Segi Segi Kemukjizatan Alquran

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Alquran yang diyakini oleh umat Islam sebagai firman Allah, harus dapat membuktikan diri

sebagai wahyu dari Allah, bukan buatan Nabi Muhammad, sebagaimana yang dituduhkan oleh
orang-orang kafir Qurays. Hanya dengan kekuatannya sendiri, Alquran akan mampu mengatasi
dan mengalahkan orang-orang yang akan menandinginya, bahkan akan mampu mempertahankan
keasliannya sepanjang zaman. Pembuktian ini sangat penting agar manusia yang meyakini kebenaran
Alquran semakin mantap imannya dan tidak meragukan sedikit pun kebenaran Alquran. Bagi
yang meragukan kebenaran Alquran, tentu akan berusaha menantangnya dengan berbagai cara
dan usaha. Namun demikian, dengan kemukjizatan Alquran, usaha apapun yang dilakukan oleh
orang-orang yang meragukan kebenarannya, akan berakhir dengan kegagalan.

Apabila dikatakan bahwa Alquran memiliki kemukjizatan, atau Alquran itu sendiri adalah
mukjizat, tentu tidak dapat diterima begitu saja sebelum diteliti dan dikaji kemukjizatannya. Sebagai
kitab suci, pernyataan-pernyataan Alquran sangat menakjubkan karena pernyataan-
pernyataannya tersebut berada di luar jangkauan pikiran manusia. Alquran sebagai pegangan
hidup umat Islam, tidak berlaku untuk satu zaman tertentu saja, melainkan berlaku untuk
sepanjang zaman. Inilah antara lain kemukjizatan Alquran yang selalu dapat dipertahankan
keasliannya dan kesesuaiannya dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, jika tidak mampu
menunjukkan kemukjizatannya, pada akhirnya Alquran akan ditinggalkan oleh penganutnya. Para
ilmuan Islam, baik ilmuan klasik maupun ilmuan Islam modern, telah banyak berbicara tentang
kemukjizatan Alquran. Di antara sebagai berikut :

KEMUKJIZATAN DARI SEGI KEBAHASAAN


Setiap nabi yang diutus, senantiasa disesuaikan dengan keahlian masyarakatnya. Menurut
Shihab (1997:111), hal ini karena suatu keistimewaan baru dapat menjadi bukti bila aspek yang
dikemukakan dapat dimengerti oleh mereka yang ditantang; dan bahwa bukti tersebut, akan
semakin membungkamkan bila aspek tantangan dimaksud menyangkut sesuatu yang dinilai
sebagai keunggulan yang ditantang.
Alquran diturunkan dalam bahasa Arab karena masyarakat yang pertama kali diberitahu
tentang Alquran menggunakan bahasa Arab dalam berkomunikasi. Walaupun demikian, Alquran
secara tegas menyatakan bahwa Alquran bukan semata-mata untuk orang-orang Arab, melainkan
untuk seluruh alam.
Alquran pertama kali berinteraksi dengan masyarakat Arab pada masa Nabi Muhammad.
Keahlian mereka adalah bahasa Arab dan sastra Arab. Di mana-mana terjadi musabakah (perlombaan)
dalam menyusun syair atau khutbah, petuah, dan nasihat. Syair-syair yang dinilai indah,
digantung di ka’bah, sebagai penghormatan kepada penggubahnya sekaligus untuk
dinikmati oleh yang melihat atau membacanya.
Penyair mendapat kedudukan yang istimewa dalam masyarakat Arab. Mereka dinilai
sebagai pembela kaumnya. Dengan syair dan gubahan mereka reputasi suatu kaum atau seseorang
dan juga—sebaliknya—dapat menjatuhkannya.
Karena alasan inilah, Alquran memiliki gaya bahasa yang khas yang tidak dapat ditiru
oleh para sastrawan Arab, karena susunannya yang indah yang berlainan dengan setiap susunan dalam
bahasa Arab. Mereka menyaksikan Alquran memakai bahasa dan lafal mereka, tetapi Alquran
bukan puisi, prosa atau syair dan mereka tidak mempu membuat yang seperti itu (meniru
Alquran). Termasuk kesulitan seseorang, sebagaimana dikemukakan oleh (Al-Munawwar,
2002:33) ialah menundukkan seluruh kata dalam suatu bahasa, untuk setiap makna dan imajinasi
yang digambarkannya.
Sementara itu, Alquran tidak berbicara dengan sebuah kata kecualisejalan dengan makna
yang dikehendaki dan pada tingkat kedalaman paling tinggi. Ketika merenungkan sebuah ayat
yang menjelaskan cara menciptakan alam, misalnya dengan dasar sistem yang teratur dan
peraturan yang tidak bertentangan satu dengan yang lain dan tidak rusak, maka ayat tersebut
menjelaskan makna tersebut dengan fenomena gerak yang dapat dirasakan, yang berputar di
depan kedua mata Anda sendiri, seakan-akan sedang berada di hadapan laboratorium dengan
bergerak sangat cepat pada sistem yang berkelanjutan.

