Pandu An Status Klin Is Fisio Te Rap I
Pandu An Status Klin Is Fisio Te Rap I
Pandu An Status Klin Is Fisio Te Rap I
Tim Editor:
Rosintan M. Napitupulu, AMd.Ft., SKM., MKM
Novlinda S. A. Manurung, SSt.Ft., S.Ft., M.M
Sumber Sampul Buku : Dutton, 2012; Kisner dan Colby, 2012, Anderson, 2009
Layout dan Sampul: Hapsoro Adiyanto (Team BFS Medika)
Kata Pengantar
P
uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas penyertaan-
Nya sehingga buku Panduan Status Klinis Fisioterapi
“Dokumentasi Proses Fisioterapi” dapat terselesaikan.
Buku ini merupakan panduan penulisan status klinis yang mengacu
pada proses fisioterapi. Perkembangan keilmuan yang semakin
cepat, perlu diimbangi dengan filosofi praktik fisioterapi yang sesuai
serta pendokumentasian yang lengkap dan sistematis. Buku ini
disusun semata-mata untuk mempersiapkan mahasiswa fisioterapi
sebelum melakukan praktik belajar di klinik atau biasa disebut
praktik komprehensif. Selain itu, buku ini juga menjadi penyambung
komunikasi antara pendidik dengan praktisi fisioterapi.
Proses fisioterapi dari mulai asesmen, diagnosis, perencanaan
program fisioterapi, pelaksanaan program, lalu evaluasi adalah hal
yang tidak boleh hilang dalam praktik fisioterapi. Dengan buku ini,
dokumentasi proses fisioterapi menjadi baku, tepat, terstruktur dan
bertanggung jawab.
Buku ini merupakan karya dari dosen-dosen Program Studi
fisioterapi Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia. Para dosen
yang juga merupakan praktisi pada masing-masing spektrum
pelayanan fisioterapi, dan anggota dari perhimpunan fisioterapi di
Kata Pengantar 3
3
Indonesia menyusun dengan sepenuh hati agar mahasiswa juga
praktisi/klinisi fisioterapi mempunyai pemahaman yang sama dalam
dokumentasi proses fisioterapi.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Buku ini adalah edisi
pertama, kami sangat mengharapkan masukan, komentar juga saran
yang baik demi penyempurnaan buku ini agar senantiasa mengikuti
perkembangan Ipteks.
F
isioterapi sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan,
memiliki peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
individu dan/atau kelompok masyarakat yang berkaitan dengan
gangguan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan.
Peran ini ditransformasikan sejak dini kepada mahasiswa fisioterapi
melalui pengalaman dan proses pembelajaran selama masa kuliah
dalam bentuk teori maupun praktik.
Buku Panduan Status Klinis Fisioterapi “Dokumentasi Proses
Fisioterapi” sebagai salah satu media pembelajaran bagi mahasiswa
fisioterapi, diharapkan dapat memberikan gambaran secara
komprehensif dan integratif tentang proses pelayanan fisioterapi
yang diberikan kepada pasien/klien. Buku ini ditulis oleh dosen-
dosen Program Studi Fisioterapi Fakultas Vokasi Universitas Kristen
Indonesia (UKI) yang sekaligus adalah praktisi/klinisi fisioterapi sesuai
konsentrasi dan peminatannya masing-masing. Buku ini juga dibuat
secara sederhana agar mudah dimengerti oleh mahasiswa dimana
memuat proses pelayanan fisioterapi yang terdiri dari fisioterapi
muskuloskeletal, fisioterapi neuromuskuler, fisioterapi kardiorespirasi,
fisioterapi olahraga, dan fisioterapi pediatri.
