Manajemen Keanggotaan Koperasi
Manajemen Keanggotaan Koperasi
Manajemen Keanggotaan Koperasi
Pengendalian kuantitas anggota penting bagi koperasi, tetapi yang lebih penting lagi
adalah kualitas anggota itu sendiri. Koperasi yang jumlah anggotanya banyak tetapi
memiliki kualitas yang rendah akan sulit dikembangkan. Kasus-kasus kegagalan beberapa
KUD di pedesaan menjadi bukti riil kualitas anggota yang sangat rendah. Agar koperasi
mendapatkan anggota yang berkualitas diperlukan syarat-syarat tertentu sesuai dengan
karakteristik usaha dan kondisi yang ada di lingkungan koperasi. Syarat-syarat yang harus
dimiliki anggota, biasanya berhubungan dengan:
1) Kemampuan berusaha, baik dalam bentuk keterampilan, aset atau dana yang dimiliki,
pendidikan, pengalaman serta kesamaan usaha atau kepentingan.
2) Kesamaan bentuk usaha atau kepentingan/kebutuhan
3) Kesamaan profesi, misal untuk koperasi yang ada di lembaga atau instansi tertentu.
4) Wilayah kerja yang dapat dijangkau
Survei ekonomi merupakan sarana yang paling baik untuk menganalisis usaha
koperasi yang dapat meningkatkan kepentingan anggota, menentukan berapa jumlah
anggota yang dapat dilayani secara optimal, pekerjaan atau kegiatan apa yang harus
dilakukan dan kualifikasi apa yang harus dimiliki untuk dapat melakukan kegiatan atau
usaha tersebut.
Jumlah manfaat yang diterima oleh setiap anggota, tergantung kepada besar kecilnya
partisipasi insentif yang mereka lakukan (asas proporsionalitas). Semakin banyak seorang
anggota melaksanakan transaksi dengan perusahaan koperasi atau memanfaatkan
pelayanannya, misalnya: membeli dari dan atau menjual melalui perusahaan koperasi,
semakin besar anggota itu memperoleh manfaat. Peningkatan partisipasi insentif akan
meningkatkan partisipasi kontribusinya yakni menginvestasikan sebagian modalnya, ikut
serta dalam mengambil keputusan dan pengawasan jalannya koperası supaya usaha
koperasi semakin meningkat, pelayanan kepada anggota meningkat dan manlaat yang
diterimanya juga meningkat. Dengan demikian partisipasi kontributif akan tergantung
padapartisipasi insentif dari anggota koperasi.
Senada dengan pendapat Terry (1978), Plippo (1996) mendefinisikan motivasi sebagai
keahlian dalam mengarahkan pegawai agar mau bekerja secara berhasil, sehingga
keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus dapat tercapai. Oleh karena itu,
motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang
agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya
upayanya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan, 2000). Dalam konteks manajemen
keanggotaan koperasi, motivasi dimaknai sebagai suatu keahlian menggerakkan anggota
agar mau bekerja secara berhasil, efektif, dan terintegrasi sehingga keinginan para
anggota dan tujuan perusahaan koperasi dapat tercapai melalui kerja sama yang saling
menguntungkan.
Motivasi anggota merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan oleh manajemen
koperasi, karena keberhasilan motivasi akan dapat:
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja anggota,
2. Meningkatkan produktivitas kerja anggota
3. Mempertahankan kestabilan jumlah anggota,
4. Meningkatkan kedisiplinan anggota,
5. Menciptakan suasana dan hubungan yang baik antara anggota dan pihak
manajemen koperasi,
6. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi anggota,
7. Meningkatkan kesejahteraan anggota, dan
8. Meningkatkan tanggung jawab anggota atas kewajiban-kewajibannya.
Agar berhasil memotivasi anggota, manajemen dapat melakukan dua metode, yaitu
motivasi langsung dan motivasi tidak langsung. Motivasi langsung adalah motivasi yang
diberikan secara langsung kepada anggota untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya.
Metode yang dapat dilakukan di antaranya memberikan pujian, penghargaan, tunjangan
hari raya, bonus, bintang jasa, dan tunjangan keluarga. Motivasi tak langsung merupakan
motivasi yang diberikan hanya dalam bentuk fasilitas yang dapat mendukung atau
menunjang gairah atau kelancaran kerja anggota koperasi agar mereka bersemangat
dalam melakukan pekerjaannya. Metode yang dapat dilakukan di antaranya, bantuan
mesin-mesin pengolahan yang baik, bantuan perumahan, bantuan kredit berbunga murah,
dan bantuan biaya pendidikan anak-anak dari anggota koperasi.
Pemberhentian karena anggota itu sendiri terjadi karena anggota tersebut tidak lagi
mendapatkan manfaat dari perusahaan koperasinya. Tahapan keluarnya anggota dari
koperasi adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama anggota tidak merasakan manfaat berkoperasi baik secara ekonomis
maupun nonekonomis. Pada tahap ini anggota biasanya mengajukan usul, saran,
pendapat, dan memberi informasi penting lkepada manajemen koperasi untuk
meningkatkan pelayanannya dan meningkatkan manfaat keanggotaan.
2. Tahap kedua, bila usul dan saran tidak diperhatikan anggota akan nmenggunakan
hak voting untuk mengadakan pemilihan pengurus baru.
3. Tahap ketiga, bila senjata voting tidak berhasil dengan baik, sehingga pengurus dan
pengelola tetap tidak melaksanakan aktivitas yang memberikan manfaat bagi anggota,
maka anggota bisa menggunakan hak exit atau keluar dari koperasi serta menarik
semua dana-dana yang diinvestasikan pada koperasi.
Pemberhentian anggota hendaknya berdasarkan peraturan dan perundang-
undangan yang ada agar tidak menimbulkan masalah. Sebaiknya pemberhentian
anggota dilakukan dengan cara yang baik seperti ketika perusahaan koperasi
menerima anggota tersebut. Dengan cara ini tetap terjalin hubungan informal penting
memelihara asas kekeluargaan dalam proses ini. Pengurus hendaknya memanggil
anggota untuk bermusyawarah tentang persoalan-persoalan yang dihadapi terkait
dengan rencana pemutusan baik antara perusahaan koperasi dan mantan anggotanya.
Oleh karena itu penting memelihara asas kekeluargaan dalam proses ini. Pengurus
hendaknya memanggil anggota untuk bermusyawarah tentang persoalan-persoalan
yang dihadapi terkait dengan rencana pemutusan hubungan keanggotaan. Sepanjang
kesepakatan-kesepakatan yang diperoleh dari musyawarah tersebut masin
menguntungkan kedua belah pihak dan anggota masih bersedia tetap berada di
koperasi dan melaksanakan ketentuan-ketentuan vang diberlakaıkan, pengurus dapat
memminta pada rapat anggota untuk tetap mempertahankan keanggotaannya. Tapi
jika kesepakatan yang terjadi memang mengharuskan anggota untuk keluar dari
keanggotaan, maka pengurus berhak untuk memenuhi segala hak-haknya dan
meminta pertanggungjawaban atas kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhinya,
misalnya yang berkaitan dengan hutang-hutang pada koperasi.