Manajemen Keanggotaan Koperasi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

BAB 5: MANAJEMEN KEANGGOTAAN KOPERASI

1.1. Keanggotaan Koperasi


Anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Masyarakat yang
dapat menjadi anggota koperasi adalah mereka yang memenuhi persyaratan sebagaimana
ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Keanggotaan koperasi harus didasarkan pada
kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkun usaha koperasi, dapat diperoleh setelah
syarat sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dipenuhi. tidak dapat
dipindahtangankan, dan setiap anggota memiliki kewajiban dan hak yang sama terhadap
koperasi sesuai yang diatur dalam Anggaran Dasar (UU No 25 Tahun 1992).

1.2. Pengadaan Anggota Koperasi


Fungsi operatif yang pertama adalah kegiatan untuk memperoleh dan mengadakan
anggota dalam jumlah dan kualitas yang tepat. Fungsi ini memegang peranan penting
karena sangat menentukan keberhasilan perusahaan koperasi ke depan. Agar sukses,
koperasi membutuhkan anggota dalam jumlah yang optimal dan berkualitas. Jumlah
anggota yang optimal adalah jumlah anggota yang dapat memaksimalkan pelayanan
koperasi.
Guna mencapai jumlah anggota yang optimal, sebelumnya perlu diadakan
perencanaan, artinya menentukan jumlah dan syarat syarat yang harus dipenuhi anggota,
perekrutan, pemilihan/seleksi, dan menerimanya sebagai anggota. Prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan anggota adalah:
1. Anggota adalah pemilik koperasi sehingga mereka akan ikut serta mengambil
keputusan-keputusan penting demi kemajuan koperasi. Anggota yang tidak memiliki
kemampuan dan kemauan ambil bagian dalam keputusan-keputusan penting dan
pelaksanaannya, akan berdampak kurang menguntungkan bagi perkembangan
koperasi.
2. Anggota adalah investor utama yang mengharapkan manfaat atas keanggotaannya.
Hal ini memberi isyarat baliwa anggota akan siap mnembiayai koperasi bila ia
memperoleh manfaat atas keanggotaannya. Faktor kemampuan finansial anggota akan
memudahkan koperasi mengembangkan usahanya. Koperasi yang anggotanya
memiliki kemampuan financial yang baik dan mau menginvestasikan sebagian
dananya akan lebih mudah berkembang dibanding koperasi yang anggotanya
memiliki daya financial yang rendah. Dalam kaitannya dengan ini, seleksi anggota
terkait dengan kemampuan finansial diperlukan untuk menunjang percepatan
pertumbuhan koperasi.
3. Anggota adalah pelanggan utama perusahaan koperasi. Supaya berkembang,
koperasi membutuhkan loyalitas anggotanya, karena itu karakteristik anggota harus
jelas dan sesuai dengan tipe operasional koperasi. Koperasi yang anggotanya relatif
homogen, terutama dilihat dari kepentingan atau kebutuhan yang sama, akan lebih
mudah membangun loyalitas anggota dibanding dengan koperasi yang anggotanya
relatif heterogen.
Pada umumnya masing masing koperasi memiliki standar tertentu dalam pengadaan
anggota baru. Masing-masing koperasi memiliki ketentuan tertulis mengenai prosedur
dan persyaratan bagi seseorang yang akan menjadi anggota dengan mengacu pada
Anggaran Dasar (AD) atau Anggaran Rumah Tangga (ART) koperasi yang bersangkutan.
Seseorang yang telah memenuhi persyaratandan prosedur pendaftaran anggota yang telah
ditetapkan oleh koperasi dapat digolongkan sebagai anggota koperasi yang bersangkutan.
Anggota baru koperasi harus mendapatkan perlakuan yang sama dengan anggota lama
dalam hal ketentuan besarnya simpanan pokok dan ketentuan besarnya simpanan wajib.
Ketentuan mengenar kesamaan perlakuan harus dituangkan secara tertulis dan merupakan
salah satu kebijakan koperasi yang disepakati oleh anggota dalam rapat anggota. Biasanya
karena pengaruh nilai mata uang besamya simpanan wajib dan simpanan pokok secara
pominal harus lebih besar bagi anggota baru ketimbang anggota lama. Selisih besarnya
simpanan pokok dan simpanan wajib diakui sebagai modal penyetaraan anggota baru.
Menentukan jumlah anggota yang tepat. artinya mengusahakan agar banyaknya
anggota yang akan ditingkatkan kepentingannya mencapai jumlah yang optimal dan tidak
merugikan usana koperasi maupun usaha anggota merupakan langkah strategis yang
menentukan keberhasilan koperasi. Jika anggota terlalu banyak, manajemen akan
mengalami kesulitan dalam koordinasi dan kendali, sehingga aktivitas menjadi tidak
efektif. Sedang jika terlalu sedikit jumlah anggotanya, usaha koperasi menjadi kurang
efisien. Jumlah anggota pada koperasi primer tidak dibatasi banyaknya, namun anggota
minimum yang harus dipenuhi untuk mendirikan koperasi primer adalah 20 orang. Pada
koperasi sekunder, jumlah anggota minimum untuk dapat beroperasi adalah 10 koperasi
primer.