Kata Pengantar 3
Sambutan Dekan Fakultas Vokasi 5
Daftar Isi 7
BAB 1
PENDAHULUAN 9
A. Latar Belakang 9
B. Tujuan Panduan 14
BAB 2
STATUS KLINIS FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL 15
A. Pendahuluan 15
B. Panduan Penulisan Status Klinis Fisioterapi
Muskuloskeletal 16
C. Format Status Klinis Muskuloskeletal 24
D. Contoh Penerapan Status Klinis dalam Kasus
Muskuloskeletal 35
BAB 3
STATUS KLINIS FISIOTERAPI NEUROMUSKULER 49
A. Pendahuluan 49
B. Panduan Penulisan Status Klinis Fisioterapi
Neuromuskuler 50
C. Format Status Klinis Neuromuskuler 62
Daftar Isi 7
7
D. Contoh Penerapan Status Klinis dalam Kasus
Neuromuskuler 69
BAB 4
STATUS KLINIS FISIOTERAPI KARDIORESPIRASI 87
A. Pendahuluan 87
B. Panduan Penulisan Status Klinis Fisioterapi
Kardiorespirasi 88
C. Format Status Klinis Kardiorespirasi 95
D. Contoh Penerapan Status Klinis dalam Kasus
Kardiorespirasi 101
BAB 5
STATUS KLINIS FISIOTERAPI OLAHRAGA 109
A. Pendahuluan 109
B. Panduan Penulisan Status Klinis Fisioterapi Olahraga 110
C. Format Status Klinis Olahraga 119
D. Contoh Penerapan Status Klinis dalam Kasus Cedera
Olahraga 127
E. Penutup 135
BAB 6
STATUS KLINIS FISIOTERAPI PEDIATRI 137
A. Pendahuluan 137
B. Panduan Penulisan Status Klinis Fisioterapi Pediatri 138
C. Format Status Klinis Pediatri 158
D. Contoh Penerapan Status Klinis dalam Kasus Pediatri 167
BAB 7
PENUTUP 181
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan
kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan,
memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang
rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara
manual, peningkatan gerak, peralatan (physics, elektroterapeutis dan
mekanis) pelatihan fungsi, dan komunikasi (PMK 65 tahun 2015).
Pada pelayanan kesehatan, fisioterapis berperan dalam
pelayanan pasien dengan berbagai spektrum pelayanan fisioterapi
yaitu gangguan neuromuskuler, musculoskeletal, kardiorespirasi,
serta gangguan gerak dan fungsi tubuh lainnya. Fisioterapis juga
berperan dalam pelayanan khusus dan kompleks, serta tidak
terbatas pada area rawat inap, rawat jalan, rawat intensif, klinik
tumbuh kembang anak, klinik geriatri, unit stroke, klinik olahraga,
dan/atau rehabilitasi.
Pada pelayanan fisioterapi muskuloskeletal, fisioterapis
melayani kondisi-kondisi kesehatan antara lain orthopaedic, cedera
olahraga melalui pendekatan/intervensi joint manipulation/
mobilization, soft tissue manipulative, splinting/alat bantu, dan
Pendahuluan 9
9
exercise therapy serta electro therapy. Pelayanan fisioterapi
neuromuskuler antara lain pada kasus neurologi dan tumbuh
kembang (anak/geriatri), melalui pendekatan antara lain bobath,
proprioceptive neuromuscular facilitation, feldenkraise, tickle
manuver cough for cerebral palsy, neurodevelopment treatment dan
lainnya Selanjutnya, pelayanan fisioterapi kardiovaskulopulmonal
antara lain jantung, paru, dan intensive care, melalui pendekatan
antara lain manual lymphatic drain vein, muscle energy technique,
basic cardiac life support, dan berbagai terapi latihan baik individu
maupun kelompok (seperti senam astma, senam stroke).
Di dalam pelakasanaan pelayanan fisioterapi, fisioterapis
harus berfokus pada pasien melalui alur yang dapat diakses secara
langsung ataupun melalui rujukan tenaga kesehatan lain maupun
sesama fisioterapis.
Setiap pelayanan fisioterapi, fisioterapis memiliki proses
fisioterapi yang harus didokumentasikan dalam status klinis.
