Bab 5 Inovasi.1
Bab 5 Inovasi.1
Bab 5 Inovasi.1
BAB V
INOVASI
KONSEP ARSITEKTUR
Sedangkan studi yang dilakukan oleh Carpman Grant Associates, Konsultan Desain Lingkungan (Ann
Arbor, Michigan, USA) menyatakan bahwa kebutuhan semua pasien di rumah sakit (termasuk pengunjung)
yaitu:
a. Physical Comfort
Kenyamanan fisik, diantaranya berkaitan dengan temperatur ruang yang sesuai, pencahayaan yang
cukup, perabot yang nyaman, perletakan telepon yang mudah dijangkau dari tempat tidur, bebas dari
bau-bauan yang tidak menyenangkan serta bebas dari kebisingan.
b. Social Contact
Kontak sosial mencakup personal privacy-membatasi apa yang orang lain lihat dan dengar dari
seseorang-seperti juga apa yang seseorang lihat dan dengar dari orang lain. Misalnya apabila dalam
desain tidak disediakan suatu tempat untuk dokter berkonsultasi dengan anggota keluarga, maka pasien
mungkin dapat mendengar percakapan yang dilakukan diluar ruangannya. Hal ini dapat menghilangkan
semangat pasien, yaitu bahwa ia menanti prosedur yang akan terjadi padanya selanjutnya. Ketika
seseorang menunggu, ia sebaiknya tetap mempunyai social contact dengan pengunjung lain serta
dengan pengelola rumah sakit, dalam arti tidak terisolasi, meskipun personal privacy tidak dapat
diabaikan.
c. Symbolic Meaning
Symbolic meaning mencakup pesan non-verbal yang menyatu dalam desain. Contohnya, ruang tunggu
yang tidak nyaman, sumpek dengan jumlah tempat duduk yang tidak mencukupi bukan hanya tidak
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
nyaman secara fisik, tapi juga membuat pasien meragukan kemampuan rumah sakit untuk merawat
mereka.
d. Way-finding
Aspek yang paling mudah ditemui di rumah sakit besar adalah kehilangan arah. Lebih besar dari itu
bahkan sampai kehilangan diri sendiri. Pasien yang sudah dalam kondisi tidak nyaman dan stress, akan
mudah untuk merasa ‘hilang’ dalam keramaian di rumah sakit. Sementara bagi pengunjung takut
apabila mereka kurang berhati-hati dan bepergian ke ruangan yang terlarang bagi mereka. Ketika
menunggu, seseorang butuh berada dalam ruang dengan skala yang manusiawi dimana dia dapat
mengontrol dan menempatkan dirinya.
Usaha kesehatan semula hanya berupa usaha perawatan/pengobatan (kuratif) terhadap pasien dengan tujuan
menyembuhkannya dari sakit atau memulihkan kesehatannya. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi
terutama berkembangnya pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan atau yang
menyebabkan sakit/penyakit, maka kemudian juga diusahakan pencegahan (prevensi) penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan (promotion of health). Selanjutnya berkembang pula usaha kesehatan yang
lain yang disebut rehabilitasi, yaitu yang pada dasarnya bertujuan memulihkan fungsi daripada organ
ataupun organisme secara keseluruhan (human function).
Bangunan yang direncanakan akan mengikuti pola bentukan massa yang sudah ditetapkan dalam
master plan. Selain itu, gaya arsitektural juga akan menyerap gaya arsitektural yang sudah diterapkan
dalam master plan agar bangunan baru dan lama tampak serasi dan harmoni.
Secara garis besar, konsep gedung yang akan diterapkan adalah bangunan Tropis Modern. Konsep
tropis diadopsi dari inti sari arsitektur tradisional yang mewarisi keagungan pemikiran para leluhur
bangsa dalam menyikapi kondisi iklim di nusantara. Konsep Modern diadopsi dari konsepsi bangunan-
bangunan pada era modern (abad 20) yang terus berkembang hingga saat ini. Konsep ini menganut
azas-azas seperti efisien, praktis, fleksibel, sederhana, dan fungsional (form follow function).
Alternatif 1 yaitu massa bangunan dengan sisi panjang menghadap utara-selatan. Peletakkan seperti
ini amat efektif karena dapat menghindari bidang pertemuan yang luas dengan sinar matahari langsung.
Sehingga berpengaruh pada efesiensi dalam mengurangi beban bangunan yang ditimbulkan oleh
pemakaian air conditioner. Selain itu bukaan jendela di arah utara-selatan dapat dibuat lebih lebar
karena tidak silau dan panas terkena sinar matahari langsung.
Alternatif 2 yaitu massa bangunan dengan sisi panjang menghadap timur-barat. Perletakkan massa
seperti ini sebaiknya sedapat mungkin dihindari, karena sebagian besar bangunan akan terkena sinar
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
matahari langsung setiap pagi dan sore. Akibatnya bangunan akan menjadi lebih cepat panas. Bukaan
jendela di perletakkan massa seperti ini sebaiknya sesedikit mungkin, atau bukaan dapat lebar namun
perlu menggunakan banyak sirip untuk menahan sinar matahari langsung masuk ke dalam bangunan.
Dengan pertimbangan efektifitas dan kemudahan pengawasan maka sirkulasi yang direkomendasikan
adalah Double Loaded system. Sistem ini menggunakan satu jalur sirkulasi utama dalam bangunan yang
menghubungkan semua ruang-ruang. Selain menjadi sirkulasi dalam bangunan, sirkulasi utama ini
direncanakan akan terhubung dengan sistem selasar / koridor rumah sakit eksisting.
Sirkulasi Vertikal:
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
Dengan mempertimbangkan para pengguna / user maka sirkulasi vertikal menggunakan:Tangga dengan
mempertimbangkan faktor kenyamanan dan keamanan saat menaiki anak tangga.
Pada gedung rawat inap, bangunan berbentuk persegi panjang, maka posisi ruang paling efisien yang
terbentuk dengan bentuk massa seperti ini adalah pola sirkulasi double loaded dengan sirkulasi jalan utama
di tengah bangunan. Sirkulasi haruslah cukup lebar untuk jalur keluar masuk 2 orang, seorang dengan
tongkat dengan seorang berkursi roda dan jalur keluar masuk 2 kursi roda. Lebar sirkulasi sekitar 150cm
dengan double swing door cukup memenuhi standar.
Secara umum bangunan dibagi dalam zona-zona tertentu pada masing-masing lantai, yaitu :
a. Sirkulasi vertikal
b. Ruang gas medik
c. R. lobby utama / void
Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai kebutuhan secara umum dan standar dimensi yang diperlukan
oleh beberapa ruang diatas :
a. Lobby
Lobby pada suatu rumah sakit merupakan tempat dimana pasien dapat memberikan kesan pertamanya
tentang rumah sakit itu secara keseluruhan. Dalam pandangan lama, mendesain lobby dianggap membuang-
buang space yang ada. Sementara sekarang dengan pandangan yang baru, desain lobby merupakan
kesempatan untuk mengekpresikan, menunjukkan keseriusan suatu rumah sakit dalam memperhatikan
kenyamanan konsumen.
Di lobby terdapat :
1. Reception area
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
Reception areas are where a company meets its public and normally involve most, if not all, of
the following :
a) receiving;
b) waiting;
c) exhibition and display;
d) storage for goods and for coats;
e) lifts and/or stairs. (Duffy,1976: h.153)
Pada suatu bangunan publik, reception area merupakan bagian awal yang dilihat oleh orang banyak.
Reception area digunakan untuk menerima tamu, tempat informasi, penjagaan keamanan, mengadakan
pertemuan, selain untuk menunggu. Di rumah sakit, biasanya reception area bisa juga disatukan dengan
nurse station sebagai area kontrol utama di gedung rawat inap rumah sakit.
2. Nurse station
Desain dari nurse station perlu memperhatikan dimensi tubuh manusia. Tinggi dari counter nurse station di
sisi sebelah luar yang menghadap publik perlu disesuaikan dengan tinggi siku tangan (107-109 cm).
Counter minimal dapat menerima dua pengunjung sekaligus (lebar counter 38-46 cm).Tempat kerja untuk
perawat harus setinggi meja kerja standar (tinggi 76 cm, lebar 46 cm). Tempat penyimpanan file harus bisa
diraih oleh orang dengan ukuran tubuh kecil.
3. Seating area
Seating area atau area untuk duduk-duduk, mungkin memang tidak dikhususkan untuk menunggu. Pada
seating areas—sesuai dengan namanya—orang dapat duduk-duduk untuk mengobrol, makan, minum, atau
sekadar duduk melepas lelah. Kapasitas di ruang tunggu tidak boleh terlalu ramai karena dapat membuat
sesak ruangan. Orang sakit cenderung tidak ingin berinteraksi sehingga dibutuhkan jarak yang cukup
dengan orang di sekitarnya.