Pengendalian kuantitas anggota penting bagi koperasi, tetapi yang lebih penting lagi
adalah kualitas anggota itu sendiri. Koperasi yang jumlah anggotanya banyak tetapi
memiliki kualitas yang rendah akan sulit dikembangkan. Kasus-kasus kegagalan beberapa
KUD di pedesaan menjadi bukti riil kualitas anggota yang sangat rendah. Agar koperasi
mendapatkan anggota yang berkualitas diperlukan syarat-syarat tertentu sesuai dengan
karakteristik usaha dan kondisi yang ada di lingkungan koperasi. Syarat-syarat yang harus
dimiliki anggota, biasanya berhubungan dengan:
1) Kemampuan berusaha, baik dalam bentuk keterampilan, aset atau dana yang dimiliki,
pendidikan, pengalaman serta kesamaan usaha atau kepentingan.
2) Kesamaan bentuk usaha atau kepentingan/kebutuhan
3) Kesamaan profesi, misal untuk koperasi yang ada di lembaga atau instansi tertentu.
4) Wilayah kerja yang dapat dijangkau

Dengan demikian, untuk mendapatkan anggota yang berkualitas, manajemen koperasi


perlu mengadakan analisis usaha koperasi sekaligus usaha anggota agar dapat diketahui
dan ditentukan usaha apa yang harus dilakukan untuk melayani kepentingan usaha para
anggota. Misalnya, usaha pembelian sarana produksi dan penjualan hasil produksi
anggota dilakukan oleh perusahaan koperasi, sedangkan usaha produksinya dilakukan
oleh para anggota. Sehubungan dengan itu, usaha pembelian dan penjualan dikelola oleh
manajemen usaha koperasi, sedangkan usaha produksi pengelolaannya dilakukan oleh
manajemen keanggotaan koperasi berdasarkah kepentingannya.

Survei ekonomi merupakan sarana yang paling baik untuk menganalisis usaha
koperasi yang dapat meningkatkan kepentingan anggota, menentukan berapa jumlah
anggota yang dapat dilayani secara optimal, pekerjaan atau kegiatan apa yang harus
dilakukan dan kualifikasi apa yang harus dimiliki untuk dapat melakukan kegiatan atau
usaha tersebut.

