝑓𝒬 } = {1} dimana V = volume elemen = A t (2.52)
3
1
, Hal ini menunjukkan bahwa panas yang mengalir pada elemen mengalir secara
merata pada ketiga titik-titik elemen. Maka untuk setiap sisi dapat ditentukan matriks
gaya yang terjadi adalah sebagai berikut:
𝑁𝑖
∗ [𝑁]𝑇 ∗
{𝑓}𝑞 = ∬ 𝑞 𝑑𝑆 = ∬ 𝑞 { 𝑁𝑗 } (2.53)
𝑆2 𝑆2 𝑁𝑚
Maka untuk setiap sisi pada elemen dapat dihitung besar nilai perpindahan panas
secara konveksi pada matriks kekakuan [𝐾]ℎ yaitu:
𝐿𝑖−𝑗 𝑡 1
∗
[𝐾]ℎ,𝑖−𝑗 =𝑞 {1}
2
0
𝐿𝑗−𝑘 𝑡 0
[𝐾]ℎ,𝑗−𝑚 = 𝑞 ∗ {1}
2
0
𝐿𝑚−𝑖 𝑡 1
[𝐾]ℎ,𝑚−𝑖 = 𝑞 ∗ {0}
2
1
dimana 𝐿𝑖−𝑗 , 𝐿𝑗−𝑚 dan 𝐿𝑚−𝑖 adalah panjang masing-masing sisi elemen dan besar
nilai 𝑞 ∗ dianggap konstan pada setiap sisi elemen. Selanjutnya dengan mengganti nilai
𝑞 ∗ menjadi ℎ 𝑇∞ maka persamaan matriks gaya nodal menjadi:
Proses perpindahan panas pada knalpot ini terjadi secara konduksi dan
konveksi. Secara konduksi terjadi pada alat perantara berupa susunan (model) knalpot
supra X 125 D tahun 2009 seperti pada gambar 3.1.
menghasilkan persamaan baru dalam menghitung dan melihat laju perpindahan panas
pada knalpot sepeda motor. Dalam penelitian ini juga akan dilihat bagaimana
perpindahan panas yang terjadi jika dilakukan perubahan komponen penyusun benda
dengan geometri (model) sama yaitu mengacu pada model knalpot supra X 125 D
tahun 2009.
1. Silinder besar 5 35
No Komponen Jumlah
Setelah jenis material telah ditentukan langkah selanjutnya adalah menentukan bagian-
bagian material pada model knalpot.
Model knalpot pada gambar 3.4 adalah model knalpot dengan bahan tetap untuk
masing-masing model knalpot dengan 3 bahan berbeda pada silinder besarnya.
D C B A
A
B
C
D
D C B A
Dari hasil perhitungan pada model knalpot dengan kombinasi material Stainless Steel
405 Annealed dengan Titanium Beta-21S dihasilkan distribusi perubahan suhu pada
permukaan knalpot masing-masing bagian yaitu bagian A bersuhu 336 K, B bersuhu
335 K, C bersuhu 333 K dan D bersuhu 332 K. Dihasilkan grafik perpindahan panas
seperti pada Gambar 4.4.
A B
C
D
3. Perpindahan panas pada model knalpot material Stainless Steel Chrome 35%
Steel
D C B A
Dari hasil perhitungan pada model knalpot dengan kombinasi material Stainless Steel
405 Annealed dengan Stainless Steel Chrome 35% Steel dihasilkan distribusi
perubahan suhu pada permukaan knalpot masing-masing bagian yaitu bagian A
bersuhu 334 K, B bersuhu 333 K, C bersuhu 331 K dan D bersuhu 330 K. Dihasilkan
grafik perpindahan panas seperti pada Gambar 4.6.
A B
C
D
Dari hasil perhitungan pada COMSOL Multiphysics 5.4 selama 10 detik dihasilkan
distribusi perpindahan panas paling rendah adalah model knalpot dengan kombinasi
material Stainless steel 405 Annealed dengan C (diamond) tipe II yaitu menghasilkan
suhu panas sebesar 325 K pada silinder besar knalpot dengan inlet sebesar 373 K. Pada
gambar 4.7 diperlihatkan perbedaan perpindahan panas 3 material pada bagian D
knalpot.
(2)
(1)
(3)
Keterangan:
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan pada COMSOL Multiphysics 5.4 selama 10 detik dapat
dilihat perbedaan perpindahan panas masing-masing material bagian D yaitu Stainless
Steel Chrome 35% Steel sebesar 330 K, Titanium Beta-21S sebesar 332 K dan C
(diamond) tipe II sebesar 325 K maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan
perpindahan panas terjadi karena dipengaruhi oleh perbedaan nilai konduktifitas
material. Dihasilkan material yang menghantarkan panas paling rendah adalah
kombinasi material Stainless steel 405 Annealed dengan C (diamond) tipe II.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini saran yang diberikan Penulis untuk penelitian
selanjutnya yaitu melihat karakteristik perpindahan panas pada material lain yang
dapat menghantarkan panas lebih rendah dan juga meneliti bagaimana pengaruh jenis
model knalpot lain terhadap perpindahan panas yang terjadi.
Davies A.J. 2011. The Finite Element Method An Introduction with Partial Differential
Equations, Oxford University Press Inc : New York.
Gerlich, Vladimir, S. Katerina, Z. Martin. COMSOL Multiphysics validation as
simulation software for heat transfer calculation in buildings:Building
simulation software validation. Elsevier: Measurement 46. 2003–2012.
http://dx.doi.org/10.1016/j.measurement.2013.02.020.
Hidajat, R. 2005. Teori dan Penerapan Metode Elemen Hingga. Surakarta: UNS Press.
Janna W.S. 2000. Engineering Heat Transfer. CRC Press LLC. The University of
Memphis, Florida.
Kosasih, Prabuono B. 2012. Teori dan Aplikasi Metode Elemen Hingga. Yogyakarta:
ANDI.
Marpaung T.J, Tulus dan Suwilo S. 2018. Cooling Optimization in Tubular Reactor
of Palm Oil Waste Processing. Bulletin of Mathematics. Vol 10.01: 13-24.
Reddy,J.N. 1993. An Introduction To The Finite Element Method. Texas: Texas A &
M University.
S.Z Feng, Y.H Cheng. 2018. An element decomposition method for heat transfer
analysis. School of Mechanical Engineering, Hebei University of Technology,
Tianjin 300130, PR China.
Susatio, Yerri. 2004. Dasar-Dasar Metode Elemen Hingga. Yogyakarta: ANDI.
Tulus, Sudirman, Sinulingga U, dan Marpaung T.J. 2018. Heat Transfer Problem
Analysis in Three Dimension Tromol Brake System Problem. MATEC Web of
Conferences 197, 01008.
https://doi.org/10.1051/matecconf/201819701009
LAMPIRAN