Ruang rawat inap pasien perlu memiliki tempat yang cukup bagi dokter dan perawat agar dapat bergerak
bebas memeriksa pasien (activity zone 72-76 cm), juga memiliki tempat yang cukup bagi pengunjung agar
dapat duduk dengan nyaman di sekitar tempat tidur (circulation and activity zone minimal 76 cm). Ukuran
tempat tidur standar untuk rumah sakit yaitu panjang 221 cm dan lebar 99 cm). Disamping tempat tidur
sebaiknya terdapat medical wall unit (panjang 43-46cm, lebar 13-15 cm, tinggi dari lantai 38 cm, tinggi rak
minimal 137 cm). Ruang rawat inap juga perlu mengakomodasi kebutuhan orang dengan kursi roda, perlu
ada tempat yang cukup bagi kursi roda untuk bermanuver (circulation zone didepan tempat tidur 137 cm).
Pintu masuk ke ruang rawat inap perlu cukup besar untuk tempat tidur dorong dan kursi roda untuk masuk
dengan leluasa (lebar pintu masuk 117-122 cm).
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
(1) Setiap bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit merupakan tempat untuk melakukan kegiatan
tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan
kondisi khusus lainnya.
(2) Fungsi bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit dikualifikasikan berdasarkan tingkat sterilitas dan
tingkat aksesibilitas.
PERAWAT DOKTER
R. UTILITAS
SCRUB STATION
KOTOR
C.S.S.D
RUANG BEDAH
GUDANG
STERIL
RUANG RUANG
RESUSITASI RUANG
PEMULIHAN
NEONATUS I.C.U
(PACU)
R. PERSIAPAN/
INDUKSI
R. TRANSFER
&/ R. TUNGGU
PASIEN RUANG RAWAT RUANG RAWAT
BAYI INAP
RUANG
RUANG
TUNGGU
PENDAFTARAN
PENGANTAR
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
Ruangan-ruangan pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit dapat dibagi kedalam 5 (lima) zona
Keterangan :
1. Zona Tingkat Resiko Rendah (Normal)
2. Zona Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)
3. Zona Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)
4. Zona Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan prefilter, medium filter dan hepa filter, Tekanan
Positif)
5. Area Nuklei Steril (Meja Operasi)
Zona ini terdiri dari ruang istirahat dokter dan perawat, ruang plester, pantri petugas, ruang
tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker (ruang ganti pakaian dokter dan
perawat) merupakan area transisi antara zona 1 dengan zone 2. Zone ini mempunyai jumlah
maksimal partikel debu per m3 3.520.000 partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 8 - ISO 14644-1
cleanroom standards Tahun 1999).
4) Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium Filter, Hepa Filter)
Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Zone ini mempunyai jumlah
maksimal partikel debu per m3 adalah 35.200 partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 7 - ISO
14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).
Alasan mempunyai sistem zona pada bangunan ruang operasi rumah sakit adalah untuk meminimalisir
risiko penyebaran infeksi (infection control) oleh micro-organisme dari rumah sakit (area kotor)
sampai pada kompleks ruang operasi. Konsep zona dapat menimbulkan perbedaan solusi sistem air
conditioning pada setiap zona, Ini berarti bahwa staf dan pengunjung datang dari koridor kotor
mengikuti ketentuan pakaian dan ketentuan tingkah laku yang diterapkan pada zona. Aliran bahan-
bahan yang masuk dan keluar Ruang Operasi Rumah Sakit juga harus memenuhi ketentuan yang
spesifik. Aspek esensial/penting dari zoning ini dan layuot/denah bangunan Ruang Operasi Rumah
Sakit adalah mengatur arah dari tim bedah, tim anestesi, pasien dan setiap pengunjung dan aliran
bahan steril dan kotor. Dengan sistem zoning ini menunjukkan diterapkannya minimal risiko infeksi
pada paska bedah. Kontaminasi mikrobiologi dapat disebabkan oleh :
a. mikroorganisme (pada kulit) dari pasien atau infeksi yang mana pasien mempunyai
kelainan dari apa yang akan dibedah.
b. staf ruang operasi, terkontaminasi pada sarung tangan dan pakaian.
c. kontaminasi dari instrumen, kontaminasi cairan.
(b) Sebagai upaya pencegahan dan pengendalian infeksi silang yang disebabkan oleh alur
sirkulasi barang “bersih” dan “kotor” dan alur sirkulasi orang, maka harus dilengkapi
dengan standar-standar prosedur operasional.
(d) Aliran udara. Udara dapat langsung (melalui partikel debu pathogenic) dan tidak langsung
(melalui kontaminasi pakaian, sarung tangan dan instrumen) dapat menyebabkan
kontaminasi. Oleh karena itu, sistem pengkondisian udara mempunyai peranan yang sangat
penting untuk mencegah kondisi potensial dari kotaminasi yang terakhir.
Aksesibiltas.
Umumnya, sarana Ruang Operasi Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan aksesibilitas tempat
tidur. Ini berarti bahwa ruang operasi, area persiapan dan lain-lain, dan area lalu lintas yang
bersebelahan dengannya harus aksesibel untuk tempat tidur.
Selanjutnya, kebutuhan tempat tidur harus dapat melalui area jalur lalu lintas
Persyaratan dasar berikut diterapkan untuk hubungan antar ruang dalam bangunan (sarana) instalasi
bedah.
(1) Bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit harus bebas dari lalu lintas dalam lokasi
rumah sakit, dalam hal ini lalu lintas melalui bagian Ruang Operasi Rumah Sakit tidak
diperbolehkan.
(2) Bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit secara fisik disekat rapat oleh sarana “air-
lock” di lokasi rumah sakit.
(3) Kompleks ruang operasi adalah zone terpisah dari ruang-ruang lain pada bangunan (sarana)
Ruang Operasi Rumah Sakit.
(4) Petugas yang bekerja dalam kompleks ruang operasi harus diatur agar jalur yang dilewatinya
dari satu area “steril” ke lainnya dengan tidak melewati area “infeksius”.
Sebagai bagian penting dari Rumah Sakit, beberapa komponen yang digunakan pada ruang operasi
memerlukan beberapa persyaratan khusus, antara lain :
1) Lantai tidak boleh licin, tahan terhadap goresan/ gesekan peralatan dan tahan terhadap api.
2) Lantai mudah dibersihkan, tidak menyerap, tahan terhadap bahan kimia dan anti bakteri.
3) Penutup lantai harus dari bahan anti statik, yaitu vinil anti statik.
4) Tahanan listrik dari bahan penutup lantai ini bisa berubah dengan bertambahnya umur
pemakaian dan akibat pembersihan, oleh karena itu tingkat tahanan listrik lantai ruang operasi
harus diukur tiap bulan, dan harus memenuhi persyaratan yang berlaku.
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
5) Permukaan dari semua lantai tidak boleh porous, tetapi cukup keras untuk pembersihan
dengan penggelontoran (flooding), dan pem-vakuman basah.
6) Penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
7) Hubungan/ pertemuan antara lantai dengan dinding harus menggunakan bahan yang tidak
siku, tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan lantai (Hospital plint).
8) Tinggi plint, maksimum 15 cm.
1) harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air, tidak
mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur serta anti bakteri.
2) memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga tidak
menyimpan debu.
3) berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan.
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
4) Selain lampu operasi yang menggantung, langit-langit juga bisa dipergunakan untuk
tempat pemasangan pendan bedah, dan bermacam gantungan seperti diffuser air
conditioning dan lampu fluorescent.
5) Kebutuhan peralatan yang dipasang dilangit-langit, sangat beragam. Bagaimanapun
peralatan yang digantung tidak boleh sistem geser, kerena menyebabkan jatuhnya debu
pengangkut mikro-organisme setiap kali digerakkan.
3) Pintu/jendela yang menghubungkan ruang operasi dengan ruang spoel Hoek (disposal).
(catatan ; jika menggunakan selasar kotor maka disposal material / barang bekas pakai langsung
dibawa keruang CSSD atau untuk peralatan bisa dibawa keruang sterilisasi di area operasi dan
linen ke CSSD)
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
a) sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dilengkapi dengan door seal and interlock system
dan mengayun keluar dari ruang operasi.
b) Pintu/jendela tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun diantara
pembedahan-pembedahan, untuk itu pintu dilengkapi dengan engsel yang dapat menutup
sendiri (auto hinge) atau alat penutup pintu (door closer).
c) Lebar pintu/jendela 1100 mm, dari bahan panil (;insulated panel system) dan dicat jenis
duco dengan cat anti bakteri/ jamur dengan warna terang dan dicat jenis duco dengan
warna terang.
d) Pintu/jendela dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass : double glass
fixed windows).