Walaupun berbeda-beda spektrum pelayanan namun fisioterapis
mempunyai panduan umum dalam melaksanakan proses
fisioterapi. Proses fisioterapi pada pasien merupakan proses siklus
kontinyu dan bersifat dinamis yang dilakukan oleh fisioterapis
yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan, diintergrasikan dan
dikoordinasikan dengan pelayanan lain yang terkait melalui rekam
medik, sistem informasi dan sistem komunikasi yang efektif. Secara
umum, berikut adalah proses fisioterapi yang berlaku di semua
spektrum pelayanan fisioterapi.
1. Asesmen
Assesmen fisioterapi diarahkan pada diagnosis fisioterapi,
terdiri dari pemeriksaan dan evaluasi yang sekurang-kurangnya
memuat data anamnesa yang meliputi identitas umum, telaah
sistemik, riwayat keluhan, dan pemeriksaan (uji dan pengukuran)
impairment, activities limitation, participation restrictions,
termasuk pemeriksaan nyeri, risiko jatuh, pemeriksaan
Pendahuluan 11
11
r. Kebutuhan prostetik
s. Lingkup gerak sendi (LGS), termasuk panjang otot
t. Integritas refleks
u. Pemeliharaan diri dan penatalaksanaan rumah tangga
(termasuk ADL dan IADL).
v. Integritas sensoris
w. Ventilasi dan respirasi
x. Pekerjaan, sekolah, rekreasi dan kegiatan kemasyarakatan
serta integrasi atau reintegrasi leisure (termasuk IADL).
y. Hasil assesmen dituliskan pada lembar rekam medik
pasien/klien baik pada lembar rekam medik terintegrasi
dan/atau pada lembar kajian khusus fisioterapi.
2. Penegakan Diagnosis
Diagnosis fisioterapi adalah suatu pernyataan yang
mengambarkan keadaan multi dimensi pasien/klien
yang dihasilkan melalui analisis dan sintesis dari hasil
pemeriksaan dan pertimbangan klinis fisioterapi, yang dapat
menunjukkan adanya disfungsi gerak/potensi disfungsi gerak
mencakup gangguan/kelemahan fungsi tubuh, struktur
tubuh, keterbatasan aktifitas dan hambatan bermasyarakat.
Diagnosis fisioterapi berupa adanya gangguan dan/atau
potensi gangguan gerak dan fungsi tubuh, gangguan
struktur dan fungsi, keterbatasan aktifitas fungsional dan
hambatan partisipasi, kendala lingkungan dan faktor personal,
berdasarkan International Classification of Functioning,
Disability and Health (ICF) atau berkaitan dengan masalah
kesehatan sebagaimana tertuang pada International
Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problem (ICD-10). Diagnosis fisioterapi dituliskan pada
lembar rekam medik pasien baik pada lembar rekam medik
terintegrasi dan/atau pada lembar kajian khusus fisioterapi.
4. Intervensi
Intervensi fisioterapi berbasis bukti mengutamakan
keselamatan pasien/klien, dilakukan berdasarkan program
perencanaan intervensi dan dapat dimodifikasi setelah
dilakukan evaluasi serta pertimbangan teknis dengan melalui
persetujuan pasien/klien dan/atau keluarganya terlebih
dahulu. Semua bentuk intervensi termasuk dan tidak terbatas
pada teknologi fisioterapi dibuatkan kebijakan dalam bentuk
prosedur baku yang ditandatangani dan disahkan oleh
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan atau fisioterapis sendiri
untuk praktik mandiri. Intervensi khusus berupa manipulasi/
massage mempertimbangkan hak dan kenyamanan pasien/
klien dan keluarganya, dilakukan secara etik dengan fasilitas
dan ruangan yang memadai. Ukuran keberhasilan intervensi
fisioterapi memiliki bahasa yang sama sehingga memberikan
dasar untuk membandingkan hasil yang berkaitan dengan
pendekatan intervensi yang berbeda. Komponen ukuran
keberhasilan intervensi berupa kemampuan fungsi termasuk
Pendahuluan 13
13
fungsi tubuh dan struktur, aktivitas, dan partisipasi, mengacu
pada diagnosis fisioterapi.