1.3. Pengembangan Anggota


Fungsi operasional pengembangan (development) anggota berkaitan dengan
perubahan atau penambahan keahlian-keahlian, pengetahuan, sikap, atau perilaku.
Aktivitas-aktivitas pelatihan dan pengembangan adalah program-program terencana dari
perbaikan organisasi dan perlu direncanakan secermat dan seteliti mungkin, karena tujuan
akhirnya adalah mengaitkan muatan pelatihan danpengembangan dengan perilaku-
perilaku yang dikehendaki organisasi koperasi.
Pengembangan merupakan peningkatan penguasaan pengetahuan dan keterampilan,
khususnya mengenai prinsip. prinsip atau sendi-sendi dasar koperasi, teknik
perkoperasian sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial, teknik usaha, produksi,
permodalan, pembelian, penjualan, akuntansi, dan lain-lain melalui pendidikan dan
pelatihan yang terprogram. Hal ini merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dan
harus terus digiatkan mengingat selalu berkembangnya teknologi, reorganisasi usaha dan
semakin meningkatnya tantangan lingkungan yang membawa tugas manajemen yang
semakin rumit.
Penyelenggaraan program pelatihan dan pengembangan anggota memberikan manfaat
bagi perusahaan koperasi. Manfaat itu di antaranya:
1) Pelatihan dan pengembangan anggota akan meningkatkan produktivitas
penisahaan anggota yang pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan
produktivitas perusalhaan koperasi.
2) Terdapat hubungan yang serasi antara anggota, pengurus, dan pengelola. Hal
demikian terjadi karena terjadinya proses komunikasi yang efektif, adanya
persepsi yang sama tentang tugas- tugas yang harus diselesaikan, terdapat iklim
yang baik bagi pertumbuhan usaha baik usaha anggota maupun usaha koperasi,
dan menjadikan organisasi koperasi sebagai tempat yang lebih menyenangkan
untuk berkarya.
3) Meningkatkan semangat kerja, loyalitas dan komitmen anggota pada koperasinya.
4) Mendoreng sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan gaya manajerial
yang partisipatif.
5) Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif antara manajemen koperasi
dengan anggota yang pada gilirannya akan memperlancar perumusan kebijakan
organisasi dan operasionalisasinya.
6) Menyelesailkan konflik secara fungsional yang berdampak pada tumbuh suburnya
rasa persatuan dan suasana kekeluargaan di kalangan anggota, pengurus,
pengelola, dan karyawan koperasi.

Penyelenggaraan program pelatihan dan pengembangan anggota juga memberikan


manfaat bagi anggota koperasi. Manfaat itu di antaranya:
1) Meningkatkan produktivitas usaha anggota,
2) Membantu anggota membuat keputusan-keputusan dengan lebih baik,
3) Meningkatkan kemampuan anggota dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya,
4) Timbulnya dorongan dalam diri anggota untuk terus meningkatkan
kemampuannya,
5) Meningkatkan partisipasi anggota,
6) Meningkatkan komitmen dan loyalitas anggota,
7) Makin besarnya tekad bekerja untuk lebih mandiri,
8) Mengurangi ketakutan menghadapi kegiatan-kegiatan baru di masa yang akan
datang.