4) Pintu yang menghubungkan ruang operasi dengan ruang penyiapan peralatan/ instrumen (jika
ada).
a) sebaiknya pintu/jendela ayun (swing), dan mengayun kedalam ruang operasi.
b) Pintu tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun diantara
pembedahan-pembedahan, untuk itu pintu dilengkapi dengan “alat penutup pintu (door
closer).
c) Lebar pintu 1100 mm, dari bahan panil dan dicat jenis duco dengan cat anti bakteri/ jamur
dengan warna terang.
d) Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation glass :double glass fixed
windows).
Sarana evakuasi.
Setiap bangunan rumah sakit, harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi sistem peringatan
bahaya bagi pengguna, pintu eksit, dan jalur evakuasi yang dapat dijamin kemudahan pengguna
bangunan rumah sakit untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan rumah sakit secara aman
apabila terjadi bencana atau keadaan darurat. Penyediaan sistem peringatan bahaya bagi pengguna,
pintu eksit, dan jalur evakuasi disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung, jumlah dan
kondisi pengguna bangunan rumah sakit, serta jarak pencapaian ke tempat yang aman. Sarana pintu
eksit dan jalur evakuasi harus dilengkapi dengan tanda arah yang mudah dibaca dan jelas. Ketentuan
lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan sarana evakuasi mengikuti pedoman dan standar teknis
yang berlaku.
Setiap bangunan rumah sakit harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas untuk menjamin
terwujudnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lanjut usia masuk ke dan ke luar dari bangunan
rumah sakit serta beraktivitas dalam bangunan rumah sakit secara mudah, aman nyaman dan mandiri.
Fasilitas dan aksesibilitas sebagaimana dimaksud meliputi toilet, telepon umum, jalur pemandu, rambu
dan marka, pintu, ram, tangga, dan lif bagi penyandang cacat dan lanjut usia. Penyediaan fasilitas dan
aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi, luas dan ketinggian bangunan rumah sakit. Ketentuan tentang
ukuran, konstruksi, jumlah fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat mengikuti ketentuan
dalam pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, strukturnya harus direncanakan kuat/kokoh, dan stabil dalam
memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability) selama umur
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit,
lokasi, keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya. Kemampuan memikul beban
diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin
bekerja selama umur layanan struktur, baik beban muatan tetap maupun beban muatan sementara yang
timbul akibat gempa dan angin. Dalam perencanaan struktur bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
terhadap pengaruh gempa, semua unsur struktur bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, baik bagian
dari sub struktur maupun struktur bangunan, harus diperhitungkan memikul pengaruh gempa
rancangan sesuai dengan zona gempanya. Struktur bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus
direncanakan secara detail sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila
terjadi keruntuhan, kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna bangunan Ruang
Operasi Rumah Sakit menyelamatkan diri. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembebanan, ketahanan
terhadap gempa dan/atau angin, dan perhitungan strukturnya mengikuti pedoman dan standar teknis
yang berlaku.
Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan sistem struktur yang akan digunakan
yaitu:
b. Pembebanan
Struktur mampu memikul semua beban yang bekerja, meliputi beban arah vertikal, horizontal,
dan kombinasi keduanya. Beban kerja yang diperhitungkan berdasarkan Tata Cara Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung yang berlaku.
c. Analisa Struktur
Menggunakan cara-cara mekanika teknik yang baku, dengan didukung perhitungan komputer.
d. Tipe Struktur
Bangunan merupakan struktur beton bertulang yang terdiri dari portal-portal terbuka dalam arah
memanjang maupun melintang.
e. Ketentuan Bahan
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
- Mutu tulangan utama, tulangan yang digunakan tulangan ulir (deformed) mutu BJTD 40.
Sementara untuk tulangan sengkang digunakan tulangan polos mutu BJTP 24.
f. Pembebanan Vertikal
Faktor reduksi untuk perumahan/ penghunian = 0.75 perencanaan terhadap beban gempa, untuk
perumahan/ penghunian 0,3.
b>h
h=±L ↔ L rata-rata L
10 20 12
Dimensi kolom diperkirakan dari Estimasi Gaya Aksial (N) dari Tributary Area dengan asumsi
untuk bangunan publik beban yang bekerja 1200 kg/m2.
lantai, beban tembok yang ada di atas balok, dan beban sendiri balok tersebut. Beban dari balok
ditahan oleh kolom yang akhirnya akan diterima oleh pondasi.
b. Perhitungan Pelat :
Pelat diasumsikan bertumpu pada keempat sisi sebagai penjepit elastis. Beban yang bekerja pada
pelat dihitung sebagai beban merata dan momen lentur dihitung menggunakan tabel PBI’71 hal
203.
e. Tipe pondasi:
Tipe pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang sampai pada elevasi tanah keras
berdasarkan hasil akhir penyelidikan tanah.
Peraturan:
Pondasi akan menggunakan pondasi tiang pancang, main structure menggunakan konstruksi
beton bertulang, pelat lantai menggunakan metal decking komposit beton bertulang, partisi
ruangan menggunakan pasangan bata finishing plester, dan kusen menggunakan material
alumunium.
a. Gas medik
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
b. Titik lampu
c. Nurse call
d. Air conditioner
e. Elevator / lift
f. Air kotor , air bersih
g. Water heater
h. Audio Visual
Air conditioner (AC) menggunakan sistem unit split dengan pertimbangan udara masing-masing
ruang tidak saling terkontaminasi. Elevator yang akan dipasang berukuran 2,35 x 2,9 m berdaya
angkut 1 ton. Semua instalasi akan mengacu pada standar dan peraturan yang berlaku.
Konsep Utilitas :
a. Sumber air bersih berasal dari PAM dan sumur dalam dialirkan ke daerah basah toilet
dan areal taman/ halaman gedung.
b. Sumber listrik dari PLN disambung dari gardu listrik yang ada. Bila kapasitas tidak
memadai, perlu menaikkan kapasitas gardu setempat.
c. Penanganan listrik dalam kondisi emergency/ PLN mati harus mendapat pemikiran
tersendiri
d. Sistem air kotor dari sumber air hujan dialirkan melalui gorong-gorong ke saluran
umum lingkungan yang kemudian disalurkan ke sungai terdekat.
e. Sistem penghawaan disamping penghawaan alami juga dipasang penghawaan buatan
(AC).
f. Sistem pencegahan terhadap kebakaran dipasang unit Fire Protection yang dikontrol
oleh unit pengendalian.
Lebih rinci pendekatan masalah mekanikal dan elektrikal dapat dijelaskan sebagai berikut :
Untuk mengatasi peningkatan kebutuhan air bersih, bila penambahan debit dari PDAM tidak
memadai, diusulkan untuk mendapatkan air bersih dari sumber lain, misalnya melalui pembuatan
sumur gali atau dengan mengambil air sumur dari sistem yang sudah ada. Dengan upaya
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
demikian diharapkan tidak terjadi permasalahan dengan air bersih yang sangat menentukan
kelancaran kegiatan. Bila akan digunakan sumber air dari sumur gali, tentu saja harus dilakukan
analisis terhadap kuantitas dan terutama kualitasnya. Kualitas air bersih yang diperoleh harus
sesuai dengan persyaratan yang termuat dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun
1990. Ada kemungkinan sebelum air tersebut dapat digunakan untuk kegiatan rumah sakit,
sebelumnya harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu.
Sistem jaringan distribusi, selain dapat menggunakn sistem bercabang ada pula sistem lingkaran
(Loop/ Close System) dan atau sistem campuran antara keduanya. Sistem cabang mempunyai
keuntungan sebagai sistem yang mudah (jaringan pipanya sederhana) dan ekonomis dari segi
penggunaan diameter pipa. Tapi sistem ini mempunyai kelemahan yaitu apabila terjadi kerusakan
pada salah satu jaringan pipa maka seluruh daerah pelayanan yang bersumber dari pipa tersebut
akan terganggu serta penggunaan air yang berlebihan di satu tempat akan mempengaruhi daerah
pelayanan lainnya.
Kelemahannya, sistem ini sangat mahal karena pipa yang digunakan lebih panjang dan
perlengkapan pipa yang dibutuhkan juga lebih banyak.
1. Melakukan evaluasi terhadap sisa tekan dan rehabilitasi bagian jaringan pipa disteibusi yang
mengalirkan air bersih dalam jumlah yang tidak memadai.