5. Evaluasi/Re-Evaluasi
Dilakukan oleh fisioterapis sesuai tujuan perencanaan
intervensi, dapat berupa kesimpulan, termasuk dan tidak
terbatas pada rencana penghentian program atau merujuk
pada dokter/profesional lain yang terkait. Kewenangan
melakukan evaluasi/re-evaluasi diberikan berdasarkan
hasil kredensial fisioterapi yang ditetapkan oleh pimpinan
fisioterapis.
Fisioterapis harus memperhatikan pentingnya dokumentasi
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam pelayanan
fisioterapi yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pelayanan fisioterapi didukung lembar rekam medik fisioterapi
dan formulir lain yang diangggap perlu. Seluruh proses
fisioterapi didokumentasikan pada lembar rekam medik
pasien/klien baik pada lembar rekam medik terintegrasi
dan/atau pada lembar kajian khusus fisioterapis, serta dapat
diakses oleh profesional kesehatan lain yang terkait.
B. Tujuan Panduan
Buku panduan ini bertujuan untuk melatih mahasiswa
fisioterapi dalam dokumentasi proses fisioterapi selama di
kampus. Kemudian, buku panduan ini dapat digunakan pada
praktisi fisioterapi yang bekerja pada semua spektrum pelayanan
fisioterapi, sehingga proses fisioterapi terus dilakukan dengan
baik, sesuai dengan aturan dan mengimplementasikan apa yang
diajarkan pengajar/dosen fisioterapi di kampus.
Dengan demikian, baik calon fisioterapis (mahasiswa di
kampus maupun sedang praktik lapangan) dapat mempunyai
pemahaman dan cara yang sama dalam melaksanakan proses
fisioterapi dan pendokumentasian proses fisioterapi.
A. Pendahuluan
Pemeriksaan fisioterapi yang dilakukan pada pasien/klien
bertujuan untuk mencari data tentang gejala dan ciri-ciri keadaan
sakit (keadaan patologi) dan problematik yang ditimbulkannya
(direct and indirect) terhadap gangguan gerak dan fungsi tubuh.
Pemeriksaan pada kondisi muskuloskeletal memiliki pokok
kajian yang khusus tentang gerak yaitu struktur/jaringan yang
bergerak disebut tulang, tempat terjadi gerakan disebut sendi,
struktur/jaringan yang menggerakan disebut otot, struktur
yang memperkuat dan menstabilkan persendian disebut
kapsuloligamenter, serta jaringan lunak lain di sekitar sendi
(bursa dan kulit). Sistematika pemeriksaan muskuloskeletal dalam
proses pembelajaran mahasiswa meliputi pemeriksaan fisioterapi
secara umum dan pemeriksaan yang mengacu pada bidang kajian
muskuloskeletal serta pemeriksaan-pemeriksaan spesifik atau
tes-tes khusus sesuai kasus atau kondisi patologis dan didukung
oleh pemeriksaan medis lain yang relevan. Dengan demikian,
proses fisioterapi selanjutnya dapat dilakukan mahasiswa secara
sistematis sesuai format dan aturan yang telah ditetapkan.
A. Pendahuluan
Kondisi patologi pada sistem saraf pusat adalah kondisi yang
cukup kompleks, karena akan melibatkan gangguan pada sistem
sensomotoris, kognitif dan emosional. Interaksi dari ketiga elemen
ini akan mempengaruhi dinamika perkembangan kondisi pasien.
Kondisi patologi sistem saraf pusat dapat terjadi pada cerebrum,
cerebellum, batang otak atau medulla spinalis.