1.4. Kompensasi Keanggotaan


Kompensasi adalah segala sesuatu yang dikonstitusikan atau yang dianggap sebagai
suatu balas jasa (Sikula, 1981). Kompensasi (compensation) meliputi imbalan finansial
dan jasa-jasa tak berwujud yang diterima oleh para anggota sebagai bagian dari hubungan
keanggotaan Kompensasi merupakan apa yang diterima oleh anggota sebagai ganti
kontribusi mereka terhadap koperasi. Jadi kompensasi keanggotaan menggambarkan
manfaat yang diterima anggota sebagai peran sertanya dalam koperasi.
Organisasi koperasi perlu memiliki beberapa tujuan untuk merancang sistem
kompensasi keanggotaan. Secara umum tujuan program kompensasi keanggotaan dalam
koperasi adalah:
1. Untuk memikat dan menahan anggota koperasi yang potensial.
2. Memotivasi para anggota.
Kompensasi akan memotivasi para anggota apabila sistem kompensasi dilakukan
secara adil, baik keadilan eksternal, internal, maupun individual. Keadilan eksternal
diartikan sebagai imbalan yang pantas dengan imbalan yang berlaku bagi pekerjaan-
pekerjaan atau. bidang-bidang yang serupa di tempat lain. Keadilan internal
menggambarkan besarnya imbalan yang sesuai dengan prestasi yang ia berikan pada
koperasi. Sedangkan keadilan individual berarti masing-masing anggota merasa bahwa
mereka diperlakukan secara wajar dibandingkan dengan rekan anggota lainnya.
Partisipasi aktif anggota dalam koperasi sangat tergantung pada pemberian manfaat
kepada anggota (kompensasi), yang adil dan layak sehubungan dengan usaha yang
dilakukan melalui kegiatan perusahaan koperasi. Hal yang perlu perlu diperhatikan adalah
manfaat (benefit) yang diterima atau dirasakan oleh anggota ini harus lebih besar
(menguntungkan) daripada kalau tidak menjadi anggota koperasi atau berusaha dengan
lembaga usaha lain yang bukan koperasi. Besar kecilnya manfaat ini tergantung dari hasil
yang diperoleh dan nilai (value) dari hasil tersebut. Apabila hasil yang diperoleh besar,
tetapi memiliki nilai yang rendah akan dirasakan kurang bermanfaas lebih bermanfaat
apabila hasil rendah, tetapi mempunyai nilai yang tinggi; apalagi kalau hasilwa tinggi dan
nilainya tinggi pula. Yang dimaksud dengan hasil ialah produk barang dan jas atau
tingkah laku tertentu; sedangkan nilai ialah harga barang atau jasa, penghargaan,
peningkatan status, promosi, tingkat keamanan, ketepatan, kualitas, efisiensi, dan
sebagainya.
Beberapa manfaat yang dapat diterima anggota koperasi, di antaranya:
1) Dapat memperoleh barang konsumsi dan atau sarana produksi serta jasa yang
diperlukan dan tidak tersedia di daerah kerjanya dengan harga yang terjangkau,
berkualitas, dan wakhu
2) Dapat menyediakan barang dan jasa tersebut dengan harga yang lebih rendah,
kualitas lebi baik dan waktu yang tepat daripada yang ditawarkan oleh pesaing
koperasi
3) Usaha ekonomi atau produksi yang dilakukan oleh para anggota lebih efisien
(economic of scale) biayanya lebih rendah, termasuk juga biaya pengolahan
4) Dapat menjual barang dan jasa hasil usaha anggota dalam jumlah yang lebih
banyak dengan harga yang menguntungkan
5) Dapat memperoleh modal (kredit) yang lebih murah dalam jumlah dan waktu
yang tepat
6) Dapat menyimpan uang/modal di koperasi yang lebih aman dan dapat diperoleh
kembali tepat pada waktunya apabila diperlukan untuk modal kerja usaha anggota
7) Dapat memperoleh sisa hasil usaha yang adil
8) Dipenuhinya kebutuhan immateril, seperti: keamanan lahir dan batin, kesehatan,
rekreasi, ketentraman dan unsur-unsur lainnya untuk mencapai kesejahteraan
anggota.

Jumlah manfaat yang diterima oleh setiap anggota, tergantung kepada besar kecilnya
partisipasi insentif yang mereka lakukan (asas proporsionalitas). Semakin banyak seorang
anggota melaksanakan transaksi dengan perusahaan koperasi atau memanfaatkan
pelayanannya, misalnya: membeli dari dan atau menjual melalui perusahaan koperasi,
semakin besar anggota itu memperoleh manfaat. Peningkatan partisipasi insentif akan
meningkatkan partisipasi kontribusinya yakni menginvestasikan sebagian modalnya, ikut
serta dalam mengambil keputusan dan pengawasan jalannya koperası supaya usaha
koperasi semakin meningkat, pelayanan kepada anggota meningkat dan manlaat yang
diterimanya juga meningkat. Dengan demikian partisipasi kontributif akan tergantung
padapartisipasi insentif dari anggota koperasi.