2. Tangki reservoar sebaiknya terpusat di satu tempat baik berupa ground reservoar atau
menempatkan reservoar didalam bangunan dengan ruang yang cukup untuk
pengoperasiannya.
3. Untuk pertimbangan efisiensi biaya investasi dan operasi serta memudahkan
pengoperasiannya diusulkan untuk menggabungkan elevated reservoir yang tersebar pada
masing-masing bangunan menjadi beberapa elevated reservoir.
d. Sistem Elektrikal
1. Sistem Kelistrikan
Kriteria penting yang harus dipenuhi didalam perencanaan sistem kelistrikan rumah sakit
diantaranya adalah kualitas dan kontinuitas dalam penyediaan daya listriknya. Sistem kelistrikan
yang direncanakan meliputi lingkup sebagai berikut:
Konsep pembebanan sistem elektrikal dapat dilihat pada gambar berikut ini:
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
Faktor penting yang mempengaruhi perencanaan sistem kelistrikan dan pengaturan jaringan
adalah: karakteristik beban, kualitas pelayanan, ukuran dan konfigurasi bangunan serta
pertimbangan biaya.
Diesel-Generator
Sebagai sumber tenaga cadangan digunakan diesel-generator denga perkiraan kapasitas antara
30% sampai dengan 40% dari total beban puncak.
2. Sistem Komunikasi
Sistem Komunikasi ini terdiri dari fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
a) Instalasi Telepon
Untuk menuju rumah sakit modern, fasilitas telepon harus direncanakan dapat melayani
kebutuhan komunikasi secara lengkap dan menyeluruh, baik komunikasi intern maupun
extern.Berbagai faktor yang harus diperhatikan selama perencanaan sistem telepon ini
diantaranya adalah:
Jaringan kabel
Ruang terminal PABX
Sistem distribusi dan terminal bawah lantai
Interface dan koneksi ke Building Automation System.
Sistem ini harus dikendalikan secara terpusat pada Master Control Sound System (MCCS) yang
ditempatkan di ruangan Kontrol (Ruang Administrasi)
Tata lingkungan dimaksudkan untuk memberikan suasana yang menyenangkan pada pasien
sehingga membantu proses penyembuhan. Kegiatan bercocok tanam juga menjadi salah satu
terapi yang sangat membantu pemulihan mental pasien. Untuk itu perlu dilakukan pemilihan
lokasi lahan dan tanaman yang cocok ditinjau dari bentuk, warna, ukuran, dan kemudahan
perawatan. Penempatan tanaman berbunga akan menambah keindahan dari tata lingkungan yang
akan direncanakan apabila dapat dikomposisikan dengan tanaman hijau sebagai peneduh.
V.2.1 Standard Peralatan Gedung Perawatan dan Instalasi Rawat Darurat Meliputi :
A. RUANG POLIKLINIK
2. Tensimeter
3. Termometer
4. Electrocardiograph (ECG)
5. Kursi Roda
7. Stethoscope
B. RUANG DIAGNOSTIK
2. Holter
5. Tensimeter
6. Stethoscope
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
1. Patient monitor
2. Central mnitor
3. Electrocardiograpf (ECG)
4. Defibrilator
5. Infusion pump
6. Syringe pump
7. Suction pump
8. Nebulizer
9. Central oksigen
14. Tensimeter
15. Stethoscope
D. RUANG REHABILITASI
1. Treadmil
2. Static bicyle
4. Tensimeter
5. Stethoscope
1. Electromyograph (EMG)
2. Electroenchepalograph (EEG)
3. Brain mapping
4. Tensimeter
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
5. Stethoscope
11. Pengembangan dan penyertaan aspek spiritualitas dan budaya dalam pelayanan
NB : Terobosan
Tenaga Medik dan Non Medik Yang Dibutuhkan untuk Sebuah RSUD :
1) Pelayanan Umum :
Dokter Spesialis, Dokter Umum, Perawat, Bidan, Apoteker, Asisten Apoteker, Kesehatan
Masyarakat, Tenaga Gizi, Tenaga Terapi Fisik, Tekniss Medis, Tenaga Non Medis
2) Pelayanan Spesialistik :
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
Spesialis Bedah, Spesialis Obstetri dan Gynekologi, Spesialis Kesehatan Anak, Spesialis Penyakit
Dalam, Spesialis Kesehatan Mata, Spesialis THT, Spesialis Gigi dan Mulut, Spesialis Ortodonti,
Spesialis Prostodonti, Spesialis Anesthesi, Spesialis Kulit dan Kelamin, Spesialis Bedah
Orthopaedi, Spesialis Bedah Onkologi, Spesialis Syaraf, Spesialis Patologi Klinik, Spesialis
Patologi Anatomi, Spesialis Radiologi
• Ambullance 24 jam
• Apotek 24 Jam
Untuk mendapat pelayanan yang sesuai dengan harapan pasti memerlukan pembiayaan yang tinggi
terutama untuk penyediaan peralatan kedokteran dan embangunan gedung sesuai standar. Masalahnya
darimana rumah sakit pemerintah mendapatkan dana untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Sumber pendanaan yang saat ini dimiliki oleh rumah sakit daerah adalah dari pendapatan
fungsionalnya dan bertumpu kepada bantuan pemerintah baik pusat maupun daerah. Bantuan dari
pemerintah biasanya jumlah dan waktunya tidak pasti sehingga sulit untuk diandalkan. Disamping
pembiayaan untuk investasi alat dan atau gedung, pelanggan utama rumah sakit daerah biasanya
adalah masyarakat menengah kebawah, kemampuan ekonomi mereka terbatas namun tetap menuntut
kualitas pelayanan yang baik.
Masyarakat lain pelanggan RSD adalah pasien tidak mampu, peningkatan jumlah pasien ini setelah
terjadinya krisis moneter (akhir tahun 1997). Pasien tidak mampu seharusnya menjadi
tanggungannegara/ pemerintah (sesuai amanat pada UUD’45) namun pada kenyataannya hampir
sebagian besar pembiayaan pasien tidak mampu menjadi tanggungjawab rumah sakit karena RSD
berkewajiban memberikan pelayanan dengan tidak membeda – bedakan tingkat ekonominya sebagai
perwujudan dari fungsi sosial rumah sakit.
Hal ini mengakibatkan RSD harus menyediakan pembiayaan untuk menutupi biaya
pelayanan pasien tidak mampu. Program pemerintah untuk pembiayaan pasien miskin (JPSBK dan
Program Dana Pengurangan Subsidi Energi dan mineral Bidang kesehatan yang dilaksanakan
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
pemerintah sejak tahun 1998 sampai saat ini belum dapat menutupi total kebutuhan pembiayaan
rumah sakit untuk pasien tidak mampu)
Bagaimana pengelola rumah sakit daerah agar dapat mencari solusi untuk permasalahan pembiayaan
rumah sakit tetapi tidak terlalu merugikan pihak – pihak memerlukan jasa pelayanan (resiko
seminimal mungkin).
Prinsip – prinsip yang harus dipegang Rumah Sakit dalam melayani pasien kurang mampu
adalah:
• RSD harus menyediakan pelayanan yang bermutu sesuai dengan keinginan masyarakat sehingga
mereka tetap percaya dan akan memanfaatkan pelayanan.
• Semua pasien pada dasarnya lagi terkena musibah semestinya tidak dibebani oleh pembiayaan rumah
sakit yang terlalu tinggi
• Pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan oleh UUD 45 merupakan kewajiban pemerintah dan
pemerintah tidak etis memanfaatkan pendapatan dari pasien / orang sakit untuk pembangunan
lainnya.
• Subsidi silang dari pasien mampu ke pasien kurang mampu semaksimal mungkin dihindari karena
keduanya adalah sama – sama sedang terkena musibah yang perlu mendapatkan pelayanan dan
pembebanan sesuai dengan proporsinya.
• Subsidi yang seharusnya diterapkan adalah memanfaatkan masyarakat sehat dan mampu dalam
pelayanan kesehatan Bagaimana mencari sumber pendapatan baru (non kesehatan) terutama dari
masyarakat mampu dan sehat, sebagai sumber pendapatan baru untuk menutupi pembiayaan rumah
sakit.
Menurut Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara, Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor : 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007, tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara, yaitu :
Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang menjadii
akan menjadi kekayaan milik Negara dan diadakan dengan sumber pembiayaan lainnya,
antara lain gedung kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, gedung olah raga
dan rumah Negara.
luas di atas dari 500 m2, atau gedung kantor bertingkat di atas 2 lantai.
Bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C, D, dan E yang
bertingkat,
Gedung Rumah Sakit Klas A, B, C, dan D.