Beberapa jenis gangguan sistem saraf pusat antara lain
cerebrovascular accident (stroke), Parkinson, cedera spinal, multiple
sclerosis, meningitis, tumor pada sistem saraf pusat.
Sementara itu, lesi saraf tepi dapat meliputi lesi nervus cranialis
(Bell’s palsy), lexi plexus (Erb’s paralyse), mononeuropati
(medianus), kasus-kasus entrapment (ischialgia), kasus-kasus
infeksi (poliomyelitis), penyakit autoimmune (myasthenia gravis)
atau polineuropati (diabetes).
A. Pendahuluan
Kardiorespirasi pada fisioterapi adalah penggabungan antara
kondisi kardiovaskuler dengan respirasi. Hal ini mengikuti arahan
World Physiotherapy yang mana mempunyai asosiasi International
Confederation of Cardiorespiratory Physical Therapy (ICCrPT)
sehingga dalam proses fisioterapi juga disesuaikan degan asosiasi
tersebut.
Berbeda dengan kondisi lain yang dapat ditangani secara mandiri
oleh tim fisioterapi, kondisi cardiovaskuler umumnya melibatkan
juga tim medis lain sehingga fisioterapis harus selalu bekerjasama
dalam tim.
Kondisi kardiovaskuler akan secara nyata mempengaruhi kualitas
hidup pasien, dan untuk itu dibutuhkan perhatian khusus.
Pemahaman pasien terhadap kondisi dan upaya kesehatan yang
dijalaninya, pengaruh keluarga dan lingkungan terhadap kondisi
kesehatan pasien, riwayat aktifitas dan pola hidup sebelumnya,
kondisi psikologis akibat kondisinya serta harapan pasien sangat
mempengaruhi perkembangan kondisi fisik pasien.
A. Pendahuluan
Fisioterapi yang bekerja di bidang olahraga mempunyai dua situasi
berbeda dalam penanganan klinis yaitu di samping lapangan (on-
field) dan di klinis (on-clinic). Dalam penanganan on-field terkadang
tidak menggunakan status klnis dan hanya menuliskan pada
catatan fisioterapis setelah menangani kasus cedera di lapangan.
Penanganan di lapangan prinsip dasarnya adalah Talk, Observe,
Touch, Active and Passive Movement, serta Skill Test (TOTAPS). Dari
penggunaan TOTAPS barulah dapat diberikan tindakan langsung
dilapangan atau perlu dilakukan penanganan di klinis.
Dalam melakukan praktik fisioterapi, seorang fisioterapis olahraga
harus melakukan proses fisioterapi yang terdiri dari lima bagian
utama, yaitu asesmen, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan
intervensi, dan evaluasi terapi. Namun, dalam praktik klinis sering
ditemui penggunaan format Subjective, Objective, Assessment dan
Planning (SOAP) dalam dokumentasi proses fisioterapi. Penerapan
SOAP juga dapat diterapkan dalam format umum status klinis
fisioterapi.
Kasus cedera olahraga sedikit banyak seperti kasus musculoskeletal,
namun yang berbeda adalah hasil yang diharapkan yaitu kembali
A. Pendahuluan
Proses tumbuh kembang berlangsung secara berkesinambungan
sejak usia 40 minggu dalam kandungan hingga usia 18 tahun
setelah dilahirkan. Dalam masa tumbuh kembang anak, ada tahap-
tahap tertentu yang merupakan “milestone” dari suatu periode
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Milestone pada masing-masing anak tidak dapat sama persis
karena adanya faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Oleh
karena itu, dalam melakukan pemeriksaan tumbuh kembang
maupun kelainan/gangguan yang diderita pada anak, anda harus
memandang anak sebagai satu kesatuan yang utuh dengan
lingkungannya.
Beberapa faktor yang memepengaruhi perkembangan anak
seperti genetik, kematangan dan lingkungan/kebudayaan dimana
interaksi antara keamtangan dan pengalaman terhadap fisik,
psikologis, dan lingkungan sosial merupakan faktor terjadinyanya
perbedaan perkembangan mental seseorang.