1.5. Pengintegrasian Anggota


Dalam konteks manajemen personalia pengintegrasian dimaknai sebagai kegiatan
menyatupadukan keinginan karyawan dan kepentingan perusahaan agar tercipta kerja
sama yang memberikan kepuasan (Hasibuan, 2000). Pendekatan yang sama tentu saja
bisa berlaku pada perusahaan koperasi yang menempatkan anggota sebagai salah satu
sumber daya manusia yang paling potensial. Pengintegrasian berarti penyatuan keinginan
anggota dengan keinginan manajemen perusahaan koperasi. Anggota sangat diharapkan
melakukan kegiatan ekonominya dengan baik karena mereka telah diterima sebagai
anggota koperasi, telah diberi dan ditingkatkan ketrampilan usahanya dan telah menerima
atau merasakan manfaat keanggotaan. Meskipun demikian, belumlah cukup bila seorang
anggota hanya mampu berusaha secara ekonomi, seorang anggota harus bekerja dengan
sungguh-sungguh tanpa ada paksaan (sukarela). Manajemen koperasi harus mampu
membangkitkan motivasi anggota untuk bekerja secara sungguh-sungguh agar sistem
tujuan koperasi dapat dicapai bersama-sama. Pencapaian tujuan koperasi dalam
membantu meningkatkan kesejahteraan anggotanya harus didukung oleh kemauan kerja
keras anggota dalam mengembangkan usaha pribadinya. Motivasi anggota sne tergantung
pada kemampuan manajemen untuk memadukan (mengintegrasikan) kepentingan đtae
kebutuhan para anggota dengan tujuan organisasi koperasi. Memadukan kepentingan
anggota kepentingan perusahaan koperasi dan kemampuan manajerial pengurus atau
manajer (pengelola)

Kebutuhan anggota merupakan faktor penting yang patut diperhatikan manajemen


koperasi untuk mendorong seorang anggota melakukan kegiatan ekonominya. Motivasi
adalah keinginan yang terdapat pada diri individu yang merangsangnya untuk melakukan
tindakan (TeIry, 1975). Pengertian tersebut mengandung dua makna yang berbeda,
pertama, motivasi berkaitan dengan usaha positif dalam menggerakkan, mengerahkan,
dan mengarahkan daya serta potensi anggota agar secara produktif berhasil mencapai dan
mewujudkan tujuan. Kedua, motivasi berkaitan dengan kebutuhan yang menjadi
perangsang untuk dapat menggerakkan, mengerahkan dan mengarahkan potensi serta
daya kerja anggota ke arah yang diinginkan.

Senada dengan pendapat Terry (1978), Plippo (1996) mendefinisikan motivasi sebagai
keahlian dalam mengarahkan pegawai agar mau bekerja secara berhasil, sehingga
keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus dapat tercapai. Oleh karena itu,
motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang
agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya
upayanya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan, 2000). Dalam konteks manajemen
keanggotaan koperasi, motivasi dimaknai sebagai suatu keahlian menggerakkan anggota
agar mau bekerja secara berhasil, efektif, dan terintegrasi sehingga keinginan para
anggota dan tujuan perusahaan koperasi dapat tercapai melalui kerja sama yang saling
menguntungkan.

Motivasi anggota merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan oleh manajemen
koperasi, karena keberhasilan motivasi akan dapat:
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja anggota,
2. Meningkatkan produktivitas kerja anggota
3. Mempertahankan kestabilan jumlah anggota,
4. Meningkatkan kedisiplinan anggota,
5. Menciptakan suasana dan hubungan yang baik antara anggota dan pihak
manajemen koperasi,
6. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi anggota,
7. Meningkatkan kesejahteraan anggota, dan
8. Meningkatkan tanggung jawab anggota atas kewajiban-kewajibannya.

Agar berhasil memotivasi anggota, manajemen dapat melakukan dua metode, yaitu
motivasi langsung dan motivasi tidak langsung. Motivasi langsung adalah motivasi yang
diberikan secara langsung kepada anggota untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya.
Metode yang dapat dilakukan di antaranya memberikan pujian, penghargaan, tunjangan
hari raya, bonus, bintang jasa, dan tunjangan keluarga. Motivasi tak langsung merupakan
motivasi yang diberikan hanya dalam bentuk fasilitas yang dapat mendukung atau
menunjang gairah atau kelancaran kerja anggota koperasi agar mereka bersemangat
dalam melakukan pekerjaannya. Metode yang dapat dilakukan di antaranya, bantuan
mesin-mesin pengolahan yang baik, bantuan perumahan, bantuan kredit berbunga murah,
dan bantuan biaya pendidikan anak-anak dari anggota koperasi.