Gedung pendidikan tinggi universitas/akademi; atau gedung pendidikan
dasar/lanjutan bertingkat di atas 2 lantai.
Bangunan Khusus
Klasifikasi bangunan khusus adalah bangunan gedung negara yang memiliki penggunaan
dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya memerlukan
penyelesaian/ teknologi khusus. Masa penjaminan kegagalan bangunannya minimum adalah
10 (sepuluh) tahun.
Yang termasuk klasifikasi Bangunan Khusus, antara lain:
Istana negara dan rumah jabatan presiden & wakil presiden
Wisma negara
Gedung instalasi nuklir
Gedung laboratorium
Gedung terminal udara/laut/darat
Stasiun kereta api
Gedung olah raga
Rumah tahanan
Gudang benda berbahaya
Gedung bersifat monumental
Gedung untuk pertahanan
Gedung kantor perwakilan negara R.I. di luar negeri.
Tahap Persiapan
Pemeliharaan Konstruksi
a. Pemeliharaan konstruksi adalah tahap uji coba dan pemeriksaan atas hasil
pelaksanaan konstruksi fisik. Di dalam masa pemeliharaan ini penyedia jasa
pelaksana konstruksi berkewajiban memperbaiki segala cacat atau kerusakan
dan kekurangan yang terjadi selama masa konstruksi.
Metoda Konstruksi
Berbagai aspek yang mempengaruhi metode konstruksi dapat digambarkan dalam bagan
berikut ini :
Inovasi Teknologi
Metode Konstruksi
Syarat dalam Kontrak Serangkaian Kegiatan Lingkungan dan Kondisi
Membangun Proyek
Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan
Teknologi
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
Metoda konstruksi merupakan suatu aspek inovasi teknologi yang dibutuhkan / disyaratkan oleh
persyaratan kontrak. Metoda konstruksi yang dipilih harus disesuaikan dengan berbagai kondisi
lingkungan proyek. Metoda konstruksi dipengaruhi oleh ketersediaan sumberdaya missal : untuk
menguraikan metoda konstruksi pada pembuatan pondasi di casting yard (tempat pabrikasi) sampai
dengan pemasangan pondasi perlu dipertimbangkan seluruh aspek kegiatan sejak dipersiapkan sampai
dengan pemasangan antara lain :
a)Kegiatan di tempat pembuatan (Fabrikasi)
Penyiapan lahan
Penyiapan peralatan
Penyiapan pembuatan
Penyiapan pengangkutan
b) Kegiatan transportasi
Penyiapan alat transportasi
Penyiapan dari alat transportasi ke lokasi pelaksanaan
c)Kegiatan di lokasi pelaksanaan
Penyiapan tempat
Penyiapan peralatan untuk pemasangan/penurunan
Penyiapan pengawasan pelaksanaan
dan seterusnya
a. Metoda Bottom-up
Metoda ini sering digunakan pada bangunan berlantai banyak yaitu metoda konstruksi dengan
proyek konstruksi yang dimulai dari bawah ke atas dimulai dari pondasi, basement dan lantai
berikutnya, contohnya pekerjaan pondasi sampai keatas yaitu pekerjaan lantai sampai
pekerjaan atap. Urutan kegiatan pelaksanaan membangun dengan metoda bottom-up adalah :
Tahap 1 : pekerjaan persiapan pengaturan arus transportasi
Tahap 2 : penggalian tanah
Tahap 3 : pembuatan pondasi
Tahap 4 : pembuatan dinding penahan tanah
Tahap 5 : pembuatan kolom diteruskan pembuatan balok dan lantai
diatas kolom secara berulang hingga atap.
b. Metoda Top Down
Biasanya metoda ini digunakan pada proyek konstruksi yang mempunyai ruang bebas yang
terbatas akibat adanya bangunan gedung yang telah ada dilokasi pembangunan dalam hal ini
rentannya galian basement terhadap bahaya longsor apabila dilaksanakan dengan metode
bottom-up. Urutan kegiatan membangun dengan metode Top Down :
Tahap 1 : melaksanakan pembongkaran dan pemindahan pondasi lama yang ada
dilokasi proyek dan dilakukan persiapan permukaan tanah pada ketinggian yang
diinginkan kemudian dibuat dinding penahan tanah sementara
Tahap 2 : dinding diafragma dibangun pada basement yang direncanakan, pondasi
mulai dikerjakan dan diikuti dengan pemasangan kolom.
Tahap 3 : pembuatan ke dinding diafragma yang telah dibuat dan diisi sebagai
pengganti dinding penahan tanah sementara yang telah dicabut
Tahap 4 : penggalian tanah untuk membangun kolom-kolom dimana lantai dicetak
pada tanah bersamaan dengan detail drainase yang diperlukan
Pembebanan
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
Struktur mampu memikul semua beban yang bekerja, meliputi beban arah vertikal, horizontal, dan
kombinasi keduanya. Beban kerja yang diperhitungkan berdasarkan Tata Cara Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung yang berlaku.
Analisa Struktur
Menggunakan cara-cara mekanika teknik yang baku, dengan didukung perhitungan komputer.
Tipe Struktur
Bangunan merupakan struktur beton bertulang yang terdiri dari portal-portal terbuka dalam arah
memanjang maupun melintang.
Ketentuan Bahan
- Mutu beton yang digunakan dalam perancanaan adalah K-250
- Mutu tulangan utama, tulangan yang digunakan tulangan ulir (deformed) mutu BJTD 40.
Sementara untuk tulangan sengkang digunakan tulangan polos mutu BJTP 24.
Pembebanan Vertikal
Faktor reduksi untuk perumahan/ penghunian = 0.75 perencanaan terhadap beban gempa, untuk
perumahan/ penghunian 0,3.
Perencanaan/perhitungan struktur dan konstruksi disesuaikan dengan lingkup yang dikerjakan oleh
bidang Teknik Sipil, terutama mengenai struktur dan konstruksi karena pembebanan berat dan
kekuatan terhadap gempa.
c. Sistem Struktur
1) Sistem struktur bangunan dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :
Struktur bagian atas (dari lantai sampai atap).
Struktur bagian bawah (pondasi).
a) Sistem struktur bagian atas :
Struktur lantai-lantai tingkat dipilih plat beton yang dicor monolit dengan balok-balok anak
dan balok-balok portal yang dipikul oleh kolom-kolom beton bertulang. Jika dikehendaki
atau berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, dapat digunakan pelat balok-balok
bertulang.
Struktur pendukung atap dipilih dari balok baja sayap lebar (monobeam), dengan
pertimbangan sistem ini akan mampu memberikan dukungan penuh kepada arsitek untuk
mengembangkan desain langit-langit (plafond). Struktur dari balok monobeam ini juga
menjamin pelaksanaan yang lebih sederhana dan lebih cepat, jika dibandingkan dengan
struktur rangka batang yang biasa. Untuk kecepatan pelaksanaan dan kekuatan serta
kekakuan yang terjamin, gording-gording menggunakan profil tipis bentuk C yang di pabrik
dibentuk dalam keadaan dingin (cold formed steel), diperkuat dengan batang-batang tarik
(trekstang) pada sumbu-sumbu lemahnya.
Struktur tangga dipilih dari beton bertulang untuk menjamin kenyamanan pemakai tangga
(tangga bebas dari getaran).
Sistem pendinginan terdiri dari dua macam sistem yaitu yang menggunakan air atau udara. Sistem
tersebut dirujuk dari literatur sebagai berikut :
a. Air to Air System
Pendinginan dilakukan dengan memanfaatkan udara luar dan gas freon.
Macam-macam sistem adalah window, split, multi split, sentral dengan AHU air cooled, air
cooled package.
b. Water to Water System
Pendinginan dilakukan dengan memanfaatkan air dan gas freon. Sistem yang digunakan
adalah sentral dengan chiller dan AHU, serta packaged water cooled system.
d) Persyaratan pipa :
Pemipaan dibuat sependek mungkin untuk menghindari kemungkinan bocor.
Pipa tidak langsung dimasukkan ke dalam dinding tapi dimasukkan ke dalam pipa yang
diameternya lebih besar. Hal ini dimaksudkan agar pipa tersebut dapat bergerak pada saat
pemuaian dan penyusutan, sehingga tidak merusak dinding atau pipa itu sendiri
Awet dalam pemakaian dan mampu menerima tekanan khususnya dalam pipa itu sendiri.
Down feed system
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
Dalam sistem ini, air ditampung dalam reservoar bawah kemudian dipompakan ke reservoar
atas yang dipasang di bagian paling atas bangunan, lalu didistribusikan ke seluruh ruang basah
pada bangunan dengan pompa atau gravitasi tanpa menggunakan pompa pendorong.