KEMUKJIZATAN DARI SEGI PERISTIWA MASA LALU


Tentag Jasad Fir’aun yang Diselamatkan Kemukjizatan Alquran tentang peristiwa masa
lalu, dapat ditemukan pada kemampuan Alquran mengungkap peristiwa masa lalu. Misalnya,
peristiwa tenggelamnya Fir’aun. Alquran menyatakan bahwa tubuh Fir’aun diselamatkan dalam
arti tidak hancur karena akan menjadi pelajaran bagi umat manusia. Allah swt. berfirman dalam Q.S
Yûnus [10]:90-92 :

{‫ق َقا َل آ َم ْنتُ أَنَّهُ اَل إِلَهَ إِال الَّ ِذي آ َمنَتْ بِ ِه‬ ُ ‫س َرائِي َل ا ْلبَ ْح َر فَأ َ ْتبَ َع ُه ْم فِ ْرع َْونُ َو ُجنُو ُدهُ بَ ْغيًا َو َع ْد ًوا َحتَّى إِ َذا أَد َْر َكهُ ا ْل َغ َر‬
ْ ِ‫او ْزنَا ِببَنِي إ‬
َ ‫َو َج‬
ََ‫) فَا ْليَ ْو َم نُنَ ِّجيكَ بِبَ َدنِ َك لِتَ ُكونَ لِ َمنْ َخ ْلفك‬91( َ‫س ِدين‬ ْ ْ ْ ُ َ
ِ ‫صيْتَ ق ْب ُل َوكنتَ ِمنَ ال ُمف‬ َ
َ ‫) آآلنَ َوق ْد َع‬90( َ‫سلِ ِمين‬ ْ َ َ
ْ ‫س َرائِي َل َوأنا ِمنَ ال ُم‬ ْ ِ‫بَنُو إ‬
92 َ‫س عَنْ آيَاتِنَا لَ َغافِلُون‬ ِ ‫)آيَةً َوإِنَّ َكثِي ًرا ِمنَ النَّا‬
Terjemahnya :
“Dan kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut. Mereka pun diikuti oleh Fir’aun dan
tentaranya, karena mereka hendak menganiaya dan menindas (Bani Israil). Ketika Fir’aun telah
hampir tenggelam, berkatalah dia, “Saya percaya bahwa tidakada tuhan melainkan Tuhan yang
disembah oleh Bani Israil dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya).”
(Allah menyambut ucapan Fir’aun ini dengan berfirman), “Apakah sekarang (baru kamu
percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan hari ini Kami selamatkan
badanmu, supaya kamu menjadi pelajaran bagi (generasi) yang akan datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami”.

Farid (1987) menyatakan bahwa sangat menarik perhatian kita hanya Alquran dari semua
kitab keagamaan dan buku-buku sejarah Bahkan terbukti kebenarannya setelah lewat dari 3000
tahun mayat Fir’aun ditemukan kembali. Tubuh Fir’aun ditemukan pada tanggal 6 Juli 1879 M.
dan tersimpan dalam keadaan terpelihara di Mesium di Kairo.
Tentang Kaum ‘Âd dan Thâmûd serta Kehancuran Kota Iram Kaum ‘Âd dan Thâmûd
adalah kaum yang kepadanya diutus Nabi Saleh dan Nabi Hud. Kedua kaum ini dibinasakan
oleh Allah swt. dengan gempa dan angin ribut yang sangat dingin lagi kencang. Peristiwa ini
diabadikan dalam Q.S Al-Haqqah [69]:4-7, sebagai berikut:

Terjemahnya:
Kaum Tsamud dan Ad telah mendustakan hari kiamat (4) Adapun Tsamud, maka mereka telah
dibinasakan dengan kejadian luar biasa (petir dan suaranya yang menghancurkan) (5)
sedangkan kaum Ad telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi kencang (6) Allah
menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari secara terus-
menerus, maka kamu melihat kaum Ad ketika itu, mati bergelimpangan bagaikan tunggul-
tunggul pohon kurma yang
telah kosong (lapuk) (7)
Di ayat lain, dikemukakan bahwa kaum ‘Âd memiliki kemampuan yang luar biasa
sehingga telah membangun kota Iram dengan tiang-tiang yang tinggi dan belum pernah dibangun di negeri
lain sehebat dan seindah kota itu sebelumnya. Perhatikan informasi
Q.S Al-Fajr [89]:6-9 berikut ini:

Terjemahnya:
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum Ad (6) yaitu
penduduk Iram yang mempunyai bagunan-bagunan yang tinggi (7) yang belum pernah
dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain (8) dan kaum Tsamud yang memotong
batu-batu besar di lembah (9).

Shihab(1997: 198) mengemukakan bahwa pada tahun 1834 ditemukan di dalam tanah yang
berlokasi di Hisn al-Guhrab dekat kota Aden di Yaman-sebuah naskah bertuliskan aksara lama
Arab (Hymarite) yang menunjukkan nama Nabi Hud. Dalam naskah itu, menurut Shihab, semutara ladi
tertulis, “Kami memerintah dengan menggunakan hukum Hud ”. Selanjutnya, pada tahun 1964-
1969 dilakukan penggalian arkeologis, dan dari hasil analisis, pada tahun 1980 dimenemukan
infromasi dari salah satu lempeng tentang adanya kota yang disebut Samûtu , 'Iklan dan Iram .
Prof. Pattinato mengidentifikasikan nama-nama tersebut dengan nama-nama yang disebut pada
surah Al-Fajr di atas.

KEMUKZITAN ALQURAN PADA MSEBAGAI YANG AKAN DATANG


Kemenangan Kerajaan Bizantiun terhadap Kerajaan Persia
Di dalam Alquran, terdapat beberapa ayat yang seni sesuatu yang akan terjadi pada masa
yang akan datang. Dsaya juga anak-anak ayat-ayat yang Berbicara tentang kemenangan Kerajaan
Bizantiun terhadap Kerajaan Persia, tentang kemenangan para sahabat Nabi Muhammad dalam
perang Badar dan tentang masuknya nabi dan para pengikutnya ke dalam Masjidil Haram.
Semua prediksi itu terbukti benar. Tentang kemenangan Kerajaan BIzantiun terhadap Kerajasebuah Persia,
dapat dilihat dalam QS Al-Rûm [30]: 1-5:

Terjemahnya:
Alif Lâm Mîm (1) telahdikalahkan bangsa Romawi (2) di negeri yang terdekat; dan mereka
setelah dikalahkan itu akanmenang (3) dalam beberapa tahun (antara tiga sampai sembilan
tahun). Bagi Allah ketetapan urusan sebelum dan sesudah (mereka menang), dan di hari
(kemenangan ) itu orang-orang Mukmin bergembira (4) karena pertolongan Allah. Allah
menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Penyayang (5).
Prediksi Alquran yang dipandang sebagai kebenaran Alquran tentang peristiwa yang akan
datang, dapat dilihat dari kemenangan kembali Kerajaan Romawi dalam pertempuran
melawan Kerajaan Persia. Pada tahun 602 M. Kisra II sebagai Kaisar Kearjaan Persia, tidak lama
sebelum Nabi Muhammad dilantik menjadi rasul, menyerang Kerajaan Romawi di mana laskar Romawi
digilas habis oleh laskar Persia. Namun setelah itu, dunia Kristen bangkit membantu Romawi dan hanya dalam
waktu sembilan tahun dari kekalahannya, Romawi berhasil kembali menghancurkan Kerajaan
Persia, yang mana kemenangan mutlak Romawi tercapai pada tahun 627 M. Setelah Kisra II
dibunuh oleh anak kandungknya sendiri. Ayat tersebut turun pada tahun 616 M. ketika
Rasulullah berhijrah ke Madinah, yaitu 7 tahun setelah sudah ramalan Alquran (Farid, 1987:
768); Al-Munawwar, 2002:38).