1.6. Pemeliharaan Anggota


Pemeliharaan (maintenance) anggota harus mendapat perhatian sungguh-sungguh dari
pengurus dan pengelola koperasi. Jika pemeliharaan anggota kurang diperhatikan, maka
partisipasi, semangat kerja, sikap, dan loyalitas anggota akan menurun, perputaran
anggota meningkat, disiplin akan menurun, sehingga pengadaan, pengembangan
kompensasi, dan pengintegrasian yang telah dilakukan utak menunjang tercapainya tujuan
koperasi menjadi kurang berarti.

Pemeliharaan (maintenance) adalah usaba mempertahankan dan atau menigkatkan


kondisi fisik, mental, dan sikap anggota, agar mereka tetap loval dan bekerja produktif
untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan pribadi dan perusahaan koperasi.
Pemeliharaan anggota harus dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
1) Untuk meningkatkan produktivitas kerja anggota.
2) Meningkatkan partisipasi anggola.
3) Meningkatkan loyalitas dan menurunkan turnover keanggotaan.
4) Memberikan ketenangan, keamanan, dan kesehatan bagi anggota koperasi.
5) Meningkatkan kesejahteraan anggota.
6) Memperbaiki kondisi fisik, mental, dan sikap anggota terhadap koperasi.
7) Mengurangi konflik serta menciptakan suasana yang harmonis antaranggota.

1.7. Pemutusan Hubungan Kerja


Pemberhentian atau pemutusan hubungan keanggotaan (PHK) adalah fungsi operatif
terakhir dalam manajemen keanggotaar koperasi. Fungsi ini harus mendapatkan perhatian
yang serius dari manajemen perusahaan koperasi karena membawa konsekuensi
kehilangan salah satu pelanggan utama koperasi, kehilangan dana-dana yang
diinvestasikannya, dan kehilangan sumber-sumber informasi pentning yang biasanya
diusulkan oleh anggota yang berhenti tadi. Di samping itu, pemberhentian anggota
membawa biaya penarikan, seleksi, pengembangan dan proses pengintegrasia.
PHK berarti memutuskan hubungan keanggotaan seseorang dengan suatu organisasi
koperasi dan dengan pemberhentian berarti berakhirnya keterikatan anggota terhadap
perusahaan koperasi. Pemberhentian terjadi karena undang-undang perusahaan koperasi
dan anggota itu sendiri.

Pemberhentian karena undang-undang disebabkan anggota melakukan aktivitas yang


bertentangan dengan undang-undang, misalnya melakukan perbuatan yang tercela atau
perbuatan melanggar hukum. Pemberhentian karena keinginan perusahaan koperasi
biasanya terjadi karerna anggota melanggar ketentuan-ketentuan legal yang tidak sesuai
dengan kondisi internal koperasi. Keinginan perusahaan memberhentikan anggota
terutama disebabkan oleh perilaku dan disiplin anggota yang kurang baik, melanggar
peraturan dan tata tertib perusahaan, tidak dapat bekerja sama dengan anggota lain dan
pihak manajemen yang dapat memacu konflik internal koperasi, serta melakukan
tindakan amoral dalam koperasi. Pemberhentian anggota harus mendasarkan pada UU
Perkoperasian atau peraturan-peraturan pemerintah lain yang terkait. Sifat keanggotaan
terbuka dan sukarela memungkinkan orang-orang untuk bebas masuk menjadi anggota
tapi juga bebas untuk keluar dari anggota. Pada umumnya mereka masuk menjadi
anggota karena ingin mendapatkan manfaat dari keikutsertaannya dalam koperasi, baik
manfaat yang bersifat ekonomis maupun nonekonomis. Kesukarelaan membentuk
koperasi itu sesuai dengan hak untuk membubarkannya apabila para anggota merasa
bahwa kelangsungan usaha bersama itu tidak lagi bermanfaat atau dengan alasan objektif
tidak mungkin mencapai tujuan bersama.