Penempatan peralatan untuk bangunan yang menggunakan sistem pendistribusian dengan
down feed system:
Reservoar atas, diletakkan pada lantai top floor untuk menampung semua air sebelum
didistribusikan.
Pompa. Untuk sistem ini dilengkapi juga dengan pipa booster yang diletakkan pada lantai
atas dekat dengan tangki atas untuk memudahkan pendistribusian air ke lantai-lantai di
bawahnya.
Undang-Undang no 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG) merupakan peraturan payung
yang memberikan landasan bagi peraturan atau ketentuan pada tingkat dibawahnya. UUBG terdiri atas
10 bab yakni mencakup ketentuan umum, prinsip, tujuan dan ruang lingkup, fungsi bangunan,
persyaratan bangunan, proses pembangunan, peran masyarakat, pembinaan teknis, sanksi, ketentuan
peralihan dan penutup.
Bagian penting dalam UUBG adalah pada Bab IV yang mengatur mengenai persyaratan bangunan.
Terdapat 2 (dua) hal utama pada persyaratan bangunan yakni persyaratan administrasi (perizinan,
status lahan, kepemilikan bangunan) dan persyaratan teknis (persyaratan intensitas bangunan dan
persyaratan kehandalan).
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
UUBG selanjutnya diuraikan secara lebih rinci menjadi 120 Pasal dan 9 Bab dalam PP
no 36 Tahun 2005 tentang Peraturan pelaksanaan UU nomor 28 Tahun 2002 Bangunan Gedung
Selanjutnya UUBG serta peraturan pelaksanaannya mengamanatkan bahwa suatu bangunan gedung
harus memiliki izin mendirikan bangunan (IMB) sebagai prasyarat mendirikan bangunan gedung, dan
untuk dapat dimanfaatkan harus terlebih dahulu memiliki sertifikat laik fungsi (SLF).
Perangkat pendukung lainnya yang diperlukan dalam rangka peningkatan penerapan SNI proteksi
kebakaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan model STPI (Science Technology and Policy
Implementation) sebagaimana diperlihatkan pada Gambar berikut ini yang mencakup unsur
kebijakan, unsur peraturan dan per-undang-undangan, unsur kelembagaan atau institusi, aspek
mekanisme operasional dan pranata.
Selanjutnya berdasarkan hierarki elemen STPI tersebut, maka hal-hal berikut perlu
dipertimbangkan dalam rangka peningkatan penerapan SNI.
1. Kebijakan baik di tingkat Pusat maupun Derah yang memberlakukan standarstandar dan pedoman
teknis sebagai salah satu unsur dalam pembinaan tertib pembangunan dan keselamatan bangunan.
2. Pemantapan peraturan atau norma baik di tingkat pusat dalam bentuk Code maupun di tingkat
daerah (Perda) menyangkut aspek pencegahan dan penanggulangan kebakaran sebagai dasar
peraturan kegiatan proses membangun yang aman kebakaran yang pada rincian persyaratannya
mengacu kepada standar-standar / SNI yang berlaku.
3. Peningkatan kinerja dan kewenangan instansi terkait dalam penanganan keselamatan bangunan
terhadap kebakaran meliputi tingkat layanan, kualifikasi SDM, peralatan dan sarana yang
terstandardisasi termasuk pemahaman dan penerapan standar-standar / SNI dan pedoman teknis
bangunan gedung.
4. Pengukuhan mekanisme operasional pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang
mengkoordinasikan berbagai instansi terkait baik dalam bentuk SOP atau PROTAP dan
dilaksanakan secara konsisten.
5. Termasuk dalam unsur mekanisme operasional, adalah pemantapan prosedur penaksiran
kesesuaian dengan standar (conformity assessment procedures) di sektor bangunan & konstruksi
meliputi akreditasi fasilitas uji, sertifikasi dan labelisasi.
6. Terkait dengan pranata, diperlukan peningkatan pengetahuan dan pemahaman substansi standar-
standar melalui kegiatan sosialisasi, penyusunan pedoman teknis, pemberian insentif dan dis-
insentif serta tidak kalah pentingnya adalah melalui jalur pendidikan baik formal maupun non-
formal.
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
Model STPI
drainage kota. Mengingat sekeliling tapak telah tersedia saluran pembuangan kota, maka
untuk efisiensinya saluran pembuangan dibuat menyebar kesekeliling bangunan.
ketidakjelasan sirkulasi serta ketiadaan hirarki sirkulasi. Pola sirkulasi terbagi ke dalam dua
bagian, yaitu:
a. Lalu lintas dan transportasi/sirkulasi kendaraan di sekitar tapak
Analisis meliputi:
Keberadaan moda transportasi yang menuju atau melewati tapak ataupun sebaliknya,
berhubungan dengan kemudahan pencapaian ke dalam suatu kawasan.
Lebar koridor jalan dengan memperhitungkan jumlah jalur dan lajur
Hirarki jalan, terbagi ke dalam beberapa kelas/tipe jalan merupakan hal penting dalam
variasi sirkulasi di suatu wilayah yang didasari oleh besarnya kapasitas jalan dalam
menampung volume kendaraan maupun pedestrian.
Hirarki jalur kendaraan, terbagi kedalam dua bagian, yaitu jalur distribusi (jalur untuk
gerak perpindahan lokasi atau jalan utama) dan jalur akses (jalur yang
menghubungkan jalan utama dengan pintu masuk kawasan)
b. Sirkulasi pejalan kaki
Berupa jalur pedestrian harus dirancang untuk memungkinkan para pejalan kaki bergerak
dengan aman dan nyaman. Hal yang perlu diperhatikan adalah permukaan trotoar yang
stabil dan kuat dengan tekstur relatif rata akan tetapi tidak licin dengan pemakaian ramp
untuk mempermudah aksesibilitas kaum difable. Hal penting lain adalah elemen
penerangan yang disesuaikan dengan intensitas pemakaian, lebar trotoar yang
memungkinkan lalu lintas dua arah serta keberadaan penutup jaringan drainase sehingga
dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pejalan kaki.
c. Kelengkapan sarana dan prasarana penunjang, seperti terminal, tempat parkir, halte,
maupun rambu-rambu lalu lintas.
mengakibatkan efek visual yang kurang baik selain juga mengurangi kenyamanan dalam
berjalan kaki.
g.Vegetasi
Jenis dan pola vegetasi merupakan sumber daya rekreasi, visual dan ekologi yang penting.
Jenis vegetasi setempat berkaitan dengan tanah, mikroiklim, hidrologi dan topografi.
Vegetasi juga berfungsi meningkatkan kualitas lingkungan dengan pembatas fisik,
pengendali iklim, pencegah erosi, habitat satwa, nilai estetis dan kontrol pandangan
(visual control).
Kendaraan
Utilitas
Penerangan
C. Potensi & batasan tapak
a. View dari dan ke luar tapak
b. Tempat daya tarik di dalam tapak
c. Pemandangan melalui tapak
d. Kebisingan
e. Pencemaran udara dan air
D. Kegiatan sosial budaya
Pekerjaan perencanaan dan perancangan ruang luar/pertamanan secara integrated mengacu pada
ruang dalam/luar, pola fungsional dan gaya arsitektur yang telah terbentuk.
Teori mengenai lahan hijau kota menurut Haryoto Kunto :
Pada masa inilah dikenal terminology-terminologi ruang terbuka hijau atau taman antara lain:
Plein, Park, Plantsoen, Stadtsuin, dan juga Boulevard. Dari sekian terminologi di atas, dapat bahwa
ruang terbuka hijau dengan istilah Park-lah yang benar-benar direncanakan sebagai suatu wadah
kegiatan publik dan mempunyai konsep-konsep tersendiri.
Berikut ini adalah teori mengenai lahan hijau kota menurut Haryoto Kunto, dimana secara
sederhana, seringkali orang awam menganggap semua bentuk lahan hijau adalah taman.
Sebenarnya terdapat beberapa tipe dan bentuk lahan hijau, seperti park, plein, platsoen,
stadstuin, dan boulevard (bahasa Belanda).
Berikut ini klasifikasi lahan hijau tersebut :
a. Park
Park adalah sebidang tanah yang dipagari sekelilingnya, yang ditata secara teratur dan artistik,
ditanami pohon lindung, tanaman hias, rumput dan berbagai jenis tanaman bunga. Selain itu
dilengkapi pula jaringan jalan, bangku tempat duduk dan lampu penerangan yang bernilai seni.