Kecacatan kongenital juga dapat terjadi pada posisi bayi dalam
uterus dengan ruang lingkup gerak terbatas/ tidak full ROM,
PENUTUP
F
isioterapis sebagai klinisi harus mendokumentasikan apa yang
dikerjakan saat memberikan pelayanan kepada pasien. Dari
mulai pemeriksaan, diagnosis, rencana, intervensi sampai pada
evaluasi. Pendokumentasian proses fisioterapi akan membantu
fisioterapis dalam mengetahui perkembangan kondisi pasien,
modifikasi dan evaluasi terapi yang kita berikan.
Selain itu, dokumentasi pada status klinis menjadi salah satu
implementasi dari peraturan menteri tentang standar pelayanan
fisioterapi. Dengan dokumentasi, maka fisioterapis mengerjakan
proses fisioterapis sesuai dengan standar. Lebih lanjut lagi, juga dapat
menjadi salah satu bukti perlindungan hukum dalam praktik fisioterapi
bilamana terjadi gugatan oleh pasien.
Formulir status klinis dibuku ini merupakan kumpulan dan
modifikasi status klinis yang ada selama ini disesuaikan dengan kondisi
spektrum pelayanan fisioterapi. Mahasiswa diharapkan terbiasa
dengan formulir dan akhirnya saat menjadi fisioterapis dapat dengan
mudah mengimplementasikannya. Walaupun mungkin ada perbedaan
dalam beberapa institusi, namun secara umum panduan dan formulir
ini dapat digunakan dengan baik.
Bekerja sesuai standar serta menulis apa yang dikerjakan
menjadikan fisioterapis aman dan berkualitas dalam praktik klinis
fisioterapi.
Penutup 181
181
Daftar Pustaka
Anderson, M.K., Parr, G.P., & Hall, S.J. (2009). Foundations of Athletic
Training. USA: Wolters Kluwer business.
Dutton M. (2012). Dutton’s Orthopaedic Examination, Evaluation, and
Intervention. McGraw-Hill Companies Inc.
Kisner, C., Colby, L.A. (2012). Therapeutic Exercise: Foundations and
techniques (6). Philadelphia: F.A. Davis Company.
Madden, C, C., Putukian, M., Young, C, C., Mccarty, E, C. (2010). Netter’s
Sport Medicine. Philadelphia: Elsevier.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 80 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan dan Praktik Fisioterapis. Direktur Jenderal Peraturan
Perundang-undangan kementerian hukum dan hak asasi manusia.
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 No.1536
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 65 tahun 2015 tentang
Standar Pelayanan Fisioterapi. Direktur Jenderal Peraturan
Perundang-undangan kementerian hokum dan hak asasi manusia.
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1662. Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1662
Tim Editorial
1. Rosintan M. Napitupulu, AMd.Ft., SKM., MKM
Ibu Rosintan merupakan pengajar di Prodi Fisioterapi Fakultas
Vokasi dengan pengajaran dalam bidang Etika Profesi, Sistem
Kesehatan Nasional, Manajemen pelayanan fisioterapi. Beliau juga
aktif menulis artikel pada jurnal nasional dan internasional.
2. Novlinda Susy A. Manurung, SSt.Ft., S.Ft., M.M
Ibu Novlinda merupakan pengajar di Prodi Fisioterapi Fakultas
Vokasi dengan pengajaran dalam bidang Manajemen pelayanan
fisioterapi, Kewirausahaan serta Terapi latihan. Beberapa artikel
beliau terdapat pada jurnal nasional dan internasional dalam
hal manajemen pelayanan fisioterapi. Beliau juga aktif sebagai
fisioterapis dalam pelayanan Home Visit. Selain itu, beliau juga
tergabung dalam Indonesian PNF Society (IPS).