Pemberhentian karena anggota itu sendiri terjadi karena anggota tersebut tidak lagi
mendapatkan manfaat dari perusahaan koperasinya. Tahapan keluarnya anggota dari
koperasi adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama anggota tidak merasakan manfaat berkoperasi baik secara ekonomis
maupun nonekonomis. Pada tahap ini anggota biasanya mengajukan usul, saran,
pendapat, dan memberi informasi penting lkepada manajemen koperasi untuk
meningkatkan pelayanannya dan meningkatkan manfaat keanggotaan.
2. Tahap kedua, bila usul dan saran tidak diperhatikan anggota akan nmenggunakan
hak voting untuk mengadakan pemilihan pengurus baru.
3. Tahap ketiga, bila senjata voting tidak berhasil dengan baik, sehingga pengurus dan
pengelola tetap tidak melaksanakan aktivitas yang memberikan manfaat bagi anggota,
maka anggota bisa menggunakan hak exit atau keluar dari koperasi serta menarik
semua dana-dana yang diinvestasikan pada koperasi.
Pemberhentian anggota hendaknya berdasarkan peraturan dan perundang-
undangan yang ada agar tidak menimbulkan masalah. Sebaiknya pemberhentian
anggota dilakukan dengan cara yang baik seperti ketika perusahaan koperasi
menerima anggota tersebut. Dengan cara ini tetap terjalin hubungan informal penting
memelihara asas kekeluargaan dalam proses ini. Pengurus hendaknya memanggil
anggota untuk bermusyawarah tentang persoalan-persoalan yang dihadapi terkait
dengan rencana pemutusan baik antara perusahaan koperasi dan mantan anggotanya.
Oleh karena itu penting memelihara asas kekeluargaan dalam proses ini. Pengurus
hendaknya memanggil anggota untuk bermusyawarah tentang persoalan-persoalan
yang dihadapi terkait dengan rencana pemutusan hubungan keanggotaan. Sepanjang
kesepakatan-kesepakatan yang diperoleh dari musyawarah tersebut masin
menguntungkan kedua belah pihak dan anggota masih bersedia tetap berada di
koperasi dan melaksanakan ketentuan-ketentuan vang diberlakaıkan, pengurus dapat
memminta pada rapat anggota untuk tetap mempertahankan keanggotaannya. Tapi
jika kesepakatan yang terjadi memang mengharuskan anggota untuk keluar dari
keanggotaan, maka pengurus berhak untuk memenuhi segala hak-haknya dan
meminta pertanggungjawaban atas kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhinya,
misalnya yang berkaitan dengan hutang-hutang pada koperasi.

Ketentuan-ketentuan mengenai keluarnya anggota harus diatur secara tertulis dalam


Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga. Peraturan tersebut adalah sebagai berikut.
a) Untuk memperjelas status keanggotaan seseorang, koperasi wajib mempunyai
prosedur standar tertulis yang mengatur anggota yang mengajukan permohonan
untuk keluar dari anggotanya.
b) Koperasi harus memiliki ketentuan tertulis mengenai penambahan simpanan
pokok dan simpanan wajib bagi anggota yang akan keluar dan/atau meninggal
dunia.
c) Anggota yang akan keluar dari koperasi mempunyai hak untuk memperoleh
tambahan atas simpanan pokok dan simpanan wajib yang telah disetorkan.
d) Hak tambahan atas simpanan pokok dan simpanan wajib anggota pada koperasi
diambil dari cadangan atau cadangan umum koperasi
e) Besaran tambahan pokok dan simpanan wajib tersebut pada butir (a) di atas harus
disesuaikan dengan besarnya cadangan yang dimiliki koperasi.
f) Anggota yang telah memenuhi prosedur standar permohonan untuk keluar dari
keanggotaan koperasi, maka status keanggotaannya dicabut dan hak serta
kewajiban kepada KJK menjadi hilang.

Anda mungkin juga menyukai