Kadang kala Park / taman dilengkapi kolam, tempat berteduh yang disebut Gazebo dan kandang
binatang / unggas serta saluran air yang teratur.
b. Plein
Plein adalah lapangan, lahan datar atau pelataran yang tidak terlalu luas. Biasanya ditumbuhi
rumput, terletak di sekitar bangunan atau gedung dan tanpa jaringan jalan di dalamnya. Terkadang
terdapat satu atau dua pohon lindung.
Lahan hijau ini sering dimanfaatkan untuk kegiatan rekreasi, seperti: kegiatan pramuka,
olahraga, bermain, dan sebagainya.
c. Plantsoen
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
PLantsoen adalah lahan dalam kota yang digunakan sebagai kebun bibit, tempat memelihara
dan membudidayakan berbagai jenis tanaman keras. Lahan hijau ini berfungsi sebagai taman terbuka
yang bisa dikunjungi warga kota.
Jaringan jalan setapak yang terdapat di dalam lahan itu, membuka kesempatan bagi
masyarakat kota untuk berjalan di dalamnya. Bentuk lahan plantsoen umumnya memanjang dan pada
kedua sisinya ditanam pohon besar.
Bentuk lahan plantsoen umumnya memanjang, terkadang menyusuri sungai dan di kedua
sisinya ditanami pohon-pohon besar. Dengan demikian plantsoen dalam kota berfungsi sebagai “jalur
hijau” dan untuk melestarikan lahan sekitar aliran sungai dari kemungkinan erosi dan pembangunan
rumah liar.
d. Stadstuin
Stadstuin adalah kebun bibit milik pemerintah setempat. Tempat persemaian berbagai macam
pohon lindung, jenis tanaman keras, tanaman hias, bunga-bungaan, dan lahan tempat
membudidayakan berbagai jenis rumput.
Stadstuin berbeda dengan plantsoen karena sebagian besar lahannya digunakan untuk
pembibitan tanaman, terutama kebun bunga yang tertutup bagi kalangan umum.
e. Boulevard
Boulevard adalah jalur hijau yang memanjang, menyusuri jalan raya yang lebar. Sederetan
pohon lindung sejenis terdapat pada kedua sisi jalan. Sedangkan di bagian tengah jalan terdapat taman
bunga yang memanjang, membatasi dua jalur terpisah.
Boulevard umumnya terdapat dalam wilayah kota yang baru dibangun, ditandai dengan
trotoar yang lebar dan dilengkapi lampu jalan. Di kota-kota besar Eropa, sepanjang boulevard sering
terdapat toko, café, hotel, perkantoran dan lalu lintas yang ramai. Namun di Indonesia pada sepanjang
boulevard umumnya terdapat bangunan rumah besar dengan pekarangan luas.
FASILITAS PARKIR
A. Penentuan Kebutuhan Parkir
1. Jenis peruntukan kebutuhan parkir sebagai berikut
a. Kegiatan parkir yang tetap
1) Pusat pedagangan
2) Pusat perkantoran swasta atau pemerintahan
3) Pusat pedagangan eceran atau pasar swalayan
4) Pasar
5) Sekolah
6) Tempat rekreasi
7) Hotel dan tempat penginapan
8) Rumah sakit
2. Ukuran kebutuhan ruang parkir pada pusat kegiatan ditentukan sebagai berikut.
a. Berdasarkan hasil studi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
1) Kegiatan parkir yang tetap
a) Pusat perdagangan
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
b) Pusat perkantoran
c) Pasar swalayan
d) Pasar
e) Sekolah/perguruan tinggi
f) Tempat rekreasi
h) Rumah sakit
b. Berdasarkan ukuran ruang parkir yang dibutuhkan yang belum tercakup dalam Butir 2.a.
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
Tabel D-3
UKURAN KEBUTUHAN RUANG PARKIR
Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal kendaraan. Ruang bebas
arah lateral ditetapkan pada saat posisi pintukendaraan dibuka, yang diukur dari ujung terluar pintu ke
badan kendaraan parkir yang ada di sampingnya. Ruang bebas ini diberikan agar tidak terjadi benturan
antara pintu kendaraan dan kendaraan yang parkir di sampingnya pada saat penumpang turun dari
kendaraan. Ruang bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan untuk menghindari benturan
dengan dinding atau kendaraan yang lewat jalur gang (aisle). Jarak bebas arah lateral diambil sebesar
5 cm dan jarak bebas
arah longitudinal sebesar 30 cm.
Tabel D-4
PENENTUAN SATUAN RUANG PARKIR (SRP)
Tabel D-5
LEBAR MINIMUM JALAN LOKAL PRIMER SATU ARAH UNTUK PARKIR PADA BADAN
JALAN
Tabel D-6
LEBAR MINIMUM JALAN LOKAL SEKUNDER SATU ARAH UNTUK PARKIR PADA
BADAN JALAN
Ke
terangan : J = lebar pengurangan ruang manuver (2,5 meter).
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
Tabel D-7
LEBAR MINIMUM JALAN KOLEKTOR SATU ARAH UNTUK PARKIR PADA BADAN JALAN
Keterangan :
A = lebar ruang parkir (M)
B = lebar kaki ruang parkir (M)
C = selisih panjang ruang parkir (M)
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
b. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius kurang dari 500m
Gambar D-18
e. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah keran pemadam kebakaran atau sumber air sejenis
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pintu masuk dan keluar adalah sebagai berikut.
1) Letak jalan masuk/keluar ditempatkan sejauh mungkin dari persimpangan
2) Letak jalan masuk/keluar ditempatkan sedemikian rupa sehingga kemungkinan konflik dengan
pejalan kaki dan yang lain dapat dihindarkan.
3) Letak jalan keluar ditempatkan sedemikian rupa sehingga memberikan jarak pandang yang cukup
saat memasuki arus lalu lintas.
4) Secara teoretis dapat dikatakan bahwa lebar jalan masuk dan keluar (dalam pengertian jumlah
jalur) sebaiknya ditentukan berdasarkan analisis kapasitas.
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
Pada kondisi tertentu kadang ditentukan modul parsial, yaitu sebuah jalur gang hanya menampung
sebuah deretan ruang parkir di salah satu sisinya.
Jenis modul itu hendaknya dihindari sedapat mungkin. Dengan demikian, sebuah taman parkir
merupakan susunan modul yang jumlahnya tergantung pada luas tanah yang tersedia dan lokasi jalan
masuk ataupun keluarnya.
Penampilan ruang dalam dari gedung Gedung TEACHING FACTORY haruslah terlihat ramah,
mengundang serta representatif. Hal ini dapat dihasilkan dengan memperhatikan:
Lay out ruangan yang lapang dan ramah, namun aman ke / dari Luar
Penggunaan elemen-elemen interior yang bermutu dan tahan lama.
Luasan ruang yang mencukupi
Penggunaan koordinasi warna yang sporty.
Pembagian ruangan yang sesuai dengan kebutuhan.
Difable berasal dari bahasa Inggris yaitu “different “ yang artinya berbeda dan “abled” atau “ability”
yang artinya berkemampuan. Jadi difable people dapat diartikan orang yang memiliki kemampuan
berbeda.Secara istilah, difable people adalah setiap orang yang memiliki kelainan fisik dan atau
mental, yang dapat mengganggu atau merupakan hambatan bagi mereka untuk melakukan kegiatan
sebagai layaknya orang normal
Ada beberapa azas dalam aksesibilitas yang harus diperhatikan antara lain (Darmawan, 2009) :
Kemudahan, yaitu semua orang dapat mencapai semua tempat atau bangunan yang bersifat umum
dalam suatu lingkungan.
Kegunaan,yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat atau bengunan yang bersifat
umum dalam suatu lingkungan.
Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan terbangun, harus
memperhatikan keselamatan bagi semua orang.
Kemandirian, yaitu setiap orang harus dapat mencapai, masuk, dan mempergunakan semua tempat
atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang
lain.
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
Pintu
Ramp
Tangga
Kamar Kecil
Wastafel
Rambu
Area parkir
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
PERENCANAAN ARSITEKTUR
Gambar
Lahan dan Bangunan Eksisting (Survai hasil pengukuran)
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
1. Zonasi/Pendaerahan
Pengelompokan kegiatan di dalam tapak rumah sakit akan terbagi atas tingkat
kebutuhan aktifitas yang berkaitan dengan privasi masing-masing bangunan dan ruang
terhadap kegiatan di dalam maupun di luar tapak. Pengelompokan kegiatan tersebut
akan dibagi menjadi beberapa area kelompok kegiatan sebagai berikut :
a. Zona Publik
Merupakan area yang mewadahi kegiatan dalam tapak yang mempunyai tingkat
intensitas kegiatan/interaksi dengan pihak luar relatif tinggi. Kelompok kegiatan
publik ini meliputi :
Instalasi Gawat Darurat;
Instalasi Rawat Jalan dan medical check-up;
Fasilitas Umum;
Diagnostic Center;
Farmasi/Apotek;
Administrasi.
b. Zona Privat
Merupakan area yang mewadahi kegiatan intern dalam tapak dengan tingkat
intensitas kegiatan/interkasi yang terbatas terhadap pihak luar. Kelompok kegiatan
ini meliputi :
Kebidanan dan Anak (Instalasi Maternal – Perinatal);
Instalasi Bedah Sentral;
Instalasi Perawatan Intensif;
Unit Pelayanan Khusus (Jantung, Pembuluh Darah dan lain-lain);
Instalasi Rawat Inap.