Tentang Kemenangan Umat Islam dalam Perang Badar


Tentang kemenangan umat Islam dalam perang Badar, Alquran surah Al-Qamar [54]: 44-
46 berikut :

Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan
sebenarnya (yaitu) bahwa Sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil haram, insya Allah
dalam Keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu
tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia
memberikansebelum itu kemenangan yang dekat.

Menurut Ibn ‘Abbâs dalam Haytû (1989:16), ayat ini telah diwahyukan kepada Nabi
Muhammad di Mekah tujuh tahun sebelum perang Badar terjadi . Pada masa turunnya
wahyu, jumlah umat Islam sangat sedikit. Mereka diperlakukan secara kejam oleh kaum kafir.
Mereka ditekan bukan saja dalam hal perekonomian, tetapi juga hal perlakuan pisik. Banyak di
antara mereka yang dibaikot melakukan perdagangan; banyak pula yang diperlakukan secara
kejam. Bahkan banyak yang dibunuh secara sadis.
Memperhatikan situasi ini, Nabi mengatakan kepada kaum kafir: “Sungguh-
sungguh, saya akan dating untuk membunuh kalian“. Selanjutnya, Allah mewahyukan kepada
Muhammad ayat tersebut di atas, Ibn Abî Hâtim memberikan informasi kepada kita bahwa ‘Ikrima
melaporkan bahwa ketika ayat tersebut diwahyukan, ‘Umar berkata: “kelompok mana yang akan
dikalahkan?” ‘Umar selajutnya ketika perang Badar terjadi, saya melihat nabi mengenakan
terompah sambil membaca ayat tersebut.

Tentang Masuknya Nabi dan Para Sahabat ke Mekah


Adapun tentang masuknya nabi dan para sahabat ke Mekah, Alquran surah Al-Fath
[48]:27 menyebutkan:
Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan
sebenarnya (yaitu) bahwa Sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil haram, insya Allah
dalam Keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu
tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan
sebelum itu kemenangan yang dekat.

Ayat ini menginformasikan bahwa sebelum nabi berangkat ke Medina untuk perjanjian
Hudaibiyah pada pada tahun ke-6 Hijriah, ia telah bermimpi bahwa ia dan para sahabatnya, akan
memasuki Mekah dengan aman. Ketika para sahabat mendengar hal ini, mereka sangat senang,
dan percaya bahwa mereka akan mencapai Mekah pada tahun itu. Akan tetapi, ketika mereka
kembali dari pembicaraan perdamaian Hudaibiyah antara nabi sebagai wakil dari kaum
Muslimin, dan Suhayl ibn ‘Amr sebagai wakil dari kaum Quraisy, pejanjian tersebut menjadikan
beberapa orang dari kaum Muslimin tidak senang. Oleh karena itu, ‘Umar mendatangi Abû Bakr
dan yang lainnya untuk menanyakan alasan-alasan kesepakatan itu yang menurut dia, memuat
persyaratan-persyaratan yang tidak disetujui oleh Islam dan kaum Muslimin.
Abû Bakr kemudian berkata kepada: “Apakah nabi memberitahukan kamu bahwa kamu
akan memasuki Mekah tahun ini ? ‘Umar menjawab, “Tidak”. Abû Bakr menjawab, Sungguh, kamu
akan memasuki Mekah dan akan melakukan tawaf di sana (Hawmad, 1986:500). Sekarang kita
mengetahui bahwa bulan Zulkaidah tahun itu, mimpi nabi masuk ke Mekah akhirnya menjadi kenyataan
(Al-Tabârî, 1977:636). Ketiga contoh kebenaran informasi Alquran tentang peristiwa yang akan terjadi
pada masa yang akan datang, menunjukkan bahwa Alquran adalah wahyu dari Allah swt.

Anda mungkin juga menyukai