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
c. Zona Servis
Merupakan area yang mewadahi kegiatan pelayanan terhadap area publik
maupun privat. Kelompok kegiatan ini meliputi :
Instalasi Gizi/Dapur;
Instalasi Linen/Laundry;
Instalasi Sarana dan Prasarana Rumah Sakit (IPSRS);
Workshop/Gudang;
Insalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL);
Incinerator;
Plant house;
Instalasi Farmasi;
Mortuary/ Kamar jenazah.
d. Zona Penunjang
Merupakan area penunjang terhadap kegiatan rumah sakit serta yang dapat
menjembatani interkasi sosial antara kegiatan di dalam tapak dengan
lingkungan di sekitar tapak.
Masjid;
Asrama perawat;
Play ground;
Lapangan tenis;
Rumah dinas.
USULAN TEKNIS PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
Gambar Zonasi/Pendaerahan
PUBLIC AREA
t
USULAN TEKNIS PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
PRIVATE AREA
SEMrPUBL/C
AREA
+
Pintu masuk utama masuk persis di depan RSUD Cimacan eksisting. Hal ini
dimaksudkan untuk lebih memudahkan akses langsung dari jalan raya dan mudah
untuk mengenali karena terlihat jelas dari jalan raya. Selain itu ada side entrance
yang berada disebelah selatan pintu masuk utama agar tidak terjadi kemacetan
diarea RSUD Cimacan eksisting maupun RSUD Cimacan pengembangan.
Untuk pola sirkulasi kendaraan dalam tapak direncanakan dengan pola searah/linier
serta disediakan jalan lingkar (ring road) yang dapat mencapai masing-masing
bangunan yang direncanakan dengan mudah. Seperti yang tertera dalam gambar, pola
sirkulasi tersebut dapat dijelaskan di bawah ini :
a. Pintu masuk utama yang memudahkan pengguna jalan menuju masing- masing
kegiatan/area dalam tapak;
b. Pintu masuk khusus untuk Ambulans atau pengunjung menuju Instalasi
Gawat Darurat;
c. Aksesibilitas untuk kendaraan servis melalui side entrance;
d. Akses kendaraan ambulans menuju pool kendaraan dan kamar
mayat/Instalasi Pemulasaran Jenasah juga melalui side entrance.
USULAN TEKNIS PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
·--+ + + +
+ ·--f..
+ ·--+ +
+ ·--+ N + + +
+ ·--+
W*E
s + + +
·-·+ + + +
·-·+ t + + t + + + +
i i i i
I • I
• i
I
i
I
i
I ! i
I
J
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
Perletakan masa sesuai kontur tersebut di atas akan membentuk suatu simpul atau titik
orientasi yang berfungsi sebagai pusat orientasi dari massa-massa bangunan yang
direncanakan. Pusat orientasi ini pada tapak akan ditentukan dengan menempatkan
hirarki dari bangunan yang membentuk suatu ruang terbuka/inner court yang berfungsi
juga sebagai ”paru-paru” bangunan dalam tapak untuk mendapatkan sinar matahari
dan matahari udara bersih serta pemandangan yang baik pada bangunan di
sekelilingnya.
Penggunaan elevator/ lift pada bangunan pada situasi bencana akan berhenti
pada lantai terdekat, dan diarahkan untuk menuju pintu keluar/ tangga
darurat lain.
Pengaturan jalur evakuasi pada setiap lantai bangunan ke titik-titik tangga
darurat atau pintu darurat yang langsung berhubungan ke luar ruangan.
Jalur sirkulasi di luar bangunan tidak boleh membingungkan, diatur
dengan menggunakan signage/ rambu-rambu yang mengarahkan pedestrian
ke muster point (tempat berkumpul) yang selanjutnya pedestrian dievakuasi
ke tempat aman lainnya.
USULAN TEKNIS PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
PERENCANAAN BANGUNAN
Bentuk Bangunan Dan Facade
Bentuk bangunan direncanakan menggunakan bentuk-bentuk geometris (persegi panjang)
yang sesuai dengan efisiensi dan efektifitas ruang dalam.
Tampilan Fisik
USULAN TEKNIS PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
USULAN TEKNIS PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
USULAN TEKNIS PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
USULAN TEKNIS PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
Program Ruang
Ruang-ruang yang dibutuhkan dan diimplementasikan dalam Program Ruang
RSUD Cimacan disusun berdasarkan masukan dan diskusi dari setiap instalasi
dan SMF yang lebih memahami kebutuhan ruang di masing- masing unit
kegiatannya. Selain itu juga disusun berdasarkan analisis program fungsi untuk
mengoptimalkan pelayanan. Program Ruang di setiap instalasi dan SMF dapat dilihat
pada Tabel 7.1.
USULAN
PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP RSUD CIMACAN
TEKNIS
LUASAN
NAMA GEDUNG LANTAI (M²)
LG : RADIOLOGI
GF : LABORATORIUM 2.332,8
LV1 : INSTALASI BEDAH SENTRAL
C2 LG2 : LAUNDRY
LG1: INSTALASI GIZI & GENERAL STORAGE
LG : FARMASI 3.645,00
GF : CSSD
LV1 : ICU/ICCU/PICU
CD LG2 : SUNGAI
LG1 : RAMP & SERVICE HALL
LG : RAMP & IDEM
GF : RAMP & JEMBATAN 2.800,00
LV1 : RAMP & JEMBATAN
LV2 : PLENUM/MEP
LV3 : HELIPAD
D LG1 : MAIN LOBBY & RUANG TUNGGU
LG : MAIN LOBBY & RUANG TUNGGU
GF : MAIN LOBBY & RUANG TUNGGU 921,60
LV1 : MAIN LOBBY & RUANG TUNGGU
D1 LG : IRNA KELAS 3
GF : IRNA KELAS 3 1.312,20
LV1 : IRNA KELAS 3
D2 LG2 : IRNA KELAS 2
LG1 : IRNA KELAS 2
LG : IRNA KELAS 2 3.645,00
GF : IRNA KELAS 1
LV1 : IRNA VIP/VVIP
E LG1 : MORTUARY 516,00
F LG2 : MASJID 324,00
G LG2 : RUANG ENTERTAINMENT/OR
RUANG JAGA ASRAMA 3.280,00
LG1 : R. ADMINISTRASI
LUASAN
NAMA GEDUNG LANTAI (M²)
R. BERSAMA
GF : AULA
G1 LG1 : ASRAMA WANITA 774,00
GF : GUEST HOUSE
G2 LG1 : ASRAMA PRIA 774,00
GF : R. PENDIDIKAN
H LAPANGAN TENIS 1.485,00
H1 R GANTI 144,00
I PLAYGROUND/TAMAN TERTATA 703,84
J PERUMAHAN DINAS 4 KAVLING/4 UNIT 96,00
SELASAR SELASAR 1 159,57
SELASAR 2 16,40
SELASAR 3 20,23
SELASAR 4 203,08
SELASAR 5 83,31
SELASAR 6 110,06
JALAN PARKIR 5.427,60
= 31,6 %
Koefisien Lantai Bangunan
Luas Lantai Terbangun
KLB =
Luas Tapak
= 0,9
3. KLB
(Koefisien Lantai 0,9
Bangunan)
4. Luas Lantai
Terbangun GFA 2
29.568,65 m
(KLB 0,6)
5. Ketinggian 12 m 12 m .
Bangunan
2. Eksterior
Bangunan : Perkerasan/Hardscape
Dingding Bata/Celcon block Retaining wall Batu Alam
Cat Weather Shield Pedestrian :
Stone Clodding (Batu Alam) Rabat Beton
Kaca : Koral Sikat
Clear Float Glass Batu Alam
Patterned Glass Perkerasan Jalan :
Sand Blasted Glass Aspal
Tempered Glass Paving Block
Kusen Alumunium/PVC Power Coating Kanstin
Atap Genteng metal/Struktur baja ringan nstin
Modul Struktur
RAWAT INAP 6M
TOILET
2M 4M
6m
6m
3m
9m
6m
6m